PENILAIAN SISTEM TRANSPORTASI YANG MENGA

PENILAIAN SISTEM TRANSPORTASI YANG MENGARAH
PADA GREEN TRANSPORTASI DI KOTA SURAKARTA

RINGKASAN TESIS

Oleh:
DIAN MARIA ANDRIANI
21040111400040

FAKULTAS TEKNIK
MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

PENILAIAN SISTEM TRANSPORTASI YANG
MENGARAH PADA GREEN TRANSPORTASI DI KOTA
SURAKARTA
Dian Maria Andriani
Magister Pembangunan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Tembalang, Semarang Jawa Tengah
Telp. +62 24 7460054, Fax. +62 24 7460054
dianmariaandriani@ymail.com

Abstrak
Saat ini masyarakat dihadapkan pada kondisi dimana harus secepatnya
melakukan perubahan terhadap pola hidup terkait dengan penggunaan alat
transportasi yaitu dengan cara meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor
guna menghindari efek global warming. Untuk mengantisipasi ancaman
kemacetan maka Kota Surakarta sudah mulai menggagas dan merancang sebuah
sistem transportasi yang lebih mengarah pada “green transportation”. Konsep ini
menjadi bagian dari konsep eco city yang dikembangkan oleh pemerintah Kota
Surakarta pada tahun 2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai sistem transportasi di Kota
Surakarta yang mengarah pada green transportasi dalam upaya mewujudkan
transportasi yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode
penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan 3 analisis dasar. Pertama adalah
analisis sistem transportasi kota yang terdiri dari sistem aktivitas, sistem
pergerakan dan sistem jaringan. Analisis ke dua adalah analisis transportasi
berkelanjutan yang terdiri dari ekonomi transportasi, sosial transportasi dan

kondisi lingkungan. Dan analisis ke tiga adalah analisis green transportation yang
terdiri dari kebijakan transportasi, moda transportasi dan penerapan konsep.
Analisis berikutnya adalah analisis penilaian konsep. Analisis ini dilakukan dengan
memberi bobot masing-masing kategori variabel (yang selanjutnya menjadi skor
dari masing masing variabel). Selanjutnya skor rata-rata akan di interpretasi
sesuai dengan angka parameter yang digunakan dalam instrumen penelitian.
Berdasarkan analisis, penilaian untuk sistem transportasi Kota Surakarta
yang mengarah pada green transportasi sebagai wujud dari transportasi
berkelanjutan adalah cukup berhasil. Bentuk keberhasilan Kota Surakarta terlihat
dari variabel sistem transportasi dan transportasi berkelanjutan yang sudah cukup
baik dan sudah representatif menuju green transportasi. Sedangkan variabel
green transportasi sendiri masih belum bisa dikatakan baik dan berhasil

dikarenakan masih banyaknya kekurangan terkait dengan kriteria green
transportasi, namun usaha dan kerja keras Pemerintah Kota Surakarta untuk
memulai dan menjalankan sebuah konsep baru patut untuk diapresiasi dan
dicontoh oleh kota-kota lain di Indonesia. Rekomendasi yang diajukan adalah
perlu adanya suatu dokumen resmi yang menjelaskan, mengarahkan dan
mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan konsep Green Transportasi di
Kota Surakarta. Perlu adanya peningkatan terhadap sosialisasi pemerintah

terhadap segala kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan khususnya kebijakan
dalam hal peningkatan sistem transportasi, perlu adanya peningkatan terhadap
pengembangan moda transportasi yang terkoneksi dengan baik, efisien serta
efektif sehingga masyarakat dapat berpindah dari satu jenis angkutan ke
angkutan lainnya dengan cepat, murah dan nyaman.
Kata kunci : green transportation, transportasi berkelanjutan

Abstract
Many problems in the field of transportation often require governments
to begin implementing sustainable transportation systems. One effort in realizing
the vision and mission is to promote sustainable transportation "green
transportation" as a way to reduce the problems associated with urban transport
today. To anticipate the threat of congestion of Surakarta already conceive and
design a transport system that is more directed to the "green transportation". The
concept is part of the concept of eco-city being developed by the government of
Surakarta in 2010.
The purpose of this study was to assess the transport system in the city
of Surakarta which leads to green transportation in an effort to achieve
sustainable transportation. The method used is quantitative methods of analysis.
The analysis conducted in this study there are 3 of the first is the analysis of

urban transportation system consisting of system activity, movement systems
and network systems. Second analysis is the analysis of sustainable transport
which consists of transportation economics, social, transport and environmental
conditions. And analysis of the three is the analysis of green transportation
consisting of transport policy, transport and application of the concept. So from
the three main analyses will hence forth the concept of a valuation analysis. In
conducting these analysis indicators for each variable measured by descriptive
analysis gives weight to each category so that the average score can be
interpreted by comparing the number of parameters specified in the classification
list of the instruments used.
In accordance with the classification used instrument called the
assessment of the transportation system in the city of Surakarta which leads to
green transportation in realizing sustainable transportation in value quite
successful. This success is evident from the variable transport and sustainable
transport system of Surakarta is good enough and is representative towards
green transport even though the variable itself is still not well and managed to
say because there are still many shortcomings associated with the criteria of
green transportation efforts and hard work, but the City Surakarta to start and run
a new concept deserves to be appreciated and emulated by other cities in
Indonesia. So based on the conclusions of the study can be formulated several

recommendations, namely the need for a legal document that explains, directs
and governs all things related to the concept of Green Transport in Surakarta, a
need to increase the socialization of the government against any policies and the
need to increase the development of transport modes are connected properly,

efficiently and effectively so that people can move from one type of transport to
the other freight fast, cheap and convenient.
Keywords: green transportation, sustainable transportation

PENDAHULUAN
Perkembangan jumlah kendaraan bermotor di perkotaan
semakin mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini
dikarenakan adanya urban sprawl yang tidak diikuti dengan
penyediaan sistem angkutan umum yang memadai sehingga
masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi
dalam melakukan aktivitas pergerakan. Saat ini masyarakat
dihadapkan pada kondisi dimana harus secepatnya melakukan
perubahan terhadap pola hidup terkait dengan penggunaan alat
transportasi yaitu dengan cara meminimalisir penggunaan
kendaraan bermotor guna menghindari efek global warming.

Banyaknya tudingan yang mengatakan bahwa transportasi yang
semakin tidak terkendali telah mengakibatkan penurunan kualitas
kehidupan perkotaan, hal ini terlihat dari menurunnya tingkat
kesehatan masyarakat, semakin buruknya kualitas udara perkotaan,
meningkatnya korban kecelakaan lalu lintas serta meningkatnya
tekanan kejiwaan akibat kemacetan. Dengan melihat rentetan
permasalahan tersebut maka perlu adanya pengembangan sistem
transportasi yang ramah lingkungan sebagai wujud dari transportasi
yang berkelanjutan. Banyaknya permasalahan dibidang transportasi
kerap kali menuntut pemerintah untuk mulai menerapkan sistem
transportasi berkelanjutan.
Kota Surakarta atau sering disebut Kota Solo tergolong dalam
secondary city atau kota kelas menengah yang terus berkembang,
bahkan tidak lebih dari satu dasawarsa kedepan kota ini akan
menjadi kota metropolitan. Perkembangan Kota Surakarta sampai
saat ini dapat dikatakan cukup tinggi dimana pertumbuhan ekonomi
dari tahun ke tahun terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang
cukup pesat tersebut telah membawa konsekuensi logis terhadap
sistem dan pola transportasi kota serta dampak terhadap
lingkungan hidup. Jelas akan ada peningkatan traffic kendaraan

bermotor sebab hampir dipastikan gerakan roda ekonomi di Kota
Surakarta selalu diiringi dengan pergerakan manusia dalam
distribusi barang dan jasa. Menjadi hal wajar jika saat ini kota
Surakarta telah berubah menjadi sebuah kota yang cukup macet
meski masih pada kawasan-kawasan tertentu dan pada jam-jam
tertentu, disamping pencemaran lingkungan yang juga meningkat.
Keadaan saat ini jelas mencerminkan kondisi Kota Surakarta
kedepan, sebab bukan tidak mungkin kurang dari lima tahun
kedepan Kota Surakarta akan menjadi cukup macet seiring dengan
pertumbuhan dan pertambahan kendaraan bermotor yang seolah
menjadi tanda kemakmuran dan meningkatnya perekonomian di
sebuah kawasan.

Hal ini tentu disadari bersama oleh segenap kalangan di Kota
Surakarta. Mengantisipasi ancaman kemacetan tersebut maka sejak
saat ini Kota Surakarta sudah mulai menggagas dan merancang
sebuah sistem transportasi yang lebih mengarah pada “green
transportasi”. Munculnya “green transportasi” diharapkan mampu
memberikan angin segar bagi pemerintah Kota Surakarta untuk
menata sistem transportasi menjadi lebih baik,aman, nyaman

namun tetap ramah lingkungan sehingga pemerintah dapat
mewujudkan transportasi yang berintegrasi dan berkelanjutan
sesuai dengan visi Kota Surakarta sebagai Eco Cultural City atau
yang biasa disebut dengan Eco City. Eco Cultural City adalah sebuah
konsep pengembangan kota yang menggabungkan nuansa budaya
yang ramah lingkungan. Berdasarkan pada perumusan masalah di
atas, maka pertanyaan penelitian yang tepat adalah sebagai berikut
: “Bagaimana sistem transportasi di Kota Surakarta yang
mengarah
pada
konsep
green
transportasi
dalam
mewujudkan transportasi berkelanjutan?”
METODE
Berdasarkan karakteristik penelitian maka pendekatan yang
dinilai paling tepat untuk digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengolah data-data
numerik yang merupakan hasil dari kuisioner dan data sekunder.

Sehingga dengan demikian data-data yang diperoleh dapat diolah
dengan analisis yang sesuai sehingga akan mengahasilkan output
terukur yang dideskripsikan secara terperinci dan komprehensif
mengenai lokasi dan hasil perhitungan yang akan diteliti sehingga
informasi yang didapat diharapkan mampu menjawab pertanyaan
penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
meliputi pengumpulan data secara primer dan sekunder. Data
primer didapatkan melalui: observasi, wawancara dan kuisioner,
sedangkan data sekunder didapat dari instansi atau narasumber
tertentu berupa: statistik, peta, literatur, maupun dokumen lain
berisi informasi yang dapat mendukung penyusunan penelitian ini.
KAJIAN TEORI
Transportasi
memiliki
pengertian
sebagai
usaha
memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan
suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain

ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk
tujuan-tujuan tertentu (Miro, 2002 : 4). Transportasi merupakan hal
yang penting dalam suatu sistem karena tanpa transportasi
hubungan antara satu tempat dengan tempat lain tidak terwujud
dengan baik (Bintarto, 1997). Hurst (1974) mengemukakan bahwa
interaksi antar wilayah tercermin pada kondisi fasilitas transportasi
serta aliran manusia, barang, maupun jasa.
Sustainable

Transportation sendiri berawal dari kata sustainability. Berdasarkan
opini The UK Government’s 1998 Policy (Detr, 1998) pengertian
sustainability adalah:
 Perkembangan sosial yang mengenal dan mengetahui kebutuhan
setiap orang
 Perlindungan yang efektif terhadap lingkungan dan meminimalisir
pengaruh global
 Efisiensi dalam penggunaan SDA
 Biaya tinggi dan kestabilan pertumbuhan ekonomi dan tenaga
kerja.
Secara khusus transportasi berkelanjutan diartikan sebagai

“upaya untuk memenuhi kebutuhan mobilitas transportasi generasi
saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam
memenuhi
kebutuhan
mobilitasnya”.
Sistem
transportasi
berkelanjutan dikatakan sebagai suatu sistem transportasi yang
mengakomodasi aksesibilitas semaksimal mungkin dengan dampak
negatif yang seminimal mungkin. Bukan sekedar alat transportasi
yang dijalankan dalam waktu dekat akan tetapi juga harus
mempunyai dampak yang paling minimal di masa depan.
Berdasarkan visi sustainable transportation yang harus dicapai,
maka diperlukan adanya upaya atau misi dalam pencapaian visi
tersebut. Mengingat transportasi terdiri dari tiga pilar penting, yaitu
sosial, lingkungan dan ekonomi, maka upaya menuju sustainable
transportation harus meliputi ketiga pilar tersebut adalah:
1. Sosial
 Ketersediaan transportasi harus memenuhi kebutuhan dasar
manusia untuk kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan dengan
cara-cara yang efektif dan tidak merusak tatanan sosial.
 Mendukung pembangunan yang berorientasi kepada masyarakat
seperti menyediakan berbagai pilihan moda transportasi yang
nyaman.
 Mengurangi polusi udara dan suara dari transportasi yang sangat
mengganggu masyarakat
 Memberikan keamanan dan kenyaman bagi masyarakat.
2. Ekonomi
 Sistem transportasi harus menyediakan layanan efektif dalam
biaya dan kapasitas
 Sistem transportasi harus menjadi financial yang terjangkau
dalam setiap generasi
 Sistem transportasi harus mendukung aktivitas hidup manusia,
sehingga sistem transportasi juga berorientasi terhadap ekonomi
berkelanjutan.
3. Lingkungan
 Sistem transportasi harus menggunakan tanah secara efektif dan
efisien sehingga tanah yang digunakan lebih sedikit dan tidak
berdampak besar terhadap integritas ekosistem.
 Sistem transportasi harus menggunakan sumber-sumber lain
yang terbarukan atau sistem yang tak habis-habisnya. Sumber

terbarukan ini bisa didapat dengan mendaur ulang bahan yang
telah digunakan dalam kendaraan umum atau infrastruktur.
 Menghasilkan sedikit emisi.
Selanjutnya menurut Beela (2007:3) indikator dari
sustainable transportasi itu adalah:
1. Keamanan perjalanan bagi pengemudi dan penumpang
2. Penggunaan energi oleh moda transportasi
3. Emisi CO2 oleh moda transportasi
4. Pengaruh transportasi terhadap lingkungan sekitar
5. Kesenangan dan kenyaman menggunakan moda transportasi
6. Emisi dari bahan beracun dan bahan kimia berbahaya, polusi
udara dikarenakan moda transportasi
7. Guna lahan bagi moda trasnportasi seperti lahan parker
8. Gangguan terhadap wilayah alami oleh moda transportasi atau
infrastruktur lainnya.
9. Polusi suara oleh moda transportasi.
Transportasi berkelanjutan terkait dengan konsumsi energi
serta pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Transportasi
berkelanjutan
dapat
diterjemahkan
kedalam
permasalahan
lingkungan sehingga ini menjadi alasan mengapa aspek lingkungan
sangat kuat terhubung dengan transportasi. Permasalahan
transportasi lingkungan dibagi dalam 3 kategori yaitu:
 Kontribusi emisi di seluruh dunia terhadap gas rumah kaca
 Emisi lokal yang menyebabkan polusi udara
 Efek pada kualitas hidup seperti polusi suara, getaran dan efek
kepada publik ruang. (Vermie, 2003 dalam Beella S K and Brezet J
C, 2007).
Transportasi hijau atau biasa disebut dengan Green Transport
merupakan perangkat transportasi yang berwawasan lingkungan.
Transportasi hijau merupakan pendekatan yang digunakan untuk
menciptakan transportasi yang sedikit atau tidak menghasilkan gas
rumah kaca (id.wikibooks.org). Green transportasi merupakan salah
satu dari delapan komponen green city dimana pengembangan
sistem transportasi berkelanjutan melalui green transportation
bertujuan untuk mendorong masyarakat dalam penggunaan
transportasi publik ramah lingkungan. Transportasi hijau (Green
Transport) mengacu pada sarana transportasi dengan dampak yang
rendah pada lingkungan, termasuk transportasi non-motorized yaitu
berjalan kaki dan bersepeda, penggunaan kendaraan hijau,
carsharing, serta berusaha untuk membangun atau melindungi
sistem transportasi perkotaan yang hemat bahan bakar dan ruang
sehingga dapat menciptakan gaya
hidup yang sehat.
GAMBARAN UMUM
Secara Geografis Kota Surakarta
terletak antara 110° 45’ 15” dan

110°45’ 35” Bujur Timur dan antara
7°36’ dan 7°56’ Lintang Selatan. Kota
Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3
(tiga) buah sungai besar , yaitu :
sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan
Kali Pepe . Kota Surakarta sendiri
merupakan salah satu kota besar di
Jawa Tengah yang menunjang kotakota
lainnya
seperti
Semarang
maupun Yogyakarta. Untuk lebih
jelasnya
kondisi
geografis
dan
administratif Kota Surakarta dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
Pergerakan arus lalu lintas di Kota
Sumber: Bappeda Kota Surakarta, 2012
Surakarta
disebabkan
adanya
GAMBAR 3. 1 PETA
pergerakan internal penduduk Kota
ADMINISTRASI
Surakarta dan pergerakan eksternal
KOTA SURAKARTA
penduduk yang berada di sekitar dan
di luar Kota Surakarta.
Kota Surakarta sendiri memiliki struktur tata ruang dengan pola
konsentris yang berkembang dengan pusat-pusat aktivitas yang
keluar dari pusat kota dan menyebar ke segala arah mengikuti pola
grid dimana pergerakannya dinilai cukup merata. Pergerakan yang
merata ini disebabkan oleh kebutuhan yang dianggap telah
terpenuhi sehingga tidak mengharuskan adanya pergerakan menuju
pusat kota. Struktur Kota Surakarta kemudian berkembang sebagai
pusat kawasan yang melayani daerah-daerah di sekitarnya sehingga
pola pergerakan yang ada lebih didominasi oleh pergerakan
eksternal (Bambang Setiawan, 2004). Moda transportasi yang ada
di Kota Surakarta adalah Batik Solo Trans (BST), Railbus, Bus Tingkat
Wisata dan Sepeda. Batik Solo Trans (BST) yang telah diresmikan
pada tanggal 1 September 2010. Sebelum Batik Solo Trans (BST)
hadir kebutuhan akan transportasi massa dilayani oleh adanya bus
Damri A. Namun semenjak Batik Solo Trans (BST) beroperasi bus
Damri (jalur A) telah dipindah ke jalur B sedangkan Batik Solo Trans
(BST) beroperasi di jalur A. Selanjutnya Railbus merupakan sebuah
kereta api commuter dalam dan antarkota, sebagai simbol masa
depan. Pemerintah Kota Surakarta meluncurkan transportasi baru
yang bernama Railbus Batara Kresna, kereta buatan PT. Industri
Kereta Api Madiun ini mulai beroperasi sejak pertengahan tahun ini
yaitu pada tanggal 20 April 2012. Berikutnya adalah Bus tingkat
yang diberi nama Werkudara yang kini menjadi ikon baru wisata di
Kota Surakarta. Inilah bus tingkat pertama buatan Indonesia dengan
atap terbuka. Bus ini dioperasikan oleh pemerintah Kota Surakarta
khusus bagi para wisatawan, baik mancanegara atau domestic.
Untuk pengoperasian bus tingkat ini sendiri telah diatur dalam
peraturan daerah termasuk dalam penetapan tarif atau harga. Dan
moda transportawsi berikutnya sepeda. Sepeda merupakan alat
transportasi rakyat yang begitu membumi di kota ini. Kota Surakarta

saat ini telah diklaim memiliki jalur lambat terpanjang se-Indonesia
yaitu sepanjang 30 km. Jalur ini digunakan untuk rekreasi sepeda.
Jalur lambat di Kota Surakarta yang terpanjang di Indonesia ini
menyambung dari batas kota di barat hingga batas kota di bagian
timur. Dengan infrastruktur yang telah tersedia dan didukung
kondisi geografis Surakarta yang datar tentu saja sangat
mendukung untuk pengembangan sarana transportasi sepeda
kayuh.
ANALISIS
Analisis utama yaitu analisis sistem transportasi, analisis
transportasi berkelanjutan, analisis green transportasi dan analisis
penilaian. Analisis sistem transportasi terdiri dari analisis sistem
aktivitas, analisis sistem pergerakan, dan analisis sistem jaringan.
Analisis transportasi berkelanjutan terdiri dari analisis ekonomi,
analisis sosial dan analisis kondisi lingkungan. Sedangkan analisis
green transportasi terdiri dari analisis kebijakan transportasi,
analisis moda transportasi, dan analisis penerapan.
A. Analisis Sistem Transportasi Kota Surakarta
• Analisis Sistem Aktivitas
Kota Surakarta aktivitasnya didominasi oleh perdagangan &
jasa, dilengkapi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang
memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Keberadaan Kota
Surakarta sebagai pusat aktivitas perdagangan & jasa, industri,
pendidikan dan pariwisata tentunya memberikan konsekuensi pada
berkembangnya kota sebagai simpul pemenuhan kebutuhan bagi
wilayah disekitarnya sehingga hal ini menjadi pemicu terjadinya
pergerakan arus manusia dan barang dalam rangka pemenuhan
kebutuhan serta berlangsungnya segala aktivitas di Kota Surakarta.
• Analisis Sistem Pergerakan
Pergerakan yang menjadi aktivitas utama masyarakat Kota
Surakarta terkait dengan tujuan pergerakannya dilihat dari
kecenderungan yang dilakukan diantaranya:
1. Pergerakan bekerja, pergerakan dilakukan dengan tujuan ke
tempat kerja. Berdasarkan hasil survey wawancara yang
dilakukan hampir sekitar 51% masyarakat Kota Surakarta
melakukan pergerakan dengan tujuan untuk bekerja, dimana
pergerakan ini biasa dilakukan pada hari aktif yaitu Senin-Jumat
pada jam 06.00-07.30 WIB dan waktu istirahat kantor antara
11.00-12.00 WIB. Sedangkan sarana transportasi yang biasa
digunakan diantaranya adalah sepeda motor sebanyak 25%,
mobil sebanyak 16%, serta angkutan umum sebanyak 10%.
2. Pergerakan bersekolah, pergerakan dilakukan dengan tujuan ke
tempat sekolah. Berdasarkan hasil survey wawancara yang
dilakukan ada sekitar 32% masyarakat Kota Surakarta yang terdiri
dari siswa SLTP, SLTA dan Mahasiswa Universitas melakukan
pergerakan dengan tujuan untuk bersekolah, dimana pergerakan

ini biasa dilakukan pada hari aktif sekolah yang dimulai pagi hari
jam 06.00-08.00 WIBdan dimulai kembali pada siang hari antara
12.00-14.00 WIB. Sedangkan sarana transportasi yang biasa
digunakan diantaranya adalah sepeda motor sebanyak 15%,
sepeda sebanyak 10%, dan angkutan umum sebanyak 7%.
3. Pergerakan berbelanja, pergerakan dilakukan dengan tujun ke
tempat perbelanjaan seperti pasar.Berdasarkan hasil survey
wawancara yang dilakukan sekitar 9% masyarakat Kota Surakarta
melakukan pergerakan menuju pusat perdagangan (pasar) pada
pagi hari antara jam 06.00-09.00 WIB. Sedangkan sarana
transportasi yang biasa digunakan adalah sepeda sebanyak 6%
dan angkutan umum sebanyak 3%.
4. Pergerakan rekreasi dan hiburan, pergerakan dilakukan dengan
tujuan tempat-tempat hiburan atau rekreasi. Berdasarkan hasil
survey yang dilakukan sekitar 8% masyarakat Kota Surakarta
melakukan pergerakan dengan tujuan rekreasi dimana aktivitas
ini lebih banyak dilakukan pada hari libur atau waktu luang. Untuk
kegiatan ini waktu perjalanan yang dilakukan biasanya diluar jam
sibuk. Sedangkan sarana transportasi yang biasa digunakan
adalah mobil sebanyak 4%, sepeda motor sebanyak 3%, dan
angkutan umum sebanyak 1%.
• Analisis Sistem Jaringan
Kota Surakarta merupakan kota yang terletak di pertemuan
antara jalur selatan Jawa. Hal ini menjadikan posisi Kota Surakarta
sangat strategis sebagai Kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara
dan jalur selatan Jawa juga terhubung di kota ini. Kota Surakarta
sendiri memiliki 4 titik simpul transportasi, yaitu Terminal Tirtonadi,
Stasiun Purwosari, Stasiun Solo Balapan, dan Stasiun Jebres, serta 1
titik simpul diluar wilayah administratif Kota Surakarta yakni
Bandara Internasional Adi Soemarmo yang berada di wilayah
administratif Kabupaten Boyolali.
1. Terminal.
Persebaran terminal di Kota Surakarta dinilai sudah cukup merata
dan dianggap mampu melayani pemberhentian angkutan umum
sehingga bisa menjangkau hingga ke seluruh kawasan di Kota
Surakarta walaupun dengan kategori terminal yang berbeda-beda.
Selain itu terminal ini dinilai telah representatif terhadap green
transportasi hal ini dikarenakan terminal ini dibangun dengan
mengusung konsep green terminal yang berfungsi untuk
mendukung visi Kota Surakarta sebagai Eco Cultural City. Green
terminal yang dimaksud adalah konsep ramah lingkungan yang
bertujuan untuk mengubah citra terminal yang polutif dan kotor
menjadi nyaman dengan kondisi lingkungan yang sejuk serta udara
yang bersih.
2. Stasiun
Berdasarkan Tataran Transportasi Lokal Kota Surakarta tahun 2009
upaya pengembangan jalur kereta api di kota Surakarta
memerlukan koordinasi dengan pemerintah kota atau kabupaten
yang termasuk dalam wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN yaitu salah

satu kawasan andalan yang ditetapkan berdasarkan dokumen RTRW
Provinsi Jawa Tengah. Pengembangan jalur kereta api beserta sarana
stasiun di kawasan SUBOSUKAWONOSRATEN telah dipadukan
dengan pengembangan jalur angkutan raya yaitu dalam pengaturan
pertemuan lintasan jalur kereta api dengan jalan raya atau
perlintasan sebidang.
3. Bandara
Dalam kaitannya dengan green transportasi dapat dilihat dari
koneksitas
yang
menghubungkan
bandara
dengan
moda
transportasi lain yang dibuktikan dengan adanya fasilitas yang
lengkap dan nyaman berupa fasilitas perpindahan moda secara
langsung dengan menyediakan fasilitas bagi pejalan kaki yang
menghubungkan langsung dengan halte moda lanjutan yang berada
di dalam area bandara yaitu Batik Solo Trans (BST).
B. Analisis Transportasi Berkelanjutan Kota Surakarta
• Analisis Ekonomi Transportasi
a) Waktu Tempuh dan Aksesibilitas
Berdasarkan hasil survey kuisioner dari 100 orang masyarakat Kota
Surakarta pengguna transportasi publik maka didapatlah hasil
berupa 62% masyarakat membutuhkan waktu 30 menit untuk mencapai lokasi
yang ingin dituju dari lokasi tempat tinggal masyarakat yang
tersebar di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan
Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan
Kecamatan Banjarsari.
b) Moda Split
Berdasarkan hasil survey kuisioner hanya 33% masyarakat Kota
Surakarta yang sering menggunakan transportasi publik untuk jarak
perjalanan dalam kota, kemudian 30% masyarakat memilih
transportasi non motorized sementara 37% masyarakat lebih
memilih menggunakan transportasi pribadi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa saat ini masyarakat Kota Surakarta masih
memiliki kecenderungan menggunakan transportasi pribadi dalam
melakukan pergerakan sehari-hari.
c) Efisiensi
Pergerakan di area tengah Kota Surakarta relatif normal dengan
rata-rata kecepatan sebesar 33 km/jam. Sedangkan untuk koridor
jalan yang memiliki kecepatan tinggi terdapat pada ruas Jalan
Ahmad Yani dengan rata-rata kecepatan sebesar 45 km/jam
sehingga dengan kecepatan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kondisi dari arus lalu lintas di Kota Surakarta khususnya pada ruasruas jalan utama masih belum mengalami kemacetan yang tinggi.
• Analisis Sosial Transportasi
a) Keamanan

Berdasarkan data yang didapat Satlantas Poltabes Kota Surakarta
2012, kecelakaan lalu lintas pada tahun 2012 mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2011 dimana pada tahun 2012 jumlah
kecelakaan lalu lintas di Kota Surakarta sebanyak 575 sedangkan
pada tahun 2011 kecelakaan lalu lintas tercatat sebanyak 610
kejadian. Sehingga dengan demikian kecelakaan lalu lintas di Kota
Surakarta diketahui mengalami penurunan sebanyak 6%.
b) Kesehatan
Berdasarkan hasil survey dan kuisioner terdapat 23% masyarakat
Kota Surakarta yang menggunakan sepeda dalam melakukan
kegiatan sehari-hari dan 7% masyarakat memilih untuk berjalan
kaki. Secara keseluruhan proporsi penggunaan sepeda dan berjalan
kaki di Kota Surakarta hanya 30% saja sehingga dengan prosentase
tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi kesehatan masyarakat
dilihat dari proporsi penggunaan sepeda dan berjalan kaki secara
regular belum mampu mencapai standart target yang diharapkan.
c) Kemudahan untuk orang cacat
Pemerintah Kota Surakarta telah berupaya memberikan perhatian
terhadap masyarakat golongan cacat yaitu dengan mengadakan
penambahan fasilitas untuk para penyandang cacat pada moda
transportasi umum seperti Batik Solo Trans (BST), fasilitas-fasilitas
tersebut dibangun di beberapa titik yaitu di halte Batik Solo Trans
(BST) yang terintegrasi dengan Stasiun Kereta Api Purwosari , halte
Batik Solo Trans (BST) yang berada di depan Kampus Universitas
Negeri Sebelas Maret (UNS), halte Batik Solo Trans (BST) di depan
Solo Square serta halte Batik Solo Trans (BST) di depan Taman
Satwa Taru Jurug.
d) Memelihara budaya setempat
Moda transportasi massal di Kota Surakarta telah memasukkan
unsur budaya kedalam penerapannya baik dari pemberian nama,
desain eksterior maupun desain interiornya. Moda transportasi
massal di Kota Surakarta yang memasukkan unsur budaya dalam
desain eksterior mapun interiornya dapat dilihat pada Gambar
berikut ini:

B

A

C

Sumber: Hasil survey 2012

GAMBAR 4.1
(A) RAILBUS BATHARA KRESNA, (B) BATIK SOLO TRANS, (C) BUS
TINGKAT WERKUDARA

• Analisis Kondisi Lingkungan
a) Emisi Transportasi
Pada tahun 2012 berdasarkan data yang didapat dari Dinas
Perhubungan yang melakukan uji emisi kendaraan pada tanggal 3

November 2012 di Stadion Manahan Surakarta terdapat puluhan
kendaraan pribadi yang dinilai tidak lulus uji emisi dikarenakan telah
melebihi ambang batas yang ditetapkan. Dari data yang didapat,
Dinas Perhubungan mengambil sekitar 270 sampel kendaraan
pribadi dimana dari hasil uji tersebut 60% kendaraan berbahan
bakar solar dinilai tidak lulus uji emisi, sedangkan untuk kendaraan
berbahan bakar bensin yang tidak lulus uji emisi adalah 40%.
b) Polusi Udara
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara ambien untuk
parameter SO2, NO2, dan O3 pada tahun 2011 dengan
menggunakan metode pengukuran sesaat masih berada dibawah
ambang batas baku mutu kualitas udara ambien Keputusan
Gubernur Jawa Tengah No.8 Tahun 2011 tentang Baku Mutu Ambien
di Provinsi Jawa Tengah. Kisaran konsentrasi untuk parameter SO2
adalah3,92 -11,31 µg/Nm3 per tahun, kemudian untuk parameter
NO2 adalah 54,32 µg/Nm3 per tahun sedangkan untuk parameter
O3 adalah10,10 µg/Nm3 per tahun. Dari hasil pantauan tersebut
dapat disimpulkan bahwa udara Kota Surakarta masih aman karena
angkanya masih jauh dibawah ambang batas yang ditentukan.
c) Polusi Suara
Berdasarkan perhitungan maka didapatlah kesimpulan yang
menyebutkan bahwa polusi suara di Kota Surakarta khususnya di
Jln. Slamet Riyadi, Jln. Dr. Radjiman dan Jln. A. Yani telah melebihi
ambang batas yaitu 55dB siang hari dan 45dB malam hari.
C. Analisis Green Transportasi Kota Surakarta
• Analisis Kebijakan Transportasi
Kebijakan pengembangan transportasi di Kota Surakarta terdapat
dalam beberapa dokumen perencanaan hanya saja kebijakan terkait
dengan green transportasi secara terperinci masih belum tertuang
dalam dokumen resmi.
• Analisis Moda Transportasi
BST

Dengan
memperhatikan
kriteria
accessibility
(keterjangkauan), reliability (kehandalan), dan efficiency (efisien)
maka pengoperasian BST telah mempertimbangkan segala
kebutuhan fasilitas pendukung berupa terminal penumpang awal
dan akhir, shelter, rambu-rambu lalu lintas dan RPPJ, marka jalan
serta fasilitas pejalan kaki (citywalk).
Railbus  Transportasi dengan kereta api merupakan alternatif yang
cukup efisien karena hemat bahan bakar, daya angkutnya besar,
bebas hambatan, luas lahan yang digunakan sedikit, resiko
kecelakaan rendah serta tingkat pencemarannya kecil.
Bus Tingkat Wisata  Program pemerintah Kota Surakarta dalam
mempromosikan wisata dan budaya melalui adanya bus tingkat ini
sangatlah berhasil, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya
wisatawan yang datang ke Kota Surakarta dan memilih
menggunakan bus tingkat ini sebagai transportasi massal dalam
kegiatan berwisata.

Sepeda  Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan minat
penggunaan sepeda adalah untuk menjaga kebudayaan lokal serta
adanya program car free day bertujuan untuk mengurangi kadar
emisi karbon dioksida (CO2) di Kota Surakarta.
• Analisis Penerapan Konsep
Konsep Transportasi Berkelanjutan  Penataan transportasi di Kota
Surakarta mengarah pada pengembangan sektor transportasi yang
realistis, efektif, efisien sesuai dengan visi dan misi Kota Surakarta
sendiri.
Konsep Transportasi Hijau (Green Transportation)  Untuk kebijakan
green transportation di Kota Surakarta secara resmi belum tertuang
dalam bentuk dokumen kebijakan namun telah mengarah pada
green transportasi, selain itu konsep green transportasi di Kota
Surakarta sejauh ini telah terlaksana sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan dan mengacu pada undang-undang tata ruang Kota
Surakarta.
 Bahan bakar hijau  moda transportasi BST di Kota Surakarta
sudah menggunakan teknologi EURO 2 dimana standar untuk
bahan bakarnya haruslah bahan bakar yang ramah lingkungan
salah satunya adalah biosolar.
 Kendaraan hijau  Saat ini Kota Surakarta belum memiliki dan
menggunakan kendaraan hijau ini sebagai moda transportasi.
 Angkutan umum  Pemerintah Kota Surakarta telah berusaha
membangun sistem transportasi berkelanjutan yang berbasis
pada lingkungan yaitu dengan cara mengembangkan angkutan
umum (transportasi massal) yang manusiawi dan handal.
D. Analisis Penilaian Konsep
Hasil dari nilai rata-rata skor dapat di interpretasikan dengan
membandingkan angka parameter yang sudah ditentukan dalam
daftar klasifikasi instrumen yang digunakan. Sesuai dengan
klasifikasi sebutan instrument yang digunakan maka penilaian
terhadap sistem transportasi di Kota Surakarta yang mengarah pada
green transportation dalam mewujudkan transportasi berkelanjutan
adalah 2,61 sehingga dengan angka tersebut maka pengembangan
sistem transportasi dinilai sudah cukup berhasil. Untuk variabel
sistem transportasi, Kota Surakarta dinilai sudah sangat bagus dan
dianggap dapat menghadirkan sistem aktivitas, sistem pergerakan
dan sistem jaringan yang mampu mewadahi semua aktivitas
pergerakan secara merata.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan klasifikasi sebutan instrument yang digunakan
maka penilaian terhadap sistem transportasi di Kota Surakarta yang
mengarah pada green transportasi dalam mewujudkan transportasi
berkelanjutan adalah 2,61 sehingga dengan angka tersebut maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem transportasi yang mengarah
pada green transportasi di Kota Surakarta dinilai sudah cukup
berhasil. Variabel sistem transportasi, Kota Surakarta dinilai sudah
sangat bagus dan dianggap dapat menghadirkan sistem aktivitas,
sistem pergerakan dan sistem jaringan yang mampu mewadahi
semua aktivitas pergerakan secara merata. Jika dilihat dari variabel
transportasi berkelanjutan maka Kota Surakarta juga sudah dapat
dikatakan cukup berhasil, ini terlihat dari indikator ekonomi
transportasi (waktu tempuh, aksesibilitas dan efisiensi), indikator
sosial transportasi (keamanan, kemudahan untuk orang cacat dan
pemeliharaan budaya setempat), dan indikator lingkungan (polusi
udara) yang memiliki skor penilaian sesuai dengan standart yang
telah ditetapkan.
Hanya beberapa parameter yang saat ini belum
mendapatkan penilaian yang baik yaitu aspek sosial berupa
kesehatan dan aspek lingkungan berupa emisi transportasi dan
polusi suara. Sedangkan untuk variabel green transportasi hampir
secara keseluruhan memiliki nilai yang sangat rendah, ini terbukti
dari penggunaan bahan bakar pada moda transportasi massal
masih belum termasuk ke dalam jenis bahan bakar hijau, selain itu
Kota Surakarta juga belum memiliki dan menggunakan kendaraan
hijau sebagai moda transportasi dalam melakukan pergerakan. Jika
dilihat secara keseluruhan maka pengembangan sistem transportasi
di Kota Surakarta dinilai sudah cukup berhasil walaupun
pengaplikasian terhadap green transportasi masih sangat minim.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, disusun beberapa rekomendasi,
antara lain:
1. Perlu adanya suatu dokumen resmi yang menjelaskan,
mengarahkan dan mengatur segala sesuatu yang berkaitan
dengan konsep Green Transportasi di Kota Surakarta sehingga
dengan adanya dokumen resmi masyarakat dapat memahami arti
dari green transportasi yang sebenarnya.
2. Perlu adanya penambahan terhadap jumlah moda transportasi
massal serta penambahan rute-rute baru sehingga cakupan
pelayanan akan semakin luas dan masyarakat di Kota Surakarta
secara keseluruhan dapat menggunakan moda transportasi publik
sebagai pilihan dalam melakukan pergerakan
3. Perlu adanya peningkatan terhadap promosi penggunaan
transportasi un-motorized seperti sepeda dan kegiatan berjalan
kaki kepada masyarakat Kota Surakarta
4. Perlu adanya pembatasan terhadap umur kendaraan baik
angkutan orang maupun angkutan barang yang ada di Kota
Surakarta
5. Perlu adanya pembatasan jumlah kendaraan yang masuk dan
melintas di jalan yang memiliki kepadatan arus lalu lintas tinggi
seperti Jln. Slamet Riyadi, Jln. Dr. Radjiman, dan Jln. A. Yani
6. Perlu adanya peningkatan terhadap penggunaan bahan bakar
hijau pada moda transportasi massal di Kota Surakarta

7. Perlu adanya inovasi baru terhadap penggunaan kendaraan
ramah lingkungan di Kota Surakarta
8. Perlu adanya peningkatan terhadap penekanan penggunaan
kendaraan pribadi sehingga dengan adanya pengurangan
penggunaan kendaraan pribadi dapat mengurangi polusi (polusi
udara maupun polusi suara) di Kota Surakarta

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, 2011. Perencanaan Pembangunan Transortasi. Graha
Ilmu. Yogjakarta.
Alifahmi, Hifni. 2013. Green City. BUMN Track. Jakarta
Anonim, 2008. Upaya Mewujudkan Transportasi yang Ramah
Lingkungan.
http://bulletin.Penataanruang.net/upload/data_artikel/pdf.
Anonim. 2008. Kota Surakarta dalam Angka 2008. BPS Kota
Surakarta.
Anonim. 2010. Kota Surakarta dalam Angka 2010. BPS Kota
Surakarta.
Anonymous, 2008. Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD)
http://en.wikipedia.org/wiki/Organisation_for_Economic_CoOperation_and_Development
Anonymous. 2008. Pedoman Kriteria Transportasi Berkelanjutan,
Asdep Emisi KLH. http://langitbiru.menlh.go.id/index.php?
module=detailpub&id=11.
Anonymous. 2010. Mobil Hijau.
http://www.yohanessurya.com/download/penulis/Bermimpi_1
0.pdf.
Arifin, Munif. 2011. Cara Pengukuran Tingkat Kebisingan pada
Lingkungan. Jawa Timur
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengertian
Pencemaran Udara.
http://bplhd.jakarta.go.id/dalcem_udara.asp?
cek=1,Jakarta,21 – 09 – 2006.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota
Surakarta. 2012. RTRW Kota Surakarta 2007-2026.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota
Surakarta. 2012. RUTRK Kota Surakarta 2007-2016.
Bali Pos. 2012. “Green Transport” Upaya Mewujudkan Transportasi
yang Ramah Lingkungan. Bali
Barfoed, Lars. Green Transport. Minister for Transport, Denmark
Barter, P.A. dan T. Raad. 2000. Taking steps: a community action
guide to peoplecentred, equitable and sustainable urban
transport. Kuala Lumpur: The Sustran Network.

Budi R, Muchus. 2012. Wujudkan Kota Hijau, Gapura Beton Balaikota
Solo Diganti Tanaman. Surakarta
Black, John. 1985. Urban Transport Planning. Croom Helm: London.
Commission of the European Community,Green Paper on urban
mobility: Towards a new culture for urban mobility, Brussel
2007
Rasyad Hanief, Isna dkk. 2012. Definisi dan Konsep Eco-City. Sistem
Alam Semesta Eco-City. Bandung
Hidayati, Nurul. 2007. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap
Kebisingan. Dinamika Teknik Sipil, Volume 7, Nomor 1, Januari
2007 : 45 – 54. Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.
K, Beela S. 2007. Changing Definition Of Sustainable Transportation.
http://www.enhr2007rotterdam.nl
Dinas Perhubungan Kota Surakarta. 2011. Terminal Tirtonadi.
Surakarta
Dinas Perhubungan Kota Surakarta. 2011. Laporan Implementasi
BST Kota Surakarta. Surakarta
Dinas Perhubungan Kota Surakarta. 2012. Tatralok Kota Surakarta
2009. Surakarta
Dinas Perhubungan Kota Surakarta. 2012. Term of Reference
Fasilitas Pendukung BST Kota Surakarta. Surakarta.
Dinas Perhubungan Kota Surakarta. 2012. Bidang Angkutan.
Surakarta
Dinas Perhubungan Kota Surakarta. 2012. Pengoperasian Bus
Tingkat Wisata. Surakarta
Deutsche Gesellschaft fur (GTZ). Panduan Bagi Pembuat Kebijakan
di Kota-Kota Berkembang : Kendaraan Berbahan Bakar Gas.
http://www.hubdat.web.id/spesial.../508-kendaraan-bahanbakar-gas/download.
Detr . 1998. Sustainable Development: Opportunities for change.
London: Department of the Environment, Transport and the
Regions.
Faris, Achmad. 2010. Green Transport tak Mesti Canggih. Urban &
Planning Discussion
Gusnita, Dessy. 2010. Green Transport: Transportasi Ramah
Lingkungan Dan Kontribusinya Dalam Mengurangi Polusi
Udara. Berita Dirgantara Vol. 11 No. 2. Pusat Pemanfaatan
Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN. Jakarta
Halderman, James, Ellinger, H. E.,1997D. Automotive Engines:
Theory and Servicing, 3rd edition.PrenticeHall, New Jersey.
Heriawan, Ari. 2009. Budaya Bersepeda di Negara Maju, Cermin
Perilaku yang Ramah Lingkungan.
http://ksupointer.com/2009/budaya-bersepeda-di-negaramaju-cermin-perilaku-yang-ramah lingkungan.
Indra, Aria. Kebijakan Transportasi Berkelanjutan. Suatu Penerapan
Metodologi yang Komprehensif. Kementrian PU Jakarta.
Junaedy, Eko. 2003. Eco City. Dana Mitra Lingkungan. Jakarta

Kim Sik, Kwang and Hwang, Keeyeon. 2003. Critical Issues In
Transformation
Of
Transportation
Policy
In
Korean
Metropolitan Areas. Journal of the Eastern Asia Society for
Transportation Studies. Seoul, Korea.
Litman, T. 2003. Sustainable transportation indicators. Victoria
Transport Policy Institute,Victoria, BC, Canada.
http://www.vtpi.org
Litman, T. Sustainable Transport:A Sourcebook for Policy-makers in
Developing Cities Module 2b: Mobility Management,
Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ)
GmbH
Menteri Negara KLH, 2002. Sumber Polusi di Indonesia.
Munawir, Rokhmad. 2011. Menggagas Konservasi Lingkungan Hidup
Di Solo. Geografi Lingkungan. Surakarta
Miro, Fidel. 1997. Sistem Transportasi Kota: Teori dan Konsep Dasar.
Tarsito: Bandung
Miro, Fidel. 2002. Perencanaan Transportasi. Jakarta: Erlangga
Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa,
Perencana, dan Praktisi. Erlangga: Jakarta
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Nasution. 2008. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi
Aksara.
NN. 2011. Green City (Dalam Pengertian). Blog Anak Pelajar
Nursalam,
Edi.
2012.
Go
Green
Transportation.
Pusat
Pengembangan SDM Aparatur Perhubungan. Jakarta
NN. 2002. Definition and Vision Of Sustainable Transportation.
Canada: The Centre For Sustainable Transport
NN. 2007. Sustainable Urban transport in Asia. Cina: ICIA
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Pengendalian
Pencemaran Udara. Jakarta
Peraturan Daerah Kota Surakarta. 2002. Terminal Penumpang.
Pemerintah Kota Surakarta
Peraturan Daerah Kota Surakarta. 2004. Penyelenggaraan Tempat
Khusus Parkir. Pemerintah Kota Surakarta
Peraturan Daerah Kota Surakarta. 2005. Lalu lintas dan Angkutan
Jalan di Kota Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2006. Ambang Batas
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Jakarta
Phenefendi. 2012. Konsep Green City Perlu Dikembangkan di
Indonesia. Media Info Technology. Jakarta
Prih, Eko. 2012. Bathara Kresna, Railbus Pertama di Indonesia.
Surakarta
Redaksi Butaru. 2012. Surakarta dan Komitmen Hijau. Buletin Online
Tata Ruang
Ryan, S. Throgmorton, J.A. 2003 Sustainable Transportation And
Land Development On The Periphery. London : Transport and
Environment

Santoso Ernawi, Imam. 2010. Pengembangan Transportasi Ramah
Lingkungan dalam Konteks Mitigasi dan Adaptasi Perubahan
Iklim. International Symposium on Environmentally Friendly
Road and Transport in Climate Change. Bali
Septiana, Rina. 2012. Green City Green Life. Jakarta
Tamin, O.Z dan Frazila, R.B. 1997. Penerapan Konsep Interaksi Tata
Guna Lahan-Sistem Transportasi Dalam Perencanaan Sistem
Jaringan Transportasi. Jurnal PWK Vol.8 No.3/Juli
Tamin, O.Z. 1997. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi.
Bandung: Penerbit ITB.
Tamin, O. Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi.
Bandung: Penerbit ITB.
Warpani, S. P. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. Bandung:
Penerbit ITB.
Warpani, S. P. 2002. Pengelolaan Lalu lintas dan Angkutan Jalan.
Bandung: Penerbit ITB.
Widiantono, Doni. 2009. Green Transport: Upaya Mewujudkan
Transportasi yang Ramah Lingkungan
http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/Topik
%20Lain%20Green%20Transport%20edited%201.160509.pdf.
Wikibooks. Manajemen lalu lintas/Prinsip transportasi yang
berkelanjutan.
http://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_lalu_lintas/Prinsip_tra
nsportasi_yang_berkelanjutan.
Wikibooks. Manajemen lalu lintas/Transportasi hijau.
http://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_lalu_lintas/Transporta
si_hijau.
Wibowo, Ari. 2013. Piala WTN, Harapan, Tantangan Dan Peluang
Solo Di Masa Mendatang. Dishubkominfo. Surakarta
World Bank. 1996. Sustainable Transport: Priorities for Policy
Reform. Development in Practice Series.Washington, DC:
World Bank.