Online Dating Paradigma Perkencanan Baru

“Online Dating: Paradigma Perkencanan Baru dalam Dunia Maya?”
Jalu Pujo Rumekso, 105120400111009

Abstrak
Tulisan ini memeriksa tentang konstruksi sosial tentang peran gender dalam kegiatan
“perkencanan”. Di perkencanan konvensional di dunia nyata, pria memegang peran yang
aktif sementara wanita cenderung lebih pasif. Namun online dating memberikan peluang
untuk terciptanya paradigma perkencanan baru dengan status peran wanita yang lebih aktif.
Menggunakan kerangka analisis gender model Harvard, penulis akan menggambarkan relasi
antar kelompok gender di dunia maya melalui aktifitas online dating tersebut.
Kata Kunci: online dating, analisis gender, Harvard Analytical Framework

Pendahuluan
Sebuah hasil studi lembaga riset di Amerika menunjukkan bahwa satu dari sepuluh
orang Amerika menggunakan situs atau fasilitas perkencanan online. 1 Riset tersebut lebih
lanjut melaporkan bahwa sekitar 40 persen dari warga Amerika yang masih single pernah
menggunakan jasa online dating. Dari hasil riset tersebut bisa disimpulkan bahwa fasilitas
online dating ini telah menjadi pilihan alternatif bagi banyak orang yang ingin memulai

kehidupan percintaannya.
Pada dasarnya online dating sama seperti perkencanan biasa, yakni ketika dua

manusia bertemu untuk membina suatu hubungan. Namun yang membedakannya dengan
perkencanan biasa adalah media di mana mereka bertemu, yakni di domain cyber atau sistem
online, meskipun pada akhirnya mereka akan melakukan pertemuan secara langsung di dunia

nyata. Fasilitas online dating ini merupakan buah dari kecanggihan teknologi saat ini yang
memungkinkan semua perangkat komunikasi terhubung dalam satu jaringan yang teramat
luas, disebut dengan internet. Mengingat medianya berbeda maka strukturnya pun berbeda
dengan dunia nyata. Beberapa karakteristik domain cyber adalah borderless dan anomity.2 Di
dalam domain cyber ini tidak mengenal batasan territorial (borderless), orang dari satu
Selengkapnya baca: The Guardian [online]. 2013. “Online dating levels the romantic playing field for
women”. Diakses dari www.theguardian.co.uk. (Diakses pada 29 Desember 2013)
1

2

Nurudin. 2012. Tuhan Baru Masyarakat Cyber. Yogyakarta: AM Publishing. Halaman 165.

negara dengan negara lainnya bisa terhubung dengan seketika selama terdapat koneksi
internet. Keberadaan seseorang di dunia cyber diwakili oleh sebuah avatar yang bisa
dikreasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan anomity yang tinggi,. Hal tersebut

berarti identitas sesungguhnya dari orang yang bersangkutan akan tetap terjaga, atau dengan
kata lain orang yang ditemui di dunia cyber belum mengenal kita dengan sepenuhya selama
belum melakukan pertemuan secara langsung.
Struktur cyber tersebut akhirnya berdampak pada pola relasi antara pria dan wanita
dalam berkencan. Struktur cyber yang demikian memungkinkan masing-masing individu
untuk lebih bebas dalam berekspresi tanpa banyak terpengaruh oleh konstruksi sosial yang
selama ini berlaku dan mengatur di kehidupan nyata. Seperti kita ketahui, selama ini terdapat
konstruksi sosial yang secara tidak langsung mengatur bagaimana suatu hubungan antar
manusia (pria dan wanita) itu dijalankan, termasuk dalam aktivitas kencan. Terdapat peranperan tertentu yang diatributkan pada masing-masing gender, pria yang harus melakukan ini,
wanita yang harus melakukan itu, dan lain sebagainya. Dalam aktifitas perkencanan
konvensional selama ini pria dikenal sebagai pihak yang menjalankan peran aktif seperti
memulai untuk mengajak, menentukan agenda, bebas memilih pasangan, dsb. Sementara
wanita lebih pasif seperti menunggu dan mempersiapkan dirinya agar lebih “presentable”.
Pria yang tidak berani untuk mengajak keluar dihakimi sebagai “banci” sementara wanita
yang bersikap lebih aktif dipandang “liar”, setidaknya seperti itulah konstruksi sosial di dunia
nyata bekerja. Tetapi atribut-atribut sosial tersebut belum sepenuhnya terbentuk di dunia
maya. Nilai-nilai sosial, budaya, maupun agama yang menjadi aturan bersama di dunia nyata
belum sepenuhnya terserap dan terbentuk di dunia maya. Kondisi tersebut memungkinkan
terbentunya pola relasi yang baru, peran-peran tertentu yang biasanya dijalankan oleh
kelompok gender tertentu di dunia nyata bisa dengan mudah untuk dihindari dan tidak

dipatuhi di dunia maya, sehingga pergeseran peran pun bisa sangat mungkin untuk terjadi.
Seperti apakah relasi pria dan wanita dalam online dating?

Kerangka Teoritik
Untuk menjawab pertanyaan di atas dengan lebih sistematis diperlukan suatu
kerangka analisis yang berfokus pada relasi antara pria dan wanita. Di sini penulis akan
menyusun kerangka analisis gender yang mengacu pada “ Gender Analysis Guideline ” yang

dibuat oleh lembaga asal New Zealand Dick Smith Electronic3, serta karya Jullie Hunt
(seorang independent consultant) berjudul “Introduction to gender analysis concepts and
steps” yang diterbitkan dalam “Development Bulletin, no. 64. Dari sumber pertama penulis

mendapatkan “Harvard Analytical Framework”, model ini dipilih karena kesesuaiannya
untuk digunakan sebagai alat analisis akademik, mengingat pada dasarnya model analisis
gender lebih sering digunakan dalam bidang ekonomi untuk perencanaan program
pembangunan dan sebagainya. 4 Menurut model ini, aspek yang perlu untuk diperhatikan
dalam mengkaji relasi antar aktor gender dalam sebuah kasus (baca: variabel) adalah (1)
activity profile (2) access and control profile dan (3) influencing factors.5 Sementara sumber

kedua penulis gunakan sebagai panduan untuk menurunkan variabel-variabel di atas menjadi

indikator-indikator yang lebih operasional. Dari dua sumber tersebut penulis bisa
merumuskan kerangka analisis seperti berikut:
Relasi Pria - Wanita
Asking
Planning
Activity Profile

Paying
Presenting
Flirting

Akses ke media (internet)

Access
& Control Profile
Influencing Factor

Akses ke lawan jenis
Social-cultural
Economy


Tabel 1. Analisis Gender dalam Kasus Online Dating
Keterangan
1. Activity profile, merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh aktor. Dalam kasus
ini berarti berupa kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan ketika kencan, di sini
penulis menitik beratkan pada beberapa aktifitas yakni:

3

Diunduh dari http://www.aid.govt.nz/sites/default/files/Gender%20Analysis%20Guideline_0.pdf

Integrating Gender Equality and Women’s Empowerment into an Activity, Programme or Policy. 2012.
Diunduh dari http://www.vasculitisfoundation.org/wpcontent/uploads/2012/11/development_studies_network_intro_to_gender_analysis.pdf .
4

5

Ibid.

a. Asking atau mengajak, merupakan kegiatan yang bermaksud untuk

menginisasi atau memulai sesuatu kegiatan yang lain dalam perkencanan
b. Planning atau perencanaan, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan sesuatu kegiatan dalam perkencanan.
c. Paying atau membayar, berkaitan transaksi keuangan untuk membayar /
membeli beragam aktifitas yang telah dilakukan
d. Presenting

atau

persembahan,

berkaitan

dengan

aktifitas

untuk

mempersiapkan sesuatu agar lebih layak untuk ditampilkan, terutama dalam

hal penampilan badan (bersolek).
e. Flirting atau menggoda, berkaitan dengan kegiatan mengirimkan isyarat
terhadap lawan jenis agar tertarik padanya.
Penulis memilih aktifitas-aktifitas di atas karena menurut pengamatan penulis,
dalam kegiatan-kegiatan itulah konstruksi gender sering diatributkan.
2. Access and control profile, berkaitan dengan aspek akses terhadap sumber daya dan
kendali yang dimiliki oleh aktor. Sesuai dengan topik tulisan maka dalam kasus ini
penulis menitik beratkan terhadap akses ke:
a. Akses terhadap internet, sebagai media tempat online dating berlangsung.
Berkaitan dengan kesempatan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok
gender untuk terhubung ke dalam internet.
b. Akses terhadap lawan jenis, aktifitas yang terjadi setelah terhubung ke
internet. Intinya adalah berkaitan dengan kesempatan yang dimiliki oleh
masing-masing kelompok gender untuk menemukan dan menghubungi lawan
jenisnya.
3. Influencing factors, merupakan faktor-faktor yang berpengaruh, seringkali membatasi
perilaku dan mengarahkan aktor untuk menanggung peran-peran tertentu. Dalam
kasus ini penulis menitik beratkan pada nilai-nilai yang ada di masyarakat yakni:
a. Social dan Budaya. Nilai-nilai di masyarakat yang berperan dalam konstruksi
gender di aspek perkencanan.

b. Economi. Kemampuan ekonomi masing-masing kelompok gender

Ruang Lingkup
Batasan-batasan dalam pembahasan tulisan ini adalah sebagai berikut:
Wilayah

: Amerika

Waktu

: 2005 – 2013.

Pembahasan
Bagian pembahasan ini akan dibagi dalam tiga bagian pertama identifikasi hasil
temuan dari masing-masing kelompok gender, kedua komparasi hasil temuan, dan yang
ketiga adalah perumusan kesimpulan sekaligus sebagai perumusan jawaban atas
permasalahan yang diteliti.
Sebelum dilakukan pembahasan per-indikator, perlu penulis sampaikan beberapa
informasi umum sebagaimana berikut. Jumlah pengguna situs online dating di Amerika:


Tabel 2. Jumlah Pengguna Situs Online Dating di Amerika (Pew Research Centre, 2013)
Activity Profile
a. Asking. Dalam perkencanan konvensional terdapat aturan yang seakan menjadi

kesepakatan bersama yakni pria yang mengajak lebih dahulu sementara wanita harus
menunggu. Sesungguhnya peran tersebut bisa mengalami pergeseran di ranah online
dating. Ke-anonim-an identitas di dunia maya bisa memberikan ruang dan

kesempatan bagi wanita untuk terbebas dari penghakiman sosial yang biasa didapat di
dunia maya. Dengan demikian pada aspek ini wanita seharusnya memiliki
kesempatan yang sama besarnya dengan kaum pria untuk melakukan ajakan pertama.
Namun hasil survey yang diadakan oleh lembaga riset asal Amerika, PEW
menunjukkan bahwa pria tetap menunjukkan jumlah yang lebih tinggi dalam hal
ajakan pertama untuk kencan.

Tabel 3. “Asking First” dalam Online Dating (Pew Research Centre, 2013)
b. Planning. Kegiatan planning merupakan lanjutan dari asking. Setelah seseorang

mengajak untuk berkencan maka yang bersangkutan akan merencanakan apa saja
yang akan mereka lakukan ketika kencan nanti, seperti dari ke mana mereka harus

pergi dan lain sebagainya. Di online dating dalam aspek ini penulis melihat bahwa
sesungguhnya pria dan wanita memiliki kesempatan yang sama sebagaimana dalam
pembahasan asking. Namun mengingat jumlah asking dari kaum pria yang lebih besar
bisa dipastikan untuk aspek planning ini juga akan lebih didominasi oleh pria.
c. Paying. Penulis mendapatkan temuan menarik terkait aspek paying ini dalam ranah
online dating. Ternyata terdapat suatu kesepakatan bersama yang menyatakan bahwa

pria adalah pihak yang harus menanggung / membayar makan malam ketika kencan
pertama,6 Apabila si wanita bermaksud untuk membayari sekalipun hanya bagiannya
saja, itu merupakan pertanda bahwa ia tidak ingin di ajak kencan lagi ke depannya. 7
Artinya ketika kencan pertama, entah itu ajakan datang dari kaum pria maupun
wanita, maka kaum pria lah yang berperan sebagai pembayar. Dengan demikian yang
peran sebagai “pembayar” tetap didominasi oleh kaum pria.
d. Presenting. Menurut penulis, dalam hal membuat diri untuk lebih menarik dan layak

ditampilkan (presenting), online dating memberikan kesempatan yang sama bagi pria
dan wanita. Karena ajakan (asking) lebih bisa datang dari dua pihak, terutama wanita
sebagai pemain baru dalam hal asking, maka kaum pria juga akan menjadi lebih
mempersiapkan dirinya. Namun mengingat aspek asking menunjukkan nilai yang
Zsofia, K-N. 2012. “108 interesting facts, tips and statistics about online dating and relationships”. Hubpages

[online]. Diakses dari http://zsobig.hubpages.com/hub/108-interesting-facts-tips-and-statistics-about-onlinedating-and-relationships-Part-II. (Diakses pada 29 Desember 2013)
6

7

Ibid.

lebih tinggi untuk kaum pria, maka akan lebih banyak kaum wanita yang harus
menunggu dan membuat dirinya lebih “presentable”. Terlepas dari itu, sistem avatar
akan membuat masing-masing kelompok gender semaksimal mungkin berusaha untuk
memanipulasi tampilannya agar terlihat lebih menarik. Terkait hal presenting ini
terdapat fakta yang menarik, yakni wanita memiliki kecenderungan untuk
memanipulasi informasi tentang “berat, tampilan fisik, dan umur” dalam profil online
dating mereka, sementara kaum pria cenderung untuk memanipulasi dalam hal “umur,

tinggi, dan pendapatan”.8 Konsekuensi dari manipulasi avatar tersebut adalah mereka
harus berusaha untuk membuatnya menjadi kenyataan ketika melakukan pertemuan /
kencan di dunia nyata.
e. Flirting. Untuk kasus flirting ini hasil riset menunjukkan bahwa lebih banyak

dilakukan oleh kaum wanita. Hal ini berbeda dengan yang biasa terjadi di dunia nyata,
yakni flirt atau godaan lebih banyak datang dari kaum pria. Di online dunia maya ini
wanita memiliki lebih banyak kebebasan untuk berekspresi, flirting salah satu
bentuknya.

Tabel 4. “Online Flirting” (Pew Research Centre, 2013)
Access and Control Profile
a. Akses terhadap internet. Sejauh pengamatan penulis, untuk akses terhadap internet

tidak ada batasan tertentu yang menghalangi salah satu kelompok gender untuk
mengakses internet. Internet merupakan fasilitas umum ( public goods) yang berhak
untuk dinikmati oleh siapa saja, tanpa memperhatikan latar belakang ras, etnis,
agama, ataupun jenis kelamin. Jadi untuk aspek akses dalam kasus ini boleh dibilang
tidak terdapat permasalahan. Sekalipun ada pembatasan terhadap akses, biasanya
8

Online Dating Statistic. 2014. Sumber: Reuters, Herald News, PC World, Washington Post. 2014. Statistic
Brain [online]. Diakses dari http://www.statisticbrain.com/online-dating-statistics/ . (Diakses pada 29 Desember
2013).

dilakukan oleh pemerintah setempat, hal tersebut sifatnya massif, artinya berlaku
untuk pengguna internet secara keseluruhan terlepas itu pria atau wanita. Sekedar
sebagai informasi, berikut penulis sampaikan data terkait jumlah pengguna internet di
Amerika. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah pengguna internet kaum wanita
lebih banyak dari kaum pria.

Tabel 5. Jumlah Pengguna Internet di AS (US Census Bureau, 2013)
b. Akses terhadap lawan jenis. Sama halnya dengan akses terhadap internet, akses
terhadap lawan jenis dalam online dating juga tidak terdapat permasalahan. Artinya di
sini tidak terdapat suatu batasan atau halangan yang menghalangi salah satu kelompok
gender untuk mengakses lawan jenisnya. Online dating justru membantu
penggunanya dalam menawarkan sejumlah pilihan calon pasangan. Dengan bantuan
sistem yang ada, situs online dating bisa membantu penggunanya untuk mencari dan
menyortir pengguna lain sesuai dengan preferensi yang diinginkan.
Influencing Factors

a. Sosial dan Budaya. Faktor sosial dan budaya yang mempengaruhi hubungan manusia
dalam perkencanan antara lain dapat ditemukan dalam narasi-narasi yang berkembang
di masyarakat. Misal narasi tentang perang, wacana tentang perang seringkali
menceritakan tentang prajurit pria yang pemberani sebagai pelindung, dan wanita
yang harus mereka lindungi yang menunggu. 9 Dari narasi tersebut bisa kita lihat

Elstain 1987 dalam Pettman, J J. “Gender issue.” in Baylis & Smith (ed). 2001. “The Globalization of World
Politics. Oxford University Press.
9

bahwa wanita diasosiasikan sebagai pihak yang harus dilindungi dan berada di rumah.
Artinya posisi wanita adalah pasif dan berada di sektor domestik, sementara pria
bergerak dengan aktif di sektor publik. Konstruksi sosial yang telah membudaya
tersebut pada akhirnya juga berlaku dalam kegiatan perkencanan sebagai bagian dari
kehidupan manusia seluruhnya, yakni pria yang melakukan peran aktif sementara
tugas wanita adalah menunggu.
b. Ekonomi. Faktor ekonomi sedikit banyak juga akan berpengaruh terhadap
perkencanan antara pria dan wanita. Hal ini dikarenakan faktor ekonomi berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk mendapatkan sumber daya dan pemuas
kebutuhan tertentu. Di era kapitalisme seperti sekarang ini, kemampuan ekonomi
yang tinggi akan memberikan kesempatan yang tinggi bagi seorang individu untuk
mendapatakan apa yang diinginkannya. Berdasarkan hasil studi didapatkan sebuah
fakta bahwa wanita dengan pendapatan sebesar $25,000 atau lebih kecil, mendapatkan
16% pesan / ajakan lebih sedikit. Sementara pria dengan pendapatan $100,000150,000 per tahun mendapatkan pesan / ajakan 42% lebih banyak. 10 Artinya baik
kelompok pria maupun wanita mencari pasangan dengan penghasilan yang lebih
mapan.
Secara ringkas pembahasan masing-masing indikator di atas sebagaimana
dalam tabel berikut:
Relasi Pria - Wanita

Activity Profile

Access
& Control Profile
Influencing Factor

Asking

Dominasi pria

Planning

Dominasi pria

Paying

Dominasi pria

Presenting

Dominasi pria

Flirting

Dominasi wanita

Akses ke media (internet)

Dominasi wanita

Akses ke lawan jenis

Setara

Social-cultural

Menguntungkan pria

Economy

Menguntungkan pria

Tabel 6. Hasil Analisis Gender dalam Kasus Online Dating
Park, A. 2014. “Online dating studies describe “ideal” men and women”. Metro.US [online]. Diakses dari
http://www.metro.us/newyork/lifestyle/2014/01/12/online-dating-study-finds/. (Diakses pada 29 Desember
2013).
10

Kesimpulan
Seperti apakah relasi pria dan wanita dalam online dating? Berdasarkan pembahasan
di atas setidaknya bisa disimpulkan beberapa hal untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pertama, online dating memberikan fasilitas atau kesempatan bagi kaum wanita, yang selama
ini posisinya terhegemoni oleh pria dalam kehidupan nyata, untuk tampil lebih aktif. Kedua,
terkait dengan struktur relasi antara pria dan wanita dalam online dating, tidak jauh berbeda
dengan kehidupan nyata, pria masih lebih dominan dalam berbagai aspek. Sekalipun nilainilai sosial yang terdapat di dunia nyata tidak sepenuhnya terbentuk atau eksis di dunia maya
(baca: online dating) dan kaum wanita mendapat ruang lebih untuk aktif, tetap saja hegemoni
kaum pria kembali berjaya.
Namun yang perlu ditekankan adalah bahwa online dating telah memberikan
kesempatan dan pilihan yang besar bagi kaum wanita untuk lebih mengekspresikan dirinya.
Menyediakan medium yang lebih adil bagi kaum wanita, lebih bebas dari konstruksi sosial
yang ada. Hegemoni pria dalam tulisan ini hanyalah didasarkan pada kuantitas, angka dan
jumlah tersebut tidak selalu berarti positif bagi yang memiliki nilai tinggi atau negatif bagi
yang rendah nilainya. Bisa jadi angka tersebut tidak berarti apa. Bisa jadi aspek ini
merupakan sesuatu yang memang tidak pantas untuk terlalu diperjuangkan oleh kaum wanita,
sehingga mereka kalah pun tidak akan begitu pusing memikirkannya. Poin pentingnya adalah
adanya kesadaran yang penuh bahwa peran-peran yang ditanggung oleh masing-masing
kelompok gender tersebut merupakan sebuah pilihan, bukan suatu keharusan yang harus
dituruti tanpa berpikir panjang.

Daftar Pustaka
Baylis & Smith (ed). 2001. “The Globalization of World Politics. Oxford University Press.
Integrating Gender Equality and Women’s Empowerment into an Activity, Programme or
Policy. 2012. Diunduh dari http://www.vasculitisfoundation.org/wpcontent/uploads/2012/11/development_studies_network_intro_to_gender_analysis.pdf
Nurudin. 2012. Tuhan Baru Masyarakat Cyber. Yogyakarta: AM Publishing. Halaman 165.
Diunduh dari
http://www.aid.govt.nz/sites/default/files/Gender%20Analysis%20Guideline_0.pdf

Park, A. 2014. “Online dating studies describe “ideal” men and women”. Metro.US [online].
Diakses dari http://www.metro.us/newyork/lifestyle/2014/01/12/online-dating-studyfinds/. (Diakses pada 29 Desember 2013).
Smith, A & Duggan, M. 2013. “Online Dating & Relationship”. Pew Research Centre.
Diunduh dari http://pewinternet.org/Reports/2013/Online-Dating.aspx
Statistic Brain [online].2014. “Online Dating Statistic”. Sumber: Reuters, Herald News, PC
World, Washington Post. 2014. Diakses dari http://www.statisticbrain.com/online-

dating-statistics/ . (Diakses pada 6 Januari 2013).
The Guardian [online]. 2013. “Online dating levels the romantic playing field for women”.
Diakses dari www.theguardian.co.uk. (Diakses pada 29 Desember 2013)
United States Census Bureau. 2013. “Computer and Internet Use in the United States :
Population Characteristic ”. Diunduh dari http://www.census.gov/prod/2013pubs/p20-

569.pdf
Zsofia, K-N. 2012. “108 interesting facts, tips and statistics about online dating and
relationships”. Hubpages [online]. Diakses dari http://zsobig.hubpages.com/hub/108-

interesting-facts-tips-and-statistics-about-online-dating-and-relationships-Part-II.
(Diakses pada 29 Desember 2013)