Implementasi satuan pengawasan internal dalam penjaminan mutu pendidik di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.

(1)

SKRIPSI

Oleh:

ASMAUL FAUZIYAH NIM : D03213006

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Asmaul Fauziyah (D03213006), 2017. Implementasi Satuan Pengawasan Internal Dalam Penjaminan Mutu Pendidik di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo. Dosen Pembimbing I, Dr. Husniyatus Salamah Zaiyinati, M.Ag, dan Dosen Pembimbing II,

Dr. Samsul Ma’arif, M.Pd.

Pengawasan internal merupakan yang terpenting dalam rangka meningkatkan dan menjamin mutu dalam sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (1) Landasan hukum implementasi satuan pengawasan internal dalam penjaminan mutu pendidik, (2) proses implementasi satuan pengawasan internal dalam penjaminan mutu pendidik,(3) efektifitas satuan pengawasan internal dalam penjaminan mutu pendidik di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dalam proses pencarian data, Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara mendalam terhadap subyek penelitian, dan dokumentasi. Dalam analisis dan intepretasi data, Peneliti menggunakan model Miles and Huberman yaitu reduksi, penyajian, dan verifikasi data. Sedangkan dalam uji keabsahan data Peneliti menggunakan triangulasi berupa triangulasi sumber dan teknik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui (1) Implementasi satuan pengawasan internal menjalankan program dan tugasnya berlandaskan pada surat keterangan langsung dari pihak yayasan Bumi Shalawat dalam pedoman penjaminan mutu dan Standart Operating Procedure, (2) proses implementasi satuan pengawasan internal di sekolah ini terlihat dari mutu pendidik yang pengadaan supervisi internal yag diadakan satu minggu sekali dan hasil perkembangan direkapitulasi setiap satu bulan sekalidan dipertanggungjawabkan kepada kepala sekolah dan yayasan dalam rangka peningkatan kinerja pendidik da tenaga kependidikan. (3) Secara garis besar factor yang menjadi pendukung adalah wewenang dari pengasuh yayasan . Adapun factor penghambatnya antara lain adalah karena kurang tegasnya dalam menilai kinerja karna faktor – faktor tertentu. Efektifitas satuan pengawasan internal dianggap sangat efektif dalam mengukur kinerja dan keuangan yang dikeluarkan.


(7)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Devinisi Konseptual ... 9

F. Keaslian Penelitian ... 12


(8)

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pengawasan Internal

1. Pengawasan Internal ... 17

a. Pengertian Pengawasan ... 17

b. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Internal ... 19

c. Fungsi dan Tugas Pengawasan Internal ... 25

2. Komponen Pengawasan Internal... 29

a. Unsur – unsur Pengawasan Internal ... 29

B. Tinjauan Penjaminan Mutu Pendidik 1. Penjaminan Mutu ... 32

a. Pengertian Penjaminan Mutu ... 32

b. Tujuan Penjaminan Mutu ... 35

c. Mekanisme Penjaminan Mutu ... 38

2. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 39

a. Perencanaan Sumber Daya Manusia ... 41

b. Perekrutan Sumber Daya Manusia ... 42

c. Penyeleksian Sumber Daya Manusia ... 43

d. Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia ... 44

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46

B. Lokasi Penelitian ... 48

C. Sumber Data dan Informan Penelitian ... 48

D. Cara Pengumpulan Data ... 49

E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 53


(9)

xiii A. Deskripsi Subjek ... 56 B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Temuan Penelitian ... 60 2. Analisis Data ... ..89

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 107


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap masyarakat yang berbangsa dan bernegara. Negara yang maju memiliki pendidikan yang baik dan bermutu untuk mencerdaskan anak bangsanya. Dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat dipandang sebagai sosok yang memiliki pengetahuan luas dan dapat memutuskan suatu permasalahan berdasarkan pendidikan yang didapatnya.

Sesuai dengan pernyataan Munib, “Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan”. Dengan demikian, pendidikan memiliki peranan penting dalam membentuk sifat dan tabiat peserta didik yang bermutu dan berdaya guna agar sesuai dengan cita-cita pendidikan. Tanpa pendidikan manusia tidak memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas. Manusia yang demikian akan tertinggal oleh manusia lain yang lebih berpendidikan.1

Terkait dengan tujuan pendidikan tentu tidak bisa terlepas dengan adanya pengawasan. Dalam hal ini Suharsimi Arikunto menyebutkan dalam bukunya “

1

Ibrahim Munib. 2011, Pembentukan Akhlakul Karimah Ank Yatim di Panti Asuhan Putra Al-Hadi Sapen, Mojolaban, Sukoharjo Tahun 2010/2011,UMS: Tidak di Terbitkan.


(11)

Supervisi dalam dunia pendidikan adalah pembinaan yang diberikan pada seluru staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.2 Kegiatan pokok pengawasan adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran meningkat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan diharapkan adanya pengawasan internal maupun eksternal.

Pengawasan internal bertujuan menilai sistem pengendalian manajemen, efisien dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam rangka perbaikan dan atau peningkatan kinerja. Seluruh kegiatan pengawasan internal harus merupakan upaya yang komprehensif dalam membangun sistem pengendalian internal melalui pembangunan budaya dan etika manajemen yang baik, analisis dan pengelolaan resiko.3

Eksistensi pengawas dalam sekolah dinaungi oleh sejumlah dasar hukum. Undang - Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 adalah Landasan Hukum yang terbaru yang menegaskan keberadaan pejabat fungsional. Selain itu Keputusan Menteri Pendayagunaan aparatur negara nomor 118 Tahun 1996 (disempurnakan

2 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidik an Tek nologi dan Kejuruan (Jakarta: Rajawali Pusat, 1990), hal 154.

3 Sri Mifti, Nugroho Budi Lestariyo dan Anacostia Kowanda, Pengawasan Internal dan Kinerja

(suatu k ajian di k antor Inspek torat Jenderal Departemen Dalam Negeri) Jurnal Ekonomi Bisnis No. 3 Vol. 14, Agustus 2009.


(12)

dengan keputusan nomor 091/2001) dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 020/U/1998 (disempurnakan dengan keputusan nomor 097/U/2001) merupakan menetapkan pengawas sebagai penjabat fungsional.

Peran pengawasan internal dalam sekolah/madrasah sangat mendukung dalam pelaksanaan pendidikan. Karena tanpa adanya pengawasan internal maka tidak mungkin juga sebuah lembaga dapat meningkatkan mutunya.4 Selain itu keberhasilan pendidikan dalam suatu lembaga selain dihasilkan oleh masing-masing individu siswa juga dihasilkan oleh peranan seorang pendidik, dimana pendidik yang bermutu dan berkualitas sesuai dengan bidang ilmu yang diterapkannya dapat memberikan jaminan mutu pendidikan bagi anak didik.

“Guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya dapat mencapai standar akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup mereka”. Demikian sebuah pernyataan Elaine B. Johnson yang menggambarkan betapa seorang guru akan membawa pengaruh yang sangat hebat kepada anak didiknya. Pengaruh tersebut tentu saja dibawa oleh guru-guru yang berkompeten sehingga mampu menciptakan atmosfer pendidikan yang berkualitas.5

Penjaminan mutu pendidik dapat mempengaruhi citra sekolah, dalam arti sekolah dapat dipandang sebagai sekolah yang memiliki mutu pendidikan yang

4 Zulkarnain, Peranan Pengawasan Sek olah dalam Meningk atk an Mutu Pendidik an. Lihat http://Zulkarnaidiran.wordpress.com Diakses Pada Hari Selasa 30 Mei 2017.


(13)

baik dan bermutu. Mutu merupakan tingkat baik buruknya sesuatu. Mutu dapat didefinisikan sebagai tingkat keunggulan. Jadi mutu adalah ukuran relatif kebaikan.6

Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern, dan sejahtera. Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia sangat penting maknanya bagi Pembangunan Nasional. Karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan dalam upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas. Pemerintah melalui UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan visi dan misi pendidikan nasional sebagai berikut:

“Visi pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sedangkan salah satu misinya adalah: meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional”.

Visi dan Misi pendidikan nasional tersebut dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada dasarnya Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan nasional yang memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk

6

Supriyono, R.A., Ak untansi Biaya dan Ak untansi Manajemen untuk Tek nologi Maju dan Globalisasi, BPFE, (Yogyakarta: Pustaka Belajar), 2002, hal 377.


(14)

mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 disebutkan bahwa lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Untuk mewujudkan suatu sistem pendidikan yang berkualitas dibutuhkan guru-guru yang sesungguhnya. Dalam hal ini adalah pendidik yang berkompeten dalam bidangnya, yang mampu menghasilkan bibit-bibit penerus bangsa yang unggul, yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan situasi sosial seperti sekarang serta mampu membangun manusia-manusia berpendidikan. Dengan demikian pembangunan di segala bidang akan lebih baik karena ditopang oleh pilar pendidikan yang kuat.

Rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi oleh mutu pendidik. Disparitas mutu pendidik memang belum dapat dipetakan dengan jelas, berapa orang guru yang telah dapat disebut sebagai guru yang kompeten dalam bidangnya dan berapa orang guru yang dikatakan belum kompeten, demikian sebuah pernyataan yang dikutip dari Suparlan7.

Mengingat sangat pentingnya pengawasan inernal serta peran pendidik dalam pendidikan seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam penelitian ini

7


(15)

penulis meneliti salah satu sekolah menengah atas yang berada di Sidoarjo. Lembaga pendidikan tersebut bernama SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo. Lembaga Pendidikan ini adalah lembaga pendidikan yang dinaungi oleh Yayasan Progresif Bumi Shalawat. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah unggulan berbasis Islamic Boarding School.

Untuk menuju pada pendidikan yang berhasil, maka dibentuklah satuan pengawasan internal di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo. Oleh karenanya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan penjaminan mutu pendidik dengan adanya satuan pengawasan internal di dalamnya.

Satuan pengawasan internal yang berada di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo ini salah satunya menerapkan system pengawasan bagi pendidik. Satuan pengawasan internal ini mempunyai banyak fungsi, salah satunya berfungsi untuk mengawasi kinerja pendidik dan penerapan metode pembelajaran pendidik bagi siswa. Selain itu dengan adanya satuan pengawasan dapat mengevaluasi kinerja pendidik di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo, dimana diharapkan dapat menghasilkan pendidik yang bermutu dan berkualitas bagi peserta didik yang belajar di sekolah tersebut.

Adanya penjaminan mutu pendidik maka dapat dikatakan bahwasannya pendidikan yang diberikan dan diterapkan di sekolah dikategorikan sebagai pendidikan yang bermutu. Sehingga apakah dengan adanya implementasi satuan pengawasan internal di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo


(16)

dapat menghasilkan penjaminan mutu pendidik bagi siswanya. Oleh karenanya penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan penjaminan mutu pendidik dengan judul “Implementasi satuan pengawasan internal dalam penjaminan mutu pendidik di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian disusun berfungsi untuk memberikan arahan yang jelas mengenai aspek dan topik-topik penting yang akan diteliti.Adapun fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan satuan pengawasan internal di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo?

2. Bagaimana Proses SPI di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo?

3. Bagaimana efektifitas implementasi satuan pengawasan internal pada penjaminan mutu pendidik di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai Sistem satuan pengawasan internal dalam


(17)

penjaminan mutu pendidik di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1) Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan satuan pengawasan internal di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo?

2) Memperoleh gambaran mengenai keefektifan satuan pengawasan internal di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk berbagai pihak baik secara teoritis maupun secara operasional.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan informasi umum tentang Sistem satuan pengawasan internal Sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo, bentuk organisasi satuan pengawasan internal dan dampaknya dalam penjaminan mutu pendidik di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo, serta hambatan-hambatan dalam menerapkan satuan pengawasan internal, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan kajian bagi penelitian selanjutnya.


(18)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti, diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan ilmu manajemen Pendidikan, khususnya dalam bidang Sistem satuan pengawasan internal dalam Penjaminan Mutu Pendidik pada sekolah. b. Bagi Sekolah, diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini dapat

menjadi masukan bagi pihak sekolah untuk dapat

mengimplementasikan Sistem satuan pengawasan internal dalam penjaminan Mutu Pendidik dengan efektif sebagai upaya terpadu dalam peningkatan mutu pendidikan.

E. Definisi Konseptual

Kerlinger menyatakan definisi operasional adalah difinisi yang dapat diukur, karena dalam penelitian harus diketahui terjemahan istilah atau konsep yang jelas, guna mempermudah pembahasan penulis menegakan istilah-istilah yang merupakan istilah kunci dalam judul ini. Hal ini dilakukan agar dapat menghilangkan penafsiran-penafsiran yang memungkinkan timbulnya persoalan yang tidak diharapkan. Adapun judul skripsi ini adalah

Implementasi Satuan Pengawasan Internal dalam Penjaminan Mutu Pendidik di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.


(19)

1. Pengawasan Internal

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 2011 pasal 1, pengawasan internal adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi yang bertujuan untuk mengendalikan kegiatan, mengamankan harta dan aset, terselenggaranya laporan keuangan yang baik, meningkatkan efektivitas dan efisiensi,dan mendeteksi secara dini terjadinya penyimpangan dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.8

Satuan pengawasan internal yang berada di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo ini salah satunya menerapkan system pengawasan bagi pendidik. Mulai dari mengawasi kinerja pendidik, penerapan metode pembelajaran pendidik bagi siswa sampai dengan mengevaluasi kinerja pendidik. Harapkan dapat menghasilkan pendidik yang bermutu dan berkualitas bagi peserta didik yang belajar di sekolah tersebut.

2. Penjaminan Mutu Pendidik

Menurut Permendiknas No 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa : Penjaminan Mutu Pendidikan adalah suatu mekanisme yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa


(20)

seluruh proses penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar mutu9.

Dalam Penjaminan mutu secara internal oleh satuan pendidikan adalah pengelolaan satuan pendidikan menerapkan menejemen berbasis sekolah: kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Dalam penelitian ini mengutarakan penjaminan mutu pendidik untuk memenuhi dan memberikan ilmu atau pendidikan secara berkualitas dan bermutu.10

Setiap sekolah memiliki visi dan misi yang berbeda namun pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yakni memberikan jaminan pada peserta didik dalam segi pendidikan. Penjaminan mutu pendidik sendiri merupakan jaminan kualitas pendidik pendidik yang memberikan keuntungan bagi peserta didik.

Sama halnya dengan apa yang dilaksanakan oleh Satuan Pengawasan Internal di SMA Progresif Bumi Shalawat yang menjalankan tugasnya dalam memonitoring dan mengevaluasi kinerja pendidik guna menghasilkan jaminan pendidik yang bermutu maka dapat menghasilkan opini publik yang positif terhadap sekolah. Hal ini menjadikan pihak SMA

9 Permendiknas No 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah.

10 Uhar Saputra, Konsep Penjaminan Mutu Pendidik an, :http://uharsaputra.wordpress. 2013 di akses tanggal 17 April 2017.


(21)

Progresif Bumi Shalawat mengarahkan dalam mengawasi kinerja pendidik sehingga dapat memberikan jaminan mutu bagi peserta didik.

F. Keaslian Penelitian

Dari hasil penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa hasil penilitian (skripsi) yang memiliki obyek serupa dengan penulis, namun memiliki prespektif focus yang berbeda.

Pertama, Skripsi Budi Nurbelia mahasiswa jurusan Kependidikan Islam UIN Sunan Kalijaga yang membahas tentang “Sistem Pengawasan Internal Terhadap Proses Pembelajaran di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta tahun 2014”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pelaksanaan kegiatan pengawasan berjalan dengan baik. Upaya pengawasan menggunakan teknik supervisi bersifat kelompok dan individual. Dengan adanya pengawasan internal dalam sekolah dapat melancarkan proses pembelajaran di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta.

Kedua, Skripsi Asep Rosidin (2013) “Implementasi Sistem Penjaminan Mutu pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Bandung”. Hasil penelitiannya adalah dengan adanya implementasi penjaminan mutu pada sekolah menengah Atas negeri di kabupaten Bandung dapat meningkatkan mutu pendidikan dan manajemen mutu pendidikan lebih terarah.

Ketiga, Tesis Siti Baroah (2015) dengan judul Manajemen Mutu Pendidikan Di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama


(22)

Kebumen dalam Perspektif Total Quality Management”. Hasil penelitian adalah dengan adanya manajemen mutu yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip Total Quality Manajemen dapat melakukan perbaikan terus menerus dan memberikan kepuasan kepada pelanggan.

Tabel 1.1

Daftar Keaslian Penelitian Nama Peneliti,

Tahun dan Judul

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

Skripsi Budi Nurbelia

“Sistem Pengawasan Internal

Terhadap Proses Pembelajaran di Madrasah

Aliyah Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta”. (2014)

Hasil dari penelitian ini

adalah bahwa

pelaksanaan kegiatan pengawasan berjalan dengan baik. Upaya pengawasan

menggunakan teknik

supervisi bersifat

kelompok dan individual.

Dengan adanya

pengawasan internal dalam sekolah dapat

melancarkan proses

pembelajaran di

Madrasah Aliyah Wahid

Hasyim Sleman

Yogyakarta. Fokus Penelitian pengawasan internal Objek

penelitian dan metode

penelitian

Skripsi Asep Rosidin (2013) “Implementasi Sistem

Penjaminan

Mutu pada

Sekolah

Menengah Atas

Negeri di

Kabupaten Bandung”

Hasil penelitiannya adalah dengan adanya implementasi penjaminan

mutu pada sekolah

menengah Atas negeri di

kabupaten Bandung

dapat meningkatkan

mutu pendidikan dan

manajemen mutu

pendidikan lebih terarah.

Metode penelitian

Variable penelitian


(23)

Tesis Siti Baroah (2015) dengan judul Manajemen Mutu

Pendidikan Di Fakultas

Tarbiyah Institut

Agama Islam

Nahdlatul Ulama

Kebumen dalam Perspektif Total Quality Management”

Hasil penelitian adalah

dengan adanya

manajemen mutu yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip

Total

Quality Manajemen

dapat melakukan

perbaikan terus menerus

dan memberikan

kepuasan kepada

pelanggan.

Mutu pendidikan

Metode dan

variable penelitian

Dari ketiga penelitian terdahulu tersebut tentu memiliki prespektif yang berbeda dengan judul yang penulis angkat, yaitu Implementasi Satuan Pengawasan Internal dalam Penjaminan Mutu Pendidik di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika yang dimaksud adalah keseluruhan pembahasan dari isi penelitian yang akan dipaparkan yang tercakup dalam 5 bab. Untuk lebih jelasnya penulisan sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(24)

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini peneliti memaparkan secara singkat tentang beberapa faktor yang melatarbelakangi pengangkatan judul yang telah dipilih oleh Penulis mulai dari latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, dan keaslian penelitian.

BAB II : Kajian Pustaka

Dalam bab ini menjelaskan tentang kajian teori yang dipakai oleh Penulis sebagai acuan, baik bersumber dari buku ataupun jurnal. Di dalamnya termuat tinjauan pengawasan internal, komponen pengawasan internal, penjaminan mutu pendidik dan manajemen sumber daya manusia.

BAB III : Metode Penelitihan

Dalam metode penelitian ini berisi tentang beberapa metode yang dipakai oleh peneliti dalam memperoleh data. Di dalamnya termuat beberapa hal mulai dari jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini dijelaskan tentang hasil penelitihan yang diperoleh oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung. Di dalamnya memuat deskripsi subjek, hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi hasil temuan dan analisis temuan penelitian serta pembahasan.


(25)

BAB V : Penutup

Dalam bab ini merupakan bab akhir dalam skripsi. Dalam bab penutup ini penulis harus membuat simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan serta memberikan saran kepada lembaga yang diteliti terkait kekurangan atau kelebihan yang ditemukan.


(26)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pengawasan Internal

1. Pengawasan Internal a. Pengertian Pengawasan

Kata “Pengawasan” berasal dari kata “awas” berarti “penjagaan”. Istilah pengawasan dikenal dalam ilmu manajemen dengan ilmu administrasi yaitu sebagai salah satu unsur dalam kegiatan pengelolaan. George R Terry berpendapat bahwa istilah “control”sebagaimana dikutip Muchsan, artinya :

“control is to determine what is accomplished, evaluate it, and apply corrective measures,if needed to ensure result in keeping with the plan (Pengawasan adalah menentukan apa yang telah dicapai, mengevaluasi dan menerapkan tindakan korektif, jika perlu memastikan sesuai dengan rencana) 11

Menurutnya, pengawasan sebagai upaya kontrol birokrasi ataupun organisasi harus dilaksanakan dengan baik. Karena “apabila tidak dilaksanakan, cepat atau lambat akan mengakibatkan mati/hancurnyasuatu orgaisasi atau birokrasi itu sendiri”.

Hal tersebut juga didukung oleh Victor Situmorang dalam bukunya Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah, yang mengatakan bahwa : “sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme pengawasan suatu organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanan suatu

11Nizar Ali dan Ibi Syatibi, Manajemen Pendidik an Islam, Ik htiar menata k elembagaan Islam.


(27)

rencana dan program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang intensif dan berkesinambungan jelas akan mengakibatkan lambatnya, atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan”.12

Jadi pengawasan penting untuk dilaksanakan, mengingat pengawasan tersebut dapat mempengaruhi hidup/matinya suatu organisasi atau birokrasi, dan untuk melihat apakah pelaksanaan pekerjaan telah sesuai dengan rencana, perintah, tujuan dan kebijaksanaan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengawasan itu sendiri didefinisikan oleh Sujamto dalam bukunya Aspek – aspek Pengawasan di Indonesia sebagai “segala usaha atau kegiatan untuk

mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan pekerjaan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak”.13

Pendapat tersebut dikuatkan oleh peryataan Sondang P. Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi, yang menyatakan bahwa pengawasan adalah “Proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan”. 14

Pengawasan diharapkan untuk menyediakan hanya keyakinan yang

12Situmorang, Aspek Huk um Pengawasan Melek at dalam Lingk ungan Aparatur Pemerintah,

(Bandung : Rineka Cipta, 1994), hal 8.

13Sujamto, Aspek - Aspek Pengawasan di Indonesia, (Bandung : Rineka Cipta, 1987), hal 53. 14Sondang P Siagian, Filsafat Administrasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1984), hal 135.


(28)

suatu entitas karena keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengawasan internal dan perlunya mempertimbangkan biaya dan manfaat relatif dari pengadaan pengawasan.

Berdasarkan pendapat – pendapat di atas, maka secara singkat inti dari pengawasan adalah usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Pengawasan dalam ruang lingkupnya dibedakan menjadi dua : pengawasan internal (Internal Control) dan pengawasan eksternal (Eksternal Control).

b. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Internal

Pengertian pengawasan internal dalam arti luas dapat dibagi dua yaitu pengawasan administratif dan pengawasan akuntansi. Pengawasan internal yang baik merupakan alat yang dapat membantu pimpinan lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Melalui pengawasan internal yang efektif, pimpinan lembaga pendidikan juga dapat menilai apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan telah dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan lembaga pendidikan dapat tercapai.

Jenis pengawasan menurut ruang lingkupnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu “pengawasan dari dalam (Internal Control) dan pengawasan dari luar (Eksternal Control)15. Pengawasan dari dalam (Internal Control) berarti “ pengawasan yag dilakukan oleh aparat/unit Pengawasan yang terbentuk


(29)

didalam organisasi itu sendiri. Aparat/Unit Pengawasan ini bertindak atas nama Pimpinan Organisasi yang bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan oganisasi.

Menurut Mulyadi menyatakan bahwa : Pengawasan internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.16Dari defenisi pengawasan intern terdapat beberapa konsep dasar yaitu :

a) Pengawasan internal merupakan proses.

Pengawasan internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Pengawasan internal itu sendiri bukan merupakan suatu tujuan. Pengawasan internal merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dari infrastruktur entitas.

b) Pengawasan intern dijalankan oleh orang.

Pengawasan intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.


(30)

c) Pengawasan internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 2011 pasal 1, pengawasan internal adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi yang bertujuan untuk mengendalikan kegiatan, mengamankan harta dan aset, terselenggaranya laporan keuangan yang baik, meningkatkan efektivitas dan efisiensi,dan mendeteksi secara dini terjadinya penyimpangan dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.17

Dari defenisi – defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan internal dalam suatu lembaga pendidikan merupakan fungsi staf yang melakukan penilaian secara bebas atau tidak memihak dalam suatu organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi seluruh aktivitas dan melaporkan hasil pekerjaannya tersebut kepada manajemen sebagai suatu jasa pelayanan, dan bertanggung jawab penuh kepada manajemen.

Satuan Pengawasan Internal merupakan unit organisasi yang dibentuk untuk membantu manajemen melakukan pengawasan, pengendalian yang independen serta mamberikan saran-saran dan perbaikan untuk meningkatkan mutu lembaga. Usaha untuk menjamin pelaksanaan tujuan sangatlah penting


(31)

untuk menghindari kesalahan - kesalahan dan kecurangan informasi yang menyebabkan kerugian bagi pihak lembaga .

Menurut Mulyadi, menyatakan bahwa adanya tujuan Sistem Pengawasan Internal menurut defenisi tersebut adalah :18 Menjaga kekayaan organisasi, Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, Mendorong efisiensi dan Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Pengawasan internal bertujuan menilai sistem pengendalian manajemen, efisien dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kepatuha terhadap peraturan perundang-undangan dalam rangka perbaikan dan atau peningkatan kinerja Itjen Depdagri. Seluruh kegiatan pengawasan internal harus merupakan upaya yang komprehensif dalam membangun sistem pengendalian intern pemerintah melalui pembangunan budaya dan etika manajemen yang baik, analisis dan pengelolaan resiko.

Menurut Mulyadi, menyatakan bahwa tujuannya pengawasan internal dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu : 19

1. Pengawasan intern akuntansi (Intern Accounting Control) Merupakan bagian dari sistem pengawasan intern, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengawasan intern akuntansi yang baik akan menjamin

18Mulyadi, Pemerik saan dalam Pengawasan , (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hal 163. 19Ibid, hal 182.


(32)

keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

2. Pengawasan internal administrasi (Intern Administrative Control)

Meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

Pengawasan secara administrasi di atas menunjukkan bahwa pengawasan tersebut berhubungan dengan proses peningkatan kinerja mutu pendidik. Mulai dari meningkatkan keefektifan implementasi kurikulum secara efektif dan efisien terhadap kemajuan peserta didik dan generasi mendatang, meningkatan keefektifan dan keefisienan sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa. meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal untuk kemudian peserta didik dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yag diharapkan.20

Sedangkan pengawasan intern akuntansi meliputi rencana organisasi dan prosedur-prosedur serta catatan-catatan yang berhubungan dengan pengamanan harta/aktiva dan menghasilkan catatan/ laporan keuangan yang andal. Dari ragam tujuan pengawasan internal menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwasanya tujuan adanya pengawasan internal dalam lembaga pendidikan


(33)

adalah mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam meningkatkan mutu pendidikan, pembinaan dan peningkatan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.21 Menurut Handoko, indikator- indikator pengawasan yaitu:22

1. Pengamatan

Pengamatan adalah aktifitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau object dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi- informasi yag dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. 2. Inpeksi teratur dan langsung

Inpeksi teratur dan langsung merupakan salah satu alat control manajemen yang bersifat klasik tetapi masih sangat relevan dan secara luas sudah banyak diterapka dalam upaya menemukan masalah yang dihadapi dilapangan termasuk uuntuk memperkirakan besarnya resiko. 3. Pelaporan lisan dan tertulis

Suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang dan tanggungjawab yang ada diantara mereka

21 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sek olah. (Jakarta: Bumi aksara, 2012), hal 242.


(34)

4. Evaluasi pelaksanaan

Suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan dan menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan da kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.

5. Diskusi antara manajer dan bawahan

Pertukaran pendapat dan gagasan dalam bentuk lisan untuk mencari sebuah solusi dari sebuah masalah dan mendapat kesepahaman antara atasan dan bawahan.

c. Fungsi dan Tugas Pengawasan Internal

Fungsi pengawasan dalam membantu manajemen meliputi tiga hal, yaitu: (1) meningkatkan kinerja organisasi, (2) memberikan opini atas kinerja organisasi dan (3) mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah pencapaian kinerja yang ada. Fungsi ini dilakukan dengan cara memberikan informasi yang dibutuhkan manajemen secara cepat dan memberikan nilai tambah bagi peningkatan kinerja penyelenggara, baik secara internal maupun eksternal. 23

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomer 47 Tahun 2011 Pasal 4 tentang Satuan Pengawasan Intern di

23Agustinus Widanarto, Pengawasan Internal, Pengawasan Ek sternal dan Kinerja Pemerintah.


(35)

Lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional bahwasannya fungsi Pengawasan Internal adalah

1) Penyusunan Program Pengawasan 2) Pengawasan kebijakan dan program

3) Pengawasan pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang milik negara 4) Pendampingan dan review laporan keuangan

5) Pemberian saran dan rekomendasi 6) Penyusunan laporan pengawasan

7) Pelaksanaan evaluasi hasil pengawasan

Berdasarkan keterangan diats, dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawasan adalah untuk menilai setiap unit-unit dalam melakukan kebijaksanaan dan prosedur yang menjadi tanggung jawab masing – masing, untuk menilai apakah pengendalian manajemen sudah cukup memadai dan dilaksanakan secara efektif, untuk meneliti apakah kegiatan sudah terlaksana secara efektif yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, meneliti apakah kegiatan sudah dilaksanakan secara efesien.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomer 47 Tahun 2011 Pasal 3 tentang Satuan Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional bahwasannya tugas Satuan Pengawasan Internal adalah Satuan Pengawasan Internal mempunyai Tugas


(36)

melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dilingkungan unit kerja. 24Tugas dan tanggung jawab satuan pengawasan internal yakni

1) Menyusun dan melakasanakan rencana audit internal tahunan 2) Memastikan atau mengevaluasi pelaksanaan pengendalian internal 3) Melakukan evaluasi dan validitasi terhadap sistem

Dalam pelaksnaan pengawasan internal pasti terdapat kendala yang ditemui oleh Satuan Pengawasan Internal sesuai dengan pernyataan T.Hani Handoko25 bahwa ada 5 (lima) kendala dalam melakukan penilaian kinerja, yaitu:

1. Halo Effect

Kendala ini muncul ketika orang yang menilai memiliki hubungan dengan karyawan yang dinilai, menurut Handoko faktor tersebut akan mempengaruhi objektifitas atau berpotensi menimbulkan bias.

2. Kesalahan Kecenderungan Terpusat

Penilai terkadang tidak merasa nyaman memberikan penilaian yang terlalu baik atau terlalu buruk sehingga hanya memberikan penilian rata-rata.

24Permendiknas No 47 Tahun 2011 tentang Satuan Pengawasan Internal. 25


(37)

3. Bias Terlalu Lunak dan Terlalu Keras.

Bila standar penilaian prestasi tidak jelas maka akan muncul kecenderungan penilai memberikan penilaian yang terlalu lunak maupun penilaian yang terlalu ketat.

4. Prasangka Pribadi.

Faktor-faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seorang atau kelompok bisa mengubah penilaian. Sebab-sebab prasangka pribadi lain yang mempengaruhi penilaian mencakup faktor senioritas, kesukuan, agama, kesamaan kelompok dan status sosial.

5. Pengaruh Kesan Terakhir.

Kesan terakhir terkadang memberikan pengaruh yang domonan dalam proses penilaian. Bila suatu pekerjaan atau tugas berakhir maka penilaian akan baik pula namun jika berakhir buruk maka keseluruhan penilain akan menjadi buruk..

Hasil akhir dari suatu pengawasan internal adalah berupa laporan yang ditujukan kepada pimpinan organisasi. Laporan dari bagian pengawasan internal merupakan suatu alat komunikasi yang didalamnya terdapat tujuan yang dimulai dari penugasan, luas pemeriksaan, batasan yang dibuat dan juga saran atau rekomendasi kepada pimpinan organisasi. Di samping itu laporan menjadi penting karena dapat dijadikan referensi berharga mengenai pekerjaan pemeriksaan untuk pemeriksaan selanjutnya di masa yang akan datang.


(38)

Temuan audit yang disampaikan dengan baik dalam laporan pengawasan internal akan memberitahukan manajemen mengenai kelemahan dalam pengendalian intern yang bila dibiarkan dapat menimbulkan terjadinya kecurangan yang merugikan perusahaan. Selain itu rekomendasi yang disampaikan pengawasan internal akan membantu manajemen dalam mengambil tindakan-tindakan perbaikan sehingga kemungkinan terjadinya kecurangan dan kesalahan bisa diperkecil.

2. Komponen Pengawasan Internal a. Unsur – Unsur Pengawasan Internal

Menurut Guy26 Mengidentifikasikan Lima komponen pengawasan internal yang saling berhubungan sebagai berikut:

1) Lingkungan pengendalian (Control Environment)

Menentukan kualitas entitas dengan mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orang disekitarnya. Lingkungan pengendalian merefleksikan keseluruhan sikap, kesadaran, dan tindakan dewan direksi, manajemen, karyawan serta pihak-pihak lainnya mengenai pentingnya pengendalian tersebut dan penekanan yang diberikannya dalam sebuah entitas.

26 M Guy, et al. Penerjemah: Sugiyarto, Auditing Jilid I Edisi 5 (Jakarta: Erlangga, 2002), hal


(39)

2) Penilaian resiko (risk assessment)

Semua entitas besar atau kecil, berorientasi pada laba maupun nirlaba, jasa atau manufaktur akan menghadapi resiko. Banyak dari resiko-resiko tersebut, jika tidak diantisipasi, dapat menyebabkan salah saji dalam laporan keuangan entitas.

3) Aktivitas pengendalian (Control Activities)

Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh manajemen untuk mengantisipasi resiko yang dapat menghalangi entitas mencapai tujuannya.

4) Informasi dan komunikasi (Information and Communication)

Komponen ini terdiri dari sistem informasi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan dan bagaimana mengkomunikasikan informasi tersebut. Sistem informasi pelaporan keuangan yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, menyatakan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi entitas serta untuk mempertahankan akuntabilitas aktiva dan kewajiban yang berkaitan.

5) Pemantauan (Monitoring)

Proses penilaian kualitas kinerja pengendalian internal dari waktu ke waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini


(40)

dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Struktur pengawasan internal harus dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keadaan dan kebutuhan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Oleh sebab itu dibutuhkan penelitian terhadap seluruh aspek pendidikan untuk menghindari rendahnya mutu dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Mulyadi, menyatakan bahwa unsur pokok pengawasan internal terdiri dari :

1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas

2) Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya

3) Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi

4) Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.27

Dari empat unsur pokok pengawasan internal, unsur mutu karyawan atau dalam pendidikan disebut dengan pendidik merupakan unsur sistem pengawasan internal yang paling penting. Jika lembaga pendidikan mempunyai pendidik yang kompeten dan jujur, unsur pengawasan internal lainnya dapat dikurangi sampai batas minimum dan lembaga pendidikan tetap mampu


(41)

menghasilkan mutu yang tinggi. Sebaliknya, meskipun tiga unsur sistem pengawasan internal yang lain cukup kuat, namun jika dilaksanakan oleh pendidik yang tidak kompeten dan tidak jujur maka empat tujuan sistem pengawasan internal tidak akan tercapai.

B. Tinjauan Penjaminan Mutu Pendidik 1. Penjaminan Mutu

a. Pengertian Penjaminan Mutu

Istilah mutu berasal dari bahasa Indonesia. Sedangkan dalam bahasa Inggris mutu adalah quality (kualitas), dalam pengertian umum mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang maupun jasa. barang dan jasa pendidikan itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan.28

Mutu dalam percakapan sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, misalnya sekolah yang mahal dan mewah. Sebagai sesuatu konsep yang absolut, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar. sesuatu yang bermutu merupakan bagian standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli.29

28Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sek olah: Dari Unit Birok rasi k e Lembaga Ak ademik

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 53.


(42)

Mutu dalam konteks pendidik sangat penting, karena berkaitan dengan lembaga. Sekolah dapat dikatakan bermutu ketika dapat memenuhi beberapa indikator, yakni :

1. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib

2. Sekolah memiliki tujuan dan target mutu yang ingin dicapai, 3. Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat

4. Adanya pengembangan staff sekolah yang terus menerus sesuai dengan tuntutan iptek dan adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif serta pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan atau perbaikan mutu pendidikan.30

Menurut Sallis terdapat tiga gagasan lain tentang mutu antara lain: 1. Kontrol Mutu (quality control)

Kontrol mutu adalah deteksi dan eliminasi produk produk gagal yang tidak memenuhi standar dalam dunia pendidikan dilakukan dengan cara ujian tengah semester, ujian semester, ujian kenaikan kelas dan ujian nasional. Ujian yang dilaksanakan pada dunia pendidikan bertujuan untuk memeriksa apakah standar yang telah ditetapkan telah dipenuhi atau belum.

2. Jaminan Mutu (quality asurance)

Jaminan mutu didesain sedemikian rupa untuk menjamin bahwa produksi yang dihasilkan adalah produk yang memenuhi standar yang telah


(43)

ditetapkan sebelumnya, sehingga ada perbedaan antara jaminan mutu dengan kontrol mutu, kalau kontrol mutu kegiatannya hanya dilaksanakan pada akhir kegiatan sedangkan jaminan mutu adalah sebuah kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan mencegah produk gagal atau menciptakan produk tanpa cacat (zero defetcts).

3. Mutu Terpadu ( Total Quality).

TQM (Total Quality Manajemen) adalah pengembangan dari jaminan mutu. TQM adalah sebuah usaha menciptakan sebuah budaya mutu, yang mendorong semua stafnya untuk dapat memuaskan para pelanggannya karena dalam konsep TQM pelanggan adalah raja.31

Memperoleh mutu yang baik langkah paling mendasar adalah pemeriksaan (inspeksi) mutu, dengan cara mendeteksi kegagalan sebuah produk dalam dunia pendidikan dikenal dengan ujian kenaikan kelas, pada tahapan ini hanya melakukan pengontrolan atau penilaian layak atau tidak untuk naik kelas, tahapan yang lebih baik adalah memperbaiki proses pembelajaran untuk mencegah atau mengurangi kegagalan produk dalam dunia pendidikan dapat diterapkan dengan cara memperbaiki proses pembelajaran dengan tujuan menjamin mutu yang dihasilkan adalah baik, dan tahapan paling baik adalah berbaikan terus-menerus (budaya mutu).

Dalam penelitian ini mengkaji terkait penjaminan mutu pendidik dalam suatu sekolah. Pendidik sendiri merupakan SDM yang penting dan dibutuhkan


(44)

dalam memberikan jaminan mutu pendidikan terhadap anak didik sehingga perlu adanya manajemen Sumber daya manusia yang harus dikelola dengan baik oleh pihak sekolah.

b. Tujuan Penjaminan Mutu

Menurut Fattah (2013:12) menyatakan penjaminan mutu (quality assurance) adalah istilah umum yang digunakan sebagai kata lain untuk semua bentuk kegiatan monitoring, evaluasi atau kajian (review) mutu. Kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses untuk membangun kepercayaan dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum pada komponen

input, komponen proses, dan komponen produk sesuai dengan yang diharapkan oleh stakeholders.32

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka tujuan dari adanya penjaminan mutu adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya dokumen mutu yang memadai;

2. Terlaksananya siklus penjaminan mutu internal secara periodik dan berkelanjutan;

3. Terlaksananya sistim monitoring, evaluasi dan audit internal dan eksternal;

4. Meningkatnya kinerja pendidik

32 Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidik an. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,


(45)

5. Meningkatnya kinerja unit kerja non akademik;

6. Terwujudnya kesadaran dan tanggungjawab stakeholders dalam berperilaku organisasi untuk menuju budaya mutu.

Dari definisi – definisi diatas, dapat disimpulkan bahwasannya penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistematis yang terpadu oleh satuan pendidikan untuk memastikan bahwa seluruh proses penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar mutu.

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah bertujuan untuk menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri33.

Sedangkan tujuan antara yang hendak dicapai melalui sistem penjaminan mutu pendidik ini adalah terbangunnya Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, meliputi:

a. Terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonfomal, dan/atau informal

b. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal pada satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program

33Permendiknas No 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan


(46)

pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah

c. Ditetapkan secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal

d. Terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal yang dirinci menurut provinsi, kabupaten atau kota, dan satuan atau program pendidikan

e. Terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan tersambung yang menghubungkan satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah.34

Tujuan akhir penjaminan mutu pendidik adalah tingginya intregritas dan profesionalitas pendidik dalam mencerdaskan anak bangsa sebagaimana dicita-citakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dicapai melalui penerapan SPMP.


(47)

c. Mekanisme Penjaminan Mutu

Substansi utama sistem penjaminan mutu pendidikan dilaksankan dengan

pendekatan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) pada proses

penyelenggaraan pendidikan. 1) Perencanaan mutu (Plan)

Plan, adanya perencanaan berkaitan dengan perencanaan mutu, meliputi penetapan kebijakan mutu, penetapan tujuan mutu beserta indikator pencapaiannya, serta penetapan prosedur untuk pencapaian tujuan mutu. 2) Pelaksanaan (Do)

Do, adanya pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan, maka untuk penjaminan mutu pendidikan, seluruh proses pendidikan termasuk pelayanan administrasi pendidikan dilaksanakan sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.

3) Evaluasi (Check)

Check, adanya monitoring, pemeriksaan, pengukuran dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pelaksanaan termasuk audit mutu internal. 4) Action

Adanya tindak lanjut dan perbaikan dari hasil evaluasi, menyusun rencana, perbaikan dan menyusun laporan pelaksanaan program pendidikan.35

35 Sugeng Listyo, Prabowo, 2009, Implementasi Sistem Manajemen Mutu (ISO:9001:2008)di


(48)

2. Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk setiap usaha, begitu pula untuk pemerintahan agar dapat menjalankan fungsinya sebenar-benarnya. Banyak defenisi yang dapat digunakan untuk mendefenisikan sumber daya manusia. Menurut Sayuti Hasibuan, Sumber Daya Manusia adalah semua manusia yang terlibat dalam suatu organisasi dalam mengupayakan tujuan organisasi tersebut.36

”Sumber daya manusia harus didefinisikan bukan dengan apa yang sumber daya manusia lakukan, tetapi apa yang sumber daya manusia hasilkan”, sebagaimana yang dikemukakan oleh David Ulrich.37 Maka dari itu, Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang penting bagi setiap usaha. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan kejayaan atau kegagalan dalam persaingan.38 Jadi yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia adalah semua orang yang terlibat bekerja untuk mencapai tujuan masing – masing.

Manajemen sumber daya manusia merupakan pengelolaan orang didalam organisasi secara optimal agar kinerja organisasi pun seperti yang diharapkan. Ada beberapa definisi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan manajemen sumber daya manusia. Menurut Stoner “Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu

36

Sayuti Hasibuan, Manajemen SDM, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hal3.

37

Mathis dan Jackson, Manajemen SDM, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hal 4.

38


(49)

organisasi atau perusahaan dengan orang – orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya”.39

Menurut Handoko: Manajemen Sumber Daya Manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu maupun tujuan organisasi.40 Untuk itu manajemen sumber daya manusia perlu dikelola secara profesional dan baik agar dapat terwujudnya kesinambungan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan perkembangan teknologi dan lingkungan serta kemampuan organisasi. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama suatu organisasi agar dapat berkembang secara produktif dan wajar.

Dari pengertian – pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa adanya manajemen sumber daya manusia dapat menghasilkan penjaminan mutu pendidik sehingga mempengaruhi mekanisme sistem penjaminan mutu pendidikan dalam suatu sekolah. Hal ini dikarenakan manajemen sumber daya manusia dalam penjaminan mutu pendidik ini merupakan suatu gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang potensial dan perlu dikembangkan sehingga mampu memberikan dampak yang optimal terhadap kinerja organisasi. Dalam pendidikan, Proses sumber daya manusia yang akan dibahas dalam hal ini, menekankan pada:

39Malayu Hasibuan, Manajemen SDM, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), hal20. 40


(50)

a) Perencanaan Sumber Daya Manusia

Perencanaan sumber daya manusia merupakan proses dimana manajer menjamin bahwa organisasi memiliki jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat, dan pada saat yang tepat, yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas – tugas yang akan menolong organisasi tersebut mencapai sasaran secara keseluruhan secara efektif dan efisien. Semua manajer harus memastikan bahwa semua pekerjaan dalam area tanggung jawab mereka selalu diisi dengan orang – orang yang berkemampuan yang dapat melakukannya secara tepat.

Menurut Hasibuan, perencanaan Sumber Daya Manusia adalah merencanaka tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan secara efektif dan efesien dalam membantu suatu tujuan. Sedangkan Menurut Dessler mendefinisikan perencanaan pekerjaan sebagai proses memformulasi rencana – rencana untuk mengisi lowongan masa depan berdasarkan pada suatu analisis dari posisi yang diharapkan yang dapat diisi oleh calon yang berasal dari dalam ataupun luar organisasi.

Ada tiga macam tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan SDM, yaitu :41

1) Menjamin adanya jumlah dan kualitas SDM sesuai dengan waktu yang dibutuhkan

41

Agus Tulus, “Manajemen Sumber Daya Manusia”(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal76


(51)

2) Dapat meningkatkan pendayagunaan SDM

3) Meningkatkan SDM dan memberikan kepuasan kerja.

Jadi perencanaan Sumber Daya Manusia adalah proses menetapkan estimasi atau perkiraan untuk memperoleh sumber daya manusia agar sesuai dengan kebutuhan setiap lembaga sekarang dan perkembanga masa depan.

b) Perekrutan Sumber Daya Manusia

Penarikan (recruitment) SDM merupakan suatu proses atau tindakan yang dilakukan oleh organisasi untuk mendapatkan tambahan pegawai melalui beberapa tahapan yang mencakup identifikasi dan evaluasi sumber – sumber penarikan tenaga kerja, menentukan kebutuhan tenaga yang diperlukan, proses seleksi, penempatan, dan orientasi tenaga kerja.

Menurut Edwin B Flippo mendefinisikan penarikan sebagai proses pencarian dan pemikatan pada calon pegawai yang mampu bekerja dalam organisasi.42 Jadi yang dimaksud dengan perekrutmen adalah usaha mencari dan menarik tenaga kerja agar melamar lowongan kerja yang ada pada suatu lembaga pendidikan.

42Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Rineka Cipta 1992),


(52)

Agar hasil dari perekrutan dapat dikatakan berhasil atau efektif, maka terdapat empat indikator untuk menunjukkan efektifitas dari perekrutan SDM, yaitu :

a) Jumlah (kuantitas) pelamar mencukup

b) Kualitas pelamar menunjukkan persyaratan yang dibutuhkan c) Biaya per pelamar yang direkrut

d) Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi jabatan yang kosong.43

c) Penyeleksian Sumber Daya Manusia

Seleksi adalah suatu proses untuk memilih individu yang memiliki kualifikasi sesuai dengan persyaratan untuk mengisi jabatan didalam organisasi. Proses seleksi bertujuan untuk menyesuaikan antara kemampuan dan ketrampilan sumber daya manusia yang tertulis dalam lamaran kerja dan apa yang dibutuhkan organisasi. Proses seleksi yang baik akan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan sebuah organisasi.

Menurut Hasibuan, seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan penentuan pelamar yang diterima atau ditolak untuk menjadi karyawaan perusahaan.44 Jadi yang dimaksud dengan penyeleksian adalah proses

43Winardi, Manajemen Perilak u Organisasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004),

hal 136.


(53)

menilai dan memilih karyawan yang qualified diantara calon –calon yang melamar.

d) Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Istilah pelatihan (training) mengacu pada serangkaian kegiatan yang memberikan peluang untuk mendapatkan dan meningkatkan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan. Program pelatihan diberikan kepada karyawan yang baru maupun karyawan yang telah ada, tujuannya adalah untuk menghadapi situasi – situasi yang berubah. Sementara itu program pengembangan (development) dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan untuk pekerjaan masa depan. Menurut Siagian, Proses dan langah – langkah pelatihan sebagai berikut:45

1) Penentuan Kebutuhan 2) Penentuan Sasaran 3) Penetapan isi program

4) Identifikasi prinsip-prinsip belajar 5) Pelaksanaan program

6) Identifikasi manfaat

7) Penilaian pelaksanaan program

45

Prijono Triptoherijanto, Untaian Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1989) hal. 185.


(54)

Pendidikan dan Pelatihan merupakan upaya untuk pengembangan SDM, terutama untuk pengembangan kemampuan intelektual dan

kepribadian. Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan

mempersiapkan calon tenaga yang digunakan oleh suatu organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau ketrampilan pekerja yang sudah menduduki suatu jabatan atau tugas tertentu. Untuk pendidikan dan pelatihan ini, langkah awalnya perlu dilakukan analisis kebutuhan atau need assessment, yang menyangkut tiga aspek, yaitu : analisis organisasi, analisis pekerjaan, dan analisis pribadi.46


(55)

46

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data dalam suatu penulisan, dengan kata lain dapat dikatakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam penulisan skripsi ini guna memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan informasi yang faktual dan relevan.

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan jenisnya, penilitian ini menggunakan penelitian berdasarkan metode analisis, yaitu terkategori sebagai penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor47 sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut Sugiyono bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafatost positivism yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrument kunci.

Adapun dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus, yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif,


(56)

terperinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala-gejala tertentu.48

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu

pendekatan yang digunakan untuk mendeskripsikan, menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta serta sifat hubungan antara fenomena yang diselidiki.49

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang diamati, dengan berpedoman pada butir-butir pertanyaan dalam wawancara di lapangan. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

Setelah data terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Pada laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu.50

48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendek atan Prak tek Edisi Revisi III (Jakarta: Rineka Cipta 1996), hal. 120.

49 Ibid, hal 20. 50Ibid, hal. 11.


(57)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Atas di Sidoarjo. Lembaga Pendidikan tersebut bernama SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo. Lembaga Pendidikan Ini adalah Lembaga Pendidikan yang dinaungi oleh yayasan Progresif Bumi Shalawat yang berada di desa Lebo Sidoarjo.

C. Sumber Data dan Informan Penelitian

Informan penelitian didalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat diperolehnya. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.51Dalam penelitian yang menjadi informan adalah sebagai berikut:

1. Informan Utama adalah Kepala Sekolah SMA Progressif Bumi Shalawat Sidoarjo dan Pemimpin/Kepala Satuan Pengawasan Internal. 2. Informan pendukung dalam penelitian ini adalah Tenaga Pendidik dan

Kependidikan SMA Progressif Bumi Shalawat Sidoarjo serta Peserta Didik di SMA Progressif Bumi Shalawat Sidoarjo.

Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang akan dikumpulkan oleh penulis, yaitu :


(58)

1) Sumber data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan dengan informan atau responden. Peneliti akan wawancara dengan informan untuk menggali informasi mengenai Implmentasi Satuan Pengawasan Internal dalam Penjaminan Mutu Pendidik di SMA Progressif Bumi Shalawat Sidoarjo.

2) Sumber data sekunder

Data sekunder yaitu data yang mendukung terhadap data primer. Dalam hal ini data sekunder yang dimaksudkan meliputi dokumen atau arsip didapatkan dari berbagai sumber, foto pendukung yang sudah ada, maupun foto yang dihasilkan sendiri, serta data yang terkait dalam penelitian ini.

D. Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri atau anggota tim peneliti atau sering disebut human instrument yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.52

Dalam teknik penelitian ini terdapat 2 bagian, yaitu : teknik analisis data dan teknik pengumpulan data.


(59)

Dalam teknik analisis data ini peneliti memulai dengan analisis sebelum terjun di lapangan, dilanjutkan dengan analisis di lapangan. Untuk analisis dilapangan penulis menggunakan analisis secara interaktif model Miles dan Huberman, yang terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Adapun teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik, diantaranya adalah :

1) Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telingga, penciuman, mulut dan kulit53. Observasi dibedakan menjadi dua macam yaitu observasi partisipan dan observasi non partisipan. Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Observasi dalam penelitian ini termasuk observasi non-partisipan yaitu penelitihanya menjadi pengamat dan tidak turut serta berperan serta dalam kegiatan kelompok yang diamati. Dalam hal ini, peneliti akan terjun langsung guna mengobservasi system Satuan Pengawasan Internal di SMA Progresif Bumi Shalawat.


(60)

2) Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil.

Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama54.

Jenis wawancara yang dipakai oleh peneliti adalah wawancara semistruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka di mana pihak yang di ajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan


(61)

wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.55

Dalam wawancara ini subjek utamanya adalah pimpinan/kepala SMA Progresif Bumi Shalawat. Selain itu juga beberapa subjek penunjang yang berkonstribusi dalam memperoleh data mengenai implementasi satuan pengawasan internal dalam penjaminan mutu pendidik di SMA Progressif Bumi Shalawat Sidoarjo.

3) Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger agenda dan sebagainya.56 Metode dokumentasi digunakan untuk mencermati proses implementasi satuan pengawasan internal di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.

55Ibid, hal. 319


(62)

E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data

Analisis data dalam prespektif kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif dengan mengikuti langkah-langkah analisis selama dilapangan. Adapun langkah-langkah untuk melakukan analisis data sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. 57 Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data merupakan tahapan untuk memahami apa yang tersedia dan apa yang harus dilakukan selanjutnya untuk


(63)

dianalisis dan diambil tindakan yang dianggap perlu. Penyajian data biasanya dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan diubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.58

F. Keabsahan Data

Teknik untuk memeriksa keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu sebagai berikut :

58Sugiyono, Metode Pendidik an pendekatan Kuantitaif, k ualitatif, dan R&D,(Bandung: Penerbit Alfa


(64)

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.59

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan teknik.


(65)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subyek

Penelitian ini dilakukan di SMA Progresif Bumi Shalawat, bertempat di desa Lebo Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Sekolah ini merupakan salah satu Lembaga Pendidikan di bawah naungan Yayasan Bumi Shalawat Sidoarjo. Sekolah ini bertempat di jalan Kyai Dasuki No. 1, Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Sekolah ini tepat berada di depan Asrama Putri Progresif Bumi Shalawat.

Dalam SMA Progresif Bumi Shalawat terdapat unit Satuan Pengawasan Internal yang berfungsi melakukan pengawasan, pendampingan sampai dengan evaluasi kinerja pendidik. Adanya Implementasi Satuan Pengawasan Internal, diharapkan dapat menghasilkan pendidik yang bermutu dan berkualitas bagi peserta didik. Oleh karenanya penulis akan memaparkan hasil penelitian lebih lanjut terkait dengan unit Satuan Pengawasan Internal di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.

Penelitian ini berlangsung kurang lebih 4 bulan, mulai dari bulan Maret 2017 sampai dengan Juli 2017. Pada bulan Maret Peneliti melakukan observasi awal dan pencarian sekolah yang sesuai dengan judul Penelitian. Kemudian ketika dirasa telah menemukan Madrasah yang sesuai, pada akhir bulan April


(66)

2017, Peneliti memberikan surat permohonan penelitian kepada Lembaga. Kemudian pada bulan Mei Peneliti mulai melakukan penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan dalam mendapatkan data dimulai dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam proses wawancara, Peneliti mengambil beberapa Informan yang dianggap kompeten dalam menghasilkan data yang relevan dengan judul Penelitian.

1. Deskripsi Informan

a. Informan I (JI)

Pada informan JI, sekarang ini secara SK Beliau bertugas sebagai Kepala Sekolah. Selain itu, secara tugas Beliau bertugas untuk mengurus segala bentuk operasional yang berada di tingkat SMA Progresif Bumi Shalawat. Wawancara ini dilakukan di SMA Progresif Bumi Shalawat, tepatnya di ruang tamu Sekolah.

Pemandangan menarik ditemukan oleh Peneliti saat sedang menunggu Informan di ruang tamu. Beberapa Peserta Didik tampak keluar masuk kantor dengan mengucapkan salam dan badan menunduk.

Keta’dhiman tampak sangat mencolok di Sekolah ini. Sambutan yang baik diberikan oleh Kepala Tata Usaha di SMA Progresif Bumi Shalawat. Keramahan dalam berbicara membuat peneliti nyaman berada di kantor.


(1)

Stakeholder internal yang dimaksud dalam sekolah ini adalah siswa, guru, karyawan, sekolah, yayayan dan seluruh santri yang mengenyam pendidikan dalam yayasan Bumi Shalawat. Sedangkan stakeholder eksternal yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah para wali murid dan masyarakat sekitar yang merasakan adanya yayasan Bumi Shalawat.


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengadakan serangkaian jenis penelitian, memaparkan data menganalisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagaimana berikut:

1. Landasan hukum Satuan Pengawasan Internal di SMA Progresif Bumi Shalawat diantaranya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 47 Tahun 2011, kemudian diterjemahkan oleh Surat Keputusan Yayasan dan ditindak lanjuti dalam pedoman penjaminan mutu dan Standar Operating

Procedure yang dibentuk oleh tim satuan pengawasan internal. Peran

satuan pengawasan internal merupakan element inti dalam semua pelaksanaan kegiatan sekolah akademik dan non akademik, sehingga satuan pengawasan internal di sekolah mewakili pihak yayasan Bumi Shalawat .

2. Proses Implementasi Satuan Pengawasan Internal di SMA Progresif Bumi Shalawat dukung oleh Yayasan Bumi Shalawat dalam rangka meningkatkan mutu kinerja pendidik dan tenaga kependidikan. Pengadaan audit (supervisi internal) dalam satu minggu sekali, hasil perkembangan direkapitulasi dalam satu bulan dan dipertanggung jawabkan oleh kepala sekolah dan pihak yayasan. Program satuan pengawasan internal di SMA Progresif Bumi shalawat meliputi Pengawasan bidang keuangan dan


(3)

kinerja pendidik, pendampingan dalam penyusunan administrasi perencanaan pembelajaran dan mengevaluasi kinerja guru.

3. Efektivitas satuan pengawasan internal pada penjaminan mutu pendidik di SMA Progresif Bumi Shalawat sangat efektif untuk mengukur kinerja guru dan keuangan yang dikeluarkan dengan penerapan beberapa metode, Supervisi internal akademik dan Lesson Study sesuai dengan Standart

Operating Procedure sehingga dapat meningkatkan kinerja guru.

Dibuktikan dengan prestasi siswa baik dalam bidang akademik dan non akademik.

B. Saran

Dengan memperhatikan hasil penelitian dan beberapa kesimpulan diatas, maka dengan rasa hormat penulis memberikan saran dengan harapan perbaikan ke arah yang lebih baik lagi.

1. Untuk Tim Satuan Pengawasan Internal

a. Satuan pengawasan internal harus mempertahankan kinerjanya agar lebih meningkatkan mutu sekolah dan yayasan

b. Menumbuhkan koordinasi dan komunikasi yang baik antara pihak yayasan, kepala sekolah dan pendidik.

c. Satuan pengawasan internal lebih memperhatikan tugas pokok dan fungsi pada setiap garis struktural dan memperhatikan standar yang


(4)

diberikan oleh Pendidikan Nasional mengingat Negara ini adalah Negara hukum.

2. Untuk Penelitian Selanjutnya

Hendaknya Peneliti selanjutnya memberikan indikator yang lebih rinci dalam pelaksanaan Penelitian tentang Satuan Pengawasan Internal dan penjaminan mutu pendidik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus Widanarto, Pengawasan Internal, Pengawasan Eksternal dan Kinerja

Pemerintah. (Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 12, Nomor 1, Juli 2012.

Arikunto, Suharsimi.1990.Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan .Jakarta:Rajawali Pusat.

Handayanigrat.1986. Sistem Pengawasan.Bandung : Remaja Rosdakarya. Handoko. 2008. Manjemen Personalia.Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. M Guy, et al. Penerjemah: Sugiyarto.2002. Auditing Jilid I.Jakarta: Erlangga. Malayu Hasibuan. 2002. Manajemen SDM.Jakarta : Bumi Aksara.

Mathis dan Jackson. 2002. Manajemen SDM.Yogyakarta: Andi Offset.

Mulyadi.1984. Pemeriksaan dalam Pengawasan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Munib, Ibrahim.2011. Pembentukan Akhlakul Karimah Anak Yatim di Panti

Asuhan Putra Al-Hadi Sapen, Mojolaban, Sukoharjo.UMS:Tidak di Terbitkan.

Nanang Fattah. 2013. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ngainun Naim.2009. Menjadi Guru inspiratif. Yogyakarta:Pustaka Belajar.

Nizar Ali dan Ibi Syatibi.2009. Manajemen Pendidikan Islam, Ikhtiar menata

kelembagaan Islam.Bekasi:Pustaka Isfahan.

Permendiknas No 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendiknas No 47 Tahun 2011 tentang Satuan Pengawasan Internal.

Prof. Dr. H.E. Mulyasa, M.Pd. 2012. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala

Sekolah.Jakarta: Bumi aksara.

Sandang Siagian. 2006. Manajemen SDM.Jakarta: Bumi Aksara. Sayuti Hasibuan. 2007. Manajemen SDM.Jakarta : Bumi Aksara.

Situmorang. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur

Pemerintah. Bandung : Rineka Cipta.


(6)

Sri Mifti, Nugroho Budi Lestariyo dan Anacostia Kowanda.2009. Pengawasan

Internal dan Kinerja (suatu kajian di kantor Inspektorat Jenderal Departemen Dalam

Negeri) Jurnal Ekonomi Bisnis No. 3 Vol. 14

Sudarwan Danim dan Khairil.2004. Profesi Kependidikan.Bandung: Alfabet Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:Alfabeta Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2015. Metode Pendidikan pendekatan Kuantitaif, kualitatif, dan R&D.

Bandung : Penerbit Alfa Beta

Sujamto.1987. Aspek - Aspek Pengawasan di Indonesia.Bandung : Rineka Cipta Suparlan.2005.Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta:Hikayat.

Tambunan. 2003. Manajemen SDM.Jakarta: Bumi Aksara.

Uhar Saputra. Konsep Penjaminan Mutu Pendidikan, :http://uharsaputra.wordpress. 2013 di akses tanggal 17 April 2017.

Zulkarnain, Peranan Pengawasan Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.