Strategi Komunikasi Petugas Lapangan Keluarga Berencana dalam Meningkatkan Partisipasi Keluarga Berencana pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi

  

Strategi Komunikasi Petugas Lapangan Keluarga Berencana

dalam Meningkatkan Partisipasi Keluarga Berencana

pada Pasangan Usia Subur

di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi

  

Riny Djanggola

Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Tadulako

Jln. Soekarno Hatta Km. 9 Kota Palu Sulawesi Tengah.

  

Email

Abstrak

  Program KKBPK yang dilaksanakan PLKB Sigi Biromaru dalam bentuk penyuluhan, proses penyebaran pesan ini dilakukan melalui tahapan analisis/riset yang menghasilkan gambaran terkait masalah yang dihadapi PLKB, desain strategis berupa penyususan pesan dan program-program yang akan dilaksanakan termasuk penentuan siapa saja yang terlibat dan yang menjadi sasaran, pengembangan dan pengujian berupa proses pengembangan kerangka program termasuk proses menyiapkan alat dan bahan yang berupa alat peraga dan modul, implementasi dan monitoring berupa pelaksanaan program dalam bentuk penyuluhan, dan evaluasi dan perencanaan ulang berupa penilaian yang dilakukan PLKB terhadap PUS, komunikator dan media. Namun, beberapa proses yang didapat di lapangan PLKB tidak lakukan seperti proses penyusunan pesan yang terdapat poster dan brosur, pengembangan kerangka program dan rencana ulang, proses tersebut dilakukan oleh pemerintah pusat, PLKB Sigi Biromaru hanya membantu menjalankan. Penyebaran informasi juga dilakukan PLKB melalui media cetak berupa brosur, poster dan buku panduan, dan media pendukung lainnya berupa alat peraga. Namun penyampaian informasi melaluhi poster belum semua dapat diterima masyarakat

  Adapun faktor penghambat yang terjadi dalam strategi komunikasi tersebut, terdapat kendala kurangnya tenaga kerja atau sumber daya manusia dalam hal ini komunikator yang menjadi petugas lapangan, penggunaan bahasa yang berbeda antara petugas lapangan dan masyarakat dalam penyampaian informasi.

  Kata kunci : Strategi Komunikasi, PLKB, Program KKBPK Submisi : 10 Januari 2018

  Pendahuluan

  Keterampilan komunikasi yang dimiliki setiap orang merupakan suatu bentuk kemampuan diri dalam mempersuasif orang lain agar dapat mengikuti segala kehendak yang diinginkan. Orang yang pandai atau terampil berkomunikasi dengan orang lain bisa di pastikan bahwa secara umum semua hal yang diinginkannya akan dapat terpenuhi, baik keinginan secara pribadi, kelompok atau organisasi. Untuk menghasilkan komunikasi yang baik dan mampu membentuk hubungan dengan orang lain maka dibutuhkan strategi komunikasi.

  Kemampuan berbicara dan bertutur tidak menjadi jaminan terciptanya hubungan, tanpa didukung dengan strategi komunikasi. Strategi komunikasi mutlak didalami tenaga medis agar penerapan komunikasi terapeutik berhasil didukung dengan faktor-faktor lainnya. Komunikasi terapeutik merupakan metode komunikasi yang dilakukan para tenaga medis untuk membantu penyembuhan pasien, melaluhi teknik komunikasi yang terencana sehingga terbentuknya rasa saling percaya antara tenaga medis selaku pelayan dengan pasien/klien yang dilayani. (Lalongkoe, 2014:40)

  Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan, selama tahun 2015 jumlah penduduk indonesia mencapai 257,6 juta jiwa sedangkan pada tahun 2014 hanya 254,5 juta jiwa. (sumber: Bank Dunia). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, Indonesia ikut menyumbang angka yang besar pada jumlah penduduk dunia.

  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau lebih dikenal dengan singkatan BKKBN sebagai instansi yang memiliki kewenangan dalam pengendalian kuantitas dan meningkatkan kualitas penduduk tentunya tidak tinggal diam dalam mengantisipasi perubahan lingkungan strategis yang terjadi dewasa pada masalah tingginya angka kelahiran sehingga dipandang memerlukan penanganan khusus untuk hal tersebut.

  Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah dalam Program Keluarga Berencana tidak dapat dilepaskan keberhasilannya dari adanya peranan Petugas Lapangan Petugas Keluarga Berencana (PLKB). Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) merupakan ujung tombak pengelola program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di lapangan. Petugas KB juga merupakan salah satu komponen penting dalam upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, juga sebagai indikator kemajuan yang telah dicapai suatu daerah.

  Program KB atau KKBPK mempunyai arti penting dan strategis dalam upaya mewujudkan masyarakat indonesia sejahtera disamping program pendidikan dan kesehatan. Namun, perkembangan pelaksanaan program tersebut dilapangan belum seperti yang diharapkan.

  Kabupaten Sigi memiliki tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi, selama tahun 2016 jumlah penduduk Kabupaten Sigi sebanyak 246.812 jiwa sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 229.474 jiwa (sumber: Dukcapil Kabupaten Sigi). Kecamatan Sigi Biromaru merupakan ibu kota dari Kabupaten Sigi, sehingga yang di harapkan tingkat pemahaman penduduknya lebih tinggi di banding kecamatan lain yang ada di Kabupaten Sigi, namun pada kenyataannya masih banyak pasangan usia subur yang belum memahami bagaimana pentingnya program KB/KKBPK sehingga tidak ikut berpartisipasi, untuk itu perlu adanya suatu strategi komunikasi dari petugas lapangan keluarga berencana yang bertugas memberikan pemahaman pada pasangan usia subur tersebut. Selama tahun 2016 pasangan usia subur di Kecamatan Sigi dan merupakan jumlah tertinggi dari kecamatan lain yang ada di Kabupaten Sigi.

  Melihat tingkat pasangan usia subur di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi terus bertambah, maka program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) diperlukan di daerah ini untuk menekan angka pertumbuhan penduduk.

  yaitu untuk memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya, (2) To

  Analisis: Melakukan analisis situasi, pada tahap ini dinilai situasi yakni bagaimana faktor yang determinan dan penyebab dari masalah. Tahap analisis juga menilai audience atau komunikan.

  (Cangara, 2014:85). Model perencanaa komunikasi “P” Proses, mencakup sebagai berikut: 1.

  Bloomberg School Of Public Health

  banyak dipakai dalam program promosi kesehatan sejak 1982. Model ini di kembangkan oleh Jhon Hopkins

  Proses

  Perencanaan komunikasi model “P”

  untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi harus mampu menunjukan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.

  (planning) dan manajemen (management)

  memotivasi komunikan untuk melakukan tindakan. Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan

  Motivate Action , yaitu

  pengertian dan penerimaan mereka harus dibina dalam artian dipelihara, dan (3) To

  Establish Acceptance , yaitu

  (1) To Secure Understanding ,

  Berdasarkan latar belakang di atas dapat dilihat bagaimana pentingnya strategi komunikasi PLKB sebagai penyuluh program KKBPK di mana terdapat permasalahan dalam proses strategi komunikasi yang digunakan sehingga partsipasi KB masyarakat kurang yang dapat dilihat dari tingkat pasangan usia subur yang tinggi. Dari uraian tersebut maka yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui strategi komunikasi PLKB dan apa saja hambatan dalam pelaksanaan penyuluhan program KKBPK di Kecamatan Sigi Biromaru.

  kegiatan komunikasi yang juga termasuk dalam strategi komunikasi adalah :

  “Techniques for Effective Communication” bahwa sentral dalam

  Burnet dkk dalam Effendy (2011:32) dalam buku mereka yang berjudul

  5. Penemuan titik-titik kesamaan dan perbedaan penggunaan sumber daya dalam pasar informasi.

  Keputusan untuk melakukan suatu tindakan dalam jangka panjang dengan segala akibat 2. Penentuan tingkat kerentanan posisi kita dengan posisi para pesaing (ilmu perang dan bisnis 3. Pemanfaatan sumber daya dan penyebaran informasi yang relatif terbatas terhadap kemungkinan penyadapan informasi oleh para pesaing 4. Penggunaan fasilitas komunikasi untuk penyebaran informasi yang menguntungan berdasarkan analisis geografis dan tipografis

  diadaptasikan lagi ke dalam lingkungan bisnis modern (Liliweri, 2011: 240). Kata stratagos bermakna sebagai: 1.

  ‘keahlian militer’ yang belakangan

  berubah menjadi sifat strategia berarti

  ‘seni umum’. Kelak term ini

  berarti

  Yunani “strategos” yang secara harfiah

  Kata strategi berasal dari akar bahasa

  Strategi Komunikasi

  2. Desain Strategis: Menentukan tujuan dari program yang akan di jalankan, pemilihan komunikator, pesan dan media sesuai dengan khalayak (komunikan).

  3. Pengembangan dan Pengujian Mengembangkan konsep, pesan, alat dan bahan yang dibutuhkan. Pada tahap ini diperlukan kreatifitas untuk membangikitkan emosi yang mampu memotivasi sasaran dan menguji coba pesan yang telah terbentuk dari tahap sebelumnya kepada stakeholder yang sesuai dengan target.

  4. Implementasi dan Monitoring: Pelaksanaan kegiatan, tahap ini digunakan untuk landasan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program agar selalu dalam jalur yang telah dibuat sehingga tidak terjadi pengembangan yang akan mengakibatkan kerugian.

  5. Evaluasi dan Perencanaan Ulang: Evaluasi dilakukan untuk mengukur seberapa bagus capaian tujuan program, hal ini dapat untuk menjelaskan apakah program ini berjalan secara efektif atau tidak. Hasil dari evaluasi digunakan untuk perencanaan program selanjutnya.

  Program Keluarga Berencana

  Program Keluarga Berencana adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan kesehatan reproduksi, serta hak-hak reproduksi. Adapun Program Keluarga Berencana ini bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil berkualitas yang sejahtera, sehat, maju, mandiri mempunyai anak yang ideal, mempunyai wawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (BkkbN, 2008).

  Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)

  Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) atau Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) merupakan pemerintah daerah DPPKB

  Kabupaten/Kota yang berkedudukan ditingkat lini lapangan terdepan yang menjadi ujung tombak pengelola, sekaligus pelaksana dan petugas strategis yang diharapkan mampu menggerakan masyarakat dalam program yakni ditingkat desa/kelurahan dan memberikan pelayanan secara langsung ke msayarakat. Seorang Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) harus memiliki tiga kemampuan, yaitu:

  1. Kemampuan Berkomunikasi Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) mampu menyampaikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada khalayak sasaran diharapkan maampu melakukannya dengan baik. Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) harus mampu piawai dalam melakukan trik- trik komunikasi sekaligus mampu menerjemahkan pesan kedalam bahasa yang lebih akrab dengan masyarakat setempat.

  2. Kemampuan Bekerja dengan Data Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dalam melaksanakan tugasnya haruslah berdasarkan kepada peta dan data lapangan, oleh karena itu Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) harus menguasai proses pengumpulan data, pengolahan, penyajian, dan juga pemanfaatan data kependudukan/keluarga, demografi, serta data wilayah dan juga potensinya, termasuk data tokoh masyarakat setempat dan juga kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

  3. Kemampuan membangun jaringan dan koordinasi dengan berbagai pihak.

  Petugas Lapangan Keluarga Berencana harus mampu membangun jaringan/koordinasi dengan berbagai pihak, tidak hanya dengan unsur pemerintah, Petugas Lapangan Keluarga juga harus mampu mengembangkan jaringan dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan institusi dan kelompok kegiatan Keluarga Berencana yang ada di wilayahnya.

  Metode Penelitian

  Sesuai fokus masalah penelitian, maka penelitian ini menggunakan tipe penelitan deskriptif kualitatif. Konsep dalam penelitian ini adalah konsep yang langsung menjelaskan proses strategi komunikasi PLKB dalam meningkatkan partisipasi KB pada pasangan usia subur di Kecamatan Sigi Biromaru. Subjek penelitian ini adalah kepala DPPKB, kordinator UPT KB Sigi Biromaru, PLKB, dan Pasangan Usia Subur yang dapat berfungsi sebagai informan. Dalam penentuan subjek menggunakan sampling purposif. Objek dari penelitian yang akan dikaji adalah PLKB untuk mengetahui proses strategi komunikasi PLKB dalam meningkatkan partisipasi KB pada pasangan usia subur di Kecamatan Sigi Biromaru.

  Reduksi data dilakukan pertama kali dengan memilih data-data yang telah didapatkan dari hasil wawancara kepada masing-masing narasumber, selanjutnya dikemas dalam penyajian data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan lebih muda memahaminya dan merencakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami, dalam penelitian ini data yang telah direduksi dikemas dengan cara mencari kesimpulan dari masing-masing jawaban narasumber untuk setiap pertanyaan penelitian. Kesimpulan atau verifikasi dilakukan peneliti dengan maksud untuk mencari makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari hal-hal yang penting. Peneliti dalam hal ini menarik kesimpulan berdasarkan pendapat peneliti yang berdasarkan pertanyaan dan data yang telah dianalisis terlebih dahulu untuk mengetahui kebenarannya.

  Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pengendalian Penduduk (KKBPK) merupakan program yang dirancang pemerintah di seluruh wilayah di indonesia untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk pada tahun sebelumnya dan program tersebut berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk.

  Keberhasilan suatu program yang dirancang oleh pemerintah tidak terlepas dari strategi atau perencanaan komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan pesan atau informasi ke khalayak. Strategi komunikasi yang digunakan dalam mensosialisasikan program KKBPK di Kecamatan Sigi Biromaru untuk mendapatkan respon yang baik dari masyarakat khususnya pasangan usia subur dalam upaya meningkatkan partisipasi mereka terhadap program tersebut. Pelaksanaan perencanaan program KKBPK tersebut dilakukan melaluhi perencanaan komunikasi model ‘P’ Process: 1.

  Analisis: Analisis/Riset yang dimaksud ini adalah segala upaya yg dilakukan dalam mengenali atau menganalisa situasi dan audiens (perilaku) yang akan dihadapi dalam melaksanakan program. Tahap ini terdiri dari: a.

Analisis Situasi:

  Pada tahap ini analisis situasi yang dilakukan PLKB Kecamatan Sigi Biromaru untuk melihat seberapa besar tingkat partisipasi pasangan usia subur di Kecamatan Sigi Biromaru terhadap program KKBPK, karena berdasarkan data yang diperoleh peneliti di daerah ini merupakan daerah yang tingkat pasangan usia suburnya tertinggi dibandingkan dengan kecamatan lain Masalah yang dihadapi PLKB Sigi Biromaru tidak lepas dari sulitnya mengumpulkan masyarakat dan mengajak mereka agar mau ber KB, untuk itu keterlibatan tokoh informal (toga/toma) berperan penting dalam membantu PLKB Sigi Biromaru dalam menjalankan program KKBPK. Seperti yang dikatakan kepala UPT Sigi Biromaru, bapak Muis:

  “sebagai PLKB tentu kita riset dulu mengetahui masalah yang terjadi saat ini, seperti jumlah pasangan usia subur, apalagi di daerah ini tingkat PUS nya termasuk tinggi dari kecamatan lain hal ini disebabkan karena tingkat perkawinan yang tinggi tiap tahun jadi mengakibatkan pertumbuhan penduduk bertambah, sehingga dari situ kita bisa melihat seberapa besar kemauan mereka mau berpartisipasi terhadap program K

  KBPK ini” (hasil wawancara, 24-07-2017) Ditambahkan pula oleh PLKB

  Etti yang mengatakan:

  “tingkat PUS yang tinggi didaerah ini juga jadi masalah buat kita apalagi di biromaru ini PUS nya banyak sedangkan peserta KB aktifnya kurang, itu jadi tugas tambahannya kita lagi bagaimana mengajak atau membujuk mereka mau ber partisipasi dalam program ini dengan cara ber KB, apalagi buat PUS yang baru menikah dan yang baru punya anak, sebaiknya di rencanakan dari sekarang sebelum terjadi masalah” (hasil wawancara, 24- 07-2017) b.

Menentukan Tujuan:

Analisis Audiens/Partisipan:

  Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kerja sama terhadap tokoh formal atau informal, sikap dan perilaku masyarakat, seperti apa karakternya, pengetahuan mereka apakah sudah paham mengenai KB atau belum. Seperti yang dikatakan kepala UPT Sigi Biromaru bapak Muis yang mengatakan bahwa mengenali masyarakat itu penting.

  “ya penting karena banyak masyarakat yang belum mau ber KB karena perbedaan persepsi, mendengar isu-isu kalau KB itu tidak baik efeknya, kalau pakai KB suntik biasanya badan jadi gemuk, kalau pakai KB Pil repot harus minum tiap hari. hal ini membuat masyarakat jadi ragu mau ber KB, jadi kita sebagai PLKB harus tau dulu masyarakatnya, selain itu kurangnya pengetahuan juga mempengaruhi, dan faktor agama, hal ini menjadi tugas PLKB lagi untuk lebih meyakinkan mereka bahwa ber KB itu penting untuk keluarganya dan dirinya sendiri”. (hasil wawancara, 24-07-2017) 2. Desain Strategis: desain strategis yang dimaksudkan yaitu menentukan tujuan, komunikator, komunikan, pesan dan media yang sesuai dengan khalayak (komunikan). Tahap ini terdiri dari: a.

  Pada tahap ini dalam menentukan tujuan yang dilakukan PLKB Sigi Biromaru ialah berdasarkan analisis masalah yang sudah diketahui terlebih dahulu. dalam menentukan tujuan yang dilakukan PLKB Sigi Biromaru yaitu melihat permasalahan berdasarkan hasil riset seperti untuk mengumpulkan dan mengajak orang ber KB sedikit sulit, dengan begitu langkah yang PLKB Sigi Biromaru lakukan yaitu dengan mendatangi langsung masyarakat tersebut seperti pada saat imunisasi di posyandu, saat ibunya mengimunisasi anaknya PLKB juga mendekati ibunya dengan memberikan sedikit penyuluhan menjelaskan tentang apa itu KB, manfaatnya dan penyakit-penyakit wanita serta menjelaskan program KKBPK, untuk itu tujuan PLKB menjalankan program ini untuk meningkatkan partispasi dan peran aktif masyarakat agar mereka mau ber KB, dan juga untuk merubah pemahaman masyarakat yang masih salah tentang pentingnya ber KB Seperti yang dikatan kepala UPT Sigi Biromaru, bapak Muis mengatakan:

  “setiap kegiatan pasti ada tujuannya, dalam menentukan tujuan kita melihat dari permasalahan yang terdapat pada saat riset, tujuan kami menjalankan program ini untuk meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya pasangan usia subur agar mau ber KB” (hasil wawancara, 24-07-2017) b. Menentukan Komunikator

Pengembangan

Pengembangan Bahan

  Pada tahap ini komunikator yang dipilih ialah orang-orang dapat dipercaya dan berpengaruh dimasyarakat. Seperti yang dikatakan PLKB Syarif:

Alat dan Bahan

  Seperti yang dikatakan PLKB

  Desain komunikasi meningkatkan partisipasi pasangan usia subur yang telah disusun dan diaplikasikan (diuji-cobakan) guna mengetahui kelemahan dan kelebihannya sehingga dapat menghasilkan sebuah desain komunikasi

  “modul yang kami berikan kepada masyarakat itu berupa buku yang berisi tentang program kami supaya bisa memudahkan mereka, nantinya kalau ada yang tidak dimengerti dari yang ada di modul itu mereka bisa bertanya, alat peraga juga kami gunakan sebagai tambahan” (hasil wawancara, 14-09-2017) c.

  Etti:

  Pada tahap ini alat-alat yang digunakan adalah alat-alat pendukung, PLKB Sigi Biromaru menggunakan alat peraga sebagai pendukung dalam program yang mereka jalankan. Bahan yang dibutuhkan dalam program tersebut ialah modul yang berisi informasi mengenai program mereka itu sendiri.

  “dalam menentukan komunikator kami biasanya mendatangkan orang-orang yang sudah berpengalaman yang mampu berkomunikasi menyesuaikan dengan tempatnya, tetapi tidak selamanya narasumber(komunikator) itu selalu kami datangkan bisa juga kita sendiri yang jadi komunikatornya tetapi syaratnya harus yang sudah dilatih melaluhi diklat/pelatihan yang sudah paham tetang KB , tata caranya, dan mampu menyesuaikan dengan masyarakat” (hasil wawancara, 10-08-2017) c. Menentukan Komunikan

  Pada tahap ini setelah menentukan rencana maka selanjutnya menyusun kerangka program yang sudah ada. Namun pada tahap ini PLKB Sigi Biromaru tidak melakukan, kerangka program yang sudah ada sebelumnya sudah disusun oleh DPPKB Sigi, PLKB hanya tinggal menjalankan b.

  Mengembangkan konsep pesan yang akan di sosialisasikan, alat dan bahan yang dibutuhkan dan menguji coba pesan yang sudah dikembangkan sebelumnya kepada stakeholder/masyarakat yang sesuai dengan target. Tahap ini terdiri dari: a.

  dan Pengujian:

  “yang menjadi sasaran kita adalah pasangan usia subur yang diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam program ini, misalnya menggunakan alat kontrasepsi dan juga mengatur jarak kelahiran, sehingga tujuan dari program ini dapat berjalan baik” (hasil wawancara, 14-09- 2017) 3.

  Etti:

  Pada tahap ini komunikan/sasaran primer yang dimaksud ialah pasangan usia subur dan keluarga prasejahtera dan sasaran sekunder adalah tokoh masyarakat, tokoh agama dan orang-orang yang dapat memberikan pengaruh besar kepada masyarakat. Seperti yang dikatakan PLKB

Uji Coba

  Pada tahap uji coba juga tidak dilakukan, namun dilakukan sekaligus implementasi di lapangan, setelah semua riset, rencana dan alat dan bahan yang butuhkan sudah tersusun maka langsung di implementasikan tanpa di ujikan terlebih dahulu.

  4. Implementasi

  dan Monitoring:

  Pelaksaanaan dan tata cara program yang akan dilakukan. Pada tahap ini implementasi prorgam yang dilakukan PLKB Sigi Biromaru, seperti yang dikatakan Pak Muis:

  “program kami berupa sosialisasi atau penyuluhan tentang penting nya ber KB, dan menjelaskan manfaat dari KB itu sendiri terutama buat PUS yang baru menikah (peserta KB baru), dan pasangan usia subur aktif, serta ada beberapa kegiatan rutin yang juga kami lakukan seperti BKR, BKB, dan BKL” (hasil wawancara, 24-07-2017)

  5. Evalusai dan Perencanaan Ulang: Penilaian terhadap hasil untuk mengukur pencapaian tujuan setelah itu bisa dilakukan rencana ulang program. Pada tahap ini dilakukan evaluasi untuk menilai pencapaian tujuan, sejauh mana dan apa saja masalah yang timbul saat implementasi,

  Seperti yang dikatakan bapak

  Muis:

  "hasil kegiatannya kita lihat dari bidan desa berapa banyak jumlah pasangan yang mau ber KB, karena masyarakat itu ber KB nya dgn bidan, mereka yg melakukan pemasangan alat kita sebagai PLKB hanya memotivasi mereka sja, makanya itu antara bidan dan PLKB harus sinergi kalau tidak, tidak akan berhasil program ini” (hasil wawancara, 24-07-2017

  Hambatan Petugas Lapangan Keluarga Berencana dalam Pelaksanaan Penyuluhan program KKBPK di

  Hambatan dalam pelaksanaan suatu program menjadi salah satu hal yang mempengaruhi ketidak berhasilannya suatu program. Bagi Petugas Lapangan Keluarga Berencana ketika akan mensosialisasikan program KKBPK di Kecamatan Sigi Biromaru tentu tidak terlepas dari tantangan dan hambatan.

  1. Kurangnya sumber daya manusia yang menjadi petugas lapangan keluarga berencana dalam hal ini kurangnya komunikator, sehingga satu petugas lapangan keluarga berencana bisa memegang atau melakukan penyuluhan 2 sampai 4 desa dalam sekali penyuluhan, serta kurangnya pendidikan dan pelatihan bagi PLKB itu sendiri. seperti yang dikatakan PLKB Yuli:

  “kalau untuk faktor penghambat sendiri itu cukup banyak termasuk kurangnya tenaga untuk membantu, jadi kita itu kalau mau penyuluhan kalau saya biasanya sampai 4 desa saya pegang itupun tidak habis penyuluhan dalam sehari biasa sampe 2 hari. (hasil wawancara, 24-07-2017) 2.

Perbedaan bahasa merupakan gangguan semantik. Gangguan

  semantik adalah gangguan yang berkaitan dengan pesan komunikasi yang rusak, yaitu adanya kekacauan penggunaan bahasa yang jauh dari prosedur yang ada membuat masyarakat susah menerima sehingga terjadi perbedaan pengertian dan istilah antara komunikator dan komunikan yang menyebabkan komunikasi jadi tidak efektif. Seperti dikatakan Lina yang bukan peserta PUS aktif

  “iya de, saya pernah ikut sosialisasinya mereka, kadang- kadang bahasa yang mereka gunakan saya kurang mengerti, coba kalau mereka pakai bahasa sehari-hari yang mudah dengan kita yang tinggal disini, berhubung saya dan suami juga belum punya anak, jadi jarang- jarang saya ikut sosialisasi makanya belum mau ber KB karena mau program anak dulu. (hasil wawancara, 25-072017)

  Pembahasan

  Pelaksanaan pembangunan disuatu wilayah merupakan wujud eksistensi pemerintah diwilayah tersebut. Menurut Saul M Katz pembangunan merupakan perubahan yang berlangsung secara luas dalam masyarakat bukan hanya sekedar perubahan pada sektor ekonomi saja, tetapi mencakup masalah-masalah perubahan ekonomi, sosial, politik dimana masalah tersebut saling berhubungan satu sama lain. Strategi komunikasi dari Petugas Lapangan Keluarga Berencana adalah bagaimana langkah komunikasi yang mereka lakukan untuk menjelaskan kepada para pasangan usia subur selaku pengguna program KKBPK untuk memberikan edukasi mengenai program tersebut Pelaksanaan program KB yang dilakukan oleh PLKB/PKB, bertujuan untuk menginformasikan dan mengajak masyarakat untuk memahamai, mengikuti dan melaksanakan program-program KB dalam upaya mencapai kesejahteraan keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut maka petugas penyuluh dalam sosialisasi program KB paling tidak ada tiga kemampuan yang harus dimiliki oleh PLKB: 1.

  Seorang PLKB harus bisa berkomunikasi dengan baik dan benar sehingga mampu menyampaikan informasi kepada khalayak/sasaran dan harus mampu piawai dalam melakukan trik-trik komunikasi sekaligus mampu menerjemahkan pesan kedalam bahasa yang lebih akrab dengan masyarakat setempat sehingga masyarakat bisa lebih mudah mengerti dengan apa yang disampaikan. Namun berdasarkan temuan di lapangan, masih ada beberapa anggota PLKB yang belum mampu berkomunikasi di masyarakat karena kurangnya pendidikan dan pelatihan untuk PLKB tersebut, sehinga pada saat berkomunikasi dengan masyarakat terjadi kesalahpahaman penyampaian pesan yang merupakan hambatan semantik antara PLKB dan masyarakat.

  2. Kemampuan Bekerja dengan Data.

  PLKB harus bisa menguasai proses pengumpulan data, pengolahan, penyajian, dan juga pemanfaatan data kependudukan/keluarga, demografi, serta data wilayah dan juga potensinya, termasuk data tokoh masyarakat setempat dan juga kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Berdasarkan temuan dilapangan, hal ini belum tercapai, karena belum semua PLKB Sigi Biromaru yang mampu menguasai pengolahan dan penyajian data mereka baru mampu menguasai proses pengumpulan data dan pemanfaatan data kependudukan.

  3. Kemampuan Membangun Jaringan dan Koordinasi dengan Berbagai Pihak. PLKB harus mampu membangun jaringan/koordinasi dengan berbagai pihak, tidak hanya dengan unsur pemerintah, tetapi penyuluh harus melibatkan para tokoh masyarakat atau orang-orang yang memiliki pengaruh dimasyarakat, hal ini dimaksudkan agar tujuan penyuluhan atau sosialisasi dapat tercapai sesuai harapan yang diinginkan. Hal ini sudah dilakukan PLKB Sigi biromaru dengan melibatkan tokoh agama dan masyarakat untuk membantu mereka dalam kegiatan sosialisasi dan juga sudah membentuk kader dari tiap

Kemampuan Berkomunikasi

  Seorang PLKB diharapkan mampu menginformasikan dan mengajak masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam program yang sudah direncanakan pemerintah terkait Keluarga Berencana sesuai dengan tujuan strategi komunikasi yaitu: 1.

  Memberitahu (Announcing), yaitu memberitahukan tentang manfaat dan pentingnya ber KB khususnya buat pasangan usia subur, karena KB itu sendiri baik untuk dirinya maupun keluarganya di masa yang akan datang.

  (Motivating),

  informasi yang disampaikan PLKB di harapkan dapat memberikan motivasi kepada pasangan usia subur agar dapat memikirkan/merencanakan apa yang harus dilakukan terkait dengan kesejateraan keluarga di masa yang akan datang.

  3. Mendidik (Educating), informasi yang disampaikan diharapkan dapat mendidik dan merubah pemahaman masyarakat tentang pentingnya ber KB.

  4. Menyebarkan informasi

  (informing), informasi yang

  sebarkan bersifat persuasif (membujuk) masyarakat agar mau ber kB.

  terdapat lima (5) tahap, yaitu: (1) Analisis (2) Desain Strategis (3) Pengembangan dan Pengujian (4) Implementasi dan Monitoring (5) Evaluasi dan Perencanaan Ulang. Dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti melihat dari kelima tahap perencanaan komunikasi tersebut PLKB Sigi Biromaru sudah hampir melakukan kesemua tahap perencanaan tersebut namun ada beberapa tahap yang PLKB tidak lakukan seperti pengembangan termasuk dalam pembuatan alat dan bahan seperti brosur dan poster, penentuan pesan, tahap-tahap tersebut

  BKKBN, PLKB Sigi Biromaru hanya membantu menjalankan tahap-tahap yang sudah ditentukan tersebut.

  Proses komunikasi yang terjadi tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar melainkan akan adanya hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi yang terjadi pada PLKB Sigi Biromaru dalam melakukan penyuluhan terkait program KKBPK adalah kurangnya sumber daya yang menjadi komunikator atau petugas lapangan, jika idealnya satu orang PLKB memegang 1 desa namun tidak di Sigi Biromaru, satu orang PLKB kadang memegang 2 atau 4 bahkan lebih desa dalam sekali penyuluhan. Jika dilihat dari segi komunikatornya hal ini juga menjadi penghambat, dimana masih ada PLKB yang kurang akan pelatihan berkomunikasi, sehingga cara mereka berkomunikasi ke masyarakat itu kadang melenceng dari prosedurnya, kemampuan PLKB menjadi penyampai pesan masih kurang sehingga menyebabkan gangguan semantik dimana pesan informasi yang disampaikan menjadi rusak karena adanya perbedaan bahasa antara komunikator dan komunikan yang menyebabkan masyarakat kurang paham maksud yang disampaikan PLKB. Jika dikaitkan dengan teori yaitu berdasarkan fungsi komunikasi ialah komunikasi instrumental yang bertujuan menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, keyakinan dan prilaku masyarakat, hal ini sudah dilakukan PLKB Sigi Biromaru melaluhi penyuluhan agar masyarakat bisa ikut berpartisipasi dalam program KKBPK.

Berdasarkan Perencanaan komunikasi model “P” Proses (Cangara, 2014:85)

  Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi dan wawancara di Kecamatan Sigi Biromaru mengenai “Strategi Komunikasi Petugas Lapangan Keluarga Berencana dalam Meningkatkan Partisipasi Pasangan Usia Subur di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi” maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pengembangan dan Pengujian: pada tahap ini juga PLKB Sigi

  PLKB Kecamatan Sigi Biromaru yaitu dalam bentuk penyuluhan langsung ke masyarakat dengan melakukan strategi komunikasi berdasarkan model P-

  Proses . Selain penyuluhan langsung,

  penyebaran informasi terkait program KKBPK juga dilakukan melalui media cetak yang berupa brosur, poster, dan buku panduan, serta media pendukung lainnya yang digunakan pada saat sosialisasi yaitu alat peraga. Strategi komunikasi berdasarkan model P Proses: a.

  mengetahui seberapa banyak pasangan usia subur yang sudah ber KB dan yang belum, karena di Sigi Biromaru tingkat pasangan usia suburnya tinggi sedangkan KB aktifnya kurang, serta masalah yang terdapat pada saat riset ialah untuk mengumpulkan dan mengajak masyarakat untuk menjadi akseptor KB sedikit sulit.

  b.

  Biromaru menentukan komunikator yaitu memilih orang-orang yang mampu berkomunikasi secara persuasif serta sudah berpengalaman dibidangnya seperti kepala DPPKB maupun BKKBN. Pada tahap menentukan komunikan PLKB Sigi Biromaru memilih pasangan usia subur dan keluarga pra sejahtera yang menjadi sasaran dari program. Pada tahap menentukan tujuan PLKB Sigi Biromaru melihat permasalahan berdasarkan hasil riset Sedangkan, pada tahap menentukan pesan PLKB Sigi Biromaru tidak melakukan, yang menentukan ialah pemerintah, PLKB hanya membantu menjalankan pesan yang ada c.

  Biromaru tidak melakukan, pengembangan bahan atau mengembangkan konsep pesan dilakukan oleh pemerintah PLKB hanya membantu pemerintah dalam menjalankan program. Sedangkan pada tahap uji coba dilakukan sekaligus implementasi di lapangan d. Implementasi dan Monitoring: implementasi yang dilakukan

  PLKB Sigi Biromaru dalam bentuk penyuluhan yang dilakukan setiap ada kegiatan posyandu atau kegiatan desa.

Analisis: PLKB Sigi Biromaru melakukan analisis (riset) untuk

  e.

Evaluasi dan Perencanaan ulang: evaluasi yang dilakukan PLKB

  Sigi Biromaru terhadap pasangan usia subur dengan melihat data KB dari bidan. Evaluasi terhadap komunikator juga dilakuakn dengan melihat sejauh mana pengetahuan komunikator dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Serta evaluasi terhadap media untuk melihat berapa banyak masyarakat yang mendapatkan informasi terkait program KKBPK melaluhi poster dan juga brosur.

Desain Strategis: pada tahap desain strategis, PLKB Sigi

  2. Hambatan dalam Pelaksanaan Penyuluhan Program KKBPK : Kurangnya sumber daya manusia (PLKB) dalam membantu pelaksanaan kegiatan yang berperan sebagai komunikator menjadi penghambat PLKB dalam melakukan penyuluhan.

  Perbedaan bahasa antara komunikator (PLKB) dan komunikan (masyarakat) menyebabkan pesan informasi yang disampaikan menjadi rusak sehingga masyarakat sulit untuk menerima informasi

  Referensi

  dan Praktek. Bandung: Remaja

  Riset Komunikasi . Jakarta: Kencana Prenada Group.

  Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis

  10 Februari 2017, 18:52:31 http://undangundang.net/uu-nomor-10- tahun-1992-tentang- perkembangan-kependudukan- dan-pembangunan-keluarga- sejahtera.html Diakses pada: 09 Juni 2017, 20:30:40 http://www.kemendagri.go.id/produk- hukum/2005/10/14/peraturan- presiden-nomor-64-tahun-2005 Diakses pada: 09 Juni 2017, 20:56:05 https://digilib.uns.ac.id/dokumen/downlo ad/27132/NTc0NDI=/Komunikas i-Kesehatan-dan-Perilaku- Akseptor-KB-Mantab- abstrak.pdfDiakses pada: 06 Mei 2017, 22:44:09 https://subbagiankelembagaananalisajaba tan.wordpress.com/2016/11/21/tu gas-dan-fungsi-dinas- pengendalian-penduduk-dan- keluarga-berencana/ Diakses pada: 24 Maret 2017, 21:41:42

  Yogyakarta: Graha Ilmu http://ejournal.ilkom.fisip- unmul.ac.id/site/wp- content/uploads/2014/08/Ejurnal %20Nimas%20N%20Paradina%2 0(08-23-14-01-18-07).pdf Diakses pada: 07 Februari 2017, 19:36:44 http://ejournal.ilkom.fisip- unmul.ac.id/site/wp- content/uploads/2013/09/jurnal% 20endah%20(09-02-13-06-54- 29).pdf Di akses pada: 03 Maret 2017, 21:19:41 http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstr eam/123456789/1375/1/AYU%20 SAIDAH-FDK.PDFDiakses pada:

  Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra.

  Koperasi. Jakarta: FEUI Hikmat, Mahi M. 2011. Metode Penelitian

  Samarinda : Universitas Mulawarman. Hendar & Kusnadi. 2005. Ekonomi

  Sosialisasi Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (Bkkbn) Provinsi Kalimantan Timur Dalam Meningkatkan Pengguna Program Keluarga Berencana (Kb) Dikota Samarinda .

  Rajawali Pers Endah Sulistyaningsih. 2013. Strategi

  Kualitatif Analisis Data . Jakarta:

  Rosdakarya Emzir. 2011. Metodologi Penelitian

  Bandung: Remaja Rosdakarya _______.2006. Ilmu Komunikasi: Teori

  Anwas, Oos M. 2014. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global .

  Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.

  Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta

  Kesehatan oleh Petugas Petugas Lapangan Keluarga Berencana Terhadap Perilaku Akseptor Mantab MOP di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari ,

  Pers Dyah Retno Pratiwi. 2012. Komunikasi

  Komunikasi Jakarta: Rajawali

  Rajawali Pers _______.2016. Pengantar Ilmu

  Strategi Komunikasi .. Jakarta:

  Preneda Media Group Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan &

  Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya . Jakarta: Kencana

  Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Bungin, Burhan. 2007. Penelitian

  Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kalianda Lampung Selatan .

  Bandung: Alfabeta Ayu Saidah. 2011. Strategi Komunikasi

  Lalongkoe, Maksimus Ramses. 2014.

  Pendekatan Praktis Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha

  Komunikasi Petugas Lapangan Keluarga Berencana Dalam Partisipasi Pasangan Usia Subur Pada Program Keluarga Berencana Di Kota Samarinda .

  Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu

  Governance. Sinar Grafika. Jakarta

  Kualitatif. Bandung : Alfabeta Sutedi, Adrian . 2012. Good Corporate

  Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian

  Perilaku Manusia . Jakarta: Rajawali Pers.

  : BKKBN Ruben, Brant D. 2013. Komunikasi dan

  Pelaksanaan Pelayanan Keluarga Berencana di Perusahaan . Jakarta

  Rozali, Ahmad. 2011. Petunjuk

  Samarinda: Universitas Mulawarman

  Rajawali Pers. Nimas Novita Paradima. 2014. Strategi

  Ilmu. Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba

  Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya . Jakarta:

  Nasution, Zulkarimein. 2009. Komunikasi

  Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

  Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi

  Penelitian Kualitatif . Bandung:

  Jakarta : BKKBN Moleong, Lexy. J. 2005. Metode

  Meningkatkan Kualitas Lingkungan Non fisik Keluarga .

  Kencana Prenada Group Mahdi, Karim. 2004. Upaya

  Ada Serba Makna . Jakarta:

  Komunikasi . Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

1 68 145

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

1 49 94

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dalam Meningkatkan Akseptor KB Aktif di Wilayah Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

6 83 99

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

0 47 145

Respon Pasangan Usia Subur Terhadap Program Keluarga Berencana Gratis Di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

1 30 90

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 22

Peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dalam Meningkatkan Akseptor KB Aktif di Wilayah Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

0 0 42

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keluarga Berencana - Peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dalam Meningkatkan Akseptor KB Aktif di Wilayah Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

0 0 8

Strategi Komunikasi Petugas Lapangan Keluarga Berencana dalam Meningkatkan Partisipasi Keluarga Berencana pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi

0 0 13