SELF REGULATION UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECANDUAN TERHADAP PERILAKU PERZINAAN : STUDI KASUS MUDA-MUDI DESA JERUK GAMPING KECAMATAN KRIAN KABUPATEN SIDOARJO.

(1)

SELF REGULATION UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECANDUAN TERHADAP PERILAKU PERZINAAN

(Studi Kasus Muda-Mudi Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

LUK- LUK AINI NUROH NIM B73213092

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

Nama NIM Jurusan Judul

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Luk-Luk Aini Nuroh 873213092

Bimbingan Konselirtg Isla,m

:

Self Regulation Untuk Menurunkan

Tingkat Kecanduan Torhadap

ll"3.I:TT-(:*oi

Kasus Muda-Mudi Di Desa reruk Gamping

Keeamatan Krian Kabupaten Sidoarjo).

skripsi ini terah diperiksa dan disetujui oreh

pembimbing untuk diajukan.

Surabayq 26 Jamtari2Afi

Telah disetqiui oleh:

Dosen Pembimbing,


(3)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

skripsi oleh Luk-luk Aini Nuroh ini tela! dipertahankan didepan

Tim penguji

Skripsi

Surabaya, 01 Pebruari 20i7

Mengesahkan,

Universitas Islam Neeeri

)j.e"l

Sunan

f"ng

Ampel Surabaya dan Komunikasi

121994031001 PytWii

t,

_

.'W/4

lki/-l-/

-sria Nlnssih. S,As. M.I

Iusria Nlnesih. S,

NrP.

1e760stsi,0wffi


(4)

PERI\'YATAAN

PERTANGGUNG JAWABAN PENULIS SKRIPSI

B is mil I ahirr ah rncutir r u h im

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama NIM Jurusan Alamat

Luk-Luk Aini Nuroh 873213092

Bimbingan Konseling Islam

Wadang, Tempel Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo

Menyatakan dengan kesumgguhannya, bahwa:

Skripsi

ini tidak

pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan

tinggi manapun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

Skripsi

ini adalah benar-benar

hasil karya saya secara mandiri dan

bukan mempakan hasil plagiasi atas kar-va orang lain.

Apabila dikernudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini

sebagai hasil plagiasi, saya akan bersedia menanggung se-uala konsekuensi hukurn yang terjadi"

Strrabal,a. . Q7....9.1.. -

.Nl+

Yang Menyatakan.

1)

2)


(5)

ffi

KEMENTERIAN

AGAMA

UNIYER$ITAS

ISLAM NEGERI

SUNAN

AMPEL

SURABAYA

PERPUSTAKAAN

Jl. Jend. A. Yani 117 Surabaya5A237 Telp. 031-8431972 Fax.03t-8413300

E-Mail: perpus@uinsby,ac.id

inr

lV woh

eiaol

^

LH,N IBAR PERNYA'I]fu \ N PERSH'I'LTUAN I'T,IBI,IKA SI I.I\RYA II-\,{ L\H UNTLI I( I{E,PENTIN G,\N "AIiADEN{IS

Sebagai sir.itas akademik.a tiIN Sunan Ampel Surabaya, vang bertanda tangan di barvah ini, sava:

Nama

:

NIi\,{

:

Fakultas/Jurusan :

E*rnail

address

1

l)erni pengembangan ilnru pengetahuan, rncnye'rujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIVSunan Arnpel Suraba):a,

Hak Bebas

Rovaln Non-H,ksklusif atas karya ilmiah :

BSkripsi

tf ll'esis l--l Disertasi tl

Lain-lain

( ,

,

"

.) yangbetjudul:

r n A

,

JAt

ky,ytstay u1tu!

nul(qtan

'Zi4cra/1

cfr,,4

tq,,r

tnao

d)lrm*

beserta perangkat vatg diperlukan

ftila

ada). Dengan Hak Bebas Rovalti Non-E,kslusif ini

Perpustakaan

UIN

Sunan ,\mpel Sutabar,,a berhak men;'impan, mengalih-media/for:rnar-kan,

mengelolanva

dalam

bentuk

pangkalan

data (database), mendistribusikannla,

dan

menarnpilkan/mempubtrikasikannya di Internet atau media lain secara fulltextunark kepentingan

akademis tanpa perlu rnetninta ijin dari saya selama tetap meflcanrumkan nama saya se,bagai

penulislpencipta dan atau penerbit 1'ang bersangkutan.

Sava betsedra unhrk menanggung secara pribadi, tanpa melibadian pihak Pelpustakaan UIN

Sunan i\mpel Suratraya, segala bentuk tunrutan hukum vang rimbul atas pelanggaran Hak Cipta

dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini vang saya buat dengan sebenarnva.

surabaya,

i7

-fe*wan'

-

&o/7

.

fun,Lrt

k:g.l@st

;.d^-;;d'-Ut*--

"

Penulis

k/ru


(6)

ABSTRAKSI

Luk-Luk Aini Nuroh (B73213092), Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan Terhadap Perilaku Perzinaan (Studi Kasus Muda-Mudi Di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo)

Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses dalam menurunkan tingkat kecanduan perziaan dengan menggunakan Self Regulation?,(2) Bagaimana hasil akhir proses Self Regulation untuk menurunkan tingkat kecanduan terhadap perilaku perzinaan?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif komperatif. Dalam menganalisa kecanduan perzinaan pada remaja data yang digunakan berupa hasil observasi yang disajikan dalam bab penyajian data dan analisis data.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hawa nafsu yang kurang bisa dikontrol, hingga keinginan itu terus muncul dan berakibat pada rasa kecanduan. Dalam penelitian ini, proses konseling yang terjadi menggunakan terapi Self Regulation.

Dengan pendekatan ini klien diharapkan dapat menghadapi kenyataan yang terjadi pada saat ini, hasil akhir dari proses konseling remaja dalam penelitian ini cukup berhasil dengan prosentase 80%, yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada sikap atau perilaku klien yang kurang baik mulai menjadi baik.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAGIAN INTI BAB I: PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep ... 7

F. Metode Penelitian ... 16

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 16

2. Sasaran Penelitian Dan Sumber Data ... 17

3. Objek Penelitian ... 17

4. Tahap- Tahap Penelitian ... 18

5. Teknik Pengumpulan Data ... 21

6. Teknik Analisis Data ... 23

7. Teknik Keabsahan Data ... 23

G.Sistematika Pembahasan... 25

BAB II:, SELF REGULATION , KECANDUAN DAN PERZINAAN A. Self Regulation Kecanduan, Perzinaan, ... 27

1. Self Regulation ... 27

a. Pengertian Self Regulation ... 27

2. Kecanduan Perilaku Perzinaan ... 32

a. Pengertian Kecanduan ... 32

b. Pengertian Zina ... 34


(8)

d. Dampak Negativ Perilaku Zina ... 37

B. Penelitian Terdahulu Tentang Seks Bebas Pada Remaja . 42 BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 45

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

2. Deskripsi Konselor Dan Konseli ... 45

a. Deskripsi Konselor ... 45

b. Deskripsi Konseli ... 47

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

1. Deskripsi Proses Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan Terhadap Perilaku Perzinaan ... 53

2. Deskripsi Hasil Proses Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan Terhadap Perilaku Perzinaan ... 73

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis Proses Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan Terhadap Perilaku Perzinaan ... 75

B. Hasil Pelaksanaan Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan Terhadap Perilaku Perzinaan ... 84

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran. ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa remaja merupakan masa yang labil. Remaja merupakan periode dimana terdapat masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun atau ktika dia menunjukkan tingkah laku tertentu. Menurut WHO remaja adalah individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematanga seksual.1Pada masa remaja ini juga disebut dengan masa rawan terjadinya kenakalan, ini disebabkan karena remaja cenderung tidak dapat mengontrol hawa nafsu atau keinginannya. Salah satu kenakalan yang marak terjadi saat ini adalah perzinahan.

Perzinaan merupakan perzinaan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak atau belum diikat dalam perkawinan tanpa disertai unsur keraguan dalam perzinaan.2

Menurut Fuqaha dari kalangan mazdhab Hanafi, Zina adalah perzinaan yang dilakukan seorang laki-laki secara sadar terhadap perempuan yang disertai nafsu seksual dan di antara mereka tidak atau belum ada ikatan perkawinan secara sah atau ikatan perkawinan syubhat,

1

Sarlito Wirawan Sarwono Psikologi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) Hal 9 2

Neng Djubaedah Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia ditinjau dari hukum islam,(Jakarta: Prenada Media Group 2010) Hal 119


(10)

2

yaitu perkawinan yang diragukan keabsahannya, seperti ikatan perkawinan

tanpa wali nikah, tanpa sanksi atau kawin mut‟ah.

Menurut Abdul Qader‟Oudah, perzinaan yang diharamkan itu,

adalah memasukkan penis laki-laki ke vagina perempuan, baik seluruhnya

atau sebagian (iltiqaa‟khitaanain). 3

Menurut fadhel illahi, zina dalam makna menurut syara‟ dan bahasa adalah seorang laki-laki yang menyetubuhi perempuan melalui qulub (vagina atau kemaluan), yang bukan istrinya tanpa melalui perkawinanatau syubhatun nikah (perkawinan yang syubhat).4

Fenomena sosial yang berhubungan dengan perzinaan yang saat ini sangat marak terjadi tidak hanya dilingkungan orang dewasa tetapi dilingkungan remaja pun sudah menjadi hal biasa. Padahal sudah dijelaskan dalam segi agama, bahwa perbuatan yang mendekati zina adalah perbuatan cabul yang dapat menyebabkan dan mengakibatkan terjadinya zina. Dalam al-ur‟an, larangan perbuatan mendekati zina terdapat dalam surah al-Isra‟ ayat 32 yang artinya bahwa, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang

keji.”5

3

Neng Djubaedah,Perinahan Dalam Peraturan Perundang-Undangan

Diindonesiaditinjau Dari Hukum Islam (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010) hal 119 4

Neng Djubaedah,Perinahan Dalam Peraturan Perundang-Undangan

Diindonesiaditinjau Dari Hukum Islam (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010) hal 120 5

Neng Djubaedah,Perinahan Dalam Peraturan Perundang-Undangan Diindonesiaditinjau Dari Hukum Islam (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010) hal 74


(11)

3

Alasan –alasan larangan melakukan perbuatan mendekati zina, menurut para musafir dari tim Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama Republik Indonesia, adalah karena perbuatan zina itu merupakan perbuatan yang keji yang mengakibatkan kerusakan. 6

Pengertian dari perbuatan cabul diatas, menurut R.Soesilo adalah segala perbuatan yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan keji, semuanya itu dalam lingkungan nafsu birahi kelamin misalnya, cium-ciuman, meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba payudara dan sebagainnya. 7

Menurut peneliti dari penjelasan diatas tentang perbuatan zina merupakan perbuatan yang keji yang mengakibatkan kerusakan. Kerusakan yang di maksudkan seperti 1)mencampur adukkan keturunan yang mengakibatkan seseorang menjadi ragu-ragu terhadap anaknya, apakah anak tersebut lahir sebagai keturunannya yang sah atau anak hasil perzinahan.2) menimbulkan kegelisahan diantara sesama anggota masyarakat karena tidak terpeliharannya kehormatan.3) zina juga dapat menghancurkan kehidupan rumah tangga yang sudah terjalin.

6

Neng Djubaedah,Perinahan Dalam Peraturan Perundang-Undangan Diindonesiaditinjau Dari Hukum Islam (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010) hal 74

7

Neng Djubaedah,Perinahan Dalam Peraturan Perundang-Undangan Diindonesiaditinjau Dari Hukum Islam (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010) hal 75


(12)

4

Larangan dan hukuman terhadap pelaku perbuatan cabul, menurut Bemmelen, dituukan untuk melindungi anak-anak muda (remaja) dari gangguan perkembangan seksual dan perkosaan.8

Remaja yang telah melakukan perzinahan, pasti akan memiliki keinginan untuk mencoba lagi yang akhirnya menimbulkan rasa kecanduan. Seperti dua remaja di Desa Jeruk Gamping yang kecanduan berbuat zina. Diketahui dua remaja ini merupakan pasangan kekasih yang telah lama menjalin hubungan (pacaran). Keduanya melakukan perbuatan tercela tersebut atas dasar suka sama suka. Perbuatan zina itu terjadi karena seringnya mereka bertemu dan berduaan. Menurut keduanya zina merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalin hubungan pacaran, tidak sempurna hubungan tersebut tanpa melakukan zina.Dan hal inilah yang menyebabkan keduanya sering melakukan zina sehingga menimbulkan kecanduan. Kecanduan remaja akan perbuatan zina perlu disembuhkan agar remaja tidak semakin terjerumus ke dalam hal-hal yang membahayakan, lebih-lebih untuk menghindari dampak-dampak negative dari zina itu sendiri. Untuk menurunkan tingkat kecanduan perilaku zina tersebut, perlu dilakukan suatu penanganan yang salah satunya ialah dengan konseling remaja melalui pemberian regulasi diri.

Dengan self regulation atau regulasi diri peneliti akan memberikan padangan kepada klien tentang dampak negativ yang mungkin akan

8

Neng Djubaedah,Perinahan Dalam Peraturan Perundang-Undangan Diindonesiaditinjau Dari Hukum Islam (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010) hal 75


(13)

5

terjadi dalam diri klien. Karena klien yang akan diteliti merupakan klien yang seharusnya mengetahui dampak negative jika perzinaan terus dilakukan, namun klien ini mengabaikan hal tersebut. Karena klien telah menganggap hal tersebut merupakan kebutuhan dalam sebuah hubungan (pacaran).

Klien ini juga mengetahui kalau perzinaan termasuk dosa besar dan juga hal yang dilarang keras oleh agama dan hukum di indonesia, namun tetap saja klien mengabaikan hal tersebut. Dari sini peneliti akan terus memberikan pandangan yang lebih konkrit tentang dampak negativ, hukuman dari segi agama maupun dari hukum UUD di Indonesia. Agar sedikit demi sedikit klien mampu mengurangi atau meninggalkan perilaku perzinaan tersebut.

Dengan memperhatikan pembahasan di atas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Self Regulation untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan Perilaku Perzinaan”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan proses konseling remaja untuk menurunkan tingkat kecanduan terhadap perilaku perzinaan (studi kasus pasangan muda-mudi di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo) ?

2. Bagaimana hasil proses pelaksanaan konseling remaja untuk menurunkan tingkat kecanduan terhadap perilaku perzinaan (studi kasus


(14)

6

pasangan muda-mudi di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo) ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pelaksanaan proses Self Regulation untuk menurunkan tingkat kecanduan terhadap perilaku perzinaan (studi kasus pasangan muda-mudi di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Kriaron Kabupaten Sidoarjo).

2. Mengetahui hasil proses pelaksanaan Self Regulation untuk menurunkan tingkat kecanduan terhadap perilaku perzinaan (studi kasus pasangan muda-mudi di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang Self Regulation untuk menurunkan tingkat kecanduan terhadap perilaku perzinaan (studi kasus pasangan muda-mudi di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo).

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi pasangan muda-mudi yang melakukan perzinaan di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.


(15)

7

E. Definisi Konsep

Pada dasarnya, konsep merupakan unsur pokok dari sebuah penelitian, dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi singkat dari sejumlah fakta atau data yang ada. Oleh karena itu, agar tidak terjadi kesalah pahaman, penulis memberikan batasan istilah atau definisi yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian, istilah atau definisi yang dimaksud memiliki pengertian terbatas.

Adapun batasan bagi beberapa konsep dalam penelitian ini:

Masa remaja merupakan masa yang telah matang kehidupan seksual,dan kematangan seksual ini sebenarnya baru salah satu aspek saja, aspek dalam artian manusia muda yang harus mengenal kultur,nilai-nilai, dan norma-norma yng telah di tentukan, agar remaja ini mampu mengenal dirinya sediri.9

Peneliti akan melakukan proses konseling dengan meningkatkan kemampuan klien agar mampu menghadapi persoalan yang saat ini terjadi. Dengan menggunakan penyadaran diri agar klien dapat menyadari perilaku menyimpang yang saat ini menjadi konflik dalam dirinya. Dan peneliti disini akan mengenalkan apa – apa yang memang harus di lakukan sesuai dengan masa remaja yang saat ini dia alami. Dalam hal yan lebih positif agar klien mampu menghadapi konflik dalam dirinya.

Menurut Zimmerman (dalam Dachrud, 2005) self regulation juga mengacu pada tingkatan bagaimana seseorang dapat menggunakan dirinya

9


(16)

8

untuk mengatur strategi dalam bertingkah laku serta mengatur lingkungannya. Dengan demikian, self regulation memerlukan pengaturan, pengelolaan, pengendalian atas segenap sumber daya, kemampuan dan usaha oleh individu yang bersangkutan untuk mencapai tujuan yang di inginkan.10

Self regulation merupakan kemampuan untuk mengontrol

perilakusendiri dan salah satu dari sekian penggerak utama kepribadian manusia. Untuk mencapai suatu tujuan yang optimal, seseorang harus mampu untukmengontrol perilakunya sendiri, mengarahkan perilaku tersebut agardapat mencapai tujuan yang diinginkan.11

Self regulation adalah kemampuan untuk mengontrol perilaku diri sendiri. Regulasi diri merupakan penggunaan suatu proses yang mengaktivasi pemikiran, perilakum dan perasaan yang terus menerus dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manusia dikatakan memiliki regulasi diri jika pikiran dan perilakunya berada dibawah kendalinya sendiri,tidak dikendalikan oleh orang lain atau lingkungannya.

Kecanduan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif. Hovart juga menjelaskan bahwa contoh kecanduan juga bermacam-macam. Bisa ditimbulkan akibat

10

Darchud, self Regulation (Columbus: Ohio State Univeersity 2005) 578-582 11

Vivik Shofiah dan Raudatussalamah Self- Efficacy Dan Self- Regulation Sebagai Unsur Penting Dalam Pendidikan Karakter, UIN Sultan Syarif Kasim Riau,2 (Januari 2013) hal 9-10


(17)

9

aktivitas tertentu seperti judi, aktivitas seksual dan sebagainya. Salah satu perilaku yang termasuk ada didalamnya yaitu kecanduan untuk melakuakn aktivitas seksual.12

Perzinaan adalah perzinaan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak atau belum diikat dalam perkawinan tanpa disertai unsur keraguan dalam perzinaan.13

Dari penjelasan diatas self regulation, akan membatu klien untuk mengontrol dirinya dalam mengurangi keinginannya untuk melakukan perzinaan. Dan peneliti akan menggunakan self regulation untuk memberikan penyadaran bahwa apa yang dilakukannya itu bisa merugikan diri sendiri dan juga orang lain (pasangan). Dengan begitu klien akan mampu berfikir dan mengontrol dirinya sendiri untuk mengurangi perilaku perzinaan.

Materi yang digunakan peneliti untuk proses self reglation Dengan memberikan gamaran kepada klien tentang dampak negatif atau akibat dan juga ruginya jika perilaku perzinaan tersebut terus dilakukan dan peneliti juga akan memberikan pengetahuan tentang hukum agama dan juga norma-norma yang telah ditentukaan oleh UUD Negara Republik Indonesia jika perilaku perzinaan ini terus dilakukan. Bukan maksud peneliti untuk menakut-nakuti klien tetapi, disini peneliti mencoba

12Theodora Natalia Kusumadewi,”Hubungan Antara Kecanduan ” Fpsi Universitas Indonesia (Jakart: 2009 )hal 1

13

Neng Djubaedah Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia ditinjau dari hukum islam,(Jakarta: Prenada Media Group 2010) Hal 119


(18)

10

membuka pandangan dari diri klien tentang pezinaan yang dianggapnya sebagai kebutuhan.

Dari penjelasan diatas peneliti akan menggali data lebih lanjut, tentang berapa kali klien melakukan perzinaan ,dimana saat melakukan perzinaan dan tentang teknis bagaimana klien melakukan perzinaan tersebut.

Peneliti disini akan memaparkan beberapa dampak negatif dari perzinaan dan juga hukuman bagi orang yang telah melakukan perzinaan. Dampak negatif dan bahayanya perbuatan zina. Orang yang pernah berzina, yakin dan percaya. Kebaikan apapun yang kita berikan pasti dia akan menolaknya. Karena hati dan pikirannya serta tubuhnya dipenuhi dengan lumuran dosa dan kemasiatan. Perzinaan dapat berakibat tergelincirnya pezina menjadi durhaka kepada orang tua, serta menyia-nyiakan keluarga dan keturunannya Mendorong dirinya untuk melakukan pekerjaan/mata pencahariannya yang haram, berbuat zalim bahkan bisa membawa kepada pertumpahan darah serta dosa-dosa besar yang lain.14

ً س ء س شح ف ك هَ ِ ل ب ْق َ

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.

(Al-Isra‟: 32) 15

14

Abu Ahmadi, Dosa Dalam Islam ( Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal 45 15


(19)

11

Hilangnya rasa percaya diri, sehingga sering was-was, karena

do‟anya orang pezina tidak diterima Allah melatih dirinya dengan cara-cara hidup seperti binatang, yang tidak mengenal norma-norma susila dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan.

Di mata masyarakat mereka tidak memiliki status sosial yang jelas dengan derajat yang sangat rendah dan dipandang dengan pandangan yang menjijikan serta penuh kebencian Zina mengeluarkan bau busuk melalui mulut atau badannya.Hanya orang-orang yang memiliki „qalbun salim‟ (hati yang bersih) yang dapat mengetahuinya Perzinaan menyeret kepada terputusnya hubungan silaturrahim Selalu memandang rendah lawan jenis, khususnya pasangan berzinanya Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa, kemaksiatan dan keburukan.Berkurangnya agama / hilangnya kesempurnaan iman.16

Mendorong perbuatan dosa besar yang lain, seperti menggugurkan kandungan, membunuh wanita yang telah hamil karena perzinaan, atau bunuh diri karena menanggung rasa malu telah berzina. Menimbulkan berbagai jenis penyakit kelamin seperti, misalnya AIDS, bila perzinaan dilakukan dengan berganti-ganti pasangan.Walaupun saat ini telah ada alat pengaman hubungan cekcual, namun hal tersebut tidak menjamin bebas tertular penyakit seksual menular.17

1616

Abu Ahmadi, Dosa Dalam Islam ( Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal 13

1717


(20)

12

ََ ََ َ ح َل سْفَ ل

ْق َ خآ ل ََ ع عْ َ َل

ْ

ْ َ ِقحْل ب

( ثأ قْ كل ْلعْف

86

ْ عْل هل ْفع )

(

ه ف ْ ْ قْل

86

ك ل أف حل ص ً ع ل ع آ ْ ََ )

( ح فغ ََ ك سح ْ ِ س ََ لِ

07

ل ع ْ )

ب ََ ل

هَ ف حل ص

Artinya: Dan orang-orang yang tidak menyembahlah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu dalam keadaan terhina, kecuali siapa saja yang bertaubat. (Al-Furgan: 68-70).18

Para ulama berkata, “Ini adalah hukuman bagi pezina perempuan

dan laki-laki yang masih bujang, belum menikah di dunia.Jika sudah menikah walaupun baru sekali seumur hidup, maka hukuman bagi keduanya adalah dirajam dengan bebatuan sampai mati. Demikian pula telah ternaskan dalam hadits dari Nabi bahwasanya jika hukuman qishash ini belum dilaksanakan bagi keduanya di dunia dan keduanya mati dalam

18


(21)

13

keadaan tidak bertaubat dari dosa zina itu, niscaya keduanya akan diadzab di neraka dengan cambuk api.

Dalam kitab Zabur tertulis, “Sesungguhnya para pezina itu akan

digantung pada kemaluan mereka di neraka dan akan disiksa dengan cambuk besi.Maka jika mereka melolong karena pedihnya cambukan,

malaikat Zabaniyah berkata, „Ke mana suara ini ketika kamu tertawa-tawa, bersuka ria dan tidak merasa diawasi oleh Allah serta tidak malu

kepada-Nya.‟”

ْل ل خ ْب ْ ْ ه بأ ْ ع ْ ع ْب ََ ْ ع ْب

ل س َ أ ِ ج

ْ ْ ل ق ْ صْح ْ ل ْ ْْ ْ ع ل س َ س هْ ع ََ َ ص ََ

ْ ل ه ع ف ْ ْ َ ث ه ْج ف ْ ْ َ ث ه ْج ف ْ ْ َ ث ه ْج ف

ف ب

لْ حْل فَ ل عب َ ل ْ أ ثل َثل ف ْ أ َ ش ْب ل ق

Artinya : Telah meceritakan kepada kami (abdullah bin maslamah) dari (Malik) dari (Ibnu Shihab) dari (Ibaydullah bin Abdullah bin Utbah) dari (Abu Hurairah) dan (Zaid bin Khalid Al Juhani) bahwa Rasulullah SAW. Pernah di tanya tentang seorang budak wanita yang berzina, tetapi ia belum menikah? Beliau menjawab :

“jika ia melakukan zina maka cambuklah, jika melakukan zina lagi

maka cambuklah, jika melakukan zina lagi maka cambuklah, kemudian jika ia melakukan zina lagi maka juallah meskipun


(22)

14

tidak tau, itu berlaku pada kali ketiga atau keempat. Sementara Adh dhafir adalah tali (rambut).”19

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah beriman seorang pezina itu

ketika berzina. Tidaklah beriman seorang pencuri itu ketika mencuri.Tidaklah beriman seorang yang menenggak arak itu ketika menenggaknya.Dan tidaklah beriman orang yang merampas harta yang tinggi nilainya –karena orang-orang memandangnya– itu ketika

merampasnya.” (Diriwayatkan Ahmad, Al Bukhari, Muslim, Abu

Awanah, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa‟i, Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

ۖ ْ ج ئ ْ ح َلك ْج ف َ ل َ ل

ب ْ كْ خْأ َ

ۖ خ ْ ْ ْل ََ ب

ْ ْ ْ ك ْ ََ ف فْأ

فئ ب ع ْ ْش ْل

ْ ْل

Artinya: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman

19


(23)

15

mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (An-Nur: 2)20

Dari segi Hukum berzina di Indonesia diatur dalam Bab XIV KUHP, Kejahatan Terhadap Kesusilaan, tepatnya pada Pasal 284 KUHP, yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:

1. a. Seorang pria yang telah kawin yang melakukan mukah (overspel) padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;

b. Seorang wanita yang telah kawin yang melakukan mukah.

2. a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin;

b. Seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya.

(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/isteri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku Pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah meja atau ranjang karena alasan itu juga;

(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, pasal 73, pasal 75 KUHP;

20


(24)

16

(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai;

(5) Jika bagi suami isteri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja atau ranjang menjadi tetap.21

Membaca ketentuan tersebut, yang diatur atau diancam pidana yang dimaksud Pasal 284 KUHP adalah orang yang melakukan perzinaan dimana salah seorang dari pria atau wanita atau keduanya dalam status sudah kawin.Artinya, zina dalam hukum positif, dianggap sebagai suatu tindak pidana karena hal tersebut melanggar sucinya perkawinan.Ancaman hukumannya maksimal 9 bulan penjara.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis dan diambil kesimpulan. 22

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih untuk mendapatkan data kualitatif yang objektif dan mendalam yang nantinya data hasil penelitian tersebut dapat disajikan secara

21

Wirjono Projodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia (Bandung, PT, Eresco, 1986) hal 125.

22


(25)

17

deskriptif sehingga temuan hasil penelitian tersaji secara urut, detail dan mendalam. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui secara mendalam mengenai perilaku perzinaan yang dilakukan oleh muda-mudi di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menggunakan Deskriptif Komperatif yaitu berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang sedang diamatai untuk mencari jawaban tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena tersebut.23

2. Sasaran Penelitian dan Sumber Data

Karena penelitian ini bersifat studi kasus yakni penyelidikan mengenai keadaan sebenarnya, maka disini penulis telah menetapkan sasaran penelitian dalam studi kasus ini adalah klien bernama Muhammad Ihsan seorang remaja berumur 22 tahun. Sedangkan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah klien dan informan yang terdiri dari pacar dan teman klien.

3. Objek penelitian

Objek penelitian adalah terkait dengan pola

pengambilankeputusan. Penelitian ini di jalankan di Desa jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Sehubungan dengan penelitian ini dilakukan secara intensif,rinci dan mendalam terhadap

23


(26)

18

suatu geajala tertentu, ditinjau dari wilayahnya maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitiannya dan penelitian kasus lebih mendalam.

4. Tahap-tahap Penelitian

Secara umum tahapan penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Tahap Pra-Lapangan

1) Menyunsun rancangan penelitian

Dalam konteks ini peneliti terlebih dahulu membuat permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian, untuk kemudian membuat matrik ususlan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal

2) Memilih lapangan penelitian

Setelah menyunsun rancangan penelitian,peneliti mengamati fenomena tentang kasus remaja yang memilki kecanduan perilaku zina. Kemudian mengasumsikan, mempertimbangkan teori dengan yang ada dilapangan, maka peneliti memilih di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarj.

Sebelum memasuki lapangan, peneliti melakukan penelitian dan observasi terlebih dahulu tentang situasi dan kondisi lapangan penelitian agar peneliti bisa memepersiapkan diri baik mental, fisik maupun perlengkapan lan selama penelitian berlangsung dilapangan.


(27)

19

3) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dilapangan, usaha untuk menemukan informan yaitu dengan melihat langsung kegiatan yang dilakukan oleh klien. Dan peneliti yang juga teman kerja dari klien, sehingga klien dapat lebih mudah mencari informan yang menjadi teman dekat atau teman curhat klien. 24

4) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Dalam tahap perlengkapan penelitian yang dilakukan adalah menyiapkan pedoman wawncara,alat tulis, perlengkapan fisik, izin penelitian, kertas, buku, semua bertujuan untuk mendapatkan deskripsi data lapangan dan akhirnya menghasilkan rencana penelitian di samping itu peneliti juga menyelesaikan diri dengan keadaan lingkungan yang menjadi tempat penelitian.

5) Persoalan etika penelitian

Etika penelitian pada dasarnya menyangkut hubungan baik antara penelitidengan subjek penelitian, baik secra perorangan maupun kelompok. Maka peneliti harus memahami kebudayaan ataupun bahsa yang digunakan, kemudian untuk sementara

24


(28)

20

peneliti menerima seluruh nilai dan norma sosial yang ada di dalam lingkungan latar penelitinya. 25

b. Tahap pekerjaan lapangan 1) Memahami latar penelitian

Sebelum memasuki lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian, atau tahu menempatkan diri, menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan dan kultur dari tempat penelitian, agar memudahkan hubungan dengan subjek dan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.

2) Memasuki lapangan

Yang perlu dilakukan disaat memasuki lapangan adalah keakraban hubungan dengan subjek penelitian, sehingga akan memudahkan penelitian untuk mendapatkan data.

3) Berperan dalam mengumpulkan data

Dala tahap ini yang harus dilakukan adalah pengarahan batas studi serta mulai untuk menghitung batas waktu, tenaga atau biaya. Di samping itu juga mencatat data yang telah di dapat di lapangan yang kemudian dianalisis di lapangan.

25

Lexy, J. Maleong. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Posdakarya,2011) hal 85-92


(29)

21

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Peneliti menggunakan observasi partisipatif. 26

Disini, peneliti terjun langsung kelapangan dan berbaur dengan pasangan remaja muda-mudi di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan suatu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. 27

Mc.Millan dan Scumacher menjelaskan bahwa wawancara secara mendalam adalah tanya jawab yang terbuka untuk memperoleh data tentang maksud partisipasi sebagaimana menggambarkan dunia mereka dan bagaimana menjelaskan atau menyatakan perasaanya tentang kejadian-kejadian dalam hidupnya. Menurut Deddy Mulyana (2004) wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin

26

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 226 27


(30)

22

memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.28

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih dalam. 29

Wawancara secara global dibagi menjadi dua macam yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur. Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur. Wawancara ini digunakan penliti dengan cara terlebhih dahulu mempersiapkan bahan pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari data sebanyak mungkin melalui wawancara terhadap para informan, terutama informan kunci. Peneliti berupaya mengajukan pertanyaan sedetail mungkin tentang konseling remaja untuk menurunkan tingkat kecanduan remaja melalui self regulation.

28

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung Remaja Rosdakarya, 2004), hal 180. 29

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal: 231.


(31)

23

6. Teknik Analisis Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini setiap data dan di olah setiap langkah tersebut dianalisi dengan cara deskriptif komperatif yaitu menggambarkan praktek konseling serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah konseling untuk melitah hasil dari pelaksanaan

Self Regulationdalam mengatasi masalah remaja yang meliki kecanduan perilaku perzinaan.

7. Teknik Keabsahan Data

Menurut Moleong (2001:173) untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Dalam hal ini digunakan teknik:

a. Keikutsertaan di lapangan dalam rentang waktu yang panjang, dalam penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang telah dikumpulkan dari informan utama, maka perlu mengadakan keikutsertaan dalam rentang waktu yang panjang. Adapun maksud utama adanya perpanjangan di lapangan ini untuk mengecek kebenaran data yang diberikan baik dari informan utama maupun informan penunjang.

b. Triangulasi, untuk keabsahan data yang telah dikumpulkan agar memperoleh kepercayaan dan kepastian data, maka peneliti melaksanakan pemeriksaan dengan teknik mencari informasi dari sumber lain.

Triagulasi juga merupakan suatu cara dalam pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,dan berbagai


(32)

24

waktu.praktik triagulasi tergambar dari kegiatan penneliti yang bertanya pada informan A dan mengklarifikasinya dengan informan B serta mengeksplorasinya pada informan C sehingga diperoleh data yang relativ sama atau tidak ada lagi data/ informasi baru yang diperoleh. 30

Menurut Patton dalam Moleong triangulasi dengan sumber lain berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data informasi hasil observasi dengan informasi dari hasil wawancara kemudian menyimpulkan hasilnya.

2. Membandingkan data hasil dari informan utama (primer) dengan informasi yang diperoleh dari informan lainnya (sekunder).

3. Membandingkan hasil wawancara dari informan dengan didukung dokumentasi sewaktu penelitian berlangsung, sehingga informasi yang diberikan oleh informan utama pada penelitian dapat mewakili validitas dan mendapatkan derajat kepercayaan yang tinggi.

30


(33)

25

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub-bab antara lain: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.Jadwal Penelitian dan pedoman wawancara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Kajian Teoritik (menjelaskan tentang teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian), dan Penelitian Terdahulu yang Relevan (menyajikan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang hendak dilakukan).

BAB III PENYAJIAN DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Deskripsi umum objek Penelitian, dan Deskripsi hasil Penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Temuan Penelitian, bagaimana data yang ada itu digali dan


(34)

26

ditemukan beberapa hal yang mendukung penelitian, dan Konfirmasi Temuan dengan Teori, dimana temuan penelitian tadi dikaji dengan teori yang ada.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan Rekomendasi, yang menjelaskan hasil simpulan dari data yang dipaparkan dan rekomendasi hasil penelitian itu dapat dipraktikkan terhadap situasi tertentu.


(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Self Regulation

a. Pengertian Self Regulation

Menurut Zimmerman (dalam Dachrud, 2005) self regulation juga mengacu pada tingkatan bagaimana seseorang dapat menggunakan dirinya untuk mengatur strategi dalam bertingkah laku serta mengatur lingkungannya. 24

Dengan demikian, self regulation memerlukan pengaturan, pengelolaan, pengendalian atas segenap sumber daya, kemampuan dan usaha oleh individu yang bersangkutan untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Self regulation merupakan kemampuan untuk mengontrol perilaku sendiri dan salah satu dari sekian penggerak utama kepribadian manusia. Untuk mencapai suatu tujuan yang optimal, seseorang harus mampu untuk mengontrol perilakunya sendiri, mengarahkan perilaku tersebut agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Self regulation adalah kemampuan untuk mengontrol

perilaku diri sendiri. Regulasi diri merupakan penggunaan suatu proses yang mengaktivasi pemikiran, perilaku dan perasaan yang

24


(36)

28

terus menerus dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manusia dikatakan memiliki regulasi diri jika pikiran dan perilakunya berada dibawah kendalinya sendiri,tidak dikendalikan oleh orang lain atau lingkungannya.

Proses self regulation dilakukan agar seseorang atau individu dapat mencapai tujuan yang diharapkannya. Dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan seseorang perlu mengetahui kemampuan fisik, kognitif, social, pengendalian emosi yang baik sehimgga membawa seseorang kepada self regulation

yang baik. Miller & Brown (dalam Neal & Carey, 2005) memformulasikan self regulation sebanyak tujuh tahap yaitu:25 a) Receiving atau menerima informasi yang relevan, yaitu

langkah awal individu dalam menerima informasi dari berbagai sumber. Dengan informasi-informasi tersebut, individu dapat mengetahui karakter yang lebih khusus dari suatu masalah. Seperti kemungkinan adanya hubungan dengan aspek lainnya.

b) Evaluating atau mengevaluasi. Setelah kita mendapatkan informasi, langkhan berikutnya adalah menyadari seberapa besar masalah tersebut. Dalam proses evaluasi diri, individu menganalisis informasi dengan membandingkan suatu masalah

25

Parto, M., & Besharat, M.A. Mechanism Of Autonomy And Self Regulation (Procedia Social And Behavioral Science: 2011) hal 45-47.


(37)

29

yang terdeteksi di luar diri (eksternal) dengan pendapat pribadi (internal) yang tercipta dari pengalaman yang sebelumnya yang serupa. Pendapat itu didasari oleh harapan yang ideal yang diperoleh dari pengembangan individu sepanjang hidupnya yang termasuk dalam proses pembelajaran.

c) Triggering atau membuat suatu perubahan. Sebagai akibat dari suatu proses perbandingan dari hasil evaluasi sebelumnya, timbul perasaan positif atau negative. Individu menghindari sikap-sikap atau pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai dengan informasiyng didapat dengan norma-norma yang ada. Semua reaksi yang ada pada tahap ini yaitu disebut juga kecenderungan kea rah perubahan.

d) Searching atau mencari solusi. Pada tahap sebelumnya proses evaluasi menyebabkan reaksi-reaksi emosional dan sikap. Pada akhir proses evaluasi tersebut menunjukkan pertentangan antara sikap individu dalam memahami masalah. pertentangan tersebut membuat individu akhirnya menyadari beberapa jenis tindakan atau aksi untuk mengurangi perbedaan yang terjadi. Kebutuhan untuk mengurangi pertentangan dimulai dengan mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi.

e) Formulating atau merancang suatu rencana, yaitu perencanaan aspek-aspek pokok untuk meneruskan target atau tujuan seperti


(38)

30

soal waktu, aktivitas untuk pengembangan, tempat-tempat dan aspek lainnya yang mampu mendukung efesien dan efektif. f) Implementing atau menerapkan rencana, yaitu setelah semua

perencanaan telah teralisasi, baerikutnya adalah secepatnya megarah pada aksi-aksi atau melakukan tindakan-tindakan yang tepat yang mengarah ke tujuan dan memodifikasi sikap sesuai dengan yang diinginkan dalam proses.

g) Assessing atau mengukur efektivitas dari rencana yang telah dibuat. Pengukuran ini dilakukan pada tahap akhir. Pengukuran tersebut dapat membantu dalam menentukan dan menyadari apakah perencanaan yang tidak direalisasikan itu sesuai dengan yang diharapkan atau tidak serta apakah hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya proses regulasi diri (self regulation) terdiri dari

receiving atau menerima, evaluating atau mengevaluasi, triggering

atau membuat suatu perubahan, searching atau mencari solusi,

formulating atau merancang suatu rencana, implementing atau menerapkan rencana, assessing atau mengukur efektivitas dari rencana yang telah dibuat.

Dari penjelasan diatas self regulation akan membatu klien untuk mengontrol dirinya dalam mengurangi keinginannya untuk


(39)

31

melakukan perzinaan. Dan peneliti akan menggunakan self

regulation untuk memberikan penyadaran bahwa apa yang

dilakukannya itu bisa merugikan diri sendiri dan juga orang lain (pasangan). Dengan begitu klien akan mampu berfikir dan mengontrol dirinya sendiri untuk mengurangi perilaku perzinaan.

Penyadaran proses, cara, perbuatan yang menyadarkan. Kesadaran merupakan keadaan keinsafan mengerti atau hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Dari makna sadar, kesadaran, menyadari dan penyadaran maka sadar adalah suatu tujuan yaitu lahirnya keinsafan, tahu dan mengerti dan ingatann kembali. Kesadaran merupakan situasi atau hasil dari kegiatan menyadari sedangkan penyadaran merupakan proses untuk menciptakan suasana sadar. Sadar diri dimaknai dengan tahu diri. Tahu diri merupakan kondisi dimana seseorang mengenal hal ihwal diri serta mampu menempatkan diri sesuai dengan fungsi dan posisi yang tepat. Oleh karena itu orang yang tahu diri adalah orang yang mampu dan sanggup membawakan diri ditengah-tengah kehidupan dan tidak mengalami kesulitan pada penerimaan orang lain akan berbagai kondisi dirinya.26

26

Dressel,M.& Haugwitz,M.Motivation and selg-Regulated learnin. The journal off Experimental Education. (2011) hal 20


(40)

32

Terdapat peran umpan balik dari aksi penyadaran yang dilakukan oleh individu diantaranya.

a. Input function : seperti persepsi yang membawa

informasi kedalam sistem (otak manusia) b. Output function : perilaku yang ditampakkan

c. Comporator : perbandingan antara input function

dengan reference value. 27

Dengan demikian yang dimaksud dengan penyadaran adalah semua proses dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam mengembalikan atau menciptakan keinsafan, mengetahui sesuatu, dan mengembalikan ingatan pasien/klien setelah suasana tersebut dipengaruhi atau hilang oleh factor penyakit atau karena sebab lain.

2. Kecanduan Perilaku Perzinaan

a. Pengertian Kecanduan

Kecanduan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif. Hovart juga menjelaskan tentang contoh dari macam-macam kecanduan. Bisa disebabkan oleh zat atau aktivitas tertentu diantaranya seperti, judi, minum-minuman keras, bermain game, aktivitas sosial dan sebagainya. (keepers 1990)28

27

Dressel,M.& Haugwitz,M.Motivation and selg-Regulated learnin. The journal off Experimental Education. (2011) 3-18


(41)

33

Teori belajar sosial adalah hasil perkembangan teori belajar tradisional menegnai Stimulu- Respon. Teori ini masih memegang inti dari teori yang dikemukakan oeleh para behavorist. Bagaimana belajar sebagai hasil dari pengaruh lingkungan.

Pada umumnya kecanduan tersebut menambah toleransi terhadap suatu obat bius, ketergantungan fisik dan psikologis, dan menambah gejala pengasingan diri dari masyarakat apabila obat bius dihentikan. 29

Kata kecanduan (addiction) biasanya digunakan dalam konteks klinis dan di perhalus dengan perilaku berlebihan. Konsep kecanduan dapat diterapkan pada perilaku secara luas termasuk kecanduan perilaku seksual.30

Kecanduan atau ketagihan adalah saat tubuh atau pikiran kita dengan parahnya menginginkan atau memerlukan sesuatu agar bekerja dengan baik. Kita disebut pecandu bila kita memiliki ketergantungan fisik dan ketergantungan psikologis terhadap zat psikoaktif, contohnya alkohol, tembakau, heroin, kafein, nikotin. Zat psikoaktif ini akan melintasi sawar darah otak setelah dicerna, sehingga mengubah kondisi kimia di otak secara sementara. Saat kecanduan sesuatu, seseorang bisa sakit jika mereka tidak mendapatkan sesuatu yang membuat mereka kecanduan, namun

29

Chapin,J.P 2009. Kamus Lengkap Psikologi Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta:Rajawali Pers.

30

Yuwanto, Listyo. 2010. Fakultas Psikologi Laboratorium Psikologi Umum Universitas Surabaya, www.UBAYA.ac.id/ubaya/articles_detail/Mobile-Phone-addict.html(25-12-2016)


(42)

34

kelebihan sesuatu itu bisa menyebabkan kesehatan mereka menurun. Beberapa orang yang merupakan pecandu ingin pergi kedokter atau ke rumah sakit untuk menyembuhkan kecanduannya, agar mereka tak lama kecanduan (ingin atau perlu) akan obat-obatan. Kecanduan juga bisa dipandang sebagai keterlibatan terus-menerus dengan sebuah zat atau aktivitas meskipun hal-hal tersebut mengakibatkan konsekuensi negatif. Kenikmatan dan kepuasanlah yang pada awalnnya di cari, namun perlu keterlibatan selama beberapa waktu dengan zat atau aktivitas itu agar seseorang merasa normal.31

b. Pengertian Zina

Zina adalah tindakan hubungan seksual antara pria dan wanita yang tidak terikat oleh perkawinan dan hubungan perkawinan. Secara umum, perzinahan bukan hanya ketika manusia telah melakukan hubungan seksual, tetapi setiap aktivitas seksual yang dapat merusak martabat manusia, termasuk dikategorikan zina.

Dalam Islam, perzinahan dapat dibagi menjadi dua, yang berzinah muhshan dan ghairu muhshan. Pezina Muhshan adalah pezina yang sudah memiliki valid atau pasangan yang sudah

31

Jean Morrissey, Jenm, Brian Keogh, Louise Doyle (2008) Psychiatric Mental Health Nursing. Dekker.Hal .289


(43)

35

menikah, sementara pezina muhshan ghairu adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak memiliki pasangan sah.32

Seks adalah mekanisme bagi manusia untuk melanjutkan keturunan. Zina merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang mengaturnya. Zina dapat di definisikan sebagai bentuk perilaku yang di dorong oleh hasrat seksual pada diri manusia.

Crooks & Carla dalam skripsi Daryanto mendefinisikan hubungan zina sebagai hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita.33

Menurut hukum Islam, zina adalah salah satu dosa besar. Dalam agama Islam, aktivitas seksual dengan seorang pria / wanita yang telah menikah dengan seorang pria / wanita yang tidak validitas suami / istri, termasuk perzinahan. Dalam Al-Qur‟an, dikatakan bahwa semua Muslim percaya bahwa perzinahan adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.

c. Kecanduan Perilaku Perziaan

Problem zina sangat beragam. Gangguan bisa dimulai dari hasrat yang tidak menyala, sakit saat berhubungan intim, hingga gangguan ereksi. Banyak di antara gangguan itu dapat diatasi

32

Neng Djubaedah Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia ditinjau dari hukum islam,(Jakarta: Prenada Media Group 2010) Hal 143

33

Daryanto,Tiffany. Hubungan antara Religiu dan Perilaku seks pada Mahasiswa Indekos di Malang.(Skripsi,Malang:Universitas Malang, 2009), Hal 30


(44)

36

menggunakan obat dan terapi. Namun, salah satu gangguan zina yang ternyata tergolong sulit dihadapi adalah kecanduan zina.34

Kecanduan zina (sexual addiction) sering dianggap bukan merupakan masalah bagi banyak orang. Padahal, bagi penderita dan pasangan hidupnya, gangguan itu bisa sangat merusak. Tidak hanya merusak kehidupan pribadi penderitanya, tetapi juga lingkungan sosial, keluarga, dan terutama pasangan hidup penderita. Menurut para ahli, kecanduan zina adalah kegiatan zina yang sesuai ukuran kelaziman tergolong di luar kendali. Pengidap kecanduan zina merasa terdorong untuk mendapatkan dan membenamkan diri dalam kegiatan zina, meski menyadari semua risiko yang mungkin dihadapi.35

Umumnya pengidap gangguan zina memang merasa kesulitan untuk mengubah sendiri perilaku mereka. Namun, setidaknya sedikit demi sedikit Meski kadang siklus datangnya dorongan untuk mengulangi perbuatan terlalu kuat untuk dilawan.

Bentuk kecanduan dan akibatnya. Kecanduan zina dapat memperlihatkan berbagai bentuk, tetapi umumnya dikenali dari perilaku yang terasa di luar kendali. Perilaku ini mencakup:

34

Suryoputro A, Nicholas J.F. Zahroh S. Implikasi Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi.( Makara Kesehatan. Vol 10. No 1 juni 2006). Hal 29

35

Suryoputro A, Nicholas J.F. Zahroh S. Implikasi Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. ( Makara Kesehatan. Vol 10. No 1 juni 2006). Hal 45


(45)

37

a. Menghabiskan banyak waktu untuk menikmati produk-produk pornografi

b. Masturbasi tak terkendali

c. Ekshibisionisme (mempertontonkan kemaluan pada orang lain)36

d. Dampak Negativ Perilaku Zina

Orang yang pernah berzina, yakin dan percaya. Kebaikan apapun yang kita berikan pasti dia akan menolaknya. Karena hati dan pikirannya serta tubuhnya dipenuhi dengan lumuran dosa dan kemasiatan. Perzinaan dapat berakibat tergelincirnya pezina menjadi durhaka kepada orang tua, serta menyia-nyiakan keluarga dan keturunannya. Mendorong dirinya untuk melakukan pekerjaan/mata pencahariannya yang haram, berbuat zalim bahkan bisa membawa kepada pertumpahan darah serta dosa-dosa besar yang lain.37

Zina biasanya berkait dengan dosa dan maksiat lainnya yang dilakukan pezina, baik sebelum ataupun sesudahnya seperti khamar, madat, judi atau narkoba. Pezina senantiasa merasa tidak pernah ada puasnya, sehingga mencari cara-cara lain, baik dengan obat-obatan ataupun dengan cara-cara seks yang menyimpang.

36

Suryoputro A, Nicholas J.F. Zahroh S. Implikasi Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. ( Makara Kesehatan. Vol 10. No 1 juni 2006). Hal 40

37


(46)

38

Hilangnya rasa percaya diri, sehingga sering was-was,

karena do‟anya orang pezina tidak diterima Allah. Melatih dirinya dengan cara-cara hidup seperti binatang, yang tidak mengenal norma-norma susila dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan.

Sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak terkawal. Pezina senantiasa berfikir untuk gonta-ganti pasangan, selingkuh dan tidak setia Pandai berkata lembut, bersahaja dan pandai merayu, walau sebenarnya ia adalah orang yang kasar dan tidak manusiawi. Tertutupnya hati dan mata bathin sehingga sukar menerima nasihat dan kebenaran.38 Terdapat anjuran untuk bertaubat agar terhindar dari adzab Allah SWT, sebagaimana hadist Nabi:

ََ َ ح َل سْفَ ل

ْق َ خآ ل ََ ع عْ َ َل

ََ

( ثأ قْ كل ْلعْف ْ

ْ َ ِقحْل ب

86

ْ عْل هل ْفع )

(

ه ف ْ ْ قْل

86

ك ل أف حل ص ً ع ل ع آ ْ ََ )

ْ ِ س ََ لِ

( ح فغ ََ ك سح

07

ل ع ْ )

ب ََ ل

هَ ف حل ص

Artinya: Dan orang-orang yang tidak menyembahlah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah

38


(47)

39

(membunuhnya) kecuali dengan yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu dalam keadaan terhina, kecuali siapa saja yang bertaubat. (Al-Furgan: 68-70).39

Mendorong perbuatan dosa besar yang lain, seperti menggugurkan kandungan, membunuh wanita yang telah hamil karena perzinaan, atau bunuh diri karena menanggung rasa malu telah berzina. Menimbulkan berbagai jenis penyakit kelamin seperti, misalnya AIDS, bila perzinaan dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Walaupun saat ini telah ada alat pengaman hubungan seksual, namun hal tersebut tidak menjamin bebas tertular penyakit seksual menular. Larangan agama tetang perzinaan terdapat dalam firman Allah SWT sebagai berikut:

ً س ء س شح ف ك هَ ِ ل ب ْق َ

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.

(Al-Isra‟: 32) 40

39

Al-Qur‟an dan Terjemahnya, ( Surabaya Departemen Agama RI, 1989),hal 153 40


(48)

40

Para ulama berkata, “Ini adalah hukuman bagi pezina

perempuan dan laki-laki yang masih bujang, belum menikah di dunia. Jika sudah menikah walaupun baru sekali seumur hidup, maka hukuman bagi keduanya adalah dirajam dengan bebatuan sampai mati. Demikian pula telah ternaskan dalam hadits dari Nabi bahwasanya jika hukuman qishash ini belum dilaksanakan bagi keduanya di dunia dan keduanya mati dalam keadaan tidak bertaubat dari dosa zina itu, niscaya keduanya akan diadzab di neraka dengan cambuk api. Hukuman bagi laki-laki dan perempuan yang melakukan zina terdapat dalam ayat Al-Qur‟an :

ۖ ْ ج ئ ْ ح َلك ْج ف َ ل َ ل

ب ْ كْ خْأ َ

ۖ خ ْ ْ ْل ََ ب

ْ ْ ْ ك ْ ََ ف فْأ

فئ ب ع ْ ْش ْل

ْ ْل

Artinya: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman


(49)

41

mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (An-Nur: 2)41

Dalam kitab Zabur tertulis, “Sesungguhnya para pezina itu akan digantung pada kemaluan mereka di neraka dan akan disiksa dengan cambuk besi. Maka jika mereka melolong karena pedihnya

cambukan, malaikat Zabaniyah berkata, „Ke mana suara ini ketika

kamu tertawa-tawa, bersuka ria dan tidak merasa diawasi oleh Allah serta tidak malu kepada-Nya.”

ْب ََ ْ ع ْ ع

ش ْب ْ ع كل ْ ع ْس ْب ََ ْ ع ثَ ح

س َ أ ِ جْل ل خ ْب ْ ْ ه بأ ْ ع ْ ع ْب ََ ْ ع

َ ص ََ ل

َ ث ه ْج ف ْ ْ ل ق ْ صْح ْ ل ْ ْْ ْ ع ل س َ س هْ ع ََ

ل ق ف ب ْ ل ه ع ف ْ ْ َ ث ه ْج ف ْ ْ َ ث ه ْج ف ْ ْ

ش ْب

لْ حْل فَ ل عب َ ل ْ أ ثل َثل ف ْ أ َ

Artinya : Telah meceritakan kepada kami (abdullah bin maslamah) dari (Malik) dari (Ibnu Shihab) dari (Ibaydullah bin Abdullah bin Utbah) dari (Abu Hurairah) dan (Zaid bin Khalid Al Juhani) bahwa Rasulullah SAW. Pernah di tanya tentang seorang budak wanita yang berzina, tetapi ia belum menikah? Beliau menjawab :

“jika ia melakukan zina maka cambuklah, jika melakukan zina lagi

41


(50)

42

maka cambuklah, jika melakukan zina lagi maka cambuklah, kemudian jika ia melakukan zina lagi maka juallah meskipun

dengan seharga tali pengikat rambut.” Ibnu Shihab berkata, “aku

tidak tau, itu berlaku pada kali ketiga atau keempat. Sementara Adh dhafir adalah tali (rambut).”42

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Judul :KORELASI ANTARA PEMAHAMAN AGAMA

DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKS

BEBAS PADA REMAJA BULU BRANGSI

LAMONGAN

Oleh : KHUSNUL FATIH (NIM; B07301269)

Tahun : 2006

Persamaaan :Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dalam memberikan pemahaman tentang seks bebas pada remaja.

Perbedaan :Dalam penelitian ini pemahaman agama yang digunakan dalam meneliti perilaku seks bebas pada remaja,sedangkan penulis tidak hanya menggunakan pemahaman agama saja tetapi penulis juga menggunakan

42


(51)

43

pemahaman UUD yang telah ditetapkan oleh Negara Indonesia.

Judul :HUBUNGAN ANTARA KESALAHAN PERSEPSI

TERHADAP MODERNISASI DENGAN

KECENDERUNGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI KOTA NGAWI

Oleh : Ridia Ni‟matul Fadhilah (NIM B07304014)

Tahun :2008

Persamaaan :Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dalam memberikan pemahaman tentang seks bebas pada remaja.

Perbedaan :Dalam penelitian ini peneliti menggunakan perspsi tetang modernisasi sebagai faktor perilaku seks bebas pada remaja, sedangkan penulis menggunakan faktor kecanduan terhadap seks bebas ( Zina).

Judul :BIMBINGAN KONSEING MELALUI MODELPENDIDIKAN

SEKS BEBAS BAGI SISWA SD UNTUK MENGURANGI KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK

Oleh : SRI ANDAYANI NIM.B03212025


(52)

44

Persamaan : Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dalam pemahaan tentang seks bebas.

Perbedaan : Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pendidikan seks bebas untuk meneliti anak SD, sedangkan penulis menggunakan metode self regulation atau penyadaran diri pada perlaku seks bebas/perzinaan pada remaja.


(53)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Dekspisi Umum Lokasi Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penliti melakukan penelitian yaitu berada di Kabupaten Sidoarjo. Tepatnya di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Alasan peneliti memilih desa tersebu karena di desa ini terdapat berbagai macam masalah tentang perilaku remaja, salah satunya masalah tentang kecanduan perilaku perzinaan pada remaja.

2. Deskripsi Konselor dan Konseli a. Deskripsi Konselor

Konselor yang dimaksud adalah pembimbing atau orang yang berusaha memberikan bantuan berupa Bimbingan yang berwujud mental spiritual dalam rangka memecahkan masalah atau kesulitan- kesulitanyang sedang dihadapi oleh klien. Adapun dalam pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling pada penelitian ini, yang bertindak sebagai konselor adalah Konselor sendiri,adapun identitasnya adalah :

a) Identitas Konselor

Nama : Luk-Luk Aini Nuroh


(54)

46

Alamat :Wadang Tempel Kecamatan Krian

Sidoarjo

Tempat Tanggal Lahir : Sidoarjo,19 November 1994

Agama : Islam

b) Riwayat Pendidikan

RA :RA Hidyatul Ulum (2000) MI :MI Hidayatul Ulum (2007) MTS :MTS Al-Ihsan(2010) MA :MA Al-Ihsan (2013)

Menempuh S1 di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

c) Pengalaman Konselor

Terkait dengan pengalaman konselor. Konselor sudah pernah mengampu mata kuliah Terapi Islam, Problem Kemasyarakatan, Konseling Spiritual dll, sudah pernah melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata) selama satu bulan yang diadakan oleh kampus bertempat di Desa Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun.57 Melaksanakan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) selama dua bulan.UPTD KampungAnakNegeri Wonorejo Surabaya.58 Dan juga pernah

57

KKN di Desa Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun pada tanggal 20 Juli sampai dengan 20 Agustus pada tahun 2016

58

PPL di UPTD KampungAnakNegeri Wonorejo Surabaya pada tanggal 1 Sepember sampai dengan 1 November pada tahun 2016


(55)

47

melakukan tugas praktik konseling di kampus yang diadakan oleh jurusan. Jadi hal itu bisa di jadikan pedoman di saat melakukan penelitian skripsi ini supaya keahlian konselor bisa berkembang sesuai dengan profesionalisasi konselor.

d) Kepribadian Konselor

Sebelum terlaksanannya proses konseling maka dibutuhkan dua peran dalam preoses konseling yakni konselor dan klien. Bila salah satu dari keduannya tidak ada maka tidak dapat dikatakan proses bimbingan dan konseling. Untuk mengadakan proses konseling, konselor adalah orang yang membantu mengarahkan konseling dalam memecahkan atau menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Konselor sendiri adalah orang yang supel, mudah bergaul, dengan seseorang yang baru dikenal, rajin, dan tidak suka menunda-nunda pekerjaan. 59

b. Deskripsi Konseli

Konseli adalah orang yang mempunyai masalah dan membutuhkan pertolongan dalam menyelesaikan masalahnya. Yang menjadi konseli dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam disini adalah:

Nama : Roni(Nama Samaran)

Jenis Kelamin : Laki-Laki

59


(56)

48

Umur : 22 tahun

1) Latar Belakang Keluarga

Roni anak pertama dari dua bersaudara. Anak kandung dari ibu Marwah dan bapak Fauzan, Roni memiliki adik yang bernama Hasan. Kegiatan Roni setiap hari adalah bekerja sebagai pegawai swasta di sebuah pabrik di daerah Sidoarjo. Roni merupakan anak yang patuh terhadap orang tuanya, dia juga selalu membantu orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga dia membantu orang tuanya untuk membiayai sekolah adiknya yang saat ini masih menginjak Sekolah Menengah Atas (SMA). Keseharian dari ibunda Roni sebagai ibu rumah tangga, sedangkan kegiatan keseharian Ayah Roni sebagai seorang pegawai di sebuah pabrik di daerah Sidoarjo.

Sebagai kepala keluarga ayah Roni harus mampu menafkahi anak-anaknya, gaji yang didapatkan oleh ayah Roni memang lebih kecil dari gaji yang didapatkan Roni. Maka dari itu, karena gaji yang di peroleh ayah Roni kurang cukup, jadi Roni harus mau menyisihkan uang gaji yang diperolehnya untuk keluarga.

Meskipun uang yang disisihkan Roni itu juga hampir setengah dari gajinya, Roni juga selalu menyisihkan uangnya untuk memuaskan hawa nafsunya. Karena Roni merasa sudah


(57)

49

mampu dan sudah bekerja, maka dari itu Roni bertingkah semaunya sendiri untuk memuaskan hawa nafsunya. Dari mulai membeli barang-barang mahal, berkumpul dengan teman-temanya dan juga pacarnya hingga menghabiskan banyak uang. Ibu dan ayahnya pun tidak memeperhatikan akan hal itu, karena ibu dan ayahnya percaya kepada Roni, kalau Roni bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.60

2) Latar Belakang Ekonomi

Apabila dilihat dari latar belakang ekonomi, keluarga Roni ini termasuk keluarga yang mewah jika orang menilai dari keadaan fisik rumah yang dihuni oleh Roni dan keluarganya.

Dirumah Roni terdapat satu buah Mobil dan dua Sepeda Motor. Keadaan rumah Roni juga megah. Tetapi jika di tanya kepada yang bersangkutan (Roni), dia mengatakan bahwa keadaan ekonomi keluarganya saat ini masih sangat kurang, karena keadaan keluarganya dulu yang serba mewah. Ayah Roni yang bekerja di sebuah perusahaan, dan mendapatkan gaji yang besar.

Tetapi saat ini ayah Roni yang bekerja di sebuah pabrik, sangat dirasakan perbedaannya oleh keluarga Roni. Karena Roni sendiri saat ini juga ikut mencari nafkah untuk

60


(58)

50

keluarganya. Dari semua yang di alami Roni dalam hal ekonomi, masih tetap Roni selalu menyisihkan uangnya untuk berfoya-foya dengan teman-teman dan pacarnya. Hal itu masih sangat sulit untuk dihilangkan oleh Roni. 61

3) Latar Belakang Keagamaan

Latar belakang agama yang dianut Roni dan keluarganya adalah Islam, bisa dilihat dari kebiasaan shalat lima waktu yang dilakukan Roni. Dan juga ibunya Roni yang selalu mengikutin kegiatan masjis taklim ibu-ibu yang ada di daerah rumahnya. Adik Roni juga saat ini sedang mengabdi dan sekolah di sebuah Pondok Pesantren. Roni yang memiliki riwayat pendidikan yang berbeda dengan adiknya yaitu lulusan dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kabupaten Sidoarjo. Tetapi dari perbedaan riwayat pendidikan tersebut, Roni masih mampu untuk menjalankan perintah agama. 62

4) Latar Belakang Sosial

Dari segi sosial Roni ini merupakan anak yang ramah, sopan, loyal dengan teman-temannya. Di saat dia mempunyai uang lebih dia selalu mentraktir teman-temannya, tidak peduli itu teman dekat atau pun jauh yang pasti dia merasa senang ketika dia bisa berbagi sama teman-temannya. Karena Roni

61

Hasil observasi dan wawancara dengan teman klien pada tanggal 15 November 2016

62


(59)

51

merasa senang ketika bersama teman-teman ataupun pacarnya, hingga Roni sangat jarang berada di rumah untuk saling berkumpul dengan keluarganya. Roni sendiri mengaku bahwa dia merasa tertekan ketika dia berada di rumah, maka dari itu jika dia sepulang dari kerja, dia langsung menghabiskan waktu dengan teman-teman ataupun dengan pacarnya.63

5) Kepribadian Klien

Klien adalah seseorang yang memiliki kepribadian yang kurang baik seperti sifat egois, emosional dan juga tidak bias mengontrol hawa nafsu. Sehingga dari kepribadian klien yang tidak bisa mengontrol hawa nafsu, membuat klien terjerumus dalam hal yang menyimpang seperti, rasa ingin tau tentang hubungan suami istri, setelah klien terus mencari tau dan mempraktekannya, klien merasa ketagihan hingga mencapai tingkat kecanduan.

6) Latar Belakang Masalah

Anak yang mengalami permasalahan tertentu tidak boleh dianggap sebagai tidak sehat atau tidak normal. Sebaliknya dia adalah anak yang secara jasmani dan rohani normal dan sehat.

Permasalahan yang sedang dialami itu bukanlah suatu penyakit yang serta merta disembuhkan oleh dokter dan psikiater, hanya saja jika masalah yang sering timbul pada diri

63


(60)

52

seseorang apabila tidak ditangani akan merugikan dirinya sendiri. Oleh karena itu masalah seharusnya dapat dijelaskan kepada orang lain agar dapat terselesaikan dengan baik.

Seperti yang dialami oelh klien yang bernama Roni. Roni ini adalah seorang pegawai swasta. Dia mengalami permasalahan pada perilakunya yang menyimpang yaitu perilaku perzinaan yang saat ini menjadikan Roni sebagai pecandu perilaku tersebut.

Berawal dari rasa ingin tau, mendengarkan cerita dari temannya yang memang sebagian besar teman-temannya sudah beristri. Hingga rasa ingin tau itu muncul dan Roni melihat berbagai adegan porno yang dia dapatkan dari teman temannya itu. Kemudian berlanjut dengan melihat isi dari video tersebut. Rasa penasaran itu semakin tumbuh hingga membuat Roni memiliki keinginan untuk mempraktekannya.

Tidak hanya sampai disitu saja, untuk mempraktekannya Roni membutuhkan sosok wanita yang mau untuk diajak mempraktekan adegan yang ada di dalam video tersebut. Hingga muncul ide untuk mengajak pacarnya sendiri yang bernama Fitri. Roni dan Fitri telah menjalin hubungan selama 5 tahun. Entah apa yang telah mereka berdua lakukan hingga hubungan yang mereka jalin mampu berjalan hingga 5 tahun.


(61)

53

Dalam wakyu yang sangat lama itu lah hingga Roni berani mengajak Fitri untuk melakukan hal tersebut.

Dari beberapa hal yang sudah disebutkan diatas itulah perilaku yang menyimpang salah satu remaja yang dialami oleh Roni. Mulai dari rasa ingin tau, mendapatkan informasi yang dia inginkan, rasa penasaran hingga rasa ingin mempraktekkan sesuai dengan apa yang dia lihat.64

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Proses Konseling Remaja Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan Terhadap Perilaku Perzinaan Melalui Self Regulation

Dalam melaksanakan proses konseling, konselor terlebih dahulu menentukan waktu dan tempat. Dalam penentuan waktu dan tempat ini konselor memberikan tawaran kepada klien waktu yang tepat menurut klien, agar proses konsleing bias berjalan dengan nyaman dan tenang. Penempatan tempat dan waktu sangat penting dalam melaksanakan batasan lainnya.

a. Waktu

Ketika konselor pertama kali bertemu dengan klien sewaktu jam istirahat di tempat kerjannya. Kondelor bermusyawarah dengan klien membicarakan waktu yang pas untuk melakukan konseling. Dan klien meminta setelah pulang kerja baru bias bertemu.

64


(62)

54

b. Tempat

Tempat pelaksanaan proses konseling dalam penelitian ini dilaksanakan di cafe dekat tempat kerjanya Roni. Klien meminta konselor untuk bertemu dengannya setelah jam pulang kerja dikarenakan kalau jam istrahat dia takut jadi bahan perbincangan teman-temannya sekaligus nantinya pasti akan timbul banyak pertanyaan. Konselor juga sudah mendapatkan izin dari manager yang ada di cafe itu untuk menggunakan tempatnya dalam melakukan proses konseling setelah jam pulang kerja.

Sesudah menentukan waktu dan tempat, penelitian mendeskripsikan langkah – langkah proses konseling remaja yang menggunakan Self Regulation dalam menurunkan tingkat kecanduan remaja terhadap perilaku perzinaan (Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo).

a) Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah langkah awal yang digunakan seorang konselor dalam proses konseling, langkah ini digunakan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak pada konseli. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memperhati-hatikan gejala-gejala yang tampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya di evaluasi. Dalam proses identifikasi konselor mengambil kesimpulan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan para informan diantaranya adalah teman klien dan pacar klien.


(1)

85

Dengan melihat tabel diatas keberhasilan dari proses self

regulation yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa banyak

sekali sikap dan perubahan pada diri klien. Sehingga dari beberapa

perilaku dan gejala diatas, Cuma ada beberapa perilaku yang

kadang-kadang masih dilakukan oleh klien yaitu terfikir untuk melakukan zina

karena kepuasan yang dirasakan hingga membuat klien berfikir kalau

zina sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga keegoisan yang

dimiliki oleh klien itu kadang-kadang juga muncul. Kemudian

konselor terus menerus memberikan nasihat yang hikmahnya supa

klien meningkatkan keimanan dan ketakwaan, banyak berdzikir,

istighfar, lebih tawakal serta bersabar dan menerima kenyataan hidup

dengan pandangan positif (dengan menyadari semua yang dialami

sebagai peringatan dan ujian dari Allah SWT supaya tidak lalai dalam

mengemban amanah). Sekiranya sudah memiliki kesadaran, mulai

tergerak hatinya untuk berubah keseluruan total. Denagn malihat tabel

analisis keberhasilan proses Tretmen Self Regulation maka dapat

dikatakan bahwa upaya dalam mengatasi kecanduan terhadap perilaku


(2)

86

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis proses pelaksanaan Self Regulation

untuk menurunkan tingkat kecanduan terhadap perilaku perzinaan

(studi kasus muda-mudi di Desa Jeruk Gamping Kecamatan Krian

Kabupaten Sidoarjo) dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses Self Regulation untuk menurunkan tingkat kecanduan

terhadap perilaku perzinaan dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut, yaitu identifkasi masalah yakni

konselor menggali data dari klien mengenai identitas klien dan

gejala-gejala masalah yang dialami klien, kemudian langkah

kedua yakni diagnosis untuk menetapkan masalah klien.

Selanjutnya prognosis dengan menetapkan jenis bantuan yang

digunakan untuk menyelesaikan masalah klien. Selanjutnya

konselor memberikan treatment Self Regulation dengan

memberikan penyadaran diri yang menerangkan tentang

bagaimana individu mampu mengontrol dirinya sendiri dengan

proses regulasi diri (self regulation) terdiri dari receiving atau

menerima, evaluating atau mengevaluasi, triggering atau

membuat suatu perubahan, searching atau mencari solusi,

formulating atau merancang suatu rencana, implementing atau


(3)

87

rencana yang telah dibuat. Proses konseling ini berlangsung

selama 2 minggu 6 kali pertemuan. Minggu pertama 4 kali

pertemuan minggu kedua 2 kali pertemuan.

2. Hasil dari proses Self Regulation untuk menurunkan tingkat

kecanduan terhadap perilaku perzinaan. Mulia ini cukup berhasil

meskipun tidak 100%. Hal ini dapat dilihat dari perubahan klien

klien dapat mengontrol hawa nafsunya dan lebih memikirkan

hubungannya dengan fitri agar terhindar dari fitnah dan dosa.

Klien juga sudah memiliki keinginan hingga merencanakan

untuk melangsungkan pernikahan dengan fitri.

B. Saran

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa penelitian

ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti

mengharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih

menyempurnakan hasil dari penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat

dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi konselor

Pelaksanaan konseling remaja untuk menurunkan tingkat

kecanduan terhadap perilaku perzinaan, hendaknya

dipertahankan dan alangkah baiknya jika konselor lebih banyak


(4)

88

sehingga dalam melakukan proses konseling mendapatkan hasil

yang sangat memuaskan.

2. Bagi klien

Belajar dengan bersungguh-sungguh sangat penting untuk

dibiasakan. Serta mengurangi untuk bergaul dengan

teman-teman yang membawa dampak buruk baginya sangat penting.

Sehingga hasilnya bisa fokus terhadap pekerjaan dan kehidupan

yang lebih baik lagi. Dapat mengontrol hawa nafsu yang

membuat klien hilang kesadaran diri. Dapat menjadi laki-laki

yang bertanggung jawab dan menghargai wanita.

3. Bagi pembaca

Jadikanlah fenomena kenakalan remaja ini sebagai proses


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,Abu, Dosa Dalam Islam Jakarta: Rineka Cipta, 1996

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006

Bachtiar Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1999

Daryanto,Tiffany. Hubungan antara Religiu dan Perilaku seks pada Mahasiswa

Indekos di Malang. Skripsi,Malang:Universitas Malang, 2009

Darchud, self Regulation (Columbus: Ohio State Univeersity 2005)

D Gunarsah. Singgih dkk, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta:

PT BPK Gunung Mulia, 1983

Djubaedah, Neng, Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-undangan di

Indonesia ditinjau dari hukum islam, Jakarta: Prenada Media Group 2010

Dressel,M.& Haugwitz,M.Motivation and selg-Regulated learnin. The journal off

Experimental Education. 2011

Ismail H. Nawawi,Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: CV.Dwi Pustaka

Jaya,2012

J Lexy Maleong. Metode Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja

Posdakarya,2011

J.P Chapin, Kamus Lengkap Psikologi Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta:Rajawali Pers 2009

Kathryn Gerald, Konseling Remaja Intervensi Praktis Bagi Remaja Beresiko,

Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2012

Latipun, Psikologi Konseling, Malang: UPT Penerbitan Universitas

Muhammadiyah Malang, 2001

Listyo.Yuwanto, 2010. Fakultas Psikologi Laboratorium Psikologi Umum

Universitas

Surabaya,www.UBAYA.ac.id/ubaya/articles_detail/Mobile-Phone addict.html(25-12-2016)

Lumongga lubis. Namora, Memahami Dasar-dasar Konseling, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2011

McLeod John,Pengantar Konseling:Teori Dan Studi Kasus, Jakarta: Kencana,


(6)

Morrissey Jean, Jenm, Keogh Brian, Doyle Louise, Psychiatric Mental Health

Nursing. Dekker. 2008

Mulyana Deddy, Metode Penelitian Kualitatif Bandung Remaja Rosdakarya,

2004

Natalia Theodora Kusumadewi,”Hubungan Antara Kecanduan ” Fpsi Universitas

Indonesia Jakart: 2009

Nazir Moch. Ph.D Metode Penelitian PT.Ghalia Indonesia. Jakarta 1998

Panut H. Panuju, Umami Ida, Psikologi Remaja.Yogyakarta: Tiara Wacana 1999

Parto, M., & Besharat, M.A. Mechanism Of Autonomy And Self Regulation

Procedia Social And Behavioral Science: 2011

Prayitno, dkk. Dasar-dasar Bimbingan dan konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta,

1999

Projodikoro Wirjono, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia Bandung, PT,

Eresco, 1986

Santrock, Jhon W, Perkembangan Anak jilid I, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007

Sarlito W. sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003

Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Putra, 1990

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Bandung: Alfabeta,

2008

Suryoputro A, Nicholas J.F. Zahroh S. Implikasi Terhadap Kebijakan Dan

Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. Makara Kesehatan. Vol 10. No 1 juni 2006

Vivik Shofiah dan Raudatussalamah Self- Efficacy Dan Self- Regulation Sebagai

Unsur Penting Dalam Pendidikan Karakter, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2 Januari 2013

Wirawan Sarwono, Sarlito Psikologi Remaja Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2003