PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM MELALUI CLIENT CENTERED THERAPY TERHADAP PENINGKATAN ETOS KERJA SISWA SMK MA’ARIF NU BENJENG.

(1)

PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM MELALUI

CLIENT CENTERED THERAPY TERHADAP PENINGKATAN

ETOS KERJA SISWA SMK MA’ARIF NU BENJENG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh:

ALIF MARDIANA DEVI NIM. B03212005

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Alif Mardiana Devi (B03212005), Pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam melalui

Client Centered Theraphy terhadap Peningkatan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng.

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui Client Centered Theraphy untuk meningkatan etos kerja siswa SMK

Ma’arif NU Benjeng, serta sejauh manakah pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui

Client Centered Theraphy dalam meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng

Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian Kuantitatif yang berfungsi untuk meungkap fakta dan data mengenai pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam melalui Client Centered Theraphy untuk Meningkatan etos kerja siswa SMK

Ma’arif NU Benjeng. Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan angket sebagai teknik

pengumpul data dengan dua variabel. Adapun indikator dari variabel Bimbingan Konseling Islam melalui Client Centered Theraphy adalah Hakikat manusia, serta tujuan dan tugas kehidupan. Sedangkan indikator variabel etos kerja adalah kepribadian positif, kerja keras, kreatif, kolaboratif, serta kompeten.

Subyek dari penelitian ini adalah 15 siswa XII TKR SMK Ma’arif NU Benjeng yang memiliki etos kerja rendah. Adapun pengujiannya menggunakan rumus uji T-Tes. Dengan melihat hasil uji menunjukkan bahwa nilai korelasi lebih besar dari nilai sig, yang bernilai sangat kuat yaitu 0,830. Sehingga dari hasil tersebut menunjukkan adanya Pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam melalui Client Centered Theraphy untuk Meningkatan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 8

2. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling ... 9

3. Variable Dan Indicator Penelitian ... 11

4. Kerangka Berpikir ... 14

5. Definisi Operasional ... 15

6. Teknik Pengumpulan Data ... 18

7. Teknik Analisis Data ... 21

F. Sistematika Pembahasan ... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 24

A. Kajian Teoritik ... 24

1. Bimbingan Dan Konseling Islam ... 24

a. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam ... 24

b. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islam ... 28

c. Fungsi Bimbingan Dan Konseling Islam ... 29

d. Unsur-Unsur Bimbingan Konseling Islam ... 30

e. Asas – Asas Bimbingan Dan Konseling Islam ... 30

f. Prinsip – prinsip Bimbingan Dan Konseling Islam . 34 g. Teknik Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam 35 h. Langkah – langkah Bimbingan Dan Konseling Islam 36 2. Terapi Analisis Client Centered Therapy a.Konsep Pendekatan Client Centered Theraphy ... 37

b.Dasar Pandangan Client Centered Theraphy ... 37

c. Ciri-ciri umum Client Centered Theraphy ... 38

d.Tujuan Client Centered Theraphy ... 39


(7)

3. Etos Kerja

a. Pengertian Etos Kerja... 41

b. Fungsi Etos Kerja ... ... 43

c. Atribut Etos Kerja Positif ... ... 44

d. Penyakit dalam Etos Kerja ... ... 49

4. Bimbingan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy Untuk meningkatkan Etos Kerja ... ... 50

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 51

C. Hipotesis Penelitian ... 55

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 57

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

2. Profil Sekolah... 58

3. Data Guru ... 59

4. Data Siswa ... 61

5. Data Fasilitas ... 62

B. Tahap Penyajian Data ... 63

C. Tahap Pelaksanaan ... 67

D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 73

1. Uji Validitas Data ... 73

2. Uji Realibitas Alat Ukur... ... 77 E. Pengujian Hipotesis ... 80

BAB IV ANALISIS DATA A. Pengujian Hipotesis ... 81

B. Pengujian Dua Sampel... ... 85

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Desain Penelitian ... 8

Tabel 1.2 Interpretasi Koefisisen Korelasi ... 22

Tabel 3.1 Tabel Data Guru SMK Ma’arif NU Benjeng ... 59

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 61

Tabel 3.3 Jumlah Ruangan ... 62

Tabel 3.4 Indikator Variabel x ... 64

Tabel 3.5 Indikator Variabel y ... 64

Tabel 3.6 Pre – Test Skala Etos Kerja ... 66

Tabel 3.7 Item Total Statistics variabel x ... 75

Tabel 3.8 Item Total Statistics variabel y ... 76

Tabel 3.9 Case Processing Summary variabel x ... 78

Tabel 3.10 Reliability Statistics variabel y ... 78

Tabel 3.11 Case Processing Summary variabel y ... 79

Tabel 3.12 Reliability Statistics variabel y ... 79

Tabel 4.1 Hasil Post – Test Variabel x dan y ... 82

Tabel 4.2 Interpretasi Koefisisen Korelasi ... 84

Tabel 4.3 Hasil Angket Sebelum dan Sesudah Treatment... 87

Tabel 4.4 Paired Sample Statistic ... 88

Tabel 4.5 Paired Sample Correlations ... 88

Tabel 4.6 Paired Sample Test ... 89


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini sekolah kejuruan untuk menengah atas tengah

booming dalam masyarakat kita. Bagaimana tidak, karena sekolah tersebut senantiasa

menjajikan berbagai keunggulan bagi para peserta didiknya terutama dalam hal penjaminan pekerjaan pasca lulus dari sana. Didukung juga oleh pemerintah yang turut

serta meramaikannya lewat iklan di televisi dengan semboyan SMK bisa. Jelas saja hal tersebut sangat menarik hati para pemirsa di manapun jua karena orientasi para orangtua memberikan fasilitas pendidikan kepada anaknya salah satunya adalah untuk kehidupan yang lebih baik, dan bisa terwujud jika pekerjaan yang dimiliki oleh sang anak adalah bergengsi. Secara otomatis, fenomena tersebut menyiratkan bahwa lulusan SMK nantinya langsung bisa bekerja tanpa harus berkuliah terlebih dahulu.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang mencetak tenaga terampil untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Untuk merencanakan kehidupan karier lebih baik, diperlukan suatu bimbingan yang memberikan bekal cukup kepada siswa. Dalam mengatasi dan mewujudkan hal tersebut diperlukan layanan bimbingan karier seorang konselor.1 Bimbingan karier adalah suatu kegiatan yang berusaha membantu siswa untuk mengenal pribadi, social, pekerjaan, belajar, tanggung jawab, waktu luang dan seluruh gaya hidup manusia serta membantu siswa untuk mengenal dirinya dan dunia kerja yang kemudian mengadakan penyesuaian diri antara keduanya dan mampu mengambil keputusan yang kesemuanya itu sebagai persiapan jika kelak

1


(10)

siswa lulus dari pendidikannya dan akan bekerja.2

Oleh karenanya, peran bimbingan konseling ini sangatlah diperlukan dalam pembimbingan karier bagi siswa – siswa tersebut

Secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menerima dirinya secara poositif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Hal itu jelaslah berkenaan dengan tugas dan fungsi adanya bimbingan karier untuk membantu dan mengembangkan masa depan karier yakni sebagai berikut (1) pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan; (2) pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya, khususnya karier yang dikembangkan; (3) orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup; (4) orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.3

Sebagai suatu jenjang pendidikan yang membekali siswanya dengan skill lebih

dini ini, maka SMK harus mampu menunjukkan eksistensi kesanggupanya untuk menyediakan tenaga yang telah memiliki keahlian tersebut. Terkadang ada kalanya siswa terampil dalam keahliannya, akan tetapi memiliki kelemahan untuk berinteraksi dengan pihak luar atas berbagai alasan. Sehingga tidak bisa memaksimalkan segala kemampuan dan keahliaanya sesuai dengan bidang dan harapannya yaitu untuk langsung bekerja tanpa menempuh pendidikan lagi terlebih dahulu. Dikarenakan hal tersebut pihak sekolah tidak hanya semata – mata menyiapkan tenaga yang terampil dan terdidik saja untuk siap

2

Ulifa Rahma, Bimbingan Karier. hal 16

3

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta, Rineka Cipta 2002) hal.41 - 42


(11)

bekerja, akan tetapi juga menjembatani para siswa untuk bisa terhubung dengan para penyedia pekerjaan.

Bursa Kerja Khusus atau yang biasa disingkat BKK itulah program yang telah dicanangkan oleh beberapa pengelola sekolah kejuruan. Sebuah program yang berusaha untuk menempatkan para lulusannya untuk bisa bekerja sesuai bidangnya dengan koordinasi dengan industry yang dituju. Program yang telah berjalan selama beberapa tahun terakhir ini, dirasa cukup efektif untuk menjadi solusi para lulusan SMK. Setidaknya sudah ada siraman kelegaan dalam dada para siswa karena jaringan dengan pihak luar terkait keahliannya telah ada yang menjembatani. Sehingga dari itu pula bisa manjadi salah satu alternative cara pengembangan karir para siswa SMK. Praktik pengembangan karir, seperti yang dilaporkan Benardin dan Russell (2003), terbukti bisa

meningkatkan kepuasan karir pegawai dan meningkatkan efektivitas organisasi.4

Dengan adanya pengembangan karir dalam rana pendidikan kejuruan atau SMK, maka motivasi siswa untuk belajar dan menggapai cita – citanya dirasa juga akan bertambah. Motivasi dan semangat ini penting untuk dimiliki oleh siswa, karena sebagai orang yang telah dipersiapkan untuk terampil dan terdidik. Oleh karena itu, adanya etos kerja ini juga akan mempengaruhi mereka untuk bertindak, bergerak dan berusaha. Etos kerja merupakan bagian dari soft-skill yang lebih menentukan seseorang dalam meraih

keberhasilan dibanding hard-skill.5

Alasan – alasan tersebut juga selaras dengan salah satu konsep bimbingan konseling islami yang memberikan kesadaran/pemahaman pada individu mengenai banyak factor yang mempengaruhi kegiatan belajar/pendidikan

4

Kaswan, Cereer Development (Pengembangan Karir Untuk Mencapai Kesuksesan dan Kepuasan), (Bandung, Alfabeta 2014) Hal. 49

5

Zainuddin Maliki, Meningkatkan Etos Kerja SDM Kementrian Agama melalui Survival Skill (Jurnal Diklat Keagamaan, Vol 7, no.2, April-Juni 20143) al. 145


(12)

seseorang, yaitu bakat, lingkungan, dan juga kemauan (minat, motivasi individu).6 Sebagaimana dengan firman Allah Q.S. An – Najm(53) ayat 39

 

 

  

“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,” (Q.S. An – Najm (53) : 39)7

.

Slogan SMK yakni "SMK Bisa!" beberapa tahun terkahir ini mulai nampak meredup. Seperti yang pernah dilansir oleh salah satu berita online bahwa fakta BPS mengatakan jumlah pengangguran lulusan SMK meningkat. Padahal sejatinya SMK adalah mempersiapkan generasi sekolah menengah untuk siap terjun ke dunia kerja kurang berhasil. Slogan tersebut sepertinya hanya membara saat generasi muda menempuh di jenjang sekolah. Sedang di dunia kerja, penyerapan baik yang diharapkan nampak belum optimal. Melihat rilisan BPS tentang jumlah pengangguran di Indonesia, lulusan SMK masih menjadi nomor pertama penyumbang pengangguran. Sekitar 11,19% dari total tersebut atau sekitar 814 ribu orang, merupakan tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Kepala BPS Suryamin, mengatakan angka tersebut meningkat dibanding Agustus 2012 yang sebesar 9,87%. Artinya tamatan SMK lebih banyak menjadi pengangguran dibanding yang lainnya. "Tingkat penggangguran terbuka pada Agustus 2013 untuk pendidikan, SMK menempati posisi tertinggi, yaitu sebesar 11,19%," ungkapnya di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (6/11/2013). Sementara posisi kedua terbanyak adalah tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan 9,74% dari total pengangguran.

6

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Islam dalam Islam (Jogjakarta, UII Press, 2001) Hal. 113

7

Muhammad Shohib Thohir, Al –Qur’an dan Terjemahnya (Mushaf Aminah), (Jakarta, Al – Fatih, 2013) hal. 527


(13)

Pengangguran dari tamatan ini terus meningkat dibandingkan Agustus 2012 yang sebesar 9,6%. Meskipun salah satu poin Sekolah Menengah Kejuruan yaitu mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar internasional, tapi sampai detik ini belum bisa terwujud secara maksiaml. Etos kerja yang diharapkan mampu mempersiapkan siswa di dunia kerja nampaknya belum optimal. Hal ini disinyalir terkendala pengelolaan setengah hati SMK. Pemerintah memberikan keleluasaan dalam pengembangan sekolah menengah kejuruan atau SMK. Namun, saat ini belum ada peningkatan mutu pendidikan SMK dan pemetaan mobilisasi lulusan SMK. Kebijakan pemerintah ini justru ditanggapi dengan euforia, yaitu munculnya SMK-SMK baru. Apabila tidak ada peningkatan kualitas SMK, maka industri akan kesulitan menyerap lulusan SMK yang jumlahnya cukup besar. Tutur Samsudi di Unnes Semarang, salah satu dosen Unnes tersebut.8

Sejalan dengan penuturan Kepala BKK SMK Ma’arif NU Benjeng, Bapak Hadi

Purwanto bahwa keadaan psikologi maupun kemampuan para siswa terkadang tidak konsisten. Ada kalanya ketika di sekolah ia sangat rajin, aktif datang ke sekolah, bahkan kemampuannya telah di atas rata – rata. Sehingga tidak ada alasan bagi beliau selaku kepala BKK untuk merekomendasikannya ke dalam salah satu perusahaan local yang ada pada kota tersebut. Akan tetapi, berbalik tiga ratus enam puluh derajat ternyata siswa tersebut tidak seperti ketika ia bersekolah yang selalu membanggakan. Alhasil, keluhan dari pihak perusahaanpun harus diterima, dan melakukan konfirmasi dengan siswa tersebut untuk mengklarifikasi kebenarannya. Apabila memang telah terbukti indisipliner

8

http://www.kompasiana.com/girilu/pengangguran-smk-tinggi-ironi-slogan-smk-bisa_5530128d6ea834fb1b8b4577 diakses pada 30/10/2015 pukul 06.35 WIB


(14)

tersebut dilakukan, maka pihak BKK tidak segan – segan untuk mencabut rekomendasi bagi siswa tersebut dari perusahaan yang bersangkutan.9

Berdasarkan fakta tersebut etos kerja siswa terkadang hanya mengebu – gebu ketika masih bersekolah, akan tetapi akan luntur seketika ketika masuk dunia kerja. Atau bahkan juga sebaliknya, ketika bersekolah terlihat tidak aktif, akan tetapi ketika bekerja, pihak perusahaan sangat puas dengan kerjanya. Sehingga dalam pelayanan BKK ini sangat diperlukan adanya kerjasama dengan guru Bimbingan Konseling untuk melihat bagaimana keadaan psikologis siswa dengan sebenarnya. Hal tersebut dilakukan agar mampu menyaring siswa yang memang benar – benar berniat untuk bekerja, yakni siap secara fisik maupun psikisnya.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini Peneliti ingin agar para siswa SMK Ma’arif

NU Benjeng, khususnya kelas dua belas yang akan lulus dan telah merasakan magang ketika kelas sebelas dulu ini memiliki etos kerja yang tinggi. Dengan adanya etos kerja yang tinggi ini segala sesuatu yang menghambat dalam bekerja bisa sirna seketika, karena yang kita lihat adalah kualitas, bukan kuantitas. Etos kerja ini akan Peneliti tingkatkan melalui Client Centered Therapy. Kegitan ini merupakan salah satu langkah

preventif bagi siswa sebelum bekerja, meskipun pada kenyataannya terkadang masih ada

ketidak sinkronannya. Akan tetapi usaha harus selalu dilakukan bahkan ditingkatkan yakni berupa pemberian metode Bimbingan Konseling Islam di atas.

9Hasil wawancara dengan ketua BKK SMK Ma‟arif NU Benjeng, Bapak Hadi Purwanto di kantor SMK


(15)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka peneliti akan merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy

meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng?

2. Sejauh mana pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui Client Centered

Therapy dalam meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini:

1. Untuk mengetahui pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui Client Centered

Therapy dalam meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng

2. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui

Client Centered Therapy dalam meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU

Benjeng

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis

a. Untuk memperkuat teori-teori bahwa Bimbingan dan Konseling Islam merupakan peranan penting dalam memecahkan problem atau masalah

b. Dapat dijadikan sumber informasi bahwasanya Bimbingan dan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy untuk meningkatkan etos kerja siswa SMK


(16)

a. Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembaca khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam

b. Dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan khususnya bagi peneliti, serta dapat membantu konseli dalam mengatasi masalahnya.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian dengan jenis kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan,10 karena penelitian ini adalah penelitian yang menggambarkan tentang pengaruh atau sebab akibat dari kedua variabel penelitian yaitu pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui

Client Centered Therapy dalam meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU

Benjeng

Metode penelitian yang digunakan di sini adalah eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.11 Dalam metode eksperimen ini Penulis menggunakan bentuk eksperiment one group pretest-posttests design.

Pengembangannya ialah dengan cara melakukan satu kali pengukuran di depan (pre–

test) sebelum adanya perlakuan (treatment) dan setelah itu dilakukan perlakuan lagi

(post-test). Desainnya sebagai berikut:

10

Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitattif, R&D (Bandung : Alfabeta, 2011), Hal 8

11


(17)

Pre – Test Variabel Terikat Post - Test

O1 A O2

Keterangan:

Pada desain ini tidak ada grup control

A = Pelatihan (treatment/perlakuan, yakni variabel bebas, Bimbingan Konseling

Islam melalui Client Centered Therapy

O1 = Etos Kerja siswa (pengukuran atau pengamatan / variabel terikat yakni tingkat etos kerja siswa) sebelum perlakuan/treatment

O2 = Etos kerja siswa setelah perlakuan/treatment

Pengaruh perlakuan (O1-O2)

Pada desain di atas, Peneliti melakukan pengukuran awal pada suatu objek yang diteliti, kemudian Peneliti memberikan perlakuan tertentu. Setelah itu pengukuran dilakukan lagi untuk yang kedua kalinya.12

Pelaksanaan eksperimentasinya yaitu kepada kelompok yang diteliti sebelum diberikan suatu materi, terlebih dahulu diketahui kondisi awal atau diberikan pretest.

Kemudian pada akhir eksperimen harus diukur keterpengaruhan materi yang diberikan tersebut dengan memberikan postest.13 Sehingga dalam pretest maupun

postest menggunakan alat tes yang sama.

2. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

12

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group 2014)Hal 115

13


(18)

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.14 Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan populasi terbatas. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memilki sumber data yang jelas batas – batasnya secara kuantitatif.15 Sehingga

populasi yang dimaksud tersebut adalah seluruh siswa kelas XII SMK Ma’arif

jurusan Teknik Kendaraan Ringan sebanyak 92 siswa. Apabila ditinjau dari kompleksitas objek populasi, maka dalam penelitian ini adalah menggunakan populasi heterogen. Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relative memiliki sifat – sifat individual, di mana sifat tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya.16 Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMK Ma’arif NU Benjeng jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) sebanyak 92 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana ini, maka jumlah anggota sampel yang akan diambil oleh peneliti sekitar 10 hingga 20 sampel. Hal tersebut sesuai dengan ukuran sampel sederhana menurut Roscoe dalam bukunya Research

Methods For Bussiness (1982:253). Untuk penelitian eksperimen yang sederhana,

yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok control, maka jumlah

14

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung, Alfabeta, 2014) Hal. 119

15

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta, Prenada Media Group 2009) Hal. 99

16


(19)

anggota sampel masing – masing antara 10 s/d 20.17 Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 15 siswa yang terdiri dari kelas XII TKR 1, XII TKR 2, dan XII TKR 3, di mana diambil perwakilan – perwakilan dari tiap kelas.

c. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.18 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampling kuota. Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri – ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.19 Ciri – ciri yang dimaksud ini adalah siswa yang memiliki etos kerja rendah, di mana mereka yang mempunyai nilai pre – test kurang dari 74 berdasarkan angket etos kerja yang telah dibuat oleh Peneliti. Sehingga dalam penelitian ini, Peneliti mengambil sampel kelas XII SMK jurusan Teknik Kendaraan Ringan sebanyak 15 siswa yang memiliki etos kerja rendah.

3. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel adalah gejala bervariasi, sedangkan gejala merupakan objek penelitian, berarti variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi.20 Adapun pengertian variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:

a. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah variabel tunggal yang berdiri sendiri yang tidak dipengaruhi variabel yang lain. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan

17

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method) Hal 133

18

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 20013), h 80-85

19

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method) Hal 126

20


(20)

Bimbingan Dan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy sebagai variabel

bebas yang diberi simbol X. Bimbingan Dan Konseling Islam melalui Client

Centered Therapy ini merupakan perpaduan antara konsep layanan Bimbingan

Konseling Islam dengan teknik Client Centered Therapy. Sehingga dalam konsep

teori ini memadupadankan antara layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah lanjutan seperti SMK dengan pendekatan Client Centered Therapy.

Beberapa pemikiran filosofis yang selalu terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang hakikat manusia, tujuan, dan tugas kehidupannya.21 Di mana dalam hakikat menusia ini, Peneliti mengutip pendapat dari Victor E. Frankl (salah satu pencetus teori humanistic, manusia memiliki potensi) bahwa manusia adalah dimensi spiritual, manusia adalah unik, serta manusia adalah bebas atau merdeka. Sedangkan dalam menentukan tujuan dan tugas kehidupan manusia ini menggunakan pendapat dari Witner dan Sweeney tentang kebahagian dan kesejahteraan hidup serta upaya mengembangkan dan mempertahankannya terus – menerus. Sehingga dalam kehidupannya, manusia harus menjalankan tugas – tugas kehidupannya antara lain spriritualitas, pengaturan diri, bekerja, persahabatan, dan cinta.22

Adapun ciri – ciri pendekatan Client Centered Therapy yang dikemukakan oleh Rogers antara lain konseli cenderung melakukan aktualisasi diri, konseli memiliki dunia fenomenal, konseli bermartabat, dan konseli pada dasarnya adalah baik.23 Berdasarkan uraian di atas, terdapat kesamaan antara hakikat manusia dalam bimbingan konseling dengan pendekatan Client Centered Therapy, sehingga dalam

21

Sulistyarini, Mohammad Jauhar, Dasar – Dasar Konseling (Jakarta, Prestasi Pustaka 2014) Hal 137

22

Sulistyarini, Mohammad Jauhar, Dasar – Dasar Konseling. Hal 137 – 140

23


(21)

penyusunan angket variabel bebas ini menggunakan beberapa indicator yang diperoleh dari penggabungan antara layanan bimbingan konseling islam dengan

Client Centered Therapy. Sehingga indikator – indikator dalam variabel bebas ini

adalah :

1. Hakikat Manusia

2. Tujuan dan tugas kehidupan Tabel 1.1 Indikator variabel x

(Bimbingan Konseling Islam melalui

Client Centered Therapy (BKI melalui CCT))

Variabel Indikator Deskriptor

Bimbingan Konseling Islam melalui Client

Centered Therapy (BKI melalui CCT)

Hakikat Manusia Manusia memiliki dimensi spiritual Manusia adalah unik

Manusia adalah bebas atau merdeka Manusia adalah makhluk rasional Manusia memiliki potensi baik Tujuan dan Tugas Kehidupan Memiliki spritualitas

Mampu mengatur diri sendiri Mampu bekerja

Mampu membangun persahabatan Memiliki cinta

b. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel ini ditandai dengan simbol Y yang akan dipengaruhi variabel X.24 Dalam hal ini variabel terikat penelitian yaitu meningkatkan etos kerja. Etos kerja

merupakan bagian dari soft – skill yang lebih menentukan seseorang dalam meraih

24


(22)

keberhasilan dibanding dengan hard – skill.25 Berdasarkan variabel tersebut, menyusun instrument berupa angket atau kuisioner harus memperhatikan indicator - indicator variabel tersebut.

Zainuddin Maliki dalam Jurnal Diklat Keagamaan April – Juni 2013 mengemukakan bahwa untuk meningkatkan etos kerja diperlukan atribut etos kerja positif. Adapun atribut – atribut tersebut terangkum dalam akronim 5 K, sebagaimana indicator etos kerja berikut ini.26

Adapun indikator – indikator dalam variabel ini adalah : 1. Kepribadian Positif

2. Kerja Keras 3. Kreatif 4. Kolaboratif 5. Kompeten

Tabel 1.2

Indikator variabel y (Etos Kerja)

25

Zainuddin Maliki, Meningkatkan Etos Kerja SDM Kementrian Agama Melalui Survival Skill (Jurnal Diklat Keagamaan, Volume 7, nomor 2, April – Juni 2013) hal. 145

26

Ibid. Hal 149 – 152

Variabel Indikator Deskriptor

Etos Kerja Kepribadian positif Pandai bersyukur

Memilih teman – teman yang suportif Menghilangkan drama

Mengambil tanggung jawab

Mengubah kata “tidak bisa” menjadi “bisa”

Berbuat baik Melihat sisi baiknya Beristirahat


(23)

4. K e r a n g k a B e r p i kir

Penelitian ini mempunyai dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan hubungan asimetris (kausal). Yakni hubungan variabel satu mempengaruhi variabel lainnya. Dengan kata lain, jika X maka Y. Artinya jelas bahwa ada yang memengaruhi dan ada yang dipengaruhi. Pada hubungan kausal ini akan dengan jelas memperlihatkan besaran pengaruh yang ditimbulkan oleh X terhadap Y. Artinya, jika X meningkat sekian, maka menyebabkan Y meningkat, begitu pula sebaliknya.27

27

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group 2014) Hal 53

Menyempatkan diri untuk tertawa

Kerja keras Memiliki pengetahuan dan

pengalaman

Bersungguh – sungguh

Menyerahkan semua pada Allah Tekun dalam menjalani pekerjaan

Kreatif Menjadikan sesuatu yang biasa

menjadi luar biasa

Menjadikan sesuatu yang unik Kehidupan menjadi lebih indah Memanfaatkan kemampuan diri semaksimal mungkin

Kolaboratif Mampu bekerja sama dengan

siapapun

Menyakini bahwa semua orang bisa Mampu mengelola pekerjaan yang baik

Mendahulukan kepentingan

kelompok daripada kepentingan pribadi

Kompeten Keunggulan moral

Keunggulan intelektual Keunggulan keahlian

Menggunakan waktu yang ada dengan sebaiknya


(24)

Berangkat dari kedua variabel di atas, antara variabel bebas dan variabel terikat, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka berikut ini

Variabel bebas Variabel terikat

Dalam hubungan asimetris ini, ada beberapa ketentuan hubungan sebagai berikut:

a. Hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respons (tanggapan). Hubungan yang demikian itulah merupakan salah satu hubungan kausal, yang lazim dipengaruhi para ahli.

b. Hubungan antara disposisi dan respons. Disposisi adalah kecenderungan untuk menunjukkan respons tertentu dalam situasi tetentu. Bila „stimulus’ datangnya

pengaruh dari luar dirinya, sedangkan „disposisi’ berada dalam diri seseorang. c. Hubungan antara prakondisi dan akibat tertentu

d. Hubungan yang permanen. Dalam hubungan ini terdapat jalinan yang erat antara variabel satu dan variabel yang lain. Jelasnya, apabila variabel satu berubah, maka variabel yang lain ikut berubah

e. Hubungan antara tujuan (ends) dan cara (means). Bimbingan Konseling

Islam melalui Client Centered Therapy di


(25)

5. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian Bimbingan Konseling Islam melalui

Client Centered Therapy untuk meningkatkan Etos Kerja Siswa SMK Ma’arif NU

Benjeng adalah sebagai berikut: a. Pengaruh

Yang dimaksud dengan pengaruh adalah suatu daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak atau perbuatan seseorang.28

b. Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorag atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.29 Konseling merupakan bentuk wawancara di mana konseli ditolong untuk mengerti lebih jelas dirinya sendiri, untuk dapat memperbaiki kesulitan yang berhubungan dengan lingkungan atau untuk dapat memperbaiki kesukaran penyesuaian.30

Bimbingan konseling islami adalah proses pemberian bantuan terarah, continu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits. Dengan bimbingan di bidang agama Islam merupakan kegiatan dari dakwah islamiah. Karena dakwah yang terarah adalah memberikan

28

Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h 664

29

Dewa Ketut Sukardi. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta : Rineka cipta. 2008)Hal. 2

30


(26)

bimbingan kepada umat islam untuk betul-betul mencapai dan melaksanakan keseimbangan hidup fid dunya wal akhirah.31

c. Client Centered Therapy

Client Centered Therapy adalah salah satu pendekatan yang menaruh

kepercayaan yang besar pada kesanggupan kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan kesanggupan – kesanggupan untuk memecahkan masalah – masalah.32 Atau dengan kata lain Client Centered Therapy atau terapi nondirektif adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dan klien, agar tercipta gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.33

Adapun langkah – langkah Client Centered Therapy ini adalah sebagai berikut: 1. Klien datang kepada konselor atas kemauannya sendiri

2. Situasi konseling sejak awal menjadi tanggung jawab konseli, sehingga konselor menyadarkan klien

3. Konselor menyakinkan klien agar ia berani mengemukakan perasaannya 4. Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya

5. Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya 6. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan) 7. Klien merealisasikan pilihannya itu.34

d. Meningkatkan Etos Kerja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Meningkatkan berasal dari kata dasar tingkat yang berarti menaikkan derajat, taraf.35 Etos kerja ini merupakan kata yang

31

Drs. A. Rasyad Shaleh, Management Dakwah,( Jakarta: PT Bulan Bintang, 1977) hal. 128-129

32

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, (Bandung, Refika Aditama 2013) hal 91

33

Sulistyarini, Mohammad Jauhar, Dasar – Dasar Konseling. Hal 241

34


(27)

berasal dari Bahasa Indonesia dan terdiri dari dua kata yakni etos dan kerja. Etos yang berasal dari kata Yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan menurut istilah etos adalah norma, serta cara dirinya mempersepsi, memandang, dan menyakini sesuatu.36 Sedangkan Kerja yaitu kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan (diperbuat).37 Sehingga etos kerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.38

Etos kerja merupakan bagian dari soft – skill yang lebih menentukan seseorang dalam meraih keberhasilan dibanding dengan hard – skill. Oleh karena itu, mudah dimengerti jika banyak orang yang cerdas karena memiliki hard – skill yang bagus, tetapi tidak sukses, bahkan kalah berhasil dibanding dengan mereka yang memiliki pengetahuan atau hard – skill pas – pasan, namun memiliki soft – skill yang bagus.39

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.40

Beberapa metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti antara lain :

a. Kuesioner (Angket)

35

Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa. 2008) Hal 1712

36

Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim (Yogyakarta, Dana Bakti Wakaf 1995) Hal. 25 - 26

37

http://kbbi.web.id/kerja diakses pada 30/10/15 pukul 07.51 38

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta. Balai Pustaka, 2005) hal 309 – 310

39

Zainuddin Maliki, Meningkatkan Etos Kerja SDM Kementrian Agama Melalui Survival Skill (Jurnal Diklat Keagamaan, Volume 7, nomor 2, April – Juni 2013) hal. 145

40


(28)

Angket atau kuesioner adalah tehnik pengumpulan data melalui formulir – formulir yang berisi pertanyaan – pertanyaan atau pernyataan - pernyataan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau anggapan dan informasi yang diperlukan.41 Metode Angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti.42

Cara pemberian nilai dalam penialian ini menggunakan teknik angket yang hanya memberikan tanda lingkaran silang atau checklist pada lembar

jawaban yang telah tersedia. Jawaban responden telah disediakan sehingga dapat memudahkan Peneliti dalam menganalisisnya, karena jawaban seragam. Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan angket langsung tertutup, di mana tiap pertanyaan telah disediakan pilihan jawaban sehingga responden hanya tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan keadaana dirinya. Selain itu, dalam penelitian inipun Peneliti menggunakan skala Linkert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif

41

Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung, Remaja Rosdakarya 2005) hal. 216 – 220

42


(29)

sampai sangat negative.43 Dalam penelitian ini menggunakan kata – kata jawaban tertutup sebagai berikut:

SS = Sangat Setuju (4)

S = Setuju (3)

R = Ragu – ragu (2) TS = Tidak Setuju (1)

Sehingga dalam penelitian ini, Peneliti menggunkan angket secara langsung dengan tipe tertutup. Untuk memperoleh data tentang keadaan etos kerja siswa

kelas XII SMK Ma’arif NU Benjeng.

Sebelum Peneliti melakukan pretest kepada 15 siswa SMK Ma’arif NU Benjeng, maka Peneliti terlebih dahulu melakukan uji kelayakan instrument penelitian tersebut, yakni uji angket. Uji instrument atau angket tersebut terbagi menjadi 2 tahap, yakni tahap uji validitas dan tahap uji reliabilitas menurut pandangan siswa. Dan agar hasilnya lebih mudah dipahami maka Peneliti menggunakan program aplikasi dalam software komputer statistical package for

social science (SPSS) 16 For windows. Untuk menguji validitas dan reliabilitas

angket yang telah dibuat oleh Peneliti ini, maka Peneliti mengujinya melalui siswa kelas XII TKR 1 sebanyak 32 siswa. Peneliti memilih kelas XII TKR 1 karena kriteria subjek yang diharapakan Peneliti ada pada siswa – siswa tersebut, meskipun pada akhirnya juga yang menjadi subjek penelitian ini adalah masing – masing perwakilan dari kelas XII TKR 1, XII TKR 2, dan XII TKR 3. Adapun perhitungan

43


(30)

SPSS yang peneliti gunakan dalam menentukan validitas dan relialibilitas adalah sama, yakni menggunakan corrected item – total correlation.

1. Uji Validitas Data

Validitas (validity, kesahihan) berkaitan dengan permasalahan “apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur sesuatu itu memang dapat

mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur tersebut”. Secara singkat dapat

dikatakan bahwa validitas alat penelitian mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.44 Ibarat kita akan menjaring ikan di lautan, apakah lubang – lubang jaring kita memang benar – benar untuk menjaring ikan

– ikan kecil (baca: ikan teri), sehingga meskipun ada ikan mujair yang kecil tak akan terjaring. Sehingga alat pengumpul kita memang benar – benar untuk objek yang kita inginkan dan butuhkan.

Uji validitas dilakukan agar bisa melihat kelayakan dari butir pernyataan dalam kuesioner sehingga dapat mendefinisikan suatu variabel. Suatu instrumen valid atau shahih adalah yang memiliki validitas tinggi. Atau sebaliknya bila instrumen yang digunakan kurang valid maka dapat dikatakan jika instrumen tersebut memiliki validitas rendah.

Dalam buku prosedur penelitian suatu pendekatan dan praktek Suharsimi arikunto mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan instrument45 uji validitas dilakukan terhadap

44

Burhan Nurgiyantoro dkk, Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Yogyakarta : Gadjah mada university press, 2009),Hal.338

45

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006,h 168


(31)

seluruh butir pertanyaan dalam instrument yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total pada masing-masing konstruk.

Data yang digunakan merupakan hasil skor dari angket yang disebarkan dalam bentuk kualitatif dan kemudian diubah dalam bentuk kuantitatif dengan menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan.46

Dalam menentukan validitas data, Peneliti menggunkan uji validitas

corrected item – total correlation. Analisis ini dilakukan dengan cara

mengorelasikan masing – masing skor item dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien item total yang over – estimasi (estimasi nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya). Atau dengan cara lain, analisis ini menghitung korelasi tiap item dengan skor total (teknik bivariate pearson),

tetapi skor total di sini tidak termasuk skor item yang akan dihitung.47

Adapun hasil dari uji validitas instrument menurut SPSS adalah sebagai berikut:

a. Hasil Validitas Variabel x (Bimbingan Konseling Islam melalui Client

Centered Therapy)

Tabel 1.3 Item-Total Statistics

46

Sugiono, Statistik untuk penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2009), hal. 134

47


(32)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Satu 20.84 23.943 .630 .825

Dua 21.16 26.588 .509 .838

Tiga 20.62 28.500 .412 .846

Empat 20.88 25.661 .590 .830

Lima 21.59 26.507 .465 .842

Enam 21.16 23.426 .612 .828

Tujuh 21.09 25.443 .631 .826

Delapan 21.06 23.028 .685 .818

Sembilan 21.34 24.684 .572 .832

Dalam hal analisis item ini Masrun (1979) menyatakan „Teknik Korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang

paling banyak digunakan’. Selanjutnya dalam memberikan interpretasiterhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan “Item yang memiliki korelasi positif

dengan kriterium (skol total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum

untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”. 48

Oleh karena itu semua item dalam variabel x (BKI melalui CCT) tersebut

telah valid semuanya karena telah melebihi 0,3.

b. Hasil Validitas Variabel y (Etos Kerja)

Tabel 1.4 Item-Total Statistics

48


(33)

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Satu 61.75 159.677 .381 .911

Dua 62.31 152.480 .581 .908

Tiga 61.94 161.351 .338 .912

Empat 61.94 159.544 .387 .911

Lima 62.16 154.652 .559 .908

Enam 62.66 151.136 .653 .906

Tujuh 62.88 150.758 .659 .906

Delapan 62.12 158.823 .423 .911

Sembilan 62.50 158.968 .405 .911

Sepuluh 61.84 158.072 .494 .909

Sebelas 62.62 152.565 .668 .906

Dua Belas 62.59 147.668 .754 .904

Tiga Belas 63.22 159.854 .362 .912

Empat

Belas 62.47 151.741 .622 .907

Lima Belas 62.62 155.855 .476 .910

Enam

Belas 62.03 157.257 .450 .910

Tujuh Belas 62.78 157.015 .466 .910

Delapan

Belas 62.66 153.201 .637 .907

Sembilan

Belas 62.72 150.918 .663 .906

Dua Puluh 63.00 158.903 .408 .911

Dua Puluh

Satu 62.78 153.854 .563 .908

Dua Puluh

Dua 62.97 153.902 .563 .908

Dua Puluh

Tiga 62.66 153.136 .569 .908

Dua Puluh

Empat 62.09 156.410 .414 .911

Dalam hal analisis item ini Masrun (1979) menyatakan „Teknik Korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang


(34)

paling banyak digunakan’. Selanjutnya dalam memberikan interpretasiterhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan “Item yang memiliki korelasi positif

dengan kriterium (skol total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk

dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”. 49

Oleh karena itu semua item dalam variabel y (Etos Kerja) tersebut telah valid semuanya.

2. Uji Reliabilitas Data

Reliabilitas (realibility, keterpercayaan) menunjuk pada pengertian apakah

sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Jadi kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konseistensi, keajegan, atau tidak berubah-ubah.50

Untuk menguji reliabilitas peneliti menggunakan teknik Alfa Cronbach dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

R = koefisien reliabilitas yang dicari K = jumlah butir pertanyaan (soal)

= varians butir-butir pertanyaan soal

49

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung, Alfabeta 2014) Hal. 182

50

Burhan Nurgiyantoro dkk. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. (Yogyakarta : Gadjah mada university press. 2009)Hal.341


(35)

= variansskor tes

a. Hasil analisis reliabilitas dari variabel x (Bimbingan Konseling Islam melalui

CCT)

Tabel 1.5 Case Processing

Summary

N %

Cases Valid 32 100.0

Excluded

a 0 .0

Total 32 100.0 Tabel 1.4

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.848 9

Setelah melakukan analisis faktor, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis reabilitas. Adapun ketentuan dalam analisis reliabilitas adalah sebagai berikut:

1. Jika harga r Alpha bertanda positif dan lebih besar dari r Tabel, maka variabel atau skala dikatakan reliabel dan sebaliknya

2. Jika harga r Alpha bertanda positif dan lebih kecil dari r Tabel, maka variabel atau skala dikatakan kurang reliabel dan sebaliknya.

Adapun kesimpulan dari uji Reliabilitas pada variabel x (pesan pendek), berdasarkan nilai koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,848 > 0,344 maka instrument tersebut valid. Artinya semua item tersebut reliabel sebagai instrumen pengumpul


(36)

b. Hasil analisis variabel y (etos kerja)

Tabel 1.6

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 32 100.0

Excludeda 0 .0

Total 32 100.0

Tabel 1.7 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.912 24

Setelah melakukan analisis faktor, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis reabilitas. Adapun ketentuan dalam analisis reliabilitas adalah sebagai berikut:

1. Jika harga r Alpha bertanda positif dan lebih besar dari r Tabel, maka variabel atau skala dikatakan reliabel dan sebaliknya

2. Jika harga r Alpha bertanda positif dan lebih kecil dari r Tabel, maka variabel atau skala dikatakan kurang reliabel dan sebaliknya.

Adapun kesimpulan dari uji Reliabilitas pada variabel y (etos kerja), berdasarkan nilai koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,912 > 0,344 maka instrumen tersebut valid. Artinya semua item tersebut reliabel sebagai instrumen pengumpul data.


(37)

b. Observasi

Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata dengan panca indera lainnya.51 Observasi dilakukan dengan mengamati siswa kelas XII dengan kategori etos kerja yang rendah di SMK Ma’arif NU Benjeng

c. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.52 Wawancara ini dilakukan untuk mencari kelengkapan informasi terkait pelayanan dan pelaksanaan Bimbingan Konseling di sekolah tersebut, sehingga wawancara akan dilakukan kepada beberapa pihak, antara lain:

i. Guru Bimbingan Konseling SMA Ma’arif NU Benjeng ii. Wali Kelas XII TKR 1. XII TKR 2, XII TKR 3

iii. Beberapa siswa yang memiliki etos kerja rendah d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.53 Metode ini digunakan untuk mencari data tentang struktur organisasi sekolah SMK Ma’arif NU Benjeng, ketua

51

Burhan Bungin, Metode penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana. 2005), Hal. 133

52

Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya. 2008.),Hal. 186

53


(38)

yayasan, kepala sekolah jumlah guru, serta sarana dan prasarana dan data-data lain yang diperlukan.

7. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data dimaksudkan untuk mengkaji kaitannya dengan kepentingan pengajuan hipotesis penelitian. Tujuannya adalah untuk mencari kebenaran data tersebut dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh tentang Bimbingan dan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy di Bursa Kerja Khusus dalam

meningkatkan Etos Kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng. Adapun metode analisa data yang digunkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pearson Product Moment yaitu Metode yang digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) yaitu mengetahui tentang pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy di Bursa

Kerja Khusus dalam meningkatkan etos kerja siswa. Dengan rumus sebagai berikut :

rxy = Σ XY –(Σ X) (ΣY)

√ [ N(Σ X²) –(ΣX)²] [N (ΣY²)-( ΣY)²] Keterangan :

rxy : Angka indeks korelasi “r” produtc moment N : Jumlah responden

Σ X : Jumlah seluruh skor X


(39)

Jika rxy lebih besar dari “r” table maka hipotesis kerja diterima dan jika rxy

lebih kecil dari “r” maka hipotesis ditolak. 54

Setelah itu nilai rxy dikonsultasikan dan diinterpresentasikan untuk mencari sejauh mana pengaruh Bimbingan Konseling Islam melalui Bursa Kerja Khusus dalam

meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng menurut pedoman sebagai berikut :

Tabel 1.8

INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI NILAI R55 Interval Koevisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

8. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan rancanagan skripsi nanti, Penulis mencantumkan sistematika pembahasan yang terdiri dari 5 BAB dengan susunan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah,yang berisikan alasan atau permasalahan yang mendasari penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam penelitian, di dalam landasan teori yaitu terdiri dari Pengertian Bimbingan Konseling Islam, Client Centered

54

LB. Netra. Statistik inferensial, (Surabaya : Usaha nasional. 1974), hal.171

55


(40)

Therapy, Bursa Kerja Khusus dan pengertian Etos Kerja kemudian terdapat hasil

penelitian terdahulu yang relevan dan hipotesis penelitian.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Pada bab ini diuraikan tentang deskripsi umum objek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pengujian hipotesis

BAB IV : ANALISIS DATA

Pada bagian ini Menjelaskan tentang penyajian hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu mengenai etos kerja siswa di SMK Ma’arif NU Benjeng dan analisis dari hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dan sekaligus meliputi kesimpulan dan memberikan saran.


(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan Dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Melihat perkembangan sejarah agama-agama besar di dunia, bimbingan konseling islam sebenarnya telah dilakukan oleh para nabi dan rasul, sahabat nabi,

para ulama’, pendeta, rahib,dan juga para pendidik dilingkungan masyarakat dari zaman ke zaman. Oleh karena itu, masalah bimbingan konseling dilingkungan masyarakat beragama secara nonformal telah dikenal sebagai suatu kegiatan bagi orang yang memegang kedudukan pimpinan dalam bidang keagamaan, hanya saja di dalam kegiatannya belum didasari teori-teori pengetahuan yang berhubungan dengan teknis serta administrasi pelaksanaanya, serta belum dilembagakan secara normal.Melihat kompleksitas permasalahan yang terjadi di era globalisasi ini, di mana persaingan begitu ketat, sehingga bimbingan harus dikembangkan secara baik, karena dampak era global dapat berkaitan dengan personal, sosial maupun lapangan pekerjaan, maka jenis bimbingan yang dikembangkan harus berkaitan dengan bimbingan dan konseling dalam berbagai bidang.1

Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri,

1


(42)

dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuain diri dengan lingkungannya2

Secara etimologis, Bimbingan dan Konseling terdiri atas dua kata yaitu

“bimbingan” (terjemahan dari kata guidance) dan “konseling” (diadopsi dari kata

counseling). Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berati

mengarahkan (to direct), membantu (to pilot), mengelola (to manage), dan

menyetir (to steer)3

Berikut beberapa pendapat mengenai arti dari bimbingan menurut para ahli :

Tolbert mengatakan bimbingan adalah seluruh programa atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan pada membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari.4

Sedangkan Rogers (dikutip dalam Lesmana, 2005) mengartikan konseling sebagai hubungan membantu di mana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan/konflik yang dihadapi dengan baik.5

Dalam bukunya Sofyan S. Wilis, Arthur J. Jones (1970) mengartikan

bimbingan sebagai “The help given by one person to another in making choices

and adjusment and in solving problems” bahwa dalam proses bimbingan ada dua

orang yakni pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si

2

Mohammmad Surya, Psikologi konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy.,2003), Hal. 2

3

syamsu Yusuf, LN, Landasan Bimbingan dan Konseling, cet.ke 3, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Hal. 5

4

Fenti Hikmawati. Bimbingan Konseling, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010),Hal.1

5


(43)

terbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.6

Pengertian Konseling dalam bahasa Inggris, Counseling dikaitkan

dengan kata Counsel yang diartikan sebagai berikut : nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel). Dengan demikian counseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.7

Menurut E. Hahn mengatakan bahwa konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan seorang dengan seorang yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas profesional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu

agar klien mampu memecahkan kesulitannya.8

Dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling karya Prayitno dan Erman Amti, crow&crow mengatakan Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengeembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan

menanggung bebannya sendiri.9

Istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari bahasa arab dalam

bentuk masdar yang secara harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata

kerja salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan

6

Sofyan S. Wilis, Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2010), Hal. 11

7

W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), Hal. 70

8

Sofyan S. Wilis,Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung: Alvabeta CV, 2010), Hal. 18

9


(44)

demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian.10 Di samping itu, Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki al-Shawi mendefinisikan Islam dengan rumusan Islam yaitu: atauran Ilahi yang dapat membawa manusia yang berakal sehat menuju kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhiratnya.11

Drs. A. Rasyad Shaleh menjelaskan bahwa Bimbingan konseling islami adalah proses pemberian bantuan terarah, continu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits. Dengan bimbingan dibidang agama islam merupakan kegiatan dari dakwah islamiah. Karena dakwah yang terarah adalah memberikan bimbingan kepada umat islam untuk betul-betul mencapai dan melaksanakan keseimbangan hidup

fid dunya wal akhirah12.

Menurut Aunur Rahim faqih Bimbingan dan Konseling Islam Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan selaras dengan ketentuan- ketentuan dan petunjuk dari Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. 13

Menurut M. Hamdani bakran Adz- dzaky, Bimbingan dan Konseling Islam Islam adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan dan pedoman kepada

10

Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam , (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004), Hal. 2

11

Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid, Hal. 62.

12

A. Rasyad Shaleh, Management Dakwah,( Jakarta: PT Bulan Bintang, 1977), Hal. 128-129

13

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam dalam Islam, (Yogyakarta: UII PRESS, 2004), Hal.4


(45)

klien dengan keterampilan khusus yang dimiliki pembimbing dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien mengembangkan potensi akal fikirannya, jiwa, dan keimanan, serta dapat menanggulangi masalah dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al- Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.14

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa Bimbingan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah15

Sedangkan menurut hemat peneliti Bimbingan Konseling Islam yaitu proses pemberian bantuan terarah kepada konseli yang sedang menghadapi masalahnya agar ddidapatkan solusi yang tepat dan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Menurut Saiful Akhyar Tujuan konseling Islam adalah:

1. Secara preventif membantu klien untuk mencegah timbulnya masalah pada dirinya.

14

M. Hamdani Bakran Adz-dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), Hal. 137

15

Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), Hal. 4-5


(46)

2. Secara kuratif/korektif membantunya untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

3. Secara preservatif membantunya menjaga situasi dan kondisi dirinya yang telah baik agar jangan sampai kembali tidak baik (menimbulkan kembali masalah yang sama).

4. Secara developmental membantunya menumbuh kembangkan situasi dan kondisi dirinya yang telah baik agar menjadi lebih baik secara berkesinambungan, sehingga menutup kemungkinan untuk munculnya kembali masalah dalam kehidupnya.16

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Fungsi bimbingan konseling islam dapat digolongkan pada tiga bentuk, yaitu:

1. Fungsi Remidial atau Rehabilitas, yang berkaitan dengan menyesuaikan diri, penyembuhan masalah psikologis, memulihkan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.

2. Fungsi Edukatif, pendidikan maupun pengembangan yang terkait dengan bantuan peningkatan keterampilan – keterampilan maupun kecakapan hidup, mengidentifikasi, memecahkan masalah, menghadapi transisi, menjelaskan nilai – nilai dan memutuskan arah hidup yang tepat dan benar.

3. Fungsi Preventif (pencegahan) sebelum menghadapi masalah – masalah kejiwaan yang disebabkan oleh kurangnya perhatian. Upaya ini dapat ditempuh melalui pengembangan strategi dan program – program yang dapat

16


(47)

digunakan untuk mengantisipasi dan menghindarkan berbagai resiko hidup yang tidak perlu terjadi.17

d. Unsur – unsur Bimbingan dan Konseling Islam

Berikut ini hal – hal yang harus ada dalam pelaksanaan bimbingan konseling islam

1. Konselor

Konselor atau pembimbing merupakan seorang yang mempunyai wewenang untuk memberikan bimbingan kepada orang lain yang sedang menghadapi kesulitan atau masalah yang tidak bisa diatasi tanpa bantuan orang lain. Persyaratan menjadi konselor antara lain :

a) kemampuan profesional b) sifat kepribadian yang baik c) kemampuan kemasyarakatan d) ketakwaan kepada Allah.18 2. Klien atau konseli

Individu yang diberi bantuan oleh serang konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain dinamakan klien.19

3. Masalah

Menurut WS. Winkel dalam buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah menengah, masalah adalah sesuatu yang menghambat, merintangi, mempersulit dan mencapai usaha untuk mencapai tujuan.20

17

Hamdani Bakran Adz – Dzaky, Psikoterapi Konseling Islam (Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru 2000) hal 163 – 164

18

Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : UII Press, 1992), hal. 42

19


(48)

e. Asas – asas Bimbingan dan Konseling Islam

Berikut asas – asas dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam: 1) Asas Kebahagiaan dunia akhirat

Kebahagiaan hidup duniawi bagi seorang muslim hanya merupakan kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagian akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan yang abadi yang amat kekal.

2) Asas Fitrah

Manusia menurut islam dilahirkan dalam atau membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama islam.

3) Asas Lillahita’alaa

Bimbingan dan konseling islam diselenggarakan semata – mata karena Allah, konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih. Sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan dan konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk mengabdi kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada – Nya.

4) Asas Bimbingan Seumur Hidup

Manusia hidup berapapun tidak akan ada yang sempurna dan selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan

20


(49)

menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itu, Maka bimbingan konseling islam diperlukan selama hayat di kandung badan. 5) Asas Kesatuan Jasmani dan Rohani

Bimbingan dan konseling islam memperlakukan konselinya sebagai makhluk jasmaniah. Rohaniahnya tidak akan memandang sebagai makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah semata. Bimbingan dan konsleing islam membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah dan rohaniah semata.

6) Asas Keseimbangan Ruhaniyah

Rohani manusia memiliki unsure dan daya kemampuan piker, merasakan atau menghayati dan kehendak bhawa nafsu serta juga akal. Orang yang dibimbing diajak mengetahui apa yang perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa yang perlu dipikirkan, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja. Kemudian diajak memahami apa yang perlu dipahami dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut.

7) Asas Kemajuan Individu

Bimbingan dan konseling islam, berlangsung pada citra manusia menurut islam, memandang seseorang individu merupakan suatu maujud

(eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan

individu dari yang lainnya dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental potendi rohaniyah.


(50)

Dalam bimbingan dan konseling islam, sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu (jadi bukan komunisme), hak individu juga diakui dalam batas tanggung jawab social.

9) Asas Kekhalifahan Manusia

Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan, sebab problem – problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidak seimbangan tersebut yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.

10)Asas Keselarasan dan Keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan, keserasian dalam segala segi. Dengan kata lain, islam menghendaki

manusia berlau “adil” terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain “hak”

alam semesta (hewan dan tumbuhan dan lain sebagainya) dan juga hak Tuhan.

11)Asas Pembinaan Akhlaqul Karimah

Bimbingan dan konseling islam membantu konslei atau yang dibimbing, memelihara, mengembangkan, menyempurnakan sifat – sifat yang tidak baik tersebut.

12)Asas Kasih Sayang

Setiap manusia memerlukan cina kasih dan sayang dari orang lain. Rasa kasih sayang yang ini dapat mengalaghkan dan menundukkan banyak hal. Bimbingan dan konseling islam yang dilakukan berdasarkan kasih sayang bimbingan akan menuai hasil yang cenderung berhasil. 13)Asas Saling Menghargai dan Menghormati


(51)

Dalam bimbingan dan konseling islam, kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang dibimbing pada dasarnya sama atau sederajat, perbedaannya hanya terletak pada fungsinya saja. Yakni pihak yang satu memberikan bantuan dan pihak yang lainnya menerma bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak yang dibimbing merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan masing – masing sebagai makhluk Allah.

14)Asas Musyawarah

Bimbingan dan konseling islam dilakukan dengan asas musyawarah, artinya antara pembimbing (konselor) dengan yang dibimbing atau konseli terjadi dialog amat baik, satu sama lain saling mendekatkan, tidak ada perasaan tertekan dan keinginan tertekan.

15)Asas Keahlian

Bimbingan dan konseling islam dilakukan oleh orang – orang yang menang memiliki kemampuan, keahlian di bidang tersebut, baik keahlian dalam metodelogi dan teknik – teknik bimbingan dan konseling mampu dalam bidang yang menjadi permasalahan (objek garapan/materi) bimbingan dan konseling.21

f. Prinsip – prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

Secara teknis, praktek bimbingan konseling islam dapat menggunakan instrument yang dibuat oleh bimbingan konsleing yang modern, tetapi semua filosofis, bimbingan dan konseling islam harus berdiri di atas prinsip ajaran konseling islam, antara lain:

21


(52)

1. Bahwa nasehat itu merupakan salah satu pilar agama yang merupakan pekerjaan yang mulia

2. Konseling islam harus dilakukan sebagai pekerjaan ibadah yang dikerjakan semata- mata mengharap ridho Allah

3. Tujuan praktik konseling islam adalah mendorong konseli agar selalu ridho terhadap hal – hal yang bermanfaat dan alergi terhadap hal – hal yang mudhorot

4. Konseling islam juga menganut prinsip bagaimana konseli dapat keuntungan dan menolak kerusakan

5. Meminta dan member bantuan hukumnya wajib bagi setiap orang yang membutuhkan

6. Proses pemberian bantuan konseling harus sejalan dengan tuntunan syari’at islam

7. Pada dasarnya manusia memiliki kebebasan utuk memutuskan sendiri perbuatan baik yang akan dipilih.22

g. Teknik Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling islam dari segi pelaksanaannya dibedakan menjadi tiga bagian, di antaranya sebagai berikut:

a. Directif

Pelaksanaan secara directif berarti bimbingan konseling islam yang

dilakukan secara langsung maupun konselor lebih berperan aktif dari pada konselinya.23

22

Ahmad Mubarak, Konseling Agama Teori dan Kasus 23


(53)

b. Non – Directif

Non – Directif merupakan bimbingan dan konseling secara tidak

langsung, artinya konseli lebih aktif daripada konselor dalam penyelesaian berbagai masalah yang dihadapinya. Pendekatan Client Centered Therapy ini

merupakan salah satu implementasi dari non – directif.24 c. Ekletik

Eklektisisme (eclectics) adalah pandangan yang berupaya menyelediki

berbagai system, metode, teori, atau doktrin, dengan maksud untuk memahami dan (bagaimana) menerapkannya dalam situasi yang tepat.25 Pelaksanaan secara ekletik berarti bimbingan konseling yang dilaksanakan secara berimbang antara peran konsleor dan konseli dalam upaya menyelesaikan masalah.26

h. Langkah – langkah Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling islam ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk pelaksanaannya. Langkah – langkah tersebut harus dilalui secara sistematis sesuai denga tahap dan urutannya. Adapun langkah – langkah dalam pelaksanaan bimbingan konseling islam adalah sebagai berikut: a. Identifikasi Masalah

Dalam langkah ini bermaksud untuk menetapkan masalah yang dihadapi klien disertai dengan munculnya gejala – gejala atau tanda - tanda yang terlihat ataupun muncul.

b. Diagnosis

24

Sjahudi Siradj, Pengantar Bimbingan Dan Konseling hal. 133

25

Sjahudi Siradj, Pengantar Bimbingan Dan Konseling hal. 133 26


(54)

Diagnosa ataupun yang biasa disebut diagnosis ini adalah tahap untuk menetapkan masalah yag dihadapi beserta latar belakangnya.

c. Prognosis

Prognosa atau prognosis ini merupakan langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa yang bisa kita berikan atau lakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

d. Treatment

Terapi atau treatment ini adalah tahap pelaksanaan bantuan apa

yang bisa dilaksanakan setelah adanya prognosa.

e. Evaluasi dan Follow Up

Evaluasi dan follow up ini merupakan langkah yang akhir dalam proses konseling. Langkah ini dimaksudkan untu mengatakan sejauhmana proses konsleing kita telah mencapai hasilnya. Sedangkan dalam langkah

follow up atau tindak lanjut adalah untuk melihat perkembangannya dalam

jangka waktu yang lebih lama.27

2. Pendekatan Client Centered Therapy

a. Konsep Pendekatan Client Centered Therapy

Pendekatan client – centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Yang paling penting dalam kualitas hubungan konsleing adalah pembentukkan suasana hangat, permisif dan penerimaan yang dapat membuat klien menjelajahi struktur dirinya dalam hubungan dengan pengalaman yang unik.

27

Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Bandung, CV. Ilmu 1975) hal. 104 – 106


(55)

b. Dasar Pandangan Client Centered Therapy

Pandangan client – centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang kecenderungan – kecenderungan negative dasar. Sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irrasional dan berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia terisolasi dan bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendekatan manusia dipercayai karena pada dasanya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan

– dorongan agresifnya.

Pendekatan Client Centered Therapy menekankan pada kecakapan klien

untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep – konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan. Menurut Rogers konsep inti konsleing berpusat pada klien adalah konsep tentang diri.28

Konseling non – directif sering pula disebut “Client Centered Therapy”, yang memberikan suatu gambaran bahwa proses konseling yang menjadi pusatnya adalah klien, dan bukan konselor yaitu:

1. Kegiatan sebagian besar diletakkan di pundak klien itu sendiri

28

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Bandung, Refika Aditama 2013) hal 91 – 92


(1)

Bimbingan Konseling Islam dengan Client Centered Therapy berpengaruh dalam

meningkatkan etos kerja.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga yang

berlaku adalah “Bimbingan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy untuk

meningkatkan etos kerja” B. SARAN

Syukur Alhamdulillah kepada – Nya, upaya dalam menyelesaikan tugas akhir telah

selesai. Dalam segala proses untuk terwujudnya skripsi ini penulis menyadari bahwa

penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya

untuk lebih menyempurnakan hasil dariapa yang telah diteliti ini dengan rujukan penelitian

relevan, agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan sempurna.

Untuk kebaikan dalam penyempurnaan penelitian, peneliti berharap agar penelitian

yang akan dilakukan oleh para calon-calon peneliti bisa lebih sempurna. Kemudian, untuk

menunjang penelitian bisa lebih sempurna, peneliti memberikan saran Kepada:

1. Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Islam (BKI) di harapkan bisa menambahan

referensi buku di perpustakaan jurusan. Agar dapat dijadikan bahan dalam

perkuliahan maupun literatur rujukan skripsi terutama dalam hal etos kerja.

2. Bagi SMK Ma’arif NU Benjeng agar senantiasa melakukan evaluasi terhadap etos kerja siswanya supaya tetap bisa konsisten baik dengan memaksimalkan dalam

proses belajar - mengajarnya, bahkan tinggi dari waktu ke waktu, hingga akhirnya


(2)

3. Bagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam untuk senantiasa melakukan

evaluasi terhadap penelitian ini sehingga bisa benar – benar menemukan solusi atau

teknik yang tepat untuk meningkatkan etos kerja.

4. Bagi peneliti lain diharapkan bisa menguji ulang penelitian terkait ini dengan

populasi yang luas lagi dan sampel yang lebih beragam juga, guna menghasilkan


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. Maman dkk, Dasar – Dasar Metode Statistika Untuk Penelitian, Bandung:

Pustaka Setia 2011

Adz – Dzaky. M. Hamdani Bakran, Konseling dan Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka

Baru, 2001

, Psikoterapi Konseling Islam, Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru 2000

Ahm. Asy`ari dkk., Pengantar Studi Islam , Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press 2004

Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid

Ahmad Mubarak, Konseling Agama Teori dan Kasus

Arikunto. Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktek, Jakarta: PT. Rineka

Cipta 2006

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2006

_____, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Kencana 2005

_____, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, Jakarta : Kencana 2013

Corey. Gerald, Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, Bandung: Refika Aditama 2013

Darmawan, Deni, Metode penelitian Kuantitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya 2013

Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu 1975

Departemen Agama RI, Al –Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI 2001

Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa. 2008

, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 1976

Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan Konseling Islam dalam Islam, Jogjakarta: UII Press, 2001


(4)

LN. Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling, cet.ke 3, Bandung: Remaja

Rosdakarya 2008

Lubis. Namora Lumonggas. Memahami Dasar-Dasar Konseling, Jakarta : Kencana. 2011

Lubis. Saiful Akhyar, Konseling Islami, Yogyakarta: eLSAQ Press 2007

Kaswan, Cereer Development (Pengembangan Karir Untuk Mencapai Kesuksesan dan

Kepuasan), Bandung: Alfabeta 2014

Maliki, Zainuddin, Meningkatkan Etos Kerja SDM Kementrian Agama melalui Survival Skill

(Jurnal Diklat Keagamaan, Vol 7, no.2, April-Juni 20143) hal. 145

Mardilis, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara 2007

Masdarini, Luh, Usaha-Usaha Penyaluran Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan melalui

Optimalisasi Peran Bursa Kerja Khusus (Universitas Pendidikan Ganesha, 2014)

Meleong, Lexi J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya 2008

Mubarak. Ahmad, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus, Yogyakarta: Fajar

Pustaka Baru, 2002

Mukhlas. Abdul Munir, Ideologis Gerakan Dakwah, Jakarta: Sipress 1996

Munir. Samsul, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta : Amzah 2010

Musnamar. Tohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta : UII

Press, 1992

Netra, LB. Statistik inferensial, Surabaya: Usaha nasional 1974

Noor. Juliansyah, Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2014


(5)

Priyatno. Duwi, Mandiri Belajar SPSS, Jakarta: Buku Kita 2009

Rahma, Ulifa, Bimbingan Karier, Malang: UIN Maliki Press 2010

Riduwan, Pengantar Statistik Sosial, Bandung: Alfabeta 2009

Shaleh, A. Rasyad, Management Dakwah, Jakarta: PT Bulan Bintang 1977

Sirodj. Sjahudi, Pengantar Bimbingan Konseling Islam, Surabaya: Revka Petra Media 2012

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), Bandung: Alfabeta 2014

_____, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitattif, R&D, Bandung : Alfabeta 2011

, Statistik untuk penelitian, Bandung : Alfabeta 2009

Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Jakarta: Rineka Cipta 2002

_____, Pengantar Teori Konseling, Jakarta : Ghalia Indonesia 1985

_____, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta : Rineka cipta 2008

Sulistyarini, Mohammad Jauhar, Dasar – Dasar Konseling, Jakarta: Prestasi Pustaka 2014

Surahman. Winarno, Metode Penelitian Ilmiah, Bandung: Transito 2010

Hadi. Sutrisno, Metode Penelitian, Jakarta: UGM Press 1986

Surya. Mohammmad, Psikologi konseling, Bandung: Pustaka Bani Quraisy 2003

, Teori – Teori Konseling, Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy 2003

Tasmara. Toto, Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf 1995

Tasmara. Toto, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani 2002

Thohir, Muhammad Shohib Thohir, Al –Qur’an dan Terjemahnya (Mushaf Aminah), Jakarta: Al


(6)

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

2005

Willis. Sofyan S, Konseling Individu Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2010

Winkel. W.S., Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan, Jakarta : PT Gramedia

Widiasarana Indonesia 1997

, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah Menengah, Bandung : Pionir jaya, 1978

Ya’qub. Hamzah, Etos Kerja Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 1992

http://www.kompasiana.com/girilu/pengangguran-smk-tinggi-ironi-slogan-smk-bisa_5530128d6ea834fb1b8b4577 diakses pada 30/10/2015 pukul 06.35 WIB

Hasil wawancara dengan ketua BKK SMK Ma’arif NU Benjeng, Bapak Hadi Purwanto di kantor SMK Ma’arif NU Benjeng, pada hari Senin 10/11/2015 pukul 11.30 WIB