PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN METODE UMMI : STUDI KASUS DI SD AL FALAH ASSALAM SIDOARJO.

(1)

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN

AL-QUR’AN METODE UMMI

(Studi Kasus di SD Al Falah Assalam Sidoarjo)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ilmu Keislaman Konsentrasi Pendidikan Agama Islam

Oleh A. Yusuf MS.

NIM : F1.3.2.12.163

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi (Studi Kasus di SD Al Falah Assalam Sidoarjo)

Penulis : A. Yusuf MS.

NIM : F1.3.2.12.163

Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam

Kata Kunci : Penggunaan Media Visual, Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi ( Studi Kasus di SD Al Falah Assalam Sidoarjo)

Penelitian ini pada dasarnya untuk mendeskripsikan serta menganalisis sejauh mana upaya yang dilakukan oleh SD Al Falah Assalam Sidoarjo mengenai penggunaan media visual (Peraga Paralel) dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi, yang dalam penelitiannya dapat penulis analisis melalui proses dalam 3 rumusan masalah yaitu; Bagaimana langkah-langkah penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an Model Ummi, Bagaimana hasil penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi, Apa saja kendala penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi.

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi serta pengambilan sampel. Teknis analisis data menggunakan analisis deskriptif, dan penelitian ini berlokasi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penggunaan media visual yang diterapkan di SD Al Falah Assalam Sidoarjo pada dasarnya dapat dianalisis melalui perencanaan, proses implementasi serta evaluasi. Dari sinilah dapat dibuktikan bahwa dalam proses penelitian, penulis dapat mengambil data-data dilapangan serta didukung oleh hasil wawancara dari beberapa orang yang terlibat sebagai subyek penelitian dan menjadi bagian dari penyelenggara mutu pendidikan di SD Al Falah Assalam Sidoarjo tersebut. Dalam proses penelitian mengenai penggunaan media visual pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi, penulis selain mendapatkan data-data dari sekolah, juga dapat meneliti dengan cara menganalisa lewat 7 tahapan pembelajaran dengan durasi waktu 60 menit disetiap kelasnya yang sudah menjadi standar SOP pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi. Kemudian standar pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi memiliki urutan yaitu mulai dari pembukaan, appersepsi, penanaman konsep, pemahaman konsep, ketrampilan, evaluasi serta penutup. Dari penelitian ini membuktikan bahwa kelompok belajar yang menggunakan media visual peraga paralel memiliki manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan media visual peraga lainnya dengan dibuktikan nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen 86,15 dan nilai rata-rata tes akhir kelas kontrol 83,08. Sehingga ada selisih nilai 3,07 poin lebih besar di kelompok kelas eksperimen.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

TRANSLITERASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

C.Rumusan Masalah ... 8

D.Tujuan Penelitian ... 9

E.Kegunaan Penelitian ... 9

F.Kerangka Teoritik ... 11

G.Penelitian Terdahulu ... 15

H.Metodologi Penelitian ... 19


(8)

BAB II: KAJIAN TEORI

A.Media Pembelajaran ... 26

1.Pengertian Media Pembelajaran ... 26

2.Ruang Lingkup dan Fungsi Media Pembelajaran ... 30

a, Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 30

b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 32

c. Kedudukan Media dalam Pembelajaran ... 36

d. Media Visual ... 36

e. Istilah-istilah Pokok Seputar Media Pembelajaran ... 37

f. Prinsip Media Pembelajaran ... 41

g. Manfaat Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran ... 42

h. Komponen-komponen Pembelajaran ... 44

B.Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi ... 53

1.Buku atau Metode yang Bermutu ... 53

2.Guru yang Bermutu ... 53

3.Sistem yang Berbasis Mutu ... 54

C.Tujuh Program Dasar Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi59 1. Tashih Baca al-Qur’an ... 59

2. Tahsin ( Standarisasi Bacaan Guru) ... 59

3. Sertifikasi Guru al-Qur’an ... 60

4. Coach (Pendampingan Implementasi Metode Ummi) ... 60

5. Supervisi (Pemastian Panjagaan Mutu Metode Ummi) ... 60

6. Munaqashah (Kontrol Eksternal Kualitas ) ... 60


(9)

BAB III: PENYAJIAN DATA ... 62

A.Tempat Penelitian ... 62

B.Sejarah Berdirinya SD Al Falah Assalam Sidoarjo ... 62

C.Program Pendidikan di Tingkat Dasar ... 64

D.Visi dan Misi ... 65

E.Strategi Penjamin Mutu ... 65

F.Gedung dan Sarana Prasarana ... 66

G.Struktur Organisasi SD Al Falah Assalam ... 69

H.Kepala Sekolah ... 70

I.Guru Pengajar Mata Pelajaran Umum ... 70

J.Guru Pengajar al-Qur’an ... 74

K.Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi ... 75

1.Sejarah Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi ... 75

2.Metodologi Mrtode Ummi ... 76

3.Tahapan-Tahapan Mengajar Metode Ummi ... 79

4.Target Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi ... 80

5.Pokok-Pokok Bahasan Buku Metode Ummi ... 82

6.Petunjuk Umum Mengajar al-Qur’an Metode Ummi ... 84

7.Metodologi Cara Mengajar Buku Metode Ummi ... 85

8.Metodologi Cara Menggunakan Peraga Metode Ummi .... 89

L.Data Rekapitulasi Lulus Munaqashah dan Khataman ... 95

BAB IV: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 97

A. Langkah-Langkah Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo .. 97


(10)

1. Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran al-Qur’an 97

2. Sistematika Penggunaan Media Visual dalam Tahapan Pembelajaran al-Qur’an ... 98

3. Cara Penggunaan Media Visual Peraga Paralel ... 99

B. Hasil Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo ... 100

1. Rekap Nilai Harian Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 100

2. Nilai Tes Akhir Siswa dalam Pembelajaran al-Qur’an dengan Menggunakan Peraga Lama dan Peraga Paralel ... 103

3.Nilai Positif Media Visual Peraga Paralel ... 106

C. Kendala Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo . 112 1. Media Visual Peraga Paralel Sedikit Menyita Waktu Saat Tahapan Apperspsi ... 112

2. Harga Relatif Lebih Mahal ... 113

BAB V: PENUTUP ... 115

A. Simpulan ... 115

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119 DAFTAR LAMPIRAN


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang bernilai mu‟jizat yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, dengan perantara malaikat Jibril yang diriwayatkan secara mutawattir, dan membacanya termasuk ibadah.1

Sebagai awal upaya untuk mencetak generasi Islam yang berwawasan Qur'ani adalah mendidik mulai usia anak dan menanamkan kecintaan yang tinggi terhadap al-Qur'an serta berusaha untuk mempelajarinya dengan baik. Bidang pendidikan dan pengajaran mempunyai peranan yang sangat penting, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Uthman bin „Affan R.A. bahwa Rasulullah SAW. bersabda :

ْه م ْمكرْيخ

هم

َ

لعو نآْرقْلا م

َ

لعت

Artinya: “Sebaik-baik kamu yaitu orang yang mempelajari al-Qur‟an dan mengajarkannya” (H.R. Bukhari) 2

Dari hadith di atas jelaslah bahwa Rasulullah SAW., memerintahkan kita untuk mempelajari, mengkaji, mengajarkan, memahami dan mengamalkan isi dari al-Qur‟an, karena setiap orang yang memelihara dan membaca al-Qur‟an dilindungi oleh Allah SWT.

Membaca al-Qur'an tidak seperti membaca koran, majalah, buku atau

1 Ahsin al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur'an (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 1.

2 Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An Nawawi, Tarjamah Riadh as-Sha>lihin, Penerjemah : Salim Bahreisy, Jilid 2 ( Bandung : Al-Ma’a>rif, 1997), 135.


(12)

2

lainnya yang hanya sekedarnya saja. Tetapi membaca al-Qur‟an mempunyai kaidah tertentu agar ketika membacanya tidak mengalami kekeliruan makna yang akan berakibat dosa bagi para pembacanya.

Karena membaca al-Qur'an termasuk ibadah yang akan mendapat pahala dari Allah SWT. Oleh karena itu, membaca al-Qur‟an dituntut kebenaran, kelancaran, kefasihan dalam arti sesuai dengan kaidah ilmu tajwidnya. Perintah membaca al-Qur‟an dalam wahyu pertama Q.S. al-„Alaq bukan sekedar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak diperoleh kecuali mengulang-ulangi bacaan atau membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulangi bacaan Bismirabbika (demi karena Allah), al-Qur‟an akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca itu juga.3

Begitu sentralnya posisi al-Qur‟an dalam agama Islam, maka tidak ada satu bacaanpun selain al-Qur‟an yang dipelajari, dibaca dan dipelihara aneka macam bacaannya, yang jumlahnya lebih dari sepuluh serta ditetapkan tata-cara membacanya. Mana yang harus dipanjangkan atau dipendekkan, dipertebal ucapannya atau diperhalus, dimana tempat-tempat berhenti yang boleh, yang dilanjutkan atau dilarang, bahkan sampai pada lagu dan irama yang diperkenankan dan yang tidak. Bahkan lebih jauh lagi, sampai pada

sikap dan etika membacapun mempunyai aturan-aturan tersendiri.4

3 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhu'i Oleh Berbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 2007), 6.


(13)

3

Fungsi lain dari al-Qur‟an adalah menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW. sebagai utusan Allah SWT. Bukti kebenaran tersebut melalui beberapa tahapan tantangan. Pertama, menantang siapapun yang meragukan tentang keaslian susunan al-Qur‟an secara keseluruhan. Kedua, menantang mereka yang meragukan al-Qur‟an untuk menyusun sepuluh surat semacam al-Qur‟an. Ketiga, menantang mereka untuk menyusun satu surat saja semacam al-Qur‟an.5

Sangat tepat sekali Allah memberikan nama al-Qur‟an, karena secara harfiyah berarti “ bacaan sempurna “, karena tidak ada satu bacaanpun yang di kenal manusia yang dapat menandingi keindahan dan keagungan al-Qur‟an. Bacaan yang sempurna lagi mulia dan mendapat pahala bagi yang membacanya.

Tidak ada bacaan seperti al-Qur‟an yang dapat dipelajari tidak hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya, tetapi juga kandungan isinya yang tersurat dan tersirat, bahkan sampai kepada kesan yang ditumbuhkannya. Berangkat dari fenomena ini kemampuan membaca al-Qur‟an merupakan dasar bagi ummat Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam baik bagi dirinya sendiri ataupun untuk disampaikan kepada orang lain. Oleh karena itu upaya peningkatan kemampuan membaca al-Quran merupakan tuntutan yang sangat mendesak untuk dilaksanakan, untuk itu mencari dan menentukan format dan cara baru untuk mempermudah dan mempercepat belajar membaca al-Qur‟an sangat diperlukan.


(14)

4

Saat ini banyak sekolah atau lembaga pendidikan Islam dalam muatan kurikulumnya ada materi pembelajaran al-Qur‟an, dimana setiap siswa dituntut mampu mambaca al-Qur‟an dengan baik dan benar.

SD Al Falah Assalam Sidoarjo merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang memberikan jaminan bahwa setiap siswa yang lulus dari sekolah tersebut memiliki kemampuan membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar, artinya mampu membaca sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.6

Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen, salah satunya terdapat pendidik dan peserta didik serta tujuan yang ingin dicapai pada proses pembelajaran tertentu. Untuk menjalankan proses pembelajaran yang optimal pendidik harus menganalisis peserta didiknya terlebih dahulu.

Dengan memahami karakteristik peserta didik, pendidik akan dapat merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan.

Disamping itu masalah penting yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran al-Qur‟an adalah memilih atau menentukan media pembelajaran yang digunakan dan cara menggunakan media pembelajaran yang ada.

6 Wawancara dengan Bapak Sholikuddin, Kepala Sekolah SD Al Falah Assalam Sidoarjo, Selasa, 18 Agustus 2015.


(15)

5

Media merupakan alat bantu berupa fisik maupun non fisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.7

Dalam kegiatan belajar mengajar sering pula pemakaian kata media pembelajaran digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang dengar, bahan pengajaran, komunikasi pandang-dengar, pendidikan alat peraga pandang, teknologi pendidikan, alat peraga dan media penjelas.8

Fungsi media pembelajaran cukup luas dan banyak. Namun secara lebih rinci dan utuh media pembelajaran berfungsi untuk :9

a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran b. Meningkatkan gairah belajar siswa

c. Meningkatkan minat dan motivasi belajar

d. Menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan e. Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam

f. Mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran g. Meningkatkan kualitas pembelajaran.

Di era kemajuan teknologi saat ini, media pembelajaran juga mengalamai kemajuan yang sangat banyak dalam berbagai hal, salah satunya adalah bentuk maupun jenis dari media itu sendiri.

Dalam pembelajaran media memberikan manfaat yang cukup banyak dalam membantu kenerhasilan proses belajar mengajar siswa. Salah satu media

7 HM. Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran ( Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2012), 28.


(16)

6

yang membantu proses belajar mengajar adalah media visual. Dalam pembelajaran al-Qur‟an media visual mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang materi yang akan disampaikan agar lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa termasuk ketika guru mengajarkan atau mengenalkan huruf-huruf hijaiyah dan huruf-huruf yang berharakat.

Disinilah peran media yang lain yang memungkinkan secara spesifik mampu memberikan kemudahan dan menjadi nilai tambah dalam memberikan pemahaman materi yang disampaikan khususnya bagi siswa yang sedang belajar diharapkan mendapatkan kemudahan dalam menerima materi-materi yang diajarkan oleh guru.

Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Al Falah Assalam Sidoarjo, saat ini pembelajaran al-Qur‟annya menggunakan Metode Ummi, yaitu salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran al-Qur‟an yang ada di Indonesia. 10

Pembelajaran al-Qur‟an di SD Al Falah Assalam Sidoarjo, dalam prosesnya pembelajarannya menggunakan media visual dalam menyampaikan materi kepada siswa. Media visual yang digunakan dalam pembelajaran al-Qur‟an diantaranya disebut dengan media paralel, yaitu media yang berbentuk persegi yang berisi huruf-huruf tunggal atau huruf-huruf hijaiyah dari alif sampai ya‟ berharokat fathah yang tersusun secara paralel menjadi 3 bagian, yang masing-masing huruf 8 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran ( Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 6.

9 Musfiqon, Pengembangan Media, 35.

10 Dalam pembelajaran “Metode Ummi” secara substansi memiliki nilai kelebihan dengan memprioritaskan mutu yaitu mudah, menyenangkan dan menyentuh hati. Proses pembelajarannya terdapat sistem penguatan dan pengulangan secara kontinguitas. Hal ini berarti adanya sebuah respon dari stimulus sebagai penguat baik materi yang telah diajarkan maupun yang baru.


(17)

7

diletakkan sejajar 3 huruf dan dipasang secara paralel yang dapat dibuka dan ditutup setiap hurufnya serta bisa digunakan sesuai yang diinginkan.

Media visual (peraga paralel) di SD Al Falah Assalam Sidoarjo digunakan pada siswa kelas 1 yang belajar al-Qur‟an buku Metode Ummi Jilid 1, karena buku Metode Ummi Jilid 1 materinya tentang pengenalan huruf-huruf tunggal berharakat fathah, misalnya seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1.1: Media visual (peraga paralel )

Penulis melihat kelompok pembelajaran al-Qur‟an yang menggunakan media visual dalam hal ini peraga paralel kondisi pembelajarannya lebih tertib,


(18)

8

belajar siswanya lebih antusias dalam mengikuti pelajaran serta kualitas hasil belajar siswa terlihat lebih baik. Untuk itulah penulis mengkaji lebih mendalam tentang pennggunaan media visual (peraga paralel) dalam keberhasilan pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi siswa SD Al Falah Assalam Sidoarjo.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi suatu permasalahan yaitu bagaimana penyampaian pembelajaran al-Qur’an yang baik

dan efektif?, bagaimana kualitas bacaan al-Qur’an yang baik, benar dan lancar?,

apa hubungan kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an dengan kualitas guru

al-Qur’an?, alat peraga atau media apa yang sebaiknya digunakan dalam

pembelajaran al-Qur’an?, apa yang harus dilakukan sekolah untuk menjaga dan

meningkatkan kualitas guru?

Dari identifikasi masalah di atas, agar permasalahan lebih fokus, perlu adanya pembatasan masalah yang dikaji. Maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana langkah-langkah penggunaan media

visual dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi dan bagaimana hasil

penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi di SD Al

Falah Assalam Sidoarjo.


(19)

9

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana langkah-langkah penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo?

3. Apa saja kendala dalam penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo? 2. Untuk mengetahui bagaimana hasil penggunaan media visual dalam

pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo? 3. Untuk mengetahui apa kendala penggunaan media visual dalam pembelajaran

al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo?

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori yang

telah ada dan temuan-temuan penelitian sebelumnya, serta dapat memberikan motivasi dan dasar pijakan untuk penelitian sejenis pada masa yang akan datang dalam lingkup masalah yang lebih komplek.


(20)

10

2. Secara praktis, dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada instansi pendidikan dan kalangan yang terkait sebagai berikut :

a. SD Al Falah Assalam Sidoarjo; bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran al-Qur‟an yang baik, efektif dan inovatif dengan menggunakan media visual (peraga paralel), dengan harapan dapat dijadikan motivasi dan dorongan bagi para guru al-Qur‟an dalam meningkatkan efektifitas mengajar al-Qur‟an

b. Kepala Sekolah, koordinator al-Qur‟an serta guru-guru al-Qur‟an SD Al Falah Assalam Sidoarjo; hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pijakan pemilihan alternatif media atau alat peraga yang baik dan lebih efektif yang dapat menunjang hasil pembelajaran al-Qur‟an di lembaga.

c. UIN Sunan Ampel Surabaya; penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur tambahan serta penggunaan media pembelajaran yang lain dalam pembelajaran al-Qur‟an di sekolah atau di lembaga pendidikan Islam. d. Ummi Media Center dan Lembaga Ummi Foundation; hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai dasar pijakan pentingnya penggunaan media yang lain dalam menunjang proses pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi.

e. Peneliti; hasil penelitian ini tentunya sangat berguna bagi peneliti dalam meningkatkan kualitas hasil pembelajaran al-Qur‟an dengan menggunakan media visual atau alat peraga yang lain sebagai sebuah media alternatif dalam pengembangan pembelajaran al-Qur‟an selain


(21)

11

media yang umumnya sudah ada dan biasa dipakai dalam pembelajaran al-Qur‟an di lembaga atau di sekolah.

F. Kerangka Teoritik

Tesis ini berjudul “Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi” ( Studi kasus di SD Al Falah Assalam Sidoarjo).

Sebelum penulis membahas lebih lanjut, terlebih dahulu perlu penulis menguraikan kata-kata yang terdapat pada judul di atas agar tidak terjadi salah faham dalam memahami judul tersebut.

Adapun kata-kata yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan

Kata “Penggunaan” berasal dari kata “guna” kemudian mendapatkan awalan “pe” dan akhiran “an”. Kata ini mempunyai arti proses, perbuatan, cara mempergunakan sesuatu. 11 Penggunaan berarti proses atau cara mempergunakan media visual ( peraga paralel) dalam pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi dengan melalui proses tahapan-tahapan pembelajaran yang telah direncanakan.

2. Media Visual (Peraga Paralel)

Memahami makna media, bahwa kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti


(22)

12

„perantara‟ atau „pengantar‟.12 Pengertian media secara terminologi sangat

beragam, sesuai sudut pandang para pakar media pendidikan. Sebagaimana yang dikutip oleh Sadiman dalam buku pengembangan media dan sumber pembelajaran, bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Sedangkan media visual (peraga paralel) sendiri merupakan bagian dari hasil pengembangan media flash card . Flash card berasal dari bahasa Inggris

flash (cepat), card (kartu). Jadi flash card merupakan media sederhana yang menggunakan kartu kecil, yang berisi gambar, teks atau tanda symbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.13 Flash card biasanya berukuran 8 x 12 cm atau dapat disesuaikan

dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Kartu abjad misalnya dapat digunakan untuk latihan mengeja lancar (dalam bahasa arab atau bahasa inggris). Kartu yang berisi gambar-gambar (benda, binatang dan sebagainya) dapat digunakan untuk melatih siswa, mengeja dan memperkaya kosa kata. Kartu-kartu tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan. Misalnya dalam latihan memperlancar bacaan-bacaan sholat, gambar setiap gerakan dalam sholat dibuat di atas flash card.14

11 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 286. 12 Musfiqon, Pengembangan Media, 26. 13 Arsyad, Media Pembelajaran, 115. 14 Ibid., 115.


(23)

13

Sedangkan media visual dalam bentuk paralel sendiri merupakan media yang berbentuk persegi yang berisi huruf-huruf tunggal atau huruf-huruf hijaiyah dari alif sampai ya‟ berharokat fathah yang tersusun secara paralel menjadi 3 bagian yang masing-masing huruf diletakkan sejajar 3 huruf dan dipasang secara paralel yang dapat dibuka dan ditutup setiap hurufnya serta bisa digunakan sesuai yang diinginkan.15

Sebagaimana yang dikutip oleh Azhar Arsyad dalam bukunya Levie and Levie yang berjudul Pictorial Memory Processes, menunjukkan hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep.16

Di lain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial). Hal ini merupakan salah satu bukti dukungan atas konsep dual coding hypothesis

(hipotesis koding ganda) dari Paivio. 3. Pembelajaran al-Qur‟an

15Pada dasarnya pembelajaran Metode Ummi identik dengan pemikiran seorang tokoh teori pembelajaran Burrhus Frederick Skiner yaitu lebih menekankan pada penguatan atas stimulus dan respon, artinya (1) Setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang-ulang; dan (2) Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respon operan. Atau seperti yang terdapat pada latar belakang awal bahwa sebuah penguatan adalah segala sesuatu yang meningkatkan probabilitas terjadinya kembali suatu respons. B.R. Hergenhahn Matthew H. Olson, Theories Of Learning, (America: hamline University, 2008), 84-85. 16 Levie, W. Howard dan Levie, Diane, Pictorial Memory Processes, (AVCR. Vol. 23 No.1 Spring 1975), 81.


(24)

14

Kata “Pembelajaran” berasal dari kata “ajar” kemudian mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”. Kata ini mempunyai arti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan.17

Pembelajaran al-Qur‟an berarti proses cara mengajar atau mengajarkan huruf-huruf al- Qur‟an atau mengajarkan cara membaca huruf-huruf al-Qur‟an. Pemahaman pada tingkat pembelajaran al-Quran dirasa masih membutuhkan perhatian dan bantuan terutama pada tingkat materi yang akan disampaikan oleh guru.

4. Metode Ummi

Metode Ummi adalah sebuah metode pembelajaran al-Qur‟an dengan menggunakan pendekatan bahasa ibu, yaitu: metode langsung (tidak banyak penjelasan), senantiasa diulang-ulang, dan diajarkan dengan penuh kasih sayang yang tulus serta penuh kesabaran.18

Dalam hal ini, maka yang di maksud dengan pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi adalah cara yang di tempuh oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran al-Qur‟an secara mudah, menyenangkan, cepat dan efektif dengan menggunakan buku Belajar Mudah Membaca al-Qur‟an Metode Ummi yang cara pembelajarannya dengan cara langsung dibaca, diulang-ulang dan diajarkan dengan penuh kasih sayang serta penuh kesabaran.

5. SD Al Falah Assalam Sidoarjo

17 EM Zul Fijri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 50.

18 Masruri, Modul Sertifikasi Guru al-Qur’an Metode Ummi (Surabaya: Lembaga Ummi Foundation, 2012), 4.


(25)

15

SD Al Falah Assalam Sidoarjo adalah kelompok belajar al-Qur‟an siswa SD Al Falah Assalam Sidoarjo yang berdomisili di Jalan Wisma Tropodo FG-20 Waru Sidoarjo.

Dari penjelasan tentang judul tesis yang penulis susun bahwa pengembangan media itu seharusnya digunakan oleh setiap guru dalam upaya untuk mensukseskan pembelajaran al-Qur‟an serta untuk meningkatkan kualitas pembelajaran al-Qur‟an.

Penelitian diawali dengan menyusun proposal tesis, mengkaji berbagai referensi yang berkaitan dengan fokus penelitian, berkonsultasi dengan pembimbing, penyempurnaan proposal berdasarkan masukan dari penguji proposal tesis. Setelah melakukan penelitian atas semua hasil, maka kegiatan yang dilakukan adalah menyusun laporan dan menyempurnakan laporan.

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di SD Al Falah Assalam Sidoarjo, dengan alamat Jalan Raya Wisma Tropodo FG-20 Waru Sidoarjo.

G.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu disini adalah bentuk penelitian ilmiah yang sudah pernah dilakukan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Berikut ini akan dikemukakan beberapa karya tulis dalam bentuk tesis, disertasi dan jurnal.

1. Zuni Rahmawati, Pengembangan Model Flash Card dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa Pada Materi Pembelajaran Bahasa Arab Kelas II MI


(26)

16

Mambaul Ulum Kecamatan Semampir Surabaya.19 Melalui penelitian

lapangannya dengan model penelitian eksperimen di MI Mambaul Ulum Kecamatan Semampir Surabaya didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan kemampuan mengingat antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga dalam hal ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan model flash card terhadap peningkatan daya ingat siswa dalam pembelajaran bahasa arab. 2. Nur Syahriyani, Pengaruh Penggunaan Media Liquid Crystal Display (LCD)

terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa di SMA Negeri 15 Surabaya.20 Melalui penelitian lapangannya yang

dilaksanakan di SMA Negeri 15 Surabaya bahwa pemanfaatan media elektronik seperti transparansi LCD dibidang pembelajaran telah banyak dilakukan di sekolah-sekolah. Agar pelajaran lebih menarik, maka perlu dikemas dengan disampaikan menggunakan multimedia yaitu dengan menggunakan LCD. Dari penelitian itu prestasi belajar PAI siswa yang pengajarannya menggunakan media LCD lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran tanpa media LCD. Disamping itu pembelajaran dengan menggunakan media LCD minat belajar siswa lebih baik dibanding dengan siswa yang pembelajarannya tanpa media. 3. Ahmad Dian Bahtian Syah, Pembelajaran Model Cooperative Integrated

Reading and Composition (CIRC) dengan Model Gambar di SDN Gambor

19 Zuni Rahmawati, Pengembangan Model Flash Card dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa Pada

Materi Pembelajaran Bahasa Arab, Tesis, (Surabaya: Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, 2011).

20 Nur Syahriyani, Pengaruh Penggunaan Media Liquid Crystal Display (LCD) terhadap Prestasi

Belajar Pendidikan Agama Islam Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa, Tesis, ( Surabaya: Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).


(27)

17

Banyuwangi, Universitas Jember.21 Dari hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa dengan penerapan pembelajaran model kooperative siswa secara klasikal setiap pertemuan mengalami peningkatan. Dalam model pembelajaran ini terdapat stimulus yang mampu menyatukan pemahaman materi secara klasikal yang didasarkan pada sebuah target yang sudah dikonsepkan sebelumnya. Sedangkan antara materi baru yang akan diajarkan ada sebuah kesinambungan dengan materi sebelumnya. Model pembelajaran tersebut juga memberi kemudahan dalam menangkap materi melalui gambar-gambar visual.

4. Febrian Kusuma Jaya, Evektifitas Pemanfaatan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Korespondensi Kelas X.22

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas yang menggunakan media visual perhatian dan minat siswa terhadap materi lebih tampak dan antusias jika dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakan media visual. Hal ini dapat memberikan sebuah stimulus dan respon sehingga anak lebih mudah untuk dikondisikan serta mudah dalam pengontrolan. Secara logis, upaya transfer knowledge mengenai materi baru mudah ditangkap oleh siswa sebab lebih sederhana dan fokus.

5.Wahjoedi, Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa.23 Dalam penelitian ini

21 Ahmad Dian Bahtian Syah, Pembelajaran Model Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC), Desertasi (Jember: Pasca Sarjana Universitas Negeri Jember,2013).

22 Febrian Kusuma Jaya, Evektifitas Pemanfaatan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Pada Mata Pelajaran Korespondensi Kelas X, Desertasi (Pasca sarjana, Unesa: 2009).

23 Wahjoedi, Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Media Visual Untuk


(28)

18

dilakukan sebagai proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris dan terkontrol.

6. Lisnasari, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Belajar Siswa.24 Pembelajaran yang dilaksanakan selama ini banyak menggunakan metode ceramah dan menjawab soal LKS. Dalam hal ini siswa cenderung pasif, kemudian mengerjakan atau menjawab soal. Pembelajaran berlangsng menjadi satu arah dimana guru merupakan satu-satunya yang lebih aktif di dalam kelas. Sedangkan materi yang diajarkan kurang memiliki makna dalam kehidupan siswa.

Model penelitian ini merupakan bentuk pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris dan terkontrol. Sehingga setiap materi yang diajarkan mampu memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahaminya serta lebih aktif.

7. Ita Purnama Sari, Efektivitas Media Gambar Dalam Pembelajaran Mengarang Narasi Siswa Sma Tanjung Pinang.25 Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. dalam hal ini tujuan media pembelajaran khususnya media visual dimaksudkan untuk mengembangkan imajinasi dan daya nalar siswa. Media gambar ini dapat digunakan guru untuk memancing siswa supaya lebih aktif bertanya dan memberi pendapat mengenai cerita yang ingin dituangkan siswa kedalam sebuah

24 Linasari, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan


(29)

19

karangan. Dalam hal ini media visual mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar tersebut.

Adapun perbandingan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis teliti adalah jenis obyek yang diteliti yang penekanannya lebih pada aspek penggunaan media yang didasari oleh eksperimen yang ada. Sedangkan bila ditinjau dari aspek persamaannya dalam hal ini sama-sama merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan cara menyajikan kondisi pembelajaran yang ada di lembaga kemudian diolah dalam bentuk karya ilmiah.

H. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dari perilaku yang dapat dicermati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).26

1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini secara spesifik dilakukan di SD Al Falah Assalam Sidoarjo, di Jalan Wisma Tropodo FG-20 Waru Sidoarjo.

2. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan dalam penelitian yang penulis gunakan merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini didesain menggunakan pendekatan 25 Ita Purnama Sari, Efektivitas Media Gambar Dalam Pembelajaran Mengarang Narasi Siswa SMA

Tanjung Pinang, Jurnal, Cet. 2010.


(30)

20

kualitatif dengan jenis metode deskriptif kualitatif,27 yaitu sebagaimana misal

penulis langsung mengamati kegiatan pembelajaran al-Qur‟an di SD Al Falah Assalam, serta mengamati secara langsung fenomena atau peristiwa yang juga didukung dengan dokumen-dokumen kegiatan yang telah di program baik berupa data maupun arsip-arsip.

3. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.28 Untuk mempermudah mengidentifikasi

sumber data penulis mengklasifikasikannya menjadi tiga tingkatan huruf p

dari bahasa inggris, yaitu:

P = Person, sumber data berupa orang P = Place, sumber data berupa tempat P = Paper, sumber data berupa symbol

Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.

Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam (ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna dan lain sebagainya) dan bergerak . (misalnya aktivitas, kinerja, laju kendaraan, kegiatan belajar mengajar).

27 Penggunaan kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sodial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok dan data yang dihasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati


(31)

21

Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dengan pengertiannya ini maka “paper” bukan terbatas hanya pada kertas sebagaimana terjemahan dari kata “paper” dalam bahasa inggris.29

Adapun yang menjadi sumber data untuk melakukan pengkajian tentang penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam ini, dengan cara purpusive yaitu menetapkan jumlah informan sebagai orang kunci pemberi informasi untuk perolehan data. Adapun informan yang ditetapkan yaitu kepala sekolah, koordinator al-Qur‟an, guru al-Qur‟an serta siswa yang mengikuti pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi

4. Metode Pengumpulan Data

Sebagai penunjang terlaksananya penelitian ini, maka dalam implementasinya menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data harus sistematis artinya observasi serta pencatatannya dilakukan menurut prosedur dan aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh penelitian lain. Selain itu hasil observasi harus memberi kemungkinan untuk menafsirkannya secara ilmiah.30

29 Ibid., 172.


(32)

22

Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.31

Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi non partisipan,32

karena peneliti hanya mengamati apa yang terjadi di lokasi penelitian, peneliti tidak termasuk bagian objek penelitian.

Dalam garis besarnya observasi dapat dilakukan dengan partisipasi pengamat jadi partisipan atau tanpa partisipasi, pengamat jadi non partisipan.

b. Wawancara

Pada dasarnya wawancara itu merupakan suatu percakapan antara dua orang, antara seseorang yang bertanya dan seseorang yang menjawab pertanyaan.33

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.34

Dalam definisi lain bahwa wawancara juga dapat diartikan sebagai sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, dengan pertanyaannya

31 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Social (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 69. 32 Observasi non partisipan adalah peneliti bukan merupakan bagian dari kelompok yang diteliti, kehadiran peneliti hanya sebagai pengamat kegiatan. lihat S. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 107-108.


(33)

23

diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Pada konteks ini, catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkip wawancara. Kedua, wawancara sebagai strategi penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti observasi partisipan, analisis dokumen, dan fotografi.35 Sama sekali belum diketahui

karakternya, oleh karena itu, adakalanya wawancara diawali dengan permohonan izin: pembuatan kesepakatan mengenai kontrak waktu, tempat dan durasi waktu yang diperlukan.

Penulis mengadakan pengamatan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada sumber data. Sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis adalah pengamatan terhadap proses pembelajaran al-Qur‟an Metodde Ummi jilid 1 dengan menggunakan media visual (peraga paralel) di SD Al Falah As Salam Sidoarjo.

Selanjutnya dalam penelitian ini wawancara atau interview dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara berdialog dengan kepala sekolah SD Al Falah Assalam, dengan koordinator al-Qur‟an, guru pengajar al-Qur‟an serta para siswa yang sedang belajar al-Qur‟an Metode Ummi untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan media visual (peraga paralel) dalam pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi dan lain sebagainya. 34 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2010), 231. 35 Sudarwan Danim, Menjadi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 130.


(34)

24

Dalam penelitian ini penulis melakukan kontak langsung atau melakukan wawancara sendiri dengan sumber data, agar pertanyaan yang disampaikan mengarah pada sasaran yang diharapkan, maka penulis menggunakan pedoman wawancara.36

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu, mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.37

Untuk memperoleh data tentang bagaimana penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam, melalui dokumentasi, maka peneliti hadir dan mengamati serta mengambil dokumentasi pada saat media visual peraga paralel dipakai ketika pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi berlangsung.

Selanjutnya melalui metode dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data tertulis yang berupa catatan-catatan program kegiatan, serta foto-foto, gambar yang relevan dengan masalah penelitian yang terjadi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo.

36 Agar lebih terarah penelitian melalui kegiatan wawancara, maka kegiatan wawancara yang


(35)

25

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami hasil penelitian secara sistematis dan agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh dalam

penelitian ini, maka perlu diuraikan sistematika pembahasan. Adapun sistematika pembahasan tesis ini adalah sebagai berikut :

Bab pertama, bab ini merupakan pendahuluan sebagai pengantar

pembahasan selanjutnya. Secara garis besar bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoretik, penelitian terdahulu,prosedur penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, dalam bab ini menjelaskan tentang kajian teori, kerangka berfikir, hal ini meliputi pemaparan tentang media pembelajaran, definisi media pembelajaran, ruang lingkup dan fungsi media pembelajaran, kedudukan media dalam pembelajaran, media visual (peraga paralel) pembelajaran al-Qur’an, penjelasan tentang penggunaan media visual (peraga paralel) dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi serta mutu pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi .

Bab ketiga, dalam bab ini membahas tentang penyajian data, yang membahas kondisi lapangan secara langsung meliputi: sejarah berdirinya lembaga, lokasi penelitian, struktur organisasi lembaga, visi dan misi lembaga, daftar guru dan karyawan, guru pengajar al-Qur’an Metode Ummi, pembelajaran

al-Qur’an Metode Ummi dan sebagainya.

Prosedur Penelitian , 56.


(36)

26

Bab keempat, pada bab ini merupakan laporan hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi penyajian dan analisis tentang data dan temuan penelitian pada bab ketiga tentang penggunaan media visual (peraga paralel) dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo.

Bab kelima, pada bab ini berisi kesimpulan dan saran.

37 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian 274.


(37)

26

BAB II KAJIAN TEORI

Salah satu tahapan yang harus disusun dalam penelitian adalah kajian teori. Proses menyusun kajian teori merupakan proses yang sangat menentukan langkah penelitian berikutnya. Hal ini merupakan kajian teori yang dapat dijadikan landasan penelitian mengenai penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi

A.Media Pembelajaran

Berikut merupakan pemaparan makna media pembelajaran dari berbagai pakar pendidikan atau pendapat para tokoh pendidikan.

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”.1 Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasa>il) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.2 Sebagaimana yang telah dikutip dalam buku media pembelajaran karangan Azhar Arsyad, bahwa seorang tokoh pembelajaran dari Amerika bernama Gerlach mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini buku, teks, dan lingkungan sekolah juga merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai

1Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 1994), 448.

2 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka


(38)

27

alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi verbal atau visual.3

Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya akan diberikan berikut ini. AECT (Association of Education and Communication Technology) memberi batasan tentang media menjadi segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.

Memahami media pembelajaran paling tidak ditinjau dari dua aspek, yaitu pengertian bahasa dan terminology. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”. Sedangkan kata kunci media adalah “perantara”.

Pengertian media secara terminology cukup beragam, sesuai sudut pandang para pakar media pendidikan. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Sadiman dalam bukunya yang berjudul “Media Pendidikan” mengatakan bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam bahasa arab media juga berarti wasa>il yaitu perantara.4

Seringkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik dalam bukunya berjudul “Media Pendidikan”, dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.5 Sementara itu Gagne dan Briggs seorang tokoh pendidikan secara implisit mengatakan bahwa media

3 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Grafindo Persada), 3.

4 Sadiman, Media Pendidikan:Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Grafindo

Persada, 2004), 18.


(39)

28

pembelajaran meliputi alat secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan kompter. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intsruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.6

Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos

(Bahasa Indonesia “ilmu”).

Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media pembelajaran atau (al wasa>il al-ta’limiah) digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang dengar, bahan pengajaran (intrucsional material). Komunikasi pandang dengar (audio-visual communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga (al wasa>il al I>>>dho>h) dan media penjelas (al wa>il al taukhikhiyah).

Dari beberapa penjelasan tentang definisi media di atas dapat disimpulkan secara lebih utuh mengenai media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu berupa fisik mapun non fisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Sehingga materi pembelajran lebih cepat diterima siswa dengan utuh serta menarik minat siswa untuk belajar lebih lanjut. Pendek kata, media merupakan

6 Gagne, Instruktional Tecnology: Foundation, trjm (Hillsdale: Lawrence Erlmaum Associates, 1987),


(40)

29

alat bantu yang digunakan guru dengan desain yang disesuaikan ntuk meningkatkan kualitas pembelajaran.7

Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.

a. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.

b. Media pendidikan memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.

c. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio

d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas

e. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan

siswa dalam proses pembelajaran.

f. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, computer, radio tape, video recorder).

g. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

7 HM. Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya,


(41)

30

2. Ruang Lingkup dan Fungsi Media Pembelajaran

a. Ciri-ciri Media Pendidikan

Ada tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu atau kurang efisien melakukannya.8

1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket computer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu ditransformasikan tanpa mengenal waktu.

Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadiaan-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali dapat diabadikan atau disusun kembali untuk keperluan pembelajaran. Prosedur laboratorium yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian direproduksikan berapa kalipun pada saat diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian di analisis oleh siswa sejawat baik secara perorangan maupun secara kelompok.


(42)

31

2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi satu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulative. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time – lapse recording.

3) Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan melalui ruang, dan bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket computer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.

Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi seberapa kalipun dan siap digunakan secara bersamaan diberbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.9


(43)

32

b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai. Meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.10

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamalik dalam bukunya yang berjudul media pendidikan, dijelaskan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan mendekatkan informasi.


(44)

33

Sejalan dengan uraian ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Yunus

dalam bukunya yang berjudul al-tarbiyatu wa al-ta’li>m memberikan

pemahaman sebagaimana berikut:11

“Sesungguhnya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman. Orang yang mendengarkannnya tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan juga mendengarnya. Selanjutnya Ibrahim juga menjelaskan dalam bukunya yang berjudul media pembelajaran.”

Dalam definisi lain pemahaman media menjelaskan sebagai kutipan berikut: “Media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka. Serta membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.”

Levie dan Lent yang telah dikutip dalam bukunya Azhar yang berjudul media pembelajaran mengemukakan terdapat empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan fungsi kompensatoris.12

Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang

11 Mahmud Yunus, al-tarbiyatu wa al-ta’li>m(Padang Panjang: Mathba’ah, 1942), 17. 12Arsyad, Media Pembelajaran, 20.


(45)

34

berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering kali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.

Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disaajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Pandangan lebih luas tentang media pembelajaran disampaikan oleh Yudhi Munadi dalam bukunya tentang Media Pengajaran, menyatakan media berfungsi secara sosio-kultural. Keberadaan media dapat mengatasi hambatan sosio kultural peserta didik, terutama saat berkomunikasi maupun berinteraksi


(46)

35

dalam pembelajaran.13 Sangat mungkin terjadi, sebuah pembelajaran yang latar belakang siswanya heterogen dari sisi budaya. Namun dengan media tertentu keragaman budaya dan sastra sosial dapat disatukan melalui media pembelajaran.

Berbagai paparan di atas menunjukkan bahwa fungsi media pembelajaran cukup luas dan banyak. Namun secara lebih rinci dan utuh media pembelajaran berfungsi untuk:14

1) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran 2) Meningkatkan gairah belajar siswa

3) Meningkatkan minat dan motivasi belajar

4) Menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan. 5) Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam

6) Mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran

7) Meningkatkan kualitas pembelajaran

Dari berbagai fungsi media di atas, tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran ini dibangun melalui komunikasi yang efektif. Sedangkan komunikasi yang efektif hanya terjadi jika menggunakan alat bantu sebagai perantara interaksi antara guru dan siswa. Oleh karena itu, fungsi media adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan indikator semua materi tuntas disampaikan dan peserta didik memahami secara lebih mudah dan tuntas.

13 Yudi Munadi, Media Pengajaran (Bandung: CV. Sinar Baru, 2010), 48. 14 Musfiqon, Pengembangan Media 35.


(47)

36

c. Kedudukan Media dalam Pembelajaran

Pembelajaran merupakan sistem yang terdiri dari berbagai komponen. Dalam pembelajaran terdapat komponen tujuan , komponen materi atau bahan, komponen strategi, komponen alat dan media, serta komponen evaluasi. Dari sini tampak bahwa media merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran. Sehingga kedudukannya tidak hanya sekedar sebagai alat bantu mengajar, tetapi sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran.15

Kedudukan media dalam pembelajaran sangat penting. Sebab media dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Bahkan kalau dikaji lebih jauh media tidak hanya sebagai penyalur pesan yang harus dikendalikan sepenuhnya oleh sumber berupa orang, tetapi dapat juga menggantikan sebigian tugas guru dalam penyajian materi pelajaran.

Dengan optimalisasi penggunaan media, pembelajaran dapat berlangsung dan mencapai hasil optimal. Guru dan siswa sama-sama bisa belajar dan menguasai materi dengan bantuan media yang telah ditentukan sesuai isi dan tuuan materi pembelajaran.

d. Media Visual

Dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal media pembelajaran, media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan kepada penerima pesan.


(48)

37

Istilah visual merupakan bentuk bagian dari jenis media, dalam kamus ilmiah istilah visual memiliki arti sesuatu hal yang berdasarkan penglihatan, dapat dilihat.16

Apabila kita kaitkan antara media visual dan pembelajaran maka pembelajaran akan terlihat menarik, efektif dan efisien. Sedangkan media visual sendiri memiliki banyak manfaat diantara:17

1) Media visual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda tergantung dari faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, dan lain sebagainya.

2) Media visual memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

3) Media visual dapat menanamkan konsep dasar, konkrit dan realistis

4) Media visual akan membangkitkan perubahan efektif, kognitif dan

psikomotorik

5) Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.

Dengan demikian media visual sangatlah berperan penting dalam proses belajar mengajar karena media visual memiliki peran penting yaitu memudahkan dalam penyampaian materi kepada peserta didik.

e. Istilah-istilah Pokok Seputar Media Pembelajaran.

Berikut ini adalah istilah-istilah pokok seputar media pembelajaran, diantaranya:

16Partanto, Kamus Ilmiah Populer, 778. 17 Musfiqon, Pengembangan Media 34.


(49)

38

1. Teknologi Pembelajaran atau Teknologi Pendidikan

Selain istilah media pembelajaran, terdapat pula istilah-istilah lain yang berkaitan dengan itu seperti teknologi pembelajaran atau teknologi pendidikan, sumber belajar (learning resources), dan alat peraga. Seiring dengan kemajuan teknologi dewasa ini, AECT mengembangkan definisi mutakhir pada tahun 2008, sebagai berikut:

Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik etis untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang sesuai.18

Berdasarkan definisi teknologi pendidikan (pembelajaran) seperti telah dijabarkan di atas, maka dapat dikatan bahwa:

a) Teknologi pembelajaran pada perkembangan awalnya sama dengan media pembelajaran yang lahir dari revolusi komunikasi

b) Dalam perkembangan selanjutnya teknologi pembelajaran merupakan satu disiplin ilmu tersendiri yang bukan hanya terbatas pada media dalam bentuk peralatan fisik semata, melainkan merupakan kajian dan praktik etis dalam mendesain, mengembangkan, menggunakan, mengelola, dan mengevaluasi proses dan sumber teknologi yang sesuai untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja tenaga pendidik, peserta didik, dan organisasi kependidikan.

c) Media pembelajaran yang dipandang sebagai segala bentuk peralatan fisik komunikasi berupa hardware dan software merupakan bagian kecil dari


(50)

39

teknologi pembelajaran yang harus diciptakan (didesain dan dikembangkan), digunakan, dan dikelola (dievaluasi) untuk kebutuhan pembelajaran dengan maksud untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran.

d) Oleh karena itu, media pembelajaran sebagai peralatan fisik tidak sama dengan teknologi pembelajaran sebagai suatu disiplin ilmu.

2. Sumber Belajar

Istilah sumber belajar dipahami sebagai perangkat, bahan (materi), peralatan, pengaturan, dan orang dimana pembelajar dapat berinteraksi dengannya yang bertujuan untk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja.19 Istilah sumber di sini bukan hanya terbatas pada peralatan dan bahan yang digunakan dalam proses belajar dan mengajar, melainkan juga orang, anggaran, dan fasilitas. Pendeknya, sumber belajar di sini mencangkup dan menunjukkan kemampuan dan teknologinya.

Berdasarkan definisi sumber belajar sebagaimana diberikan di atas, maka media pembelajaran dan sumber belajar memiliki kesamaan di suatu sisi dan juga perbedaan di sisi lain. Persamaannya, ketika media berfungsi sebagai sumber untuk membantu individu dalam proses pembelajaran. Misalnya, media video yang berisi materi atau bahan pembelajaran digunakan untuk membantu proses pembelajaran baik dalam ruang kelas ataupun diluar ruang kelas, maka kedudukan media video tersebut sama dengan sumber belajar. Tetapi, jika


(51)

40

media visual yang ada hanya berfungsi sebagai peralatan fisik saja berfungsi sebagai perantara antara sumber dengan penerima informasi, maka peralatan visual tersebut hanyalah media dan bukan sebagai sumber belajar. Dari perspektif ini, media pembelajaran lebih sempit dari sumber belajar.

3. Alat Peraga

Alat peraga yang dimaksud adalah media alat bantu pembelajaran, dan

segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran.20

Alat peraga di sini mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang masih bersifat abstrak, kemudian di konkritkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang dan dirasakan. Dengan demikian alat peraga lebih khusus dari media dan teknologi pembelajaran karena berfungsi hanya untuk memperagakan materi pelajaran yang bersifat abstrak. Beberapa contoh alat peraga dapat dilihat seperti dibawah ini:

Gambar 2.1 Alat Peraga Model Kalender Gambar 2.2 Peraga flash card


(52)

41

Kesimpulannya media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.

Alat peraga ialah alat-alat yang digunakan guru yang berfungsi membantu guru dalam proses mengajarnya dan membantu peserta didik dalam proses belajarnya.

f. Prinsip Media Pembelajaran

Dalam menentukan maupun memilih media pembelajaran, seseorang guru harus mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai acuan dalam mengoptimalkan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah:21 1. Efektifitas

Pemilihan media pembelajaran harus berdasarkan pada ketepatgunaan (efektifitas) dalam pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran atau pembentukan kompetensi. Guru harus dapat berusaha agar media pembelajaran yang diperlukan untuk membentuk kompetensi secara optimal dapat digunakan dalam pembelajaran.

2. Relevansi

Kesesuaian media pembelajaran yang digunakan dengan tujuan, karakteristik materi pelajaran, potensi dan perkembangan siswa serta dengan waktu yang tersedia.

21 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad


(53)

42

3. Efisiensi

Pemilihan dan penggunaan media harus benar-benar memperhatikan bahwa media tersebut murah atau hemat biaya tetapi dapat menyampaikan inti pesan yang dimaksud, persiapan dan penggunaannya relatif memerlukan waktu yang singkat, kemudian hanya memerlukan sedikit tenaga.

4. Dapat digunakan

Media pembelajaran yang dipilih harus benar-benar dapat digunakan atau diterapkan dalam pembelajaran, sehingga dapat menambah pemahaman siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

5. Kontekstual

Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus mengedepankan aspek lingkungan sosial dan budaya siswa. Alangkah baiknya jika mempertimbangkan aspek pengembangan pada pembelajaran life skills.

g. Manfaat Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran

Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi. Unsur manusiawi dalam sistem pembelajaran terdiri atas siswa,guru/pengajar, serta orang-orang yang mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Sebagai suatu sistem seluruh unsur yang membentuk sistem itu memiliki ciri saling ketergantungan yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Keberhasilan suatu sistem pembelajaran adalah keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Selanjutnya, siapa yang diharapkan dapat mencapai tujuan tersebut? Yang harus mencapai tujuan tersebut adalah siswa sebagai subjek


(54)

43

belajar. Maka dengan demikian, tujuan utama sistem pembelajaran adalah keberhasilan siswa mencapai tujuan.22

Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem memiliki beberapa manfaat, di antaranya:

Pertama, melalui pendekatan sistem, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas. Mengajar adalah proses yang bertujuan. Mau dibawa kemana siswa? Apa yang harus mereka lakukan dalam proses pembelajaran? Semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Melalui tujuan itulah kita dapat menetapkan arah dan sasaran yang pasti. Perumusan tujuan merupakan salah satu karakteristik pendekatan sistem. Penentuan komponen-komponen pembelajaran pada dasarnya diarahkan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, segala usaha baik guru maupun siswa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Kedua, pendekatan sistem menuntun guru pada kegiatan yang sistematis. Berpikir secara sistem adalah berpikir runtut, sehingga melalui langkah-langkah yang jelas dan pasti memungkinkan hasil yang diperoleh akan maksimal. Sebab melalui langkah yang sistematis kita dituntun untuk untuk melakukan proses pembelajarn setahap demi setahap dari seluruh rangkaian kegiatan, sehingga kemungkinan kegagalan bisa dihindari. Dengan demikian, pendekatan sistem juga dapat menghindari kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dilakukan.23

22Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),

6.


(55)

44

Ketiga, pendekatan sistem dapat merancang pembelajaran dengan

mengoptimalkan segala potensi dan sumber daya yang tersedia. Sistem dirancang agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Dengan demikian, berpikir sistematis adalah berpikir bagaiman agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa. Demi ketercapaian tujuan pembelajaran dalam kerangka sistem itulah setiap guru berusaha memanfaatkan seluruh potensi yang relevan dan tersedia.

Keempat, pendekatan sistem dapat memberikan umpan balik. Melalui proses umpan balik dalam pendekatan sistem, dapat diketahui apaka tujuan itu telah berhasil dicapai atau belum. Hal ini sangat penting sebab mencapai tujuan merupakan tujuan utama dalam berpikir sistemik.24

h. Komponen-komponen Pembelajaran

Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tujuan

a) Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan kearah mana kegiatan itu akan dibawa.


(56)

45

b) Sebagai unsur penting untuk suatu kegiatan, maka dalam kegiatan apapun tujuan tidak bisa diabaikan. Demikian juga halnya dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dalam kegiatannya. Kegiatan belajar mengajar tidak bisa dibawa sesuka hati, kecuali untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c) Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada yang

sempit/khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan dibawahnya menunjang tujuan diatasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan diatasnya juga tidak tercapai, sebagi rumusan tujuan terendah biasanya menjadikan tujuan diatasnya sebagai pedoman. Ini berarti bahwa dalam merumuskan tujuan harus benar-benar memperhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan dalam pendidikan dan pengajaran.

d) Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen

pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Semua komponen itu harus disesuaikan dan didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

e) Akhirnya, guru tidak bisa mengabaikan masalah perumusan tujuan bila ingin memprogramkan pengajaran.


(57)

46

2. Bahan pelajaran

a) Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap.

b) Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang agar dapat memberikan motivasi kepada sebagian besar atau semua anak didik.

c) Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran.25 Bahan pelajaran menurut Suharsimi Arikunto merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Karena itu, guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, tidak boleh lupa harus memikirkan


(58)

47

sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera da;am silabi berkaitan dengan kebutuhan anak didik pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula.

d) Biasanya aktifitas anak didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang guru berikan tidak atau kurang menarik perhatiannya, disebabkan cara mengajar yang menngabaikan prinsip-prinsip mengajar, seperti apersepsi dan korelasi, dan lain-lain. Guru merasa pintar dengan menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan bahasa dan jiwa anak didik akan lebih banyak mengalami kegagalan dalam menyampaikan bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar. Karena itu, lebih baik menyampaikan bahan sesuai dengan perkembangan bahasa anak dididk dari pada menurutu kehendak pribadi. Ini perlu mendapat perhatian yang serius, agar anak didik tidak dirugikan oleh sikap dan tindakan guru yang keliru.

e) Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa

diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses belajar mengajar yang akan disampaikan kepada peserta didik.

3. Kegiatan Belajar Mengajar

a) Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan senua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.


(1)

119

b. Efektifitas waktu yang masih belum bisa efisienkan pada saat membuka satu persatu huruf ketika menggunakan media visual peraga paralel. c. Dari segi biaya atau harga yang relatif lebih mahal dari peraga yang

biasanya diapakai sebelumnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan serta simpulan dari penelitian yang penulis lakukan, maka penulis merasa perlu untuk memberikan saran kepada pihak-pihak terkait sebagaimana berikut:

1. Meningkatkan sosialisasi mengenai program penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam kepada guru al-qur’an dan juga lembaga-lembaga lain di sekitarnya baik formal maupun non formal dengan harapan mereka mampu memahami serta mengimplementasikan betapa pentingnya kualitas pembelajaran al-Qur’an yang berbasis mutu serta quality control.

2. Upaya peningkatan kualitas mengenai penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an supaya terus dilakukan, seperti mengikutsertakan calon-calon guru pengajar al-Qur’an diantara 7 program dasar yang dilakukan oleh Metode Ummi seperti program tashih bacaan, tahsin, sertifikasi, pendampingan, serta penjagaan quality control yang dilakukan dengan cara mensupervisi di setiap lembaga yang digunakan pembelajaran tersebut.

3. Perlu adanya inovasi dan pengembangan yang jelas dan terukur sebab hal ini menjadi tuntutan masyarakat dalam perubahan teknologi yang terus berkembang disetiap zaman.


(2)

120

4. Bahwa dalam menciptakan pembelajaran al-Qur’an yang bermutu tentunya tidak sekedar melihat out put-nya saja akan tetapi perlu adanya pendampingan dalam segi proses baik mulai dari perencanaan, pendampingan, penjagaan mutu, up grading guru, sosialisasi serta proses kontrol internal maupun eksternal supaya keberhasilan yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.

5. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang memberikan pemaparan dan laporan secara langsung mengenai pembelajaran al-Qur’an di lembaga SD Al Falah Assalam Sidoarjo sebagai wujud berkembangnya proses pembelajaran al-Qur’an, maka penelitian ini dijadikan awal dari penelitian selanjutnya, demi peningkatan kualitas dan mutu pendidikan di masa mendatang.


(3)

121

DAFTAR PUSTAKA

Ahsin W, al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur'an, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia An English-Indonesian Dictionary, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, cet ke-26, 2005.

Danim, Sudarwan , Menjadi Penelitian Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002. Dian Bahtian Syah, Ahmad, Pembelajaran Model Cooperative Integrated Reading

and Composition (CIRC), Desertasi, Jember: Pasca Sarjana Universitas Negeri Jember, 2013.

Djamarah, Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, strategi dan implementasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.

Gagne, Instruktional Tecnology: Foundation, trjm, Hillsdale: Lawrence Erlmaum Associates, 1987

Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994. Hergenhahn, B.R. dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning, America: hamline

University, 2008.


(4)

122

J.Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.

Kusuma Jaya, Febrian, Evektifitas Pemanfaatan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Korespondensi Kelas X, Desertasi, Pasca Sarjana, Unesa: 2009.

Linasari, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Belajar Siswa, Jurnal. Cet. 2006.

Masruri, Modul Sertifikasi Guru al-Qur’an Metode Ummi, Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2012.

Masruri dan A.Yusuf MS, Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi jilid 1-6, Surabaya: Lembaga Ummi Foundaton, 2007.

Masruri dan A.Yusuf MS, Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi Ghorib, Surabaya: Lembaga Ummi Foundaton, 2007.

Masruri dan A.Yusuf MS, Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi Tajwid Dasar, Surabaya: Lembaga Ummi Foundaton, 2007.

Masruri dan A.Yusuf MS, Belajar Mudah Membaca Al Qur’an Ummi Peraga Jilid 1-6, Surabaya: Lembaga Ummi Foundaton, 2007

Masruri dan A.Yusuf MS, Belajar Mudah Membaca Al Qur’an Ummi Peraga Ghorib, Surabaya: Lembaga Ummi Foundaton, 2007.

Masruri dan A.Yusuf MS, Belajar Mudah Membaca Al Qur’an Ummi Peraga Tajwid Dasar, Surabaya: Lembaga Ummi Foundaton, 2007.


(5)

123

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progressif, 1984.

Musfiqon, HM, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2012.

Nasution, S, Model Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Partanto, Pius A, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arloka, 1994.

Purnama Sari, Ita, Efektivitas Media Gambar Dalam Pembelajaran Mengarang Narasi Siswa SMA Tanjung Pinang, Jurnal, Cet. 2010.

Rahmawati, Zuni, Pengembangan Model Flash Card dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa Pada Materi Pembelajaran Bahasa Arab, Tesis, Surabaya: Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, 2011.

Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21, Bandung: Alfabeta, 2012

Sadiman, Media Pendidikan:Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004.

Semi, M.Atar, Teknik Penulisan Berita, Features, dan Artikel, Bandung: Mugantara, 1995.

Shihab, Quraish, Lentera Hati Kisah Dan Hikmah Kehidupan, Bandung: Mizan, 1994.

Shihab, Quraish, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2003

Shihab, Quraish, Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhu'i Oleh Berbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 2007.


(6)

124

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif – Kualitatif Dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2010.

Syahriyani, Nur, Pengaruh Penggunaan Media Liquid Crystal Display (LCD) terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa, Tesis, Surabaya: Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010.

Syaodih Sukmadinata, Nana, Model Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Tim Ummi, Modul Sertifikasi Guru Al Qur’an Model Ummi, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation, 2013

Wahjoedi, Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, Jurnal. Cet. 2011 Yahya, Imam Abu Zakaria, Tarjamah Riadhus Shalihin, Penerjemah : Salim

Bahreisy, Jilid 2, Bandung: Al Ma’arif, 1997

Yunus, Mahmud, al-tarbiyatu wa al-ta’li>m, Padang Panjang: Mathba’ah, 1942. Zul Fijri, EM dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: