Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku introvert: studi kasus siswi XI IPS MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR MENGGUNAKAN ASERTIVETRAINING UNTUK MENGATASI PERILAKU

INTROVERT

(Studi kasus Siswi kelas XI IPS di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S. Sos)

Disusun Oleh: Puput Rosalia NIM B93213106

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRACT

Puput Rosalia (B93213106), Guidance and Counseling of Islam with Behavior Therapy using Assertive Training to Overcome Introvet Behavior (Case Study of Student XI IPS MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

The focus of the research is (1) How the process of Guidance and Counseling of Islam with Behavior Therapy using Assertive Training to overcome the behavior of Introvet A student at MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo School, (2) How to Guidance and Counseling Islam with Behavior Therapy using Assertive Training To overcome the behavior of Introvet A student at MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo School?

In answering the problem, this research uses descriptive qualitative research method with case study that is in the form of interview, observation and documentation. Here the author explains about how the Guidance and Counseling of Islam using behavior therapy with Assertive Training to overcome the behavior of a student's Introvet in MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo School is a student who has problems with introvetnya behavior both in the home environment and school environment. So from the introvet's behavior students experience a) Rarely go to the cafeteria along with his classmates. b) Hard to talk to friends and teachers. c) Tend to Silence. d) Do not have friends playing at home. e) Preferably playing alone than with a friend. Therefore, the student has no friends either at school or at home and is always closed.

In the process of conducting this counseling using behavioral therapy with Assertive Training through the role play process. In this role play there are three characters to play, namely 1) students who like to ask questions. 2) Students who like to organize 3) Leaders in playing puzzles. In undergoing counseling process the client must play the three characters that have been formed to play the role. After doing the counseling process the client already feel better and have friends to be invited to go to the canteen and chatting.

From the results of this study it can be concluded that Behavior Therapy with Assertive Training to overcome the behavior of Introvet in students in MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo is said to succeed because the changes experienced by clients have been seen by gathering and communicating with his friends. And the end result of this counseling process can be said to be successful.


(7)

ABSTRAK

Puput Rosalia (B93213106), Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior menggunakan Assertive Training untuk Mengatasi Perilaku Introvet (Studi Kasus Siswi XI IPS MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi

perilaku Introvet Seorang siswi di Sekolah MA Hasyim Asy’ari Bangsri

Sukodono Sidoarjo ?, (2) Bagaimana Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku

Introvet Seorang siswi di Sekolah MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono

Sidoarjo ?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan studi kasus yaitu berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Disini penulis menjelaskan tentang bagaimana Bimbingan dan Konseling Islam menggunakan terapi behavior dengan

Assertive Training untuk mengatasi perilaku Introvet seorang siswa di Sekolah

MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo yaitu siswa yang mengalami

masalah pada perilaku introvetnya baik di lingkungan rumah maupun dilingkungan sekolahnya. Sehingga dari perilakunya yang introvet itu siswa mengalami a) Jarang pergi ke kantin bersama dengan teman kelasnya. b) Susah diajak berbicara dengan teman maupun guru. c) Cenderung Pendiam. d) Tidak mempunyai teman bermain dirumah. e) Lebih senang bermain sendiri daripada dengan temannya. Oleh karena itu, siswa tersebut tidak mempunyai teman baik di sekolah maupun dirumah dan selalu tertutup.

Pada proses pelaksanaan konseling ini menggunakan Terapi behavior denganAssertive Trainingmelalu proses bermain peran. Dalam bermain peran ini ada tiga karakter untuk dimainkan, yaitu 1) siswa yang suka bertanya. 2) Siswa yang suka berorganisasi 3) Pemimpin dalam bermain teka–teki. Dalam menjalani proses konseling klien harus memerankan tiga karakter yang sudah ditentukkan untuk bermain peran. Setelah melakukan proses konseling klien sudah merasa lebih baik dan mempunyai teman untuk diajak pergi ke kantin dan mengobrol.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Terapi Behavior dengan

Assertive Training untuk mengatasi perilaku Introvet pada siswa di MA Hasyim

Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo dikatakan berhasil karena perubahan yang dialami klien sudah terlihat dengan berkumpul dan berkomunikasi dengan teman

–temanya. Dan hasil akhir dari proses konseling ini dapat dikatakan berhasil.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Definisi Konsep ...7

F. Metode Penelitian ...10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...10

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ...11

3. Jenis dan Sumber Data ...11

4. Tahap–tahap Penelitian ...13

5. Tehnik Pengumpulan Data ...15

6. Tehnik Analisis Data ...18

7. Tehnik Keabsahan Data ...20

G. Sistematika Pembahasan ...21

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ...23

1. Bimbingan dan Konseling Islam ...23

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ...23

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam ...24

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam...25

d. Prinsip–Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam ...26

e. Unsur-Unsur Bimbingan dan Konseling Islam...27

f. Asas–Asas Bimbingan dan Konseling Islam ...32

g. Langkah–langkah Bimbingan dan Konseling Islam...39

2. Terapi Behavior ...41

a. Pengertian Terapi Behavior ...41


(9)

c. Hakikat Manusia ...43

d. Teknik Terapi Behavior ...45

3. Assertive Training ...47

a. Pengertian Assertive Training...47

b. Tujuan Assertive Training...48

c. Tahapan Pelasanaan Assertive Training ...50

4. Introvet ...51

a. Pengertian Introvet...51

b. Sebab–sebab anak menjadi Introvet ...52

c. Ciri–ciri Kepribadian Introvet ...54

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan...55

BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ...58

1. Deskripsi Lokasi Penelitian...58

2. Deskripsi Konselor ...64

3. Deskripsi Klien...65

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...70

1. Deskripsi Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi Behavior dengan menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku Introvet seorang siswa di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo ...70

2. Deskripsi hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi Behavior dengan menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku Introvet seorang siswa di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo...88

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi siswa Introvetdi MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo...91

B. Analisis hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi Siswa Introvetdi MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo...95

C. Kendala selama proses Pelaksanaan penelitian ...98

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ...99

B. Saran ...100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk hidup yang ada didunia ini memiliki keberlangsungan kehidupan dari waktu ke waktu pasti mengalami perubahan, dan itu semua disebabkan karena adanya pergesakan pergaulan dalam lingkungan, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Yang dimaksud dari pergaulan disini adalah jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan orang lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Pergaulan merupakan kelanjutan dari proses interaksi sosial yang terjalin antara individu dalam lingkungan sosialnya. Kuat lemahnya suatu interaksi sosial mempengaruhi erat tidaknya pergaulan yang terjalin. Seorang anak yang selalu bertemu atau hanya melakukan interaksi sosial secara tidak langsung.

Manusia memerlukan pergaulan untuk menjadi individu yang berbeda –

beda, baik dari fisik, perilaku, maupun cara berfikir. Sehingga pergaulan dari setiap perilaku individu akan terbentuk. Perilaku terbentuk berdasarakan hasil dari segenap pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitar. Tidak ada individu yang sama, karena kenyataan setiap individu


(11)

memiliki pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya. Kepribadian adalah cerminan dari situasi pengalaman atau stimulus yang diterimanya.

Pada dasarnya peran keluarga sangatlah penting sebab dilingkungan keluarga merupakan sumber informasi pertama bagi individu sebelum mengenal dunia luar. Dilingkungan keluarga juga individu mendapatkan pendidikan, bimbingan, dan latihan. Sehingga apa yang diperoleh dari lingkungan keluarga dapat dikembangkan di kehidupan selanjutnya. Dalam lingkungan keluarga terdapat banyak kesalahan dalam proses pembelajaran hidup seperti tekanan – tekanan dimana individu dibatasi dalam pergaulan dilingkungan sekitar sehingga individu cenderung berdiam diri dari dunia luar dan memiliki sifat kurang percaya diri. Maka dari itu akan berdampak buruk bagi pergaulan individu baik terhadap lingkungan masyarakat maupun lingkungan pendidikan.

Pembentukan kepribadian yang dibatasi mulai dari lingkungan keluarga menyebabkan individu memiliki persepsi tentang harga diri dan sikap kurang percaya diri sehingga mempunyai konsep diri negatif dalam menyampaikan ide, perasaan, serta fikiran–fikiran kepada orang lain. Demikian pula sikap negatif terhadap diri sendiri, membuat individu kurang komunikasi terhadap orang lain. Sebagai akibatnya individu tidak memiliki keberanian dalam hal komunikasi terhadap orang lain maka dari itu individu tersebut memiliki sikap menutup diri (introvert).


(12)

Sikap introvert adalah kecenderungan seorang anak untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Sikap dan keputusan yang ia ambil untuk melakukan sesuatu biasanya didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamanya sendiri. Mereka biasanya pendiam dan suka menyendiri, merasa tidak butuh orang lain karena merasa kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri. Individu ini juga lebih suka bermain sendiri dan lebih senang mempunyi satu teman dari pada banyak teman.1Selain itu sikap introvert ini sulit menjalani hidup, seperti sulit meminta pertolongan orang lain, tidak memiliki banyak teman, dan selalu ragu

–ragu dalam bertindak.

Menurut Carl Gustav Jung perilaku introvert adalah sebagai orang pendiam, menjauhkan diri dari kejadian – kejadian luar, tidak mau terlibat dengan dunia objektif, tidak senang berada di tengah orang banyak, merasa kesepian dan kehilangan di tengah orang banyak. Jung menyatakan orang yang tidak mudah percaya diri, kadang menderita perasaan rendah diri, karena itu orang introvert gampang cemburu dan iri hati. Orang introvert menghadapi dunia luar dengan suatu sistem pertahanan diri yang sistematis dan teliti, tamak sebagai ilmuan, cermat, berhati – hati, menurut kata hati, sopan santun, dan penuh curiga. Dalam kondisi kurang normal seorang introvert menjadi orang yang pesimis dan cemas, keran dunia dan manusia sekitarnya siap menghancurkannya. Dunianya adalah suatu pelabuhan yang aman. Tempat

1

Freda Fordhan(diterjemahkan Dra. Istiwidayanti), Pengantar psikologi, C. G. Jung(Jakarta: Bratha Aksara,1988) hal 18


(13)

tinggalnya ( rumah) adalah yang teraman dan teman pribadinya yang terbaik. Karena itu tidak mengherankan orang –orang introvert sering tampak sebagai orang yang cinta diri tinggi, egois, bahkan menderita patologis. Dalam hal ini perilaku introvert itu termasuk perilaku negatif yang mana diperlukkan sebuah penangannan agar tidak terlalu mendominasi diri.

Oleh karena itu diperlukan sebuah penanganan untuk mengatasi perilaku introvert tersebut, salah satunya adalah dengan terapi behavior assertive training. Terapi behavior adalah pendekatan – pendekatan terhadap konselin dan psikoterapi yang berkaitan dengan pengubah tingkah laku. Sedangkan

assertive training menurut Willis bahwa assertive training merupakan teknik dalam konseling behavior yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya.

Seperti dalam kasus Melati (nama samaran) seorang siswi kelas XI IPS

di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo, Dia yang memiliki kepribadian introvert. Karena dalam kesehariannya Dia sering menyendiri. Pada saat dirumah Dia sering menghabiskan waktunya bermain didalam rumah seperti menonton Televesi, bermain didalam kamar, Dia juga jarang membantu ibunya untuk bersih – bersih rumah. Dirumah juga Dia tidak memiliki teman untuk bermain dirumahnya. Karena samping kanan rumahnya Yayasan Sekolah Dasar Alchusnaini sedangkan samping kiri rumah panti Asuhan Alchusnaini. Dan juga Dia kalau keluar rumah hanya sekedar sholat berjamaah di masjid Panti selesai sholat langsung pulang.


(14)

Sedangkan kalau disekolah Dia berangkat dan pulang sendiri tanpa teman yang bersama Dia. Didalam kelas Melati (nama samaran) tidak memiliki teman untuk diajak mengobrol, pergi ke kantin atau berbaur sesama kelas XI. Teman kelasnya sering mengejek Dia karena sikapnya yang pendiam meskipu diejek temannya. Dia bahkan tidak pernah keluar kelas meskipun jam istirahat tiba kecuali ada mata pelajaran yang diharuskan keluar seperti ke Lab Komputer dan perpustakaan. Sedangkan dengan guru mata pelajaran Dia jarang mengerjakan tugas, kalau diajak berbicara Melati (nama samaran) hanya menjawab singkat dan sikapnya yang cuek membuat guru mata pelajaran tidak mengiraukan dia. Dengan sikapnya yang pendiam dan cuek terhadap lingkungan disekitar akhirnya dia menyendiri karena sifatnya yang Introvert tersebut.

Berdasarkan uraian berbagai hal yang berkaitan dengan perilaku introvert tersebut diatas, maka hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk meneliti dengan judul BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

DENGAN TERAPI BEHAVIOR MENGGUNAKAN ASSERTIVE TRAINING

UNTUK MENGATASI PERILAKU INTROVERT (STUDI KASUS ANAK KELAS XI-IPS MA HASYIM ASYHARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadikan permasalahan dalam penelitian ini adalah:


(15)

1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling islam dengan terapi behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku introvert di sekolahan MA Hasyim Asyhari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil bimbingan dan konseling islam dengan terapi behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku introvert di sekolahan MA Hasyim Asyhari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadikan permasalahan dalam penelitian. Juga menjawab rumusan masalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dengan terapi behavior menggunakanassertive traininguntuk mengatasi perilaku introvert di sekolahan MA Hasyim Asyhari Bangsri Sukodono Sidoarjo. 2. Mengetahui hasil proses bimbingan dan konseling islam dengan terapi

behavior menggunakan assertive training untuk mengatasi perilaku introvert di sekolahan MA Hasyim Asyhari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penenlitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis:

1. Manfaat Teoritis

a. Dari penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi dan keilmuan serta pengetahuan bar mengenai dunia Bimbingan dan


(16)

Konseling Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

b. Dari penelitian ini diharapakan bisa dijadikan referensi serta pembanding bagi peneliti sebelumnya yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang serupa.

2. Secara Praktisi

a. Diharapkan setelah penelitian ini penulis bisa memberikan sumbngan pemikiran bagi calon konselor serta Guru dan calon Guru Khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling dalam menghadapi kasus perilaku Introvert.

b. Bisa membantu anak yang berperilaku introvert untuk bisa komunikasi antar teman dan membangun kepercayaan diri sehingga bisa menjadi generasi penerus bangsa yang lebih baik.

E. Definisi Konsep

1. Bimbingan dan Konseling Islam

Menurut Muhammad Surya, Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus –menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahamahan diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.2

2


(17)

Konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kesadaran sebagai hamba dan khalifah Allah yang bertanggung jawab atas dasar norma yang bersumber dari Allah Swt.3

Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sitematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secra harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rosul-Nya demi tercapainya kebahagian duniawi dan ukhrawi.4

Yang dimaksud Bimbingan Konseling Islam bagi konselor yaitu pemberian bantuan kepada individu atau kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya sesuai dengan ketentuan Allah dan Rosul-Nya demi tercapainya kebahagian duniawi dan ukhrawi.

2. Kepribadian Introvert

Introvert dalam segi bahasa bersifat tertutup. 5Sedangkan dalam pengertiannya introvert adalah suatu karakter pribadi yang bersifat individu, yang lebih pendiam, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam suatu kelompok, menyenderi di rumah dan

3

Fenti Hikmawati,Bimbingan dan Konseling(Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2012), hal 155

4

Ahmad Mubarok,Konseling Agama Teori dan Kasus(Yogyakarta: fajar Pustaka Baru, 2002), hal 4-5

5


(18)

senang introspektif serta sibuk dengan kehidupan internal mereka sendiri.6

3. Terapi behavior

Gerald Corey menjelaskan bahwa terapi behavior adalah pendekatan - pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berkaitan dengan pengubah tingkah laku. Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan da;am menangani tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan–kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bis bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dn efisien.7

Dalam terapi behavior peneliti menggunakan assertive training, Sedangkan assertive training sendiri adalah mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif dan asertif. Prosedur yang digunakan adalah permainan peran. Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain. 8 Dalam konseling individual, situasi – situasi permainan peran tidak melibatkan orang lain. Individu memainkan beberapa peran sebagai perwakilan ego dan ia berbicara kepada diri

6

Alwisol, psikologi kepribadian( Malang: UMM Press, 2011) hal 55

7

Gerald Corey, teori dan praktek konseling dan Psikoterapi, ( Bandung: Refika Aditama,2013) hal 193

8

Namora lumongga lubis, Memahami Dasar Dasar Konseling ( Jakarta: PT Kharisma Putra Utama,2013)hal.173


(19)

sendiri. Dalam permainan peran individu tersebut bisa merasakan menjadi individu dengan karateristik yang berbeda –beda. Dalam hal ini individu diharapakan bisa mengambil keputusan – keputusan dan mengubah cara hidupnya.

F. Metode Penelitian

Metode penelitin merupakan hal yang mutlak dan sangat penting dalam segala bentuk penelitian ilmiah, karena berhasil tidaknya suatu penelitian tergantung pada tepat tidaknya metode penelitian yang digunakan.

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Untuk mendapatkan hasil valid dari penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Botgar dan Tailor, penelitian adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata–kata tertulis atau lisan dari orang– orang dan perilaku yang dapat diamati.9 Peneliti menggunukan penelitian kualitatif karena dalam peelitian ini, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam. Peneliti akan mendptkan informasi hasil data secara utuh, sebab sumber data yang diharapkan berasala dari sumber yang berkaitan dengan sasaran penelitian. Sehingga menghasikan data deskriptif yang berupa kata–kata atau teks bukan berupa angka.

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian kasus. Menurut Sudarwan, penelitian harus merupakan studi mendalam 9


(20)

mengenai unit sosial tertentu, yan hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai uint sosial tertentu.10 Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena dalam penelitian ini obyek yang diamati adalah suatu yang hanya melibatkan satu orang remaja sehingga harus dilakukan penelitian secara intensif, menyuluruh dan terperinci untuk menngenai seorang remaja yang memiliki sifat introvert.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Adapun sasaran dalam penelitian ini yaitu seorang remaja yang bernama Melati (nama samaran) yang memiliki perilaku introvert. Dia adalah seorang siswa di salah satu MA di Sidoarjo. Sasaran penelitian, yaitu seorang remaja putri ini kemudian disebut dengan klien.

Lokasi penelitian ini terletak di sekolah MA Hasyim Ashari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

3. Jenis dan sumber data a. Jenis data

Jenis data yang digunakan pada penenlitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk kata verbal atau deskriptif. Adapun jenis data pada penelitian ini adalah:

10


(21)

1) Data primer yaitu data yan langsung diambil dari sumber pertama di lapangan, yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang dan masalah klien, perilaku atau dampak yang dialami klien, perilaku keseharian klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir pelaksanaan konseling.

2) Data sekunder yaitu data yang diambil dari sumber kedua atau berbagai sumber guna melengkapi data primer.11 Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan klien baik dirumah maupun disekolah klien, riwayat pendidikan klien mulai dari sekolah pertama klien seperti Taman kanak–

kanak, Sekolah dasar, Sekolah menengah pertama, Madrasah aliyah.

b. Sumber data

Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.12

1) Sumber data primer

Sumber data ini adalah sumber pertama di mana sebuah data dihasilkan.13 Dan dalam penelitian ini, sumber

11

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif (Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal. 128.

12

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:PT Rineka Cipta,2002), hal 129


(22)

primernya adalah anak yang memiliki perilaku introvert yang sulit bersosialisasi.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber data primer. Data yang dihasilkan dari sumber data ini adalah data sekunder.14 Sumber ini diperoleh dari informan seperti: keluarga, Guru BK, Guru wali kelas dan teman–teman klien.

4. Tahap–tahap penelitian a. Tahap pra-lapangan

Pada tahap pra-lapangan ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti, kegiatan dan pertimbangan tersebut diantaranya yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lokasi peneliti, mengurus perizinan penenlitian, menilai loaksi penelitian, memanfaatkan informan, menyiapkan pelenkapan penelitian, dan etika penlitian.

b. Tahap lapangan

Pada tahap ini peneliti berokus pada data dilapangan, adapun langkah–langkah yang dilakukan adalah:

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

13

H.M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif , hal 129.

14


(23)

Sebelum memasuki lapangan, peneliti memahami latar belaknag penelitian, bisa menempatkan diri, menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan dari tempat peeliti, agar memudahkan hubungan dengan subyek dan memudahkan peneliti dalam menumpulan data.

2) Memasuki lapangan

Setelah memasuki lapangan, peneliti menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan subyek, agar subyek dengan sukarela memberikan informasi yang diperlukan. Keakraban dengan subyek dan informan lainya perlu dipelihara selama penelitian berlangsung.

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

Catatn lapangan merupakan data yang diperoleh selama penelitian baik melalui wawancara, observasi atau menyaksikan kejadian sesuatu. Dalam pengumpulan data peneliti juga memperhatikan sumber data ainya seperti: dokumen, laporan, foto, gambar yang disekitarnya perlu dijadikan informasi bagi peneliti.

c. Tahap analisis data

Tahap analisi data adalah prose mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uaraian dasar sehingg dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotensis


(24)

kerja seperti yang disarankan oleh data. Pekerjaan dalam analisis data dalam hal ini adalah mengatur dan mengurutkan.15

d. Tahap penulisan laporan

Meliputi kegiatan penyusuna hasil penenlitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan laporan penelitian yang sempurna yang tentunya sudah disetujui oleh dosen pembimbing.

5. Teknik pengumpulan data

Dalam pengumpulan data ini, peneliti akan menggunakan beberapa teknik. Diantaranya adalah:

a. Interview ( Wawancara)

Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.16 Dan wawancara yang digunakan oleh konselor adalah wawancara mendalam, dimana peneliti juga menggunakan catatan harian

15

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta,2014), hal226

16


(25)

setelah melakukan wawancara. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.17

Adapun data–data yang diambil dari metode interview atau wawancara adalah sebagai berikut:

1. Ibu dari klien dengan memahami perilaku klien pada saat dirumah 2. Wali kelas terkait dengan data – data ataupun dokumen yang

dimiliki selama menjadi wali kelas mengenai tindakan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lain dalam bentuk tingkah laku dan perilaku.

3. Guru mata pelajaran, Guru BK serta kemahasiswaan yang membimbing dalam sikap, norma, perilaku dan tingkah laku dalam keseharian dalam mengawasi siswa – siwa di MA Hasyim Ashari Bangsri Sukodono Sidoarjo untuk mengetahui kebiasaan yang dilakukan oleh klien.

4. Teman sekelas klien yang memahami selama didalam kelas maupun diluar kelas.

17


(26)

b. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunkan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pencaindra lainnya seperti telingah, penciuman, mulut dan kulit.18 Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja pancaindra lainnya. Dan observasi yang digunakan peneliti adalah observasi tidak berstruktur. Observasi tidak berstruktur dimaksud, observasi dilakukan tanpa menggunakan guide observais. Dengan demikian, pada pbservasi ini pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatana dalam mengamati suatu objek.19 Observasi dilakukan oleh konselor pada saat proses konseling berlangsung dan saat pendampingan. Selain itu juga saat bertemu dan bersama dengan klien dan ibunya. Karena memang konseor setiapa minggu pasti berteu dan bersama dengan klien dan ibunya.

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanyak dokumen resmi.

18

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif , hal 118.

19


(27)

Dokumen ini dapat dibedakan menjadi dokumen primer, jika dokumen ini ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa dan dukomen sekunder, jika peristiwa dilaporakan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang lain.20 Dokumentasi yang digunakan konselor ada beberapa bentuk. Diantaranya adalah dokumen yang berupa catatan langsung dari konselor saat proses konseling, juga berupa anekdot, photo, dan video yang konselor dapat saat proses konseling.

6. Teknik analisis data

Analisis data akan digunakan oleh peneliti adala kualitatif-Deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian studi kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan atau khas dari keseluruhan personalitas.21

Dalam penelitian ini, konselor mengambil studi kasus dari anak yang memiliki perilaku introvert yang sulit bersosialisasi dengan menganalisis dari keseharian klien baik dirumah maupun di sekolah serta pola asuh orang tua klien, dan juga seperti apa perubahan klien setalah proses konseling berlangsung.

Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

20

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, hal 70.

21


(28)

a. Reduksi data (data reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat serta teliti dan rinci dalam mereduksi data, Setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Dan dalam peneliti ini peneliti mengumpulkan banyak data untuk mendapatkan dan mencapai tujuan dari penelitian ini, yaitu hasil konseling yang dilakukan kepada klien yang memiliki perilaku introvert untuk membuat klien dapat bersosialisasi dengan temannya.

b. Penyajian data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adaah mendisplaykan data. Dalam mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memamhai apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjtunya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. dan dalam penelitian ini, peneliti menyajikan semua data tentang anak yang berperilaku introvert. Kemudian peneliti melakukan konseling kepada klien, melakukan terapi kepada klien dan memahami apa yang terjadi kepada klien.

c. Conclusion drawing/verification

Kesimpulan dalam peneliti ini merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Dan temuan yang di dapatkan


(29)

peneliti adalah dalam konseling islam dalam mengatasi anak yang berperilaku introvert dengan terpai yang dipilih oleh peneliti.22 7. Teknik absahan data

Uji keabsahan data dalam peneliti kualitatif meliput uji credibility(vasiliditas internal), transferability (validitas eksternal), dependability ( reabilitas), dan cofirmability (obyektifitas). Menurut Moleong (2001:173) untuk menetapkan keabsahan data diperlukan eknik pemeriksaan. Dalam hal ini digunakan teknik:

a. Keikutsertaan dilapangan dalam rentang waktu yang panjang, dalam penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang telah dikunpulkan dari informan utama, maka perlu mengadakan keikutsertaan dalam rentang waktu yang panjang. Adapun maksud utama adanya perpanjangan dilapangan ini untuk mengecek kebenaran data yang diberikan baik dari informan utama maupun informan penunjang.

b. Triangulasi, untuk keabsahan data yang telah dikumpulkan agar memperoleh kepercayaan dan kepastian data, maka peneliti melaksanakan pemeriksaan dengan teknik mencaari infomasi dari sumber lain. Menurut patton dalam Moleong triangualasi dengn sumber lain berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat 22


(30)

yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data informasi hasil obeservas dengan informasi dari hasil wawancara kemudian menyimpulkan hasilnya.

2) Membandingkan data hasil dari informan utama (primer) dengan informan yang diperoleh dari informan lainnya (sekunder)

3) Membandingkan hasil wawancara dari informan dengan didukung dokumntasi sewaktu penelitian berlangsung, sehingga informasi yang diberikan oleh informan utama pada penelitian dapat mewakili validitas dan mendapatkan derajat kepercayaan yang tinggi.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan kedalam beberapa bab yang sistemtika pembahasannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub-bab antara lain: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Kosep, Metode Penelitian, Sitematika Pembahasan.


(31)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri dar dua sub-bab, yakni Kajian Teoritik (menjelaskan tentang teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian), dan Penelitian Terdahulu yang Relevan ( menyajikan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang hendak dilakukan).

BAB III PENYAJIAN DATA

Pada bab ini terdiri dua sub-bab, yakni Deskripsi umum objek Penelitian dan Deskripsi hasil Penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Temuan Penelitian, Bagaimana data yang ada itu digali da ditemukan beberapa hal yang mendukung penelitian, dan Konfirmasi Temuan dengn Teori, dimana temuan penelitian tadi dikaji dengan teori yang ada.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan rekomendasi, yang menjelaskan hasil simpulan dari data yang dipaparkan dan rekomendasi hasil penelitian itu dapat dipraktikan terhadap situasi tertentu.


(32)

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Secara etimologis, kata “Bimbingan” berasal dari terjemahan bahasa Inggris “Guidance”. Kata “Bimbingan” dapat menunjukan pada dua hal yaitu: pertama Bimbingan bisa sebagai memberikan informasi dan Kedua Bimbingan bisa sebagai menuntun atau mengarahkan kearah suatu tujuan.23 Sedangkan Konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kesadaran sebagai hmba dan khalifah Allah yang bertanggung jawab atas dsar norma yang bersumber dari Allah SWT.24

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarh, kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai – nia yang terkandung di dalam Al-Quran dan Hadist Rosullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat

23

Aip Badrujaman,Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, (Jakarta:PT Indeks, 2011), hal.26

24


(34)

hidup selaras dan sesuai denan tuntutan Al-Quran dan Hadist.25 Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih, Bimbngan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksisitensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan – ketentuan dan petunjuk dari Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.26

Dari beberapa definisi dan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya sesuai dengan ketentuan Allah dan Rosul-Nya demi tercapaiannya kebahagiaan dunia dan ukhrawi.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Ainur Rahim mengatakan secara garis besar tujuan dari Bimbingan dan Konseling Islam dapat dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.27

Selain tujuan umum, Bimbingan dan Konseling Islam memiliki tujuan Khusus, yaitu:

25

Samsul Munir Amin,Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hal.23

26

Aunur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konseling Dalam Islam(Yogyakarta: UII PRESS, 2001), hal 4

27

Aunur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konseling Dalam Islam(Yogyakarta: UII PRESS, 2001), hal 39


(35)

1) Membantu Individu agar tidak menghdapai masalah 2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya.

3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.28

Selain mempunyai tujuan sebagaimana telah dijelaskan di atas, Bimbingan Konseling islam memiliki tujuan agar konseli dapat memahami dirinya, menyadari dirinya sendiri, dan konseli juga mampu memecahkan masalahnya sendiri dengan kesabaran, keimanan, dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Fungsi dari Bimbingan Konseling Islam yaitu suatu penggerak dari peranan seorang konselor, Adapun fungsi Bimbingan Konseling Islam sebagai berikut:

1) Fungsi pencegahan (preventif), Maksud dari pencegahan tersebut yaitu menghindari segala sesuatu yang tidak bik atau mejauhkan diri dari larangan Allah. Dan selain itu pencegahan dilakukan terhadap segala gangguan mental, spiritual, environmental (lingkungan) yang menghambat,

28

Aunur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konseling Dalam Islam(Yogyakarta: UII PRESS, 2001), hal 36-37


(36)

mengancam, atau menghalangi proses perkembangan hidup klien.

2) Fungsi penyaluran, maksudnya mengarahakan mereka yang (dibimbing tersebut) kepada suatu perbuatan yang baik atau menyesuaikan dengan bakat maupun potensi yang dipunyainya.

3) Fungsi penyembuhan, penyembuhan terhadap segala bentuk penyakit mental dan spiritual dengan cara referal (pelimpahan) kepada para ahlinya. Seperti psikiater, psikolog, dan dokter umum jika asalah itu sudah tidak memungkinkan ditangani oleh seorang konselor.

4) Fungsi pengembangan, pengembangan ini diharapkan orang yang dibimbing dapat ditingkatkan untuk lebih meningkat lagi prestasinya atau bakat yang dimiliki.29

d. Prinsipprinsip Bimbingan Konseling Islam

Agar proses Bimbingan Konseling Islam bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka dalam melakukan prosesnya itu, kita harus mempunyai prinsip yang sesuai dengan syariat islam, prinsip itu antara lain:

1) Membantu individu untuk mengetahui, mengenal, dan memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya (mengingatkan kembali kefitrahnya).

29

Sunarto, Bimbingan Konseling Agama Melalui Pendekatan Istigosah Dalam Menangani

Perilaku “Malima” Pada Seorang Bapak di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad, (Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2007), hal.17


(37)

2) Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, baik dan buruknya, kekuatan dan kelemahannya, sebagai sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah, namun manusia hendaknya menyadari bahwa diperlukan ikhtiar sehingga dirinya mampu bertawakal kepada Allah SWT.

3) Membantu individu memahami keadaan ( situasi dan kondisi) yang dihadapinya.

4) Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah.

5) Membantu individu mengembangkan kemampuanya

mengantisipasi masa depan, sehinga mampu

memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan sekarng dan yang akan terjadi, sehingga membantu mengingat individu untuk lebih berhati–hati dalam melakukan perbuatan dan bertindak.30

e. Unsurunsur Bimbingan Konseling Islam

Ada tiga unsur didalam Bimbingan Konseling Islam, yaitu:

1) Konselor

Konselor adalah seseorang yang memiliki keahlian, keterampilan, dan wewenang untuk memberikan bantuan

30

Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbngan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 33-34.


(38)

– bantuan psikologis kepada individu (konseli) yang memiliki masalah.

Erhamwilda dalam bukunya Konseling Islam memaparkan bahwa karakteristik konselor yang diharapkan dapat melaksanakan konseling islami diantaranya:

a) Seorang yang sudah mendalami dan mendapatkan keahlian khusus dalam bidang Bimbingan Konseling dan atau pendidikan profesi konselor.

b) Seorang yang mempunyai pemahaman tentang ajaran agama yang cukup memadai, dan hidupnya sendiri ditandai dengan ketundukan akan ajaran agama Islam. Ia adalah orang terus–menerus secara istiqomh menjalankan rukun Iman dan rukun Islam. c) Seorang yang cara hidupnya layak untuk diteladani,

sebab konselor harus sekaligus berfungsi sebagai model atau figur.

d) Seorang yang mempunyai keinganan kuat dan ikhlas untuk membantu orang lain agar berperilaku sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadist.

e) seorang yang bahwa apa yang dia lakukan untuk konseli adala sebatas usaha, sedangkan hasilnya akan ditentukan oleh individu/konseli itu sendiri serta petunjuk atau hidayah dari Allah SWT.


(39)

f) Seorang yang tidak mudh berputus asa dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

g) Seorang muslim atau muslimah yang secara terus – menerus berusaha memperkuat iman, ketaqwaannya, dan berusaha menjadi ikhasan yang mensucikan hatinnya dari sombong, iri dengki, kikir, riya, bohong, serta menjauhkan diri dari berbagai perilaku syirik, walau sekecil apapun.

h) Seorang yang menyadari berbagai kelemahan pribadinya dan tidak enggan untuk meminta bantuan ahli lain atau konselor lain, jika dalam membantu konseli ia mengalami kesulitan karena keterbatasan ilmunya.

i) Seorang yang dalam menafsirkan ataupun menjelaskan kandungan Al-Quran dan Hadist selalu merujuk pada tafsir dan syarah hadist yan dikeluarkan ahlinya.

j) Seorang yang bisa memegang rahasia orang lain, dan mampu menjaga air atau kekurangan dari orang lain.31

Seorang konselor haruslah memiliki kepriadian yang baik, sebab pelayanan dalam terapi islam konselor

31


(40)

harus menjadi model atau contoh yang efektif dan baik bagi penyelesaian masalah konseli. Konselor tidak akan dapar menjalakan fungsi ini apabila dirinya sendiri tidak memiliki kepribadian yang baik.

2) Konseli (klien)

Konseli adalah individu yang datang untuk meminta bantuan kepada seorang konselor untuk menyelesaikan masalahnya. Selain itu konseli adalah orang yang perlu memperoleh perhatian seubungan dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk memecahkanya, namun demikian keberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu sebenarnya ditentukan oleh pribadi konseli itu sendiri.

Sedangkan menurut Agus Santoso dalam bukunya terapi Islam menguraikan bahwa cir konseli sebagai berikut:

a) Konseli yang dibantu melalui terapi Islam adalah konseli yang bergama Islam ataupu non-muslim yang bersedia diberi bantuan melalui pendekatan yang menggunakan nilai–nilai Islam.


(41)

b) Konseli adalah individu yang sedang mengalami hambatan atau masalah untuk mendapatkan ketentraman serta kebahagiaan hidup.

c) Konseli datang secara sukarela dengan kesadarannya didorong untuk mengikuti proses terapi Islam.

d) Konseli adalah seorang yang berhak menentukan jalan hidupnya sendiri, dan akan bertanggungjawab atas dirinya setelah baligh atau dewasa untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya.

e) Pada dasarnya setiap konseli adalah baik, keran Allah SWT. Telah membekali setiap individu dengan potensi berupa fitrah yang suci untuk tunduk aturan dan petunjuk Allah Yang Maha Esa. f) Ketidaktentraman atau ketidakbahagiaan konseli

dalam hidupnya umumnya bersumber dari belum dijalankan ajaran agama sesuai tuntunan Al-Quran dan Hadits, sehingga perlu didiagnosis secara mendalam bersama konseli.

g) Konseli yang bermasalah pada hakekatnya adalah

orang yan membutuhkn bantuan untuk


(42)

basyirohnya dalam pengendalian dorongan hawa nafsunya.32

3) Masalah

Masalah secara umum menunjukan pada adnya kesenjangan antara keadaan sekarang ( pencapaian) dengan tujuan.33 Masalah yang dihadapu oleh individu (konseli), dimana masalah tersebut terjadi karena berbagai faktor atau bidang kehidupan, maka masalah yang ditangani oleh konseling dapat menyangkut beberapa bidang kehidupan, diantranya: bidang pernikahan dan keluarga, pendidikan, sosial (kemasyarakatan), pekerjaan(jabatan) dan keagamaan.34

Masalah dalam bimbingan konseli adalah masalah – masalah yang menyangkut masalah keagamaan, perkawainan, keluarga, pendidikan, karir atau pekerjaan, dan masalah–masalah sosial lainnya.

f. Asasasas Bimbingan Konseling Islam

Layanan Bimbingan Konseling Islam mengacu pada asas –asas Bimbingan yang berlandaskan pada Al- Quran dan Hadist

32

Agus santoso dkk, Terapi Islam (Surabaya: IAIN SA Press, 2013), hal. 79

33

Andi Mappiare A.T. , Kamus Istilah Konseling & Terapi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 252

34

Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbngan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 41-42.


(43)

atau Sunnah Nabi, ditambah dengan berbagai landasan filosofi dan keimanan.35

Berdasarakan landasan – landasan tersebut berikut penjabarkan asas – asas bimbingan Konseling Islam, diantaranya:

1) Asas kebahagiaan dunia dan akhirat

Bagi kaum muslim, kebahagiaan dunia hanyalah bersifat sementara, sedangkan kebahagiaan akhirat adalah kebahagiaan yang sesungguhnya, karena di akhiratlah manusia akan hidup kekal.36

2) Asas fitrah

Bimbingan dan konseling membantu konseli untuk mengenal dan memahami fitrah-Nya itu atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pernah “tersesat”, serta menghayatinya, sehingga dengan demikian akan mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya itu. 3) Asas kemajuan individu

Bimbingan konseling islami, berlangsung pada cerita manusia menurut islam, memandang seorang individu merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu

35

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 21.

36 Aswadi, Iyadah dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam (Surabaya: Dakwah


(44)

mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental potensial rohaniahnya.

4) Asas Lillahi ta’ala

Bimbingan dan Konseling Islam dilaksanakan semata – mata karena Allah SWT. Jadi, seorang konselo dalam memberikan bantuan kepada konseli harus ikhlas hanya karena Allah, bukan mengharapkan imbalan apapun. Sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya. Sebagaimana Firman Allah dalam Quran surah Al-An’am, ayat 162:

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya sembahnyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”(QS.Al-An’am:162).37

5) Asas Bimbingan seumur hidup

Setiap manusia yang hidup, pasti memiliki masalah entah kecil maupun besar. Masalah ini tidak kan berhenti

37


(45)

sebelum manusia itu mati. Untuk itu Bimbingan dan Konseling Islam dibutuhkan selama seumur hidup.

6) Asas kesatuan jasmani dan rohani

Dalam diri manusia terdapat jasmani dan rohani. Keduanya ini tidak dapat dipisahkan antara yaang satu dengan yang lai. Bimbingan dan Konseling Islam dalam hal ini membantu menyeimbangkan kedua komponen tersebut agar tercipta pribadi yang utuh.

7) Asas sosialisasi manusia

Manusia merupakan makhluk sosial. Hal ini diakui dan diperhatikan dalam Bimbingan Konseling Islam. Pergaulan, cinta kasih, rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek – aspek yang diperhatikan di dalam bimbingan dan konseling islami, karena merupakan ciri hakiki manusia.

8) Asas kekhalifahan manusia

Sebagai khalifa, manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem, sebab problem –problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. Bimbingan dan fungsinya tersebut untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia.


(46)

Allah berfirman dalam surah Faathir ayat 39

Artinya;”Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekakfiran orang orng yang kafir itu tidak lain anyalah akan menambah kerugian mereka belaka.”(QS. Faathir:39).38 9) Asas keseimbangan Ruhaniyah

Dalam rohani manusia, terdapat daya kemampuan berfikir, merasakan, kehendak hawa nafsu dan juga akal. Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan berfikir, merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Bimbingan Konseling Islam dalam hal ini mengajak konseli untuk mengetahui apa –apa yang perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa – apa yang perlu difikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja, tetapi tidak juga menolak bagtu saja. Kemudian diajak memahami apa yang perlu

38


(47)

dipahami dan dihayati setelah berdasarkan pemikiran dan analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut.

10) Asas keselarasan dan keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam segala segi. Dengan kata lain, Islam menghendaki manusia berlaku “adil” terhadap dirinya sendiri, hak orang lain, “hak” alam semesta (hewan, tumbuhan, dan sebagainya).

11) Asas Pembinaan Akhlaqul karimah

Dalam hal ini Bimbingan Konseling Islam membantu konseli atau yang dbimbing memelohara, mengembangkan sifat – sifat yang baik sejalan dengan tugas dan fungsi Rasulullah di utus oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 21:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:21)


(48)

12) Asas Kasih sayang

Setiap orang memerlukan kasih sayang dan cinta dari orang lain, karena dengan kasih sayang dan cinta, maka semua yang akan dilakukan menjadi mudah. Bimbingan Konseling Islam dilakukan dengan berdasarkan kasih sayng dan cinta untuk mempermudah jalannya proses Bimbingan Konseling. Bimbingan Konseling Islam dilakukan dengan berlandaskan kasih sayng, sebab hanya dengan kasih saynaglah bimbingan dan konseling akan berhasil.

13) Asas Saling menghargai dan menghormati

Dalam Bimbingan dan Konseli kedudukan konselor dan konseli pada dasarya sama atau sederajat, perbedaannya hanya terletak pada fungsi saja yakni konselor memberikan bantuan sedangkan konseli menerima antuan. Hubungan yang terjalin anatara konselor dan konseli merupakan hubungan yang saling menghormati sesua dengan keduduka masing– masig sebagai makhluk Allah. Prinsip saling mengahargai ini seperti senada dengan Firman Allah dalam Surah An-Nisa; ayat 86:


(49)

Artinya: “apabila kamu diberikan penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.”(QS. An-Nisa’:86)

14) Asas musyawarah

Bimbingan Konseling Islam dilakukan dengan asa musyawarah, artinta antara pembimbing ( konselor) dengan yang dibimbing (konseli) terjadi dialog yang baik, tidak ada rasa tertekan dan terbuka dalam berpendapat. 15) Asas keahlian

Bimbingan Konseling Islam dilakukan oleh orang –orang yang memiliki kemampuan keahlian di bidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi dan teknik – teknik bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan (objek garapan atau materi) bimbingan dan konseling.39

g. Langkahlangkah Bimbingan Konseling Islam

Dalam Bimbingan Konseling Islam, terdapat beberapa langkah–langkah yang harus dilakuka dalam pemberian layanan

39

Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbngan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal 20-23


(50)

bimbingan dan konseling, yani identiikasi masalah, diagnosa, prognosa, terapu, evaluasi atau follow up, beriktu penjelasanya: 1) Identifikasi Masalah

Langkah ini dimaksud untuk mengetahui asalah–masalah yang dihadapi oleh konseli beserta gejala – gejaa yang tampak secara langsung maupu yang tidak tampak yang

memerlukan pengukuran lebih dalam untuk

mengungkapnya.

2) Diagnosa

Langkah ini bertujuan untuk menetapkan masalah yang dihadapi klien beserta latar belakangnya. Diagnosa dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengetahui masalah yang dihadapi kien secara mendalam.

3) Prognosis

Setelah masalah konseli ditetapkan, langkah selanjutnya adalah pemilihan alternatif strategi dan teknik konseling. Langkah ini untuk menetapkan jenis bantuan apa yang akan diberikan dalam menyelesaikan masalah.

4) Terapi (treatment)

Langkah ini dimaksudkan untuk merealisasikan langkah – langkah alternatif bentuk bantuan apa yang telah ditetapkan dalam langkah prognosa berdasarakan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya.


(51)

5) Evaluasi dan Follow Up

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dalam proses konseling yang selanjutnya diadakan tindak lanjtu berdasrakan perkembangannya. Evaluasi dapat dilakukan selama proses pemberian bantuan berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan.40

2. Terapi Behavior

a. Pengertian Terapi Behavior

Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang timbul oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan tingkah laku lebih efektif, lalu mampu menanggapi sistuasi dan masalah yang dengan cara yang efektif dan efisien. Aktififtas inilah yang disebut sebagai belajar.41

Gerald Corey menjelaskan bahwa terapi Behavior adalah penerapan aneka ragam teknk dan prosedur ya g berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip – prinsip belajar pada pengubahan tingakah laku ke arah yang lebih adaptif. Pendekatan ini tela

40

Shahudi Siradj,Pengantar Bimbingan & Konseling, (Surabaya: IAIN SA Perss, 2012),hal.101-103

41


(52)

memberikan sumbangan – sumbangan yang berat baik pada bidang klinis maupun pendidikan.42

Hal ini terdapat dalam firman Allah surah An-Nahl ayat 97

Artinya;“Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki –laki maupu perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan balasan yang baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl ayat 97)

Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi behavior adalah menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidup yang dilakukan melalu proses belajar agar bisa bertingkah laku lebih efektif, serta mampu menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien.

b. Tujuan terapi Behavior

Dalam setiap pemberian terapi tentu saja mengaharpakan sebuah hasil yang tampak dari tersebut. dalam terapi behavior yang memfokuskan pada persoalan–persoalan perilaku spesifik atau perilaku menyimpang, bertujuan untuk mencipatkan

42

Gerald Cory, Teori dan Praktek Konseling Psikoterapu, (Bandung: PT.Refika Aditama, 2009), hal 193


(53)

kondisi – kondisi baru bagi proses belajar dengan dasar bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari termasuk tingkah laku yang maladaptif.43

Tujuan konseling behavior berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang diantaranya untuk:

1) Menciptakan kondisi–kondisi baru bagi proses belajar. 2) Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.

3) Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari.

4) Membantu konseli membuang respons – respons yang lama yang merusak diri atau maladitf dan mempelajari respons – respons yang baru yang lebih sehat dn sesuai (adjustive).

5) Konseli belajar perilaku baru dn mengeliminasi perilaku yang maladaptif memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diingkan.

6) Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.44

c. Hakikat manusia

Terapi behavior didasarkan pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang menekan pada pentingnya pednekatan sistematik dan terstruktur pada konseling. 43

Gerald Corey, Teory dan Praktek Konseling & Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), hlm 199

44


(54)

Pendekatan behavior berpandangan bahwa setiapa langkah dapat dipelajari. Proses belajar tingkah laku adalah melalui kematangan dan belajar. Selanjtnya tingka laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Manusia dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur sert mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain.

Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bawa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan

cermat akan menyinkapkan hukum – hukum yang

mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme ditandai oleh sikap membatasi metode –metode dan prosedur –prosedur pada data yang dapat diamati.

Pendekatan behavioristik tidak mengurai asumsi – asumsi filosifis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan – kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budanya. Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari. Meskipun berkeyakina bahwa segenap tingkah laku pada dasarna merupakan hasil dari


(55)

kekuatan – kekuatan lingkungan dan faktor – faktor genetik, para behavior memasukan pembuatan putusan sebagai salah satu bentuk tingkah laku.45

d. Teknik Terapi Behavior

Lesmana membagi teknik terapi behavioristik dalam dua bagian, yaitu teknik–teknik tingkah laku umum dan teknik –teknik spesifik. Uraiannya adalah sebagai berikut:

1) Teknik–teknik Tingkah Laku Umum

a) Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah laku baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien.

b) Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara bertahap. Konselor dapat membagi – bagi tigkah laku yang ingin dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit–unit kecil.

c) Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku maladaptif tidak berulang.

2) Teknik–teknik spesifik

a) Desentisipasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan. Teknik ini diarahkan kepada klien

45

Gerald Corey, Teory dan Praktek Konseling & Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), hlm. 195.


(56)

untuk menampilkan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan. Teknik ini cocok untuk menangani kasus fobia, ketakutan secara umum, kecemasan neurotik, impotensi, dan frigiditas sesksual.

b) Pelatihan asertivitas. Teknik ini mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif, dan asertif. Prosedur yang digunakan adalah permainan peran. Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain.

c) Time-out merupaka teknik aversif yang sangat ringan apabila tingkah laku yang tidak diaharpakan muncul, maka klien akan dipisahkan dari penguatan positif.

d) Implosion dan flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk membayangkan situasi stimulus yang mengancam secara berulang–ulang.

Selain teknik – teknik yang telah dikemukakan diatas, corey menambahkan beberapa teknk yang juga diterapkan dalam terapi behavioristik. Diantaranya adalah:


(57)

1) Penguatan positif adalah teknik yang digunaka melalui pemberian ganjaran segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul.

2) Percontohan (modelling), dalam teknik, klien dapat mengamati seseorang yang dijadikan modelnya untuk berperilaku kemudian diperkuat dengan mencontoh tingkah laku sang model.

3) Token Economy. Teknik ini dapat diberikan apabila persetujuan dan penguatan lainya tidak memberikan kemajuan pada tingkah laku klien. Metode ini menekankan penguatan yang dapat dilihat dan disentuh oleh klien (misalnya kepingan logam) yang dapat ditukar oleh klien dengan objek atau hak istimewa yang diinginkannya.46

3. Assertive Training

a. Pengertian Assertive Training

Menurut corey (2009:215) menjelaskan bahwa asertif training (latihan asertif) merupakan penerapan latihan tingkah laku dengan sasaran membantu individu – individu dalam mengembangkan cara – cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasin- situasi interpersonal. Fokusnya adalah mempraktekkan melalui permainan peran, kecakapan –

46

Namora Lumongga Lubis, Memahami dasar-dasar Konseling, (Jakarta: Kencana 2011), hlm. 172-175


(58)

kecakapan bergaul yang baru diperoleh sehingga individu – individu diharapakan mampu mengatasi ketakutan memadainya dan belajar mengungkapkan perasaan – perasaan dan pikiran – pikiran meraka secara lebih terbuka disertai keyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukan reaksi – reaks yang terbuka itu.47

Selain itu Gunarsih (2007:217) menjelaskan pengertian

assertive training menurut Alberti yaitu prosedur latiha yang diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap, harapan, pendapat, dan haknya.48

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa assertif training atau latihan assertif adalah prosedur latihan yang diberikan untuk mebantu peningkatkan kemampuan mengkomunikasiakan apa yang diingkan diarasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak–hak serta perasaan orang lain.

b. Tujuan Assertive training

Menurut Fauzan (2010) terdapat beberapa tujuan asertive trainingyaitu:

47

Gerald Corey, Teory dan Praktek Konseling & Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), hlm 215

48


(59)

1) Mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara sehingga memantulkan kepekaan kepada perasaan dan hak–hak orang lain.

2) Meningkatkan ketrampilan bahvioralnya sehingga mereka bisa menentukan pilihan apakah pada situasi tertentu perlu berperilaku seperti apa yang diinginkan atau tidak.

3) Mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri dengan cara sedemikian rupa sehingga terrefleksi kepekaannya terhadapa persaan dan orang lain.

4) Meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan mengekspresikan dirinya dengan enak dalam berbagai situasi sosial

5) Menghindari kesalapahaman dari pihak lawan komunikasi.

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan assertive training adalah untuk melatih individu mengungkapkan dirinya, mengemukaka apa yang dirasakan dan menyesuaikan diri dalam berinteraksi tanpa adanya rasa cemas karena setiap individu mempunyai hak untuk mengkapkan perasaan, pendapat, apa yang diyakini serta sikapnya. Dengan demikian individu dapat menghindari terjadinya kesalapahaman dalam berkomunikasi.


(60)

c. Tahapan pelaksanaan Assertive training

Prosedur adalah tat cara melakukan suatu intruksi. Pelaksanaan assertive training memiliki beberapa tahapan atau prosedur yang akan dilalui ketika pelaksanaan latihan. Pada umumnya teknik untuk melakukan latihan asertif, mendasarakan pada prosedur belajar dalam diri seseorang yang perlu diubah, diperbaiki dan diperbaharui. Dalam bukunya Gunarsa (2007:-217-220) meringkas beberapa jenis prosedur latihan asertif, yakni :

1) Identifikasi terhadap keadaan khusus yang menimbulkan persoalan pada klien.

2) Memeriksa apa yang dilakukan atau dipikirkan klien pada situasi tersebut. pada tahap ini, akan diberikan juga materi tentang perbedaan perilaku agresif, asertif, dan pasif. 3) Dipilih seseuatu siatuasi khusus dimana klien melakukan

permainan peran (role playing) sesuai dengan apa yang ia perlihatkan.

4) Diantara waktu – waktu pertemuan, konselor menyuruh klien melatih dalam imajinasinya, respon yang cocok pada beberapa keadaan. Kepada mereka juga diminta menyertakan pernyataan diri yang terjadi selama melakukan imajinasi. Hasil apa yang dilakuan pasien atau klien, dibicarakan pada pertemuan berikutnya.


(61)

5) Konselor harus menentukan apakah klien sudah mampu memberikan respon yang sesuai dari dirinya sendiri secara efektif terhadap keadaan baru, baik dari laporan langsung yng diberikan maupun dari keterangan orang lain yang mengetahui keadaan psien atau klien.49

4. Introvert

a. Pengertian Introvert

Menurut bahasa Introvert mempunyai arti bersifat tertutup, sedangkan introvert dalam segi terminologi yaitu pribadi yang mengarah kepada pengalaman subjektif, memusatkan diri pada dunai dalam dan privat, dimana realita hadir dalam bentuk hasil amatan, cenderung menyendiri, pendiam dan tidak ramah, bahka antisosial. Umumnya orang

introvert itu senang intropektif dan sibuk dengam kehidupan internal mereka sendiri. Tentu saja mereka juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara selektif, dan memakai pandangan subyektif mereka sendiri.50

Seorang ahli psikologi berpendapat bahwa pribadi intorvet adalah sifat bawaan dasar dari seseorang yang tertutup lebih enang menstimulasi atau berdialog dengan diriny sendiri. Seorang introvert dapat dilihat dari kebiasaan dia sejak kecil, bila anak yang lain lebih aktif, senang beraktivitas, senang

49

Singgih Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Libri,2012) hal 217-220

50


(62)

menceritakan semua kegiatanya, anak introvert lain dia lebih senang menyendiri di kamar atau di rungan terttutp, makanya tidak heran kalo dia akan sangat mencintai kamarnya.51

Seorangintrovertlebih memilih kegiatan di dalam rumah seperti membaca buku, bermain sendiri. Mereka kurang nyaman kalau berada di luar lingkungan maka dari itu orang introvert

sangat berbeda dengan orang ekstrovet yang senang mendapat energi dari lingkungn luar.

Meskipun orang introvert lebih suka kegiatan didalam bukan berarti mereka tidak bisa bergaul, karena mereka bisa bergaul dan menyenangkan dengan cara person to person. Orang

introvert tidak selamanya enggan bicara, suatu saat dia bisa berbicra hal–hal yang bersifat pribadi kepada seserang yang dia kenal terlebih dahulu secara mendalam.

b. Sebabsebab anak menjadi introvert

Kemungkinan sebab – sebab anak atau siswa memiliki kepribadianintrovertadalah sebagai berikut:

1) Sebab – sebab jasmania, kekurangan daya tahan, penglihatan atau pendengar kurang baik, ada cela – cela pada kulit bagian tubuh yang lain.

51

Frieda Fordham, Pengantar Psikologi C.G. Jung (Teori-Teori dan Teknik Psikologi Kedokteran), Terj. Istiwidayanti (Jakarta: Batara Karya Aksara, 1988), 16-17


(63)

2) Perwujudan, bentuk tubuh atau roman muka urang menarik, pakaian tidak dapat menyamai atau mengikuti teman lain atau mode, dan lain–lain.

3) Kemampuan dan ketrampilan inteligensi (kecerdasan), ketinggalan atau tidak dapat enyamai teman – teman sekelasnya.

4) Kegagalan yang terus – menerus, tidak disertai dengan keberhasilan.

5) Tidak memiliki ketrampilan – ketrampilan tertentu yang dapat menarik penghargaan teman–teman sebayannya. 6) Orang tua yang terlalu menguasai atau melindungi.

7) Guru yang keras dan meminta atau menuntut terlalu banyak.

8) Mempunyai kakak laki- laki atau perempuan yang sangat pandai, yang menguasai, atau yang dikasihi orang tua, yang diperlakukan berbeda dengan dia.52

Dari beberapa penyebab di atas tersebut mungkin salah satunya dapat membuata anak atau siswa berperilaku introvert

atau menarik diri sehingga siswa tersebut tidak merasa nyaman dengan keadaan lingkungan sekitar.

52

Kartini kartono, Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah (Jakarta: Rajawali pres, 1995) 4-5


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

★★

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti mengambil

beberapa kesimpulan mengenai Bimbingan dan Konseling Islam dengan

terapi Behavior menggunakan teknik

Assertive Training

untuk mengatasi

perilaku

Introvert

siswa kelas XI IPS di MA Hasyim Asy’ari Bangsri

Sukodono Sidoarjo. Yaitu:

1.

Proses penerapan

“Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi

Behavior menggunakan teknik

Assertive Training

untuk mengatasi

perilaku

Introvert

siswa kelas XI IPS di MA Hasyim Asy’ari Bangsri

Sukodono Sidoarjo”. Proses konseling yang dilakukan konselor

dengan langkah

langkah konseling tersebut melalui Identifikasi

masalah, Diagnosis, Prognosis, treatment dan evaluasi (follow up).

Pemberian treatment disini menggunakan teknik

Assertive Training

dimana disini menggunakan prosedur

prosedur bermain peran (role

plyaing), konseli diminta memerankan sebagai siswa yang suka

bertanya, siswa yang suka berorganisasi dan pemimpin untuk

permainan teka

teki.

2.

Hasil penerapan “Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi

Behavior menggunakan teknik

Assertive Training

untuk mengatasi

perilaku

Introvert

siswa kelas XI IPS di MA Hasyim Asy’ari Bangsri


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

00

Sukodono Sidoarjo”. Proses konseling dengan teknik

Assertive

Training

yang menggunakan prosedur

Role Playing

ini yang diberikan

konselor sudah melihat adanya perubahan dalam diri konseli. Konseli

sebelum melakukan proses konseling perilak

Introvertnya susah

bersosialisasi dengan lingkungannya sekitar. Kini konseli bisa

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya meskipun sedikit. Dan

menurut pemaparan Konseli sendiri, sekarang konseli sudah bisa

berinteraksi dengan teman kelasnya meskipun tidak banyak dan mau

diajak berbicara mengenai tugas sekolah.

B.

Saran

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti berharap kepada calon

peneliti selanjutnya untuk menyempurnakan hasil penelitian ini yang

tentunya merujuk pada hasil penelitian sebelumnya dengan harapan agar

peneliti yang dihasilkan selanjutnya lebih baik dan maksimal.

Adapun beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi semua

pihak yaitu:

1.

Kepada konseli semoga menjadi perilaku yang lebih aktif berinteraksi

untuk kedepannya supaya bisa mudah untuk mendapatkan informasi

yang dibutuhkan.

2.

Kepada kepala sekolah dan guru semoga menjadikan suatu

pengalaman dan ilmu baru kedepannya.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

01

3.

Kepada pembaca semoga menjadi bahan perbandingan dengan

penelitian

penelitian terdahulu yang relevan.

4.

Dan terakhir kepada peneliti menjadikan sebuah pengalaman, ilmu,

serta , refrensi untuk bekal selanjutnya.


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol,

Psikologi Kepribadian, Malang:UMM Press, 2011.

Arikunto, Suharsimi,

Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek,

Jakarta: PT Rineka Cipta,2002.

Badrujaman, Aip,

Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan

Konseling, Jakarta: PT Indeks, 2011.

Bungin, Burhan,

Metode Penelitian Sosial: Format

format Kuantitatif

dan Kualitatif, Surabaya: Universitas Airlangga, 2001.

Corey, Gerald,

Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,

Bandung:Refika Aditama, 2013.

Erhamwilda,

Konseling Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Fordhan, Freda,

Pengantar Psikologi, C. G. Jung, Terj Istiwidayanti,

Jakarta: Bratha Aksara, 1988.

Gunarsa, Singgih,

Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Libri, 2012.

Hikmawati, Fenti,

Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2012.

Iyadah, Aswadi dan Ta’ziyah,

Prespektif Bimbingan Konseling Islam,

Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009.

Kartono, Kartini,

Patologi Sosial 3, Jakarta: CY Rajawali, 1997.

Komalasari, Gantina,

Teori dan Teknik Konseling, Jakarta barat: PT

Indeks, 2011.

Lubis, Namora Lumongga,

Memahami Dasar

Dasar Konseling, Jakarta:

PT Kharisma Putra Utama, 2013.

Mappiare A.T. , Andi,

Kamus Istilah Konseling & Terapi, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2006.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Moleong, Lexy J,

Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005.

Mubarok, Ahmad,

Konseling Agama Teori dan Kasus, Yogyakarta: Fajar

Pustaka Baru, 2002.

Munir Amin, Samsul,

Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH.

2010.

Musnamar, Thohari,

Dasar

Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling

Islam, Yogyakarta: UII Press, 1992.

Nazir, Moh,

Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.

Rahim Faqih, Aunur,

Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,

Yogyakarta: UII Press, 2001.

Santoso, Agus, Terapi Islam, Surabaya: IAIN SA Press, 2013.

Siradj, Shahudi.

Pengantar Bimbingan & Konseling.

Surabaya: Revka

Petra Media. 2012

Sugiyono,

Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2014.

Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

IKAPI, 2010

Sunarto,

Bimbingan Konseling Agama melalui pendekatan Istighasah

da

lam menangani perilaku

“Malima” Pada Seorang Bapak di

Pondok Pesantren Al Jihad, Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN

Sunan Ampel Surabaya, 2007.

Surya, Mohammad,

Psikologi Konseling, Bandung: Pustaka Bani Quraisy,

2003.


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN KONSELING BEHAVIOR DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENGURANGI PERILAKU KONFORMITAS NEGATIF PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMA ISLAM NAHDLATUSYSYUBBAN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2015201

13 122 145

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PERILAKU SEKSUAL SEHAT REMAJA PUTRI.

0 2 60

Terapi senam perkasa dengan symbolic modelling untuk menurunkan rendah diri siswa MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

0 0 110

TERAPI SHALAT DHUHA DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH SEORANG SISWA DI MADRASAH ALIYAH HASYIM ASYARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO.

0 0 108

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENUNTASKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SEORANG SISWA DI MTS MA’ARIF RANDEGANSARI DRIYOREJO GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI WRINGINANOM GRESIK.

0 3 114

PENERAPAN JIGSAW LEARNING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO.

0 0 79

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI POSITIF THINKING DALAM MENGATASI MINDSET NEGATIVE SISWA KELAS XI IPS DI SMA NURUL HUDA SURABAYA.

0 0 112

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI PERILAKU MALADATIF MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 0 128

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENANGANI ADIKSI MEROKOK PELAJAR SD

0 0 20