BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Gastroenteritis - Karakteristik Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011 - 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Pengertian Gastroenteritis

  Gastroenteritis adalah peradangan pada mukosa membran lambung dan usus halus yang ditandai dengan gejala diare, mual, muntah dan demam ringan

  6 disertai hilangnya nafsu makan dan rasa tidak enak di perut.

  Diare adalah suatu gejala penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari. Diare juga merupakan penyebab penting dari gizi buruk, akibatnya tubuh tidak dapat

  6 memanfaatkan makanan dengan efektif.

  Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan bisa berlangsung terus sampai beberapa hari dan biasanya kurang dari 2 minggu yang

  7 disebabkan oleh infeksi usus.

  2.2. Epidemiologi Gastroenteritis

2.2.1. Distribusi

a. Distribusi Berdasarkan Orang

  Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit infeksi yang terjadi diseluruh dunia. Gastroenteritis sering terjadi pada bayi yang berumur 0-12 bulan atau dibawah satu tahun, Kejadian gastroenteritis pada laki-laki hampir sama dengan perempuan. Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia disebabkan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah mengalami dehidrasi. Gastroenteritis biasanya terjadi pada masyarakat yang berpendidikan rendah dan

  8 berpendapatan rendah, hal ini dikaitkan dengan tingkat kesehatan yang kurang.

  b. Distribusi Berdasarkan Tempat

  Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab kematian bayi di daerah pada penduduk perkotaan yang padat dan kumuh. Sedangkan di negara maju dengan tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi, kejadian gastroenteritis jauh lebih rendah. Hal ini erat kaitannya dengan kurangnya pencemaran minuman pada

  8 anak dan sebagian lagi dikarenakan faktor pencegahan imunologik dari ASI.

  c. Distribusi Berdasarkan Waktu

  Di negara-negara yang beriklim empat musim, gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi pada musim panas, sedangkan yang disebabkan oleh virus terjadi pada musim dingin. Di Indonesia, gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun, dengan puncak kejadian pada pertengahan musim kemarau (Juli-Agustus), sedangkan yang disebabkan oleh bakteri puncaknya pada pertengahan musim hujan (Januari-

9 Februari).

2.2.2. Frekuensi

  Gastroenteritis merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di negara berkembang. Menurut Centers of Disease and Prevention (CDC) terdapat 1,3 miliar kasus gastroenteritis dan 3,2 juta kematian setiap tahunnya pada bayi dan balita. Secara keseluruhan anak mengalami rata- rata 3,3 kasus gastroenteritis pertahun dan terdapat lebih dari 9 episode pertahunnya. Sekitar 80% bayi dan balita disebabkan oleh dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan elektrolit melalui tinjanya. Menurut laporan Departemen Kesehatan Indonesia setiap anak mengalami gastroenteritis (diare) 1,6-2 kali setahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan dibeberapa prevalensi klinis gastroenteritis sebesar 9,0%, dengan rentang 4,2%-18,9%. Beberapa provinsi mempunyai prevalensi gastroenteritis diatas angka nasional (9%) di 14 provinsi, prevalensi tertinggi di NAD sebesar 18,9% dan terendah di

13 DI Yogyakarta sebesar 4,2%.

  Pada tahun 2010 terdapat 318 penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Puri Husada Tembilahan dengan dehidrasi ringan sebanyak 98 orang, dehidrasi sedang sebanyak 148 orang dan dehidrasi berat sebanyak 72 orang.

2.2.3. Determinan

a. Penjamu

  Beberapa faktor risiko pada penjamu (host) yang dapat meningkatkan

  9

  kerentanan penjamu terhadap kuman penyebab gastroenteritis antara lain : a.1 Tidak mendapat ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi terhadap kuman penyebab gastroenteritis. a.2 Malnutrisi dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).Beratnya penyakit, lamanya diare dan risiko kematian karena gastroenteritis meningkat pada bayi yang mengalami gangguan gizi dan BBLR. a.3 Imunodefisiensi (penurunan kekebalan tubuh). a.4 Campak ; Gastroenteritis sering terjadi dan berakibat pada bayi atau anak- anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini akibat penurunan kekebalan tubuh penderita.

b. Agen (Agent)

  11

  lain: b.1 Faktor infeksi

  Agent penyebab infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis) meliputi : Bakteri : Escherchia coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Shigella dysentrie, Shigella flexneri, Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfringens, Campilobacter staphylococcus sp, Coccidiosis. Virus : Rotavirus, Norwalkvirus, Adenovirus, dan Norovirus. Parasit dan protozoa : Entamoeba histolitica, Giardia lamblia, Taenia solium, Taenia saginata, Oxyorus vermicularis, S. srercoralis.

  Jamur : Candidiasis, Candida albicans, Zygomycosis, dan Coccidio idomycosis. b.2 Faktor non infeksi a. Faktor malabsorbsi.

  Faktor malabsorbsi seperti : malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein. Pada bayi dan anak-anak adalah intoleransi laktosa.

  b. Faktor makanan. seperti makanan basi / yang tercemar, makanan laut yang terkontaminasi dengan racun kimia, makanan beracun, dan alergi makanan.

  10 c. Efek samping penggunaan obat.

  besar, antibiotik, obat-obat anti kanker, dan obat pencahar.

  22

c. Lingkungan (Environment) Gastroenteritis merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.

  Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya gastroenteritis. Dua faktor yang dominan terhadap terjadinya gastroenteritis adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia yang tidak sehat.

  Adapun masalah lingkungan hidup di Indonesia yang menjadi penyebab gastroenteritis antara lain :

  11

  c.1 Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan memenuhi syarat kesehatan. c.2 Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat. c.3 Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat. c.4 Higiene perorangan dan sanitasi makanan yang buruk. c.5 Belum ditanganinya higiene dan sanitasi industri secara intensif. c.6 Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap pencegahan lingkungan. c.7 Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.

2.3. Tanda dan Gejala

  Tanda dan gejala gastroenteritis pada bayi secara umum antara lain: nafsu makan berkurang, mulut kering, kadang-kadang demam, produksi air kemihnya berkurang, merasa haus, berat badan menurun, anak menjadi cengeng, sering terjadi sebelum atau sesudah diare disebabkan oleh lambung yang meradang dan akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Pada bayi penderita gastroenteritis biasanya warna muntah seperti warna susu, tinja cair dan disertai lendir. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena

  12 bercampur dengan empedu.

  Bila penderita telah kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Secara umum gejala dan tanda dehidrasi pada anak antara lain: mengantuk, tampak kehausan yang luar biasa, kulit, bibir, dan lidah kering, saliva menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat (sianosis), turgor kulit berkurang, ekstremitas dingin, air kemih berkurang, gelisah, kadang-kadang kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan kuszmaull (pernafasan yang cepat dan dalam), pada keadaan yang luar biasa anak terlihat kurang merespon keadaan

  

13

sekitarnya atau disebut juga dengan apatis.

  Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :

  a. Dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-<5% dengan gejala berupa : a.1 Keadaan umum baik dan sadar. a.2 Mata normal dan air mata tidak ada. a.3 Mulut dan lidah basah. a.4 Tidak merasa haus dan bisa minum. a.5 Turgor kulit normal (cubitan kulit cepat kembali).

  b. Dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%) dengan gejala b.1 Kencing sedikit, nafsu makan berkurang. b.2 Gelisah dan mengantuk, aktifitas menurun. b.3 Mata dan ubun-ubun cekung. b.4 Mulut dan lidah kering. b.5 Nadi lebih cepat dari normal. b.6 Turgor kurang (cubitan kulit lambat kembali).

  c. Dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan >10%) dengan gejala fisik berupa : c.1 Tidak kencing dan tidak ada nafsu makan. c.2 Sangat lemah hingga kesadaran menurun. c.3 Mata dan ubun-ubun sangat cekung. c.4 Bibir dan lidah sangat kering. c.5 Nadi sangat cepat.

2.4. Komplikasi

  Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat

  14

  terjadi berbagai macam komplikasi seperti :

  a. Gangguan keseimbangan asam basa yaitu elektrolit, terutama natrium dan kalium yang ikut hilang bersama dengan hilangnya cairan tubuh dan dapat menyebabkan dehidrasi.

  b. Hipokalemia adalah keadaan kadar kalium dalam darah yang rendah, yaitu dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia (denyut jantung c. Hypoglikemia (keadaan kadar glukosa darah yang rendah).

  Gejala hypoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah sampai 40 mg% pada bayi disertai lemas apatis, peka rangsang, tremor berkeringat, pucat, syok,dan kejang. Pada anak dan bayi dengan gizi yang cukup baik, hypoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya sudah menderita KKP (Kekurangan Kalori Protein), hal ini terjadi karena persediaan glikogen dalam hati terganggu dan adanya gangguan absorbsi glukosa.

  d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.

  e. Gangguan gizi sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena: makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut dan memberikan air teh saja, walaupun susu diteruskan sering diberi dengan pengenceran, dan diberikan dalam jangka waktu yang lama, makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik usus. f. Gangguan sirkulasi terjadi karena gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik yang selanjutnya dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, dan kesadaran menurun.

2.5. Pencegahan Gastroenteritis

  Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa pre-patogenesis dengan tujuan menghilangkan faktor risiko terhadap gastroenteritis. Sasaran pada pencegahan ini adalah orang sehat sehingga diharapkan tidak menderita sakit. Adapun kegiatan yang dilakukan pada pencegahan tingkat pertama ini antara lain

  14

  :

a. Health Promotion

  Kegiatan health promotion (promosi kesehatan) dalam upaya mencegah terjadinya gastroenteritis dapat berupa : a.1 Pemberian ASI

  Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas mampu memberikan daya perlindungan baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Sehingga

  14 bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya.

  Dengan adanya komponen-komponen zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI, maka bayi yang diberikan ASI akan terlindung dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan antigen lainnya. ASI merupakan faktor penting dalam mencegah terjadinya gastroenteritis. Berikan ASI selama 6 bulan pertama kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai paling kurang anak berusia satu atau dua tahun.

  14

  a.2 Makanan Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dikhawatirkan dapat mengganggu sistem pencernaan bayi, karena pembentukan organ tubuh bayi belum sempurna. Pada tahap awal sebaiknya berikan makanan yang lunak.

  15 Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah :

  16 1) Melengkapi zat-zat gizi yang kurang yang terdapat dalam ASI.

  2) Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima berbagai macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur.

  3) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan. 4) Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi.

  Perilaku yang tidak baik saat pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya gastroenteritis. Ada beberapa hal yang penting agar pemberian makanan pendamping ASI lebih baik antara lain :

  21

  1) Perkenalkan makanan lunak setelah anak berumur 6 bulan sambil tetap memberikan ASI. Setelah anak berumur satu tahun berikan semua makanan yang dimasak dengan baik sebanyak 4 – 6 kali sehari dan teruskan pemberian ASI bila masih memungkinkan sampai anak berusia 2 tahun.

  2) Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi atau bubur untuk energi.

  Tambahkan hasil olahan susu, telur, daging, ikan, kacang-kacangan, buah- buahan , dan sayuran berwarna hijau kedalam makanannya.

  3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta 4) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak. a.3 Penggunaan Air Bersih

  Gastroenteritis merupakan penyakit yang salah satu cara penularannya melalui air, jadi untuk mencegah terjadinya gastroenteritis adalah dengan penggunaan air yang bersih. Air minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu hingga mendidih. a.4 Membuang Tinja Bayi Secara Benar

  Banyak orang yang beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Yang harus diperhatikan adalah tinja bayi dibuang kejamban, bila

  .16

  tidak ada jamban tinja dibuang ke lubang kemudian ditimbun a.5 Mencuci Tangan

  Mencuci tangan juga merupakan cara untuk mencegah terjadinya gastroenteritis. Tangan sebaiknya dicuci dengan sabun segera setelah membersihkan anak ketika buang air besar, dan mencuci tangan baik dilakukan sebelum makan dan sesudah buang air besar.

b. Spesific Protection

  Kegiatan Spesific Protection (perlindungan spesifik) dalam upaya mencegah terjadinya gastroenteritis pada bayi dapat berupa pemberian imunisasi campak. Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi segera setelah anak berumur 9 bulan. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada

  18 anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir.

2.5.2. Pencegahan Sekunder

  Pencegahan Sekunder atau pencegahan tingkat kedua ini diberikan pada masa patogenesis dengan tujuan mencegah kehilangan banyak cairan. Sasaran pada pencegahan ini adalah penderita gastroenteritis yang diharapkan agar tidak terjadi dehidrasi yang berkelanjutan. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pencegahan ini berupa Early Diagnosis and Prompt Treatment yaitu diagnosa dan

  18 pengobatan secepatnya.

  Pengobatan pertama yang dapat dilakukan pada penderita gastroenteritis adalah memberikan cairan oralit secepatnya untuk mencegah kehilangan banyak cairan. Sementara pemberian obat-obatan yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di usus dan akan menyebabkan terjadinya perlipatgandaan

  18 kuman.

  Keluhan utama yang sering dialami oleh penderita gastroenteritis adalah adanya muntah, dan demam. Hal ini dapat berakibat terjadinya dehidrasi dan penurunan berat badan sampai akhirnya terjadi gangguan gizi pada bayi.

  Pada umumnya penatalaksanaan gastroenteritis di rumah sakit ditujukan untuk mengobati dehidrasi dan menggantikan cairan yang hilang melalui tinja, dengan atau tanpa muntah, yaitu dengan cara rehidrasi : 1. Pemberian Oralit. bungkus oralit 200 cc dimasukkan kedalam 1 gelas air di aduk sampai larut, kemudian diberikan sedikit demi sedikit dengan sendok. Jika muntah berikan satu sendok oralit, tunggu 5-10 menit dan lanjutkan lagi sedikit demi sedikit.

  2. Pemberian cairan intravena / infus Pemberian cairan intravena dilakukan apa bila terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%, dan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam, Bolus dalam satu jam (NaCl atau RL). Semua anak yang mendapatkan cairan infus diukur berat badannya, 6-8 jam setelah pemberian cairan.

  3. Pemberian obat antibiotik Pemberian obat-obatan yang dilakukan dalam penatalaksanaan pada bayi gastroenteritis adalah memberikan pengobatan yang tepat terhadap penyebab gastroenteritis dan diberikan setelah mengetahui penyebab yang pasti. Jika penyebabnya berasal dari infeksi diberikan antibiotik, dan jika tidak berasal dari infeksi, antibiotik juga dapat diberikan jika pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan bakteri patogen. Antibiotik dapat diberikan dengan memperhatikan umur, perjalanan penyakit, sifatnya dan sebagainya.

  Prinsip penatalaksanaan penderita gastroenteritis adalah :

  18

  a. Mencegah terjadinya dehidrasi Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan dengan memberikan minum lebih banyak atau cairan pengganti seperti air tajin, kuah sayur b. Mengobati dehidrasi Bila terjadi dehidrasi, pengobatan yang cepat dan tepat adalah pemberian oralit.

  Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberi cairan intravena Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.

  c. Memberikan makanan Anak yang masih diberikan ASI jangan dihentikan, justru dianjurkan agar lebih sering diberi ASI. Sangat penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare terutama anak dengan gizi kurang, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.

  Berdasarkan penilaian derajat dehidrasi, maka penatalaksanaan gastroenteritis dapat dilakukan sebagai berikut : a. Gastroenteritis / diare dengan dehidrasi ringan

  Pada keadaan ini dapat di tangani oleh ibu atau kader kesehatan dengan cara memberikan oralit dan makanan cair seperti air tajin, sup dan kuah sayur.

  Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi ringan sebanyak 180 ml/kg. b. Gastroenteritis / diare dengan dehidrasi sedang pada keadaan ini perawatan dan pengobatan penderita sebaiknya didampingi oleh petugas kesehatan. Berikan oralit sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi sedang sebanyak 220 ml/kg.

  Pada keadaan ini penderita harus segera di infus karena sudah mengalami banyak kekurangan cairan sementara kesadarannya sudah menurun, cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat melalui intravena.

  Bila kesadaran penderita mulai membaik maka segera berikan oralit. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi berat sebesar 260 ml/kg. Pemberian obat-obatan yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di usus dan akan menyebabkan terjadinya berlipatgandaan kuman.

2.5.3. Pencegahan Tertier

  Pencegahan tingkat ketiga ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian akibat dehidrasi. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pencegahan tingkat ketiga ini adalah berupa Limitation of Ability (pembatasan kecacatan) dan Rehabilitation (rehabilitasi). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah tetap memberikan nutrisi pada anak agar daya tahan tubuh anak

  18 tidak berkurang guna mencegah munculnya penyakit lain.

2.6. Kerangka Konsep

  

KARAKTERISTIK BAYI

PENDERITA GASTROENTERITIS

  1. Umur

  2. Jenis kelamin

  3. Pekerjaan orang tua

  4. Status gizi

  5. Keluhan utama

  6. Derajat dehidrasi

  7. Komplikasi

  8. Penatalaksanaan

  9. Lama rawatan rata-rata

  10. Keadaan sewaktu pulang

Dokumen yang terkait

Karakteristik Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011 - 2012

2 36 113

Karakteristik Bayi Penderita Gastroenteritis Rawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2004

0 35 103

Karakteristik Bayi Penderita Gastroenteritis Yang Dirawat Inap Di RSU. Herna Medan Tahun 2001

0 31 76

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laju Kesembuhan Penderita Typhus Abdominalis yang Dirawat Inap di RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014

0 0 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Kanker Payudara - Karakteristik Penderita Kanker Payudara Yang Dirawat Inap Di Rsu Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011-2013

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Diabetes Mellitus - Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012-2013

0 1 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Thalasemia - Karakteristik Penderita Thalasemia yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 - April 2014

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tuberkulosis - Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Pada Balita yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012

0 0 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi - Gambaran Klinis Pasien Gastroenteritis Dewasa Yang Dirawat Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Periode Juni 2013 - Desember 2013

0 0 14

Master Data Karakteristik Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 NO Umur Umurk J.K KrjOrt Drjtdhd SttsGz LmaRwtn Komplks Pulang Keluhan utama Penatala ksanaan

0 0 21