BAB I PENDAHULUAN - Gambaran Kecemasan Akademik Mahasiswa Kuliah dI Dua Fakultas di Medan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peranan yang penting, terutama jika dikaitkan

  dengan upaya peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM). Hanya dengan sumber daya manusia yang berkualitaslah akan tercipta peningkatan harkat dan martabat manusia yang sejati. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Sisdiknas pasal 1 ayat 1 tentang P endidikan yang menyatakan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ” (Sawaji, 2011).

  Salah satu bagian yang bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengatasi permasalahan kualitas sumber daya manusia adalah perguruan tinggi (Sawaji, 2011). Pada umumnya di perguruan tinggi, mahasiswa memilih dan menjalani perkuliahan di satu fakultas yang menjadi ketertarikan atau minatnya. Namun ada sebagian mahasiswa merasa di era globaliasasi yang begitu kompleks, seharusnya mereka memiliki kemampuan tidak hanya di satu bidang. Mahasiswa yang menjalani dua perkuliahan pada waktu yang bersamaan disebut mahasiswa kuliah di dua fakultas.

  1 Alasan mahasiswa menjalani kuliah di dua fakultas bisa karena takut kalah bersaing ataupun takut sulit mendapatkan pekerjaan nantinya sehingga memutuskan menjalani kuliah di dua fakultas. Hal ini didukung oleh Evans (2010) yang menyatakan manfaat yang paling nyata dari kuliah di dua fakultas adalah mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dalam spesifik ilmu tertentu, pilihan pekerjaan, dan skill yang bervariasi. Kemudian Shannon (2012) menambahkan bahwa kuliah di dua fakultas menyediakan kesempatan untuk jenjang karir yang lebih maju. McClelland (dalam Miller, 2008) juga menjelaskan bahwa kuliah dua di fakultas dapat membuat mahasiswa yang telah lulus menjadi lebih bernilai dalam pasar kerja yang ketat akan persaingan.

  Ada pula sisi negatif dari kuliah di dua fakultas menurut Evans (2010) yaitu kandidat pekerja yang adalah mahasiswa kuliah di dua fakultas mendapatkan kritikan dari perusahaan-perusahaan. Beberapa perusahaan mengira kandidat pekerja yang adalah mahasiswa kuliah di dua fakultas mengalami kebingungan dalam menentukan tujuan karir mereka. Kenyataannya mahasiswa kuliah di dua fakultas hanya merasa tidak yakin karir yang mana yang harus ia capai terlebih dahulu.

  Ada beberapa motif mengapa mahasiswa memutuskan menjalani kuliah di dua fakultas. Motif pertama adalah karena mahasiswa yang kebanyakan adalah remaja memiliki minat tidak hanya di satu bidang. Remaja yang sedang dalam tahap perkembangan mengeksplorasi diri berusaha menemukan dan memanfaatkan minat dan bakat yang ada dalam dirinya (Papalia, 2007). Ketertarikan remaja pada beberapa bidang memicu keputusan mahasiswa untuk menjalani kuliah di dua fakultas. Hal ini diperkuat dengan kutipan wawancara berikut ini:

  “…ya kalau di psikologi emang pas milih fakultas aku pingin tau di dalam

tuh belajar apa aja. Kalau di sastra Mandarin sih karena aku emang suka bahasa

M andarin dari sananya…”

  (Komunikasi Personal, 2014) Selain minat yang beragam, keputusan mahasiswa untuk menjalani kuliah di dua fakultas juga dapat dipengaruhi oleh faktor situasi dan kondisi. Maksud situasi dan kondisi di sini berupa ketersediaan biaya dan waktu. Universitas negeri umumnya memiliki rentang jam perkuliahan yang dimulai dari pukul delapan pagi hingga pukul lima sore. Jam kuliah yang ditetapkan sedemikian rupa membuat sulit bagi mahasiswa univeritas negeri untuk bekerja kecuali pada bidang pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak waktu di pagi hingga sore seperti menjadi guru privat, berjualan online, dan sebagainya. Untuk memanfaatkan waktu senggang tanpa jadwal kuliah, mahasiswa memutuskan menjalani kuliah di dua fakultas. Selain memanfaatkan waktu, ada pula faktor kondisi dimana mahasiswa sebenarnya hanya mendaftarkan diri pada satu universitas namun dikarenakan ketakutan tidak lulus ujian masuk universitas yang bersangkutan, mahasiswa mendaftarkan diri ke universitas lain sebagai cadangan sehingga jika tidak diterima di universitas pertama, masih ada tempat bagi mahasiswa di universitas lain. Hal ini terjadi pada salah satu mahasiswa kuliah di dua fakultas yang peneliti wawancara:

  “…pertamanya emang cuma niat masuk ke USU. Tapi setelah ikut Ujian Masuk Bersama (UMB), eh takutnya gak masuk. Makanya ngedaftar ke

universitas lain. Tau-tau masuk pula dua-duanya. Kan sayang juga kalo dilepas

salah satu. Lagian jadwal kuliahnya satu pagi satunya lagi sore. Yah akhirnya

jalanin aja dua- dua…”

  (Komunikasi Personal, 2014)

  “… sebenernya pinginnya masuk USU cuman kata mama yaudalah coba

aja dulu daftar di tempat lain. Mana tau USU gak masuk kan ada cadangannya.

Eh tau-tau masuk pula di USU. Sayang juga kan dilepas yang satunya lagi.

Ngerasa sanggup yah aku jalani aja. Buktinya bisa kok sampe sekarang fine-fine

aja…”

  (Komunikasi Personal, 2014) Selain motif-motif di atas, keinginan mahasiswa untuk mendapatkan suatu kepuasan atau kebanggaan ketika membayangkan dirinya mendapatkan hasil lebih dari teman-teman lainnya juga menjadi salah satu alasan mahasiswa menjalani kuliah di dua fakultas. Orang tua juga adalah salah satu alasan mengapa mahasiswa memutuskan menjalani kuliah di dua fakultas. Hal ini didukung dengan kutipan wawancara berikut:

  “… sebenarnya alasan aku ngejalani kuliah dua yah karna mama juga sih. Pertamanya aku pingin kuliah di negri cuma mama kurang setuju. Beliau

minta aku di swasta aja. Pas ujian SNMPTN malah lulus di negri. Makanya jadi

ngejalanin dua deh..”

  (Komunikasi Personal, 2014) Mahasiswa, yang pada umumnya adalah remaja usia 17-22 tahun, memasuki dunia baru yaitu dunia perkuliahan dan merasakan banyak hal yang berubah dalam proses menjalani kuliah. Perubahan tersebut antara lain adalah dalam sistem pembelajaran, sistem penugasan, sistem ujian dan sistem evaluasi.

  Sistem pembelajaran, sistem penugasan, sistem ujian dan sistem evaluasi berbeda antara perguruan tinggi negeri dan swasta. Pada sistem evaluasi, di perguruan tinggi negeri, mahasiswa yang sudah menjalani perkuliahan akan dievaluasi apakah nilai yang didapatkan sudah sesuai dengan standar pada umumnya. Biasanya evaluasi dilakukan di semester ketiga dan jika nilai mahasiswa tidak mencukupi, maka ia akan dikeluarkan (drop out/ DO) dari perguruan tinggi tersebut. Namun hal demikian tidak berlaku di perguruan tinggi swasta. Di kota Medan sendiri, terdapat tiga perguruan tinggi negeri, yaitu: Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Negeri Medan (UNIMED), dan Universitas Islam Negeri (UIN).

  Perubahan sistem yang terjadi memicu adanya kecemasan dalam diri mahasiswa. Hal ini didukung oleh Papalia (2007) yang menyatakan bahwa dalam masa transisi memasuki perkuliahan, dengan standar edukasi yang lebih tinggi dibandingkan sekolah dan ekspektasi yang lebih tinggi kepada siswa, merupakan masa yang membuat beberapa siswa merasa terkejut. Selanjutnya, menurut Maddox (2011) semua hal yang memiliki hubungan dengan perubahan situasi sekolah dapat menimbulkan kecemasan akademik.

  Kecemasan akademik dialami semua siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Costello (dalam Kohli & Gupta, 2013) bahwa kecemasan merupakan salah satu penyimpangan psikologis paling umum yang dialami siswa sekolah dan remaja di seluruh dunia. Pada studi mengenai masalah psikologis yang dialami mahasiswa, Kumaraswamy (dalam Kumaraswamy, 2012) menemukan bahwa 26% subjek mengalami distress psikologis dan 31% subjek mengalami kecemasan serta depresi. Kecemasan, depresi dan stress adalah hal yang umum terjadi pada mahasiswa (Kumaraswamy, 2012).

  Berdasarkan hasil survey dari 8 orang yang menjalani kuliah di dua fakultas, menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka mengatakan menjalani kuliah di dua fakultas menyebabkan keterlambatan dalam beberapa aspek seperti: tidak menyelesaikan program kuliah di dua fakultas pada waktu sesuai dengan jadwal, penyelesaian tugas kuliah, serta rendahnya nilai yang didapatkan sehingga menyebabkan mereka memutuskan untuk berhenti dari salah satu fakultas.

  Kondisi ini menyebabkan sebagian besar dari mahasiswa tersebut mengalami kecemasan akademik.

  Kecemasan akademik merupakan masalah yang penting yang akan mempengaruhi sejumlah besar siswa (Ottens, 1991). Kecemasan akademik menurut Ottens (1991) adalah terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku karena kemungkinan performa yang ditampilkan siswa tidak diterima secara baik ketika tugas akademik diberikan. Kecemasan akademik bukanlah hal yang buruk. Meskipun tingkat kecemasan yang tinggi berhubungan dengan konsentrasi dan memori yang berperan penting dalam kesuksesan akademik, tetapi tanpa kecemasan, kebanyakan siswa akan kekurangan motivasi belajar untuk ujian, menulis makalah atau melakukan pekerjaan rumah. Tingkat kecemasan sedang sebenarnya dapat membantu performa akademik dengan memicu motivasi. Jika kecemasan akademik tidak dapat dikontrol dengan benar, maka akan ada banyak konsekuensi jangka panjang yang timbul (Kohli & Gupta, 2013).

  Ada empat karakteristik kecemasan akademik menurut Ottens (1991), yaitu: patterns of anxiety-engendering mental activity (pola-pola kecemasan yang menimbulkan aktivitas mental) seperti rasa khawatir dan keyakinan diri yang salah, misdirected attention (perhatian ke arah yang salah) seperti tidak fokus dan melamun, physiological distress (distress secara fisik) seperti jantung berdetak lebih cepat dan tangan bergemetar, dan inappropriate behaviors (perilaku yang kurang tepat) seperti prokrastinasi tugas dan terlalu memaksakan diri. Keempat karakteristik kecemasan akademik di atas terlihat pada kutipan-kutipan wawancara berikut:

  “… ngeri-ngeri sedap pas nunggu nilai keluar. Karna pas waktu ujian di

satu fakultas sama fakultas lainnya bentrok, satu di pagi satu di sore. Jadi malam

sebelumnya tuh mesti belajar dua bahan. Takut ga lulus nilai nya…”

  (Komunikasi Personal, 2014)

  “... lu bayangkan lho. Aku udah sengaja atur sidang USU bulan ini atur

jadwal udah OK malah kena cancel. Kayanya mesti tunggu bulan 8 atau 11. Kalo

bulan 11 mah sama- sama uni aku satu lagi. Pening lah gimana aturnya entar…”

  (Komunikasi Personal, 2014) “…khawatir aja sama jadwal ujian nanti. Takut bentrok sih sebenarnya.

  Kan sayang aja kalo udah ngikutin kuliah tapi enggak ikut ujian…”

  (Komunikasi Personal, 2014)

  “…sering sih kepepet waktu pas di jalan menuju salah satu kampus gara-

gara belum kelar urusan di kampus satu lagi. Jadinya sering panik sendiri telat

gak ya gitu pas di mobil…”

  (Komunikasi Personal, 2014)

  “…jadi kan banyak banget tugas dari dua kampus. Kadang ada yang

sama hari deadline nya. Enggak aku kerjain pula duluan, jadinya numpuk semua.

Malam sebelumnya lah heboh ngerjain sampe begadang. Bingung juga entah bisa

siap ga semua dalam waktu semalam…”

  (Komunikasi Personal, 2014) Selain rasa khawatir, aspek kecemasan akademik selanjutnya menurut

  Ottens (1991) adalah misdirected attention atau perhatian ke arah yang salah atau tidak fokus. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada salah satu mahasiswa kuliah di dua fakultas di tempat peneliti berkuliah, peneliti melihat mahasiswa tersebut mengerjakan tugas yang adalah tugas di fakultas lain ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung. Dengan kata lain ada kegiatan yang membuat mahasiswa kuliah di dua fakultas tidak fokus pada pelajaran dan memberikan perhatian pada objek yang lain.

  Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan, munculnya kecemasan akademis pada mahasiswa kuliah di dua fakultas yang disimpulkan sebagai berikut: (1) Mahasiswa kuliah di dua fakultas sering mengalami kecemasan ketika mendapatkan jadwal kuliah ganti yang bentrok antara kedua fakultas, (2) Mahasiswa kuliah di dua fakultas sering khawatir pada prestasi yang dicapai terutama ketika Ujian Tengah Semester (UTS) atau Ujian Akhir Semester (UAS) dimana kedua fakultas mengadakan ujian di waktu yang berdekatan atau bersamaan, dan (3) Mahasiswa kuliah di dua fakultas terkadang tidak dapat mengontrol seluruh tugas yang diberikan di kedua fakultas dan sering kali tugas tersebut ditunda, dilupakan dan akan dikerjakan dekat waktu deadline.

  Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti melihat adanya kecemasan akademik pada mahasiswa kuliah di dua fakultas sehingga tertarik untuk melihat gambaran kecemasan akademik mahasiswa kuliah di dua fakultas di Medan.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran kecemasan akademik mahasiswa kuliah di dua fakultas di Medan ?”

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan tingkat kecemasan akademik pada mahasiswa kuliah di dua fakultas.

2. Mendeskripsikan tingkat kecemasan akademik pada mahasiswa kuliah di dua fakultas berdasarkan aspek-aspek kecemasan akademik.

3. Mendeskripsikan perbedaan tingkat kecemasan akademik mahasiswa kuliah di dua fakultas berdasarkan jenis kelamin.

D. MANFAAT PENELITIAN

  Ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu :

  1. Manfaat teoritis

  Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu psikologi terutama pada bidang psikologi pendidikan, mengenai gambaran kecemasan akademik pada mahasiswa kuliah dua fakultas serta dapat menjadi penelitian awal bagi penelitian selanjutnya mengenai mahasiswa kuliah dua fakultas.

  2. Manfaat praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi kepada masyarakat luas khususnya mahasiswa mengenai kecemasan akademik pada mahasiswa kuliah dua fakultas.

E. SISTEMATIKA PENULISAN PENELITIAN

  BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian singkat mengenai latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

  BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini berisi landasan teoritis yang bersumber dari literatur dan pendapat para ahli yang dapat digunakan sebagai landasan berpikir dalam pembahasan penelitian ini.

  BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian kuantitatif, responden penelitian, metode pengambilan data, alat bantu pengumpulan data, validitas dan reliabilitas penelitian, dan prosedur penelitian.

  BAB IV : ANALISA DATA DAN INTERPRETASI Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil utama penelitian, hasil tambahan penelitian dan analisa hasil penelitian

  BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.