Pengaruh Metode Ceramah dengan Media Audio Visual dan Poster Kalender terhadap Perilaku Gizi Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten Bireuen

(1)

PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI

IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH

TESIS

Oleh

MUNAWAR MUCHTAR 087032015/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN DENGAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI

IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

OLEH

MUNAWAR MUCHTAR 087032015/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH Nama Mahasiswa : Munawar Muchtar

Nomor Induk Mahasiswa : 087032015

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si)

Ketua

(Dra. Jumirah, Apt, M.Kes)

Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Maret 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si Anggota : 1. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes

2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI

IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Mei 2011


(6)

ABSTRAK

Pemantauan Status Gizi tahun 2009, di Kecamatan Jeunieb Kabupaten Biruen Provinsi Aceh prevalensi menunjukkan balita gizi kurang 20,4% dan 6,1% gizi buruk, Kecamatan Juli balita gizi kurang 20,4% dan 6,4% gizi buruk, dan Kecamatan Jeumpa balita gizi kurang 27,8% dan 6,0% gizi buruk. Target Millenium

Development Goals (MDGs) menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi 10%

pada tahun 2015.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Jenis penelitian ini adalah eksperimen quasi dengan rancangan pre-and post-test, dilaksanakan di 3 Kecamatan Kabupaten Bireuen yaitu Jeunieb, Jeumpa, dan Juli. Populasi adalah ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Jumlah sampel penelitian adalah 15 ibu per kelompok. Penyuluhan dilakukan melalui ceramah dengan metode audio visual pada kelompok pertama dan poster kalender pada kelompok kedua, serta kelompok kontrol. Hasil ceramah diukur berdasarkan hasil test yang diperoleh dari responden terhadap perilaku. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh metode ceramah dengan audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Diketahui metode ceramah dengan poster kalender lebih efektif dibandingkan audio visual.

Disarankan kepada 1) Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen agar memilih metode ceramah dengan poster kalender untuk meningkatkan perilaku gizi ibu balita gizi kurangdan gizi buruk di Kabupaten Bireuen, 2) Petugas kesehatan meningkatkan keterampilan melalui pelatihan dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan gizi masyarakat.


(7)

ABSTRACT

Monitoring of Nutritional Status in Jeunieb Sub-district Bireuen district Aceh Province in 2009 showed the prevalence of underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.1%, in Juli Sub-district underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.4% in Jeumpa Sub-district underweight children under five as 27.8% and severe underweight as 6.0%, Target Millenium Development Goals (MDGs) reduces number of underweight children under five become 10% in 2015.

The objective of the study was to analyze influence of lecturing method with audio visual media and calendar poster on the nutritional behavior of mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District Aceh Province. This research was quasi-experimental study with pre-and post-test design conducted in three Sub-districts Bireuen District, namely Jeunieb, Jeumpa and Juli. The populations of this study were the mothers having underweight and severe underweight children under five. The sample for this study consisted of 15 mothers per group. The counseling was given to first group through lecturing with audio visual method and calendar poster method to the second group and control group. The result of lecturing was measured based on the result of the behavior test obtained from the respondents. Data analysis was done through Kruskal Wallis and Mann Whitney tests.

The result of study showed that there was influence of lecturing with audio visual and calendar poster on the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five. It was found that lecturing method was more effective than audio visual method.

It is suggested to 1) Bireuen District Health Office to choose lecturing with calendar poster in enchancing the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District, 2) Health Officers to increase their through training in implementing community nutritional health education.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Metode Ceramah dengan Media Audio Visual dan Poster Kalender terhadap Perilaku Gizi Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten Bireuen” ini.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc (CTM)., Sp.A, (K),

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya Utama, M.S atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si dan


(9)

Sekretarisnya Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si yang telah membimbing penulis dan memberikan masukan serta saran dalam penyelesaian tesis ini,

4. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si dan Anggota Komisi Pembimbing Dra. Jumirah, Apt, M.Kes atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai,

5. Tim Penguji Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Dra. Syarifah, M.Si yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis. 6. Kepala Dinas Kabupaten Bireuen, Kepala Puskesmas Jeunieb, Kepala Puskesmas

Jeumpa dan Kepala Puskesmas Juli yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada sekolah Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan,

7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, 8. Keluarga besar Almarhumah ibunda Cut Murniati Umar dan ayahanda Tgk.

Muchtar Yusuf, keluarga besar ibu mertua Muchlisyah dan Almarhumah ayah Wanuddin, Abang, Kak Na, Om Dek, yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan,


(10)

9. Isteri saya yang tercinta dan tersayang Dina Yuwansa serta ananda Muhammad Fadhillah dan Fauqia Zilla Shaleha, yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa serta motivasi dan memberikan dukungan moril, dan

10. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis.

Akhirnya penulis menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Mei 2011 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Munawar Muchtar, dilahirkan pada tanggal 19 Agustus 1978 di Gandapura Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh, beragama Islam, bertempat tinggal di Desa Geurugok Kecamatan Gandapura Provinsi Aceh. Munawar menikah dengan Dina Yuwansa pada tanggal 14 Februari 2005 dan dikarunia 1 orang putra dan 1 orang putri, yaitu Muhammad Fadhillah dan Fauqia Zilla Shaleha.

Munawar menyelesaikan pendidikan, SDN Inpres Bukit Pala pada tahun 1991, SMPN Rantau Panjang pada tahun 1994, SMA 1 Langsa pada tahun 1997, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh Banda Aceh pada tahun 2003.

Saat ini, Munawar bekerja sebagai Staf Pengajar Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim Kabupaten Bireuen, Pekerjaan itu sudah ditekuni sejak tahun 2006 sampai sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1.PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Hipotesis ... 6

1.5.Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan ... 8

2.2. Komunikasi dan Faktor Efektivitas Penyuluhan... 11

2.3. Media Audio Visual ... 19

2.4. Media Poster Kalender... 24

2.5. Perilaku ... 26

2.6. Pengertian dan Tanda-tanda Gizi Buruk... 30

2.7. Landasan Teori... 33

2.8. Kerangka Konsep... 35

BAB 3. METODE PENELITIAN... 36

3.1. Jenis Penelitian... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data... 41

3.5. Variabel dan Definisi Operasional... 41

3.6. Metode Pengukuran ... 42

3.7. Metode Analisis Data... 43

BAB 4. HASIL PENELITIAN... 45

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

4.1.1 Keadaan Geografi dan Demografi ... 45


(13)

4.1.3 Sarana Kesehatan... 47

4.2. Analisis Univariat ... 47

4.2.1 Gambaran Karakteristik Responden ... 47

4.2.2 Gambaran Umur dan Status Gizi Balita ... 49

4.2.3 Hasil kategori Perilaku Tes Awal, Kedua dan Akhir pada Kelompok ... 50

4.3. Analisis Bivariat... 54

4.3.1 Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal, Kedua, Ketiga Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Metode Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol.. 54

4.3.2 Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal, Kedua, Ketiga Sikap pada Kelompok Ceramah dengan Metode Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 56

4.3.3 Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal, Kedua, Ketiga Tindakan pada Kelompok Ceramah dengan Metode Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 58

4.3.4 Hasil Uji Mann Whitney untuk Efektifitas Kelompok Metode Ceramah Dengan Audio Visual dan Kontrol .. 60

4.3.5 Hasil Uji Mann Whitney untuk Efektifitas Kelompok Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol 62

4.3.6 Hasil Uji Mann Whitney untuk Efektifitas Kelompok Metode Ceramah Dengan Audio Visual dan Poster Kalender... 64

BAB 5. PEMBAHASAN... 67

5.1. Efektifitas Metode Ceramah dengan Audio Visual terhadap Perilaku Responden ... 68

5.1. Efektifitas Metode Ceramah dengan Poster Kalender terhadap Perilaku Ibu Balita ... 70

5.1. Efektifitas Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Poster Kalender terhadap Perilaku Ibu Balita ... 71

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 72

6.1. Kesimpulan ... 72

6.2. Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA... 73


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Beberapa Keuntungan dan Kerugian dari Tiga Metode Penyuluhan ... 12

4.1. Sumber Daya Tenaga Kesehatan Kabupaten Bireuen ... 46

4.2. Sarana Kesehatan Kabupaten Bireuen... 47

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan... 48

4.4. Hasil Kategori Perilaku Tes Awal, Tes Kedua dan Tes Akhir ... 51

4.5. Hasil Pengetahuan pada Tes Awal, Kedua dan Akhir ... 52

4.6. Hasil Sikap pada Tes Awal, Kedua dan Akhir ... 53

4.7. Hasil Tindakan pada Tes Awal, Kedua dan Akhir ... 54

4.8. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 55

4.9. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Kedua Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 55

4.10. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Ketiga Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 56

4.11. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal Sikap pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 57

4.12. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Kedua Sikap Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 57

4.13. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Ketiga Sikap pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 58

4.14. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal Tindakan pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 58


(15)

4.15. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Kedua Tindakan pada Kelompok

Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 59 4.16. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Ketiga Tindakan pada Kelompok

Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 59 4.17. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok

Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Kontrol terhadap

Pengetahuan Responden... 60 4.18. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok

Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Kontrol terhadap Sikap

Responden ... 61 4.19. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok

Ceramah dengan Metode Audio Visual dan Kontrol terhadap

Tindakan Responden ... 61 4.20. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok

Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol terhadap

Pengetahuan Responden... 62 4.21. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok

Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol terhadap

Sikap Responden ... 63 4.22. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok

Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol terhadap

Tindakan Responden ... 64 4.23. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok

Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Poster Kalender

terhadap Pengetahuan Responden... 65 4.24. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok

Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Poster Kalender

terhadap Sikap Responden ... 65 4.25. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok

Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Poster Kalender


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Umpan Balik Langsung dari Proses Komunikasi ... 12

2. Umpan Balik Tidak Langsung dari Proses Komunikasi... 13

3. Keterkaitan Metode Massal, Kelompok, dan Perorangan dengan Keberhasilan Penyuluhan... 15

4. Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan ... 17

5. Kerucut Edgar Dale... 21

6. Konsekuensi Masalah Kurang Gizi ... 31

7. Hubungan Penderita Kurang Gizi dengan terjadinya BBLR ... 33

8. Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Metode Ceramah dengan Media Audio Visual dan Poster Kalender terhadap Perilaku Gizi Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk ... 35


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul \\\Halaman

1. Pengantar Penelitian ... 12

2. Pernyataan kesediaan menjadi responden ... 46

3. Kuesioner... 46

4. Media Poster Kalender ... 46

5. Media Audio Visual... 46

6. Frekuensi Tabel ... 46

7. Master Data... 46

8. NormalitasData dan Explore... 46

9. Uji Statistik Kruskal Wallis... 46

10. Uji Statistik Mann Whitney... 46

11. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara... 46

12. Surat keterangan Selesai Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen ... 46


(18)

ABSTRAK

Pemantauan Status Gizi tahun 2009, di Kecamatan Jeunieb Kabupaten Biruen Provinsi Aceh prevalensi menunjukkan balita gizi kurang 20,4% dan 6,1% gizi buruk, Kecamatan Juli balita gizi kurang 20,4% dan 6,4% gizi buruk, dan Kecamatan Jeumpa balita gizi kurang 27,8% dan 6,0% gizi buruk. Target Millenium

Development Goals (MDGs) menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi 10%

pada tahun 2015.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Jenis penelitian ini adalah eksperimen quasi dengan rancangan pre-and post-test, dilaksanakan di 3 Kecamatan Kabupaten Bireuen yaitu Jeunieb, Jeumpa, dan Juli. Populasi adalah ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Jumlah sampel penelitian adalah 15 ibu per kelompok. Penyuluhan dilakukan melalui ceramah dengan metode audio visual pada kelompok pertama dan poster kalender pada kelompok kedua, serta kelompok kontrol. Hasil ceramah diukur berdasarkan hasil test yang diperoleh dari responden terhadap perilaku. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh metode ceramah dengan audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Diketahui metode ceramah dengan poster kalender lebih efektif dibandingkan audio visual.

Disarankan kepada 1) Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen agar memilih metode ceramah dengan poster kalender untuk meningkatkan perilaku gizi ibu balita gizi kurangdan gizi buruk di Kabupaten Bireuen, 2) Petugas kesehatan meningkatkan keterampilan melalui pelatihan dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan gizi masyarakat.


(19)

ABSTRACT

Monitoring of Nutritional Status in Jeunieb Sub-district Bireuen district Aceh Province in 2009 showed the prevalence of underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.1%, in Juli Sub-district underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.4% in Jeumpa Sub-district underweight children under five as 27.8% and severe underweight as 6.0%, Target Millenium Development Goals (MDGs) reduces number of underweight children under five become 10% in 2015.

The objective of the study was to analyze influence of lecturing method with audio visual media and calendar poster on the nutritional behavior of mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District Aceh Province. This research was quasi-experimental study with pre-and post-test design conducted in three Sub-districts Bireuen District, namely Jeunieb, Jeumpa and Juli. The populations of this study were the mothers having underweight and severe underweight children under five. The sample for this study consisted of 15 mothers per group. The counseling was given to first group through lecturing with audio visual method and calendar poster method to the second group and control group. The result of lecturing was measured based on the result of the behavior test obtained from the respondents. Data analysis was done through Kruskal Wallis and Mann Whitney tests.

The result of study showed that there was influence of lecturing with audio visual and calendar poster on the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five. It was found that lecturing method was more effective than audio visual method.

It is suggested to 1) Bireuen District Health Office to choose lecturing with calendar poster in enchancing the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District, 2) Health Officers to increase their through training in implementing community nutritional health education.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masih tingginya prevalensi gizi kurang merupakan bukti belum terselenggaranya secara optimal penanggulangan gizi pada masyarakat. Berbagai upaya mengatasi masalah gizi tidak terlepas dari kebijakan dan strategi pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Pendidikan kesehatan melalui penyuluhan merupakan salah satu program yang diselenggarakan pemerintah dalam meningkatkan kesadaran gizi dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu, bayi dan balita, serta usia produktif.

Penyuluhan kesehatan bertujuan mengembangkan pengertian yang benar dan sikap positif individu/pasien atau kelompok/keluarga pasien agar yang bersangkutan menerapkan cara hidup sehat dalam hidupnya sehari-hari atas kesadaran dan kemauannya sendiri. Sementara penyuluhan gizi merupakan usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan perilaku mereka agar status gizi mereka tercapai secara optimal (Depkes RI, 2009).

Penyuluhan gizi juga merupakan proses pendidikan, proses tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Dalam suatu proses penyuluhan gizi yang menuju pada tercapainya tujuan pendidikan gizi yaitu terjadinya perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi suatu


(21)

proses penyuluhan termasuk metode, materi atau pesannya, penyuluh atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu/ alat peraga penyuluh. Agar tercapai secara suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara optimal. Hal ini berarti untuk sasaran penyuluhan tertentu, harus menggunakan cara tertentu, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga dengan alat bantu juga harus disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metode harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individu (Depkes RI, 2009).

Pada indikator derajat kesehatan Indonesia dalam meningkatkan status gizi masyarakat sasaran yang hendak dicapai adalah menurunkan prevalensi balita dengan gizi kurang menjadi 15% dan persentase kecamatan bebas rawan gizi menjadi 80%. Berdasarkan hasil pemantauan Status gizi tahun 2004 hingga tahun 2006 prevalensi gizi kurang dan buruk di Indonesia sebesar 28,6% dengan persentase gizi kurang 20,8% dan gizi buruk 7,8%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dilaporkan dari 25 juta balita 4,6 juta diantaranya menderita gizi kurang dengan berat badan tidak memenuhi berat normal menurut usianya. Sementara sebesar 3,4 juta balita tergolong kurus dengan berat badan kurang proporsional terhadap tinggi badan dan 3,1 juta balita kegemukan. Sementara target Millenium Development Goals

(MDGs) yaitu menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi 10% pada tahun 2015.

Walaupun target nasional sudah terlampaui, namun pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diketahui prevalensi gizi kurang 15,8% dan gizi buruk 10,4%. propinsi


(22)

Nanggroe Aceh Darussalam merupakan propinsi yang terbesar memiliki persentase tertinggi prevalensi gizi buruk dan gizi kurang dari 33 propinsi yang ada di Indonesia (Depkes RI, 2009).

Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten yang memiliki yang berada di wilayah Provinsi Aceh, diketahui dari hasil survei Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2009 menunjukkan prevalensi balita yang mengalami gizi kurang sebesar 23,1% dan gizi buruk sebesar 20,3%. Pada laporan PSG juga diketahui terdapat 3 kecamatan dari 17 kecamatan di wilayah kabupaten Bireuen yang memiliki prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi yaitu kecamatan Jeunieb dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk 26,5%, kecamatan Jeumpa dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk 33,8% dan Kecamatan Juli dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk 30,3%. Berdasarkan data Bappeda tahun 2008, diketahui ketiga daerah tersebut memiliki karakteristik tingkat pengetahuan masih rendah, kurang memahami pentingnya nilai gizi dan kesehatan bagi keluarga, serta kurang mengetahui cara mengkombinasikan bahan makanan bergizi dan seimbang.

Kenyataan semenjak Kabupaten Bireuen berdiri pada tahun 2004, ada beberapa program gizi yang dilaksanakan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama mendorong proses pemberdayaan keluarga balita gizi kurang dan gizi buruk untuk meningkatkan status gizi balita keluarga seperti penyuluhan gizi, keluarga sadar gizi, dan pemberian makanan tambahan, namun dampaknya belum dapat dirasakan sehingga belum mampu menekan angka kejadian gizi kurang dan gizi buruk. Untuk


(23)

itu perlu sebuah strategi upaya pencegahan balita gizi buruk melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan gizi keluarga agar balita tetap sehat.

Banyak metode yang dilakukan dalam meningkatkan perilaku gizi. Walaupun program PMT pemulihan tetap menjadi program unggulan untuk mengentaskan masalah gizi balita, tapi masih diperlukan metode lain dalam meningkatkan status gizi balita. Salah satunya metode penyuluhan dengan bantuan alat peraga terhadap ibu balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk.

Menurut Mahfoedz, dkk (2005) melalui penyuluhan dengan alat bantu peraga dalam menyampaikan pesan dan informasi akan lebih mudah diterima dan dipahami sesuai dengan maksud informasi tersebut. Sementara menurut Lucie (2005), intervensi penyuluhan dengan media audio visual dapat dilakukan sebagai upaya untuk merangsang masyarakat terutama kelurga (ibu rumah tangga) agar mampu menjadi inisiator dalam rumah tangganya. Sama halnya menurut Sadiman (2003) dalam Junita (2009), media poster dan leaflet merupakan media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia. Taufik (2007) menjelaskan bahwa media poster dan leaflet merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam kegiatan promosi kesehatan masyarakat.

Menurut Arsyad (2006), pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera. Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah indera pandang. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia disalurkan melalui indera pandang. Selebihnya sebesar


(24)

13% melalui indera dengar dan 12% lainnya disalurkan melalui indera lain seperti indera raba.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Feby, dkk (2004), menunjukkan pada post-test terjadi peningkatan rerata pengetahuan kelompok intervensi lebih tinggi (21,61) dibandingkan dengan kelompok kontrol (20,35). Promosi kesehatan melalui penyuluhan dengan ceramah dibantu media VCD dan leaflet ternyata lebih meningkatkan pengetahuan guru penjaskes tentang GAKI dibandingkan kelompok yang hanya mendapatkan promosi melalui ceramah dibantu media VCD.

Berdasarkan laporan PSG dan keterangan di atas, peneliti menyimpulkan melalui penyuluhan dengan ceramah disertai media audio visual dan poster kalender merupakan jawaban terhadap permasalahan di Kabupaten Bireuen. Agar penyuluhan lebih efektif diperlukan metode penyuluhan yang digunakan sesuai dengan sasaran masyarakat.

1.2.Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh.

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan maka tujuan penelitian ini adalah :


(25)

a. Menganalisis pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk

b. Menganalisis perbedaan efektifitas metode ceramah dengan media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.

1.4. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Ada pengaruh metode ceramah dengan media audio visual terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.

b. Ada pengaruh metode ceramah dengan media poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.

c. Ada perbedaan efektivitas antara metode ceramah dengan media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.

1.5.Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

a. Memberikan masukan terhadap kebijakan pelayanan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat.

b. Bermanfaat bagi pengembangan dalam ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan terutama dalam perbaikan gizi masyarakat.


(26)

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dalam rangka meningkatkan upaya pelayanan kesehatan gizi masyarakat.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan

Menurut Blum dalam Soekidjo (2003) upaya meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kepada orangtua yang anaknya mengalami gizi kurang dan buruk, memerlukan intervensi dengan dua upaya yaitu melalui :

1. Tekanan (enforcement)

Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan baik adalah dengan cara tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya ini bisa dalam bentuk undang-undang, peraturan-peraturan, intruksi-intruksi, tekanan-tekanan dan sanksi- sanksi

2. Edukasi (education)

Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan lain sebagainya melalui penyuluhan dan pendidikan .

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Sehingga petugas penyuluhan kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi juga harus menguasai pemahaman yang lengkap tentang pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983).


(28)

Penyuluhan merupakan jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Atau merupakan suatu hubungan timbal balik antara dua orang individu, di mana yang seseorang (yaitu penyuluh) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Di sini terlihat klien atau masyarakat yang bermasalah, dengan perilaku yang tidak sehat, setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri

dalam memperbaiki perilaku pada saat ini dan mungkin pada saat yang akan datang ( Sukardi & Ketut, 1995).

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan. Sehingga pendidikan kesehatan adalah bagian dari seluruh upaya kesehatan yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku sehat, pendidikan kesehatan mendorong perilaku yang menunjang kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit dan membantu pemulihan. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan yang terencana dengan tujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap, persepsi dan perilaku seseorang atau masyarakat dalam pengambilan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (WHO, 1992). Sedangkan Glanz, dkk., (1997) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan alat untuk merubah perilaku dan kombinasi dari berbagai pengalaman belajar seseorang untuk memberikan fasilitas/sarana menuju perilaku sehat.

Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai dari pendidikan kesehatan tersebut. Tujuan pendidikan kesehatan,


(29)

menyangkut tiga hal, yaitu peningkatan pengetahuan (knowledge), perubahan sikap

(attitude), dan ketrampilan atau tingkah laku (practice), yang berhubungan dengan

masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 1997). Menurut Sarwono (1997), pendidikan kesehatan adalah proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi. Beragam teknik pendidikan meliputi ceramah, seminar, diskusi, lokakarya, simulasi, pameran, demonstransi, perlombaan, kunjungan lapangan dan tutorial.

Sasaran pendidikan kesehatan disetiap tingkatan masyarakat berbeda antara satu dengan lainnya. Menurut Simons-Morton, dkk., (1995), ada empat tingkatan yang dapat dijadikan sasaran pendidikan kesehatan. Keempat tingkatan tersebut adalah :

1. Tingkatan individu Sasarannya yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dan filosofi dari individu yang menjadi target sasaran.

2. Tingkatan organisasi Sasarannya yaitu kebijakan, praktek/pelaksanaan program, fasilitas yang tersedia dan sumber daya pendukung.

3. Tingkatan kelompok masyarakat Sasarannya yaitu kebijakan, praktek/pelaksanaan program, fasilitas yang tersedia dan sumber daya yang tersedia.

4. Tingkatan pemerintahan Sasarannya yaitu kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dibidang kesehatan, program kesehatan, fasilitas sebagai sarana pendidikan kesehatan, sumber daya, peraturan-peraturan yang dibuat di bidang kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.


(30)

Menurut Pelto, dkk., (2004), adanya training konseling nutrisi yang memiliki beberapa karakteristik dapat menerangkan efek positif atas perubahan perilaku. Material konseling nutrisi pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dibangun atas dua dasar yaitu : 1) dapat menyediakan pengetahuan tentang kombinasi makanan dan praktek asupan makanan terhadap usia anak; 2) sebagai alat pengembangan skill untuk meningkatkan hubungan dan komunikasi yang lebih efektif.

Pendidikan masyarakat mengandung pengertian usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian, ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku agar dapat diserap atau dipraktekkan oleh masyarakat. Dengan mengacu pada pengertian tersebut, penyuluhan adalah usaha mengubah perilaku masyarakat, keluarga, terutama kepala dan ibu rumah tangga, agar mereka mengetahui, menyadari, mempunyai kemampuan dan kemauan, serta tanggung jawab untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya (Kartasapoetra, 1994).

2.2. Komunikasi dan faktor Efektifitas Penyuluhan

Secara umum, komunikasi adalah suatu pernyataan antar manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu yang berarti. Dalam kerangka penyuluhan, maka ilmu komunikasi jelas sangat diperlukan sebagai dasar dalam mentransfer pesan yang akan disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran. Sasaran komunikasi dalam penyuluhan kesehatan adalah masyarakat yang pada umumnya adalah kepala dan ibu rumah tangga, Wanita Usia Subur (WUS), Pasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan sebagainya. Jika pengertian komunikasi diatas dikaitkan dengan


(31)

bidang kesehatan secara umum, maka komunikasi penyuluhan di bidang kesehatan dapat diartikan sebagai pernyataan antara manusia, baik secara individu maupun kelompok berkaitan dengan kegiatan penyuluhan di bidang kesehatan yang sifatnya khusus, menyangkut bidang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dengan menggunakan lambang-lambang tertentu (Lucie, 2005)

Upaya seseorang atau sekelompok orang untuk dapat memperoleh informasi sekaligus teknologi yang tepat guna dan sesuai dengan kondisi sasaran, hanya dapat dilakukan jika sasaran memperoleh penyuluhan dengan benar. Pemahaman yang mendalam tentang peran penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi, penerangan, perubahan perilaku, sampai proses transformasi sosial (Suriatna, 1988).

Menurut Widjaja (1986), komunikasi sebagai bentuk penyampaian pesan, maka perlu diketahui apakah pesan yang disampaikan telah efektif sampai kepada sasaran komunikasi. Untuk hal tersebut, maka seorang komunikator perlu melakukan evaluasi dalam bentuk umpan balik atau Feedback. Umpan balik dari komunikator ke komunikan dapat bersifat langsung (Direct Feed-Back) maupun tidak langsung (Indirect Feed-Back).

Dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :

KOMUNIKATOR PESAN

UMPAN BALIK

KOMUNIKAN

Gambar 1 : Umpan Balik Langsung dari Proses Komunikasi


(32)

Gambar 1 menunjukkan bahwa seorang komunikator perlu mengetahui secara langsung pesan yang disampaikan kepada komunikan, apakah telah dapat diterima dengan baik dan jelas dalam bentuk umpan balik, sehingga pesan yang disampaikan selanjutnya dapat lebih diperjelas informasinya.

KOMUNIKATOR PESAN KOMUNIKAN

PIHAK LAIN III

UMPAN BALIK PIHAK LAIN II PIHAK LAIN I

Gambar 2 : Umpan Balik Tidak Langsung dari Proses Komunikasi

Sumber : Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Lucie (2005).

Gambar 2 menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan apakah pesan tersebut telah mengena pada sasaran, dapat diketahui melalui adanya pihak lain yang memberikan umpan balik pada komunikator, adanya umpan balik memberikan kesempatan atau peluang komunikator untuk melanjutkan pesan atau memperbaiki pesan yang disampaikan sehingga tercapai tujuan (Soekartawi, 1988).

Menurut Lucie (2005), didalam membahas faktor efektivitas penyuluhan, maka banyak unsur-unsur yang sangat berperanan dalam tercapainya efektifitas suatu penyuluhan, ada empat unsur yaitu :


(33)

1. Metode penyuluhan

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1996), pilihan seseorang terhadap satu metode/tekhnik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode ada tiga, dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :

Tabel. 2.1. Beberapa Keuntungan dan Kerugian dari Tiga Metode Penyuluhan.

Metode Keuntungan/kebaikan Kekurangan

1. Penyuluhan Massal

• Tidak terlalu resmi, kesehatan massal • Penuh kepercayaan

• Memakan waktu lebih banyak • Biaya lebih besar • Bersifat kurang

efisien pengaruhnya 2. Penyuluhan

Kelompok

• Relatif lebih efisien, kesehatan kelompok

• Komunikator tidak tersamar

• Masalah

pengorganisasian • Pendekatan aktifitas

pembentukan kelompok bersama • Kesulitan dalam

pengorganisasian aktifitas diskusi • Memerlukan

pembinaan calon pimpinan kelompok yang cakap dan dinamis 3. Penyuluhan

Perorangan

• Waktu lebih efisien

• Adanya persiapan yang mantap • Langsung dapat dirasakan

• Komunikator tersamar • Sifatnya lebih

formal • Pengaruhnya

relative sukar • Relatif lebih mudah

diukur Sumber : Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Lucie


(34)

Banyak cara dalam menyampaikan informasi melalui pendidikan kesehatan, salah satunya adalah dengan ceramah. Menurut Maulana (2009), ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini dipergunakan jika berada dalam kondisi berikut :

a. Waktu penyampaian informasi terbatas b. Orang yang mendengarkan sudah termotivasi c. Pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata d. Kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain

e. Ingin menambahkan atau menekankan apa-apa yang sudah dipelajari f. Mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan apa yang sudah dicapai. g. Sasaran dapat memahami kata-kata yang digunakan.

Metode Pendekatan Massal

Metode Pendekatan Perorangan

Kurang efektif, tidak intensif, kemampuan penyuluhan agar mengetahui dan menaruh perhatian

Kurang efektif, agak intensif, kemampuan penyuluhan mendorong masyarakat agar menilai dan mencoba Metode Pendekatan Kelompok Efektif, intensif, kemampuan penyuluhan masyarakat mulai menerapkan. P E N D A H U L U A N KEBERHASILAN

Gambar 3 : Keterkaitan Metode Massal, Kelompok, dan Perorangan dengan Keberhasilan Penyuluhan


(35)

2. Media penyuluhan

Yaitu alat bantu penyuluhan, yang dalam peranannya berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Menurut Mardikanto (1993), media adalah alat bantu atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi untuk memperagakan atau menjelaskan uraian yang disampaikan penyuluh agar materi penyuluhan mudah diterima dan dipahami. Alat peraga atau media, selain sebagai alat memperjelas juga dapat berfungsi sebagai berikut yaitu 1) Menarik perhatian atau memusatkan

perhatian, sehingga konsentrasi sasaran terhadap materi tidak terpecah; 2) Menimbulkan kesan mendalam, artinya apa yang disuluhkan tidak mudah

untuk dilupakan; serta 3) Alat untuk menghemat waktu yang terbatas, terutama jika penyuluh harus menjelaskan materi yang cukup banyak. Dapat dilihat pada gambar 4 sebagai berikut :


(36)

Gambar Diproyeksikan

or the summary of

m Lambang

Grafik

the

Bendathe summary of

an

Bendag point. You

can

• Sampel, model, Specimen (benda yang diawetkan), pamphlet, leaflet, folder, brosur/booklet

Placard, poster, flipchard, photo, flannelgraph, transparency, sheet

Slide-film, movie-film, filmstrip, video-film, film televisi/TV

Alat Peraga Penyuluhan

• Grafik (garis, batang), diagram, schema, dan peta

Gambar 4 : Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan


(37)

3. Materi penyuluhan

Yaitu segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, baik yang menyangkut ilmu atau teknologi. Materi yang baik dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran, menarik karena dapat memperbaiki produktivitas sumber daya manusia, yang lebih penting lagi dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan. Kartasaputra (1994) mengemukakan bahwa, materi penyuluhan agar dapat diterima, dimanfaatkan dan diaplikasikan oleh sasaran penyuluhan dengan baik, harus : a) sesuai dengan kemampuan sasaran penyuluhan; b) tidak bertentangan atau sesuai/selaras dengan adat/kepercayaan yang berkembang di daerah setempat; c) mampu mendatangkan keuntungan; d) bersifat praktis, mudah dipahami dan diaplikasikan sesuai tingkat pengetahuan; e) mengesankan, dapat dimanfaatkan dengan hasil nyata dan dapat dinikmati.

4. Waktu dan tempat penyuluhan

Seorang penyuluh harus mengetahui kapan sasaran ada di lapangan, di rumah dalam keadaan santai, di kantor, ketika berada dalam kegiatan kelompok, sosialisasi masyarakat, dan sebagainya.

Komunikasi akan lebih efektif apabila disampaikan secara langsung berhadapan. Menurut penelitian, teknik komunikasi yang efektif adalah dengan mengemukakan kesimpulan komunikasi secara eksplisit kepada subyek yang sikapnya hendak diubah, dan dengan mengulang-ulangargumentasi yang mendukung sikap yang dituju (Middlebrook, 1974). Akan tetapi pengulangan pesan yang terlalu sering justru dapat mendatangkan penolakan dari individu yang dijadikan target. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh (Cacioppo dan Petty, 1979 dalam Azwar


(38)

2003) ditemukan bahwa pengulangan akan menaikkan perubahan sikap, tetapi apabila diteruskan maka pengulangan itu justru akan menurun efeknya. Ternyata banyaknya pengulangan yang optimal adalah tiga kali, sedangkan kalau lebih dari tiga kali individu akan mengalami kebosanan dan dapat malah menolak pesan yang disampaikan (Watson, dkk., 1984).

2.3. Media Audio Visual

Kata media berasal dari bahasa Latin Medius, yang secara harfiah berarti ”tengah”, ”perantara atau pengatur”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2006). Sedangkan menurut Gerlach & Ely (1971), mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual/verbal.

Alat-alat audio visual adalah alat-alat yang “audible” artinya dapat didengar dan alat-alat yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audiovisual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Sasaran komunikasinya yaitu berupa pengajaran, penerangan dan penyuluhan. Alat-alat audio-visual antara lain termasuk gambar, foto, slide, model, pita kaset tape recorder, film bersuara dan televisi. Pendidikan visual artinya penyajian pengetahuan melalui pengalaman melihat, atau suatu metode untuk menyampaikan informasi berdasarkan prinsip psikologis yang


(39)

menyatakan bahwa seseorang memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dilihat daripada sesuatu yang didengar atau dibacanya (Machfoedz, dkk., 2005). Media audio dan audio-visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau. Disamping itu menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, menurut Arsyad (2006).

Menurut beberapa faktor dalam filsafat dan sejarah pendidikan, pengetahuan disalurkan ke otak melalui satu indera atau lebih. Para ahli indera berpendapat, bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan inderaindera yang lain. Alat-alat audio visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata daripada yang disampaikan oleh kata-kata yang diucapkan, dicetak atau ditulis. Oleh karena itu alat-alat audio visual membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti (Lucie, 2005).

Salah satu penyebab yang utama dari tidak efisiennya cara belajar dan berkomunikasi adalah bahwa manusia adalah pelupa. Kalau sekiranya anak-anak atau orang dewasa mengekalkan 25% saja lebih banyak dari yang mereka ketahui, keadaan lingkungan kita pasti lebih baik dari sekarang (Suleiman, 1988).

Media audio visual mempunyai karakteristik yang melekat padanya, meliputi sifat positif dan negatif; disebut positif karena dapat memperoleh manfaat yang lebih maksimal, jangkauan luas, seketika (serentak), menarik, kontak relatif mudah, efek dramatisasi, penentuan waktu penayangan mudah, gabungan (gambar, suara, gerak, warna, juga tulisan). Sedangkan sifat negatif, sekilas pandang dan dengar, frekuensi harus tinggi, mahal, tidak ada segmentasi, terbatas (harus pendek), membutuhkan waktu produksi yang rumit dan lama (Phyllis, 1989).


(40)

Menurut Machfoedz, dkk., (2005), alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini disebut “alat peraga” karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dale (1969), membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut pada gambar 5 berikut yaitu :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Keterangan : 1) Kata-kata; 2) Tulisan; 3) Rekaman/Radio; 4) Film; 5) Televisi; 6) Pameran; 7) Field Trip 8) Demonstrasi; 9) Sandiwara; 10) Benda

Tiruan; 11) Benda Asli.

Gambar 5 : Kerucut Edgar Dale

Sumber : Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan

Oleh Machfoedz (2005a), Halaman 84

Gambar kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk


(41)

mempersepsikan bahan pendidikan dan pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa dalam penggunaan alat peraga adalah salah satu prinsip proses pendidikan.

Penulisan skenario yang perlu diperhatikan antara lain : pemikiran tentang cerita penyuluhan kesehatan, topik atau tema penyuluhan, jalan cerita dan esensi, pengembangan gagasan, penyatuan gagasan dalam urutan yang sesuai, pengembangan cerita dan sebagainya sehingga menarik untuk ditonton. Bahasa yang digunakan untuk pesan penyuluhan kesehatan melalui media audio visual harus menarik, sederhana dan mudah dimengerti, cukup jelas sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, sehingga mampu menggambarkan apa yang menjadi maksud yang sebenarnya, juga harus disesuaikan tampilan jenis gambar. Pengaturan audio visual dengan baik dapat memberi berbagai makna dalam suatu arus informasi yang berkualitas sehingga bisa diterima dalam belajar dan memungkinkan keadaan lebih baik (Norfolk, 2004).

Pengaruh media audio visual paling lekat berhubungan dengan perilaku suatu propaganda. Media audio visual dapat menimbulkan beberapa perubahan, misalnya perubahan perilaku, meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi tahap bertahan, menguatkan nilai, menengahi faktor, mempengaruhi perspektif psikologis. Mengkonstruksi pendengar untuk membentuk pandangan mereka sendiri tentang kenyataan sosial di tempat mereka berinteraksi dengan simbol yang ditawarkan media (Boyd, dkk., 1987).

Alat visual untuk mengkonkritkan suatu ajaran dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga dikenal adanya alat audio visual atau Audio Visual


(42)

Aids (AVA). Video sistem dalam penggunaannya sebagai peralatan putar ulang dari suatu program (rekaman), terdiri dari minimal satu buah video tape recorder (video cassette recorder/VCR) dan satu buah monitor atau lebih. Berbagai jenis VCR yang ada di pasaran dibuat dengan berbagai tujuan penggunaannya. Ada yang untuk keperluan broadcast, untuk keperluan pendidikan, pengajaran, penyuluhan, keperluan industri dan keperluan rumah tangga atau hiburan (Sadiman, dkk., 2003).

Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan (Mahfoedz, dkk., 2005).

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Feby. Dkk., (2004) pada post-test menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rerata pengetahuan pada kelompok intervensi lebih tinggi (21,61) dibandingkan dengan kelompok control (20,35). Promosi kesehatan melalui ceramah dibantu VCD dan Leaflet ternyata lebih meningkatkan pengetahuan guru penjakes tentang GAKI dibandingkan kelompok yang hanya mendapat promosi melalui ceramah dibantu media VCD.

Hasil penelitian dilakukan oleh Pelto, dkk. (2004) menunjukkan bahwa dengan intervensi training konseling nutrisi merubah perilaku dokter dan memperbaiki pengetahuan pemberi perawatan, hasilnya ibu yang menerima nasehat dari perawat yang terlatih memiliki tingkat pengingatan pesan tinggi terhadap makanan khusus yaitu dari 27% menjadi 95%, praktek asupan dan rekomendasi penyajian makanan dari 20% menjadi 90% serta proporsi pesan yang diingat mengenai pentingnya ibu menyusui anak dari 30% menjadi 60%. Audio visual merupakan alat bantu yang paling tepat saat ini. Seiring perkembangan teknologi yang begitu pesat dan pembuatan/pemakaian media audio visual tidaklah begitu


(43)

mahal lagi. Sebagian besar masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan memiliki sarana Audio visual dirumah masing-masing (Arsyad, 2006).

2.4. Media Poster Kalender

Menurut Angkowo dkk (2007), Sutikno (2009), yang membagi media berdasarkan jenisnya, media poster dan leafleat merupakan media gambar. Raharjo (1991) dalam Junita (2009) berdasarkan jenis media, poster dan leafleat merupakan media visual. Menurut Notoatmodjo (2007), berdasarkan pembuatan dan penggunaan media, poster dan leafleat merupakan alat peraga yang sederhana, mudah dibuat sendiri dan dapat dipergunakan di berbagai tempat. Menurut Sadiman (2003) dalam Junita (2009) media poster dan leafleat merupakan media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia. Menurut Smaldiono (2005) dalam Herliana (2007) mengemukakan bahwa media poster dan leafleat merupakan media yang dapat disajikan dalam berbagai format. Taufik (2007) menjelaskan bahwa media poster dan leaflet merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam kegiatan promosi kesehatan masyarakat.

Poster Kalender adalah pesan singkat dalam bentuk gambar, pesan-pesan kesehatan dan Kalender selama 1 tahun, dengan tujuan untuk mempengaruhi individu atau kelompok agar tertarik pada suatu objek materi yang diinformasikan.

Munir (2000), meneliti tentang pengaruh model pelatihan jarak jauh dan klasikal terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan tata laksana infeksi saluran pernafasan akut balita bagi paramedis di Kabupaten Karanganyar. Media yang dipakai adalah media film. Hasilnya menunjukkan bahwa model pelatihan klasikal disertai dengan media film tentang infeksi saluran pernafasan akut


(44)

balita dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan bagi paramedis. Dewi (2004), meneliti upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada ibu balita dalam pemberian makanan sumber vitamin A alami. Metode yang dipakai adalah ceramah dengan media modul, subyek penelitian ibu balita. Hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan metode ceramah dengan media modul dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kemudian Sulistyanto (2006), meneliti tentang pengaruh pelatihan kader dengan media audio visual terhadap pengetahuan, sikap serta perilaku kader posyandu di Kecamatan Sintang Propinsi Kalimantan Barat. Hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan dengan media audio visual dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kader Posyandu.

Berdasarkan hasil beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran perlu dipertimbangkan secara mendasar karena tidak satupun media pembelajaran yang cocok untuk semua individu, segala keadaan, segala macam karakteristik peserta didik dan segala tujuan yang ingin dicapai, media pembelajaran dapat dianggap sebagai salah satu komponen penting pada kegiatan pembelajaran dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang dipakai seorang pendidik merupakan hal yang paling esensial dalam menyajikan materi pembelajaran kepada peserta didik.

Tiap orang yang dididik memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatan, kemampuan dan minat membaca. Dengan variasi di dalam pendidikan kelemahan indera yang dimiliki peserta didik dapat dikurangi. Untuk mendapat perhatian peserta pendidik dapat memulai dengan berbicara terlebih dahulu, kemudian menulis di papan tulis dan menggunakan media serta dilanjutkan


(45)

dengan melihat contoh konkrit. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus terhadap indera peserta (Sutikno, 2009).

2.5. Perilaku

Menurut Blum (1974), dalam Maulana (2009), perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Oleh sebab itu, untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku sangat penting dan strategis, mengingat pengaruh yang ditimbulkannya.

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam

Maulana (2009), membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif ( sikap) dan psikomotor (tindakan atau keterampilan).

Pengetahuan merupakan proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, dari guru, orang tua, teman, buku dan media massa (WHO, 1992).

Pengetahuan yang dicakup dalam kognitif memiliki enam tingkatan yaitu : 1) tahu, yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya; 2)

memahami, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi secara benar; 3) aplikasi, yaitu mampu menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam


(46)

situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah; 4) analisis, yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu subyek kendala komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya; 5) sintesis, yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; dan 6) evaluasi, yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi (Green & Lewis, 1986).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden (Azwar, 2003). Sedangkan menurut Simon-Morton, dkk., (1995), pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton TV dan dari pengalaman hidup.

Menurut Widayatun (1999), sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak. Sikap juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberi pengaruh dinamika atau terarah terhadap respons individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1996), sikap dapat pula didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanent mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak.


(47)

Sikap mempunyai fungsi yang berbeda bagi setiap orang yaitu : 1) pengetahuan; dengan sikapnya, seseorang akan mampu mengorganisasikan dan

menginterpretasikan berbagai macam informasi yang diterima, 2) ekspresi diri; sehingga individu dapat menyatakan nilai-nilai atau keyakinannya, 3) sarana peningkatan harga diri; dengan mengetahui fungsi sikap bagi seseorang maka komunikator dapat menentukan strategi komunikasi yang tepat dengan memberikan pesan persuasi yang berisi informasi yang relevan bagi fungsi sikap yang bersangkutan (Azwar, 2003).

Menurut Walgito (2003), ada beberapa faktor determinan sikap yang dianggap penting, yaitu : 1) Faktor fisiologis, seseorang akan ikut menentukan bagaimana sikap seseorang. Berkaitan dengan ini adalah faktor umur dan kesehatan. Pada umunya orang muda sikapnya lebih radikal daripada sikap orang yang lebih tua, sedangkan pada orang dewasa sikapnya lebih moderat; 2) Faktor pengalaman langsung terhadap obyek sikap akan dipengaruhi langsung oleh pengalaman orang yang bersangkutan dengan obyek tersebut; 3) Faktor kerangka acuan, merupakan faktor penting dalam sikap seseorang, karena kerangka acuan ini berperan terhadap obyek sikap; dan 4) Faktor komunikasi sosial yang berwujud informasi seseorang kepada orang lain.

Menurut Mantra (1997), perilaku manusia adalah respons individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku manusia itu sesuatu yang unik dan khusus, artinya dia tidak sama antar dan inter manusia baik dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian (Widayatun, 1999).

Tindakan manusia ada tiga jenis yaitu : 1) tindakan ideal, artinya tindakan yang dapat diamati yang dilakukan oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan masalah; 2) Tindakan sekarang, artinya perilaku yang


(48)

dilaksanakan saat ini, dan 3) tindakan yang diharapkan, yakni tindakan yang diharapkan dilaksanakan oleh sasaran (Azwar, 2003).

Kurt Lewin dalam Brigham (1991), merumuskan suatu model hubungan tindakan yang mengatakan bahwa tindakan (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E) yaitu :

B=f (P.E)

Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, biografik, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan tindakan. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan tindakan, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi tindakan lebih kompleks.

Menurut Sutarlinah (1983), perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan merupakan proses belajar yang ditujukan untuk peningkatan, pemeliharaan, pengurangan, dan penghilangan serta perkembangan dari tingkah laku lama. Menurut Mantra (1997), ada beberapa rangsangan yang dapat menyebabkan orang berubah pengetahuan, sikap dan tindakan, yaitu : 1) rangsangan fisik; 2) rangsangan rasional;

3) rangsangan emosional; 4) ketrampilan; 5) jaringan perorangan dan keluarga; 6) struktur sosial; 7) biaya; dan 8) perilaku yang bersaing.

Pendidikan bukanlah satu-satunya cara merubah pengetahuan, sikap dan tindakan individu atau kelompok, namun secara umum ada tiga macam cara untuk merubah individu atau kelompok yaitu menggunakan kekuasaan atau kekuatan, memberikan informasi, diskusi dan partisipasi (Sarwono, 1997).


(49)

Menurut Rukminto (2001), merencanakan perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan pada individu atau pada sekelompok masyarakat melalui intervensi komunitas tidak mudah. Pada kenyataan di lapangan, ada berbagai kendala yang sering ditemui, kendala tersebut meliputi kendala yang berasal dari kepribadian individu dan kendala yang berasal dari sistem sosial yang berkembang dilingkungan kelompok masyarakat tersebut. Kendala individu antara lain adalah kestabilan, kebiasaan, hal-hal utama yang diyakini, seleksi ingatan dan persepsi, ketergantungan, superego, rasa tidak percaya serta rasa tidak aman. Kendala sistem sosial antara lain meliputi kesepakatan terhadap norma tertentu, kesatuan dan kepatuhan terhadap sistem dan budaya, hal-hal yang bersifat sakral, kelompok kepentingan, penolakan terhadap orang luar yang datang ke dalam komunitas tersebut.

2.6 Pengertian dan Tanda-tanda Gizi Buruk

Menurut Arisman (2004), gizi buruk adalah keadaan yang terjadi akibat kekurangan pangan dalam kurun waktu tertentu pada satu wilayah, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan, pada akhirnya berdampak pada kondisi status gizi menjadi kurang atau buruk dan keadaan ini terjadi pada semua golongan umur (anak dan orang dewasa). Kondisi kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi atau protein dalam asupan makanan sehari-hari hingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG), cara menghitungnya yaitu :

1. Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan, bila perbandingan berat badan dengan umurnya dibawah 60% standart WHONCHS, maka dapat dikatakan anak tersebut terkena gizi buruk.


(50)

2. Dengan mengukur tinggi badan dan lingkar lengan atas bila tidak sesuai dengan standart anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk.

Menurut Budiarso (1986), penyebab utama dari gizi kurang dan buruk adalah tidak sesuainya zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Akan tetapi kejadiannya bukanlah akibat satu sebab saja, melainkan juga ada penyebab-penyebab lain yang mendorong terjadinya, antara lain adanya berbagai penyakit infeksi pada anak seperti campak, diare yang hebat. Konsekuensi masalah kurang gizi dapat dilihat pada gambar 6 sebagai berikut :

GIZI KURANG &

GIZI BURUK

DADAFAFAan interesting

Kecerdasan terhambat

Resiko kematian meningkat pada balita gizi buruk Perkembangan

terganggu Pertumbuhan

terganggu

Rentan terhadap penyakit

Penyakit infeksi Asupan Energi, protein dan

zat gizi mikro kurang

Gambar 6 : Konsekuensi Masalah Kurang Gizi

Sumber : Survei Kesehatan Rumah Tangga, Buletin Penelitian


(51)

Menurut hasil penelitian Butte, dkk., (2001), bahwa peran Air Susu Ibu (ASI) menunjang pertumbuhan anak sampai usia 4 bulan di Texas. Pertumbuhan bayi yang diamati ternyata sesuai dengan standart NCHS. Ditunjukkan pula hubungan antara asupan ASI dengan pertumbuhan. Pada penelitian yang dikerjakan oleh peneliti lain menunjukkan rasio berat badan 10-30% lebih tinggi pada bayi yang mendapatkan ASI dibandingkan dengan yang mendapat susu formula. Ini menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI lebih efisien menggunakan energi. Penelitian lain yang dilakukan di Washington DC-Baltimore oleh Ahn dan MacLean (2001), bahwa pada kelompok sosial ekonomi tinggi, kurva berat badan dan panjang badan anak bertambah dengan lama pemberian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan akan menjamin pertumbuhan normal anak.

Indonesia sebagai negara sedang berkembang lainnya mempunyai masalah gizi cukup besar, ditandai masih banyaknya kasus gizi kurang pada anak balita dan anak usia sekolah. Anak yang menderita kurang gizi akan berdampak pada pertumbuhan, kecerdasan, dan rentan penyakit terlebih lagi apabila kekurangan gizi terjadi sejak masa janin dalam kandungan, kemungkinan besar terjadi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) kurang dari 2500 gram. Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 7 (Susenas, 2000) :


(52)

Gizi Buruk pada Bayi dan Balita

Kematian Ibu dan Bayi Gizi Buruk pada Ibu Hamil

Menurunnya Kualitas SDM Indonesia Bahkan

Lost Generation

Gambar 7 : Hubungan Penderita Kurang Gizi dengan terjadinya BBLR

Sumber : Penanggulangan Masalah Gizi Buruk, Revitalisasi Puskesmas Dan Posyandu oleh Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat (2005).

2.7. Landasan Teori

Menurut Blum (1974) dalam Soekijo (2003) rangka meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kepada orangtua yang anaknya mengalami gizi kurang dan buruk, memerlukan intervensi salah satunya dengan upaya edukasi(education) yaitu upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan lain sebagainya melalui penyuluhan dan pendidikan .

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam

Maulana (2009), membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan atau keterampilan).


(53)

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983).

Media audio visual adalah sasaran komunikasi berupa pengajaran, penerangan dan penyuluhan. Alat-alat audio-visual antara lain termasuk gambar, foto, slide, model, pita kaset tape recorder, film bersuara dan televisi. Pendidikan visual artinya penyajian pengetahuan melalui pengalaman melihat, atau suatu metode untuk menyampaikan informasi berdasarkan prinsip psikologis yang menyatakan bahwa seseorang memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dilihat daripada sesuatu yang didengar atau dibacanya (Machfoedz, 2009).

Poster Kalender adalah pesan singkat dalam bentuk gambar, pesan-pesan kesehatan dan Kalender selama 1 tahun, dengan tujuan untuk mempengaruhi individu atau kelompok agar tertarik pada suatu objek materi yang diinformasikan.


(54)

2.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori maka kerangka konsep penelitian ini adalah : Variabel Independen Variabel Dependen

Penyuluhan dengan ceramah

disertai media audio visual

Perilaku - Pengetahuan - Sikap - Tindakan Penyuluhan dengan ceramah

disertai poster kalender

Gambar 8

Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Metode Ceramah dengan Media Audio Visual dan dengan Poster Kalender terhadap Perilaku Gizi Ibu Balita

Gizi Kurang dan Gizi Buruk

Berdasarkan kerangka konsep dapat dijelaskan bahwa metode ceramah dengan media audio visual dan metode ceramah dengan media poster kalender diharapkan mempunyai pengaruh terhadap perilaku ibu.


(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment), dengan rancangan pre– and post-test dengan kelompok perlakuan dan kelompok control tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2008).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Juli (kelompok metode ceramah dengan media audio visual), Puskesmas Jeunieb (kelompok metode ceramah dengan poster kalender), dan Jeumpa (sebagai kelompok kontrol), di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa puskesmas tersebut sampai saat ini masih mengalami permasalahan kesehatan dan gizi, serta prevalensi gizi buruknya lebih tinggi dibanding puskesmas lain masing-masing mencapai 6,4% (Puskesmas Juli), 6,1% (Puskesmas Jeunieb) dan 6,0% (Puskesmas Jeumpa), serta gizi kurangnya masing-masing mencapai 23,9% (Puskesmas Juli), 20,4% (Puskesmas Jeunieb) dan 27,8% (Puskesmas Jeumpa). Penelitian direncanakan bulan Juli 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah semua ibu rumah tangga yang mempunyai balita gizi kurang dan buruk di Kabupaten Bireuen. Pada penelitian ini penentuan sampel dari populasi berdasarkan kriteria sebagai berikut :


(56)

- Kriteria Inklusi

1. Ibu mempunyai balita gizi kurang dan buruk berusia 1 – 5 tahun.

1. Ibu balita gizi kurang dan buruk yang balitanya mendapat PMT Pemulihan. 2. Ibu balita gizi kurang dan buruk mempunyai televisi (minimal pernah

menonton televisi) bertujuan bahwa ibu balita mempunyai sumber informasi lain sebagai media penambah pengetahuan ibu).

3. Ibu balita gizi kurang dan buruk memiliki pendidikan minimal tamat SD. 4. Mempunyai tempat tinggal berjarak dekat dengan lokasi ceramah. 5. Mendapat persetujuan suami sebagai sampel dalam penelitian ini.

- Kriteria Eksklusi

1. Ibu balita gizi kurang dan buruk yang balitanya mengalami cacat/sakit kronis. 2. Pindahan dari luar kabupaten penelitian.

3. Balita tidak memiliki KMS Balita

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian ibu rumah tangga yang mempunyai balita gizi kurang dan buruk di Kabupaten Bireuen. Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok penelitian, dihitung dengan rumus untuk jumlah sampel minimal menurut Lemeshow, dkk., (1997) dan Dahlan (2005) yaitu :


(57)

22(Z1-α+ Z1-β)2 n =

(μ1 – μ2)2

Keterangan :

n : Besar sampel minimal (per kelompok)

2

: Varians gabungan

μ1 : Rata-rata pada kelompok satu penelitian terdahulu

μ2 : Rata-rata pada kelompok dua penelitian terdahulu

μ1 - μ2 : Perbedaan yang diharapkan.

Z1-α : Sebesar 5% ; Z1-α = 1,645 (satu arah)

Z1-β : Power sebesar 80%; Z1-β = 0,842

Pada penelitian ini, nilai μ1 – μ2 yang digunakan adalah nilai dari hasil perbedaan dalam penelitian Feby, dkk., untuk kelompok satu yaitu kelompok perlakukan. Oleh karena kelompok perlakuan ada 2 kelompok maka nilai kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 nilai μ1 sama yaitu 3,6. Dan kelompok kedua yaitu kelompok kontrol nilai μ2 yaitu 2,1. Begitu juga pada nilai 2,, karena nilai 2 (umumnya) tidak diketahui, maka (umumnya) dapat diperkirakan dari varians gabungan (diambil dari penelitian terdahulu : Feby, dkk., 2004) hasil 2 = 2,79.


(58)

Perhitungan:

22 (Z1-α + Z1-β)2 2 (2,79) (1,645 + 0,842)2

n = --- = --- = 14,8 atau 15 (μ1 – μ2)2 (3,6 – 2,1)2

2 kelompok perlakuan + 1 kelompok kontrol = 3 kelompok 3 kelompok X 15 responden = 45 responden

Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Sebelum dilakukan pre-test, terlebih dahulu dilakukan pemberitahuan kepada ibu balita yang memiliki balita gizi kurang dan buruk jadwal kegiatan berlangsung. Hal ini dilakukan jika telah ada kesepakatan antara peneliti, responden dan izin dari instansi yang terkait. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut berisikan : Tanggal, hari, jam, dan materi yang akan diberikan, serta rencana kegiatan lain yang mendukung pelaksanaan penelititian ini. Pada kelompok perlakukan dan kontrol, jadwal pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam waktu yang berbeda, oleh karena pemberi ceramah adalah peneliti sendiri. Adapun rencana materi yang akan diberi kepada kelompok perlakuan melalui ceramah adalah : Gizi Kurang dan Buruk, Asi Eklusif dan Penganekaragaman makanan dengan diselingi bahasa daerah (Aceh).

- Sebelum pelaksanaan pre-test terlebih dahulu dilakukan penimbangan bayi untuk mengetahui status gizi balita kurang dan buruk untuk mendapatkan timbangan berat badan bayi yang lebih akurat dan terfokus pada tujuan penelitian.


(59)

- Pelaksanaan pre-test dilakukan pada semua kelompok penelitian yaitu 2 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol. Setelah 1 jam selesai pre-test, dilakukan ceramah dengan media audio visual pada kelompok perlakuan pertama dan ceramah dengan media poster kalender pada kelompok perlakuan kedua. Sedangkan kelompok kontrol tidak dilakukan kegiatan apapun.

- Setelah interval waktu 1 minggu, dilakukan post-test pertama. 1 minggu kemudian dilakukan post –test kedua.

- Setelah post-test kedua selesai, kembali dilakukan pengukuran berat bayi untuk melihat berat badan balita gizi kurang dan buruk apakah ada terjadi

perubahan. Rentang waktu dari penimbangan berat badan pertama ke penimbangan berat badan kedua berjarak 2 minggu. Untuk melihat

perubahan berat badan yang terjadi pada balita dengan gizi buruk dan kurang. Responden diberikan pre-test dan perlakuan ceramah sebanyak 1 kali kemudian diberikan pos- test dua kali. Menurut Brigham dalam Azwar (2003) dengan konsep sleeper effect dinyatakan bahwa orang akan masih ingat isi pesan yang disampaikan dalam waktu 10-14 hari setelah pesan itu disampaikan.

Model rancangan sebagai berikut :

Kelompok eksperimen 1 : 01 XY 02 03 Kelompok eksperimen 2 : 05 XZ 06 07 Kelompok control : 09 10 11


(60)

Keterangan :

01, 05, 09 : Pre-test untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita dalam upaya penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk.

X : Perlakuan dengan ceramah

Y : Perlakuan ceramah dengan media audio visual. Z : Perlakuan ceramah dengan poster kalender

02, 06, 10 : Post-test 1 untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu balita gizi kurang dan gizi buruk 1 minggu setelah pre- test

03, 07, 11 : Post-test 2 untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu balita, 1 minggu setelah pos- test 1.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi gambaran umum Kabupaten Bireuen dan data status gizi

balita yang diperoleh dari profil kesehatan Kabupaten Bireuen. Data primer meliputi data pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita gizi kurang dan buruk yang diperoleh pada saat melakukan ceramah dan pre- and pos- test.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas meliputi metode ceramah dengan media audio visual dan metode ceramah dengan media poster Kalender


(61)

2. Variabel terikat adalah perilaku meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.

3.5.2. Definisi Operasional

1. Metode ceramah dengan media audio visual adalah penyuluhan yang dilakukan secara langsung oleh tenaga kesehatan di puskesmas sebagai pembawa materi tentang gizi buruk, langsung bertatap muka dengan audiens, materi yang disampaikan dibantu dengan alat peraga media audio visual. 2. Metode ceramah dengan media poster kalender adalah penyuluhan kesehatan

dengan cara menyampaikan materi tentang gizi buruk melalui penyuluhan langsung oleh tenaga kesehatan di puskesmas, langsung bertatap muka dengan audiens, materi yang disampaikan dibantu dengan alat peraga media poster kalender.

3. Perilaku adalah tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu rumah tangga mengenai balita gizi kurang/buruk, ASI Eklusif dan penganekaragaman makanan.

3.6. Metode Pengukuran

Pada penelitian ini yang dilakukan pengukuran hanya pada variabel perilaku meliputi :

1. Pengetahuan

Pengetahuan ibu dinilai berdasarkan hasil yang diperoleh dari kuesioner pengetahuan dengan dan pilihan jawaban multiple choise. Setiap jawaban responden yang benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, kemudian dijumlah untuk


(62)

memperoleh nilai total setiap responden (Suprapto, 2001). Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan intervensi. Indikator 21 pertanyaan. Skala pengukuran digunakan skala nominal yaitu :

- Baik, jika responden memperoleh skor 11-21. - Tidak baik, jika responden memperoleh skor 0-10. 2. Sikap

Respon atau tanggapan ibu rumah tangga tentang status balita gizi kurang/buruk, dan lain-lain diukur dengan skala likert (Suprapto, 2001) yang berisi alternative jawaban yaitu Setuju (S) dengan bobot nilai 2, Ragu-ragu (RR) dengan bobot nilai 1, dan Tidak Setuju (TS) dengan bobot nilai 0, kemudian ditotal skor. Indikator 25 pertanyaan Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi dilakukan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dengan kategori sebagai berikut :

- Baik, jika responden memperoleh skor 16-30. - Kurang baik, jika responden memperoleh skor 0-15. 3. Tindakan

Respon stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya, sehingga ada sesuatu yang khusus pada responden. “ya” jika jawaban benar dengan bobot nilai 1 dan “tidak” jika jawaban salah dengan bobot nilai 0, kemudian ditotal skor (Machfoedz, dkk., 2005b). Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi dilakukan. Indikator 25 pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dengan kategori sebagai berikut :

- Dilakukan, jika responden memperoleh skor 13-25. - Tidak dilakukan, jika responden memperoleh skor 0-12.


(63)

3.7. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data (editing, coding,

dan entry) dan selanjutnya dianalisis secara statistik. Adapun langkah-langkah

analisis sebagai berikut : 1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan data dan meringkas data yang diobservasi (Stanislaus, 2006). Data dihasilkan dalam bentuk distribusi frekwensi.

2. Analisis Multivariat

Pada penelitian ini analisis bivariat yang dilakukan dengan menggunakan uji

Kruskall Wallis oleh karena penelitian ini menggunakan lebih dari 2 kelompok yang

tidak berdistribusi normal (Dahlan, 2009), Analisis ini bertujuan untuk melihat perbedaan pengaruh perilaku yang terjadi pada ibu melalui test awal, test kedua dan test akhir setelah dilakukan ceramah dengan media audio visual dan dengan poster kalender. Taraf kepercayaan yang digunakan pada penelitian ini adalah 95%. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan maka harus dilakukan analisis Post Hoc. Menurut Dahlan (2009), alat untuk melakukan analisis


(64)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis dan Demografi

Kabupaten Bireuen merupakan salah satu dari 23 Kabupaten / Kota yang ada di Propinsi Aceh dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara. Pemekaran tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 tahun 1999 tanggal 12 Oktober 1999.

Luas wilayah Kabupaten Bireuen adalah 1.901,22 km2 (190.122 Ha) yang terdiri dari 17 kecamatan, 69 pemukiman dan 579 gampong atau desa. Batas wilayah Kabupaten Bireuen sebagai berikut :

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah - Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie

Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2009 jumlah penduduk di Kabupaten Bireuen adalah 391.554 jiwa yang terdiri dari 189.850 laki-laki dan 201.704 perempuan. Mata pencaharian 43% petani, 17% Pegawai Negeri Sipil, 23% pedagang, 9% dll. Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat berupa S3 (2%), S2 (7%), S1 (13%), D-III (17%), SLTA (31%), SLTP (23%), dan tidak sekolah (8%).


(1)

Mean 14.33 .583

Lower Bound 13.08

95% Confidence Interval for Mean

Upper Bound 15.58

5% Trimmed Mean 14.31

Median 14.00

Variance 5.095

Std. Deviation 2.257

Minimum 11

Maximum 18

Range 7

Interquartile Range 4

Skewness -.006 .580

Skor tindakan (ceramah dgn poster kalender)


(2)

Explore

Tes Awal Kelompok Tanpa Perlakuan (Kontrol)

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 6.53 .467

Lower Bound 5.53

95% Confidence Interval for Mean

Upper Bound 7.53

5% Trimmed Mean 6.59

Median 7.00

Variance 3.267

Std. Deviation 1.807

Minimum 3

Maximum 9

Range 6

Interquartile Range 3

Skewness -.690 .580

Skor pengetahuan (ceramah dgn audio visual)

Kurtosis -.636 1.121

Mean 10.67 .333

Lower Bound 9.95

95% Confidence Interval for Mean

Upper Bound 11.38

5% Trimmed Mean 10.74

Median 11.00

Variance 1.667

Std. Deviation 1.291

Minimum 8

Maximum 12

Range 4

Interquartile Range 2

Skewness -.655 .580

Skor sikap (ceramah dgn audio visual)


(3)

Mean 8.53 .467

Lower Bound 7.53

95% Confidence Interval for Mean

Upper Bound 9.53

5% Trimmed Mean 8.59

Median 9.00

Variance 3.267

Std. Deviation 1.807

Minimum 5

Maximum 11

Range 6

Interquartile Range 3

Skewness -.690 .580

Skor tindakan (ceramah dgn audio visual)

Kurtosis -.636 1.121

Tes Kedua Kelompok Tanpa Perlakuan (Kontrol)

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 7.40 .456

Lower Bound 6.42

95% Confidence Interval for Mean

Upper Bound 8.38

5% Trimmed Mean 7.50

Median 8.00

Variance 3.114

Std. Deviation 1.765

Minimum 4

Maximum 9

Range 5

Interquartile Range 3

Skewness -.709 .580

Skor pengetahuan (ceramah dgn audio visual)


(4)

Mean 13.40 .608

Lower Bound 12.10

95% Confidence Interval for Mean

Upper Bound 14.70

5% Trimmed Mean 13.39

Median 14.00

Variance 5.543

Std. Deviation 2.354

Minimum 10

Maximum 17

Range 7

Interquartile Range 3

Skewness -.064 .580

Skor sikap (ceramah dgn audio visual)

Kurtosis -.903 1.121

Mean 10.27 .530

Lower Bound 9.13

95% Confidence Interval for Mean

Upper Bound 11.40

5% Trimmed Mean 10.24

Median 11.00

Variance 4.210

Std. Deviation 2.052

Minimum 6

Maximum 15

Range 9

Interquartile Range 2

Skewness .101 .580

Skor tindakan (ceramah dgn audio visual)


(5)

Tes Akhir Kelompok Tanpa Perlakuan (Kontrol)

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 6.73 .441

Lower Bound 5.79

95% Confidence Interval for Mean

Upper Bound 7.68

5% Trimmed Mean 6.81

Median 7.00

Variance 2.924

Std. Deviation 1.710

Minimum 3

Maximum 9

Range 6

Interquartile Range 2

Skewness -.807 .580

Skor pengetahuan (ceramah dgn audio visual)

Kurtosis .347 1.121

Mean 11.93 .473

Lower Bound 10.92

95% Confidence Interval for Mean

Upper Bound 12.95

5% Trimmed Mean 11.76

Median 12.00

Variance 3.352

Std. Deviation 1.831

Minimum 10

Maximum 17

Range 7

Interquartile Range 3

Skewness 1.402 .580

Skor sikap (ceramah dgn audio visual)


(6)

Mean 9.00 .365

Lower Bound 8.22

95% Confidence Interval for Mean

Upper Bound 9.78

5% Trimmed Mean 9.06

Median 9.00

Variance 2.000

Std. Deviation 1.414

Minimum 6

Maximum 11

Range 5

Interquartile Range 2

Skewness -.525 .580

Skor tindakan (ceramah dgn audio visual)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyuluhan oleh Tenaga Pelaksana Gizi dengan Metode Ceramah Disertai Media Poster dan Leaflet terhadap Perilaku Ibu dan Pertumbuhan Balita Gizi Kurang di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2010

5 47 160

Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015

0 19 97

EFEK PEMBERIAN FORMULA 100 TERHADAP BERAT BADAN DAN STATUS GIZI BALITA GIZI BURUK DAN GIZI KURANG KELUARGA EFEK PEMBERIAN FORMULA 100 TERHADAP BERAT BADAN DAN STATUS GIZI BALITA BURUK DAN GIZI KURANG KELUARGA MISKIN RAWAT JALANDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

0 2 15

PENGARUH PENYULUHAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA VIDEO, POSTER DAN PERMAINAN KWARTET GIZI TERHADAP PENGETAHUAN Pengaruh Penyuluhan Gizi Seimbang Dengan Media Video, Poster Dan Permainan Kwartet Gizi Terhadap Pengetahuan Gizi Dan Status Gizi Siswa Di Sekola

8 19 18

Konstruksi Makna Gizi Buruk Dan Gizi Kurang Dari Para Ibu Yang Mempunyai Anak Gizi Buruk Dan Gizi Kurang.

0 0 2

Undangan Pembuktian Kualifikasi PMT Pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk

0 0 1

BEBERAPA FAKTOR RISIKO GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 12 - 59 BULAN

0 2 5

GAMBARAN PERILAKU SADAR GIZI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LALANG TAHUN 2014

0 1 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi - Pengaruh Penyuluhan oleh Tenaga Pelaksana Gizi dengan Metode Ceramah Disertai Media Poster dan Leaflet terhadap Perilaku Ibu dan Pertumbuhan Balita Gizi Kurang di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2010

0 0 34

Pengaruh Penyuluhan oleh Tenaga Pelaksana Gizi dengan Metode Ceramah Disertai Media Poster dan Leaflet terhadap Perilaku Ibu dan Pertumbuhan Balita Gizi Kurang di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2010

0 0 16