Implementasi Metode Tilawati dalam Pembelajaran Al-Qur'an di Madrasah

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

EEN HUJAEMAH NIM 1112011000088

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS

ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Kata Kunci: Implementasi Metode Pembelajaran Al-Qur’an, Madrasah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi metode pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan.

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan latar penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, subyek penelitiannya adalah siswa kelas 2 Tilawati jilid 2 yang setiap kelompoknya berjumla 15 siswa. Peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas guru meliputi pelaksanaan kegiatan pembuka, pelaksanaan kegiatan inti, pendekatan pembelajaran oleh guru, penataan kelas pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi, selain observasi aktivitas guru, peneliti juga mengamati aktivitas siswa dalam pembelajarn meliputi kelancaran membaca al-Qur’an siswa, kemampuan membaca siswa sesuai dengan tajwid, dan kemampuan siswa dalam melafalkan huruf sesuai dengan makhrajnya.

Penerapan metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan secara keseluruh sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga Tilawati, namun terdapat beberapa hal yang disesuaikan dan dikombinasikan dengan keadaan dan program di Madrasah, seperti pada saat pembelajaran belum diberikannya materi menulis dan materi penunjang hafalan doa-doa, pada kelas khusus diterapkan metode tambahan yaitu metode privat. Meskipun demikian, penerapan metode Tilawati pada pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah pembangunan tetap sesuai dengan ketentuan dan prinsip dasar Tilawati.


(7)

Learning Qur'an in Madrasah.

Keywords: Implementation Method of Learning the Qur’an, Madrasah. This study aims to determine the implementation methods of learning the Qur’an at Government Elementary School Building.

In this study, the research method used is descriptive analysis with research background in Government Elementary School Building, subjects of the study were students of class 2 Tilawati vol 2 totaling 15 students in each group. Researchers observe the teacher's activities include the implementation of the opener, the implementation of the core activities, learning approaches by teachers, classroom arrangement of learning and evaluation, in addition to teacher activity observation, researchers also observed activity of students in learning process include fluency reading the Qur’an students, ability according to the students' reading tajwid, and abilities of students in pronouncing the letter in accordance with makhraj.

Application of the method Tilawati in Islamic elementary schools throughout the development in accordance with the provisions set by Tilawati institutions, but there are some things adjusted and combined with state and in Madrasah program, such as when the learning has not given written material and supporting material rote prayers prayer, the special class applied additional methods that private methods. However, the application method Tilawati on learning the Qur’an in Islamic elementary schools construction remains in accordance with the provisions and basic principles Tilawati.


(8)

ii

Bissmillaahirrohmaanirrohiim, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih tanpa pilih kasih dan Maha Penyayang kepada makhluknya. Puji dan syukur tak henti-hentinya kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, karena berkat Rahmat, hidayat serta kasih sayang-Nya skripsi yang berjudul “Implementasi Metode Tilawati dalam Pembelajaran Al-Qur’an di Madrasah” ini dapat selesai pada waktunya. Tak lupa shalawat beserta salam kami haturkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad Saw. yang telah membimbing umatnya dari zaman yang gelap gulita menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Adapun tujuan dari penelitian ini diajukan untuk menunaikan tugas akhir akademik sebagai mahasiswa Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Alhamdulillah, selesainya skripsi ini tidak luput dari bantuan, bimbingan, do’a dan dorongan dari banyak pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku Ketua Jurusan PAI atas arahan dan bimbingannya kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Ibu Siti Khadijah, MA dan Bapak M. Soleh Hasan, Lc. MA, selaku dosen pembimbing, atas bimbingan, arahan dan motivasinya yang diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr.Muhammad Dahlan, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik 5. Abah dan Umi tercinta serta kakak-kakak tersayang dan keluarga yang sudah

mencurahkan kasih sayang, do’a, motivasi dan dukungannya baik berupa materi maupun moral kepada penulis.


(9)

iii

7. Segenap guru dan staff di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, atas waktu, kesempatan bantuan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Teman-teman PAI angkatan 2012, kancawan kancawati PAI C 2012 atas do’a, motivasi, dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini. 9. Sahabat-sahabatku tersayang Rini, Syifa, Fuji, Ranty, Mala dan Zairina,

terimakasih atas do’a, dukungan, bantuan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini dan kebersamaan kita yang akan menjadi kenangan manis yang akan selalu dikenang.

10. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah membantu penulis selama ini.

Semoga Allah membalas kebaikan yang berlipat ganda dan mempermudah segala urusan pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis pun menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan baik dari segi penulisan ataupun yang lainnya. Dan mudah-mudahan penelitian ini memberikan manfaat kepada kita semua.

Wassalaamualaikum Wr.Wb

Bogor, 24 Desember 2016

Penulis


(10)

iv

KATA PENGANTAR..………...………...ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL.…..………...………...vi

DAFTAR GAMBAR….………...………....vii

DAFTAR LAMPIRAN ..………...……….viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’an ... 8

1. Belajar Membaca Al-Qur’an ... 8

2. Ruang Lingkup Pengajaran Al-Qur’an ... 9

3. Metode Pembelajaran Al-Qur’an ... 10

a. Metode Baghdadiyah ... 11

b. Metode An-Nahdiyah ... 12

c. Metode Jibril ... 12

d. Metode Al-Barqy ... 13

e. Metode Iqro’ ... 15


(11)

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 32

C. Unit Analisis ... 33

D. Intrumen Penelitian ... 33

E. Tekhnik Analisis Data ... 34

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan ... 36

B. Temuan Penelitian ... 45

C. Pembahasan Terhadap Hasil Temuan Penelitian ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi ... 68

C. Saran ... 68


(12)

vi

Tabel 4.2 Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran 2016-2017

Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana di Madarasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

Tabel 4.4 Proses Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawati

Tabel 4.5 Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal Kelancaran Membaca

Table 4.6 Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal Makharijul Huruf

Table 4.7 Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal Tajwid Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Madrasah


(13)

vii

Gambar 2.2 Buku Materi Qiroati Jilid 3

Gambar 2.3 Buku Materi Qiroati Jilid 4

Gambar 2.4 Buku Materi Qiroati Jilid 5

Gambar 2.5 Buku Materi Tilawati Jilid 2

Gambar 2.6 Buku Materi Tilawati Jilid 3

Gambar 2.7 Buku Materi Tilawati Jilid 4

Gambar 2.8 Buku Materi Tilawati Jilid 5

Gambar 2.9 Buku Materi Tilawati Jilid 6

Gambar 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Inti dengan Tekhnik Klasikal Menggunakan Peraga

Gambar 4.2 Pelaksanaan Kegiatan Inti Membaca Individual dengan Tekhnik Baca Simak

Gambar 4.3 Pelaksanaan Kegiatan Penutup dan Evaluasi Harian Gambar 4.4 Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an Kelas Khusus


(14)

viii

Lampiran 2 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa

Lampiran 3 Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Guru dan Direktur Bidang Tilawati

Lampiran 5 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 6 Surat Mohon Izin Penelitian ke Madrasah Pembangunan

Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian dari Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

Lampiran 9 Struktur Organisasi Madrasah Pembangunan

Lampiran 10 Uji Referensi

Lampiran 11 Biodata Penulis


(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Peluang di era globalisasi adalah semakin mudahnya berkomunikasi dan informasi akan semakin mempermudah hubungan antar sesama manusia, sehingga dengan demikian transformasi ilmu dan peradaban manusia menjadi sangat mudah pula.1

Para ahli sosial menggambarkan corak atau ciri-ciri perubahan masyarakat yang akan berkembang masa sekarang dan masa yang akan datang adalah terjadinya modernisasi diberbagai aspek kehidupan sebagai akibat adanya kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Masyarakat yang telah mengalami modernisasi diberbagai aspek kehidupannya ditandai dengan adanya perubahan nilai, yaitu makin dominannya pertimbangan efisiensi dan produktifitas. Kecenderungan perilaku masyarakat yang semakin fungsional. Sesuai dengan ciri masyarakat tersebut, maka pilihan terhadap pendidikan sudah barang tentu cenderung bergeser pada lembaga pendidikan yang dapat mengembangkan kualitas dirinya sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat.2

Era global menuntut manusia untuk memiliki kualitas global pula, manusia yang mendunia. Karena itu, pendidikan Islam harus diarahkan kepada hal tersebut. Sekolah-sekolah, madrasah dan pesantren serta perguruan tinggi Islam harus diarahkan kepada terciptanya manusia yang dapat hidup mendunia tersebut.3

Sejalan dengan perkembangan zaman, perkembangan masyarakat, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dunia pendidikan sudah menginjakkan kakinya ke dalam dunia inovasi yaitu dunia dimana ide-ide

1Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), h.198.

2 Said Agil Husin Al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan

Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2005) cet. 2, h. 46-47.


(16)

baru tercipta, dunia yang penuh dengan penemuan-penemuan baru di berbagai bidang. Inovasi dapat berjalan dan mencapai sasarannya. Jika program pendidikan tersebut direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan zaman. Sebagai implikasinya, kesadaran tentang peran seorang guru meningkat. Oleh karena itu hendaknya guru dapat menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat agar tujuan pengajaran dapat tercapai. Guru adalah creator proses belajar mengajar.4

Bila pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral, fisik yang bisa menghasilkan manusia berbudaya tinggi maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan hidup masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karenanya perlu dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan sasaran pendidikan Islam. Oleh karena itu, bila manusia yang berpredikat muslim, benar-benar akan menjadi penganut agama yang baik, mena’ati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya, ia harus mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajarannya sesuai dengan iman dan akidah Islamiah. Untuk tujuan itulah, manusia harus dididik melalui proses pendidikan Islam.5

Salah satu masalah yang sering dikemukakan para pengamat pendidikan Islam adalah adanya kekurangan jam pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah-sekolah umum seperti sekolah dasar, sekolah menengah umum dan lain sebagainya. Masalah inilah yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya kekurangan para pelajar dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama. Sebagai akibat dari kekurangan ini para pelajar tidak memiliki bekal yang memadai untuk membentengi dirinya dari berbagai pengaruh negatif akibat globalisasi yang menerpa kehidupan.6

4 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000), h. 74.

5 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), cet. 5, h. 7.

6 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Group 2012), cet. 5, h. 20.


(17)

Dalam konteks etika pendidikan dalam Islam, maka sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih adalah al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw. yang kemudian dikembangkan oleh hasil ijtihad para ulama. Nilai-nilai yang bersumber kepada adat istiadat atau tradisi dan idiologi sangat rentan dan situsional. Sebab keduanya adalah produk budaya manusia yang bersifat relatif, terkadang bersifat lokal dan situsional. Sedangkan nilai-nilai qur’ani, yaitu nilai yang bersumber kepada al-Qur’an adalah kuat, karena ajaran al-Qur’an bersifat mutlak dan universal.7Setiap muslim dan muslimah mempunyai kewajiban terhadap al-Qur’an yaitu mengimani Al -Qur’an, mempelajari al-Qur’an, mengamalkan al-Qur’an dan menyebarluaskan al-Qur’an.8

Materi pembelajaran al-Qur’an adalah materi yang paling agung diantara sekian materi pembelajaran, karena seluruh mata pelajaran menginduk dan merujuk pada al-Qur’an. Semua materi pengajaran baik materi agama maupun materi umum lainnya seperti sains dan tekhnologi bersumber dari al-Qur’an. Betapa agungnya manusia yang mau mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an.

Materi pembelajaran al-Qur’an meliputi pengajian membaca al-Qur’an dengan tajiwid sifat dan makhraj nya serta terjemahan dan tafsirnya. Pengajaran al-Qur’an juga memasukkan ilmu-ilmu yang dikaji dari al-Qur’an baik umum maupun agama. Guru pengajar al-Qur’an adalah sebaik-baik guru dan santri yang mempelajari al-Qur’an adalah sebaik -baik santri di jagat raya ini. Para pakar pendidikan sepakat bahwa al-Qur’an adalah materi pokok dalam pendidikan Islam yang harus diajarkan kepada anak didik.9

Dikarenakan al-Qur’an adalah sumber hukum yang paling shahih bagi kehidupan manusia di dunia, kita sebagai muslim pun wajib untuk

7 Said Agil Husin Al-Munawar, op. cit., h. 3.

8 Miftah Faridlk dan Agus Syihabuddin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, (Bandung:Pustaka, 1989), h. 100.

9 Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. 2, h.13.


(18)

mempelajari dan membaca al-Qur’an. Seorang muslim yang mampu membaca al-Qur’an adalah lebih utama dibandingkan muslim lainnya.

Perintah membaca al-Qur’an juga telah tertera dalam al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1-5

“Bacalah, dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar dengan kalam (pena). Dia mengajar manusia sesuatu yang tidak diketahui.” (Q.S Al-‘Alaq: 1-5).

Sabda Nabi Muhammad Saw.

“Sebaik-baik diantaramu yaitu yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)10

Pembelajaran Al-Qur’an tentu bukan hanya untuk tujuan tercapainya kurikulum pendidikan. Karena tujuan pendidikan bukanlah untuk menyampaikan mata pelajaran atau bidang pengetahuan yang tersusun, melainkan pembentukkan pribadi anak dan belajar cara hidup di dalam masyarakat.11 Sebagai seorang muslim pembelajaran al-Qur’an tentu harus dilakukan sejak dini, dengan harapan mendorong peserta didik untuk ta’at menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan pasal 5 ayat 3 Peraturan Pemerintah RI No 55 Tahun 2007 tentang

10Hussein Bahreisj, Hadits Shahih Al-Jamius Shahih, (Surabaya: Karya Utama), h. 200. 11 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), h. 5.


(19)

Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.12 Pembelajaran al-Qur’an dan hadits adalah bagian dari upaya untuk mempersiapkan sejak dini agar siswa memahami, terampil melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an dan hadist melalui kegiatan pendidikan.13

Kemampuan membaca al-Qur’an di kalangan umat Islam secara kuantitas semakin menurun terutama para remajanya. Kondisi tersebut diduga terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu:

1. Modernisasi yang banyak mempengaruhi arah pemikiran manusia zaman sekarang. Kemajuan tekhnologi yang memudahkan kehidupan manusia yang telah mengalihkan perhatian untuk hidup lebih erat dengan alam kebendaan. Hal ini yang mendorong manusia untuk menuntut ilmu yang diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran pengetahuan praktis.

2. Kesempatan dan tenaga juga menjadi salahsatu faktor menurunnya kemampuan membaca al-Qur’an pada remaja. Waktu yang disediakan untuk belajar al-Qur’an sangat sedikit jika dibandingkan dengan waktu yang disediakan untuk menuntut pengetahuan lain.

3. Perkembangan tekhnologi ikut mengalihkan kecenderungan masyarakat untuk menuntut pengetahuan secara lebih mudah dan lebih cepat. Untuk menampung minat ini dalam berbagai disiplin ilmu, para ahli telah memanfaatkan kemajuan tekhnologi untuk menciptakan media pembelajaran baik media audio-visual, visual maupun komputer dengan cara yang tepat guna.

4. Selain itu kitab suci al-Qur’an yang ditulis dengan aksara dan bahasa Arab. Bagi mereka yang berpendidikan non-Pesantren atau madrasah

12 Abd. Rozak, Faozan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2010), cet. 1, h. 146.

13 Achmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia), h. 60.


(20)

hal ini sedikit sulit. Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum sebagain besar buta aksara terhadap al-Qur’an.14

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, tidak terkecuali dalam mempelajari al-Qur’an, diantaranya adalah pendekatan, strategi dan metode. Menurut penulis pemilihan metode juga sangat mempengaruhi anak dalam belajar membaca al-Qur’an, diperlukan suatu metode yang tepat dalam belajar membaca al-Qur’an agar selama pembelajaran al-Qur’an tercipta suasana belajar yang kondusif dan efisien.

Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, penulis tergugah untuk meneliti beberapa sekolah atau madrasah untuk mengetahui upaya yang dilakukan sekolah agar siswa-siswinya dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Lalu bagaimana penerapan metode dalam pembelajaran membaca al-Quran dan membandingkan diantara metode tersebut. Dengan berkembangnya zaman metode pembelajaran al-Qur’anpun semakin berkembang guna meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam hal membaca al-Qur’an. Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian yang berjudul “IMPLEMENTASI METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI MADRASAH”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis perlu mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Banyaknya remaja yang belum bisa membaca al-Qur’an 2. Kurang maksimalnya pembelajaran al-Qur’an di sekolah.

3. Kurangnya pengetahuan guru terhadap metode membaca al-Qur’an. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasai masalah yang akan di teliti dan dibahas yaitu :

Implementasi Metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan.


(21)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat penulis rumuskan permasalahannya sebagai berikut:

Bagaimanakah implementasi metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:

Mengetahui implementasi dari metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan.

2. Manfaat penelitian

a. Untuk menambahkan khazanah keilmuan umunya bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.

b. Bagi lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi acuan dalam hal memilih metode pembelajaran al-Qur’an.

c. Bagi masyarakat diharapkan dapat termotivasi untuk belajar dan mempelajari al-Qur’an. Karena mempelajari al-Qur’an sesuai dengan kaidahnya itu mudah.


(22)

8 A. Pembelajaran Al-Qur’an

1. Belajar Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk disampaikan kepada umat manusia memiliki sekian banyak fungsi, baik bagi Nabi Muhammad sendiri maupun bagi kehidupan manusia secara keseluruhan.1Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. di Gua Hira adalah surat yang di dalamnya berisi perintah membaca atau mencari ilmu.

Perintah itu terdapat di dalam surat al-„Alaq ayat 1-5 yang berbunyi

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-„Alaq : 1 - 5 )

Ayat di atas dapat difahami bahwa belajar merupakan kewajiban manusia. Salahsatu materi pelajaran yang utama adalah belajar membaca.2

Membaca al-Qur’an merupakan pekerjaan yang utama, yang mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan membaca bacaan yang lain. Sesuai dengan arti al-Qur’an secara etimologi adalah bacaan karena al-Qur’an diturunkan memang untuk dibaca. Banyak

1 Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), cet. 1, h. 43.


(23)

sekali keistimewaan bagi orang yang ingin menyibukkan dirinya untuk membaca al-Qur’an.3

Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktifitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerakan mata dan ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.4

Membaca al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau membaca kitab suci lainnya. Membaca al-Qur’an adalah suatu ilmu yang mengandung seni, seni membaca al-Qur’an. Setiap orang Islam berlomba untuk dapat membaca al-Qur’an dengan baik. Perlombaan membaca al-Qur’an dengan baik itu sudah terlihat membudaya di kalangan umat Islam, terutama di Indonesia ini. Pengajian al-Qur’an bagi anak-anak pun sudah lama membudaya dalam masyarakat Islam. Hanya saja sistem dan caranya perlu dikembangakan sesuai dengan perkembangan metode mengajarkan berbagai macam mata pelajaran. Metode pengajaran al-Qur’an ini perlu diperbarui dan dikembangkan karena dibutuhkan oleh masyarakat Islam. Mereka ingin dapat membaca al-Qur’an dengan baik dalam waktu yang tidak lama.5

2. Ruang Lingkup Pengajaran Al-Qur’an

Ruang lingkup pengajaran al-Qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran keterampilan khusus yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan. Pengajaran al-Qur’an tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran al-Qur’an, anak-anak belajar huruf-huruf dan kata-kata yang tidak mereka

3 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at (Jakarta: Amzah 2013), cet. 2, h. 55.

4 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta 2003), cet. 2, h. 200.

5Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2001), cet. 2, hal. 90.


(24)

fahami artinya. Apalagi umumnya anak-anak hanya belajar membaca, tidak menuliskannya.

Isi pengajaran al-Qur’an itu meliputi

a. Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari Alif sampai dengan Ya

b. Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf itu, ini dibicarakan dalam ilmu Makhraj.

c. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakkal, syaddah tanda panjang (maad), tanwin dan sebagainya.

d. Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam irama dan bermacam-macam qiraat yang dimuat dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu Nagham.

e. Adapun tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca al-Qur’an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.

Tetapi belajar membaca al-Qur’an tidak sama dengan belajar bahasa Arab. Belajar bahasa Arab harus mengerti wujud arti simbol kata, sedangkan belajar al-Qur’an, cukup dapat membunyikan symbol huruf atau katanya saja. Walaupun wujud artinya tidak dapat difahami. Pengajaran al-Qur’an pada tingkat pertama berisi pengenalan huruf hijaiyah dan kalimah (kata) selanjutnya diteruskan dengan memperkenalkan tanda-tanda baca. Sebaiknya tentu kata yang terdapat dalam al-Qur’an itu sendiri yang digunakan sebagai bahan.6

3. Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait.7 Sedangkan istilah pembelajaran adalah usaha

6Ibid., h. 92-93.

7 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group 2014), cet. 4, h. 176.


(25)

membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar.8

Dengan berkembanganya zaman terjadilah kemajuan dalam berbagai bidang tidak terkecuali dalam bidang pembelajaran al-Qur’an. Pada zaman sekarang banyak sekali metode pembelajaran al-Qur’an bermunculan beberapa metode pembelajaran al-Qur’an itu diantaranya adalah:

a. Metode Baghdadiyah

Metode ini disebut juga dengan metode “Eja“, berasal dari Baghdad pada masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak diketahui dengan pasti siapa penyusunnya. Telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air. Materi-materinya diurutkan dari yang konkret ke abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci (khusus). Secara garis besar, Qaidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema sentral dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode ini diajarkan secara klasikal maupun privat

Beberapa kelebihan Qaidah Baghdadiyah antara lain : 1) Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.

2) 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral.

3) Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.

4) Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri.

5) Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah. Beberapa kekurangan Qaidah Baghdadiyah antara lain :


(26)

1) Qaidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami beberapa modifikasi kecil.

2) Penyajian materi terkesan menjemukan.

3) Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman siswa.

4) Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca al-Qur’an.9 b. Metode An-Nahdhiyah

Metode an-Nahdhiyah adalah pengembangan dari metode Baghdadiyyah yang disusun oleh sebuah lembaga pendidikan di Tulungangung, Jawa Timur. Metode ini lebih menekankan pada kesesuaian dan keteraturan dengan ketukan. Ketukan di sini merupakan jarak pelafalan satu huruf dengan huruf lainnya, sehingga dengan ketukan bacaan santri akan sesuai baik panjang dan pendeknya dari sebuah bacaan al-Qur’an. Dalam pelaksanaan metode ini, santri harus menyelesaikan dua program, yaitu:

1) Program buku paket, adalah program awal berupa pengenalan dan pemahaman serta mempraktekkan baca al-Qur’an.

2) Program sorogan, adalah program lanjutan aplikasi praktis untuk mengantarkan santri mampu membaca al-Qur’an sampai khatam. Pada program ini santri akan diperkenalkan beberapa sistem bacaan yaitu, tartil, tahqiq, dan taghanni. Untuk bisa mengajar pada metode an-Nahdhiyah, calon pengajar harus sudah mengikuti penataran calon guru Metode An-Nahdhiyah.10

c. Metode Jibril

Metode Jibril ini dicetuskan oleh KH. M. Bashori Alwi, seorang ahli al-Qur’an di Malang Jawa Timur. Untuk menyelesaikan metode ini harus menyelesaikan dua tahap pembelajaran, yaitu tahqiq dan tartil. Metode Jibril mempunyai persamaan dengan metode

9Ida Vera Sophya, Saiful Mujab, Metode Baca Al-Qur’an, Elementary, Vol.2, No.2, 2014, h. 338.


(27)

Nahdhiyah yaitu sama-sama menggunakan penekanan pada metode “ketukan”, namun berbeda pada program praktisnya.

Metode yang di latar belakangi oleh sistem pengajaran Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad pada proses penyampaian wahyu al-Qur’an ini, mempunyai sistem yang sama yaitu berupa musyafahah atau sistem tatap muka. Sehingga teknik dasar pada metode ini adalah dengan membaca satu ayat atau lebih kemudian ditirukan oleh seluruh peserta didik sampai sesuai dengan bacaan gurunya.11

d. Metode Al-Barqy

Metode al-Barqy dapat dikatakan sebagai metode cepat membaca al-Qur’an yang paling awal. Metode ini ditemukan oleh seorang dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya yang bernama Muhadjir Sulthon pada tahun 1965. Pada awalnya metode al-Barqy diperuntukkan bagi siswa sekolah dasar Islam at-Tarbiyah, Surabaya. Muhadjir Sulthon lalu membukukan metodenya pada tahun 1978, dengan judul “Cara Cepat Mempelajari Bacaan al-Qur’an al-Barqy”.

Terdapat lembaga yang bernama Muhadjir Sulthon Manajemen (MSM) yaitu sebuah lembaga yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal pemberantasan buta baca tulis al Qur’an dan membaca huruf latin. Lembaga ini berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai cabang di beberapa kota besar di Indonesia dan luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

Metode ini disebut metode anti lupa karena mempunyai struktur yang khas, pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf/suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Penyebutan anti lupa itu sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI. Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin mempelajari al-Qur’an mulai anak-anak hingga orang dewasa.

Keuntungan yang di dapat dengan menggunakan metode ini adalah:


(28)

1) Bagi guru (guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat mengajar dengan lebih baik)

2) Bagi murid akan merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan dan waktu untuk belajar membaca al-Qur’an menjadi semakin singkat sehingga menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan menguasainya dalam waktu singkat.12

Buku al-Barqy memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1) Menggunakan sistem 8 Jam, artinya hanya dengan waktu 8 jam murid dapat membaca dan menulis huruf al-Qur’an.

2) Praktis untuk semua umur.

3) Menggunakan metode yang aktual yaitu SAS (Struktur Analitik Sintetik) yang memudahkan murid belajar al-Qur’an.

4) Memperhatikan pendekatan, sistematika dan teknik dalam pembelajaran.

5) Cepat dapat membaca huruf sambung.

6) Bukunya dilengkapi teknik imla’ yang praktis dan teknik menulis khat, serta dilengkapi dengan buku latihan menulis al Barqy (LKS),

7) Tidak membosankan karena ada teknik-teknik yang akurat dan menarik seperti: menyanyi, permainan dan lain-lain.

8) Sangat cepat jika dipakai klasikal, bahkan massal.

Langkah-langkah penerapan metode Al Barqy yang dapat dilakukan adalah, sebagai berikut:

1) Langkah pertama: guru meminta siswa untuk menghafalkan terlebih dahulu beberapa kata kunci dalam metode Al-Barqy. Kata kunci tersebut merupakan struktur yang terdiri dari huruf-huruf hijaiyah. Contohnya: Ada Raja Maha Kaya – Kata Wana – Sama Laba. Guru membacakan kata-kata kunci tersebut dengan


(29)

cara menyanyikannnya kemudian diikuti oleh peserta didik. Sehingga peserta didik merasa belajar al-Qur’an sangat menyenangkan dengan cara bermain, bernyayi sambil belajar. 2) Langkah kedua: setelah peserta didik sudah mampu menghafalkan

kata-kata kunci tersebut, kemudian guru menuliskannya di papan

tulis. Contohnya : . Selanjutnya

guru meminta siswa untuk membacakan huruf-huruf tersebut, karena sebelumnya peserta didik sudah menghafalkan kata kunci, maka huruf-huruf hijaiyyah yang dituliskan guru mampu dibaca peserta didik dengan sangat lancar sambil menyayikannya.

3) Langkah ketiga : guru meminta siswa untuk menuliskan kata-kata kunci tersebut dengan huruf hijaiyah. Sebagai permulaan guru meminta siswa mengikuti contoh tulisan huruf tersebut, selanjutnya guru meminta siswa menutup buku Al-Barqy dan membuka lembaran baru yang kosong kemudian guru menyebutkan salah satu huruf dengan acak dan siswa menuliskannya di lembaran kosong dengan cara guru mendikte dan siswa menulis sambil menyebutkan huruf yang ditulisnya berulang kali sampai hafal. 4) Langkah keempat : guru meminta siswa satu persatu untuk

membaca huruf-huruf tersebut dengan cara guru menunjukan huruf-huruf tersebut dengan tidak teratur.13

e. Metode Iqro’

Metode Iqro’ disusun oleh KH. As’ad Humam dari Kota Gede Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan Musholla) Yogyakarta, dengan membuka TK Al-Qur’an dan TP Al-Qur’an. Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur’an dan metode Iqro’ sebagai program utama

13Dwi Respatiningrum, Metode-metode Pembelajaran al-Qur’an, 2015, (http://www.edukasi.in).


(30)

perjuangannya. Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK Al-Qur’an. 14

Metode pengajaran Iqro’ adalah : 1) Bacaan langsug tanpa dieja.

2) CBSA (Cara Belajar Santri Aktif) yaitu guru sebagai penyimak tidak menuntun, hanya memberikan contoh pokok pelajarannya saja.

3) Privat, yaitu penyimakan seorang demi seorang sedang bila secara klasikal harus dilengkapi dengan peraga.

4) Asistensi, yaitu setiap santri yang lebih tinggi pelajarannya diharap membantu menyimak santri lain yang lebih rendah pelajarannya. 5) Komunikatif, yaitu setiap huruf/kata dibaca betul, guru diharuskan

memperhatikan bacaan siswa dan membetulkan bacaan siswa apabila terdapat kesalahan dan apabila santri salah cukup dibetulkan huruf yang salah saja.

6) Diajarkan secara praktis. Guru menjelaskan pokok bahasannya saja dan siswa langsung mempraktekkannya.15

Materi pembelajaran iqro’

1) Iqro’ jilid 1: memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah berharakat fathah secara langsung tanpa dieja dan membacanya dengan suara pendek.

2) Iqro’ jilid 2: memperkenalkan huruf yang bersambung dan mulai pada halaman 16 diperkenalkan dengan bacaan panjang, diperbolehkan panjang lebih dari 2 harakat, yang terpenting siswa dapat membedakan dengan jelas mana bacaan yang dibaca pendek dan mana bacaan yang dibaca panjang serta diperbolehkan juga membaca putus-putus meskipun huruf-hurufnya bersambung. 3) Iqro’ jilid 3: memperkenalkan huruf berharakat kasrah dan

dhammah dan mengenalkan hukum bacaan mad thabi’i.

14Ida Vera Sophya, Saiful Mujab, op.cit.,h. 340.

15As’ad Humam, Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, (Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM, 1990).


(31)

4) Iqro’ jilid 4: mengenalkan huruf-huruf yang berharakat tanwin dan bacaan mad layyin yaitu apabila ada huruf hijaiyah berharakat fathah lalu bertemu dengan salah satu huruf “ya” atau “wawuberharakat sukun. Lalu pada halaman 13 diperkenalkan huruf mimberharakat sukun dan pada halaman 16 diperkenalkan huruf nunberharakat sukun. Sedangkan pada halaman 18 mulai diperkenalkan bacaan qolqolah.

5) Iqro’ jilid 5: memperkenalkan bacaan al-qomariyah, bacaan mad wajib dan mad jaiz, bacaan idghom bigunnah dan idghom bilagunnah, bacaan ikhfa syafawi, lafdzul jalalah dan bacaan mad lazim mutasqqal kalimi. Dan dalam jilid ini juga yang ditekankan adalah cara praktik membacanya sedangkan untuk tajwid yang secara teoritisnya tidak diharuskan.

6) Iqro’ jilid 6: memperkenalkan bacaan yang dibaca dengung (ikhfa), tanda-tanda waqaf dan cara membaca huruf-huruf pada awal surat.16

Adapun kelemahan dan kelebihan metode Iqro’ adalah: Kelebihan:

1) Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.

2) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah). 3) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan

benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-hargaan.

4) Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.

5) Bukunya mudah di dapat di toko-toko.


(32)

Kekurangannya:

1) Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini. 2) Tak ada media belajar

3) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.17 f. Metode Qiroati

Metode baca al-Qur’an Qiroati ditemukan KH. Dahlan Sālim Zarkasyī dari Semarang, Jawa Tengah. KH. Dahlan Sālim Zarkasyī yang mulai mengajar al-Qur’an pada tahun 1963, merasa metode baca al-Qur’an yang ada belum memadai. Beliau kemudian menerbitkan enam jilid buku pelajaran membaca al-Qur’an untuk TK al-Qur’an anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. KH. Dahlan Sālim Zarkasyī berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qiroati, tetapi semua orang boleh diajarkan dengan metode Qiroati. Metode yang disebarkan sejak awal 1970-an ini, memungkinkan anak-anak mempelajari al-Qur’an secara cepat dan mudah. Dalam perkembangannya, sasaran metode Qiroati kian diperluas. Kini ada Qiroati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6- 12 tahun, dan untuk mahasiswa.

Metode pengajaran Qiroati adalah:

1) Klasikal menggunakan alat bantu peraga. 2) Privat baca simak menggunakan buku.

3) CBSA, yaitu Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri

4) Siswa membaca tanpa mengeja. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.18

Prinsip pembelajaran metode Qiroati untuk guru dan siswa:

1) Lancar, cepat, tepat dan benar.

17Dwi Respatiningrum, op. cit.

18 Andi Anirah, Optimalisasi Metodologi Pembelajaran al-Qur’an dalam Meningkatkan Minat Baca Anak Santri,Istiqra,Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol.3, No.1, 2015, h. 11-12.


(33)

2) TIWAGAS, guru harus teliti, waspada dan tegas dalam menyimak bacaan siswa. Ketika terdapat kesalahan dalam membaca guru tidak boleh memberi tahu letak kesalahannya tetapi biarkan siswa sendiri yang menemukan letak kesalahan bacaannya.

3) DAKTUN, guru tidak boleh menuntun ketika siswa membaca.19 Materi Qiroati

1) Qiroati jilid 1, memperkenalkan huruf-huruf berharakat fathah yang dibaca langsung tanpa mengeja dan memperkenalkan huruf hijaiyah yang terdapat dalam kotak bagian bawah, dan pada halaman 31 mulai diperkenalkan huruf berangkai atau bersambung.20

Misi jilid 1 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an yang samar-samar. Caranya dengan membiasakan baca huruf yang yang berharakat ’a’ atau ’u’ dengan mulut terbuka lebar dan suara keras.

Gambar 2.1

Buku Materi Qiroati Jilid 1

2) Qiroati jilid 2, berisi bacaan pendek. Huruf-huruf hijaiyah berharakat fathah, kasroh, dommah dan tanwin, dibaca langsung

19 Hasil Wawancara langsung dengan Bapak Ahmad Zaeni, S.Ag Wakil Bidang Qiroati Sekolah Dasar Islam Terpadu Darul Muttaqien Parung. Hari Kamis 24 November 2016 di Ruang Kepala Sekolah.

20 Dachlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an, Jilid 1, (Semarang: Yayasan Pendidikan al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, 1990).


(34)

huruf hidup tidak diurai. Setiap tulisan kotak baris bawah, termasuk pelajaran yang harus dibaca, pengenalan nama harakat dan angka arab dari 1-99, halaman 25 sampai akhir pelajaran mad. Misi jilid 2 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an yang kurang tepat, caranya dengan membiasakan kasroh dan dhommah yang bagus, dan diajarkan agar cermat baca panjang pendeknya. 3) Qiroati jilid 3, memperkenalkan bacaan mad thabi’i yang belum

diajarkan pada jilid 2, memperkenalkan tanda sukun dan menjelaskan bahwa setiap huruf berharakat sukun supaya ditekan membacanya, bacaan al-qomariyah dan memperkenalkan bacaan harfu layyin wawu sukun dan ya sukun serta memperkenalkan angka arab dan huruf hijaiyah yang terdapat di dalam kotak bagian bawah.21

Misi jilid 3 yaitu: memberantas bacaan al-Qur’an yang diseret -seret, caranya dengan diajarkan baca sukun di tekan atau tidak dipanjangkan dan tidak tawallud. Dan dengan membiasakan baca mad thabi’i normal satu alif atau dua harokat.

Gambar 2.2

Buku Materi Qiroati Jilid 3

4) Qiroati jilid 4, mengenalkan huruf nun sukun langsung dengan bacaan tajwid, setiap tanwin harus dibaca dengung sebab suara


(35)

tanwin sama dengan suara nun sukun, mengenalkan mad wajib dan mad jaiz, agar dibaca panjang yang nyata, pelajaran makhraj sin dan syin, ha (cha) dan kha (kho) agar dibaca dengan makhraj yang benar. Mengenalkan setiap huruf nun dan mim bertasydid supaya dibaca gunnah termasuk bacaan syamsiyah, mengenal huruf wawu yang tidak dibaca sebab tidak ada tanda harakat, setiap mim sukun tidak boleh dibaca dengung, kecuali mim sukun berhadapan dengan huruf mim (idghom mitslain/idghom mimi), setiap nun sukun jika berhadapan dengan huruf mim suara nun sukun hilang ditukar dengan suara mim sukun, setiap nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf lam atau ro’, suara nun atau tanwin hilang, ditukar dengan suara lam atau ro’ sukun.22

Misi jilid 4 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an yang tidak bertajwid, caranya dengan membiasakan bacaan nun sukun dengan dengung yang lama lebih dari satu alif.

Gambar 2.3

Buku Materi Qiroati Jilid 4

5) Qiroati jilid 5, memperkenalkan bacaan idgham bigunnah untuk huruf ya dan wawu, setiap nun sukun dan tanwin, jika berhadapan


(36)

dengan salahsatu huruf yang empat yaitu ( ya mim nun wawu), memperkenalkan bacaan iqlab, memperkenalkan bacaan ikhfa syafawi dan idzhar syafawi, memperkenalkan cara menghentikan bacaan, mengenalkan cara pengucapan huruf, memperkenalkan cara melafalkan lafadz Allah, bacaan qalqalah dan bacaan mad ladzin mutsaqqal kalimi.23

Misi jilid 5 yaitu: memberantas bacaan al-Qur’an yang tidak bertajwid.

Gambar 2.4

Buku Materi Qiroati Jilid 5

6) Qiroati jilid 6, inti pelajaran jilid 6 ini, khusus bacaan idzhar halqi tidak boleh dibaca dengung tetapi harus dibaca dengan jelas dan pengenalan membaca tulisan (اَنَا) dibaca pendek ketika dibaca secara washal. Mulai jilid 6 ini siswa dapat dilatih membaca mushaf al-Qur’an juz 1.

Misi jilid 6 yaitu: memberantas bacaan al-Qur’an yang tidak bertajwid melanjutkan jilid 5.24

23Ibid., Jilid 5.

24Indriyani Sukmana, “Metode Pembelajaran Al-Qur’an: Studi Komparatif Metode Qira’ati

dengan Iqra’,” Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, h. 33-36, tidak dipublikasikan.


(37)

g. Metode Tilawati

Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari Drs. H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA.25

Metode tilawati merupakan metode belajar membaca Al-Qur’an yang disampaikan secara seimbang antara pembiasaan melalui pendekatan klasikal dan kebenaran membaca melalui pendekatan individual dengan tekhnik baca simak.26Untuk memperoleh hasil maksimal dalam kegiatan pembelajaran maka target pembelajarannya ditetapkan sebagai berikut:

1) Target kualitas

a) Tartil membaca Al-Qur’an: diharapkan setelah santri menyelesaikan seluruh paket pembelajaran, santri mampu membaca al-Qur’an secara tartil yaitu menguasai fashohah secara praktek, menguasai tajwid secara teori dan praktek, menguasai ghorib dan musykilat secara teori dan praktek dan suaranya jelas dan lantang dalam membaca al-Qur’an serta menguasai lagu rost tiga nada.

b) Khatam al-Qur’an 30 juz yaitu santri dinyatakan selesai jika telah khatam al-Qur’an 30 juz dengan cara tadarrus dan lulus munaqosyah.

c) Memiliki pengetahuan dasar-dasar agama, ketuntasan belajar siswa dilengkapi dengan pengetahuan agama diantaranya: hafalan surat pendek, hafalan ayat-ayat pilihan, hafal bacaan sholat, hafal do’a-do’a harian, memahami pelajaran fiqih, sejarah, akhlaq dan lain-lain.

25Andi Anirah, op. cit., h. 14.

26 Abdurrohim Hasan, M. Arif, Abdur Rouf, Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Metode


(38)

2) Target Waktu

Untuk menuntaskan seluruh materi ditempuh selama tiga tahun, dibagi dalam dua jenjang yaitu:

a) Dasar (Tilawati jilid 1 – jilid 5). Jenjang ini diselesaikan dalam waktu 15 bulan dengan ketentuan: 5 kali tatap muka dalam satu minggu, 75 menit setiap tatap muka dan dalam satu kelas maksimal 15 siswa.

b) Lanjutan (Tadarrus Al-Qur’an 30 juz). Jenjang ini diselesaikan dalam waktu 18 bulan dengan ketentuan: 5 kali tatap muka dalam satu minggu, 75 menit setiap tatap muka dan dalam satu kelas maksimal 15 siswa.

3) Prinsip Pembelajaran metode tilawati a) Diajarkan secara praktis

b) Menggunakan lagu rost

c) Diajarkan secara klasikal menggunakan peraga

d) Diajarkan secara individual dengan tekhnik baca simak menggunakan buku.

4) Media dan Sarana Belajar

Adapun media dan sarana yang dibutuhkan dalam mengajarkan metode tilawati adalah buku pegangan santri seperti buku tilawati, buku kitabati, buku materi hafalan, buku pendidikan akhlakul karimah dan aqidah Islam.

Sedangkan perlengakapan mengajar metode Tilawati diantaranya adalah peraga Tilawati untuk pendekatan klasikal, buku prestasi siswa, lembar program dan realisasi pengajaran.

Untuk mendukung suasana belajar yang kondusif maka posisi duduk santri dibentuk melingkar membentuk huruf “U” sedangkan posisi guru berada di depan tengah siswa sehingga memudahkan interaski guru dan murid.


(39)

5) Proses Pembelajaran

Dalam pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati ini menggunakan dua pendekatan, yaitu:

a) Pendekatan klasikal (yaitu proses belajar mengajar dengan cara bersama-sama dengan menggunakan peraga).

b) Pendekatan individual dengan tekhnik baca simak (yaitu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara membaca bergiliran yang satu dengan yang lainnya menyimak).

6) Evaluasi/Munaqosyah

Macam-macam evaluasi yang dilaksanakan dalam metode Tilawati diantaranya adalah:

a) Pre test : ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mereka mengikuti proses pembelajaran sebagai bahan untuk pengelompokkan kelas. b) Harian: evaluasi yang dilaksanakan setiap hari oleh guru untuk

menetukan kenaikan halaman buku Tilawati secara bersama dalam satu kelas.

c) Kenaikan jilid: evaluasi yang dilakukan secara periodik oleh munaqisy lembaga untuk menentukan kenaikan jilid buku Tilawati.27

7) Materi Tilawati

a) Tilawati jilid 1: mengenalkan huruf-huruf hijaiyah berharakat fathah secara langsung tanpa dieja dan di dalam kotak bagian bawah, mengenalkan huruf hijaiyah asli tanpa harakat dan angka Arab. Pada halaman-halaman belakang mulai diperkenalkannya huruf-huruf sambung yang terdiri dari dua huruf dan tiga huruf.

b) Tilawati jilid 2: mengenalkan kalimat berharakat fathah, kasrah, dhammah dan tanwin. Pada halaman 18 mengenalkan macam-macam „Ta’ dan pada halaman 20 mengenalkan bacaan


(40)

panjang satu alif serta mengenalkan bacaan mad thobi’i. Sedangkan pada kotak bagian bawah mengenalkan nama-nama harakat.

Gambar 2.5

Buku Materi Tilawati Jilid 2

c) Tilawati jilid 3: mengenalkan huruf lam berharakat sukun, alif lam qomaririyah supaya ditekan dalam membacanya, mengenalkan makhroj sin syin dan ra sukun. Pada halaman 15 dan 16 diperkenalkan bacaan mad layyin, mengenalkan huruf-huruf berharakat sukun.

Gambar 2.6


(41)

d) Tilawati jilid 4: mengenalkan huruf-huruf yang berharakat tasydid, bacaan mad wajib dan mad jaiz, bacaan nun dan mim tasydid (ghunnah). Pada halaman 12 mulai mengajarkan cara membunyikan akhir kalimat ketika waqaf, pada halaman 14 mengenalkan lafdzul jalalah setelah kasroh dibaca tipis dan apabila sesudah fathah dan dhommah dibaca tebal, pada halaman 16 mengenalkan bacaan alif lam syamsiyah, pada halaman 19 mengenalkan bacaan ikhfa’ hakiki setiap nun sukun harus dibaca samar dan dibaca dengung selama satu setengah alif. Pada halaman 20 mengenalkan huruf muqottho’ah pada kotak bagian bawah dan pada halaman 33 megenalkan bacaan idghom bigunnah.

Gambar 2.7

Buku Materi Tilawati Jilid 4

e) Tilawati jilid 5: mengenalkan bacaan idghom bigunnah apabila nun sukun berharakat sukun atau tanwin berhadapan dengan huruf ya’ maka suara nun sukun atau tanwin masuk pada huruf ya dibaca dengung selama satu setengah alif, mengenalkan bacaan qolqolah, mengenalkan bacaan iqlab, mengenalkan bacaan idghom mimi dan ikhfa syafawi, mengenalkan bacaan idghom bilagunnah, pada halaman 19 mengenalkan cara


(42)

membaca lam sukun apabila bertemu dengan ra’ maka suara lam sukun masuk pada huruf ra’, mengenalkan bacaan idzhar halqi, pada halaman 41 mengenalkan bacaan mad lazim mutsaqqol kalimi dan mad lazim mukhoffaf harfi dan pada halaman 42 mengenalkan tanda-tanda waqaf.

Gambar 2.8

Buku Materi Tilawati Jilid 5

f) Tilawati jilid 6: pokok bahasannya berupa surat-surat pendek mulai surat ke 93(Adduha) sampai dengan surat terakhir 114 (Annas), ayat-ayat pilihan seperti ayat kursy al-Baqarah ayat 255 serta pada halaman 22 sampai halaman 44 mengenalkan musykilat dan ghorib (bacaan-bacaan asing yang tidak cocok dengan tulisannya).28

28 Hasan Sadzili, Thohir Al Aly, Masrur Masyhud, Ali Muaffa, Tilawati Metode Praktis Cepat Lancar, Jilid 1-6, (Surabaya: Pesantren al-Qur’an Nurul Falah, 2004).


(43)

Gambar 2.9

Buku Materi Tilawati Jilid 6 B. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk hasil penelitian yang relevan ini, penulis menyajikan beberapa skripsi dari beberapa judul, tujuannya untuk mengkomparasikan hal-hal penting dari beberapa skripsi diantaranya:

1. Skripsi yang dibuat oleh Himmatul Uliya NIM 108011000172 tahun 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Pada Anak Usia Dini. Skripsi ini membahas tentang pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada anak usia dini di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre terlaksana dengan baik. Belajar membaca al-Qur’an dengan metode Iqra’ dengan di bimbing oleh guru satu persatu dan menulis al-Qur’an dengan metode ukthub.29 Yang membedakan penelitian ini dan penelitian yang akan penulis teliti adalah aspek yang diteliti dan tempat penelitiannya.

2. Skripsi yang dibuat oleh Siti Zuhro NIM 104011002208 tahun 2008 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Penerapan Program Qira’ati di SDIT Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor. Skripsi ini

29Himmatul Uliya, Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada anak Usia Dini, (Jakarta UIN Syarif Hiadayatullah, 2014).


(44)

membahas tentang pelaksanaan program Qiroati di SDIT Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung sudah sesuai dengan standar Qiroati diantaranya para guru pengajar Qiroati telah tashih dan bersyahadah. Adapun faktor penghambat pelaksanaannya adalah kurang lengkapnya sarana dan prasarana.30 Yang membedakan penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan adalah aspek yang diteliti.

3. Skripsi yang dibuat oleh Indriyani Sukmana NIM 1050340011208 tahun 2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Metode Membaca al-Qur’an (Studi Komparatif Metode Qiroati dengan Metode Iqro’). Skripsi ini membahas tentang perbedaan metode Qiroati dengan metode Iqro’ baik dalam materi pembelajaran maupun implementasinya.31 Yang membedakan penelitian ini dengan yang akan diteliti adalah pada metode yang diteliti.

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran membaca al-Qur’an adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar. Diperlukan program khusus dalam pembelajaran al-Qur’an, guna meningkatkan bacaan al-Qur’an siswa. Karena pembelajaran al-Qur’an tidak akan mendapatkan hasil maksimal jika dalam pelaksanaan pembelajarannya kurang maksimal pula.

Motivasi dan dorongan orang tua terhadap pembelajaran al-Qur’an siswa menjadi salahsatu faktor keberhasilan siswa dalam belajar membaca al-Qur’an. Pembelajaran membaca al-Qur’an sebaiknya dimulai ketika anak masih sangat dini. Peran orangtua di rumah pun sangat penting dalam mengajarkan membaca al-Qur’an, karena sebagian besar waktu anak adalah di rumah bersama keluarga. Karena pembelajaran al-Qur’an di sekolah terbatas, maka disitulah peran orang tua sangat penting dalam hal mengajarkan al-Qur’an di rumah.

30Siti Zuhro, Penerapan Program Qira’ati di SDIT Pondok Pesantren Darul Muttaqien

Parung Bogor, (Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, 2008).

31Indriyani Sukmana, Metode Membaca Al-Qur’an (Studi Komparatif Metode Qira’ati dengan


(45)

Keterbatasan waktu pembelajaran al-Qur’an di sekolah mengharuskan pihak sekolah memilih metode yang tepat dalam pembelajaran al-Qur’an. Pada dasarnya semua metode adalah baik yaitu untuk memudahkan pengajar dalam pembelajaran. Namun keberhasilan metode dalam pembelajaran tentu sangat bergantung kepada bagaimana seorang guru dalam menerapkan metode tersebut. Ketika guru menerapkan metode pembelajaran secara baik dan benar maka akan mendapatkan hasil yang maksimal, ketika penggunaan metode dalam pembelajaran kurang maksimal maka hasilnya pun akan menjadi kurang baik dan kurang memuaskan.


(46)

32 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini yang akan dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan yang beralamatkan di Komplek UIN Jl. Ibnu Taimia 4, Tangerang Selatan. Sedangkan waktu penelitiannya yaitu dimulai pada bulan November 2016 sampai dengan Desember 2016. Alasan pemilihan tempat ini adalah dikarenakan Madrasah ini penulis anggap memiliki karakteristik yang dibutuhkan oleh penulis dalam penelitian yang berjudul implementasi metode pembelajaran al-Qur’an di Madrasah.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.1 Dalam penelitian ini yang akan di ungkapkan adalah data-data yang dibutuhkan, fenomena yang berkaitan dengan pembelajaran al-Qur’an menggunakan metode Tilawati. Kemudian data tersebut dianalisis agar dapat diketahui proses pembelajarannya dengan menggunakan metode Tilawati. Dalam penelitiannya juga, peneliti menggunakan penelitian lapangan, yang mana peneliti terjun langsung melihat proses pembelajaran al-Qur’an menggunakan metode Tilawati ini, agar mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian.


(47)

C. Unit Analisis

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan unit analisis berupa lembaga pendidikan yaitu suatu madrasah, dalam hal ini yang menjadi unit analisis penulis adalah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan sebagai salah satu madrasah yang menerapkan metode Tilawati dalam pembelajaran membaca al-Qur’annya.

D. Instrumen Penelitian 1. Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.2 Observasi ini akan dilakukan secara langsung untuk memperoleh data-data yang terkait dengan implementasi pembelajaran al-Qur’an menggunakan metode Tilawati.

2. Wawancara

Menurut Denzin dalam Goetz dan LeCompte, wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau menjelaskan hal-hal yang dipandang perlu.3 Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara terbuka dan mendalam (Depth-Interview). Penggunaan wawancara dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang subyek penelitian. Wawancara dilakukan untuk mendapat data yang valid mengenai implementasi metode pembelajaran al-Quran di madrasah. Dalam penelitain ini yang akan diwawancarai diantaranya adalah a. Kepala sekolah

b. Guru pengajar al-Qur’an

c. Direktur Tilawati di Madrash Ibtidaiyah Pembangunan

2 Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 2014), h. 66.

3 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2009), cet. 8, h. 117.


(48)

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini adalah sumber yang cukup bermanfaat sebab telah tersedia sehingga akan relatif murah pengeluaran biaya untuk memperolehnya merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.4 Dokumentasi yang dimaksud disini ialah berupa data-data tentang lembaga, staff pengajar serta foto-foto yang diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung, untuk melengkapi data-data yang yang belum di dapat dari hasil wawancara dan observasi.

E. Tekhnik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.5

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis data dari hasil wawancara yaitu data yang diperoleh dari lapangan diolah dan dianalisis dengan cara deskriptif yang kemudian dapat ditarik kesimpulan.

2. Analisis data hasil observasi yaitu data-data observasi disusun dalam tabel, lalu dianalisis dengan rumus presentase sebagai berikut :6

4 Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi FITK, op. cit., h 67.

5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya 2011), cet. 29, h. 248.

6 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), cet. XXI, h. 43.


(49)

Rumus : P = Keterangan :

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/ banyaknya individu) P = Angka prosentase


(50)

36

A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

1. Sejarah Singkat Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN (sejak tahun 2002 berubah menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H. M. Toha Yahya Omar (alm). Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. H. A. Mukti Ali dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah.

Pertama kali, pada tahun 1974 Madrasah Pembangunan IAIN Syarif Hidayatullah (MP IAIN) Jakarta membuka tingkat Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari kelas I : 43 orang kelas II : 8 orang dan kelas III : 7 orang. Permulaan kegiatan belajar mengajar dimulai tanggal 7 Januari 1974. Tanggal 7 Januari inilah yang

kemudian ditetapkan sebagai “Hari Kelahiran” MP IAIN Jakarta. Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Standar Nasional (MSN) di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta dengan SK Nomor: Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008. Pada aspek manajemen telah diimplementasikan Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2008 No. QSC: 00863 untuk pelayanan pendidikan pada Madrasah Pembangunan UIN Jakarta termasuk Madarah Ibtidaiyah.

Prestasi-prestasi yang telah diraih baik dalam bidang akademik maupun non-akademik serta kepercayaan masyarakat yang begitu besar untuk menyekolahkan putra-putrinya di MP UIN Jakarta membuktikan bahwa MP UIN Jakarta memiliki mutu yang dapat


(51)

diandalkan. Hal lain yang cukup membanggakan adalah ditetapkannya MI dan MTs Pembangunan UIN Jakarta sebagai Madrasah Standar Nasional oleh Kanwil Depag DKI Jakarta

2. Visi, Misi dan Tujuan Madarasah Ibtidaiyah Pembangunan a. Visi

Menjadikan Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah terdepan dalam pembinaan keIslaman, keilmuan dan keindonesiaan, dengan mengapresiasikan potensi-potensi anak serta perkembangan era globalisasi.

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan yang akan melahirkan lulusan beriman, bertaqwa dengan kemampuan kompetitif serta memiliki keunggulan-keunggulan komparatif.

2) Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terdapat keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan perkembangan jasmani siswa, dan dapat melahirkan lulusan yang cerdas, kuat serta sehat.

3) Senantiasa melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada pembinaan ke-Islaman, sains dan teknologi serta apresitatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia.

4) Senantiasa melakukan pembinaan tenaga kependidikan baik dalam aspek keilmuan, skill keguruan serta dalam komunikasi global.

5) Melengkapi sarana sumber belajar yang dapat memberi kesempatan pada siswa-siswi untuk dapat belajar seluas-luasnya, sehingga sekolah benar-benar berfungsi sebagai

Center for Learning.

6) Melakukan pembinaan kemandirian dan teamwork melalui berbagai aktivitas belajar intra maupun ekstrakurikuler


(52)

.

c. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 1) Terciptanya pendidikan yang dapat melahirkan lulusan beriman

dan bertaqwa dengan kemampuan kompetitif serta memiliki keunggulan-keunggulan komparatif.

2) Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada pembinaan keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia dan kemampuan potensi anak.

3) Tersedianya tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi ideal baik dalam aspek keilmuan, skill keguruan maupun kemampuan komunikasi global.

4) Tersedianya sarana sumber belajar yang dapat memberi kesempatan pada siswa-siswa untuk dapat belajar seluas-luasnya, sehingga sekolah benar-benar berfungsi sebagai

Center for Learning.

5) Terwujudnya siswa yang memiliki keseimbangan antara kekuatan jasmani dan rohani serta kepekaan sosial.

6) Terwujudnya siswa yang mandiri dan mampu melakukan teamwork melalui berbagai aktivitas belajar intra maupun ekstra kurikuler.

3. Keadaan Guru

Secara keseluruhan jumlah tenaga pengajar dan staff di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan berjumlah 87 orang. Tidak semua guru mengajarkan al-Qur’an tetapi semua wali kelas mengajarkan al

-Qur’an, dan ada beberapa guru selain wali kelas juga mengajarkan al

-Qur’an untuk menutupi kekurangan guru pengajar al-Qur’an. Semua guru yang mengajarkan al-Qur’an telah mengikuti pelatihan guru al

-Qur’an. Untuk mengetahui jumlah guru secara terperinci bisa dilihat


(53)

Tabel 4.1

Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran 2016-2017

No Nama (L/P) Pendidikan Terakhir

1. Hj. Siti Muttaqinati P S-1 UIN Jkt 2009

2. Dra. H. Siti Rasyidah P S-1 IAIN Jkt. 1992

3. H. TB. Ade Jamhari, BA. L SM. IAIN Jkt. 1986

4. Riyanto L SGO 1986

5. E. Nurhayati, S.Ag. P S-1 2004

6. Husni Fikri L PGA1987

7. Drs. Tamani L S-1 IAIN Jkt. 1989

8. Drs. M. Nasruddin L S-1 IAIN Jkt. 1990

9. Drs. Cecep Khaeruddin L S-1 IAIN Jkt 1991

10. Drs. Matsani L S-1 IAIN Jkt. 1990

11. Dra. Nunik Dwi Kurnia P S-1 IAIN Jkt. 1990

12. Dra. Hj. Rita Brisma P S-1 IKIP 1989

13. Maemunah, S.Pd.I P S-1 UIN Jkt 2008

14. Dra. Siti Mahsusiatin P S-1 IAIN Jkt 1991

15. Drs. Maryadi L S-1 IKIP Mln 1990

16. Dra. Umu Sa'diyah P S-1 IAIN Jkt. 1991

17. Drs. A. Gani L S-1 IAIN Jkt 1991

18. Dra. Asikah P S-1 IAIN Jkt 1991


(54)

20. Dra. Iis Maisyatul M. P S-1 IAIN Jkt 1992

21. Drs. Muttaqillah L S-1 IAIN Jkt 1990

22. Dra. Nining Sumarni P S-1 IAIN Jkt 1993

23. Dra. Ria Aryasatyani P S-1 IKIP Jkt 1993

24. Enung Mulyani P D-2 IAIN Jkt 1992

25. Gusniati, S.Ag. P S-1 UMJ 1996

26. Drs. Dani Wahyudi L S-1 IAIN Jkt 1996

27. Drs. Haeruddin L S-1 IAIN Jkt 1989

28. Drs. Mulyadi L S-1 IAIN Jkt 1993

29. Drs. H. Sugiono L S-1 IAIN Jkt 1992

30. Drs. Imam Santoso L S-1 IAIN Jkt 1992

31. Drs. Suhaili L S-1 IAIN Jkt 1992

32. Drs. Endang Rahayu L S-1 IAIN Jkt 1991

33. Drs. Isman Hakim L S-1 IAIN Jkt 1993

34. Drs. Suhapid L S-1 IAIN Jkt 1991

35. Ali Ridho, S.Ag. L S-1. IAIN Jkt 1996

36. Ridwan, S.Ag. L S-1. IAIN Jkt 1995

37. Firman Hamdani, S.Ag L S-1 IAIN Jkt 1995

38. Afifah Hidayati, S.Ag. P S-1 IAIN Jkt 1993

39. Ermawati, S.Ag. P S-1 IAIN Jkt 1992

40. Wahyudi, S.Pd. L S-1 IKIP MJ 1997

41. Muhammad Dahlan, S.Pd. L S-1 IKIP N Yogya 1997


(55)

43. H. Abdul Halim, S.Ag. L S-1 IAIN Jkt 1994

44. Hasanuddin, S.Ag. L S-1 IAIN Jkt 1994

45. Sri Hartati, S.Pd. P S-1 IKIP 1998

46. Dra. Khusnul Khotimah P S-1 IAIN Jkt 1989

47. Drs. H. Muh. Rusdi L S-1 IAIN Jkt 1991

48. Lulu Rosmilia, S.Pd. P S-1 IAIN Jkt 1991

49. Afif Abdul Latif, S. Ag L S-1 IAID Ciamis 1997

50. Drs. Abdul Madjid M L S-1 IAIN Jkt 1991

51. Drs. Ahmad Santoso L S-1 IAIN 1993

52. Nia Marlina, S.Ag. P S-1 IAIN Jkt 2000

53. Ema Nursyamsiah, S.Pd.I P S-1 IAIN Jkt 2002

54. M. Faiz, MA. L S-1 UIN Jkt 1998

55. Sri Nurhayati, S.Pd.I P S-1 UIN Jkt 2002

56. Ai Yuliawati, S.Pd. P S-1 UIN Jkt 2005

57. Evi Kusumah, S.Pd. P S-1 UPI Bdg 2000

58. Linda Nurlinda, S.Pd. P S-1 UPI Bdg 2005

59. Mumu Munawi, S.Pd.I L S-1 UIN Jkt 2005

60. Putri Aula Pertiwi, S.KM. P UHAMKA Jkt 2004

61. Sri Nuryati, S.Pd. P S-1 UIN Jkt 2005

62. Yenny Handayani, S.IP. P S-1 UNPAJ 2003

63. Lena Marliana, S.Pd. P S-1 UNJ 2004

64. Upit Sarimanah, S.Pd. P S-1 UIN Jkt 2005

65. Endah Rahmah Hidayati,


(56)

66. Muhaemin, S.Ag. L S-1 IAIT 2000

67. Desi Rahmawati, S.Pd. P S-1 UIN 2004

68. Himmatun, St. P S-1 STTT 2005

69. Nurrahmy, S.Pd. P S-1 UIN 2005

70. Indri Pramasti Fillyandini,

S.Pd. P S-1 UNJ 2006

71. Puji Nur Hikmah, S.Pd. P S-1 UIN Jkt 2006

72. Ronny Asfar, S.Pd. L S-1 STKIP 2004

73. Syukri Rifa'i, S.Pd.I. L S-1 UIN Jakarta 2006

74. Nurohman, S.Pd.I. L S-1 UIN Jakarta 2005

75. Endang Purwanto, S.Pd.I L S-1 UIN Jakarta 2009

76. Rita Hayati, S.Pd P STISIP 2009

77. Agus Muhammad, S.IP L S-1 STISIP 2006

78. Syukrini Irfiyanda, S.Pd. P S-1 UIN 2009

79. Yeti Nurhayati, S.Pd. P S-1 UIN 2010

80. Dhini Kusumawati, S.Pd. P S-1 UIN 2010

81. Alipiah, S. PsI P S-1 UIN 2011

82. Sarmadan Noor Daulay L S-1 UIN 2010

83. Sriyono, ST L S-1 STT Telematika 2010

84. Wahyu Nurhidayanti P S-1 Univ Ahmad Dahlan Yogya 2009

85. Hafizatul Mukminah,

S.Kom P

Universitas Gunadarma 2005


(57)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru pengajar sebagian besar berlatar belakang pendidikan S1 kependidikan dan mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikannya

4. Keadaan Siswa

Secara keseluruhan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan tahun ajaran 2016-2017 berjumlah 1.378 siswa terdiri dari 665 perempuan dan 713 laki-laki, yang dibagi kedalam 48 rombongan belajar, untuk mengetahui lebih jelas bisa di lihat pada tabel berikut ini:

Table 4.2

Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran 2016-2017

No Kelas Jumlah Siswa

1. I 240

2. II 227

3. III 222

4. IV 221

5. V 238

6. VI 230

Jumlah 1.378

(Sumber Data: Kepala MI Pembangunan)

Setiap tingkatan kelas dari data jumlah di atas dibagi menjadi 8 kelas, dan setiap kelasnya terdiri dari 26-30 siswa.

86. Nurmalasari, S. Pd. P S-1 UIN 2013


(58)

5. Sarana dan Prasarana

Terdapat 50 ruangan kelas yang menampung 48 rombongan belajar dengan jumlah siswa setiap kelasnya maksimal 30 orang, dalam arti ruang kelas mencukupi dan tidak ada siswa yang belajar di luar kelas. Untuk lebih jelas mengenai sarana dan prasarana lainnya adalah sebagai beriku:

Table 4.3

Data Sarana dan Prasarana di Madarash Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

NO Jenis Fasilitas Jumlah Luas (M²)

1. Ruang Kelas 50 3450

2. Ruang Kepala Madrasah 1 30

3. Ruang Guru 4 435

4. Ruang Tata Usaha 2 150

5. Laboratorium 3 225

a. Komputer 3 225

b. Matematika 1 75

c. I P A (Sains) 1 75

d. Bahasa 1 75

6. Perpustakaan 1 225

7. Ruang Keterampilan 1 50

8. Ruang Kesenian 1 71


(59)

10. Ruang UKS 1 75

11. Ruang Serbaguna 1 375

12. Musholla/Masjid 1 432

13. Rumah Dinas 2 70

14. Kantin 5 138

15. WC Guru 7 151

16. WC Murid

30 383

(Sumber Data: Kepala MI Pembangunan)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan memadai demi menunjangnya kegiatan belajar mengajar di sekolah.

B. Temuan Penelitian

Pada bab sebelumnya telah peneliti sampaikan, bahwa tekhnik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah observasi sesuai dengan pedoman observasi yang telah disiapkan sebelumnya, setelah itu melakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat lalu mendokumentasikan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

1. Pembelajaran Al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan adalah salah satu madrasah yang melaksanakan pembelajaran al-Qur’an setiap hari menggunakan metode Tilawati. Pembelajaran al-Qur’an dilaksanakan mulai hari Senin sampai dengan hari Jum’at setiap pukul 07.00-08.00 WIB. Sejak berdirinya madrasah ini, banyak upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran al-Qur’an, diantaranya yaitu mencoba berbagai macam metode dalam


(60)

pembelajaran al-Qur’an yang bertujuan agar pembelajaran al-Qur’an di madrasah ini menjadi lebih efektif dan efisien serta tujuan dari pembelajarannya tercapai.

Dalam penerapan pembelajarannya tidak menggunakan RPP khusus pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati, namun pembelajaran

al-Qur’an dikombinasikan dan dimasukkan kedalam RPP mata

pelajaran agama. Hal tersebut sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Edo yaitu salah satu pengajar al-Qur’an yang sekaligus direktur bidang Tilawati di Madrasah Pembangunan bahwa

“Dalam pembelajarannya madrasah ini menggunakan RPP Kementrian Agama (Kemenag), lalu RPP itu dipadukan dengan memasukkan pembelajaran membaca al-Qur’an. Karena RPP untuk kelas 1 dan kelas 2 di Kemenag hanya tertera materi hafalan surat-surat pendek saja.”1

Terkait dengan guru pengajar al-Qur’an bahwa tidak semua guru di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan mengajarkan al-Qur’an, akan tetapi semua wali kelas mengajarkan al-Qur’an. Hal tersebut seperti yang telah disampaikan oleh Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan yaitu Bapak Drs. H. Yon Sugiono bahwa:

“Tidak semua guru mengajar al-Qur’an, tetapi mereka yang wali kelas minimal ada 48 wali kelas mengajarkan al-Qur’an setiap harinya. Dan selain itu, wali kelas setiap hari di menit 30 pertama sebelum jam pertama di mulai, wajib mengisi habitual kurikulum,, yaitu upaya untuk siswa terbiasa dengan amaliah-amaliah

keagamaan bagaimana ngajinya, bagaimana do’anya sekaligus

tausiyah-tausiyah untuk penananman karakter-karakter Islami. Pada prinsipnya semua guru harus bisa mengajarkan al-Qur’an, tetapi yang mempunyai tanggung jawab langsung untuk mengajarkan al-Qur’an hanya guru-guru Qur’an karena basisnya segala sesuatu harus di sampaikan oleh ahlinya.”2

Ada persyaratan khusus untuk menjadi guru pengajar al-Qur’an menggunakan metode Tilawati ini, guru yang boleh mengajar

al-Qur’an dengan metode Tilawati yaitu guru yang telah mengikuti

1Hasil Wawancara dengan Bapak Edo Hari Selasa 22 November 2016 di ruang Kelas 2

2 Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah Bapak Drs. H. Yon Sugiono Hari Selasa 22 November 2016 di Ruang Kepala Madrasah.


(61)

pelatihan dan telah mendapatkan syahadah dari lembaga Tilawati untuk menjadi guru pengajar al-Qur’an, dengan demikian tidak serta merta semua guru dapat mengajarkan al-Qur’an, hal tersebut disampaikan pula oleh Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan yaitu Bapak Drs. H. Yon Sugiono bahwa:

“Untuk guru yang mengajarkan al-Qur’an bukanlah sekedar guru yang ditunjuk untuk mengajarkan al-Qur’an, akan tetapi guru yang akan mengajarkan al-Qur’an telah melalui proses pelatihan yang terstandar dari lembaga Tilawati. Setelah guru mengikuti pelatihan, waktu mengajar pun dipantau kembali oleh pihak Tilawati.”3

Untuk mencukupi kekurangan guru pengajar al-Qur’an, yang diikut sertakan dalam pelatihan guru al-Qur’an bukan saja wali kelas akan tetapi guru yang lainpun diikut sertakan dalam pelatihan tersebut.

Terdapat beberapa jenjang/tingkatan dalam pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan ini, yaitu tingkat dasar tilawati jilid 1-6 dan tingkat al-Qur’an. Ditargetkan materi jilid 1-6 diselesaikan dalam waktu 3 tahun, sehingga ketika siswa kelas 4 semuanya sudah mampu membaca al-Qur’an. Sedangkan untuk materi pelajarannya adalah lebih fokus kepada belajar membaca saja, meskipun pada kegiatan pembuka diberikan pula materi hafalan seperti surat-surat pendek.

a. Kegiatan Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawati

Dalam setiap pembelajaran tentu ada beberapa tahap kegiatan yang dilakukan yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Begitu halnya dengan pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, untuk lebih jelasnya penulis akan membahas proses dan kegiatan pembelajarannya sebagai berikut:


(62)

1) Kegiatan Pembuka dalam Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawati

Pada kegiatan pembuka dalam pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, guru menyiapkan siswa dengan cara mengatur tempat duduk siswa senyaman mungkin dengan duduk melingkar membentuk huruf

“U” dan siswa menyiapkan buku tilawati di atas meja masing-masing, setelah itu guru dan siswa bersama-sama membaca sekaligus menghafalkan surat-surat pendek, ayat kursy dan

do’a belajar.

2) Kegiatan Inti dalam Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawati

Setelah kegiatan pembuka selesai, maka dilanjutkan dengan kegiatan inti yang dimulai dengan membaca klasikal peraga bersama-sama sebanyak 4 halaman peraga, dengan terlebih dahulu guru membaca dan siswa memperhatikan peraga yang sedang dibaca oleh guru. Setelah guru selesai membaca semua, tahap selanjutnya ialah guru membaca sebanyak satu baris lalu siswa dan guru bersama-sama menirukan baris yang tadi dibacakan oleh guru, begitu selanjutnya sampai membaca sebanyak 4 halaman peraga.


(63)

Gambar 4.1

Pelaksanaan Kegiatan Inti dengan Tekhnik Klasikal Menggunakan Peraga

Setelah kegiatan klasikal dengan alat peraga selesai, tahap selanjutnya adalah membaca individual dengan tekhnik baca simak. Ketika membaca individual tekhnik baca simak ini siswa tidak membaca 1 halaman secara langsung, tetapi siswa membaca 1 baris secara bergiliran yaitu siswa pertama membaca baris pertama pada halaman, siswa kedua membaca baris ke 2 pada halaman, begitu selanjutnya sampai siswa terakhir dan pada putaran kedua siswa pertama membaca baris ke 2 pada halaman, siswa kedua membaca baris ke 3 pada halaman buku begitu selanjutnya sampai semua siswa membaca sebanyak 1 halaman penuh.


(64)

Gambar 4.2

Pelaksanaan Kegiatan Inti Membaca Individual dengan Tekhnik Baca Simak

Dalam pembelajarannya, guru menekankan siswa untuk membaca secara cepat dan dalam membaca huruf yang bersambung atau berangkai tidak diperbolehkan terputus dari satu huruf ke huruf yang lainnya, tetapi harus dibaca langsung. Hal tersebut menghindari bacaan pendek yang dipanjangkan. Dalam kegiatan inti ini, pembelajaran sudah berjalan dengan baik, dimana siswa mengikuti pembelajaran secara tertib dan suasana pembelajarannya kondusif.

3) Kegiatan Penutup dalam Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawati

Setelah pembelajaran inti selesai, lalu guru menyiapkan siswa untuk kegiatan penutup. Dalam kegiatan penutup pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati ini sebelum membaca doa guru mengevaluasi kemampuan membaca siswa terlebih dahulu dengan cara menilai kemampuan membaca siswa setiap baris yang siswa baca sebelumnya. Halaman dinaikkan apabila siswa yang lancar minimal 70% dari jumlah siswa yang aktif ,


(65)

akan tetapi halaman di ulang apabila siswa yang lancar kurang dari 70% dari jumlah siswa yang aktif.

Gambar 4.3

Pelaksanaan Kegiatan Penutup dan Evaluasi Harian Setelah mengevaluasi kemampuan siswa pembelajaran ditutup dengan sama-sama membaca do’a setelah belajar dan setelah itu siswa masuk ke kelasnya masing-masing untuk melanjutkan pembelajaran regular sesuai dengan yang telah dijadwalkan. 4) Pendekatan yang Diaplikasikan dalam Pembelajaran

Al-Qur’an Metode Tilawati

Dalam pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, guru menggunakan 2 pendekatan yaitu pendekatan klasikal dengan menggunakan alat bantu peraga, dan pendekatan individual dengan tekhnik baca simak, yaitu siswa membaca sedangkan guru dan siswa yang lain menyimak bacaan siswa. Dalam pendekatan klasikal menggunakan peraga terdapat beberapa ketentuan, hal tersebut sebagaimana yang telah disampaikan oleh bapak Edo selaku direktur Tilawati sekaligus guru pengajar al-Qur’an bahwa:

“Strategi didalam metode tilawati menggunakan 2 pendekatan yaitu pendekatan klasikal membaca alat peraga tilawati, dalam pendekatan ini menggunakan 2 tekhnik,


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Een Hujaemah, penulis lahir di Bogor pada tanggal 21

Februari 1992, merupakan anak kelima dari 5

bersaudara dari pasangan Ano Supriatno dan Ebah Suaebah yang beralamatkan di Kp. Jati Waru, Desa. Waru, Rt. 005 Rw. 005, Kec. Parung, Kab, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2004, kemudian melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) lulus pada tahun 2007, setelah itu melanjutkan pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) lulus pada tahun 2011. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan masuk pada tahun 2012.