Karakteristik Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011 - 2012

(1)

KARAKTERISTIK BAYI PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD PURI HUSADA

TEMBILAHAN TAHUN 2011-2012

SKRIPSI

Oleh:

RIVANDO FERNANDUS NIM. 101000387

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KARAKTERISTIK BAYI PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD PURI HUSADA

TEMBILAHAN TAHUN 2011-2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

RIVANDO FERNANDUS NIM. 101000387

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Penyakit gastroenteritis masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di dunia terutama di negara berkembang termasuk indonesia. Berdasarkan Hasil Survei morbiditas dan mortalitas yang dilakukan Subdit Gastroenteritis tahun 2010, angka kematian akibat gastroenteritis Cause Spesific Death Rate sebesar 23 per 100 ribu penduduk dan pada bayi Age Spesific Death Rate sebesar 75 per 100 ribu bayi. Sementara di RSUD Puri Husada Tembilahan, proporsi pada bayi dari keseluruhan kasus gastroenteritis sebesar 42,01% dan Case Fatality Rate sebesar 3,12%.

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Puri Husada Tembilahan tahun 2011-2012, bersifat deskriptif dengan desain case series, menggunakan data sekunder. Populasi adalah seluruh bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap pada tahun 2011-2012 sebanyak 229 orang, dan sampel sebesar 146 orang yang diambil secara Simple Random Sampling.

Dari hasil penelitian ditemukan bayi penderita gastroenteritis paling banyak pada umur < 6 bulan (87,7%), laki-laki (56,8%), pekerjaan orang tua wiraswasta (69,2%), status gizi baik (64,4%), keluhan utama muntah (89,0%), derajat dehidrasi ringan (64,4%), komplikasi (14,4%), penatalaksanaan pemberian cairan intravena/infus (51,4%), lama rawatan rata-rata selama 3,43 hari dan pulang dalam keadaan sembuh (70,5%).

Hasil uji statistik diperoleh tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang (X2 = 5,882 ; p = 0,053). Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan umur (F = 2,678 ; p = 0,104), tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat dehidrasi (F = 2,555 ; p = 0,081).

Kepada pihak rumah sakit disarankan untuk meningkatkan kualitas pelayanan serta melengkapi catatan pada kartu status mengenai pengukuran tinggi badan bayi, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu.


(5)

ABSTRACT

Gastroenteritis disease remains a major cause of morbidity and mortality of children in the world, especially in developing countries, including Indonesia. Based on the results of the morbidity and mortality survey conducted Sub gastroenteritis in 2010, the death rate from gastroenteritis Cause Specific Death Rate by 23 about 100 thousand inhabitants and in infants Age Specific Death Rate by 75 about 100 thousand babies. While in the hospital Puri Husada Tembilahan, the overall proportion of infant gastroenteritis cases by 42.01% and the Case Fatality Rate by 3.12%.

Has done research that aims to identify the characteristics of infants hospitalized patients with gastroenteritis in hospitals Puri Husada Tembilahan years 2011-2012, a descriptive case series design, using secondary data. The population is all infants hospitalized patients with gastroenteritis in 2011-2012 as many as 229 people, and a sample of 146 people were taken by simple random sampling.

From the research found most babies with gastroenteritis at the age of < 6 months (87,7%), males (56,8%), self-employed parents work (69,2%), good nutrition status (64,4%), the main complaint vomiting (89,0%), the degree of mild dehydration (64,4%), complications (14,4%), management of intravenous fluid administrations/infusion (51,4%), the average treatment time 3,43 during the day and go home in a state of recovery (70,5%).

Statistical test results obtained no significant difference in the proportion of state while returning by complications (X2 = 5,882 ; p = 0,053). There is no significant difference in the average long care by age (F = 2,678 ; p = 0,104), there was no significant difference in the average treatment time is based on the degree of dehydrations (F = 2,555 ; p = 0,081).

To the hospital is recomended to improve the quality of service and complete the notes on the state of the card baby height measurement, the level of mother’s education and employment.

Keywords: gastroenteritis, infant characteristics


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rivando Fernandus

Tempat / Tanggal Lahir : Tg. Balai Karimun 11 Januari 1985

Agama : Islam

Status : Menikah

Jumlah Saudara : 2 orang

Alamat Rumah : Perum.Griya Batu Aji Blok L2 No.26 Batam Riwayat Pendidikan :

1. 1991-1997 : SD Negeri 008 Tembilahan. 2. 1997-2000 : SMP Negeri 3 Tembilahan. 3. 2000-2003 : SMA Negeri 1 Tembilahan.

4. 2003-2006 : Diploma III Akademi Keperawatan Rab University Pekanbaru. 5. 2010-2013 : Menempuh Pendidikan di Program Studi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Riwayat Pekerjaan :

1. Karyawan Rekam Medik Rumah Sakit Awal Bros Batam Tahun 2007-2010. 2. Perawat Interne Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan Tahun 2010.


(7)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr. wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin selalu penulis panjatkan atas nikmat dan berkah yang senantiasa Allah SWT limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011 - 2012”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menempuh derajat S-1 program studi kesehatan masyarakat fakultas kesehatan masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Dalam pembuatan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku pembimbing akademik.

3. Bapak Suhajar, S.IP selaku Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

4. Drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku Pembimbing I yang telah memberikan masukan dan kritikan sehingga tersusunlah skripsi ini.


(8)

6. Drh. Hiswani, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah memberikan masukan dan kritikan sehingga tersusunlah skripsi ini.

7. Bapak dr. Taufik Ashar, MKM dan Ibu Drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku Dosen Penguji pada skripsi ini.

8. Taklupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen dan Staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Semua teman-teman seperjuangan di lingkungan FKM USU khususnya teman-teman Extensi 2010 dan semua teman-teman yang tergbung dalam komunitas Departemen Epidemiologi yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis, terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga sehingga skripsi ini kupersembahkan untuk keluarga besarku tercinta yang menjadi motivasi untuk menggapai masa depan yang cerah dan bahagia. Teristimewa untuk Ayahanda Agus Muliono dan Ibunda Juni Astuti serta adik-adikku yang abang sayangi, Nurkhairani dan Marcella Martarina yang telah memberikan dukungan moril, materil, spiritual dan juga doanya serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

Dan tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada yang tersayang dan teristimewa untuk istriku Saldilah Fitriani dan anakku Ahmad Faqih Fernanda yang selama ini menemani dan mengiringi langkahku serta dukungan


(9)

moril, materil dan spiritual yang tak henti-hentinya memberikan doanya dan motivasinya kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat dan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun untuk penulisan skripsi yang lebih baik nantinya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf jika dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan dan berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja serta kemajuan ilmu pengetahuan. Amin.

Medan, September 2013 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstrak ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian ... 7

2.2. Epidemiologi Gastroenteritis ... 7

2.2.1. Distribusi ... 7

2.2.2. Frekuensi ... 8

2.2.3. Determinan ... 9

2.3. Tanda dan Gejala ... 11

2.4. Komplikasi ... 13

2.5. Pencegahan ... 14

2.5.1. Pencegahan Primer ... 14

2.5.2. Pencegahan Sekunder ... 18

2.5.3. Pencegahan Tersier ... 21

2.6. Kerangka Konsep ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 23

3.2.2. Waktu Penelitian ... 23

3.3. Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1. Populasi ... 23

3.3.2. Sampel... 24

3.4. Teknik Pengambilan Sampel ... 24

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 25


(11)

3.7. Teknik Analisa Data ... 28 BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1. Profil RSUD Puri Husada Tembilahan ... 29 4.2. Karakteristik Bayi Penderita Gastroenteritis ... 31 4.2.1. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Umur ... 31 4.2.2. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31 4.2.3. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 32 4.2.4. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Status Gizi ... 32 4.2.5. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Keluhan Utama ... 33 4.2.6. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 33 4.2.7. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Komplikasi ... 34 4.2.8. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Penatalaksanaan ... 34 4.2.9. Lama Rawatn Rata-rata Bayi Penderita

Gastroenteritis ... 35 4.2.10. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 36

4.3. Analisa Statistik ... 37 4.3.1. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat

Dehidrasi ... 37 4.3.2. Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 38 4.3.3. Distribusi proporsi Keadaan Sewaktu Pulang

Berdasarkan Status Gizi ... 39 4.3.4. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang

Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 40 4.3.5. Distribusi Proporsi Komplikasi Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang ... 41 4.3.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur ... 42 4.3.7. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Gizi 42 4.3.8. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat

Dehidrasi ... 43 4.3.9. Distribusi Proporsi Derajat Dehidrasi Berdasarkan Penatalaksanaan ... 44


(12)

BAB V. PEMBAHASAN

5.1. Distribusi Bayi Penderita Gastroenteritis ... 45

5.1.1. Umur ... 45

5.1.2. Jenis Kelamin ... 46

5.1.3. Pekerjaan Orang Tua ... 47

5.1.4. Status Gizi ... 48

5.1.5. Keluhan Utama ... 49

5.1.6. Derajat Dehidrasi ... 50

5.1.7. Komplikasi ... 51

5.1.8. Penatalaksanaan ... 52

5.1.9. Lama Rawatan Rata-rata ... 53

5.1.10. Keadaan Sewaktu Pulang ... 54

5.2. Analisa Statistik ... 55

5.2.1. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 55

5.2.2. Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 56

5.2.3. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Gizi ... 57

5.2.4. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 58

5.2.5. Distribusi Proporsi Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 59

5.2.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur ... 60

5.2.7. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Gizi 61

5.2.8. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 62

5.2.9. Distribusi Proporsi Derajat Dehidrasi Berdasarkan Penatalaksanaan ... 64

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 66

6.2. Saran ... 67 DAFTARPUSTAKA

LAMPIRAN

1. Master Data

2. Hasil Pengolahan Data Statistik 3. Surat Memberikan Izin Penelitian


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di RSUD Puri

Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 31 Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di RSUD

Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 31 Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Bayi penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua yang Dirawat Inap di

RSUD Puri Husada Tembilahan tahun 2011-2012 ... 32 Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Status Gizi yang Dirawat Inap di RSUD Puri

Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 32 Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Keluhan Utama yang Dirawat Inap di RSUD

Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 33 Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Derajat Dehidrasi yang Dirawat Inap di RSUD

Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 33 Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Puri

Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 34 Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Penatalaksanaan yang Dirawat Inap di RSUD

Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 34 Tabel 4.9 Lama Rawatan Rata-rata Bayi Penderita Gastroenteritis

yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan

Tahun 2011-2012 ... 35 Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap

di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 36 Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Dehidrasi

Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD


(14)

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap

di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 38 Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan

Status Gizi Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat

Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 39 Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan

Derajat Dehidrasi Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun

2011-2012 ... 40 Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Komplikasi Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan tahun

2011-2012 ... 41 Tabel 4.16 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Bayi Penderita

Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada

Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 42 Tabel 4.17 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Gizi Bayi

Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri

Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 42 Tabel 4.18 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Dehidrasi

Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD

Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 43 Tabel 4.19 Distribusi Proporsi Derajat Dehidrasi Berdasarkan

Penatalaksanaan yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada

Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 44


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Diagram Pie Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada

Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 45 Gambar 5.2 Diagram Pie Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan

Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada

Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 46 Gambar 5.3 Diagram Pie Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan

Pekerjaan Orang Tua yang Dirawat Inap di RSUD Puri

Husada Tembilahan tahun 2011-2012 ... 47 Gambar 5.4 Diagram Pie Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan

Status Gizi yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada

Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 48 Gambar 5.5 Diagram Pie Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan

Keluhan Utama yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada

Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 49 Gambar 5.6 Diagram Pie Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan

Derajat Dehidrasi yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada

Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 50 Gambar 5.7 Diagram Pie Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan

Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada

Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 51 Gambar 5.8 Diagram Pie Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan

Penatalaksanaan yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada

Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 52 Gambar 5.9 Diagram Pie Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di RSUD Puri

Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 54 Gambar 5.10 Diagram Bar Umur Berdasarkan Derajat Dehidrasi Bayi

Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri


(16)

Gambar 5.11 Diagram Bar Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD

Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 56 Gambar 5.12 Diagram Bar Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status

Gizi Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di

RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 57 Gambar 5.13 Diagram Bar Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan

Derajat Dehidrasi Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun

2011-2012 ... 58 Gambar 5.14 Diagram Bar Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu

Pulang Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di

RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 59 Gambar 5.15 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur

Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD

Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 60 Gambar 5.16 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status

Gizi Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di

RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 61 Gambar 5.17 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat

Dehidrasi Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap

di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 ... 62 Gambar 5.18 Diagram Bar Derajat Dehidrasi Berdasarkan

Penatalaksanaan Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun


(17)

ABSTRAK

Penyakit gastroenteritis masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di dunia terutama di negara berkembang termasuk indonesia. Berdasarkan Hasil Survei morbiditas dan mortalitas yang dilakukan Subdit Gastroenteritis tahun 2010, angka kematian akibat gastroenteritis Cause Spesific Death Rate sebesar 23 per 100 ribu penduduk dan pada bayi Age Spesific Death Rate sebesar 75 per 100 ribu bayi. Sementara di RSUD Puri Husada Tembilahan, proporsi pada bayi dari keseluruhan kasus gastroenteritis sebesar 42,01% dan Case Fatality Rate sebesar 3,12%.

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Puri Husada Tembilahan tahun 2011-2012, bersifat deskriptif dengan desain case series, menggunakan data sekunder. Populasi adalah seluruh bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap pada tahun 2011-2012 sebanyak 229 orang, dan sampel sebesar 146 orang yang diambil secara Simple Random Sampling.

Dari hasil penelitian ditemukan bayi penderita gastroenteritis paling banyak pada umur < 6 bulan (87,7%), laki-laki (56,8%), pekerjaan orang tua wiraswasta (69,2%), status gizi baik (64,4%), keluhan utama muntah (89,0%), derajat dehidrasi ringan (64,4%), komplikasi (14,4%), penatalaksanaan pemberian cairan intravena/infus (51,4%), lama rawatan rata-rata selama 3,43 hari dan pulang dalam keadaan sembuh (70,5%).

Hasil uji statistik diperoleh tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang (X2 = 5,882 ; p = 0,053). Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan umur (F = 2,678 ; p = 0,104), tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat dehidrasi (F = 2,555 ; p = 0,081).

Kepada pihak rumah sakit disarankan untuk meningkatkan kualitas pelayanan serta melengkapi catatan pada kartu status mengenai pengukuran tinggi badan bayi, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu.


(18)

ABSTRACT

Gastroenteritis disease remains a major cause of morbidity and mortality of children in the world, especially in developing countries, including Indonesia. Based on the results of the morbidity and mortality survey conducted Sub gastroenteritis in 2010, the death rate from gastroenteritis Cause Specific Death Rate by 23 about 100 thousand inhabitants and in infants Age Specific Death Rate by 75 about 100 thousand babies. While in the hospital Puri Husada Tembilahan, the overall proportion of infant gastroenteritis cases by 42.01% and the Case Fatality Rate by 3.12%.

Has done research that aims to identify the characteristics of infants hospitalized patients with gastroenteritis in hospitals Puri Husada Tembilahan years 2011-2012, a descriptive case series design, using secondary data. The population is all infants hospitalized patients with gastroenteritis in 2011-2012 as many as 229 people, and a sample of 146 people were taken by simple random sampling.

From the research found most babies with gastroenteritis at the age of < 6 months (87,7%), males (56,8%), self-employed parents work (69,2%), good nutrition status (64,4%), the main complaint vomiting (89,0%), the degree of mild dehydration (64,4%), complications (14,4%), management of intravenous fluid administrations/infusion (51,4%), the average treatment time 3,43 during the day and go home in a state of recovery (70,5%).

Statistical test results obtained no significant difference in the proportion of state while returning by complications (X2 = 5,882 ; p = 0,053). There is no significant difference in the average long care by age (F = 2,678 ; p = 0,104), there was no significant difference in the average treatment time is based on the degree of dehydrations (F = 2,555 ; p = 0,081).

To the hospital is recomended to improve the quality of service and complete the notes on the state of the card baby height measurement, the level of mother’s education and employment.

Keywords: gastroenteritis, infant characteristics


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gastroenteritis hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa diserang oleh gastroenteritis. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2009-2010 gastroenteritis merupakan penyebab kematian nomor tiga pada bayi baik di dunia maupun di Asia Tenggara dengan Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%.1

Berdasarkan data WHO tahun 2010 menunjukkan, derajat kesehatan Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Singapura, dimana Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA) di Malaysia sudah mencapai 8 per 1.000 kelahiran hidup sementara AKB di Singapura sudah mencapai 3 per 1.000 kelahiran hidup dan AKBA mencapai 4 per 1.000 kelahiran hidup dan yang tertinggi dicapai oleh Myanmar yaitu 104 kematian per 1.000 kelahiran hidup sedangkan di Indonesia 36 kematian per 1.000 kelahiran hidup.1 Kajian ARSN (Asian Rotavirus Surveillance Networks) kedua pada tahun 2001 dilakukan di beberapa negara di Asia (Cina, Taiwan, Hongkong, Vietnam, Myanmar, Thailand dan Indonesia) terdapat bahwa infeksi rotavirus sebesar 45% kejadian gastroenteritis di Asia. Hongkong merupakan daerah dengan prevalensi rotavirus terendah (28%) sedangkan prevalensi tertinggi di Vietnam (59%).1


(20)

Infeksi Rotavirus merupakan salah satu penyebab gastroenteritis dengan dehidrasi berat pada bayi dan balita di seluruh dunia. Sebuah studi analisis yang dilakukan oleh Parashar (2009), menunjukkan bahwa infeksi rotavirus dapat menyebabkan 114 juta episode gastroenteritis, 24 juta kunjungan rawat jalan, 2,4 juta kunjungan rawat inap dan 610.000 kematian bayi dan balita pada tahun 2004. Diperkirakan proporsi kematian akibat gastroenteritis rotavirus terjadi pada negara berkembang sebesar 82%, terutama di Asia dan Afrika.2

Indonesia juga menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan dimana masih meningkatnya beberapa penyakit menular disamping penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif dan munculnya penyakit baru. Sampai saat ini penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan dan merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas bayi di Indonesia adalah gastroenteritis atau juga sering disebut diare.5 Kegiatan penanggulangan penyakit gastroenteritis sudah dimulai sejak tahun 1961. Peningkatan pemberantasan berdasarkan kenyataan pelaksanaan di lapangan serta selaras dengan resolusi World Health Assembly tahun 1978 yang mengharapkan bahwa setiap negara anggota WHO dapat mengembangkan pemberantasan penyakit gastroenteritis sehingga angka morbiditas dan mortalitasnya dapat ditekan seminimal mungkin.18 Hasil Survei morbiditas dan mortalitas yang dilakukan Subdit Gastroenteritis pada tahun 2010 menunjukkan angka kematian akibat gastroenteritis (Cause Spesific Death Rate) sebesar 23 per 100 ribu penduduk dan pada bayi Age Spesific Death Rate (ASDR) sebesar 75 per 100 ribu bayi. Selama tahun 2010 sebanyak 41 kabupaten 16


(21)

propinsi melaporkan terjadi KLB gastroenteritis dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52% dari 10.980 kasus yang dilaporkan.3

Tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal, salah satu sasaran pembangunan kesehatan adalah meningkatkan secara bermakna umur harapan hidup, menurunkan angka kematian ibu dan bayi, menurunkan angka kematian akibat penyakit, menurunkan angka kecacatan, meningkatkan status gizi masyarakat serta menurunkan fertilitas.2

Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara lain ditunjukkan oleh semakin meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu dan meningkatnya status gizi masyarakat disamping menurunnya angka kematian bayi dan balita dimana berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) yang relatif tinggi di Indonesia yaitu sebesar 46 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar 58 per 1.000 kelahiran hidup, Sementara berdasarkan hasil SDKI 2002/2003 AKB dan AKBA sudah mengalami penurunan menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup dan 46 per 1.000 kelahiran hidup.3


(22)

Di Provinsi Riau terjadi peningkatan kasus gastroenteritis dan diare di rumah sakit setiap tahunnya. Berdasarkan data profil kesehatan propinsi Riau yang dihimpun pada tahun 2009 dan tahun 2010 menunjukkan bahwa banyaknya angka kesakitan gastroenteritis tahun 2009 sebesar 4.533 kasus dengan proporsi penderita pada bayi sebesar 42% dan tahun 2010 angka kesakitan gastroenteritis sebesar 5.336 kasus, dengan proporsi penderita pada bayi sebesar 56,03%.4

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tembilahan tahun 2012 angka kejadian gastroenteritis pada bayi cukup tinggi. Dilaporkan dari 25 puskesmas, terdapat 2.609 kasus dengan proporsi gastroenteritis pada bayi sebesar 66,34%.5

Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan merupakan salah satu rumah sakit yang menyediakan ruang rawat inap untuk bayi dan anak-anak. Dari tahun 2011 sampai dengan 2012, gastroenteritis menempati urutan pertama berdasarkan data 10 besar morbiditas pasien rawat inap sentinel. Tahun 2010 dilaporkan terdapat 318 kasus gastroenteritis dengan proporsi pada bayi sebesar 40,82%, dan mengalami peningkatan pada tahun 2011-2012 dilaporkan terdapat 545 kasus gastroenteritis dengan proporsi bayi sebesar 42,01% sebanyak 229 orang. Sedangkan mortalitas gastroenteritis menempati urutan kelima berdasarkan data 10 penyakit terbesar yang mengakibatkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 3,12%. Oleh karena itu perlu diketahui karakteristik bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Puri Husada Tembilahan.5


(23)

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Puri Husada Tembilahan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Puri Husada Tembilahan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan umur.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan jenis kelamin.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan pekerjaan orang tua.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan status gizi waktu masuk rumah sakit.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan keluhan utama.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan derajat dehidrasi.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenterituiis berdasarkan komplikasi penyakit.


(24)

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan penatalaksanaan.

i. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata bayi penderita gastroenteritis. j. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis

berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

k. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan derajat dehidrasi. l. Untuk mengetahui proporsi status gizi berdasarkan derajat dehidrasi. m. Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan status

gizi.

n. Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan derajat dehidrasi.

o. Untuk mengetahui proporsi komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

p. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan umur. q. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi. r. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat dehidrasi. s. Untuk mengetahui derajat dehidrasi berdasarkan dengan penatalaksanaan. 1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan kepada rumah sakit terhadap peningkatan pelayanan dan penatalaksanaan terhadap bayi penderita gastroenteritis. b. Untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang gastroenteritis.

c. Sebagai bahan referensi di perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah peradangan pada mukosa membran lambung dan usus halus yang ditandai dengan gejala diare, mual, muntah dan demam ringan disertai hilangnya nafsu makan dan rasa tidak enak di perut.6

Diare adalah suatu gejala penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari. Diare juga merupakan penyebab penting dari gizi buruk, akibatnya tubuh tidak dapat memanfaatkan makanan dengan efektif.6

Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan bisa berlangsung terus sampai beberapa hari dan biasanya kurang dari 2 minggu yang disebabkan oleh infeksi usus.7

2.2. Epidemiologi Gastroenteritis 2.2.1. Distribusi

a. Distribusi Berdasarkan Orang

Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit infeksi yang terjadi diseluruh dunia. Gastroenteritis sering terjadi pada bayi yang berumur 0-12 bulan atau dibawah satu tahun, Kejadian gastroenteritis pada laki-laki hampir sama dengan perempuan. Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia disebabkan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah mengalami dehidrasi.


(26)

Gastroenteritis biasanya terjadi pada masyarakat yang berpendidikan rendah dan berpendapatan rendah, hal ini dikaitkan dengan tingkat kesehatan yang kurang.8 b. Distribusi Berdasarkan Tempat

Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab kematian bayi di daerah tropis. Di negara yang sedang berkembang, kejadian gastroenteritis lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan kumuh. Sedangkan di negara maju dengan tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi, kejadian gastroenteritis jauh lebih rendah. Hal ini erat kaitannya dengan kurangnya pencemaran minuman pada anak dan sebagian lagi dikarenakan faktor pencegahan imunologik dari ASI.8 c. Distribusi Berdasarkan Waktu

Di negara-negara yang beriklim empat musim, gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi pada musim panas, sedangkan yang disebabkan oleh virus terjadi pada musim dingin. Di Indonesia, gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun, dengan puncak kejadian pada pertengahan musim kemarau (Juli-Agustus), sedangkan yang disebabkan oleh bakteri puncaknya pada pertengahan musim hujan (Januari-Februari).9

2.2.2. Frekuensi

Gastroenteritis merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di negara berkembang. Menurut Centers of Disease and Prevention (CDC) terdapat 1,3 miliar kasus gastroenteritis dan 3,2 juta kematian setiap tahunnya pada bayi dan balita. Secara keseluruhan anak mengalami rata-rata 3,3 kasus gastroenteritis pertahun dan terdapat lebih dari 9 episode


(27)

pertahunnya. Sekitar 80% bayi dan balita disebabkan oleh dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan elektrolit melalui tinjanya. Menurut laporan Departemen Kesehatan Indonesia setiap anak mengalami gastroenteritis (diare) 1,6-2 kali setahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan dibeberapa Propinsi di Indonesia pada tahun 2011, melaporkan bahwa angka nasional prevalensi klinis gastroenteritis sebesar 9,0%, dengan rentang 4,2%-18,9%. Beberapa provinsi mempunyai prevalensi gastroenteritis diatas angka nasional (9%) di 14 provinsi, prevalensi tertinggi di NAD sebesar 18,9% dan terendah di DI Yogyakarta sebesar 4,2%.13

Pada tahun 2010 terdapat 318 penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Puri Husada Tembilahan dengan dehidrasi ringan sebanyak 98 orang, dehidrasi sedang sebanyak 148 orang dan dehidrasi berat sebanyak 72 orang. 2.2.3. Determinan

a. Penjamu

Beberapa faktor risiko pada penjamu (host) yang dapat meningkatkan kerentanan penjamu terhadap kuman penyebab gastroenteritis antara lain :9

a.1 Tidak mendapat ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi terhadap kuman penyebab gastroenteritis.

a.2 Malnutrisi dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).Beratnya penyakit, lamanya diare dan risiko kematian karena gastroenteritis meningkat pada bayi yang mengalami gangguan gizi dan BBLR.


(28)

a.4 Campak ; Gastroenteritis sering terjadi dan berakibat pada bayi atau anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini akibat penurunan kekebalan tubuh penderita.

b. Agen (Agent)

Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:11

b.1 Faktor infeksi

Agent penyebab infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis) meliputi : Bakteri : Escherchia coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Shigella dysentrie, Shigella flexneri, Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfringens, Campilobacter staphylococcus sp, Coccidiosis. Virus : Rotavirus, Norwalkvirus, Adenovirus, dan Norovirus. Parasit dan protozoa : Entamoeba histolitica, Giardia lamblia, Taenia solium, Taenia saginata, Oxyorus vermicularis, S. srercoralis. Jamur : Candidiasis, Candida albicans, Zygomycosis, dan Coccidio idomycosis.

b.2 Faktor non infeksi a. Faktor malabsorbsi.

Faktor malabsorbsi seperti : malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein. Pada bayi dan anak-anak adalah intoleransi laktosa.


(29)

seperti makanan basi / yang tercemar, makanan laut yang terkontaminasi dengan racun kimia, makanan beracun, dan alergi makanan.10

c. Efek samping penggunaan obat.

misalnya obat antasid yang mengandung magnesium dalam jumlah besar, antibiotik, obat-obat anti kanker, dan obat pencahar.22

c. Lingkungan (Environment)

Gastroenteritis merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya gastroenteritis. Dua faktor yang dominan terhadap terjadinya gastroenteritis adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia yang tidak sehat.

Adapun masalah lingkungan hidup di Indonesia yang menjadi penyebab gastroenteritis antara lain :11

c.1 Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan memenuhi syarat kesehatan.

c.2 Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat. c.3 Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.

c.4 Higiene perorangan dan sanitasi makanan yang buruk.

c.5 Belum ditanganinya higiene dan sanitasi industri secara intensif.

c.6 Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap pencegahan lingkungan.


(30)

2.3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala gastroenteritis pada bayi secara umum antara lain: nafsu makan berkurang, mulut kering, kadang-kadang demam, produksi air kemihnya berkurang, merasa haus, berat badan menurun, anak menjadi cengeng, sering menangis dan gelisah, dan mengalami gangguan minum. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare disebabkan oleh lambung yang meradang dan akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Pada bayi penderita gastroenteritis biasanya warna muntah seperti warna susu, tinja cair dan disertai lendir. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.12

Bila penderita telah kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Secara umum gejala dan tanda dehidrasi pada anak antara lain: mengantuk, tampak kehausan yang luar biasa, kulit, bibir, dan lidah kering, saliva menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat (sianosis), turgor kulit berkurang, ekstremitas dingin, air kemih berkurang, gelisah, kadang-kadang kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan kuszmaull (pernafasan yang cepat dan dalam), pada keadaan yang luar biasa anak terlihat kurang merespon keadaan sekitarnya atau disebut juga dengan apatis.13

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :

a. Dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-<5% dengan gejala berupa :

a.1 Keadaan umum baik dan sadar. a.2 Mata normal dan air mata tidak ada.


(31)

a.3 Mulut dan lidah basah.

a.4 Tidak merasa haus dan bisa minum.

a.5 Turgor kulit normal (cubitan kulit cepat kembali).

b. Dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%) dengan gejala berupa :

b.1 Kencing sedikit, nafsu makan berkurang. b.2 Gelisah dan mengantuk, aktifitas menurun. b.3 Mata dan ubun-ubun cekung.

b.4 Mulut dan lidah kering. b.5 Nadi lebih cepat dari normal.

b.6 Turgor kurang (cubitan kulit lambat kembali).

c. Dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan >10%) dengan gejala fisik berupa :

c.1 Tidak kencing dan tidak ada nafsu makan. c.2 Sangat lemah hingga kesadaran menurun. c.3 Mata dan ubun-ubun sangat cekung. c.4 Bibir dan lidah sangat kering. c.5 Nadi sangat cepat.

2.4. Komplikasi

Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti :14

a. Gangguan keseimbangan asam basa yaitu elektrolit, terutama natrium dan kalium


(32)

yang ikut hilang bersama dengan hilangnya cairan tubuh dan dapat menyebabkan dehidrasi.

b. Hipokalemia adalah keadaan kadar kalium dalam darah yang rendah, yaitu dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia (denyut jantung lambat), perubahan pada elektrokardiogram.

c. Hypoglikemia (keadaan kadar glukosa darah yang rendah).

Gejala hypoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah sampai 40 mg% pada bayi disertai lemas apatis, peka rangsang, tremor berkeringat, pucat, syok,dan kejang. Pada anak dan bayi dengan gizi yang cukup baik, hypoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya sudah menderita KKP (Kekurangan Kalori Protein), hal ini terjadi karena persediaan glikogen dalam hati terganggu dan adanya gangguan absorbsi glukosa.

d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.

e. Gangguan gizi sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena: makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut dan memberikan air teh saja, walaupun susu diteruskan sering diberi dengan pengenceran, dan diberikan dalam jangka waktu yang lama, makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik usus.


(33)

f. Gangguan sirkulasi terjadi karena gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik yang selanjutnya dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, dan kesadaran menurun.

2.5. Pencegahan Gastroenteritis 2.5.1. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa pre-patogenesis dengan tujuan menghilangkan faktor risiko terhadap gastroenteritis. Sasaran pada pencegahan ini adalah orang sehat sehingga diharapkan tidak menderita sakit. Adapun kegiatan yang dilakukan pada pencegahan tingkat pertama ini antara lain :14

a. Health Promotion

Kegiatan health promotion (promosi kesehatan) dalam upaya mencegah terjadinya gastroenteritis dapat berupa :

a.1 Pemberian ASI

Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas mampu memberikan daya perlindungan baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya.14

Dengan adanya komponen-komponen zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI, maka bayi yang diberikan ASI akan terlindung dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan antigen lainnya. ASI


(34)

merupakan faktor penting dalam mencegah terjadinya gastroenteritis. Berikan ASI selama 6 bulan pertama kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai paling kurang anak berusia satu atau dua tahun.14

a.2 Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping ASI diberikan setelah anak berusia diatas 6 bulan. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dikhawatirkan dapat mengganggu sistem pencernaan bayi, karena pembentukan organ tubuh bayi belum sempurna. Pada tahap awal sebaiknya berikan makanan yang lunak.15

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah :16

1) Melengkapi zat-zat gizi yang kurang yang terdapat dalam ASI.

2) Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima berbagai macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur.

3) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

4) Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi.

Perilaku yang tidak baik saat pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya gastroenteritis. Ada beberapa hal yang penting agar pemberian makanan pendamping ASI lebih baik antara lain :21 1) Perkenalkan makanan lunak setelah anak berumur 6 bulan sambil tetap

memberikan ASI. Setelah anak berumur satu tahun berikan semua makanan yang dimasak dengan baik sebanyak 4 – 6 kali sehari dan teruskan pemberian ASI bila masih memungkinkan sampai anak berusia 2 tahun.


(35)

2) Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi atau bubur untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, daging, ikan, kacang-kacangan, buah-buahan , dan sayuran berwarna hijau kedalam makanannya.

3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta suapi anak dengan sendok yang bersih.

4) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak. a.3 Penggunaan Air Bersih

Gastroenteritis merupakan penyakit yang salah satu cara penularannya melalui air, jadi untuk mencegah terjadinya gastroenteritis adalah dengan penggunaan air yang bersih. Air minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu hingga mendidih.

a.4 Membuang Tinja Bayi Secara Benar

Banyak orang yang beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Yang harus diperhatikan adalah tinja bayi dibuang kejamban, bila tidak ada jamban tinja dibuang ke lubang kemudian ditimbun.16

a.5 Mencuci Tangan

Mencuci tangan juga merupakan cara untuk mencegah terjadinya gastroenteritis. Tangan sebaiknya dicuci dengan sabun segera setelah membersihkan anak ketika buang air besar, dan mencuci tangan baik dilakukan sebelum makan dan sesudah buang air besar.


(36)

b. Spesific Protection

Kegiatan Spesific Protection (perlindungan spesifik) dalam upaya mencegah terjadinya gastroenteritis pada bayi dapat berupa pemberian imunisasi campak. Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah anak berumur 9 bulan. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir.18

2.5.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan Sekunder atau pencegahan tingkat kedua ini diberikan pada masa patogenesis dengan tujuan mencegah kehilangan banyak cairan. Sasaran pada pencegahan ini adalah penderita gastroenteritis yang diharapkan agar tidak terjadi dehidrasi yang berkelanjutan. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pencegahan ini berupa Early Diagnosis and Prompt Treatment yaitu diagnosa dan pengobatan secepatnya.18

Pengobatan pertama yang dapat dilakukan pada penderita gastroenteritis adalah memberikan cairan oralit secepatnya untuk mencegah kehilangan banyak cairan. Sementara pemberian obat-obatan yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di usus dan akan menyebabkan terjadinya perlipatgandaan kuman.18

Keluhan utama yang sering dialami oleh penderita gastroenteritis adalah adanya muntah, dan demam. Hal ini dapat berakibat terjadinya dehidrasi dan penurunan berat badan sampai akhirnya terjadi gangguan gizi pada bayi.


(37)

Pada umumnya penatalaksanaan gastroenteritis di rumah sakit ditujukan untuk mengobati dehidrasi dan menggantikan cairan yang hilang melalui tinja, dengan atau tanpa muntah, yaitu dengan cara rehidrasi :

1. Pemberian Oralit.

Segera apabila gejala dehidrasi sudah mulai timbul, dengan takaran oralit; 1 bungkus oralit 200 cc dimasukkan kedalam 1 gelas air di aduk sampai larut, kemudian diberikan sedikit demi sedikit dengan sendok. Jika muntah berikan satu sendok oralit, tunggu 5-10 menit dan lanjutkan lagi sedikit demi sedikit.

2. Pemberian cairan intravena / infus

Pemberian cairan intravena dilakukan apa bila terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%, dan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam, Bolus dalam satu jam (NaCl atau RL). Semua anak yang mendapatkan cairan infus diukur berat badannya, 6-8 jam setelah pemberian cairan.

3. Pemberian obat antibiotik

Pemberian obat-obatan yang dilakukan dalam penatalaksanaan pada bayi gastroenteritis adalah memberikan pengobatan yang tepat terhadap penyebab gastroenteritis dan diberikan setelah mengetahui penyebab yang pasti. Jika penyebabnya berasal dari infeksi diberikan antibiotik, dan jika tidak berasal dari infeksi, antibiotik juga dapat diberikan jika pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan bakteri patogen. Antibiotik dapat diberikan dengan memperhatikan umur, perjalanan penyakit, sifatnya dan sebagainya.


(38)

Prinsip penatalaksanaan penderita gastroenteritis adalah :18 a. Mencegah terjadinya dehidrasi

Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan dengan memberikan minum lebih banyak atau cairan pengganti seperti air tajin, kuah sayur dan air sup.

b. Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi, pengobatan yang cepat dan tepat adalah pemberian oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberi cairan intravena Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.

c. Memberikan makanan

Anak yang masih diberikan ASI jangan dihentikan, justru dianjurkan agar lebih sering diberi ASI. Sangat penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare terutama anak dengan gizi kurang, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.

Berdasarkan penilaian derajat dehidrasi, maka penatalaksanaan gastroenteritis dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Gastroenteritis / diare dengan dehidrasi ringan

Pada keadaan ini dapat di tangani oleh ibu atau kader kesehatan dengan cara memberikan oralit dan makanan cair seperti air tajin, sup dan kuah sayur. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi ringan sebanyak 180 ml/kg.


(39)

b. Gastroenteritis / diare dengan dehidrasi sedang

pada keadaan ini perawatan dan pengobatan penderita sebaiknya didampingi oleh petugas kesehatan. Berikan oralit sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi sedang sebanyak 220 ml/kg. c. Gastroenteritis / diare dengan dehidrasi berat

Pada keadaan ini penderita harus segera di infus karena sudah mengalami banyak kekurangan cairan sementara kesadarannya sudah menurun, cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat melalui intravena.

Bila kesadaran penderita mulai membaik maka segera berikan oralit. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi berat sebesar 260 ml/kg. Pemberian obat-obatan yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di usus dan akan menyebabkan terjadinya berlipatgandaan kuman.

2.5.3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tingkat ketiga ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian akibat dehidrasi. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pencegahan tingkat ketiga ini adalah berupa Limitation of Ability (pembatasan kecacatan) dan Rehabilitation (rehabilitasi). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah tetap memberikan nutrisi pada anak agar daya tahan tubuh anak tidak berkurang guna mencegah munculnya penyakit lain.18


(40)

2.6. Kerangka Konsep

KARAKTERISTIK BAYI PENDERITA GASTROENTERITIS

1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Pekerjaan orang tua 4. Status gizi

5. Keluhan utama 6. Derajat dehidrasi 7. Komplikasi 8. Penatalaksanaan 9. Lama rawatan rata-rata 10. Keadaan sewaktu pulang


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian Case Series.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan melayani penderitia gastroenteritis rawat inap. Tiap tahunnya gastroenteritis selalu masuk dalam 10 besar penyakit yang ada di Rumah Sakit Puri Husada Tembilahan, Selain itu juga belum pernah ada dilakukan penelitian mengenai karakteristik bayi penderita gastroenteritis.

3.2.2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2013 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012 yaitu sebanyak 229 orang.


(42)

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan tahun 2011-2012. Dari 229 populasi dalam penelitian maka untuk menentukan besarnya sampel dapat digunakan rumus sebagai berikut :17

n= 145,62 ∞ 146 Keterangan :

n= Besar Sampel N= Besar Populasi

d= Tingkat Kepercayaan yang diinginkan (5%)

Dari rumus diatas diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 146 orang.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara Simple Random Sampling. Sampel dipilih secara acak sederhana dengan menggunakan undian. Pertama-tama semua nomor identitas kartu status dicatat di atas kertas kecil, Kemudian kertas tersebut diambil secara acak sebanyak 146 kali. Nomor identitas kartu status yang terambil dipilih sebagai sampel.


(43)

3.5. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari kartu status pasien yang ada di bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan.

3.6. Defenisi Operasional Variabel

a. Karakteristik bayi adalah ciri-ciri bayi berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan orang tua, status gizi, keluhan utama, derajat dehidrasi, komplikasi, penatalaksanaan, lama rawatan rata-rata, dan keadaan sewaktu pulang.

b. Gastroenteritis adalah penyakit yang didiagnosa oleh dokter RSUD Puri Husada Tembilahan.

c. Umur adalah usia penderita yang tercatat dalam kartu status pasien yang dikelompokkan atas 3 kategori yaitu :

1. < 6 bulan 2. > 6 bulan

d. Jenis kelamin adalah ciri organ reproduksi yang tercatat dalam kartu status, dibedakan atas :

1. Laki – laki 2. Perempuan

e. Pekerjaan orang tua adalah pekerjaan orang tua penderita yang tertulis dalam kartu status yang dikelompokkan atas 5 kategori yaitu :

1. TNI / POLRI

2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3. Pegawai Swasta


(44)

4. Wiraswasta 5. Tidak Bekerja

f. Status gizi adalah keadaan gizi penderita yang dilihat dari umur dan berat badannya kemudian dikelompokkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor : 920 / Menkes / SK / VIII / 2002 yang dikelompokkan atas 4 kategori yaitu :18,19

1. Gizi baik (Z_score terletak dari ≥ -2 SD s/d +2 SD) 2. Gizi buruk (Z_score terletak < -3 SD)

k. Keluhan utama adalah kondisi yang sering tampak pada bayi penderita gastroenteritis yang dikatakan oleh orang tua bayi penderita kepada petugas kesehatan di rumah sakit, dikelompokkan atas 3 kategori yaitu:

1. Muntah 2. Demam

g. Derajat dehidrasi adalah keadaaan penderita pertama kali masuk rumah sakit, yang dikelompokkan berdasarkan diagnosa dari dokter dengan 3 kategori yaitu :

1. Dehidrasi ringan

Terjadi penurunan berat badan (<5%) dengan gejala yaitu; keadaan umum baik dan sadar, mata normal dan air mata tidak ada, mulut dan lidah basah, tidak merasa haus dan bisa minum, turgor normal (cubitan kulit cepat kembali).

2. Dehidrasi sedang

Terjadi penurunan berat badan (5-10%) dengan gejala yaitu; kencing sedikit, nafsu makan berkurang, gelisah dan mengantuk, aktifitas menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan lidah kering, nadi lebih cepat dari normal, turgor kurang (cubitan kulit lambat kembali).

3. Dehidrasi berat

Penurunan berat badan (>10%) dengan gejala yaitu; tidak kencing dan tidak ada nafsu makan, sangat lemah hingga


(45)

kesadaran menurun, mata dan ubun-ubun sangat cekung, turgor kulit kurang, bibir dan lidah sangat kering, nadi sangat cepat. h. Komplikasi adalah penyakit yang menyertai pada bayi penderita

gastroenteritis yang dibedakan atas 2 kategori antara lain : 1. Ada, yaitu komplikasi dengan :

a. Gangguan keseimbangan asam basa b. Hipokalemia

c. Hipoglikemia

d. Intoleransi laktosa sekunder e. Gangguan gizi

f. Gangguan sirkulasi

2. Tidak ada

l. Penatalaksanaan adalah penatalaksanaan pada bayi gastroenteritis di rumah sakit yang ditujukan untuk mengobati dehidrasi dan menggantikan cairan yang hilang dengan cara rehidrasi, dikelompokkan atas 3 kategori yaitu:

1. Pemberian cairan oralit

2. Pemberian cairan intravena / infus 3. Pemberian Obat antibiotik

i. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita menjalani perawatan di rumah sakit, dihitung sejak tanggal mulai dirawat sampai dengan tanggal keluar seperti yang tercatat dalam kartu status.

j. Keadaan sewaktu pulang adalah keterangan dokter tentang penderita ketika selesai dirawat atau keluar dari rumah sakit, yang dikelompokkan atas 3 kategori yaitu:

1. Sembuh

2. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 3. Meninggal


(46)

3.7. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer. Kemudian data dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Chi-square dan Anova. Selanjutnya hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram pie dan diagram bar.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Profil RSUD Puri Husada Tembilahan23

Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan adalah rumah sakit kabupaten Indragiri Hilir tipe C yang terletak di kota Tembilahan dengan lahan pertapakan 2,25 hektar yang disediakan oleh pemerintah kabupaten Indragiri Hilir. Pada tanggal 12 November 1984 diresmikan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas D oleh gubernur provinsi Riau bapak Imam Munandar. Pembangunan ini dilanjutkan bersumber dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) provinsi Riau dan APBD tingkat II kabupaten Indragiri Hilir. Pada tanggal 23 Agustus 1994 dengan Surat Keputusan bupati kepala daerah tingkat II kabupaten Indragiri Hilir nomor KPTS.177/VIII/HK-1994, atas dasar persetujuan mentri kesehatan dengan Surat Keputusan nomor 193/MENKES/II/1993 tanggal 23 Februari 1993, ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C.

Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan adalah rumah sakit rujukan di kabupaten Indragiri Hilir, sebagai rumah sakit pendukung agro industri dan pada saat ini telah menjalin kerja sama dengan 6 (enam) perusahaan agro industri yang ada di kabupaten Indragiri Hilir. Sebagai instansi sektor publik, Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan mempunyai rencana strategis yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun, yaitu tahun 2009-2014 dengan memperhitungkan gambaran potensi, peluang, ancaman dan hambatan yang ada atau mungkin akan timbul.


(48)

Rencana strategis Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan yang mencakup analisis kondisi sekarang dan memperhitungkan kondisi yang akan datang. Peraturan daerah nomor : 31 tahun 2008, struktur organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan adalah instansi pelaksana teknis daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati Indragiri Hilir.

Pelaksanaan penyelenggaraan operasionalisasi tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan di dukung oleh sumber daya manusia yang handal terdiri dari 228 orang Pegawai Negeri Sipil, 162 tenaga honor daerah, 17 tenaga harian lepas, dan 20 satpam.

Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan dalam menjalankan tugas-tugasnya memiliki visi dan misi yaitu :

a. Visi yaitu rumah sakit kabupaten terbaik nasional 2025. b. Misi yaitu :

1. Meningkatkan pelayanan medis yang bermutu. 2. Meningkatkan pelayanan keperawatan yang bermutu. 3. Meningkatkan pelayanan penunjang medis yang bermutu. 4. Meningkatkan pelayanan non medis yang bermutu.

5. Meningkatkan pelayanan administrasi dan akuntabilitas keuangan. 6. Meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia yang bermutu. 7. Meningkatkan pelaksanaan surveilans.


(49)

4.2. Karakteristik Bayi Penderita Gastroenteritis 4.2.1. Umur Bayi Penderita Gastroenteritis

Distribusi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Umur yang di Rawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa umur bayi penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah < 6 bulan sebanyak 128 orang (87,7%), dan umur > 6 bulan sebanyak 18 orang (12,3%).

4.2.2. Jenis Kelamin Bayi Penderita Gastroenteritis

Distribusi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Jenis Kelamin yang di Rawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin bayi penderita gastroenteritis terbanyak adalah laki-laki sebanyak 83 orang (56,8%), dan perempuan sebanyak 63 orang (43,2%).

NO Umur (bulan) f Proporsi (%)

1 < 6 128 87,7

2 > 6 18 12,3

Jumlah 146 100

NO Jenis Kelamin f Proporsi (%)

1 Laki – laki 83 56,8

2 Perempuan 63 43,2


(50)

4.2.3. Pekerjaan Orang Tua Bayi Penderita Gastroenteritis

Distribusi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua yang di Rawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan orang tua bayi penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah wiraswasta sebanyak 101 orang (69,2%), pegawai swasta sebanyak 21 orang (14,3%), PNS sebanyak 18 orang (12,3%), TNI/POLRI dan tidak bekerja masing-masing sebanyak 3 orang (2,1%). 4.2.4. Status Gizi Bayi Penderita Gstroenteritis

Distribusi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Status Gizi yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

NO Pekerjaan orang tua f Proporsi (%)

1 TNI / POLRI 3 2,1

2 Pegawai Negeri Sipil 18 12,3

3 Pegawai Swasta 21 14,3

4 Wiraswasta 101 69,2

5 Tidak Bekerja 3 2,1

Jumlah 146 100

NO Status Gizi f Proporsi

(%)

1 Baik 94 64,4

2 Buruk 52 35,6


(51)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa status gizi bayi penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah status gizi baik yaitu sebanyak 94 orang (64,4%), dan status gizi buruk sebanyak 52 orang (35,6%).

4.2.5. Keluhan Utama Bayi Penderita Gastroenteritis

Distribusi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan keluhan utama dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Keluhan Utama yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa keluhan utama penderita gastroenteritis terbanyak adalah muntah yaitu sebanyak 130 orang (89,0%), dan demam sebanyak 16 orang (11,0%).

4.2.6. Derajat Dehidrasi Bayi Penderita Gastroenteritis

Distribusi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan derajat dehidrasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Derajat Dehidrasi yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

NO Keluhan Utama f Proporsi

(%)

1 Muntah 130 89,0

2 Demam 16 11,0

Jumlah 146 100

NO Derajat dehidrasi f Proporsi (%)

1 Ringan 94 64,4

2 Sedang 41 28,1

3 Berat 11 7,5


(52)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa derajat dehidrasi penderita gastroenteritis terbanyak adalah dehidrasi ringan yaitu sebanyak 94 orang (64,4%), dehidrasi sedang sebanyak 41 orang (28,1%), dan dehidrasi berat sebanyak 11 orang (7,5%).

4.2.7. Komplikasi Bayi Penderita Gastroenteritis

Distribusi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Komplikasi yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa bayi penderita gastroenteritis yang mengalami komplikasi adalah sebanyak 21 orang (14,4%), dan yang tidak mengalami komplikasi sebanyak 125 orang (85,6%).

4.2.8. Penatalaksanaan Bayi Penderita Gastroenteritis

Distribusi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan penatalaksanaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

NO Komplikasi f Proporsi

(%)

1 Ada 21 14,4

2 Tidak ada 125 85,6


(53)

Tabel 4.8. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Penatalaksanaan yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa penatalaksanaan bayi penderita gastroenteritis terbanyak adalah pemberian cairan intravena/infus yaitu sebanyak 75 orang (51,4%), pemberian cairan oralit sebanyak 56 orang (38,4%), dan pemberian obat antibiotik sebanyak 15 orang (10,2%).

4.2.9. Lama Rawatan Rata-rata Bayi Penderita Gastroenteritis

Lama rawatan rata-rata bayi penderita gastroenteritis dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.9. Lama Rawatan Rata-rata Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

Lama rawatan (hari)

Rata – rata 3,43

95% Confidence Interval 3,11-3,75

Standar Deviasi 1,975

Coefisien of Variation 57,58

Minimum 1

Maksimum 14

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi penderita gastroenteritis adalah 3,43 hari dengan 95% Confidence Interval 3,11 - 3,75 hari, standar deviasi 1,975 hari, dan nilai koefisien variasi sebesar

NO Penatalaksanaan f Proporsi

(%)

1 Pemberian cairan oralit 56 38,4

2 Pemberian cairan intravena/infus 75 51,4

3 Pemberian obat antibiotik 15 10,2


(54)

57,58%, menunjukkan bahwa lama rawatan bayi penderita gastroenteritis bervariasi dengan lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 14 hari.

4.2.10. Keadaan Sewaktu Pulang Bayi Penderita Gastroenteritis

Distribusi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.10. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa keadaan sewaktu pulang bayi penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah sembuh yaitu sebanyak 103 orang (70,5%), PAPS sebanyak 36 orang (24,7%), dan meninggal sebanyak 7 orang (4,8%).

NO Keadaan Sewaktu Pulang f Proporsi

(%)

1 Sembuh 103 70,5

2 PAPS 36 24,7

3 Meninggal 7 4,8


(55)

4.3. Analisis Statistik

4.3.1. Umur Berdasarkan Derajat Dehidrasi

Distribusi proporsi umur berdasarkan derajat dehidrasi pada bayi penderita gastroenteritis dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.11. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Dehidrasi Pada Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

X2 = 0,124 df = 2 p = 0,940

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa dari 94 bayi penderita gastroenteritis yang mengalami dehidrasi ringan, umur < 6 bulan sebanyak 82 orang (87,2%), dan umur > 6 bulan sebanyak 12 orang (12,8%). Sementara dari 41 penderita yang mengalami dehidrasi sedang, umur < 6 bulan sebanyak 36 orang (87,8%), dan umur > 6 bulan sebanyak 5 orang (12,2%). Sedangkan dari 11 penderita yang mengalami dehidrasi berat, umur < 6 bulan sebanyak 10 orang (90,9%), dan umur > 6 bulan sebanyak 1 orang (9,1%).

Analisa menggunakan Chi-square diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan derajat dehidrasi.

Derajat dehidrasi Dehidrasi

ringan Dehidrasi sedang

Dehidrasi berat

NO Umur

(bulan)

f % f % F %

1 < 6 82 87,2 36 87,8 10 90,9

2 > 6 12 12,8 5 12,2 1 9,1


(56)

4.3.2. Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi

Distribusi proporsi status gizi berdasarkan derajat dehidrasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.12. Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

X2 = 0,383 df = 2 p = 0,826

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa dari 94 bayi penderita gastroenteritis yang mengalami dehidrasi ringan, penderita dengan status gizi baik sebanyak 59 orang (62,8%), dan status gizi buruk sebanyak 35 orang (37,2%). Sementara dari 41 orang penderita yang mengalami dehidrasi sedang, status gizi baik sebanyak 28 orang (68,3%), dan status gizi buruk sebanyak 13 orang (31,7%). Sedangkan dari 11 penderita yang mengalami dehidrasi berat, status gizi baik sebanyak 7 orang (63,6%), dan status gizi buruk sebanyak 4 orang (36,4%).

Analisa menggunakan Chi-square diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara status gizi berdasarkan derajat dehidrasi.

Derajat dehidrasi

Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat NO

Status gizi

f % f % f %

1 Baik 59 62,8 28 68,3 7 63,6

2 Buruk 35 37,2 13 31,7 4 36,4


(57)

4.3.3. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Gizi

Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.13. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Gizi Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa dari 94 bayi penderita gastroenteritis yang memiliki satatus gizi baik, pulang dalam keadaan sembuh sebanyak 67 orang (71,3%), PAPS sebanyak 24 orang (25,5%), dan meninggal sebanyak 3 orang (CFR = 3,2%). Sedangkan dari 52 penderita yang memiliki status gizi buruk, pulang dalam keadaan sembuh sebanyak 36 orang (69,2%), PAPS sebanyak 12 orang (23,1%), dan meninggal sebanyak 4 orang (CFR = 7,7%).

Terdapat 2 sel (33,3%) memiliki nilai yang diharapkan kurang dari 5 sehingga analisa menggunakan Chi-square tidak dapat dilakukan.

Status gizi

Baik Buruk

NO

Keadaan pulang

f % f %

1 Sembuh 67 71,3 36 69,2

2 PAPS 24 25,5 12 23,1

3 Meninggal 3 3,2 4 7,7


(58)

4.3.4. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Derajat Dehidrasi

Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan derajat dehidrasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.14. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Derajat Dehidrasi Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Tembilahan Tahun 2011-2012

Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa dari 94 bayi penderita gastroenteritis yang mengalami dehidrasi ringan, pulang dalam keadaan sembuh sebanyak 61 orang (64,9%), pulang atas permintaan sendiri sebanyak 32 orang (34%), dan meninggal sebanyak 1 orang (CFR = 1,1%). Sementara dari 41 penderita yang mengalami dehidrasi sedang, pulang dalam keadaan sembuh sebanyak 36 orang (87,8%), pulang atas permintaan sendiri sebanyak 4 orang (9,8%), dan meninggal sebanyak 1 orang (CFR = 2,4%). Sedangkan dari 11 penderita yang mengalami dehidrasi berat, pulang dalam keadaan sembuh sebanyak 6 orang (54,5%), dan meninggal sebanyak 5 orang (CFR = 45,5%).

Terdapat 4 sel (44,4%) memiliki nilai yang diharapkan kurang dari 5 sehingga analisa menggunakan Chi-square tidak dapat dilakukan.

Derajat dehidrasi

Ringan Sedang Berat

NO

Keadaan pulang

f % f % f %

1 Sembuh 61 64,9 36 87,8 6 54,5

2 PAPS 32 34,0 4 9,8 0 0

3 Meninggal 1 1,1 1 2,4 5 45,5


(59)

4.3.5. Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.15. Distribusi Proporsi Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

X2 = 5,882 df = 2 p = 0,053

Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa dari 21 bayi penderita gastroenteritis yang mengalami komplikasi, pulang dalam keadaan sembuh sebanyak 18 orang (85,7%), pulang atas permintaan sendiri sebanyak 1 orang (4,8%), dan meninggal sebanyk 2 orang (CFR = 9,5%). Sementara dari 125 penderita yang tidak memiliki komplikasi, pulang dalam keadaan sembuh sebanyak 85 orang (68%), pulang atas permintaan sendiri sebanyak 35 orang (28%), dan meninggal sebanyak 5 orang (CFR = 4%).

Analisa menggunakan Chi-square diperoleh p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Komplikasi

Ada Tidak ada

NO Keadaan

pulang

f % f %

1 Sembuh 18 85,7 85 68,0

2 PAPS 1 4,8 35 28,0

3 Meninggal 2 9,5 5 4,0


(60)

4.3.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur

Tabel 4.16. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Pada Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

F = 2,678 df = 1 p = 0,104 Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa dari 128 penderita yang berumur < 6 bulan, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,53 hari dengan SD = 2,004 hari. Sedangkan dari 18 orang penderita yang berumur > 6 bulan, lama rawatan rata-ratanya adalah 2,72 hari dengan SD = 1,638 hari.

Hasil uji statistik dengan Anova nilai p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan umur.

4.3.7. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Gizi

Tabel 4.17. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Gizi Pada Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011-2012

F = 3,287 df = 1 p = 0,072

Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa dari 94 orang bayi yang memiliki status gizi baik, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,21 hari dengan SD = 1,795 hari. Sedangkan dari 52 orang yang memiliki status gizi buruk, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,83 hari dengan SD = 2,229 hari.

Lama rawatan

NO Umur (bulan)

f x SD

1 < 6 128 3,53 2,004

2 > 6 18 2,72 1,638

Lama rawatan

NO Status Gizi

f x SD

1 Baik 94 3,21 1,795


(1)

39,4% 47,9% 12,8% 100,0% 66,0% 60,0% 80,0% 64,4% 25,3% 30,8% 8,2% 64,4%

16 23 2 41

15,7 21,1 4,2 41,0 39,0% 56,1% 4,9% 100,0% 28,6% 30,7% 13,3% 28,1% 11,0% 15,8% 1,4% 28,1%

3 7 1 11

4,2 5,7 1,1 11,0

27,3% 63,6% 9,1% 100,0% 5,4% 9,3% 6,7% 7,5% 2,1% 4,8% ,7% 7,5%

56 75 15 146

56,0 75,0 15,0 146,0 38,4% 51,4% 10,2% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 38,4% 51,4% 10,2% 100,0% Dehidrasi

% within Penatalaksanaan % of Total Count Expected Count % within Derajat Dehidrasi % within Penatalaksanaan % of Total Count Expected Count % within Derajat Dehidrasi % within Penatalaksanaan % of Total Count Expected Count % within Derajat Dehidrasi % within Penatalaksanaan % of Total Dehidrasi Sedang

Dehidrasi Berat

Total

Chi-Square Tests

2,851

a

4

,583

3,111

4

,539

,004

1

,950

146

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 1,13.


(2)

Oneway

Descriptives

Lama Rawatan

94

3,21

1,795

,185

2,85

3,58

1

9

52

3,83

2,229

,309

3,21

4,45

1

14

146

3,43

1,975

,163

3,11

3,75

1

14

Gizi Baik

Gizi Buruk

Total

N

Mean

Std. Deviation Std. Error

Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum

Maximum

ANOVA

Lama Rawatan

12,628

1

12,628

3,287

,072

553,187

144

3,842

565,815

145

Between Groups

Within Groups

Total

Sum of


(3)

128

3,53

2,004

,177

3,18

3,88

1

14

18

2,72

1,638

,386

1,91

3,54

1

7

146

3,43

1,975

,163

3,11

3,75

1

14

<6 bulan

>6 bulan

Total

N

Mean

Std. Deviation Std. Error

Lower Bound Upper Bound

Minimum

Maximum

ANOVA

Lama Rawatan

10,329

1

10,329

2,678

,104

555,486

144

3,858

565,815

145

Between Groups

Within Groups

Total

Sum of


(4)

Oneway

Descriptives

Lama Rawatan

94

3,16

1,953

,201

2,76

3,56

1

14

41

3,93

1,738

,271

3,38

4,48

1

9

11

3,91

2,663

,803

2,12

5,70

1

8

146

3,43

1,975

,163

3,11

3,75

1

14

Dehidrasi Ringan

Dehidrasi Sedang

Dehidrasi Berat

Total

N

Mean

Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum

Maximum

ANOVA

Lama Rawatan

19,519

2

9,760

2,555

,081

546,296

143

3,820

565,815

145

Between Groups

Within Groups

Total

Sum of


(5)

(6)