BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Gambaran Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk Yang Ada Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Kesehatan merupakan Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga bagi kehidupan manusia dalam melangsungkan kehidupan, namun keadaan gizi masyarakat di Indonesia pada saat ini belum menggembirakan. Berbagai masalah gizi masih banyak ditemukan seperti gizi kurang, gizi buruk, kekurangan vitamin A, anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) dan gizi lebih (obesitas).

  Pembangunan suatu bangsa tidak hanya dapat diukur dengan pembangunan fisik saja, tetapi juga pembangunan manusianya. Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya sumberdaya manusia masa depan yang berkualitas. Anak yang mengalami masalah gizi pada usia dini akan mengalami gangguan tumbuh kembang dan meningkatkan kesakitan, penurunan produktivitas serta kematian. Dari berbagai studi yang telah dilaksanakan, terdapat hubungan positif antara derajat kesehatan masyarakat dengan produktivitas (Depkes RI, 2008). Sebagaimana yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (Depkes RI, 2009).

  Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan dirumah tangga akan berakibat pada kekurangan gizi yang berdampak pada lahirnya generasi muda yang tidak berkualitas. Apabila masalah ini terus berlanjut, maka jangka menengah dan panjang akan terjadi kehilangan generasi (generation lost).

  Menurut UNICEF (1990) dalam BAPPENAS (2011), penyebab masalah gizi terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung. Sebagai penyebab langsung masalah gizi yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi yang keduanya saling berkaitan. Anak balita yang tidak mendapat cukup makanan bergizi seimbang memiliki daya tahan yang rendah terhadap penyakit sehingga mudah terserang infeksi. Sebaliknya penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dapat mengakibatkan asupan gizi tidak dapat diserap tubuh dengan baik sehingga berakibat gizi buruk. Oleh karena itu, mencegah terjadinya infeksi juga dapat mengurangi kejadian gizi kurang dan gizi buruk. Sedangkan penyebab tidak langsung masalah gizi adalah ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, pola asuh berupa pemberian ASI/MP-ASI, pola asuh psikososial, penyediaan MP-ASI, kebersihan dan sanitasi, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

  Berbagai faktor langsung dan tidak langsung diatas, berkaitan dengan pokok masalah yang ada di masyarakat dan akar masalah yang bersifat nasional. Pokok masalah di masyarakat antara lain berupa ketidakberdayaan terhadap daya beli akses pangan di masyarakat dan keluarga, kurangnya informasi yang didapat dalam pengasuhan anak yang baik, serta ketidak mampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.

  Pertumbuhan anak memerlukan lebih banyak zat gizi daripada orang dewasa. Pada masyarakat yang mengalami kekurangan gizi ringan dan berat serta pada situasi infeksi yang tinggi, umumnya akan dijumpai angka kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak di bawah umur empat tahun (Suhardjo, 1996).

  Keluarga khususnya orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menentukan kesehatan anak-anaknya. Terutama saat balita, karena masa balita merupakan masa yang rentan terhadap terjadinya suatu penyakit. Apabila sejak awal kehidupannya yang diterima adalah suasana tidak sehat dan tidak menunjukkan perilaku sadar akan pentingnya gizi maka hal ini dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara positif serta dapat menurunkan kondisi kesehatannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugimah (2009) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat Keluarga Sadar Gizi dengan status gizi balita dengan nilai p=0,008, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Karolina, dkk. (2012) bahwa ada hubungan yang bermakna antara KADARZI dengan status gizi berdasarkan indikator BB/TB dengan nilai p= 0,014.

  Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup promosi gizi seimbang termasuk penyuluhan gizi di posyandu, fortifikasi pangan, pemberian makanan tambahan termasuk MP-ASI, pemberian suplemen gizi (kapsul Vitamin A dan Tablet Tambah Darah/TTD), pemantauan dan penanggulangan gizi buruk.

  Kenyataannya masih banyak keluarga yang belum berperilaku gizi baik sehingga penurunan masalah gizi berjalan lambat (Depkes RI, 2007).

  Tahun 2013 proporsi gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya, dimana proporsi gizi kurang sebesar 13,9% lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2010 dan 2007 yaitu sebesar 13,0%. Begitu juga proporsi gizi buruk pada tahun 2013 mengalami kenaikan yaitu sebesar 5,7% dibandingkan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2010 sebesar 4,0% dan pada tahun 2007 sebesar 5,4% (Riskesdas, 2013).

  Prevalensi gizi buruk pada balita di Sumatera Utara mengalami penurunan dari 8,1% pada tahun 2006 menjadi 4,21% pada tahun 2009 dan prevalensi gizi kurang menurun dari 20,82% pada tahun 2006 menjadi 16,2% pada tahun 2009. Namun dengan prevalensi balita gizi buruk dan kurang sebesar 20,41% pada tahun 2009, Sumatera Utara masih termasuk dalam daerah dengan kategori tiggi. (Bappeda Provinsi Sumatera Utara, 2012).

  Kasus gizi kurang di kota Medan pada tahun 2013 sebanyak 1.008 orang, menurun dibanding tahun 2012 yang mencapai 1.200 orang. Sedangkan kasus gizi buruk pada tahun 2013 tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 124 orang (Fatimah, 2013). Di Puskesmas Desa Lalang sendiri terjadi peningkatan pada kasus gizi kurang yaitu dari 25 orang pada tahun 2012 menjadi 38 orang pada tahun 2013. Sedangkan kasus gizi buruk tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya yaitu terdapat 5 orang pada tahun 2012 dan 2013. Salah satu penyebabnya adalah pemberian ASI eksklusif yang masih rendah, dimana menurut profil Puskesmas Desa Lalang pada bulan Februari 2013 bayi yang diberikan ASI eksklusif berjumlah 2 orang (0,43%) dan Agustus 2013 terdapat 6 orang (1,30%) serta belum tercapainya program cakupan imunisasi dan pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

  Perbaikan status gizi masyarakat merupakan prioritas kedua dalam kerangka kebijakan pembangunan kesehatan sebagaimana yang tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) bidang kesehatan tahun 2010-2014. Salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi masyarakat yaitu dengan cara peningkatan pelayanan gizi dan masyarakat melalui pembinaan gizi masyarakat yaitu melalui program KADARZI (Sarjunani, 2009 dalam Syafli, 2011).

  KADARZI adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga dikatakan KADARZI apabila keluarga tersebut telah berperilaku baik secara terus menerus. Perilaku sadar gizi yang diharapkan terwujud minimal dengan menerapkan lima indikator, yaitu menimbang berat badan secara teratur, memberikan hanya ASI saja kepada bayi 0-6 bulan (ASI Eksklusif), makan beraneka ragam, memasak menggunakan garam beryodium, dan mengkonsumsi suplemen zat gizi mikro sesuai anjuran (Depkes RI, 2007).

  Penelitian Simanjuntak (2009), menyatakan bahwa tingkat penerapan KADARZI antara keluarga tidak mampu dan keluarga mampu tidak memiliki perbedaan yang terlalu jauh, sehingga dapat dilihat bahwa KADARZI sudah mulai memasyarakat dan sudah diterapkan dalam keluarga. Namun sampai saat ini masih ditemukan balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk. Sehingga perlu diketahui lebih lanjut perilaku sadar gizi pada keluarga yang memiliki balita gizi kurang dan gizi buruk untuk mengetahui apakah keluarga tersebut telah menerapkan lima indikator KADARZI serta mengetahui indikator KADARZI yang belum diterapkan oleh keluarga tersebut.

  Dengan mengetahui perilaku sadar gizi keluarga, maka dapat diketahui masalah gizi yang harus diperhatikan, sehingga dapat menentukan program yang akan dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk kedepannya, sebagaimana menurut Depkes RI (2008), hasil pemantauan berupa informasi besaran masalah gizi dan status gizi penduduk dari waktu ke waktu serta informasi keluarga sadar gizi merupakan informasi penting untuk perencanaan dan kebijakan perbaikan program gizi di suatu wilayah.

  Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti Gambaran perilaku Sadar Gizi pada keluarga yang memiliki balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang.

  1.1 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku sadar gizi pada keluarga yang memiliki balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang.

  1.2 Tujuan Penelitian

  1.3.1Tujuan Umum

  Untuk mengetahui gambaran perilaku sadar gizi pada keluarga yang memiliki balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui kesadaran keluarga terhadap gizi berdasarkan penimbangan balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang tahun 2014.

  2. Untuk mengetahui kesadaran keluarga terhadap gizi berdasarkan pemberian ASI Eksklusif pada balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang tahun 2014.

  3. Untuk mengetahui kesadaran keluarga terhadap gizi berdasarkan konsumsi aneka ragaman makanan di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang tahun 2014.

  4. Untuk mengetahui kesadaran keluarga terhadap gizi berdasarkan penggunaan garam yodium di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang tahun 2014.

  5. Untuk mengetahui kesadaran keluarga terhadap gizi berdasarkan pemberian kapsul vitamin A pada balita gizi buruk dan gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang tahun 2014.

  1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi puskesmas dan instansi yang terkait (Dinas Kesehatan) sebagai bahan masukan untuk pengambilan kebijakan kedepannya untuk peningkatan program KADARZI

Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk Yang Ada Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014.

4 64 96

Pengaruh Penatalaksanaan Gizi dan Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi Balita Gizi Buruk di Puskesmas Se-Kota Medan

2 54 105

Pengaruh Metode Ceramah dengan Media Audio Visual dan Poster Kalender terhadap Perilaku Gizi Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten Bireuen

4 40 146

Gambaran Keluarga Sadar Gizi Dan Status Gizi Balita Di Desa Sitinjo Induk Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Tahun 2008

8 76 75

Hubungan Tingkat Sadar Gizi Keluarga dan Status Gizi Balita di Puskesmas Padang Bulan Medan

2 34 80

Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan Tahun 2009

2 73 101

Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009

0 57 105

Gambaran Pola Asuh Makan Pada Baduta Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamulya Tahun 2012

17 271 140

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

0 1 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) - Gambaran Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk Yang Ada Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014.

0 1 26