BIMBANGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI CLIENT CENTERED DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA : STUDI KASUS SISWA KELAS XI MA HIDAYATUL ISLAMIYAH SUMBERAGUNG PLUMPANG TUBAN.

(1)

“BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI

CLIENT

CENTERED

DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR

SISWA”

(Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung

Plumpang Tuban

)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Ana Rosyidah An-Nur

NIM. B73212094

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Ana Rosyidah An-Nur (B73212094), Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa (Study Kasus Siswa Kelas Xi Ma Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) Fokus penelitian adalah (1) bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi pendekatan Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ? (2) Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi pendekatan Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan analisa data menggunakan Deskriptif yaitu berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Disini penulis menjelaskan tentang bagaimana proses bimbingan konseling islam dengan terapi client centered dalam mengatasi kesulitan belajar, dalam hal ini penulis melakukan proses konseling terhadap salah satu siswa kelas XI MA Hidayatul Islamiyah yang mengalami kesulitan belajar. Pada dasarnya kesulitan belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam dirinya sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar seperti kondisi lingkungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa klien mengalami kesulitan dalam belajar yang dipengaruhi oleh faktor eksternalnya berupa salah pergaulan dengan teman sepermainan yang megakibatkan klien memiliki kebiasan yang buruk. kesulitan itu ditunjukkan dengan sulitnya berkonsentrasi dan memfokuskan fikiran terhadap pelajaran sehingga mengakibatkan klien mengalami penurun dalam prestasi belajarnya.

Pada proses koseling dengan terapi client centered konselor hanya memberikan dorongan berupa pertanyan dan pernyataan yang bersifat membangun kesadaran pada diri klien. Setelah dilakukannya proses konseling dengan menggunakan terapi client centered klien mulai menyadari akan apa yang dialaminya dan berjanji akan berubah menjadi orang yang lebih baik lagi dan meninggalkan kebiasan buruknya, Agar bisa membanggakan orang tua dan juga dirinya sendiri.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi client centered dalam mengatasi kesulitan belajar yang dilakukan oleh salah satu siswa MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban. Dan hasil akhir dari proses konseling ini dapat dikatakan cukup berhasil karena 50% dari gejala yang dialami sudah mulai ada perubahan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci : Bimbingan Konseling Islam, Client Centered Therapy, Kesulitan Belajar.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep ... 7

1. Bimbingan Konseling Islam ... 7

2. Client Centered Therapy ... 9

3. Kesulitan Belajar ... 13

F. Metode Penelitian ... 15

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 15

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 16

3. Jenis dan Sumber Data ... 16

4. Tahap- tahap Penelitian ... 17

5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 18

6. Teknik Analisis Data ... 22

7. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 23

G. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling Islam ... 27

a. Definisi Bimbingan Koseling Islam ... 27

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 28

c. Landasan Bimbingan Konseling Islam ... 29

d. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam ... 30

e. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam .. 37

B. Terapi Client Centered ... 39

a. Definisi Terapi Client Centered ... 39

b. Pandangan Tentang Manusia ... 39

c. Tujuan Dan Terapi Client Centered ... 40

d. Ciri-Ciri Terapi Client Centered ... 41


(8)

C. Kesulitan Belajar ... 44

a. Definisi Kesulitan Belajar ... 44

b. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 46

c. Jenis Atau Karakteristik Kesulitan Belajar ... 50

d. Ciri-Ciri Dan Gejala Kesulitan Belajar ... 51

e. Diagnosis Kesulitan Belajar ... 52

f. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar ... 54

D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 55

BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 59

a. Diskripsi Objek Penelitian ... 59

b. Letak Geografis ... 59

c. Bangunan Fisik ... 59

d. Visi Misi dan Tujuan Madrasah ... 60

e. Profil Madrasah ... 61

B.Diskripsi Konselor ... 61

C.Diskripsi Klien ... 62

D.Diskripsi Masalah ... 65

E. Diskripsi Hasil Penelitian ... 67

1. Ciri-Ciri Atau Bentuk Kesulitan Belajar Pada Siswa 67 2. Diskripsi Proses Bimbingan Konselig Islam ... 67

a. Identifikasi Masalah ... 68

b. Diagnosis ... 71

c. Prognosis ... 71

d. Treatment ... 72

e. Follow-Up ... 79

f. Evaluasi Hasil Konseling ... 80

BAB IV : ANALISIS DATA A. Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa ... 82

a. Identifikasi Masalah ... 83

b. Diagnosis ... 83

c. Prognosis ... 83

d. Treatment Atau Terapi ... 84

e. Follow-Up ... 84

B. Hasil Dari Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar ... 87

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 ... 22 TABEL 4.1 ... 85


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman sangatlah berpengaruh bagi setiap manusia terutama dalam hal pendidikan. Pendidikan sangat berkaitan dengan siswa, karena Siswa merupakan generasi penerus bagi bangsa yang dituntut untuk bisa berkembang secara baik agar dapat memahami dirinya sendiri sehingga menjadi seseorang yang dewasa dan juga berprestasi dalam intelegensi yang kelak bisa membanggakan Negara dan Tanah air ini. Tetapi setiap perkembangan anak tidak semuanya sama atau semulus dan selancar yang kita fikirkan terutama perkembangan pengetahuan saat belajar, adakalanya perkembangan itu lambat dan juga ada yang berhenti atau tidak berkembang sama sekali.

Pendidikan sebagai salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap manusia karena manusia merupakan bagian dari makhluk hidup yang memiliki kebutuhan yaitu salah satunya belajar, karena dengan belajar manusia dapat mengetahui apa saja yang ada didunia ini, terutama bagi seorang siswa sangat penting memiliki pengetahuan yang lebih dengan belajar. Siswa dapat mengembangkan potensi dirinya dengan pengetahuan yang dimiliki dengan selalu tekun untuk belajar, karena siswa sebagai unsur terpenting dalam suatu proses belajar mengajar disekolah.


(11)

2

Belajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar yang mengakibatkan perubahan dalam diri berupa pengetahuan dan kemahiran yang sifatnya semi permanen. Aktivitas belajar pada setiap individu sangatlah berbeda beda dan tidak selamanya belajar dapat berlangsung secara wajar dan baik karena pasti akan ada yang namanya hambatan, dan salah satu hambatan yang bisa dilihat yaitu cepat lambatnya daya tangkap seseorang terhadap pelajaran yang dipengaruhi oleh konsentrasi yang disebut dengan kesulitan belajar.

Menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.1

Nana Surdjana mengatakan, belajar adalah proses yang aktif belajar mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.2

Sekolah sebagai lembaga formal berkewajiban untuk memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada setiap siswa (individu) untuk mengembangkan dirinya (Self Realization) seoptimal mungkin sesuai dengan

potensi yang dimilikinya dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang

1 Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar

mengajar,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), hal.4

2 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 1987), hal 28.


(12)

3

tersedia, namun disekolah sering ditemui siswa yang memperoleh prestasi jauh dibawah rata-rata atau norma yang telah ditetapkan bila dibandingkan dengan prestasi hasil bejar yang diperoleh teman-teman dikelasnya.3

Sekolah diharuskan untuk melakukan kegiatan lain yang berupa layanan bimbingan dan konseling, sebagai layanan untuk membantu siswa setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk layanan bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa yang memiliki permasalahan dalam belajarnya dapat segera memperoleh bantuan atau bimbingan dalam kegiatan belajar yang diperlukannya.4

Masalah atau problem yang sering dialami siswa saat belajar diistilahkan dengan learning disorder yang bisa disebut sebagai kekacauan

atau kesulitan belajar yang berarti keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. karena pada dasarnya potensi dasar siswa yang mengalami kekacauan tidak dirugikan, tetapi belajarnya menjadi terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimiliki.5

Kemampuan Siswa yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sering disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dimaksud

3 Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 99

4 Dwi Tegar Yanuswantoro, Jurnal Penelitian Pendidikan Bimbingan Konseling. Mahasiswi Bimbingan Konseling, fakultas ilmu pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

5 Dede rahmat hidayat dan herdi, Bimbingan Konseling Kesehatan Mental Disekolah, (bandung. PT Remaja rosdakarya offset, 2013), hal.104


(13)

4

disini adalah kesulitan dalam menerima pelajaran dan materi yang di berikan oleh guru, factor yang mempengaruhi siswa dalam kesulitan belajar ada dua factor yang mempengaruhi yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internal yaitu Intelegency Quation (IQ) rendah, emosi, tidak memiliki

cita-cita yang relevan, keadaaan fisik yang kurang baik, tidak ada motivasi belajar. Dan factor eksternal yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat sekitar (lingkungan sosial).

Salah satu yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar yaitu pergaulan, pergaulan termasuk faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi dalam sulitnya belajar siswa, terutama salah dalam memilih teman bisa menimbulkan hal-hal negatif yang tidak pernah di inginkan oleh siapapun, seperti halnya sering pulang malam karena begadang dengan teman, meninggalkan sekolah tanpa izin yang akhirnya membuat dia seperti orang linglung saat belajar disekolah karena terganggunya waktu dan ketinggalan dengan pelajaran.

Dalam situasi yang seperti itu siswa sangatlah membutuhkan yang namanya bantuan atau bimbingan dalam upaya untuk membantu siswa mengatasi masalah atau hambatan dan kesulitan yang dirasakan. Maka dari itu bukan tanpa alasan jika peneliti membahas permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul “BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI CLIENT CENTERED DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA (Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban).


(14)

5

Dari uraian masalah diatas peneliti mencoba untuk melakukan bantuan dengan menggunakan terapi Client Centered yaitu konseling yang

berpusat pada klien yang sering disebut sebagai keonseling teori diri (Self Theory). Teori ini di kembangkan oleh Carl Rogers yang menurutnya terapi client centered ini merupakan tehnik konseling dimana yang paling berperan

adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusinya sendiri terhadap masalah yang dihadapi, hal ini memberikan pengertian bahwa klien dipandang sebagai partner dan konselor hanya sebagai pendorong dan

pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.6 Problem kesulitan belajar yang menjadi bahan penelitian yaitu kesulitan belajar siswa yang ditandai dengan sulitnya berkonsentrasi saat pembelajaran berlangsung dan sulit memahami pelajaran sehingga mengakibatkan siswa tidak bisa untuk menjawab pertanyaan dari guru, tidak bisa mengerjakan PR, tidak dipungkiri juga bahwa siswa sekarang sudah berani untuk berpacaran dan saat pembelajaran berlangsung siswa lebih banyak memikirkan kekasihnya dan berani untuk smsan di dalam kelas.

Dari definisi yang telah dibahas diatas, fenomena kesulitan belajar yang dialami siswa ditampakkan dengan menurunnya prestasi belajar siswa. namun kesulitan belajar siswa terbukti dengan munculnya kelainan pada prilaku siswa yang sering tidak masuk dan minggat dari sekolah

6 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,(Bandung : Refika Aditama, 2009), hal.91


(15)

6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas

XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ?

2. Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas

XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah

1. Untuk mengetahui bagaimana proses bimbingan konseling islam dengan terapi Client Centered dalam mengatasi kesulitan belajar siswa (Study

Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban).

2. Untuk Mengetahui hasil dari proses bimbingan konseling islam dengan terapi Client Centered dalam mengatasi kesulitan belajar siswa (Study

Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban).

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat dari hasil penelitian baik secara teoritis maupun praktis yang dapat diuraikan sebagai berikut:


(16)

7

1. Segi Teoritis

a) Memberikan pengetahuan dan wawasan terhadap peneliti lain tentang bimbingan konseling islam dengan pendekatan terapi Client Centered.

b) Untuk memperkokoh teori atau terapi yang ada didalam ilmu bimbingan konseling islam mempunyai peranan dalam mengatasi masalah atau problem seseorang terutama pada siswa.

2. Segi Praktis

a). Penelitian ini diharapkan dapat membantu klien (siswa) agar dapat menangani masalah dan memperbaiki prilakunya yang kurang baik yang ada pada dirinya.

b). Konselor berharap bahwa hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai salah satu tehnik pendekatan yang efektif dan efisien di sekolah.

E. Definisi Konsep

Penulis akan menjelaskan dan menegaskan tentang judul yang sudah dipilih agar tidak terjadi kesalah fahaman, serta memudahkan pembaca untuk memahaminya. Adapun judul skripsi ini adalah “Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Dari

judul diatas akan sedikit dijelaskan rincian definisinya sebagai berikut : 1. Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan konseling Islam menurut Ahmad Mubarok adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap


(17)

8

individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.7

Sedangkan menurut Erhamwilda didalam bukunya Pudji Rahmawati, Bimbingan dan Konseling Islami adalah bantuan yang diberikan kepada klien oleh seorang yang ahli dalam konseling untuk membantu klien memecahkan permasalahannya sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Hadist, sehingga klien mampu menggunakan potensi-potensinya untuk menghadapi hidup dan kenyataan hidup dengan wajar dan benar.8

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada invidu maupun kelompok secara sistematis agar dapat mencapai kehidupan dunia dan akhirat yang sesungguhnya. Bimbingan Dan Konseling Islam digunakan oleh peneliti dalam memberikan bantuan dan bimbingan agar klien menyadari bahwa belajar itu merupakan kewajiban bagi setiap manusia karena dengan belajar dapat memberikan pengetahuan yang lebih banyak lagi.

7 Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), hal. 4-5

8 Pudji Rahmawati, Bimbingan Penyuluhan Islam (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009), hal. 6


(18)

9

2. Client Centered Therapy

a. Pengertian Client Centered

Carl Roger berpendapat dalam teorinya bahwa setiap individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Menurut Roger manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak–kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freud dan pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.

Client Centered berpusat pada klien bahwasannya klien diberi

kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan, dan pikiran-pikirannya secara bebas. terapi client centered berakar pada

kesanggupan klien untuk menyadari dan membuat keputusan sendiri dalam pemecahan masalahnya dan konselor hanya membantu memberikan dorongan agar klien mampu menyadari apa yang telah diperbuat sehingga dapat menelesaikan masalahnya sendiri.

Client Centered termasuk teknik konseling Non-Direktif, yang


(19)

10

klien, klien diberi kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya.

b. Proses Konseling

Proses konseling pada pendekatan atau terapi client centered

memiliki 3 fase yaitu pengalaman akan meredanya ketegangan (Tension), adanya pemahaman diri (Self Understanding), dan

perencanaan untuk kegiatan selanjutnya. c. Tehnik-tehnik Client Centered Therapy

Tehnik-tehnik Client Centered Therapy dalam konseling adalah:

1. Aceptance (penerimaan)

2. Respect (rasa hormat)

3. Understanding (mengerti, memahami)

4. Reassurance (menentramkan hati, meyakini)

5. Encouragement (dorongan)

6. Limited Questioning (pertanyaan terbatas)

7. Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)

d. Langkah-Langkah Konseling

Menurut Carl Rogers beberap langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan konseling Client Centered


(20)

11

Therapy, namun langkah tersebut dapat diubah-ubah karena bukan

langkah yang baku, langkah-langkah tersebut yaitu :

1) Klien datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara sukarela. Bila klien datang atas petunjuk seseorang, maka konselor harus mampu menciptakan suasana permisif, santai, penuh keakraban dan kehangatan, serta terbuka, sehingga klien dapat menetukan sikap dalam pemecahan masalahnya.

2) Merumuskan situasi bantuan. Dalam merumuskan konseling

sebagai bantuan untuk klien , klien didorong untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan pemecahan masalahnya sendiri. Dimana dorongan ini hanya bisa dilakukan apabila konselor yakin pada kemampuan klien untuk mampu membantu dirinya sendiri.

3) Konselor mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya

secara bebas, berkaitan dengan masalahnya. Dengan menunjukkan sikap permisif, santai, penuh keakraban, kehangatan, terbuka, serta terhindar dari ketegangan-ketegangan, memungkinkan klien untuk mengungkapkan perasaannya, sehingga dirasakan meredanya ketegangan atau tekanan batinnya.

4) Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan klien

yang sifatnya negative dengan memberikan respons yang tulus dan menjernihkan kembali perasaan negative dari klien.


(21)

12

5) Setelah perasaan negative dari klien terungkapkan,maka secara psikologis bebannya mulai berkurang. Sehingga ekspresi-ekspresi positif akan muncul, dan memungkinkan klien untuk bertumbuh dan berkembang.

6) Konselor menerima perasaan positif yang diungkapkan klien. 7) Saat klien mencurahkan perasaannya secara berangsur muncul

perkembangan terhadap wawasan (Insight) klien mengenal dirinya, dan pemahaman(understanding)serta penerimaan diri tersebut.

8) Apabila klien telah memiliki pemahaman terhadap masalahnya dan

menerimanya, maka klien mulai membuat keputusan untuk melangkah memikirkan tindakan selanjutnya. Artinya bersamaan dengan timbulnya pemahaman, muncul proses verfikasi untuk mengambil keputusan dan tindakan memungkinkan yang akan diambil.


(22)

13

3. Kesulitan Belajar

a. Definisi Kesulitan belajar

Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana individu yang melakukan kegiatan belajar mengalami kesulitan saat proses dalam serangkaian aktivitas belajar.

Kesulitan belajar juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.9

Definisi kesulitan belajar menurut USEO yang dikutip oleh

Abdurrahman menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suat gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan.10

Kesulitan belajar dapat diketahui dengan menurunnya prestasi belajar dan berubahnya prilaku siswa seperti kesukaran berinteraksi didalam kelas, sering tidak masuk sekolah. kesulitan belajar juga terjadi karena kurang bisa berkonsentrasi, konsentrasi yaitu pemusatan pemikiran terhadap suatu hal (mata pelajaran) dengan mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran tersebut.11

Muhibbin Syah menjelaskan bahwa kesulitan belajar dapat dialami oleh siswa siswi yang memiliki kemampuan rata-rata, kemampuan lebih atau memiliki kemampuan yang kurang. Kemampuan

9 Drs.M.Dalyono, psikologi pendidikan, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2001), hal. 229 10 http/file:Pengertian Kesulitan Belajar, 20_20201071048.htm

11 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (yogyakarta : Center For Study Progress, 1988), hal. 61


(23)

14

belajar (Learning Difficulty) yang dialami oleh siswa yang berkategori

diluar rata-rata karena tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya, sedangkan bagi siswa mengalami kemampuan rata-rata disebabkan oleh factor tertentu yang menghambat prestasi belajar yang sesuai dengan harapan.12

Sedangkan kesulitan belajar yang menjadi bahan penelitian memiliki definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi dari para ahli yaitu kesulitan belajar siswa yang ditandai dengan sulitnya berkonsentrasi saat pembelajaran berlangsung, sulit memahami pelajaran sehingga tidak bisa untuk menjawab pertanyaan dari guru, sering tidak mengerjakan PR, dan tidak dipungkiri juga bahwa siswa sekarang sudah berani untuk berpacaran dan saat pembelajaran berlangsung siswa lebih banyak memikirkan pacar dan berani untuk smsan di dalam kelas.

Dari definisi yang telah dibahas diatas fenomena kesulitan belajar yang dialami siswa ditampakkan dengan menurunnya kinerja kademik atau prestasi belajar siswa, namun kesulitan belajar siswa terbukti dengan munculnya kelainan pada prilaku siswa yang sering tidak masuk dan minggat dari sekolah.13

12 Muhibbin Syah, Psikologi Suatu Pendekatan Baru, ( Bandung: Rineka Rosdakarya, 1995), hal. 170


(24)

15

F. Metode Penelitian

Penggunaan metode dalam penelitian sangat penting karena sangat berhubungan dengan validitas dari hasil yang akan diperoleh yang dapat dipertanggung jawabkan oleh peneliti sehingga ketepatan dan kesesuaian dari pemakaian metode sangat menentukan hasil yang akan di capai. Metode yang akan dilakukan untuk penelitian ini adalah metode kualitatif.

Pengertian Metode penelitian kualitatif, Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. mengemukakan defenisi penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada sutau konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.14 1. Pendekatan dan jenis penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisa data menggunakan Deskriptif yaitu data yang dikumpulkan adalah

berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.15

Pada jenis penelitian ini peneliti menggunakan study kasus (case study) yaitu penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan

14 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Roasdakarya, 2005)

15


(25)

16

dengan suatu fase spesfik atau khas dari keseluruhan personalitas.16 Dalam penelitian ini peneliti langsung terjun kelapangan dimana tempat melakukan penelitian dengan melakukan pendekatan terhadap orang-orang yang akan dijadikan informan, sehingga data yang diperoleh lebih detail dan secara menyeluruh.

2. Sasaran dan Lokasi penelitian

Dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti mengambil data dari subjek penelitian yakni seorang siswa kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Plumpang Tuban sebagai sumber informan yang mengalami kesulitan belajar dan disebut sebagai klien. Sedangkan konselor dalam penelitian adalah seorang mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, prodi Bimbingan Konseling Islam, sekaligus sebagai peneliti. Dan lokasi penelitian bertempat di sekolah MA Hidayatul Islamiyah, Sumberagung Plumpang Tuban.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, tetapi data yang diperoleh adalah dalam bentuk verbal (diskripsi) bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer yaitu data yang langsung diambil dari sumber pertama di lapangan. Di dalam data ini dapat diperoleh keterangan kegiatan


(26)

17

sehari-hari, tingkah laku, masalah konseli, dampak dari masalah yang dialami, dan proses serta hasil yang dengan adanya bimbingan dan konseling dengan menggunakan terapi client centered.

2. Data sekunder yaitu data yang di ambil dari sumber kedua atau dari berbagai sumber guna untuk melengkapi data primer. Data sekunder dapat diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan, riwayat pendidikan dan prilaku keseharian konseli. b. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh, sumber data di bagi menjadi dua yakni :

1. Sumber data primer yaitu sumber data yang di peroleh langsung dari lapangan yaitu dari klien dan konselor

2. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang lain sebagai pendukung untuk melengkapi data yang di dapat oleh penulis dari data primer.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam tahapan ini peneliti menggunakan tiga tahapan dalam penelitian sebagaimana yang ditulih oleh Lexy J. Meleong dalam bukunya “metode penelitian kualitatif”. tiga tahapan tersebut yaitu :

1) Tahap Pra Lapangan

Tahapan ini digunakan untuk menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menialai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi,


(27)

18

menyiapkan perlengkapan dan persoalan lapangan. semua digunakan peneliti untuk memperoleh deskripsi secara global tentang obyek penelitian yang akhirnya dapat menghasilkan rencana penelitian selanjutnya.

2) Tahap Persiapan Lapangan

Pada tahap ini peneliti memahami penelitian, persiapan diri memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan. Dari sini peneliti menindak lanjuti serta memperdalam pokok permasalahan yang diteliti dengan cara mengumpulkan data-data hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan.

3) Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini peneliti menganalisis data yang telah didapatkan dari lapangan yakni degan menggambarkan dan menguraikan masalah yang ada sesuai dengan kenyataan.

5. Instrument dan Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument adalah peneliti itu sendiri, oleh karena itu peneliti harus siap melakukan penelitian dengan penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun logistiknya.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena dengan itu akan mendapatkan data yang


(28)

19

memenuhi standar yang ditetapkan, Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan berbagai cara.

Adapun tehnik pengumpulan data yang peneliti gunakan sebagai berikut :

a. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah pengamatan adanya prilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Karena mensyaratkan perilaku yang tampak, potensi perilaku seperti sikap dan minat yang masih dalam bentuk kognisi, afeksi, atau intensi atau kecenderungan tertentu. Pengamatan yang tanpa tujuan bukan merupakan observasi. Pada dasarnya, tujuan dari observasi adalah untuk mendiskripsikan lingkungan (site) yang

diamati, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktifitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.17

Konselor akan melakukan observasi terhadap siti tentang kebiasaan yang dilakukan saat berada disekolah. Observasi dilakukan meliputi apa saja bentuk kebiasaan dan reaksi siti pada saat belajar disekolah.

17 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika 2011), hal. 131-132


(29)

20

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

tersebut.18 Tehnik wawancara yang akan dipakai yaitu tehnik wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.19

Untuk penelitian ini wawancara yang dilakukan oleh konselor berasal dari guru (wali kelas), teman konseli (sumpri), konseli sendiri (siti). Isi pertanyaan dalam wawancara menyangkut permasalahan yang dialami konseli meliputi : sejak kapan konseli mengalami kesulitan belajar dan penurunan dalam prestasi belajar, apa yang menyebabkan kesulitan belajar, dan tindakan apa saja yang sering konseli lakukan.

Untuk lebih jelasnya, konselor akan melampirkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada bebrapa narasumber dihalaman lampiran.

18 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 186

19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 233


(30)

21

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Metode dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subyek yang bersangkutan.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbetuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (Life Histories), ceritera, biografi, peraturan,

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar, patung, film dan lain-lain. Pada penelitian ini dokumentasi yang dipakai oleh peneliti berupa biografi dan foto.

Metode dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai jenis data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian kasus ini dapat dilihat dalam tabel berikut.


(31)

22

Tabel I.I

Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data

Sumber Data TPD

A

Data Primer

1 Deskripsi tentang latar belakang klien dan permasalahannya.

Klien dan informan

W dan O 2 Bentuk kesulitan belajar siswa Klien W dan O 3 Terapi Client Centered dalam mengatasi

kesulitan belajar

Klien dan konselor

W B Data Sekunder

1 Gambaran penelitian lokasi Dokumen informan dan O dan D Keterangan:

TPD : Teknik Pengumpulan Data

W : Wawancara

O : Observasi

D : Dokumenta

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasa cocok dengan sifat penelitiannya.

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan secara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abstraksi-abstraksi teoritis terhadap informasi lapangan, dengan mempertimbngkan


(32)

23

menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar dan universal. Gambaran dan informasi tentang peristiwa atas obyek yang dikaji tetap mempertimbangkan derajat koherensi internal, masuk akal, dan berhubungan dengan peristiwa faktual dan realistik. Dengan cara melakukan komparasi hasil temuan dan pendalaman makna, maka diperoleh suatu analisis data yang terus menerus secara simultan sepanjang proses penelitian.20

Adapun data yang akan dianalisis adalah indicator kesulitan belajar siswa, proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi

Client Centered dalam Mengatasi Kesulitan Belajar siswa.

7. Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar data ini benar-benar bisa dipertanggung jawabkan maka dalam penelitian kualitatif dibutuhkan teknik pengecekan keabsahan data, sehingga memperoleh tingkat keabsahan data. Teknik untuk memeriksa keabsahan data antara lain:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Peneliti dengan perpanjangan keikutsertaannya akan banyak mempelajari kebudayaan dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun

20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2001), hal. 106


(33)

24

dari responden, dan membangun kepercayaan subyek. Dengan demikian, penting sekali arti perpanjangan keikutsertaan peneliti guna berorientasi dengan situasi, juga guna memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati.21

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekutan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

c. Trianggulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Penelitian menggunakan teknik wawancara, pada saat yang lain menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. penerapan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat mungkin untuk menutupi kelemahan atau kekurangan sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat.

21Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 327-328


(34)

25

G. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan skripsi ini dapat difahami secara utuh dan berkesinambungan, maka perlu adanya penyusunan sistematika pembahasan, yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari pendahuluan yang berisi gambaran secara keseluruhan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan kajian pustaka sebagai landasan teori dalam penelitian dan penulisan skripsi. Pada bab ini berisi pembahasan yang berkaitan dengan Bimbingan Konseling Islam, terapi client centered, Tujuan terapi client centered, ciri-ciri terapi client centered, tehnik-tehnik client centered,

kemudian juga dibahas tentang pengertian kesulitan belajar, sebab-sebab kesulitan belajar, gejala dan ciri-ciri kesulitan belajar, dan cara-cara mengatasi kesulitan belajar. Dan juga peneliti meneliti penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi pembahasan tentang deskripsi umum objek penelitian yang berisi deskripsi lokasi penelitian, deskripsi obyek penelitian yang meliputi: deskripsi konselor, deskripsi klien dan deskripsi masalah. Selanjutnya pembahasan tentang deskripsi hasil penelitian yang berisi: ciri


(35)

26

kesulitan belajar pada anak, proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi client centered dalam mengatasi kesulitan belajar, serta deskripsi hasil

proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi pendekatan client centered dalam mengatasi kesulitan belajar.

BAB IV : ANALISIS DATA

Bab ini berisi laporan hasil penelitian yang berupa analisis proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam yang meliputi identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow up. Serta laporan analisis hasil akhir dalam proses konseling Islam dengan terapi Clien Centered dalam mengatasi kesulitan belajar

BAB V : PENUTUP


(36)

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bimbingan Dan Konseling Islam a. Definisi Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada individu yang mengalami kesulitan rohaniah baik mental dan spiritual agar yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan ketakwaan kepada Allah Swt, atau dengan kata lain bimbingan dan konseling islam ditujukan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik kesulitan lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan masa datang agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya dengan tetap berpegang pada nilai-nilai islam.22

Sedangkan menurut Erhamwilda di dalam bukunya Pudji Rahmawati, Bimbingan dan Konseling Islam adalah bantuan yang diberikan kepada klien oleh seorang yang ahli dalam konseling untuk membantu klien memecahkan permasalahannya sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Hadist, sehingga klien. mampu menggunakan

22 Thoha Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta : UII Press. 1992), hal.55


(37)

28

potensinya untuk menghadapi hidup dan kenyataan hidup dengan wajar dan benar.23

Bimbingan Konseling Islam juga dapat disimpulkan sebagai proses pemberian bantuan yang terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimiliki secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah kedalam diri sehingga dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadist.24

Pada hakekatnya Bimbingan dan Konseling Islam sebagai upaya membantu individu agar belajar mengembangkan fitrah atau kembali pada fitrah dengan cara memberdayakan (empowering) iman, akal dan kemauan yang dikaruniakaan oleh Allah Swt untuk mempelajari tuntunan Allah dan Rasul-Nya agar fitrah yang ada pada diri individu agar berkembang dengan benar dan kokoh sesuai tuntunan Allah Swt.25

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Tujuan yang ingin dicapai adalah agar fitrah yang dikaruniakan Allah kepada individu bisa berkembang dan berfungsi dengan baik sehingga menjadi pribadi yang kaffah dan secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang di imaninya dalam kehidupan sehari hari dalam bentuk kepatuhan terhadap hukum-hukum Allah dalam

23 Pudji Rahmawati, Bimbingan Penyuluhan Islam (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009), hal. 6

24 Dra Hallen A.,M.Pd, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hal.17 25 anwar sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami Teori dan Praktik, (Semarang : Cv. Widya Karya, 2009), hal.23


(38)

29

melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi dan ketaatan dalam beribadah dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-nya.26

c. Landasan Bimbingan Konseling Islam

Landasan (dasar pijak) utama Bimbingan dan Konseling Islami adalah Al-Qur’an dan Hadist, sebab keduanya sumber dari segala sumber pedoman hidup umat islami, dalam arti mencakup seluruh aspek kehidupan, sabda Nabi Saw :

“aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua, yang jika kalian selalu berpegang teguh kepadanya niscaya selama-lamanya tidak akan pernah salah langkah, sesuatu itu yakni kitabullah dan sunnah Rasul”.

Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya adalah landasan ideal dan konseptual bimbingan konseling islam. Dari kedua dasar tersebut gagasan, tujuan dan konsep-konsep Bimbingan Konseling Islam. Segala usaha atau perbuatan yang dilakukan manusia selalu membutuhkan adanya dasar sebagai pijakan untuk melangkah pada suatu tujuan, yakni agar orang tersebut berjalan baik dan terarah. Begitu juga dalam melaksanakan Bimbingan Konseling Islam didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Hadits, baik yang mengenai ajaran memerintah atau memberi isyarat agar memberi bimbingan dan petunjuk.

Jadi landasan utama bimbingan dan konseling islam adalah Al-Qur’an dan Hadist. Al-Al-Qur’an dapat menjadi sumber bimbingan dan

26 Anwar Sutoyo, Bimbingan Dan Konseling Islami Teori Dan Praktik, (Semarang : Cv. Widya Karya, 2009), hal.205


(39)

30

konseling islam, nasehat dan obat bagi manusia.27 firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 82

ه ض

سبسخ

ا

إ يىبظىا ذيضي

ا

ي ؤ يى خ حس ءبفش ٕ ب آشقىا

ً ا

“Dan kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.( Al-Isra’: 82).

d. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis atau sunnah Nabi, ditambah dengan berbagai landasan filosofis dan landasan keimanan.

Asas-asas ini adalah prinsip yang dijadikan rujukan dalam penyelenggaraan konseling islam namun karena penyelenggaraannya demikian kompleks dan kompleksitas manusia menjadi titik tolaknya maka asas tersebut merupakan prinsip-psinsip dasar., karena islam adalah agama sempurna yang menjadi “way of life” dalam menggapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat maka maksud illahi yang termaktub dalam Al-Qur’an dan hadist merupakan jawaban pasti terhadap permasalahan kehidupan manusia.

Berdasarkan landasan-landasan tersebut dijabarkan asas-asas atau prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling islam sebagai berikut:

27 http://asrofulkhadafi.wordpress.com/2012/06/29/pendekatan-islami-dalam-proses-konseling/


(40)

31

1. Asas-Asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Tujuan Bimbingan Konseling Islam adalah membantu klien untuk mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim, firman Allah

و

سبىا ة ازع بق خسح حشخ

آ

ا يف خسح بيذىا يف بتآ بثس ه قي

“Dan di antara mereka ada orang yang bendo'a: "ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Al-Baqarah : 201)

Bagi seorang muslim kebahagiaan hidup didunia hanya sementara dan kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama sebab kebahagian akhirat adalah kebahagiaan yang abadi. Kebahagiaan akhirat akan tercapai jika manusia hidup didunia selalu mengingat Allah. Maka islam mengajarkan hidup dalam keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kehidupan dunia dan akhirat.28 firman Allah

َ

سحأ بم سحأ بيذىا لجيص ظ ت

ا

حشخ

آ

ا ساذىا

َ

كبتآ بيف غتثا

يذسفىا تحي

ا

َ

إ ضس

ْ

ا يف دبسفىا غجت

ا

ليىإ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (qs. Al-Qashash : 77)

28 Tohari Musnawar Dkk, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam, (yogyakarta: UII Pers, 1996), hal.21


(41)

32

2. Asas Fitrah (Ar-Rum, 30 : 30)

Menurut Islam manusia dilahirkan dalam dan dengan membawa fitrah yaitu berbagai kemampuan potensi bawaan dan kecenderungan sebagai muslim. Bimbingan dan Konseling Islam membantu klien untuk mengenal dan memahami fitrahnya serta menghayatinya sehingga dengan demikian akan mampu mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya. Firman Allah dalam surat

لىر

َ

قيخى ويذجت

ا

بييع ط بىا شطف يتىا

َ

حشطف بف

يح يذيى ل ج قأف

يعي

ا

ط بىا شثمأ نى يقىا يذىا

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama allah; (tetaplah atas) fitrah allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum, 30 : 30) 3. Asas Lillahi Ta’ala An’am, 6:162), (Adz-Dzariyat, 51:56),

(Al-Bayinah, 98: 5)

Bimbingan Konseling Islam di lakukan semata-mata karena Allah, bimbingan melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih dan yang di bombing menerima atau meminta bantuan dengan ikhlas dan rela karena semua yang dilakukan semata-mata karena dan pengabdian kepada Allah sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluq Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya.29 Firman Allah dalam surat

29 Ibid, hal.23


(42)

33

ً ق

يىبعىا ة س

ل

يتب يبيح ينس يت

ا

ص إ ه

“Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’am, 6 : 162)

و

حبمضىا ا تؤي ح

ا

صىا ا يقي ءبفح يذىا ى يصيخ

َ

ا ذجعيى

ا

إ ا شأ ب

يد لىر

خ يقىا

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus , dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus.”(Qs. Al-Bayyinah: 5)

4. Asas Bimbingan Seumur Hidup

Manusia hidup tidak ada yang sempurna. Dalam kehidupan manusia akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan, maka dari itu bimbingan dan konseling islam sangat diperlukan. Selain dilihat dari kenyataan hidup manusia bimbingan konseling dapat dilihat dari sudut pendidikan.

5. Asas Kesatuan Jasmaniah-Rohaniah

Manusia hidup didunia merupakan satu kesatuan antar jasmani dan rohani. Bimbingan Konseling Islam membantu kliennya sebagai makhluq jasmaniah-rohaniah bukan sebagai makhluq biologis semata atau rohaniah semata.

6. Asas Keseimbangan Rohaniah ( Al-A’raf, 7 : 179)

Orang yang di bombing diajak untuk mengetahui apa yang perlu diketahui kemudian memikirkan apa yang perlu difikirkan sehingga memperoleh keyakinan dan merealisasikan norma dengan


(43)

34

mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensialnya, bukan hanya mengikuti hawa nafsu. Firman Allah

ا

يعأ ى بث قفي

ا

ة يق ى ظ

إ

ا جىا اشيثم جى بأسر ذقى

ىأ وضأ ٕ وث بع

ْ

بم لئـىأ بث ع سي

ا

ارآ ى بث شصجي

ٕ لئـ

يفبغىا

ً َ

“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raf, 7 : 179)

7. Asas Kemaujudan Individu ( Al-Qomar, 54 : 49)

Menurut agama islam bimbingan konseling berlangsung pada citra manusia yaitu memandang individu merupakan suatu maujud (eksistensi). Manusia mempunyai hak dan kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari hak dan kemampuan fundamental potensi rohaniahnya.

Perbedaan individu dapat difahami dari ayat berikut :

ٓبقيخ سذقث ءيش وم بإ

“Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Al-Qomar, 54 : 49)


(44)

35

8. Asas Sosialitas Manusia ( An-Nisa, 4 : 1).

Manusia merupakan makhluq sosial. Dalam bimbingan konseling islam sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu dalam batas tanggung jawab sosial.30

ثث بج ص ب قيخ حذحا ظ ف نقيخ يزىا نثس ا قتا ط بىا ب أ بي

ب

س

ْ

ا ث ىءبست يزىا

َ

ا قتا ءبس اشيثم

ا

بجس

تيقس نييع بم

َ

إ بح

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” ( An-Nisa, 4 : 1).

9. Asas Kekholifahan Manusia

Manusia diberikan kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung jawab yang besar, dengan kata lain manusia sebagai khalifah harus memelihara kesinambungan ekosistem, sebab problem-problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.

10.Asas Keselarasan Dan Keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian dengan segala segi, dengan kata lain islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta dan juga hak Allah Swt. Oleh karena itu harus ada keseimbangan dan keharmonisan antara semuanya.


(45)

36

11.Asas Pembinaan Akhlaqul Karimah

Menurut pandangan islam manusia memiliki sifat-sifat yang baik, sekaligus sifat-sifat yang lemah. Bimbingan dan konseling islam membantu klien memelihara, mengembangkan, dan menyempurnakan sifat-sifat yang baik tersebut. Sejalan dengan tugas dan fungsi Rasulullah diutus oleh Allah Swt.31

12.Asas Kasih Sayang

Setiap manusia memerlukan cinta, kash sayang dan rasa sayang dari orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. Maka dari itu Bimbingan dan konseling islam dilakukan dengan berlandaskan kasih sayang, sebab dengan kasih sayang pemberian bimbingan dan konseling akan menyentuh hati dan tujuan akan cepat tercapai.32

13.Asas Saling Mnghargai Dan Menghormati

Dalam bimbingan dan konseling, pada dasarnya kedudukan konselor dan klien sama atau sederajat, perbedannya hanya terletak pada fungsi saja yakni konselor memberikan bantuan sedangkan klien menerima bantuan. Hubungan antara konselor dan klien merupakan hubungan yang saling menghormati kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah Swt.

31 Werdayani, asas-asa bimbingan konseling islami (http//:blogspot.com. html, diakses

12 – 2009)

32 Saiful akhyar, konseling islami dan kesehatan mental, (medan: ciptapustaka media perintis, 2011), hal.94


(46)

37

14.Asas musyawarah

Bimbingan dan konseling islam dilakukan dengan asas musyawarah yang artinya antara konselor dan klien terjadi dialog yang baik, tidak ada rasa tertekan, yang ada hanya keterbukaan dalam berpendapat.

15.Asas keahlian

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dilakukan oleh orang-orang yang memilikikemampuan dan keahlian dibidang tersebut, baik keahlian metodelogi dan tehnik-ehnik bimbingan dan konseling islam, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan bimbingan dan konseling.33

Sebagai petugas Bimbingan Dan Konseling Islam, konselor harus mencapai taraf kematangan pribadi,m spiritualitas, dan keilmuan pada tingkat yang dikehendaki. Konselor sebagai pribadi dituntut agar bisa menjalankan tugas-tugas profesionalnya, seperti terampil mengempati dan menerima, dan memiliki akhlak yang terpuji menurut islam.34

e. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam a. Identifikasi

Identifikasi Adalah langkah untuk mengumpulkan data dari berbagai macam sumber yang berfungsi untuk mengetahui kasus beserta gejala-gejala yang Nampak.

33 Ibid 34 Ibid, hal 95


(47)

38

b.Diagnosis

Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau mengidentifikasi masalah. Langkah diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau mengidentifikasi masalah. Langkah ini meliputi proses interpretasi data dalam kaitannya dengan gejala-gejala masalah, kekuatan, dan kelemahan siswa. Dalam proses penafsiran data dalam kaitannya dengan perkiraan penyebab masalah konselor atau pembimbing haruslah menentukan penyebab masalah yang paling mendekati kebenaran atau menghubungkan sebab akibat yang paling logis dan rasional. Inti masalah yang diidentifikasi oleh konselor atau pembimbing dalam langkah diagnosis mungkin lebih dari satu.35

c. Prognosis

Prognosis adalah langkah meramalkan akibat yang mungkin timbul dari masalah itu dan menunjukan perbuatan-perbuatan yang dapat dipilih. Atau dengan kata lain prognosis adalah suatu langkah mengenai alternatif bantuan yang dapat atau mungkin diberikan kepada siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditemukan dalam rangka diagnosis.

d. Konseling atau Treatment

Langkah ini merupakan pemeliharaan yang berupa inti pelaksanaan konseling yang meliputi berbagai bentuk usaha, yaitu: menciptakan hubungan yang baik antara koselor dan klien,

35 Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Padang: Angkasa raya padang, 1987, hlm. 86-87


(48)

39

menafsirkan data, memberikan berbagai informasi, serta merencanakan berbagai bentuk kegiatan bersama klien.

e.Tindak Lanjut (Follow-Up)

Langkah Follow-Up atau tindak lanjut merupakan suatu langkah penentuan efektif tidaknya suatu usaha konseling yang telah dilaksanakannya. Langkah ini merupakan membantu klien melakukan program kegiatan yang dikehendaki atau membantu klien kembali memecahkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan masalah semula.36

B. Terapi Client Centered

a. Definisi Terapi Client Centered

Terapi Client Centered merupakan bagian dari aliran psikologi humanistic yang dikembangkan oleh Carl Rogers, pendekatan client centered menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi untuk menemukan arahnya sendiri.

Pendekatan atau terapi Client Centered ini berusaha untuk memahami secara penuh terhadap keunikan dan subyektifitas pengalaman klien.37

b. Pandangan Tentang Manusia

Client Centered memandang manusia memiliki kemampuan untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah

36 Ibid

37 Hartono Dan Boy Soedarmaji, Psikologi Konseling, (Surabaya : University Press UNIPA, 2008), hal. 193


(49)

40

psikisnya. Manusia dipercaya karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif maka tidak perlu lagi diadakan pengendalian terhadap dorongan-dorongan agresifnya.

Individu memiliki kesanggupan yang inheren untuk menjauhi maladjustment menuju keadaan psikologis yang sehat. Model terapi client centered menolak konsep yang memandang terapis sebagai otoritas terbaik dan memandang klien sebagai manusia pasif yang hanya mengikuti perintah-perintah terapis.

c. Tujuan Dan Terapi Client Centered

Pendekatan terapi client centered memiliki tujuan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha dalam membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh dan agar klien bisa memahami hal-hal yang ada dibalik topeng yang dikanakannya. 38

Rogers menguraikan ciri-ciri orang yang bergerak kearah yang lebih actual sebagai berikut:

1. Keterbukaan Pada Pengalaman

Memandang kenyataan tanpa mengubah bentuknya agar sesuai dengan struktur diri yang tersusun.

2. Kepercayaan terhadap organisme sendiri

Membangun rasa percaya diri dengan mencari saran dan jawaban dari luar, karena pada dasarnya manusia tidak mempercayai kemampuan diri untuk mengarahkan hidupnya sendiri.

38 Gerald Corey, Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi, (bandung : PT Refika Aditama), hal. 94


(50)

41

3. Tempat evaluasi internal

Memusatkan perhatian pada diri sendiri untuk mencari jawaban dari setiap permasalahan yang dialami sehingga dapat membuat keputusan dan pilihan bagi hidupnya.

4. Kesediaan untuk menjadi suatu proses

Sebagai tujuan akhir dalam mencari sejenis formula untuk membangun keberhasilan dan kebahagiaan yang diinginkan, dan memberikan kesadaran bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan.39

d. Ciri-Ciri Terapi Client Centered

a) Rogers tidak memengemukakan teori client centered sebagai suatu pendekatan terapi yang tetap dan tuntas, akan tetapi ia mengharapkan orang lain akan memandang teorinya sebagai prinsip percobaan yang berkaitan dengan perkembangan proses terapi dan bukan sebagai suatu dogma.

b) Pendekatan Client Centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk mengemukakan cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh.

c) Pendekatan Clien Centered menekankan dunia fenomenal klien. d) Rogers mengajukan hipotesis bahwa ada sikap tertentu pada pihak

terapis yang membentuk kondisi yang diperlukan dan memadai bagi keefektifan terapeutik pada klien.


(51)

42

e) Teori Client Centered dikembangkan melalui penelitian tentang proses dan hasil terapi.

e. Tehnik Terapi Client Centered

Menurut Carl Rogers beberap langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan konseling Client Centered Therapy, namun langkah tersebut dapat diubah-ubah karena bukan langkah yang baku, langkah-langkah tersebut yaitu :

1) Klien datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara sukarela. Bila klien datang atas petunjuk seseorang, maka konselor harus mampu menciptakan suasana permisif, santai, penuh keakraban dan kehangatan, serta terbuka, sehingga klien dapat menetukan sikap dalam pemecahan masalahnya.

2) Merumuskan situasi bantuan. Dalam merumuskan konseling sebagai bantuan untuk klien , klien didorong untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan pemecahan masalahnya sendiri. Dimana dorongan ini hanya bisa dilakukan apabila konselor yakin pada kemampuan klien untuk mampu membantu dirinya sendiri.

3) Konselor mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara bebas, berkaitan dengan masalahnya.dengan menunjukkan sikap permisif, santai, penuh keakraban, kehangatan, terbuka, serta terhindar dari ketegangan-ketegangan, memungkinkan klien untuk mengungkapkan perasaannya, sehingga dirasakan meredanya ketegangan atau tekanan batinnya.


(52)

43

4) Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan klien yang sifatnya negative dengan memberikan respons yang tulus dan menjernihkan kembali perasaan negatif dari klien.

5) Setelah perasaan negatfi dari klien terungkapkan,maka secara psikologis bebannya mulai berkurang. Sehingga ekspresi-ekspresi positif akan muncul, dan memungkinkan klien untuk bertumbuh dan berkembang.

6) Konselor menerima perasaan positif yang diungkapkan klien.

7) Saat klien mencurahkan perasaannya secara berangsur muncul perkembangan terhadap wawasan (Insight) klien mengenal dirinya dan pemahaman (Understanding) serta penerimaan diri tersebut. 8) Apabila klien telah memiliki pemahaman terhadap masalahnya dan

menerimanya, maka klien mulai membuat keputusan untuk melangkah memikirkan tindakan selanjutnya. Artinya bersamaan dengan timbulnya pemahaman, muncul proses verfikasi untuk mengambil keputusan dan tindakan memungkinkan yang akan diambil.40

40 John McLeod, Pengantar Konseling: Teori dan Study kasus,(Jakarta : Prenada Media


(53)

44

C. Kesulitan Belajar

a. Definisi Kesulitan Belajar

Sebelum kita membahas tentang kesulitan belajar alangkah baiknya kita membahas tentang pengertian belajar.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan yang ditunjukakan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.41

Abu Ahmadi menjelaskan dalam bukunya psikologi belajar, bahwasannya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri sebagai hasil interaksi lingkungannya.42

Dari kedua pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada individu setelah belajar yang terjadi melalui proses pengamatan.

Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh berbagai macam factor.

Menurut Muhibbin Syah kesulitan belajar dapat dialami oleh siswa siswi yang memiliki kemampuan rata-rata, lebih atau memiliki

41 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1996), hal 5


(54)

45

kemampuan yang kurang. Fenomena kesulitan belajar seorang siswa ditampakkan dengan menurunnya prestasi belajarnya, namun kesulitan belajar siswa terbukti dengan munculnya kelainan pada prilaku siswa seperti sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah.43

Kesulitan belajar dapat diketahui dengan menurunnya prestasi belajar dan berubahnya prilaku siswa seperti kesukaran berinteraksi didalam kelas, sering tidak masuk sekolah, dan lain sebagainya. Kesulitan belajar juga terjadi karena kurang bisa berkonsentrasi, konsentrasi yaitu pemusatan pemikiran terhadap suatu hal (mata pelajaran) dengan mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran tersebut.44

Problem kesulitan belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu kesulitan belajar yang dialami seorang siswa yang ditandai dengan berbagai macam kesulitan seperti, sulitnya berkonsentrasi saat pembelajaran berlangsung, sulit memahami materi pelajaran sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru, dan tidak bisa mengerjakan PR, sering memikirkan kekasih dan teman-temannya, dan juga main hp dikelas.

Dari pemaparan diatas fenomena kesulitan belajar siswa ditampakkan dengan menurunnya prestasi belajarnya. namun kesulitan belajar siswa terbukti dengan sering tidak masuk dan sering minggat dari sekolah.

43 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 2001), hal. 165 44 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (Yogyakarta : Center For Study Progress, 1988), hal. 61


(55)

46

b. Factor penyebab kesulitan belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya nampak jelas dengan menurunnya prestasi belajar, namun kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan prilaku (misbehavior), siswa suka berteriak-teriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah. Menurut Sumadi Suryabrata secara garis besar factor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam yaitu :

1. Factor internal

Factor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psikofisik siswa, ada tiga macam sifat yang berpengaruh dalam factor internal yakni :

1) Bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi siswa.

2) Bersifat afektif (ranah rasa) seperti labilnya emosi dan sikap.

3) Bersifat psikomotor (ranah karsa) seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).

Factor internal juga digolongkan dalam dua jenis faktor,yaitu:.45 a) Factor fisiologi

Factor fisiologis adalah factor fisik dari anak itu sendiri seperti cacat tubuh ringan dan cacat tubuh yang tetap.

45 Sumadi Suryabarata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet VI, 1993), hal. 249-253


(56)

47

b) Factor psikologis

Factor psikologis (kejiwaan) adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai prilaku yang di butuhkan dalam belajar, sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa belajar tentuna memerlukan kesiapan, ketenangan, rasa aman dan juga intelegensi. Selain itu yang menjadi penyebab masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental, dan juga tipe anak dalam belajar.

2. Factor eksternal

Factor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kodisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, factor lingkungan ini meliputi:

1) Lingkungan keluarga, seperti ketidak harmonisan hubungan ayah ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2) Lingkungan perkampungan atau masyarakat seperti wilayah perkampungan teman sepermainan (peer group) yang nakal yang kurang menyadari upaya membangun masa depan, sehingga sebagian besar waktu mereka digunakan untuk hura-hura dan membuang-buang waktu, energy, kesempatan. dan tidak jarang mereka mengajak untuk bermain dan sulit untuk menolak.46

46 Tuwuh Trisnayadi, Bimbingan Karir Untuk Pelajar Muslim, (Jakarta: Penerbit


(57)

48

3) Lingkungan sekolah seperti kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, kondisi guru dan alat-alat belajar yang kurang memadai atau berkualitas.

Adapun factor ekstern yang berasal dari luar diri siswa dibagi menjadi dua golongan dengan catatan bahwa overlapping tetap ada, yaitu:

1) Factor sosial adalah factor manusia (sesama manusia) baik manusia itu ada (hadir) maupun tidak hadir. Factor tersebut sangat mengganggu konsentrasi sehingga perhatian tidak dapat ditujukan kepada hal yang dipelajari atau aktivitas belajar itu semata-mata. 2) Factor non sosial, factor yang tidak terbilang jumlahnya seperti

keadaan udara, cuaca, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar.47

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang menaruh perhatian terhadap masalah kesulitan belajar telah menemukan sejumlah factor penyebabnya diantaranya:48

a. Factor keturunan

Di Swedia, Hallgren melakukan penelitian dengan objek keluarga dan menemukan rata-rata anggota keluarga tersebut mengalami kesulitan belajar seperti membaca, menulis dan mengeja, dan setelah diteliti mendalam ternyata salah satu factor penyebabnya adalah factor keturunan.

47 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali,1990), hal. 249-251 48 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung : CV. Wacana Prima, 2008), hal. 225-226


(58)

49

b. Gangguan fungsi otak

Ada yang berpendapat bahwa anak yang lamban belajar mengalami gangguan pada syaraf otaknya. Para ahli tidak terlalu menganggap cedera otak sebagai penyebabnya kecuali para ahli syaraf membuktikan masalah ini. Mereka menyebut sebagai “disfungsi otak” dari pada “cedera otak” sebab para ahli berpendapat bahwa sangat sulit untuk memastikan bahwa kelambanan atau kesulitan belajar itu di sebabkan oleh cedera otak. c. Pengorganisasian berfikir

Salah satu penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar adalah karena mereka tidak mampu mengorganisasikan cara berfikirnya secara baik dan sistematis.

d. Kekurangan gizi

Berdasarkan penelitian ditemukan adanya kaitan antara kesulitan belajar dengan kekurangan gizi artinya kekurangan gizi menjadi salah satu penyebabnya karena jika pada awal pertumbuhan seorang anak sangat kekurangan gizi keadaan itu sangat mempengaruhi perkembangan syaraf utamanya.

e. Factor lingkungan

Factor lingkungan adalah hal yang tidak menguntungkan yang dapat mengganggu perkembangan mental anak baik yang terjadi didalam keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.


(59)

50

Dapat ditarik pelajaran bahwa lingkngan yang tidak menguntungkan dapat mempengaruhi proses belajar siswa.49

c. Jenis Atau Karakteristik Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil yang belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologi. Dalam proses belajar setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an

ا

ن

ً ليِضْف تً ر بْك أ وً ٍتا ج ر دً ر بْك أً ة رِخآ ل وًٍضْع بًى ل عًْم ه ضْع بًا نْلَض فً فْي كًْر ظ

“Perhatikanlah bagaimana kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya”.

Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas. Jenis atau karakteristik kesulitan belajar diantaranya :

1) Learning Disorder atau kekacauan belajar yaitu keadaan dimana

proses belajar sseseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan, pada dasarnya potensi dasarnya tidak dirugikan akan tetapi proses belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respon yang bertentangan sehingga hasil yang dicapai lebih rendah dari potensi yang dicapai.

2) Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang

dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik walaupun sebenarnya


(60)

51

siswa tersebut tidak menunjukan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguang psikologis lainnya.

3) Under Achiever yaiatu siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat

potensi intelektual yang tergolong diatas normal tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

4) Slow Leaner atau hambatan belajar yakni siswa yang lambat dalam

proses belajar sehingga membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

5) Learning Disabilities atau ketidak mampuan belajar yang mengacu

pada gejala diman siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar sehingga hasil belajar dibawah potensi intelektualnya.

d. Ciri-Ciri dan Gejala Kesulitan Belajar

Seperti yang telah dijelaskan bahwa murid yang mengalami kesulitan belajar memiliki hambatan-hambatan sehingga dapat menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain.

Menurut moh surya ada beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar antara lain sebagai berikut : 1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah / dibawah rata-rata 2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan 3. Lambat dalam melakukan tuga-tugas belajar dan selalu tertinggal


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu dan Rohani ahmad, 1991 bimbingan dan konseling disekolah, jakarta:PT RINEKA CIPTA

Asrori, Mohammad, 2008, Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima

Bungin, Burhan, 2001 Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo

Corey, Gerald. 2009, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung : Refika Aditama.

Dra Hallen A.,M.Pd, 2002, Bimbingan Dan Konseling, Jakarta : Ciputat Pers. Drs. Dalyono, M, 2001, psikologi pendidikan, Jakarta : PT RINEKA CIPTA Herdiansyah, Haris, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba

Humanika

Hidayat, Dede Rahmat dan Herdi, 2013, Bimbingan Konseling Kesehatan Mental

Disekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

http://asrofulkhadafi.wordpress.com/2012/06/29/pendekatan-islami-dalam-proses-konseling/

http://muhammadnasikhul.blogspot.co.id/2013/12/makalah-metode-penelitiankulitatif_29.html

Jurnal Yanuswantoro, Dwi Tegar, Jurnal Penelitian Pendidikan Bimbingan

Konseling. Mahasiswi Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Surabaya

McLeod, John, Pengantar Konseling: 2003, Teori dan Study kasus. Jakarta : Prenada Media Grup.

Moeloeng, J Lexy., 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moeloeng, Lexy J. 2005 Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya


(2)

Mubarok, Ahmad, 2002 Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru

Muhibbin, Syah. 1995. Psikologi Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Rineka Rosdakarya

Musnamar, Thoha, 1992, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling

Islami, Yogyakarta : UII Press.

Nazir, Moh., 1998, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Prayitno dan Erman Amti, 2004 Dasar- Dasar Bimbingan Konseling

Rahmawati, Pudji, 2009, Bimbingan Penyuluhan Islam. Surabaya: Dakwah Digital Press.

Soedarmaji, Boy Dan Hartono, 2008, Psikologi Konseling. Surabaya : University Press UNIPA.

Sudjana, Nana, 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Balai Pustaka.

Sudjana, Nana, 1996, Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta

Suryabarata, Sumadi, 1993 Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet VI

Supriyono, Widodo dan Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar

Sutoyo, Anwar, 2009, Bimbingan dan Konseling Islami Teori dan Praktik,. Semarang : Cv. Widya Karya.

Syah, Muhibbin, 1995, Psikologi Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rineka Rosdakarya.

Syah, Muhibbin, 2001, Psikologi Belajar. jakarta : PT Logos Wacana Ilmu,

The Liang Gie, 1988 Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta : Center For Study Progress

Trisnayadi, Tuwuh, 2013, Bimbingan Karir Untuk Pelajar Muslim. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(3)

Uzer Usman, Moh dan Setiawati, Lilis. 1993, Upaya Optimalisasi Kegiatan

belajar mengajar, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Uzer Usman, Moh dan Setiawati, Lilis. 2002, Upaya Optimalisasi Kegiatan

belajar mengajar, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Yanuswantoro, Dwi Tegar, Jurnal Penelitian Pendidikan Bimbingan Konseling. Mahasiswi Bimbingan Konseling, fakultas ilmu pendidikan, Universitas Negeri Surabaya


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu dan Rohani ahmad, 1991 bimbingan dan konseling disekolah, jakarta:PT RINEKA CIPTA

Asrori, Mohammad, 2008, Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima

Bungin, Burhan, 2001 Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo

Corey, Gerald. 2009, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung : Refika Aditama.

Dra Hallen A.,M.Pd, 2002, Bimbingan Dan Konseling, Jakarta : Ciputat Pers. Drs. Dalyono, M, 2001, psikologi pendidikan, Jakarta : PT RINEKA CIPTA Herdiansyah, Haris, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba

Humanika

Hidayat, Dede Rahmat dan Herdi, 2013, Bimbingan Konseling Kesehatan Mental

Disekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

http://asrofulkhadafi.wordpress.com/2012/06/29/pendekatan-islami-dalam-proses-konseling/

http://muhammadnasikhul.blogspot.co.id/2013/12/makalah-metode-penelitiankulitatif_29.html

Jurnal Yanuswantoro, Dwi Tegar, Jurnal Penelitian Pendidikan Bimbingan

Konseling. Mahasiswi Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Surabaya

McLeod, John, Pengantar Konseling: 2003, Teori dan Study kasus. Jakarta : Prenada Media Grup.

Moeloeng, J Lexy., 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moeloeng, Lexy J. 2005 Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya


(5)

Mubarok, Ahmad, 2002 Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru

Muhibbin, Syah. 1995. Psikologi Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Rineka Rosdakarya

Musnamar, Thoha, 1992, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling

Islami, Yogyakarta : UII Press.

Nazir, Moh., 1998, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Prayitno dan Erman Amti, 2004 Dasar- Dasar Bimbingan Konseling

Rahmawati, Pudji, 2009, Bimbingan Penyuluhan Islam. Surabaya: Dakwah Digital Press.

Soedarmaji, Boy Dan Hartono, 2008, Psikologi Konseling. Surabaya : University Press UNIPA.

Sudjana, Nana, 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Balai Pustaka.

Sudjana, Nana, 1996, Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta

Suryabarata, Sumadi, 1993 Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet VI

Supriyono, Widodo dan Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar

Sutoyo, Anwar, 2009, Bimbingan dan Konseling Islami Teori dan Praktik,. Semarang : Cv. Widya Karya.

Syah, Muhibbin, 1995, Psikologi Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rineka Rosdakarya.

Syah, Muhibbin, 2001, Psikologi Belajar. jakarta : PT Logos Wacana Ilmu,

The Liang Gie, 1988 Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta : Center For Study Progress

Trisnayadi, Tuwuh, 2013, Bimbingan Karir Untuk Pelajar Muslim. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(6)

Uzer Usman, Moh dan Setiawati, Lilis. 1993, Upaya Optimalisasi Kegiatan

belajar mengajar, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Uzer Usman, Moh dan Setiawati, Lilis. 2002, Upaya Optimalisasi Kegiatan

belajar mengajar, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Yanuswantoro, Dwi Tegar, Jurnal Penelitian Pendidikan Bimbingan Konseling. Mahasiswi Bimbingan Konseling, fakultas ilmu pendidikan, Universitas Negeri Surabaya


Dokumen yang terkait

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kesulitan belajar siswa SMU Islam Al-Azhar 3

1 30 107

IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MENULIS Implementasi Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Menulis Siswa Kelas I Di SD Negeri 01 Tempuran, Simo, Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017.

0 10 17

PERAN GURU SEBAGAI PETUGAS BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS IV SDN PERAN GURU SEBAGAI PETUGAS BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS IV SDN MANGGUNG 2 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 13

PELAKSANAAN LAYANAN TERAPI CLIENT CENTERED DALAM MENGATASI KURANG PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG

1 3 118

Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku introvert: studi kasus siswi XI IPS MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

0 10 114

PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM MELALUI CLIENT CENTERED THERAPY TERHADAP PENINGKATAN ETOS KERJA SISWA SMK MA’ARIF NU BENJENG.

0 0 108

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI POSITIF THINKING DALAM MENGATASI MINDSET NEGATIVE SISWA KELAS XI IPS DI SMA NURUL HUDA SURABAYA.

0 0 112

UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI MIPA4 MELALUI METODE QUANTUM LEARNING DI SMA AL-ISLAM KRIAN SIDOARJO.

0 0 121

Penggunaan Konseling Islam Dalam Mengatasi Psikopatologi Siswa di Madrasah Aliyah Islamiyah Senori Tuban

0 1 26

Pemanfaatan Konseling Neuro Linguistic Programming dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar

0 0 9