Pemerolehan Bahasa Minangkabau Anak Usia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang menggunakan bahasa sebagai media
dalam berkomunikasi. Selain sebagai media berkomunikasi, bahasa juga menjadi
media untuk menggungkapkan emosi dan pikiran. Emosi tersebut hanya dimiliki oleh
manusia. Manusia memiliki dua macam emosi yaitu emosi positif berupa luapan
rasa bahagia, senang, dan gembira dan emosi negatif berupa rasa marah, sedih, dan
murung. Jadi, bahasa merupakan media yang berperan penting dalam kehidupan
manusia untuk mengungkapkan segala macam luapan rasa yang dimilikinya.
Chaer (2003:33) mengemukakan fungsi bahasa sebagai alat interaksi sosial.
Artinya bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep dan juga
perasaan. Sementara itu, Wardhough (dalam Chaer 2003:33) menyatakan bahwa
fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik lisan maupun tulisan. Fungsi ini
sudah mencakup

lima fungsi dasar, yaitu fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi

eksplorasi, fungsi persuasi dan fungsi entertainmen. Manusia sebagai pemakai
bahasa dalam berkomunikasi lebih cenderung menggunakan bahasa lisan. Bahasa

lisan yang digunakan bisa bahasa Indonesia atau bahasa daerah.
Salah satu bahasa daerah yang hidup dan berkembang di kawasan Indonesia
adalah bahasa Minangkabau. Perkembangan bahasa Minangkabau juga seirama
dengan bahasa daerah lainnya di Indonesia. Saat ini jika dilihat dan diamati, bahasa
Minangkabau telah banyak ditinggalkan penuturnya terutama generasi muda.
Padahal, pada zaman dahulu bahasa Minangkabau merupakan bahasa kebanggaan

1

2

penutur aslinya yang mencirikan kekhasan daerah serta sebagai alat pemersatu
penuturnya.
Pemerolehan bahasa anak terdiri atas dua macam, yaitu bahasa pertama dan
bahasa kedua. Bahasa pertama yang dikuasai oleh anak merupakan bahasa ibu.
Sementara itu, bahasa kedua yang dikuasai oleh anak adalah bahasa lingkungan
sekitar. Oleh karena itu, jika orang tua sang anak adalah orang Minagkabau dan
pengguna aktif bahasa tersebut maka anak akan memiliki bahasa pertama yaitu
bahasa Minangkabau. Selanjutnya, jika anak tersebut tinggal di lingkungan yang
tidak memakai bahasa Minangkabau maka bahasa kedua anak adalah bahasa

lingkungan tersebut. Fenomena sepert inilah yang menyebabkan bahasa Minagkabau
akhir-akhir ini diabaikan. Anak muda lebih senang menggunakan bahasa campuran,
yaitu Minagkabau Indonesia dan membuat bahasa ibu ditinggalkan. Padahal, sewaktu
masih kecil bahasa yang biasa didengar dari orang tuanya adalah bahasa
Minangkabau.
Sewaktu kecil anak mengalami suatu proses pemerolehan bahasa. Anak dapat
menguasai bahasa pertama melalui proses pemerolehan. Proses pemerolehan bahasa
tersebut berlangsung secara alamiah, melalui komunikasi sehari-hari bukan melalui
pembelajaran yang membutuhkan guru, tempat dan waktu yang khusus. Bahasa
pertama anak cenderung mengacu kepada bahasa daerah atau bahasa lingkungan
tempat anak dibesarkan.
Pada

awal

pemerolehan

bahasa,

seorang


anak

akan

lebih

banyak

memperhatikan dan menyimak, kemudian akan berusaha menirukan kata-kata yang
pernah didengarnya. Berdasarkan kemampuan tersebut,

anak dapat membentuk

kalimat sederhana maupun kompleks seperti kalimat deklaratif, kalimat interogatif,

3

dan kalimat imperatif. Dengan demikian, anak mampu berkomunikasi dengan orang
di sekelilingnya.

Pemerolehan bahasa pada anak mempunyai ciri yang sistematis, yakni
memiliki suatu rangkaian kesatuan. Berawal dari ujaran tanpa makna, ujaran satu
kata, kemudian menjadi gabungan kata yang lebih rumit, yaitu sintaksis. Hal ini
menandakan bahwa pemerolehan bahasa anak berada pada grafik naik. Maksudnya,
pada tahap awal anak mengujarkan bentuk-bentuk bahasa terkecil terlebih dahulu,
kemudian meningkat menjadi ujaran-ujaran yang lebih besar seperti kata, frase,
klausa, dan kalimat.
Pemerolehan kalimat merupakan suatu proses yang sistematis dan terpola
dalam menguasai suatu bahasa. Seseorang ingin menguasai suatu bahasa harus
mengerti terlebih dahulu apa yang dikatakan sebelum berucap. Bardasarkan hal
tersebut, anak akan lebih banyak diam dan memperhatikan masalah yang sedang
dibicarakan. Anak usia dua tahun sepuluh bulan cenderung bertanya kepada orang
tuanya ketika mendengar satu kata. Dengan cara itulah anak belajar menguasai
kalimat dan berbicara dengan orang di sekelilingnya.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap anak usia dua tahun sepuluh bulan
yang tinggal di Padang Sintuk Malai Tangah Kecamatan Batang Gasan Padang
Pariaman, anak pada usia tersebut sudah mampu mengucapkan kalimat-kalimat
pendek (sederhana). Walaupun fonem-fonem yang diucapkan masih kurang jelas.
Jika anak mendengar kalimat yang diucapkan oleh orang tuanya, anak akan bertanya
dengan kalimat sederhana. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti

pemerolehan kalimat bahasa Minangkabau anak usia dua tahun sepuluh bulan
dengan menyempitkan kajian kepada seorang anak yang bernama Novi Julia.

4

B. Fokus Masalah
Secara umum pemerolehan bahasa anak mencakup tiga aspek, yaitu aspek
pemerolehan semantik, aspek pemerolehan fonologi, dan aspek pemerolehan
sintaksis. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, masalah penelitian ini akan
difokuskan pada aspek pemerolehan sintaksis yaitu pada tahap kalimat dengan
rangkaian kata yang berlangsung dalam usia 2;0―3;0. Penelitian ini lebih
difokuskan lagi pada pemerolehan kalimat bahasa Minangkabau oleh anak usia 2;10
khususnya tentang jenis-jenis kalimat, pola kalimat, dan bentuk ujaran.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) apa saja jenis-jenis kalimat yang diujarkan
anak usia 2;10?, (2) apa sajakah pola kalimat yang diujarkan oleh anak usia 2;10?,
dan (3) apa sajakah bentuk ujaran anak usia 2;10?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan jenis-jenis

kalimat yang diujarkan oleh anak usia 2;10. (2) Mendeskripsikan pola-pola kalimat
yang diujarkan oleh anak usia 2;10. (3) Mendeskripsikan bentuk ujaran anak usia
2;10.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: (1) orang tua atau lingkungan
keluarga dan masyarakat sebagai masukan untuk mengetahui dan mengerti maksud
dari ujaran anak; (2) peneliti sendiri untuk menambah pengetahuan dan pengalaman

5

terhadap bahasa anak; dan (3) peneliti lain untuk menambah wawasan sehingga bisa
melanjutkan penelitian di bidang psikolinguistik dengan objek kajian yang lain.

6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Kajian teori dalam tulisan ini adalah: (1) pemerolehan bahasa, (2) pemerolehan
sintaksis, (3) bahasa Minagkabau, (4) anak, (5) jenis kalimat, dan (6) pola kalimat.

1. Pemerolehan Bahasa
Menurut Maksan (1993:20), pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan
bahasa yang dilakukan oleh seseorang secara tidak sadar, implisit, dan informal.
Pemerolehan bahasa berlangsung di tempat-tempat informal seperti di rumah dan di
tempat bermain. Menurut Chaer

(2009:167), pemerolehan bahasa atau akuisisi

bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika
dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Kiparsky menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa merupakan proses yang
dipakai oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin
bertambah rumit atau teori-teori yang masih terpendam yang mungkin terjadi dengan
ucapan orang tuanya sampai dia memilih ukuran penilaian tata bahasa yang terbaik
dan sederhana dari bahasanya. Saat itu anak-anak lebih banyak mendengar dan
menyimak bahasa-bahasa yang didengarnya untuk direkam dan dipilih. Selanjutnya,
Simanjuntak (1987:157) menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa merupakan proses
yang terjadi dalam otak kanak-kanak (bayi) sewaktu memperoleh bahasa ibunya.
Jadi, pemerolehan bahasa melibatkan bahasa pertama, yang berbeda dengan
pembelajaran bahasa yang melibatkan bahasa kedua atau bahasa asing.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulan bahwa pemerolehan
bahasa merupakan proses penguasan bahasa pada kanak-kanak yang berlangsung

7

secara alami tanpa guru dan tanpa aturan. Ketika itu anak-anak mendengar,
merekam, dan menirukan bahasa-bahasa yang didengarnya.
2. Pemerolehan Sintaksis
Menurut Jufrizal (2007: 10) sintaksis (syntax) adalah bidang kajian linguistik
yang membahas tentang bagaimana kata bergabung bersama untuk membangun unit
yang lebih besar yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Di sisi lain, sintaksis juga diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari sifat-perilaku sintaksis bahasa.
Dalam pemerolehan sintaksis, sebenarnya pemerolehan seorang anak dalam
berbahasa bukanlah menggabungkan kata-kata dengan sewenang-wenang melainkan
mengikuti aturan-aturan tertentu yakni konteks. Anak secara beransur-ansur telah
mengetahui konteks, dengan konteks itulah anak mulai menyusun kalimat-kalimat,
mulai dari kalimat satu kata, kalimat dua kata dan menjadi kalimat kompleks seperti
kalimat orang dewasa. Menurut Bambang Kaswati Purwo (dalam Maksan, 1993: 46)
penggabungan kata-kata dilakukan oleh anak-anak bukan secara sembarangan, tetapi
berurutan.

Menurut Maksan (1993:48), tahapan pemerolehan sintaksis pada anak-anak
dibagi menjadi empat tahap.
Pertama, masa pra-lingual yang berlangsung pada waktu anak berusia 0;0
samapi 1;0. Masa pra-lingual seperti halnya dengan pemerolehan fonologi yang
pasif. Anak baru mendengarkan ujaran atau kalimat orang-orang dewasa di
sekitarnya. Sama sekali belum mengucapkan kalimat-kalimat itu.
Kedua, masa kalimat satu kata yang berlangsung pada usia 1;0 sampai 2;0.
Masa ini lazimnya disebut dengan masa holofrasa yaitu anak-anak menyampaikan

8

maksud yang terkandung dalam pikiran atau hatinya dengan menggunakan sebuah
kata. Hal itu disebabkan oleh kemampuannya masih terbatas secara fisik.
Ketiga, masa kalimat dengan rangkaian kata yang berlangsung dalam usia 2;0
sampai 3;0. Masa ini lazimnya disebut dengan ”kalimat terelgram” (telegraphic
sentence). Anak tidak hanya sekedar memendekkan kata-katamenjadi ringkas tetapi
menurut aturan tertentu seperti penggabungan kalimat dua kata menjadi kalimat tiga
kata mengikuti pola-pola tertentu.
Keempat, masa konstruksi sederhana dan kompleks yang berlangsung waktu
anak berusia 3;0 dan 5;0. Pada usia ini, anak sudah mulai dengan kalimat-kalimat

sederhana dan berangsur-angsur menjadi kalimat kompleks.
3. Bahasa Minangkabau
Secara geografis, suku bangsa Minangkabau mendiami kawasan Provinsi
Sumatera Barat kecuali Kepulauan Mentawai. Bahasa asli orang Minangkabau
adalah bahasa Minangkabau (BM). Bahasa Minangkabau memiliki kekerabatan
dengan bahasa Melayu. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan orang Minangkabau yang
suka merantau dan berdagang ke berbagai daerah di Nusantara, termasuk ke luar
negeri seperti Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura.
Bahasa Minangkabau dikelilingi oleh sejumlah bahasa daerah yang serumpun
(keluarga bahasa-bahasa Melayu Polinesia Barat rumpun Sumatera). Di daerah utara
pemakai BM terdapat pemakaian bahasa Batak-Mandailing; di sebelah timur ada
bahasa Melayu-Riau dan Jambi; di sebelah selatan Bm berbatasan dengan daerah
pemakai bahasa Kerinci dan bahasa Rejang-Lebong; dan di sebelah barat ada bahasa
Mentawai. Berdasarkan kekerabatan bahasa, BM dikelompokkan ke dalam bahasabahasa Nusantara-Barat.

9

Sebagai bahasa daerah di Nusantara, BM termasuk kelompok bahasa besar.
Dengan jumlah penutur lebih kurang 4 juta orang, baik yang menetap di Sumatera
Barat maupun yang bermukim di luar kampung halamannya. Para peneliti sosioantropologi berpendapat bahwa 90% penduduk Sumatera Barat adalah orang

Minangkabau dan penutut BM.
Bahasa Minangkabau adalah bahasa yang digunaka oleh masyarakat
Minangkabau dalam berkomunikasi sehar-hari di dalam lingkungan mereka sehingga
dengan latar belakang orang Minangabau inilah dapat diteliti mengenai pemerolehan
kalimat bahasa Minangkabau anak usia 2;10.
4. Anak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksudkan dengan anak adalah
manusia yang masih kecil sedangkan manusia sendiri merupakan makhluk yang
berakal budi. Menurut Kartini-Kartono, ”Anak adalah keadaan manusia normal yang
masih muda usia dan jiwanya sehingga sangat mudah terpengaruh lingkungannya.”
Dapat dikatakan bahwa anak adalah mahkluk berakal budi yang masih akan
berkembang menjadi manusia yang utuh.
Anak dalam kajian hukum positif di Indonesia lazim disebut sebagai orang
yang belum dewasa (minderjarig/person underage),orang yang di bawah umur atau
dalam keadaan di bawah umur (minderjarig heid / inferiority) atau orang yang
belum cakap bertindak sehingga kerap kali disebut sebagai anak yang dibawah
pengawasan wali (minderjarige ondervoordij).
Berdasarkkan penjelasan di atas, maka pengertian anak adalah seorang manusia
yang masih kecil atau di bawah umur yang masih dalam pengawasan orang tua,

10

masih sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan sehingga perlu pengawasan dari
orang tuanya terhadap interaksinya dalam lingkungan.
5. Jenis Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atau gabungan kata dengan kata,
kata dengan frase atau frase yang minimal mengandung fugsi subjek predikat.
Didahului oleh kesenyapan awal dan diakhiri oleh kesenyapan akhir berupa intonasi
final dan apabila ditulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
seru, dan tanya.
Menurut Alwi, dkk, (2003:336), jenis-jenis kalimat dapat dilihat dari segi
jumlah klausa dan bentuk sintaksisnya. Dari segi jumlah klausanya, alimat dibagi
atas dua yaitu kalimat tunggal dan kalimat
Chaer (2009) menyebutkan jenis kalimat berdasarkan kategorinya adalah
sebagai berikut.
Berdasarkan kategori klausanya dibedakan menjadi: (1) Kalimat verbal,
yakni kalimat yang predikatnya berupa verba atau frasa

verbal. (2)

Kalimat

adjektifa, yakni kalimat yang predikatnya berupa adjektifa atau frasa adjektifal. (3)
Kalimat nominal, yakni kalimat

yang

predikatnya berupa nomina atau

frasa

nominal. (4) Kalimat preposisional, yakni kalimat yang predikatnya berupa frasa
preposisional.
numeralia

(5)

Kalimat numeral, yakni kalimat yang predikatnya berupa

atau frasa numeral. (6)

Kalimat adverbial, yakni kalimat yang

predikatnya berupa adverbia atau frasa adverbial.
Berdasarkan jumlah klausanya dibedakan menjadi: (1) Kalimat sederhana,
yakni kalimat yang dibangun oleh sebuah klausa. (2) Kalimat ”bersisipan”, yakni
kalimat yang pada salah satu fungsinya ”disisipkan” sebuah klausa sebagai penjelas

11

atau keterangan. (3) Kalimat majemuk rapatan, yakni sebuah kalimat majemuk yang
terdiri dari dua kluasa atau lebih di mana

ada fungsi-fungsi klausanya yang

dirapatkan karena merupakan substansi yang sama. (4) Kalimat majemuk setara,
yakni kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih dan memiliki kedudukan yang
setara. (5) Kalimat majemuk bertingkat, yakni kalimat yang terdiri dari dua buah
klausa yang kedudukannya tidak setara. (6)

Kalimat majemuk komplek, yakni

kalimat yang terdiri dari tiga klausa atau lebih yang di dalamnya terdapat hubungan
koordinatif (setara) dan juga hubungan subordinatif (bertingkat).
Berdasarkan modusnya dibedakan menjadi: (1) Kalimat berita (deklaratif),
yakni kalimat yang berisi pernyataan belaka. (2) Kalimat tanya (interogatif), yakni
kalimat yang berisi pertanyaan, yang perlu diberi jawaban. (3) Kalimat perintah
(imperatif), yakni kalimat yang berisi perintah, dan perlu diberi reaksi berupa
tindakan. (4) Kalimat seruan (interjektif), yakni kalimat yang menyatakan ungkapan
perasaan.(5) Kalimat harapan (optatif), yakni kalimat yang menyatakan harapan
atau keinginan.
Secara umum,

struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat

(P),objek (O), dan keterangan (K). Menurut Verhaar (dalam Chaer, 2007), fungsifungsi sintaksis terdiri dari unsur-unsur S, P, O, dan K merupakan “kotak-kotak
kosong” atau “tempat-tempat kosong” yang tidak mempunyai arti apa-apa karena
kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa
kategori dan memiliki peran tertentu (Chaer, 2007: 207).
6. Pola Kalimat
Pada umumnya, kalimat berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan
kaidah yang berlaku sehingga membentuk pola-pola kalimat yang berbeda satu sama

12

lain. Pola kalimat merupakan bangunan terkecil dari sebuah kalimat yang dianggap
lengkap. Tiap kata yang membentuk sebuah kalimat dapat diklasifikasikan
berdasarkan kategori sintaksis, fungsi sintaksis, dan peran semantisnya (Alwi, dkk,
2003:35-38).
Dalam bahasa Indonesia, ada empat kategori sinatksis/kelas kata utama, yaitu
(1) verba atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat,
dan adverbia atau kata keterangan. Di samping itu, ada satu kelompok lain yang lebih
kecil seperti preposisi atau kata depan, konjungtor atau kata sambung, dan partikel.
Tiga kata atau frase dalam kalimat mempengaruhi fungsi yang mengaitkannya
dengan kata atau frase lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu betsifat
sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Dalam
sintaksis, yang utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan
keterangan.
Struktur kalimat lebih terarah pada fungsi kalimat. Dilihat dari fungsinya
kalimat dapat berperan sebagai kalimat aktif dan kalimat pasif, dapat pula sebagai
kalimat inversi (perubahan) letak fungsi kalimat. Susunan fungsi sintaksis tidak harus
selalu berurutan S, P, O, dan K. Seperti contoh
Keluarlah nenek dari kamarnya.
Struktur kalimat tersebut berurutan S, P, O, dan K. Dari contoh itu pula, dapat
diketahui bahwa keempat fungsi itu tidak harus selalu ada dalam setiap struktur
sintaksis. Hanya masalahnya, fungsi-fungsi mana yang bisa tidak muncul dan fungsifungsi mana pula yang harus selalu muncul sehingga konstruksi tersebut dapat
disebut sebagai sebuah struktur sintaksis (Chaer, 2007: 209).

13

B. Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah pemerolehan bahasa
telah dilakukan oleh Nurril Rahmadani Maliq (2012) dengan judul ”Pemerolehan
Kalimat pada Anak Usia Dini.” Penelitian tersebut menyimpulkan tiga hal berikut
ini. (1) Jenis kalimat yang diperoleh anak usia dua tahun di Yayasan Nur Amalia,
yaitupemerolehan kalimat deklaratif. Struktur kalimat yang diperoleh lebih banyak
menggunakan pola P, dengan bentuk kata V dan S dengan bentuk kata N

dalam

setiap ujarannya. (2) Jenis kalimat yang diperoleh anak usia tiga tahun di Yayasan
Nur Amalia, yaitu kalimat interogatif . Struktur kalimat yang diperoleh lebih banyak
menggunakan pola P dengan bentuk kata V , S dengan bentuk kata N dan pola S
dengan bentuk kata N, P dengan bentuk kata V dalam setiap ujarannya. (3) Jenis
kalimat yang diperoleh anak usia empat tahun di Yayasan Nur Amalia, yaitu kalimat
interjektif. Struktur kalimat yang diperoleh
dengan bentuk kata N, P

lebih banyak menggunakan pola S

dengan bentuk V, dan O dengan bentuk kata N dalam

setiap ujarannya.
Melza

Marta

(2013)

dengan

judul

”Pemerolehan

Sintaksis

Bahasa

Minangkabau pada Anak Usia 5 Tahun di Kambang.” Penelitian ini menyimpulkan
bahwa (1) Struktur kalimat deklaratif bahasa Minagkabau anak usia 5 tahun adalah
P, S-P, S-K, P-O, S-P-O, S-P-K, K-S-P, K-S-P-O, S-P-O-K, dan S-P-Pel. Kalimat
deklaratif anak usia 5 tahun ini terdiri atas ujaran 1—9 kata. (2) Struktur kalimat
interogatif bahasa Minagkabau anak usia 5 tahun adalah P, P-O, S-P, P-K, dan P-OK. Kalimat interogatif anak usia 5 tahun terdiri atas ujaran 1—6 kata. (3) Struktur
kalimat imperatif bahasa Minangkabau anak usia 5 tahun adalah P, P-O, S-P, K-P, SK, dan K-S-P. Kalimat imperatif anak usia 5 tahun ini terdiri atas ujaran 1—5 kata.

14

C. Kerangka Konseptual
Pemerolehan bahasa pada anak terdiri dari tiga aspek, yaitu pemerolehan
semantik, pemerolehan finologi, dan pemerolehan sintaksis. Pemerolehan sintaksis
merupakan kajian terhadap tata bahasa yang diperoleh oleh anak. Kalimat yang
diujarkan oleh anak tersebut adalah kalimat berita, tanya, dan perintah. Setelah itu,
kalimat-kalimat tersebut dianalisis berdasarkan pola kalimat dan bentuk ujarannya.
Pemerolehan Bahasa
Anak Usia 3;0―4;0

Pemerolehan
Fonologi

Pemerolehan
Sintaksis

Pemerolehan
Semantik

Jenis-jenis
Kalimat

Kalimat
Deklaratif/
Berita

Pola Kalimat

Kalimat
Interogatif/
Tanya

Kalimat
Imperatif/
Perintah

Kalimat
Eksklamatif/
Seru

Bentuk Ujaran

Bagan Kerangka Konseptual
Pemerolehan Kalimat Bahasa Minangkabau pada anak Usia 2;10

15

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif
analisis dokumen/isi. Menurut Arifin (2012:140) penelitian kualitatif adalah suatu
proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi
objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan
terutama data kualitatif. Kajian utama penelitian kualitatif adalah fenomena atau
kejadian yang berlangsung dalam suatu situasi sosial tertentu. Oleh karena itu,
peneliti harus terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang natural.
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005:4) adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mencapai tujuan
penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Penelitian deskriptif menurut
Arifin (2012:54) adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan
menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini,
baik tentang fenomena dalam variabel tuggal maupun korelasi dan atau perbandingan
berbagai variabel. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan suatu peristiwa
atau kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus
terhadap peristiwa tersebut.
Menurut Arifin (2012:55), penelitian analisis dokumen/isi adalah penelitian
yang dilakukan secara sistematis terhadap catatan-catatan atau dokumen sebagai
sumber data. Karakteristik penelitian ini adalah: (1) penelitian ini dilakukan terhadap

16

informasi yang didokumentasikan dalam bentuk rekaman, gambar, dan sebagainya,
(2) subjek penelitiannya adalah sesuatu barang, buku, majalah, dan lainnnya, (3)
dokumen sebagai sumber data pokok.
Dalam penelitian ini akan dideskripsikan, jenis-jenis kalimat yang diujarkan
oleh anak usia 2;10, pola-pola kalimat yang diujarkan oleh anak usia 2;10, dan
bentuk ujaran anak usia 2;10.
B. Latar, Entri, dan Kehadiran Peneliti
Penelitian ini dilaksanakan di Padang Sintuk Nagari Malai V Suku Kecamatan
Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman. Latar penelitian ini merupakan sebuah
perkampugan yang mayoritas warganya adalah penduduk asli. Anak yang menjadi
objek penelitian ini tinggal dengan kedua orang tuanya, seorang kakak perempuan,
dan seorang kakak laki-laki.
Aspek atau entri yang diteliti adalah pemerolehan pada seorang anak usia 2;10.
Pada usia ini anak masih berada dalam masa kalimat dengan rangakaian kata. Namun
karena usianya sudah hampir mencapai usia 3;0, jadi anak telah mampu mengujarkan
kalimat sederhana bahkan kompleks yang berlamgsung dalam masa kalimat
sederhana dan kompleks (Maksan, 1993:48).
Penelitian ini dilaksanakan selama satu hari, yaitu pada tanggal 30 Mei 2014.
Peneliti terlibat langsung dalam penelitian ini karena peneliti ikut berperan serta
dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak.

17

C. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data lisan yang bersumber dari ujaran
anak usia 2;10. Sumber data dalam penelitian yaitu data yang diambil dari tuturan
yang dilakukan oleh anak usia 2;10 dengan peneliti, ibunya, dan temannya (Vani).
D. Responden Penelitian
Responden adalah orang yang memberi keterangan atau seseorang yang
menjadi sumber data utama dalam penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah
anak yang berusia 2;10.
Data responden dalam penelitian ini:
1.

Nama lengkap : Novi Julia

2.

Jenis kelamin : Perempuan

3.

Tempat tanggal lahir : Padang Sintuk, 10 Juli 2011

4.

Kewarganegaraan

5.

Agama : Islam

6.

Alamat : Padang Sintuk, Malai Tangah Kecamatan

: Indonesia

Batang Gasan
Identitas Orang tua:
1.

Nama Ibu

: Novita

2.

Tempat tanggal lahir : Padang Sintuk, 1978

3.

Kewarganegaraan

4.

Agama : Islam

5.

Pekerjaan

6.

Alamat lengkap

: Indonesia

: Ibu rumah tangga
: Padang Sintuk, Malai Tangah

Kecamatan Batang Gasan
Responden tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua kakaknya. Sehariharinya keluarga responden menggunakan bahasa Minangkabau.

18

E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Selanjutnya,
untuk mempermudah pengumpulan data, digunakan handphone Samsung Y
GTS6102 dan handphone Nexian NX-G381i. Kedua handphone tersebut digunakan
untuk merekam ujaran anak agar didapatkan hasil yang akurat dan valid.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
tiga teknik. Pertama, teknik observasi, melalui teknik ini peneliti dapat melihat
secara langsung kegiatan yang dilakukan anak dalam berkomunikasi dengan orang di
lingkungan sekitarnya. Kedua, teknik rekaman yaitu peneliti yang memegang peran
sebagai perekam dan pengamat penuh. Alat perekam yang digunakan berupa
handphone Samsung Y GTS6102 dan handphone Nexian NX-G381i. Rekaman
berupa suara yang didapat kemudian dipindah ke dalam notebook Acer Aspire One
melalui kabel data dan kemudian ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan untuk
dianalisis. Ketiga, teknik wawancara yaitu peneliti yang berperan langsung dalam
proses pengambilan data, sehingga dapat dilakukan teknik wawancara guna
mengetahui secara langsung kalimat yang diperoleh anak. Melalui teknik ini, dapat
diketahui pemerolehan anak dalam berkomunikasi dengan orang di sekitarnya.
G. Teknik Analisis Data
Menurut

Bogdan

dan

Biklen

(dalam

Moleong,

2005:248),

teknik

penganalisisan data adalah upaya bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari

19

dan menemukan pola, menemukan sesuatu yang penting dan sesuatu yang dapat
dipelajari, serta memutuskan sesuatu yang ditanyakan oleh narasumber.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga cara. Pertama, data
lisan yang bersumber dari ujaran anak tersebut direkam dengan handphone kemudian
ditranskripsikan menggunakan notebook. Kedua, data yang telah diperoleh kemudian
diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis kalimatnya. Ketiga, data-data tersebut
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian dan disimpulkan.
H. Teknik Pengabsahan Data
Teknik pengabsahan data penelitian dalam makalah ini adalah dengan
menggunakan teknik uraian rinci. Teknik uraian rinci merupakan teknik yang
menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya seteliti dan secermat mungkin.
Uraian yang dilakukan harus mengungkapkan secara khusus sesuatu yang
dibutuhkan oleh pembaca agar dapat memahami temuan penelitian yang diperoleh.

20

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam Bab IV ini akan diuaraikan tiga hal, yaitu: (1) data penelitian, (2)
analisis data, dan (3) pembahasan. Temuan penelitian ini, merupakan hasil
interpretasi penulis yang erat kaitannya dengan Bab II.
A. Data Penelitian
Responden merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang dilahirkan secara
normal dalam keadaan sehat. Ketika melakukan penelitian, responden dalam keadaan
sehat. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa anak usia 2;10 sudah mampu
mengujarkan beberapa jenis kalimat tunggal yang dilihat dari bentuk sintaksisnya.
Bentuk kalimat tersebut adalah kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat
imperatif. Pola kalimat ynag diujarkan anak tersebut di antaranya P, S-P, P-S, P-O, SP-O, S-P-K, K-P, dan P-K. Ujaran anak yang dikaji dalam penelitian mulai dari
ujaran satu kata, dua kata, tiga kata, empat kata, dan lima kata.

Jenis Kalimat
Deklaratif
Interogatif
Imperatif

Pola Kalimat
P
S-P
P-S
P-O
S-P-O
S-P-K
K-P
P-K

Bentuk Ujaran
Ujaran satu kata
Ujaran dua kata
Ujaran tiga kata
Ujaran empat kata
Ujaran lima kata

B. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dikelompokkan berdasarkan jenis kalimat, pola
kalimat, dan bentuk ujarannya. Jenis-jenis kalimat tunggal berdasarkan bentuk

21

sintaksisnya terdiri dari kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif.
Pola kalimat antara lain P, S-P, P-S, P-O, S-P-O, S-P-K, K-P, dan P-K. Bentukbentuk ujaran anak yang dikaji dalam penelitian ini dimulai dari ujaran satu kata, dua
kata, tiga kata, empat kata, dan lima kata.
1. Jenis-jenis Kalimat
Dalam penelitian ini ditemukan tiga jenis kalimat yang diujarkan oleh anak
usia 2;10. Berikut ini akan diuraikan jenis kalimat yang diujarkan oleh anak tersebut.
a. Kalimat Deklaratif
Kalimat deklaratif merupakan kalimat yang berfungsi untuk memberitahukan
informasi kepada orang lain dan mengharapkan tanggapan seperti perhatian yang
tercermin melalui pandangan mata. Kalimat deklaratif tersebut bisa berisi
pemberitahuan tentang subjek, predikat, objek, dan keterangan. Contoh kalimat
deklaratif anak usia 2;10 adalah sebagai berikut.
Anak: Pani ca ma buk.
Vani pasa samo ibuk.
Vani-pasar-dengan-ibu
”Vani ke pasar dengan ibunya.”
Dari percakapan tersebut diketahui bahwa anak mampu mengucapkan kalimat
berita meskipun masih sangat sederhana karena tidak memakai kata depan ke- dan
kata kepemilikannya yaitu –nya.
Anak : Ayah Pi luma e.
Ayah Pi rumah e.
Ayah-Novi-rumahnya
Ayah Novi di rumahnya.
Dalam percakapan tersebut diketahui bahwa anak sudah mampu menjawab
pertanyaan peneliti ketika ditanyakan kepadanya dimana ayahnya. Anak dapat
mengujarkan kalimat berita dengan mengulang kata ayah terlebih dahulu. Kalimat

22

yang sederhana namun bisa dimengeti karena anak tidak menggunakan kata depan
di-.
Anak: Jawi Pi makan puik.
Jawi Pi makan rumpuik.
Sapi-Novi-makan-rumput
Sapi Novi makan rumput.
Dalam percakapan tersebut terlihat bahwa anak sudah mampu menjelaskan
sesuatu yang diluhatnya dengan sebuah kalimat deklaratif. Meskipun ujaran anak
masih terpotong karena pemerolehan fonologinya masih berlangsung tetapi kalimat
anak sudah hampir menyamai kalimat orang dewasa.
b. Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif merupakan kalimat yang mendukung suatu permintaan agar
kita diberitahu sesuatu atau kalimat yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu yang
ditandai dengan adanya intonasi naik. Kalimat interogatif tersebut bisa berisi
pertanyaan tentang subjek, predikat, objek, dan keterangan. Contoh kalimat
interogatif anak usia 2;10 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Anak: Ma ayah Kak?
mana-ayah-kak
Ayah kakak mana?
Dalam percakapan tersebut, anak sudah mampu mengungkapkan rasa ingin
tahunya dengan mengujarkan sebuah kalimat interogatif. Anak ingin tahu dimana
ayah peneliti berada.
Anak: Mak, ma Pani Mak?
Mak rumah Vani Mak?
bu-rumah-Vani-bu
Bu ke rumah Vani ya Bu?

23

Dalam pecakapan tersebut, anak bertanya apakah dirinya diizinkan bermain ke
rumah Vani. Ternyata dalam usia tersebut anak sudah mampu mengujarkan kalimat
interogatif walaupun masih sederhana.
Anak: Kunci ma nyoh?
kunci-mana-ya
Kuncinya mana?
Dalam percakapan tersebut, peneliti memberitahukan kepada anak bahwa
rumah peneliti sedang kosong tidak ada orang. Kemudian anak langsung menjawab
dengan pertanyaan yang berhubungan, yaitu menanyakan kepada peneliti kunci
rumah dimana?
c. Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif merupakan kalimat yang isinya mengharapkan adanya reaksi
berupa tindakan atau perbuatan dari orang yang diajak bicara. Contoh kalimat
imperatif yang duujarkan oleh anak usia 2;10 dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
Anak: Lumah Pi nah!
Rumah Pi nah!
rumah-Novi-yuk
Ke rumah Novi yuk!
Pada kalimat tersebut, anak mengujarkan kalimat imperatif yang bermaksud
mengajak. Anak mengajak peneliti untuk ikut ke rumahnya. Jadi, pada usia tersebut
anak sudah bisa menggunakan kalimat imperatif sesuai dengan maksud dan tujuan
yang dia miliki.
Anak: Pi iyek la Pi!
Pi liek lah Pi!
Novi-lihat-lah-Novi
Novi lihat ya!

24

Pada kalimat tersebut, terlihat bahwa anak menginginkan sesuatu. Anak
mengujarkan kalimat imperatif bernada perintah namun maksudnya adalah meminta.
Anak ingin melihat handphone peneliti ketika percakapan itu terjadi.
2. Pola Kalimat
Dalam penelitian ini ditemukan enam pola kalimat yang diujarkan oleh anak
usia 2;10.
a. Predikat (P)
Contoh:
Pena Mak!
P K. Sapaan
pena-Bu
Ibu ambilkan pena!
Kalimat tersebut merupakan kalimat imperatif yang berpola predikat (P). Unsur
pengisi predikat berupa nomina (N). Maksud dari kalimat yang diujarkan oleh anak
adalah anak meminta ibunya mengambilkan pena untuknya.
Pi yo?
Pai lo?
P
pergi-juga
Pergi juga?
Dalam kalimat di atas, anak mengujarkan kalimat interogatif berpola predikat
P. Unsur pengisi predikat berupa verba (V). Maksud dari kalimat yang diujarkan oleh
anak adalah anak bertanya kemana ibu peneliti, apakah pergi juga seperti ibunya
Vani?
b. Subjek-Predikat (S-P)
Contoh:
Bu lu pai.

25

Bu Guru pai.
S
P
Bu guru-pergi
Bu Guru pergi.
Pada kalimat di atas, anak telah bisa menggunakan kalimat deklaratif berpola
subjek-predikat (S-P). Unsur pengisi subjek berupa nomina (N) dan unsur pengisi
predikat adalah verba (V). Maksud kalimat di atas adalah anak memberitahukan
kepada peneliti bahwa ibu gurunya pergi.
Adek Cipa main?
S
P
Adek Cipa-main
Adek Cipa main?
Jenis kalimat di atas adalah kalimat interogatif berpola subjek-predikat (S-P).
Unsur pengisi subjek berupa nomina (N) dan unsur pengisi predikat berupa verba
(V). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak adalah anak bertanya apakah adek
Cipa sedang bermain?
c. Predikat-Subjek (P-S)
Contoh:
Cak gambal?
Rancak gambar?
P
S
bagus-gambar
Gambarnya bagus?
Jenis kalimat di atas adalah kalimat interogatif yang berpola predikat-subjek
(P-S). Unsur pengisi predikat berupa adjektiva dan unsur pengisi subjek berupa
nomina (N). Maksud ujaran tersebut adalah anak bertanya kepada peneliti apakah
gambar tikar yang kami duduki bagus?
Liek Pi lah!
P S
lihat-Novi
Novi lihat ya!

26

Jenis kalimat yang diujarkan oleh anak adalah kalimat imperatif berpola
predikat-subjek (P-S). Unsur pengisi predikat berupa verba (V) dan unsur pengisi
subjek berupa nomina (N). Maksud kalimat di atas adalah anak meminta untuk
diluhatkan handphone.
d. Predikat-Objek (P-O) /dengan melesapkan subjek/
Contoh:
Li ga?
Bali jaga?
P O
beli-jajan
Beli jajan (ayahnya)?
Jenis kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah kalimat interogatif
berpola predikat-objek (P-O). Unsur pengisi predikat adalah verba (V) dan unsur
pengisi objek adalah nomina (N). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak tersebut
adalah anak bertanya kepada peneliti apakah ayahnya Vani pergi ke sawah membeli
jajan?
Bi lumah.
Buek rumah.
P O
buat-rumah
(Novi) Membuat rumah.
Jenis kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah kalimat deklaratif berpola
predikat-objek (P-O). Unsur pengisi predikat adalah verba (V) dan unsur pengisi
objek adalah nomina (N). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak adalah anak
mengatakan kepada peneliti bahwa dia sedang membuat gambar rumah.
e. Subjek-Predikat-Objek (S-P-O)
Contoh:
Jawi Pi makan puik.

27

Jawi Novi makan rumpuik.
S
P
O
sapi-novi-makan-rumput
Sapi Novi makan rumput.
Jenis kalimat di atas adalah kalimat deklaratif berpola subjek-predikat-objek
(S-P-O). Unsur pengisi subjek berupa nomina (N), unsur pengisi predikat berupa
verba (V) dan unsur pengisi objek adalah nomina (N). Maksud kalimat yang
diujarkan oleh anak adalah anak mengatakan kepada peneliti bahwa sapinya sedang
makan rumput ketika peneliti dan informan (anak) lewat di dekat beberapa ekor sapi.
f. Subjek-Predikat-Keterangan (S-P-K)
Contoh:
Bu lu pai paca.
Bu Guru pai ka pasa.
S
P
Ket. Tempat
Bu guru-pergi-ke pasar
Bu guru pergi ke pasa.
Jenis kalimat di atas adalah kalimat deklaratif berpola subjek-predikatketerangan (S-P-O). Unsur pengisi subjek berupa nomina (N), unsur pengisi predikat
berupa verba (V), dan unsur pengisi keterangan adalah keterangan tempat. Maksud
kalimat yang diujarkan oleh anak adalah anak memberitahukan kepada peneliti
bahwa gurunya sedang pergi.
Pi cikola cuak.
Novi sakola bisuak.
S
P
Ket. Waktu
Novi-sekolah-besok
Novi sekolah besok.
Jenis kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah kalimat deklaratif berpola
subjek-predikat-keterangan (S-P-O). Unsur pengisi subjek berupa nomina (N), unsur
pengisi predikat berupa verba (V), dan unsur pengisi keterangan adalah

28

keteranganwaktu. Maksud ujaran tersebut adalah anak memebritahukan kepada
peneliti abahwa dirinya akan sekolah besok.
g. Keterangan-Predikat (K-P)
Contoh:
Mah Kak Pani pe lah!
Ka rumah Kak Vani capeklah!
Ket. Tempat
P
ke rumah Kak Vani-cepatlah
Cepatlah ke rumah Kak Vani!
Jenis kalimat di atas adalah kalimat imperatif berpola keterangan-predikat (KP). Unsur pengisi keterangan adalah keterangan tempat dan unsur pengisi predikat
adalah adjektiva. Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah anak
mengajak peneliti untuk pergi ke rumah Kak Vani.
h. Predikat-Keterangan (P-K)
Contoh:
Main lumah Kak!
Main ka rumah Kak!
P
Ket. Tempat
main-ke rumah Kak
main ke rumah Kakak yuk!
Jenis kalimat di atas adalah kalimat imperatif berpola predikat-keterangan (PK). Unsur pengisi predikat adalah verba (V) dan unsur pengisi keterangan berupa
keterangan tempat. Maksud ujaran yang diujarkan oleh anak adalah anak mengajak
peneliti untuk bermain ke rumah peneliti, anak ingin bermain ke rumah peneliti.
3. Bentuk Ujaran
Anak usia 2;10 sudah bisa menghasilkan kalimat yang sederhana. Kalimat anak
tersebut pada umumnya terdiri dari ujaran satu kata, dua kata, tiga kata, empat kata,
dan lima kata.

29

a. Ujaran Satu kata
Contoh:
Anak: Bajalah!
Belajarlah!
”Belajar Kak!”
Anak: Caliak.
Lihat.
”Biar Novi lihat motornya.”
Anak: Pitih?
Uang?
”Ibu Kak pergi mencari uang?”
Dari contoh ujaran tersebut diketahui bahwa bentuk ujarannya terdiri dari
ujaran satu kata. Anak lebih terdorong untuk memperpendek kalimat dengan
mengucapkan hanya dengan satu kata. Padahal, jika diucapkan dengan struktur
kalimat biasa bisa lebih panjang dari itu.
b. Ujaran Dua Kata
Contoh:
Anak: Pena Mak!
Pena-Bu
”Ibu ambilkan pena!”
Anak: Onda uwang?
Motor-orang
”Itu motor orang?”
Anak: Jawi Pi.
Sapi-Novi
Sapi Novi.
Dari kalimat yang diujarkan oleh anak di atas diketahu bahwa ujran yang
dikeluarkan anak berupa ujaran dua kata. Dari dua kata tersebut ada kata yang
berfungsi sebagai subjek dan objek.

30

c. Ujaran Tiga Kata
Contoh:
Anak: Mah Kak Pijah.
Rumah-Kak-Pijah
Ke rumah Kak Pijah.
Anak: Ma pena Kak?
mana-pena-kakak
Mana pena Kakak?
Anak: Main bowa nah!
main-bola-yuk
Main bola yuk!
Kalimat yang diujarkan anak di atas adalah kalimat dengan ujaran tiga kata.
Dari ujaran tiga kata tersebut terlihat bahwa perkembangan bahasa anak sudah
semakin baik. Abak sudah bisa menyampaikan maksudnya dengan jelas sehingga
mudah dimengerti oleh orang yang diajak bicara.
d. Ujaran Empat Kata
Contoh:
Anak: Pi na tiah do.
Novi-tidak-capek-kok
Novi tidak capek kok.
Anak: Kak ma pe Kak?
kak-mana-hape-kakak
Mana hape kakak, Kak?
Anak: Mah Kak Pani pelah!
rumah-kak-Vani-cepatlah
Cepatlah ke rumah Kak Vani!
Kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah kalimat dengan ujaran empat
kata. Empat kata yang diujarkan tersebut telah menunjukkan bahwa anak semakin
menguasai kalimat bahasa Minangabau dengan baik sehingga orang mengerti yang
diujarkannya.

31

e. Ujaran Lima Kata
Contoh:
Anak: Mak, Mak Kak Pani pai.
Bu-bu-Kak-Vani-pergi
Ibu, Kak Vani pergi, Bu.
Anak: Kak, Kak ma lumah Kak?
Kak-kak-dimana-rumah-kakak
Rumah Kakak dimana Kak?
Dari kalimat di atas terlihat bahwa anak sudah mulai mengujarkan lima kata,
namun hanya pengulangan kata. Anak berusaha mengujarkan kata secara lebih
lengkap untuk mengungkapkan maksudnya kepada orang lain.
C. Pembahasan
Dalam penelitian ini jenis-jenis kalimat yang diucapkan oleh anak usia 2;10
ada tiga yaitu kalimat deklaratif, kalimat interigatif, dan kalimat imperatif. Kalimat
yang paling sering diujarkan oleh anak adalah kalimat deklaratif, setelah itu kalimat
interogatif, dan kalimat imperatif. Hal itu juga ditemukan dalam penelitian
Dardjowidjojo terhadap cucunya, Echa.
Anak pada usia 2;10 sudah mampu menggunakan subjek, predikat, objek, dan
keterangan dalam kalimatnya. Pola kalimat yang dihasilkan adalah P, S-P, P-S, P-O,
S-P-O, S-P-K, K-P, dan P-K. Temuan penelitian ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Maksan bahwa tahap pemerolehan sintaksis anak ada empat
jenjang. Usia anak 2;10 ini hampir mendekati usia 3;10 yang berada pada masa
kalimat sederhana dan kompleks sehingga anak ini, Novi Julia sudah bisa
dikategorikan ke dalam masa ketiga yaitu masa kalimat sederhana dan kompleks.
Hal ini dilihat dari hasil penelitian yang telah dianalisis sebelumnya.

32

Bentuk ujaran anak pada usia ini terdiri dari lima macam, yaitu ujaran satu
kata, dua kata, tiga kata, empat kata, dan lima kata.
Jadi, dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemerolehan kalimat
anak usia 2;10 sudah mendekati masa ketiga yaitu masa kalimat sederhana dan
kompleks. Anak sudah mengujarkan beberapa jenis kalimat dengan sederhana yaitu
kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Anak sudah menggunakan fungsi
kalimat yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan. Anak sudah bisa menggunakan
satu sampai empat atau lima kata.

33

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari deskripsi data dan analisis data, dapat disimpulkan

hal-hal berikut.

Pertama, jenis-jenis klaimat yang diujarkan oleh anak berusia 2;10 terdiri atas
kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Kalimat yang paling sering diujarkan
oleh anak adalah kalimat deklaratif, setelah itu kalimat interogatif, dan kalimat
imperatif.
Kedua, pola kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif yang diujarkn oleh
anak usia 2;10 adalah P, S-P, P-S, P-O, S-P-O, S-P-K, K-P, dan P-K. Unsur-unsur
pengisi subjek (S) terdiri atas nomina (N), unsur-unsur pengisi predikat (P) terdiri
atas (V) dan adjektiva (Adj), unsur-unsur pengisi objek (O) terdiri atas nomina (N),
dan unsur-unsur pengisi keterangan (K) terdiri atas keterangan tempat dan waktu.
Katiga, bentuk ujaran anak berusia 2;10 terdiri atas ujaran satu kata, ujaran dua
kata, ujaran tiga kata, ujaran empat kata, dan ujaran lima kata yang mash sederhana.
B. Saran
Dalam proses pemerolehan kalimat, pengembangan kalimat anak sangat
diharapkan peran serta orangtua dan orang yang ada di sekitarnya. Orang tua harus
sering mengajak anak berdialog dalam ragam kata atau kalimat yang bervariasi untuk
membuat kalimat anak menjadi lebih sempurna dan baik. Orang tua dan orang lain
yang berada di lingkungan tersebut juga harus sering mengajak anak untuk berbicara,
agar artikulasinya makin jelas dan pembendaharaan katanya pun bertambah.

34

KEPUSTAKAAN
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Bahasa.
Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009a. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009b. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Jufrizal. 2007. Tipologi Gramatikal Bahasa Mnangkabau. Padang: UNP Press.
Maksan, Marjusman. 1993. Psikolinguistik. Padang: IKIP Padang Press.
Maliq, Nurril Rahmadani. 2012. ”Pemerolehan Kalimat pada Anak Usia Dini”,
Skripsi. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, FKIP Universitas Lambung Mangkurat.
Marta, Melza. 2013. ”Pemerolehan Sintaksis Bahasa Minangkabau pada Anak Usia 5
Tahun di Kambang.” Skripsi. Padang: Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Simanjuntak, Mangantar. 1987. Pengantar Psikolinguistik Moden. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka.