358065018 Pengaruh Metode Mengajar Guru Terhadap Minat Siswa

“PENGARUH METODE MENGAJAR GURU TERHADAP MINAT SISWA”

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Dalam kegiatan belajar mengajardi sekolah, siswa dituntut untuk selalu konsentrasi dalammenerima materi pembelajaran. Namun banyak faktor yang mempengaruhi tingkat konsentrasi siswa saat proses pembelajaran. Salah satunya adalah metode mengajar guru saat menyampaikan materi.Sering kita temui beberapa anak sulit memahami materi pembelajaran yang sedang diajarkan.Maka dari itu, guru dituntut untuk selalu kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran agar dapat membangun minat belajar siswa. Setiap siswa memiliki ketertarikan pada mata pelajaran tertentu yang biasanya akan berpengaruh terhadap pemahaman siswa dalam mata pelajaran tersebut. Semakin tinggi ketertarikan dan minat siswa, maka ia cenderung semakin termotivasi untuk memperhatikan dan akan mudah memahami materi. Sebaliknya, jika siswa tidak menaruh minat pada mata pelajaran tersebut, maka perhatian siswa kepada materi yang disampaikan akan sangat berkurang. Jika hal ini terjadi secara terus menerus tanpa adanya upaya dari pendidik untuk membangkitkan minat belajar siswa, bisa jadi kebiasaan ini berdampak buruk pada prestasi siswa di sekolah. Tiap-tiap guru mempunyai metode mengajar yang berbeda, tergantung pada karakter dan kreatifitas guru tersebut.Hal ini dapat dijumpai di setiap sekolah, termasuk SMA Negeri 1 Temanggung.Dari sekitar 50 guru yang ada di SMA Negeri

1 Temanggung, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dalam mengajar.Namun , tidak semua guru memiliki metode mengajar yang diharapkan oleh sebagian besar siswa. Apalagi di zaman yang semakin modern ini,pola pikir siswa sudah semakin maju sehingga mereka menginginkan proses belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan. Maka dari itu, penulis memilih tema pengaruh metode mengajar guru terhadap minat belajar siswa ini agar dapat menginspirasi guru-guru untuk memperbaiki metode mengajar mereka sehingga dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

1. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh metode mengajar guru terhadap minat belajar siswa?

2. Bagaimana metode mengajar guru yang diharapkan oleh siswa?

3. Bagaimana cara membangkitkan minat belajar siswa?

1. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh metode mengajar guru terhadap minat belajar siswa.

2. Mengetahui metode mengajar guru yang diharapkan oleh siswa.

3. Mengetahui cara membangkitkan minat belajar siswa.

1. Manfaat Penelitian

Segi teori

Bagi guru : Memberikan wawasan kepada guru tentang cara mengajar yangidealdankreatif sehingga dapat membangun minat belajar siswa.

Bagi siswa : Mengetahui psikologis siswa saat di sekolah terutama saat proseskegiatan pembelajaran.

Segi praktik

Bagi guru : Mendorong guru untuk mengajar secara kreatif dan efektif agar dapatmempermudah pemahaman siswa dalam menerima materi pelajaran.

Bagi siswa :Membantu siswa meningkatkan minat belajar di sekolah.

BAB II KAJIAN TEORI

1. Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Dalam pengertian lain, metode mengajar adalah teknik penyajian yang digunakan oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap dan dipahami oleh siswa dengan baik. Siswa sebagai sasaran pembelajaran dituntut untuk meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga dapat memiliki hasil belajar yang baik agar tujuan pendidikan dapat tercapai.Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, maka salah satu komponen yang perlu mendapat perhatian adalah penggunaan metode mengajar yang tepat agar siswa dapat menguasai dan memahami konsep-konsep materi pembelajaran dan keterampilan. Metode mengajar merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Menurut Winarno yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:148) metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisinya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa di sekolah. Dengan menggunakan metode mengajar yang tepat diharapkan siswa dapat memahami secara optimal materi 1. Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Dalam pengertian lain, metode mengajar adalah teknik penyajian yang digunakan oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap dan dipahami oleh siswa dengan baik. Siswa sebagai sasaran pembelajaran dituntut untuk meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga dapat memiliki hasil belajar yang baik agar tujuan pendidikan dapat tercapai.Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, maka salah satu komponen yang perlu mendapat perhatian adalah penggunaan metode mengajar yang tepat agar siswa dapat menguasai dan memahami konsep-konsep materi pembelajaran dan keterampilan. Metode mengajar merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Menurut Winarno yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:148) metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisinya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa di sekolah. Dengan menggunakan metode mengajar yang tepat diharapkan siswa dapat memahami secara optimal materi

antara lain metode ceramah, resitasi, tanya jawab, diskusi, dan sebagainya. Namun, metode ceramah lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada siswa, sehingga guru tidak mampu untuk mengontrol sejauhmana siswa telah memahami uraian pelajaran yang telah diberikan, karena ketenangan atau kediaman siswa dalam mendengarkan pelajaran belum pasti bahwa siswa telah memahami uraian dari pelajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu metode ceramah yang selalu digunakan dan terlalu lama dapat menimbulkan kejenuhan dan kebosanan bagi siswa, sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung secara efisien dan tujuan pembelajaran tidak tercapai sebagaimana yang diharapkan.

2. Guru Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri, dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.( Noor Jamaluddin 1978: 1)sedangkan Menurut pepatah jawa, Guru adalah digugu lan ditiru yang berarti bahwa guru merupakan sosok yang menjadi panutan dan teladan bagi siswanya agar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Saat ini sosok guru sudah ikut “ter-reformasi”. Guru dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang selalu berkembang dan mengikuti kemajuan jaman. Sudah bukan zamannya lagi guru dengan metode yang kaku, memiliki pengetahuan terbatas, dan tidak mau terbuka dengan kemajuan teknologi.

3. Siswa Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, siswa berarti orang atau anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah).Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan, pengertian siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan.Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan. Siswa atau murid adalah salah satu komponen utama dalam proses belajar- mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Murid secara kodrati telah memiliki potensi dan kemampuan-kemampuan tertentu.Hanya saja murid itu belum mencapai tingkat optimal dalam mengembangkan kemampuannya.Oleh karena itu, murid memerlukan bimbingan dari sosok yang dianggap dewasa yang dapat membantu mengasah dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya secara optimal.

Dalam proses belajar komunikasi antara guru dengan siswa sangatlah penting, sebab tanpa adanya komunikasi yang baik proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik pula. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi- informasi, pesan-pesan, gagasan-gagsan dan pengertian-pengertian, dengan menggunakan lambing-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun nonverbal dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian dan atau kesepakatan. (komunikasi dan hubungan masyarakat internasional, 2005:10)

5. Minat Belajar Dalam memudahkan pemahaman tentang pengertian minat belajar, maka terlebih dahulu akan diuraikan pengertian kata minat dan belajar itu sendiri.

1. Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010:180).The Liang Gie menyatakan minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.Dalam hal ini, besar kecilnya minat sangat tergantung pada penerimaan akan suatu hubungan antara diri seseorang dengan sesuatu di luar dirinya. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu tentu akan lebih memperhatikan dengan perasaan senang tanpa ada tekanan. Untuk mencapai prestasi yang baik minat menjadi sangat penting, sebab tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan efesien. Dalam percakapan sehari-hari pengertian perhatian dikacaukan dengan minat dalam pelaksanaan perhatian seolah-olah kita menonjolkan fungsi pikiran, sedangkan dalam minat seolah-olah menonjolkan fungsi rasa, tetapi kenyataanya apa yang menarik minat menyebabkan pula kita kita berperhatian, dan apa yang menyebabkan perhatian kita tertarik minatpun menyertai kita.” (Dakir. 1971 : 81)

2. Pengertian Belajar Belajar menurut bahasa adalah usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian. Sedangkan menurut istilah belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Berikut ini merupakan pengertian belajar menurut para ahli:

1. Ernest H. Hilgard

Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu.

2. Nototadmodjo

Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup.

3. Ahmadi A.

Belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia.

4. Oemar H.

Belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan

5. Cronbach

Belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu menggunakan panca indranya

6. Winkel

Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilakn perubahan – perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap-sikap.

Dari penjelasan tentang pengertian minat dan belajar yang telah diuaraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau ketertarikan yang disertai perhatian dan keaktifan yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

BAB III METODE PENELITIAN

1. MetodePenelitian

1. Pendekatan Penelitian Untuk mengadakan suatu penelitian, diperlukan suatu metode tertentu untuk memecahkan masalah (Koentjaraningrat, 1994: 7). Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Tylor dalam bukunya Lexy J. Moleong adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- 1. Pendekatan Penelitian Untuk mengadakan suatu penelitian, diperlukan suatu metode tertentu untuk memecahkan masalah (Koentjaraningrat, 1994: 7). Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Tylor dalam bukunya Lexy J. Moleong adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

2. Studi Pustaka Metode studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang dilakukan denganmencari data dari media cetak atau media elektronik. Metode studi pustaka ini dilaksanakan oleh penyusun dengan mempelajari secara cermat berbagai buku, artikel di internet dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan metode mengajar guru, kemudian penyusun mengambil data yang bersangkutan dengan tema pengaruh metode mengajar guru terhadap minat siswa, setelah itu penyusun memasukan data-data tersebut ke dalam laporan penelitian ini.

3. Angket Metode angket adalah metode pengumpulan data untuk memperoleh data nyata dari sample yang akan diteliti dengan membuat pertanyaan seputar tema yang bersangkutan. Penyusun menggunakan metode angket ini dengan cara membuat beberapa pertanyaan seputar metode mengajar guru, setelah itu penulis menyebarkan angket ke siswa-siswi SMA N 1 Temanggung. Kemudian hasil dari angket tersebut penyusun rekap dan dibuat berupa gambar diagram, dengan menampilkan presentase pada setiap jawaban yang telah dijawab oleh para siswa- siswi SMA N 1 Temanggung.

3.1.4. Wawancara Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mewawancarai narasumber yang dapat memberi informasi yang berkaitan dengan tema. Metode ini dilakukan penulis dengan cara membuat beberapa pertanyaan yang menyangkut tentangmetode mengajar guru, kemudian penyusun mengajukan pertanyaan yang telah dibuat kepada narasumber. Dalam mengajukan pertanyaan ini, penyusun melakukannya secara langsung, artinya penyusun berbicara langsung dengan narasumber.Dalam wawancara ini penyusun melakukan wawancara dengan salah satu guru SMA Negeri 1 Temanggung. Selama wawancara berlangsung penulis juga menulis jawaban dari narasumber yang kemudian jawaban tersebut akan dilampirkan dalam laporan penelitian dan juga dijadikan bahan untuk menyusun pembahasan laporan penelitian ini.

3.2. Penentuan Objek

3.2.1. Populasi Penelitian mengenai pengaruh gaya mengajar guru terhadap minat siswadilaksanakan dengan sasaran pupulasi siswa dan siswi SMA N 1 Temanggung.

Ruang sampel pada penelitian ini terbatas pada beberapa siswa dan siswi SMA N 1 Temanggung. Rinciannya adalah kelas X sebanyak 20 murid, kelas XI sebanyak 20 murid, serta Ibu Asih selaku guru mata pelajaran biologi SMA N 1 Temanggung sebagai narasumber.

3.3.Waktu dan Tempat

3.3.1. Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai minggu keempat bulan Januari sampai minggupertama bulan Maret tahun 2013. Berikut jadwal pembuatan laporan penelitian

JANUARI FEBRUAR NO KEGIATAN 1 2 3 4 1 2

1 Persiapan

Pengumpulan

2 Data

3 Pengorganisasian

4 Penyuntingan

Penyusunan

5 Laporan

6 Penyajian

3.3.2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan dilingkungan SMA N 1 Temanggung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

1. Penelitian Berdasarkan Angket

1. Persentase mengenai pengaruh metode mengajar guru terhadap minat belajar siswa.

Dari 40 sampel yang telah diteliti, 95% beranggapan bahwa metode mengajar guru berpengaruh terhadap minat belajar siswa, 2,5% beranggapan bahwa metode mengajar guru tidak berpengaruh terhadap minat belajar siswa, 2,5% beranggapan bahwa metode mengajar guru sedikit memengaruhi minat belajar, dan 0% yang beranggapan kadang-kadang. Jadi lebih dari sebagian sampel beranggapan bahwa metode mengajar guru berpengaruh terhadap minat belajar siswa.

2. Persentase mengenai ada tidaknya guru yang tidak disukai oleh siswa.

Dari 40 sampel yang ada, 87% siswa menjawab ada, 13% siswa menjawab tidak. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki guru yang tidak ia sukai.

3. Persentase mengenai alasan mengapa siswa tidak menyukai guru tersebut.

Dari 40 sampel yang diteliti, 25% beralasan guru tersebut membosankan, 25% beralasan guru tersebut terlalu banyak membahas diluar materi pelajaran, 20% beralasan tidak sesuai dengan yang diharapkan siswa, 17% beralasan guru tersebut pilih kasih terhadap siswanya, dan sisanya 13% tidak diiisi. Jadi sebagian besar siswa beralasan tidak menyukai seorang guru karena membosankan dan terlalu banyak menjelaskan diluar materi.

4. Persentase mengenai pengaruh metode mengajar guru terhadap nilai yang diperoleh siswa.

Dari 40 sampel yang diteliti, 80% siswa beranggapan bahwa metode mengajar memengaruhi nilai, 10% siswa beranggapan kadang-kadang, 5% siswa beranggapan tidak, dan 5% siswa lain beranggapan sedikit. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa beranggapan bahwa metode mengajar guru memengaruhi terhadap nilai yang diperoleh.

5. Persentase mengenai metode guru yang dianggap sesuai dengan kondisi siswa saat ini.

Dari 40 sampel yang telah diteliti, 65% siswa menganggap bahwa metode selingan cerita merupakan metode yang paling sesuai dengan kondisi siswa saat ini, 25% Dari 40 sampel yang telah diteliti, 65% siswa menganggap bahwa metode selingan cerita merupakan metode yang paling sesuai dengan kondisi siswa saat ini, 25%

6. Persentase mengenai tanggapan siswa terhadap metode bercerita yang digunakan guru.

Dari 40 sampel yang ada, 50% siswa menganggap bahwa metode bercerita dalam penyampaian materi menarik, 28% menganggap bahwa metode tersebut membuat paham, 15% siswa menganggap metode tersebut sangat membantu, dan sisanya 7% siswa menganggap metode tersebut tidak sesuai dengan harapan siswa.

2. Penelitian Berdasarkan Wawancara Berdasarkan wawancara dengan narasumber, kami peroleh data sebagai berikut:

1. Nama : Asih Sri Suparni Pekerjaan : Guru mata pelajaran Biologi SMA N 1 Temanggung Waktu wawancara : Rabu, 27 Februari 2013 pukul 14.00-14.30 WIB Metode mengajar yang diterapkan oleh narasumber biasanya sesuai dengan pokok bahasan atau materi yang sedang diajarkan. Metode-metode itu antara lain adalah inovasi, diskusi, debat, dan eksperimen. Metode inovasi biasanya diterapkan pada bab klasifikasi, yaitu dengan mengubah syair sebuah dengan lirik yang menyangkut materi tersebut. Metode diskusi biasanya diterapkan pada bab ekosistem. Kemudian, metode debat diterapkan pada bab zat adiktif. Sedangkan metode eksperimen diterapkan pada bab jamur dan alga. Menurut Ibu Asih, metode mengajar yang paling diminati siswa tergantung pada kesukaan siswa tersebut terhadap suatu mata pelajaran. Karena Ibu Asih pernah menemui siswa yang merasa bosan saat pembelajaran. Beliau berpendapat bahwa kebosanan tersebut dikarenakan faktor eksternal, contohnya siswa merasa bosan karena sedang sakit atau sedang mendapatkan masalah di luar sekolah. Namun di sisi lain, apabila Beliau menemui seorang siswa yang terus menerus bosan saat menerima pembelajaran, dan hal tersebut mengganggu jalannya proses KBM, maka Beliau akan berusaha mendekati siswa tersebut dan mencari tahu apa penyebab kebosanannya dengan cara yang halus. Untuk meningkatkan minat belajar siswa, Ibu Asih akan memberikan motivasi agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Ibu Asih mendeteksi minat seorang siswa terhadap mata pelajaran yang diampu Beliau dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Metode mengajar yang berhasil menarik minat siswa akan meningkatkan nilai mereka di sekolah. Sebagai seorang guru hal itu tentu akan membuat senang.

2. Pembahasan

1. Pengaruh metode mengajar guru terhadap minat belajar

siswa Setiap guru memiliki metode mengajar yang berbeda. Metode yang diterapkan tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula bagi minat belajar siswa. Metode mengajar guru di kelas dapat meningkatkan semangat belajar siswa dan membantu mereka dalam menangkap materi pelajaran yang disampaikan. Sehingga pengetahuan mereka akan semakin luas karena dapat memahami materi dengan baik. Dengan metode mengajar yang ideal dan bervariasi, akan mengurangi kebosanan dan kemalasan siswa dalam belajar, serta otak akan lebih fresh dalam proses pembelajaran berlangsung. Di lain sisi, ada pula metode mengajar guru SMA N 1 Temanggung yang kurang ideal sehingga menimbulkan dampak yang kurang baik bagi siswa. Dengan metode yang kurang ideal tersebut, siswa cenderung tidak bersemangat mengikuti pelajaran di kelas. Maka, proses pemahaman siswa akan terhambat sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi mereka di sekolah. Dengan metode mengajar yang monoton juga akan membuat siswa bosan dan mengantuk saat proses pembelajaran. Dari pemaparan tersebut, penulis membenarkan bahwa metode mengajar guru akan berpengaruh terhadap minat dan prestasi belajar siswa siswi SMA N 1 Temanggung.

2. Metode mengajar yang diharapkan siswa Setiap siswa tentunya mengharapkan metode mengajar yang diterapkan guru dalam proses belajar mengajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Namun, masing- masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, sehingga guru tidak mungkin akan menerapkan berbagai macam metode mengajar dalam satu pertemuan sekaligus. Hal itulah yang mendorong seorang guru untuk mengupayakan metode mengajar yang tepat bagi siswa dalam pembelajaran di kelas.Maka dari itu guru dituntut untuk selalu kreatif dalam mengajar agar dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan kondusif.Ada berbagai metode yang dapat diterapkan. Salah satunya yang paling diminati siswa yaitu metode bercerita. Berdasarkan survei, metode bercerita sangat diminati siswa karena sangat menarik dan membuat paham siswa dengan materi yang diajarkan. Namun, guru juga dapat menerapkan lebih dari satu metode. Dalam proses belajar mengajar di SMA N 1 Temanggung, sebagian guru telah menerapkan beberapa metode mengajar yang sesuai dengan harapan siswa. Hasil dari penerapan variasi metode mengajar tersebut dapat meningkatkan minat belajar siswa di kelas sehingga mereka meraih prestasi yang baik.

4.2.3. Cara meningkatkan minat belajar siswa Untuk meningkatkan minat belajar siswa, guru dituntut agar kreatif dalam menerapkan metode mengajar yang menarik. Selain itu, guru juga dapat memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bersemangat dalam menerima

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode mengajar guru dapat memengaruhi minat siswa terhadap suatu mata pelajaran. Sedangkan metode mengajar yang tidak sesuai dapat membuat siswa tidak paham dengan materi yang diajarkan sehingga memengaruhi nilai yang diperoleh siswa. Setiap guru memiliki metode mengajar yang berbeda. Ada banyak sekali metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru seperti metode ceramah, resitasi, tanya jawab, diskusi dan lain sebagainya yang bisa disesuaikan dengan kondisi, situasi maupun tipe siswa yang diajar.

2. Saran Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Menggunakan metode mengajar yang sesuai. Salah satunya yang paling diminati siswa yaitu metode bercerita.

2. Adanya usaha untuk memahami materi yang diajarakan dan mengikuti pembelajaran dengan metode yang digunakan (bagi siswa).

3. Adanya rasa saling pengertian antara guru dan murid.

4. Adanya sikap saling menghargai antara guru dan murid. DAFTAR PUSTAKA

Djajadisastra, J.1985. Metode-Metode Mengajar.Bandung:Angkasa

Gie, Liang.1998.“Introduction to The Study of Public Administration”. Dalam http://grahacendikia.wordpress.com/2009/04/23/minat-belajar-siswa. Di unduh 4 januari 2013.

Rudi, T. May .2005.komunikasi dan hubungan masyarakat internasional.Jakarta: Refika Aditama

Slameto.2010 .Author.Jakarta:Rineka Cipta

Suryosubroto, B. 2002.Proses belajar mengajar.Jakarta:Rineka Cipta

Perkotaan

Tidak Sekolah L Golong

Tidak/Belum Pernah Sekolah

Masih Sekolah

1 Termasuk pendidikan nonformal

Catatan (Paket A, Paket B, atau Paket C)

Aceh dan Maluku 3 Tidak termasuk

D.I. Aceh 4 Tidak termasuk Nanggroe Aceh Darussalam

(NAD), Maluku, Maluku Utara, dan Papua [Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS] Data dikutip dari publikasi Statistik Indonesia

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengembangan

sumberdaya manusia

mulailah menggunakan sebuah pertanyaan ketika mulai menulis. Misalnya "Bagaimana cara meningkatkan SDM untuk mencapai prestasi pendidikan?" atau "apa saja faktor yang mempengaruhi SDM dalam meningkatkan prestasinya?", dll.

2. buat kerangka tulisannya 3. gunakan beberapa refresi yang berkaitan.

terima kasih.

Pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi khususnya pendidikan madrasah diniyah, sangat penting dalam rangka mencapai suatu tujuan bersama. Pengembangan sumber daya manusia merupakan bentuk investasi. Oleh karena itu, pelaksanaan pengembangan SDM perlu memperhatikan faktor-faktor baik dalam diri organisasi itu sendiri maupun di luar organisasi yang bersangkutan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Diantara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor Internal Faktor internal disini mencakup keseluruhan kehidupan organisasi/lembaga yang dapat dilakukan, baik pimpinan maupun anggota organisasi yang bersangkutan.

a. Misi dan Tujuan Organisasi Setiap organisasi mempunyai misi dan tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan perencanaan yang baik dan implementasinya secara tepat. Untuk itu diperlukan kemampuan tenaga sumber daya manusia melalui pengembangan sumber daya manusia.

b. Strategi Pencapaian Tujuan Misi dan tujuan organisasi mungkin sama dengan organisasi lain, tetapi strategi untuk mencapai misi dan tujuan tersebut dapat berbeda. Oleh karenanya, kemampuan karyawan diperlukan dalam memperkirakan dan mengantisipasi keadaan di luar, sehingga strategi yang disusun dapat memperhitungkan dampak yang akan terjadi di dalam organisasinya. Secara tidak langsung hal ini dapat mempengaruhi pengembangan sumber daya menusia dalam organisasi.

c. Sifat dan Jenis Tujuan Sifat dan jenis kegiatan organisasi sangat penting terhadap pengembangan sumber daya manusia. Misalnya, suatu organisasi yang sebagian besar melaksanakan kegiatan teknis, akan berbeda dengan pola pengembangan sumber daya manusia pada organisasi yang bersifat ilmiah. Demikian juga, akan berbeda pula strategi dan program pengembangan c. Sifat dan Jenis Tujuan Sifat dan jenis kegiatan organisasi sangat penting terhadap pengembangan sumber daya manusia. Misalnya, suatu organisasi yang sebagian besar melaksanakan kegiatan teknis, akan berbeda dengan pola pengembangan sumber daya manusia pada organisasi yang bersifat ilmiah. Demikian juga, akan berbeda pula strategi dan program pengembangan

2. Faktor Eksternal Organisasi itu berada di dalam lingkungan dan tidak lepas dari pengaruh lingkungan di mana organisai itu berada, agar organisasi itu dapat

melaksanakan misi dan tujuannya maka harus memperhitungkan faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal organisas. Diantara faktor-faktor tersebut adalah kebijakan pemerintah, sosial budaya masyarakat, perkembanagn ilmu pengetahuan dan teknologi. a.. Kebijakan Pemerintah Kebijakan-kebijakan pemerintah baik yang dikeluarkan melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan pemerintah, surat keputusan menteri maupun pejabat pemerintah merupakan arahan yang harus diperhitungkan oleh organisasi. Kebijakan-kebijakan tersebut akan mempengaruhi program-program pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi yang bersangkutan.

b. Sosio Budaya Masyarakat Faktor sosio budaya masyarakat tidak dapat diabaikan oleh suatu organisasi. Hal ini dapat dipahami karena suatu organisasi apapun didirikan untuk kepentingan masyarakat yang mempunyai latar belakang sosio budaya yang berbeda-beda. Oleh sebab itu dalam mengembangkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi faktor eksternal perlu dikembangkan.

c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar organisasi dewasa ini telah sedemikian pesatnya. Organisasi yang baik harus mengikuti arus tersebut dan harus mampu memilih teknologi yang tepat. Oleh karena itu, kemampuan karyawan organisasi harus diadaptasikan dengan kondisi tersebut. Selain itu, faktor-faktor tersebut dapat menunjang suatu keberhasilan yang maksimal apabila suatu diklat atau pelatihan dan pendidikan tersebut anadaya suatu partisipasi yang sangat baik dalam diri peserta, fokus pelatihan yang sangat efektif, proses yang memadai, biaya yang ringan, motivasi, serta hasil atau out came yang sangat bagus bagi peserta setelah pelaksanaan diklat atau pendidikan dan pelatihan. Pengertian sumber daya manusia dan penerapannya sering kali masih belum

sejalan dengan keinginan organisasi. Sementara keselarasan dalam mengelola SDM menjadi faktor utama kesuksesan jalannya sebuah organisasi. Lalu sumber daya yang bagaimana yang perlu dikembangkan agar tujuan organisasi bisa tercapai dengan baik?

Sebelum melangkah lebih lanjut, ada baiknya kita kembali ke pengertian awal untuk memahami hal ini. Apa yang dimaksud dengan sumber daya manusia? Mari kita lihat menurut pendapat para ahli.

1. Sonny Sumarsono (2003, h 4), Sumber Daya Manusia atau human recources mengandung dua pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat.

2. Mary Parker Follett Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Definisi ini, yang dikemukakan oleh Mary Parker Follett, mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlakukan, atau dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Manajemen memang dapat mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi definisi di atas memberikan kepada kita kenyataan bahwa kita terutama mengelola sumber daya manusia bukan material atau finansial.

Di lain pihak manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian (perencanaan dan penugasan kelompok kerja), penyusunan personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian kompensasi, dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan, integrasi, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan.

3. M.T.E. Hariandja (2002, h 2) Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi.

4. Mathis dan Jackson (2006, h.3) SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

Demikian pula menurut The Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) dalam Mullins (2005). Sumber daya manusia dinyatakan sebagai strategi perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk Demikian pula menurut The Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) dalam Mullins (2005). Sumber daya manusia dinyatakan sebagai strategi perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk

5. Hasibuan (2003, h 244) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

SDM terdiri dari daya fikir dan daya fisik setiap manusia. Tegasnya kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya. SDM atau manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Peralatan yang handal atau canggih tanpa peran aktif SDM, tidak berarti apa-apa. Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa sejak lahir (modal dasar) sedangkan kecakapan diperoleh dari usaha (belajar dan pelatihan). Kecerdasan tolok ukurnya Intelegence Quotient (IQ) dan Emotion Quality (EQ).

Share this article:

Cara Meningkatkan Prestasi Belajar yang Rendah

Permasalahan utama yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini adalah Rendahnya Prestasi Belajar siswa. Hal ini merupakan sebuah koreksi bagi kinerja dunia pendidikan, khususnya para pegiat pendidikan. Kita memang sangat terenyuh melihat kenyataan rendahnya prestasi belajaar para siswa kita. Ini mencerminkan proses pendidikan dan pembelajaran yang gagal.

Terkait dengan kondisi tersebut, maka setidaknya kita perlu melakukan introspeksi terhadap segala hal yang telah kita perbuat untuk proses pendidikan anak bangsa. Bahwa pendidikan dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang paling utama, yaitu di rumah, di sekolah, dan di masyarakat . Oleh karena itulah, jika kita mendapati kenyataan jelek yaitu rendahnya prestasi belajar siswa, maka sebenarnya merupakan tanggungjawab bersama tiga aspek tersebut. Tentunya sebagai akibat rendahnya prestasi belajar siswa, maka kualitas sumber daya manusia (SDM) juga terpengaruh. Hal ini karena adanya keterkaitan nyata antara prestasi belajar dengan kualitas sumber daya manusia . Siswa yang berprestasi mencerminkan sumber daya manusia yang berkualitas, sementara siswa yang tidak berprestasi atau rendah prestasinya menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas rendah juga.

Terkait dengan hal tersebut, maka perlu kiranya kita secara intens dan bersama -sama Terkait dengan hal tersebut, maka perlu kiranya kita secara intens dan bersama -sama

Proses Pembelajaran Harus Efektif Rendahnya prestasi belajar siswa sebenarnya merupakan satu pukulan telak ya ng diterima

oleh guru dan dunia pendidikan. Ini merupakan satu kondisi yang memalukan dan harus segera ditindak-lanjuti dengan penanganan efektif. Untuk hal tersebut, maka guru seharusnya benar-benar memaksimalkan proses pembelajaran sehingga materi dan target dapat dicapai secara maksimal dan efektif . Dengan demikian, maka kualiats SDM dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan secara signifikan.

Efektifitas proses pembelajaran pada jaman sekarang sangat tergantung pada tingkat kebersamaan siswa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban belajarnya. Jika tidak, maka segala upaya yang kita lakukan sama sekali tidak berguna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ini merupakan kewajiban untuk mengangkat rendahnya prestasi belajar siswa .

ü Siswa Harus Berperan Aktif Dalam Proses Pembelajaran Konsep pembelajaran beralih secara signifikan pada proses pembelajarannya, dimana pada

jaman dahulu, konsepnya menempatkan guru sebagai pusat belajar , maka sekarang siswa adalah pusat belajarnya. Artinya untuk meningkatkan rendahnya prestasi belajar siswa, maka siswa seharusnya memposisikan diri sebagai pusat kegiatan, sehingga setiap kegiatan belajar adalah bagian kegiatannya. Siswa harus terlibat dan berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Mereka tidak boleh hanya menunggu perintah atau menjadi pendengar setia dari proses pembelajaran di kelasnya. Mereka harus mengambil peranan secara aktif. Jika mereka mengambil peranan aktif dalam proses pembelajaran, maka rendahnya prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Siswalah yang sesungguhnya menentukan keberhasilan belajarnya. Jika mereka aktif belajar, maka tingkat keberhasilannya semakin bagus

Peranan Orangtua Pada Belajar Anak-anaknya Orangtua atau keluarga adalah tempat belajar siswa untuk pertama kalinya. Sejak kecil,

mereka berada di lingkungan keluarga sehingga mereka secara langsung melakukan proses belajar. Siswa belajar dari orang-orang yang berada di sekitarnya sehingga mempunyai kemampuan melakukan sesuatu. Dengan demikian, sebenarnya orangtua mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan rendahnya prestasi belajar siswa.

Seringkali terjadi, orangtua menyerahkan sepenuhnya proses pendidikan dan pembelajaran anak-anaknya kepada sekolah. Mereka merasa dunia pendidikan mempunyai kemampuan untuk memberikan proses pendidikan dan pembelajaran yang dibutuhkan anak-anaknya da tidka perlu ditambah di rumah. Akibatnya adalah rendahnya prestasi belajar anak -anak sebab tidak ada bimbingan di rumah.

ü Masyarakat Sebagai Tempat Belajar Siswa Lingkungan terakhir yang menjadi tempat belajar anak-anak adalah lingkungan masyarakat.

Di lingkungan inilah, banyak waktu yang dihabiskan anak. Mereka bergerak dan bersosialisasi dengan banyak orang sebagai wujud dirinya m akhluk sosial. Dengan demikian, maka semakin berkurang waktu yang mereka miliki untuk belajar . Dan, dalam konteks inilah yang selanjutnya menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa.

Anak-anak kehilangan waktu untuk belajar sebab terlalu asyik dengan interaksi antar personal di masyarakat. Mereka tidak pernah belajar sebab kegatan di masyarakat jauh lebih menarik perhatian mereka daripada sekedar belajar di depan meja belajar . Dalam kondisi inilah, maka seharusnya

masyarakat menerapkan tugas dan kewajibannya terhadap proses belajar anak -anak. [1] Dunia pendidikan kita ditandai oleh disparatis antara pencapaian academic standard dan

performance standard. Faktanya, banyak peserta didi k menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunkan atau dimanfaatkan. Peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagai mana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami kon sep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat umumnya di mana mereka akan hidup dan bekerja.

Disparitas terjadi karena pembelajaran selama ini hanyalah suatu proses pengondisian - pengondisian yang tidak menyentuh realitas alami. Pembelajara n berlatar realitas artificial. Aktivitas kegiatan belajar mengajar selama ini merupakan pseudo pembelajaran. Terdapat jarak cukup jauh antara materi yang dipelajari dengan peserta didik sebagai insan yang mempelajarinya. Materi yang dipelajari terpisah dari peserta didik yang mempelajarinya.

Sebagai medium pendekat antara materi dan peserta didik pada pembelajaran artificial adalah aktivitas mental berupa hafalan. Pembelajaran lebih menekankan memorisasi terhadap materi yang dipelajari daripada struktur ya ng terdapat di dalam materi itu. Pembelajaran seperti ini melelahkan dan membosankan. Belajar bukan manifestasi kesadaran dan partisipasi, melainkan keterpaksaan dan mobilisasi. Dampak psikis ini tentu kontraproduktif dengan hakikat pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan manusia atas seluruh potensi kemanusiaan yang dimiliki secara kodrati.

Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk mengaktualisasi seluruh potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya. Seiring dengan pengembangan filsafat kontruktivisme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul pemikiran kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa negeri ini menuju pembelajaran yang berkualitas, humanis, organis, dinamis, dan kontruktif. Salah satu pemikiran kritis itu dan salah satu upaya yang dapat dikembangkan oleh sekolah adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,efektif dan menyenangkan atau PAIKEM.

Pembelajaran menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage

performance. Pembelajaran lebih menekankan bahwa peserta didik sebagai makhluk berkesadaran memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman adalah kebutuhan. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan yang dimilikinya.

Aktif Pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif

bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakangagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pas if yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas y ang dihadapinya.

Inovatif pembelajaran merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari. Makan

itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang member kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang

Kreatif pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah

kreativitas bisa dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif yang melibatkan evaluasi bukti. Kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu problem.

Efektif Pembelajaran efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk

pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran efektif

e udahka peserta didik elajar sesuatu ya g er a faat .

Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah de rita yang didera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinnya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya. Pembelajaran menyenangkan menjadikan peserta didik ikhlas menjalaninya. Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarka n bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas. Praktik PAIKEM membutuhkan kemampuan teoritik dan praktik. Kemampuan teoritik meliputi arti belajar, dukunagn teoritis, model pembelajaran, dan pembelajar an kontekstual. Kemampuan praktik adalah mempraktikan metode -metode PAIKEM.

PAIKEM sebagai proses learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik. Aspek pengetahuan-pengetahuan tersebut penting sebagai landasan bagi guru maupun calon guru berpikir logis dan bertindak profesional atas profesinya. Bertolak pada kebutuhan pendidikan di era global dan tuntutan profesionalisme kependidikan, metode bertajuk PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan) proses dan hasil belajar peserta didik diharapkan akan meningkat. Dengan meningkatnya proses dan hasil belajar maka diharapkan kualitas pendidikan juga akan meningkat martabat bangsa kita. [2]

[2] www.kompasiana.comv

LATAR BELAKANG DAN SEJARAH BERDIRINYA RUMAH PINTAR AL-BAROKAH

Sebagai subsistem pendidikan nasional, pendidikan nonformal dihadapkan pada dua tantangan besar pembangunan pendidikan nonformal, yakni pertama, bagaimana pendidikan nonformal mampu melaksanakan komitmen nasional untuk membenahi dan mengembangkan mutu pendidikan; dan kedua, bagaimana pendidikan nonformal mampu berperan efektif membantu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat lapisan bawah, yang memiliki berbagai keterbatasan dan ketidakberdayaan secara struktural maupun kultural akibat geologis maupun sosio-demografis. Pendekatan untuk selalu mengintegrasikan aspek mutu dalam merancang dan mengembangkan program-program pendidikan nonformal serta melibatkan seluruh stakeholder pendidikan merupakan strategi untuk menjawab tantangan tersebut, karena bagi pendidikan nonformal, program-program yang tidak mempertimbangkan mutu tidak akan efektif dilaksanakan.

Hingga saat ini, pendidikan nasional di Indonesia masih menghadapi tiga tantangan besar yang kompleks. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era global dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Selain itu, pendidikan nasional juga masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang menonjol yaitu: (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan; dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan, di samping belum terwujudnya kemandirian dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan akademis.

Tentunya hal ini menjadi tantangan dan pekerjaan rumah kita bersama bagi warga masyarakat yang tinggal di Tatar Pasundan ini. Sehingga perlu adanya suatu penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar mau ikut berpartisipasi aktif dalam rangka mencapai indeks IPM yang telah ditargetkan.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Suzanne Kindervatter (1979) yang mengemukakan pendapatnya tentang pemberdayaan adalah setiap upaya dalam pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan warga belajar terhadap perkembangan sosial ekonomi dan atau politik sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya di dalam masyarakat. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia karena hanya dengan pendidikan seseorang mampu menghadapi persaingan di segala aspek kehidupannya.

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas jalur pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya (2004: 23). Selanjutnya definisi dan fungsi dari

Pendidikan Non Formal sebagaimana yang tercantum di dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yaitu :

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstrukur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional (UU. Sisdiknas, 2004 : 23-2)

Dari penjelasan di atas Pendidikan Luar Sekolah memiliki peran yang urgen di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung semakin cepat menimbulkan kebutuhan yang beraneka ragam dalam hal peralihan informasi, pengetahuan serta keterampilan guna pengembangan potensi peserta didik dengan menyeimbangkan antara pengetahuan dan keterampilan fungsional.

Satuan pendidikan Nonformal seperti PKBM, sanggar belajar, pondok pesantren, padepokan, dan

seperti Rumah Pintar dan lain sebagainya mempunyai kapasitas dalam pengembangan pendidikan nonformal yang merupakan bagian penting dari program pembangunan pendidikan dan pembangunan masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan nonformal merupakan usaha sadar yang disengaja untuk membantu masyarakat agar mereka dapat mengubah sikap dan prilaku membangun serta dapat menggunakan sikap dan prilaku tersebut dalam meningkatkan taraf hidupnya.