Laporan apotek pradnyana pada tahun
BIODATA
Nama
: Shinta Wulandari
NIM
Alamat Rumah : Jl. Bina Luhur no.3 Komp Bumi Citeureup Permai Cimahi 40512 No. Telp
Hp : 087821312008 Alamat email
: Rumah : 022 6650584
Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Apoteker Industri dan Apotek Jurusan
: Farmasi
Fakultas
: MIPA Unjani
Tahun angkatan
Tgl/blm/tahun Lulus : 1 September 2013
RIWAYAT PENDIDIKAN :
Sekolah Dasar Negeri Karsawinaya Cimahi Tahun lulus 2002 Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Cimahi
Tahun lulus 2005 Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Bandung
Tahun Lulus 2008 Universitas Jenderal Achmad Yani Jurusan Farmasi
Tahun Lulus 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 320 BANDUNG
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Apoteker Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani
SHINTA WULANDARI, S.Farm
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2013
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 320 BANDUNG
Cimahi, Mei 2013
Oleh :
SHINTA WULANDARI, S.Farm
Disetujui Oleh :
Pembimbing Pembimbing
Juwita Ayu, S.Farm., Apt. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt. Pembimbing
Pembimbing
Apotek Kimia Farma 320 Bandung Program Profesi Apoteker UNJANI
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengemban amanah dalam menuntut ilmu. Shalawat dan salam senantiasa tertuju pada tauladan terbaik, Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menuntun umatnya menuju cahaya illahi . Dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah – Nya sehingga dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 320 dari tanggal 1 – 31 Maret 2013.
Maksud dan tujuan pelaksanaan PKPA ini adalah untuk mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker di apotek dan memperoleh pengetahuan dan wawasan serta gambaran mengenai aplikasi Pekerjaan Kefarmasian melalui praktek secara langsung dalam pelayanan kefarmasian dan manajerial di apotek.
Maka, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Hernandi Sujono, S.Si, M.Si, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Ibu Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker serta dosen pembimbing apotek dari Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Ibu Dra. Julia Ratnawati, MS., selaku Sekertaris Program Profesi Apoteker serta dosen wali dari Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. Ibu Mira Andam Dewi, S.Si., Apt., selaku koordinator Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek dari Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jenderal Achmad Yani.
5. Ibu Juwita Ayu, S.Si., Apt. selaku pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 320 Bandung, atas ilmu dan bimbingan yang diberikan.
6. Segenap staf dan karyawan Apotek Kimia Farma 320 Bandung, atas segala bantuan dan perhatiannya.
7. Segenap staf pengajar dan karyawan Program Profesi Apoteker, Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani.
8. Kedua orang tua yang selalu dan tak pernah berhenti memberikan doa, dorongan semangat dan dukungan kasih sayang
9. Rekan-rekan Farmasi 2008 dan Program Profesi Apoteker angkatan XIV, Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani yang telah bersama-sama berjuang menyelesaikan program Profesi, semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang telah mereka berikan.
Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan koreksi dan saran dari semua pihak demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Cimahi, Juni 2013
Penulis
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. DENAH APOTEK KIMIA FARMA 320…................................... 59
2. STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KIMIA FARMA 320….... 60
3. CONTOH BLANKO KARTU STOK BARANG…………............ 61
4. ALUR PENGADAAN BARANG APOTEK KIMIA FARMA 320 62
5. CONTOH BLANKO BPBA............................................................. 63
6. CONTOH SURAT
PESANAN
NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA …………………………………………………. 64
7. ALUR PELAYANAAN RESEP ………………………………….. 65
8. CONTOH FORMULIR SKRINING RESEP ……………………. 66
9. CONTOH BLANKO KEMASAN, ETIKET DAN LABEL……… 67
10. CONTOH BLANGKO SALINAN RESEP ………………………. 69
11. CONTOH KUITANSI APOTEK ………………………………… 70
12. ALUR PELAYANAN RESEP KREDIT ………………………… 71
13. LAPORAN IKHTISAR PENJUALAN HARIAN ........................... 72
14. CONTOH BUKTI SETORAN KASIR…………………………… 73
15. POSTER KANKER SERVIKS …………………………………… 74
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Dimana apoteker sendiri adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker
dan telah mengucap sumpah jabatan sebagai apoteker. (1)
Apoteker merupakan profesi yang diberi wewenang untuk mengatur, mengawasi dan melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan kefarmasian. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengacu pada asuhan kefarmasian
(pharmaucetical care) (2) .
Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, dan sebagai sarana farmasi untuk melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan kepada masyarakat. Di samping itu, apotek merupakan suatu bisnis retail yang
komoditasnya terdiri atas perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan. (3)
Bergesernya orientasi pelayanan kefarmasian dari “drug oriented” ke “patient oriented ” merupakan bagian dari perkembangan pembangunan kesehatan dimana
kegiatan pelayanan kefarmasian tidak hanya terbatas hanya pada penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien, tetapi juga terjadi interaksi antara pasien dan apoteker atau profesional kesehatan lainnya sesuai dengan “Pharmaceutical Care ”. Pharmaceutical care ini diimplementasikan dengan penerapan suatu standar, yang dikenal dengan Good Pharmacy Practice/ GPP (Cara Praktek di Apotek yang baik/ CPAB). GPP merupakan standar kualitas pelayanan apotek, kegiatan pelayanan kefarmasian tidak hanya terbatas hanya pada penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien, tetapi juga terjadi interaksi antara pasien dan apoteker atau profesional kesehatan lainnya sesuai dengan “Pharmaceutical Care ”. Pharmaceutical care ini diimplementasikan dengan penerapan suatu standar, yang dikenal dengan Good Pharmacy Practice/ GPP (Cara Praktek di Apotek yang baik/ CPAB). GPP merupakan standar kualitas pelayanan apotek,
Jadi seorang apoteker di apotek dalam menjalankan profesi apotekernya tidak hanya sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian, tetapi juga harus memiliki keahlian dalam manajerial sehingga mampu mengelola apotek sesuai dengan prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan tanpa harus menghilangkan fungsi sosial kepada masyarakat
Untuk melaksanakan pendidikan pelatihan kerja profesi apoteker di apotek, program Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani bekerjasama dengan PT. Kimia Farma Apotek menyelenggarakan latihan kerja praktek profesi apoteker bagi para calon apoteker. Dengan adanya latihan kerja praktek profesi apoteker ini diharapkan para calon apoteker dapat mengenal, mengerti, serta menghayati peran dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek, selain itu juga dapat menambah pengetahuan serta meningkatkan keterampilan dalam pekerjaan kefarmasian.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek diantaranya adalah :
i) Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek.
ii) Memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan pekerjaan kefarmasian melalui praktek secara langsung dalam pelayanan kefarmasian dan kemampuan manajerial di apotek.
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 (1,2) Pengertian Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/
MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian, dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan
yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. (2)
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No.51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian mencakup pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat, dan obat tradisional. (1)
2.2 (1) Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian mengenai tugas dan fungsi apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker
2.3 Persyaratan Apotek
Berdasarkan Peraturan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/ X/ 2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/ X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek, pada pasal enam dinyatakan bahwa pendirian apotek harus memenuhi syarat:
ii) Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan farmasi.
iii) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditas yang lain diluar sediaan farmasi (4) .
Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu apotek antara lain:
i) Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, seorang apoteker harus memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini dapat diperoleh jika seorang apoteker memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki ijazah apoteker.
b. Memiliki sertifikat kompetensi apoteker.
c. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji apoteker.
d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai surat izin praktek.
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian;
b. SIPA bagi apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian;
c. Surat Izin Kerja (SIK) bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/ penyaluran; atau c. Surat Izin Kerja (SIK) bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/ penyaluran; atau
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/ Menkes/ SK/ X/ 2002, tenaga farmasi yang ada di apotek terdiri dari:
a. APA yaitu apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA).
b. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
c. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus- menerus, telah memiliki SIK, dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
d. Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker.
Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari:
a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker.
b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan, dan pengeluaran uang.
c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek, membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan
keuangan apotek (4) .
ii) Lokasi dan tempat Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/ Menkes/Per/X/1993 lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus memiliki jarak minimal dari apotek lain dan sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi, namun sebaiknya harus mempertimbangkan segi ii) Lokasi dan tempat Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/ Menkes/Per/X/1993 lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus memiliki jarak minimal dari apotek lain dan sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi, namun sebaiknya harus mempertimbangkan segi
Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman apotek terdapat papan petunjuk yang dengan
jelas tertulis kata ‘APOTEK’. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.
iii) Bangunan dan kelengkapannya Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 287/Menkes/Sk/V/1981 tentang persyaratan luas apotek minimal 50 m². Selanjutnya pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/ Menkes/Per/X/1993 luas apotek tidak diatur lagi, namun harus memenuhi persyaratan teknis, sehingga kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi serta kegiatan pemeliharaan perbekalan farmasi dapat terjamin. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan, ruang penyerahan resep, ruang administrasi, dan ruang kerja apoteker serta ruang tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, ventilasi, dan sanitasi yang baik.
iv) Perlengkapan apotek Perlengkapan yang harus dimiliki oleh apotek:
a. Alat pembuatan, pengelolaan, peracikan obat seperti: timbangan, mortir, gelas piala, dan sebagainya.
b. Wadah untuk bahan pengemas dan bahan pembungkus.
c. Perlengkapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin.
d. Alat administrasi seperti blanko pemesanan obat, salinan resep, kartu stok obat, faktur, nota penjualan, alat tulis, dan sebagainya.
e. Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana.
f. Pustaka, seperti Farmakope edisi terbaru dan kumpulan peraturan perundangan serta buku-buku penunjang lain yang berhubungan dengan apotek.
2.4 (4) Perizinan apotek Setiap pendirian Apotek wajib memperoleh izin sesuai yang tercantum dalam
Keputusan Menteri
Indonesia No.1332/ MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 992/ MENKES/ PER/ X/ 1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. Adapun prosedur pengurusan adalah sebagai berikut:
Kesehatan
Republik
i) Mekanisme memperoleh SIA
SIA 4
APA Kadinkes Kab/ Kota
1 Surat permohonan SIA Pemeriksaan Persyaratan
2 Lokasi Apotek
3 Berita Acara
Balai POM
ii) Prosedur dan administrasi Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh seorang apoteker dalam mengajukan permohonan pendirian sebuah apotek secara administrasi antara lain yaitu:
a. Apoteker mengajukan surat permohonan SIA (menggunakan formulir APT-1 bermaterai) kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat, dengan lampiran:
1. Fotokopi SIK.
2. Fotokopi KTP.
3. Fotokopi denah bangunan dan keterangan kondisi bangunan.
4. Surat keterangan status bangunan (hak milik, sewa).
5. Daftar alat perlengkapan apotek (alat pengolahan/ peracikan, alat perlengkapan farmasi/ lemari, dan buku-buku standar).
6. Surat pernyataan tidak bekerja di perusahaan farmasi lain atau tidak menjadi APA di apotek lain.
7. Surat izin atasan (untuk PNS dan ABRI).
8. Akte perjanjian kerjasama dengan pemilik sarana (PSA).
9. Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat.
b. Tim Dinas Kesehatan kabupaten/ kota atau Kepala Balai POM setelah menerima permintaan bantuan teknis (formulir APT-2), paling lambat 6 hari kerja harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat (dengan menggunakan formulir APT-3).
c. Bila paling lambat 6 hari kerja, pemeriksaan tidak dilaksanakan, maka apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan/ Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi (dengan menggunakan formulir APT-4).
d. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, dalam waktu 12 hari kerja setelah menerima laporan hasil pemeriksaan, kemudian menerbitkan SIA dengan menggunakan formulir APT-5.
e. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM dimaksud (2) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan surat penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6.
f. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud (5), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam waktu 1 bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
g. Terhadap permohonan izin apotek ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan
Surat penolakan disertai alasan-alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7.
iii) Pengalihan dan perubahan surat izin apotek Pembaharuan surat izin apotek diperlukan apabila:
a. Terjadi penggantian nama apotek
b. Terjadi perubahan nama jalan dan nomor bangunan pada alamat apotek tanpa pemindahan lokasi apotek
c. Surat izin apotek hilang atau rusak
d. Terjadi penggantian APA
e. Terjadi penggantian PSA
f. Surat izin kerja dicabut dalam hal APA bukan PSA
g. Terjadi pemindahan lokasi apotek
h. APA meninggal dunia.
2.5 Pencabutan Izin Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/ MENKES/SK/X/2002 pasal 25, Kepala Dinas Kesehatan/ Kota dapat mencabut SIA apabila:
i) Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan/ persyaratan sebagai APA
ii) Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pekerjaan kefarmasiannya
iii) APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus- menerus iv) Terjadi pelanggaran terhadap undang-undang narkotika, obat keras, dan ketentuan lain v) Surat izin kerja APA dicabut vi) PSA terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan dibidang obat vii) Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan serta dilakukan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan iii) APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus- menerus iv) Terjadi pelanggaran terhadap undang-undang narkotika, obat keras, dan ketentuan lain v) Surat izin kerja APA dicabut vi) PSA terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan dibidang obat vii) Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan serta dilakukan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan
2.6 Stuktur Organisasi Apotek
Untuk melaksanakan kegiatannya dengan baik, apotek harus didukung oleh tenaga kerja dengan jumlah dan kualifikasi yang memadai. Tenaga kesehatan yang idealnya ada pada suatu apotek adalah sebagai berikut:
i) APA, yaitu apoteker yang telah diberi izin oleh Menteri Kesehatan untuk mengelola apotek di tempat tertentu.
ii) Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka praktek.
iii) Apoteker pengganti yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak ada ditempat lebih dari tiga bulan berturut-turut, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak terbalik sebagai APA ditempat lain.
iv) Asisten apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker.
v) Juru resep, yaitu petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. vi) Kasir, yaitu petugas yang mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang
dilengkapi dengan kuitansi, nota, tanda setoran, dan lain-lain. vii) Pegawai tata usaha, yaitu petugas yang melakukan administrasi apotek dan kemudian membuat laporan, baik laporan pembelian, penyimpanan, penjualan maupun keuangan apotek.
2.7 (5) Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor26/MENKES/PER/I/1981 tentang pengelolaan dan perizinan apotek, adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang APA dalam rangka Nomor26/MENKES/PER/I/1981 tentang pengelolaan dan perizinan apotek, adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang APA dalam rangka
i) Bidang pelayanan kefarmasian, meliputi:
a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat.
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya.
c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi:
1. Pengelolaan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat.
2. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya, dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.
ii) Bidang material, dimana apotek berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
iii) Bidang administrasi dan keuangan. iv) Bidang ketenagakerjaan. v) Dan bidang lainnya yang berkaitan dengan tugas dan fungsi apotek.
2.8 Pengertian Apoteker
Menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. Tenaga kefarmasian terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SKIIX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Kewajiban apoteker menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1332/Menkes/Per/2002, apoteker di apotek memiliki kewajiban sebagai berikut:
i) Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin.
ii) Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri.
iii) Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan yang sepenuhnya atas tanggung jawab APA. iv) Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. v) Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis didalam resep dengan obat pasien. vi) Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.
vii) Apoteker wajib memberikan informasi:
a. Yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien.
b. Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.
Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/atau tenaga teknis kefarmasian. Apoteker yang mengabdikan diri di apotek terdiri dari APA dan apoteker pendamping. APA adalah apoteker yang telah diberi SIA, sedangkan apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping APA dan/atau menggantikannya pada jam tertentu pada hari buka apotek. APA memegang peranan penting terhadap kelangsungan izin apotek, karena izin suatu apotek dapat digunakan selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan.
APA menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1332/Menkes/Per/X/2002 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
i) Ijasahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan
ii) Telah mengucapkan sumpah/ janji sebagai apoteker.
iii) Memiliki Surat Izin dari Menteri iii) Memiliki Surat Izin dari Menteri
telah memiliki SIK dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain (4) .
2.9 Peran, Fungsi dan Tugas Apoteker
Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari obat kepada pasien yang berazaskan kepada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Sebagai kensekuensi perubahan orientasi tersebut, khususnya APA dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat melakukan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pelayanan resep, pelayanan obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek dan perbekalan kesehatan lainnya juga pelayanan informasi obat dan monitoring penggunaan obat agar tujuan pengobatan sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan kefarmasian. Oleh karena itu, apoteker harus berupaya mencegah dan meminimalkan masalah terkait obat (drug related problem) dengan membuat keputusan profesional untuk tercapainya pengobatan yang rasional.
Dalam mengelola apotek, seorang apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/ atau tenaga teknis kefarmasian. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja disamping APA dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apoteker pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA. Sedangkan yang dimaksud dengan TTK adalah tenaga yang Dalam mengelola apotek, seorang apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/ atau tenaga teknis kefarmasian. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja disamping APA dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apoteker pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA. Sedangkan yang dimaksud dengan TTK adalah tenaga yang
lebih optimal. (1)
Peran apoteker yang digariskan oleh WHO yang semula dikenal dengan "Seven Stars of Pharmacist " selanjutnya ditambahkan satu fungsi yaitu researcher yang kemudian mengubahnya menjadi "Eight Stars of Pharmacist", diantaranya meliputi :
i) Care giver (pemberi pelayanan) Dalam memberikan pelayanan mereka harus memandang pekerjaan mereka sebagai bagian dan terintegrasi dengan sistem pelayanan kesehatan dan profesi lainnya. Pelayanannya harus dengan mutu yang tinggi.
ii) Decision maker (pembuat keputusan) Penggunaan sumber daya yang tepat, bermanfaat, aman dan tepat guna seperti SDM, obat-obatan, bahan kimia, perlengkapan, prosedur dan pelayanan harus merupakan dasar kerja dari apoteker. Pada tingkat lokal dan nasional apoteker memainkan peran dalam penyusunan kebijakan mengenai obat-obatan. Pencapaian tujuan ini memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi, menyintesa informasi dan data serta memutuskan kegiatan yang paling tepat.
iii) Communicator (komunikator) Apoteker merupakan posisi ideal untuk mendukung hubungan antara dokter dan pasien dan untuk memberikan informasi kesehatan dan obat-obatan pada masyarakat. Dia harus memiliki ilmu pengetahuan dan rasa percaya diri dalam berintegrasi dengan profesi lain dan masyarakat. Komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal (langsung), non verbal, mendengarkan dan kemampuan menulis.
iv) Manager (manajer) Apoteker harus dapat mengelola sumber daya (SDM, fisik dan keuangan), dan informasi secara efektif. Mereka juga harus senang dipimpin oleh orang lainnya, apakah pegawai atau pimpinan tim kesehatan. Lebih-lebih lagi iv) Manager (manajer) Apoteker harus dapat mengelola sumber daya (SDM, fisik dan keuangan), dan informasi secara efektif. Mereka juga harus senang dipimpin oleh orang lainnya, apakah pegawai atau pimpinan tim kesehatan. Lebih-lebih lagi
v) Life-long learner (pembelajar seumur hidup) Adalah tak mungkin memperoleh semua ilmu pengetahuan di sekolah farmasi dan masih dibutuhkan pengalaman seorang apoteker dalam karir yang lama. Konsep-konsep, prinsip-prinsip, komitmen untuk pembelajaran jangka panjang harus dimulai disamping yang diperoleh di sekolah dan selama bekerja. Apoteker harus belajar bagaimana menjaga ilmu pengetahuan dan ketrampilan mereka tetap up to date.
vi) Teacher (guru) Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk membantu pendidikan dan pelatihan generasi berikutnya dan masyarakat. Sumbangan sebagai guru tidak hanya membagi ilmu pengetahuan pada yang lainnya, tapi juga memberi peluang pada praktisi lainnya untuk memperoleh pengetahuan dan menyesuaikan keterampilan yang telah dimilikinya.
vii) Leader (pemimpin) Dalam situasi pelayanan multidisiplin atau dalam wilayah dimana pemberi pelayanan kesehatan lainnya ada dalam jumlah yang sedikit, apoteker diberi tanggung jawab untuk menjadi pemimpin dalan semua hal yang menyangkut kesejahteraan pasien dan masyarakat. Kepemimpinan apoteker melibatkan rasa empati dan kemampuan membuat keputusan, berkomunikasi dan memimpin secara efektif. Seseorang apoteker yang memegang peranan sebagai pemimpin harus mempunyai visi dan kemampuan memimpin.
viii) Researcher (peneliti) Apoteker harus dapat menggunakan sesuatu yang berdasarkan bukti (ilmiah, praktek farmasi, sistem kesehatan) yang efektif dalam memberikan nasehat pada pengguna obat secara rasional dalam tim pelayanan kesehatan. Dengan berbagi pengalaman apoteker dapat juga berkontribusi pada bukti dasar dengan tujuan mengoptimalkan dampak dan perawatan pasien. Sebagai peneliti, apoteker dapat meningkatkan akses dan informasi yang viii) Researcher (peneliti) Apoteker harus dapat menggunakan sesuatu yang berdasarkan bukti (ilmiah, praktek farmasi, sistem kesehatan) yang efektif dalam memberikan nasehat pada pengguna obat secara rasional dalam tim pelayanan kesehatan. Dengan berbagi pengalaman apoteker dapat juga berkontribusi pada bukti dasar dengan tujuan mengoptimalkan dampak dan perawatan pasien. Sebagai peneliti, apoteker dapat meningkatkan akses dan informasi yang
Sebagai pemimpin atau manajer di apotek yang harus dapat mengelola apotek dengan baik. Apoteker harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen dan kepemimpinan (leadership) meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).
2.10 Apoteker Sebagai Penanggung jawab Teknis Pelayanan Kefarmasian di Apotek
i) Pelayanan Resep Pelaksanaan pelayanan di apotek sesuai dengan kepmenkes No.1027/ Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yakni :
a. Skrining resep Apoteker melakukan, skrining resep meliputi
1. Persyaratan Administratif :
a) Nama, SIP dan alamat dokter.
b) Tanggal penulisan resep.
c) Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep.
d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
e) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta.
f) Cara pemakaian yang jelas.
g) Informasi lainnya.
2. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep .
b. Penyiapan obat
1. Peracikan Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta, penulisan etiket yang benar.
2. Etiket Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
3. Kemasan obat yang diserahkan Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
c. Penyerahan Obat Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.
d. Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktifitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
e. Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pen gob at an dan perb ek al an kese ha t an l ai nn ya , sehi n gga dap at memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
f. Monitoring penggunaan obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
ii) Promosi dan edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/ brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.
iii) Pelayanan residensial (home care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktifitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan
(medication record) (2) .
2.11 (3) Apoteker sebagai Manajer di Apotek . Sebagai pengelola apotek, apoteker memiliki beberapa fungsi dan tugas
diantaranya:
i) Membuat visi dan misi.
ii) Membuat strategi, tujuan, sasaran, dan program kerja.
iii) Membuat dan menetapkan peraturan atau Standar Prosedur Operasional (SOP) pada setiap fungsi kegiatan di apotek. iv) Membuat dan menentukan medication record pada setiap fungsi kegiatan di apotek. v) Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SOP dan program kerja pada setiap fungsi kegiatan di apotek. Dalam melaksanakan perannya sebagai pengelola apotek, apoteker memiliki beberapa kewenangan dan tanggung jawab, diantaranya:
i) Menentukan arah terhadap semua kegiatan.
ii) Menentukan sistem peraturan yang akan digunakan.
iii) Mengawasi pelaksanaan SOP dan program kerja. iv) Bertanggung
yang diperoleh.
BAB III TINJAUAN KHUSUS
2.2 (6) Profil PT. Kimia Farma Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika
NV Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur, didirikan. Sejalan dengan Undang-Undang No 86 tahun 1956, Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi terhadap eks perusahaan farmasi Belanda sehingga pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi belanda menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 menjadi PT. Kimia Farma (Persero) yang bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas,. Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Untuk dapat mengelola perusahaan secara lebih terarah dan berkembang maka Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. mendirikan 2 (dua) anak perusahaan pada tanggal 4 Januari 2003 yaitu PT. Kimia Farma Apotek yang bergerak dibidang ritel farmasi dan PT. Kimia Farma Trading dan Distribution. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi empat Direktur, yaitu Direktur Pemasaran, Direktur Produksi, Direktur Keuangan, serta Direktur Umum dan Personalia. Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, hari ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.
Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu apotek administrator yang sekarang disebut sebagai Business Manager (BM) dan apotek pelayanan. Apotek BM membawahi beberapa apotek pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Apotek BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang, dan administrasi apotek pelayanan yang berada dibawahnya. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan
i) Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.
ii) Apotek-apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan berdampak pada peningkatan penjualan.
iii) Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi. iv) Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah. Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung, melayani resep dokter, dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga apoteker yang bekerja full timer sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik.
2.3 Visi dan Misi
i) Visi Visi dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.
ii) Misi
a. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.
b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal.
c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee-Based Income).
2.4 Tinjauan Apotek Kimia Farma 320 Bandung
Apotek Kimia Farma 320 berdiri sejak tanggal 23 april 2008 dan diresmikan pada tanggal 17 mei 2008. Apotek Kimia Farma 320 merupakan salah satu apotek pelayanan PT. Kimia Farma Apotek yang berada di wilayah unit Business
Manager (BM) Bandung, Jawa Barat. Lokasi apotek Kimia Farma 320 Cinunuk terletak di Jalan Raya Cinunuk 192. Lokasi tersebut cukup strategis, berada dipinggir jalan raya, dekat dengan pusat keramaian, pertokoan, pemukiman penduduk, dan beberapa pusat kesehatan masyarakat, serta berada di jalur lalu lintas yang padat dan banyak dilalui angkutan umum.
2.5 Fasilitas Fisik
Bangunan Apotek Kimia Farma 320 Bandung terdiri dari satu lantai yang dilengkapi dengan tempat parkir. Tata ruang Apotek Kimia Farma 320 Bandung adalah sebagai berikut: Ruang kerja APA, ruang tunggu pasien, ruang penerimaan resep, penyerahan obat ke pasien (kasir), ruang peracikan dan penyimpanan obat (dilengkapi dengan rak-rak obat), ruang penyimpanan persediaan barang (gudang), ruang administrasi, swalayan farmasi, ruang praktek dokter bersama (dokter umum, dokter spesialis THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan), spesialis anak, spesialis kulit dan kelamin, spesialis gigi, spesialis penyakit dalam, spesialis anak, spesialis kandungan, dan lain-lain), laboratorium klinik, mushola, kamar mandi, dapur, dan pos keamanan.
Sarana air bersih dan listrik yang tersedia di bangunan apotek memadai untuk pelaksanaan tugas dan fungsi apotek dengan baik. Ventilasi dan pintu telah cukup baik sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran udara dengan lancar. Selain itu, ruangan juga dilengkapi oleh penyejuk udara (AC). Fasilitas apotek yang tersedia yang dapat digunakan untuk kegiatan operasional diantaranya adalah sepeda motor, telepon, komputer, dan internet. Denah Apotek Kimia Farma 320 Bandung dapat dilihat pada Lampiran 1, Gambar III.1.
2.6 Struktur Organisasi dan Personalia
Apotek Kimia Farma 320 Bandung merupakan apotek pelayanan yang dipimpin oleh seorang APA yang bertanggung jawab langsung kepada BM Bandung. APA langsung membawahi Apoteker PIO (Pelayanan Informasi Obat), pembantu layanan farmasi, bagian administrasi dan beberapa asisten apoteker yang bertugas sebagai petugas peracikan, kasir dan perencanaan pengadaan barang.
Untuk pelayanan dilakukan bergiliran berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan dan dengan kesepakatan diantara pegawai. Stuktur organisasi Apotek Kimia Farma 320 Bandung dapat dilihat pada Lampiran 2, Gambar III.2. Untuk efisiensi dan efektivitas kerja, diterapkan pembagian tugas dan tanggung jawab disetiap bagian, sebagai berikut:
i) APA Pimpinan Apotek Kimia Farma 320 Bandung adalah seorang APA, bertindak sebagai Manajer Apotek Pelayanan (MAP) yang memiliki kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi jalannya apotek.
ii) Apoteker pelayanan informasi obat Apoteker PIO bertugas melakukan penerimaan resep dan penyerahan obat disertai penjelasan mengenai terapi obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien sehingga tercapai hasil terapi yang optimal. Hal tersebut meliputi nama obat, kegunaan atau khasiat obat, cara pemakaian dan interval pemakaian obat, efek samping yang mungkin terjadi, makanan, minuman atau aktivitas yang harus dihindari, cara penyimpanan obat, interaksi obat (bila ada), dan informasi obat untuk keadaan kusus lainnya.
iii) Asisten apoteker Asisten apoteker peracikan bertugas untuk: menerima resep, memberi harga resep, menghitung dosis dan memberi etiket, menimbang obat/ bahan obat, menyiapkan/meracik obat, memeriksa, dan menyerahkan obat, memberikan informasi mengenai obat-obat yang diserahkan, melaksanakan fungsi pengawasan barang di ruang peracikan, membuat salinan resep, mengamati, dan mengawasi pelayanan resep kredit, mencatat pengeluaran obat-obat narkotika dan psikotropika, menyusun daftar obat di rak penyimpanan, mengisi buku defecta, mengisi kartu stok, dan membuat kuitansi dan salinan resep bila diperlukan.
iv) Petugas Pembelian Petugas pembelian di Apotek Kimia Farma 320 Bandung adalah seorang asisten apoteker yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: mengontrol perputaran barang di apotek, sehingga tidak terjadi iv) Petugas Pembelian Petugas pembelian di Apotek Kimia Farma 320 Bandung adalah seorang asisten apoteker yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: mengontrol perputaran barang di apotek, sehingga tidak terjadi
v) Petugas administrasi dan uata usaha Petugas administrasi dan tata usaha dipusatkan di BM. Petugas administrasi dan tata usaha bertanggung jawab menyusun laporan keuangan, melaksanakan administrasi pembelian, perpajakan, serta melakukan administrasi bidang personalia dan umum. Tugas administrasi dan tata usaha adalah: mengatur administrasi kas/ bank dengan input data berupa bukti kas masuk, bukti kas keluar, dan output-nya berupa bukti kas/ bank; membuat laporan manajerial dengan input data berupa rekapitulasi penjualan, pembelian, dan biaya, sedangkan output-nya berupa laporan triwulan, semester, dan laporan akhir tahun; bertanggungjawab atas masalah umum personalia seperti absensi personalia, pengusulan kenaikan golongan, pengaturan cuti pegawai, dan lain sebagainya.
vi) Kasir kecil (kasir pada masing-masing shift) Tugas kasir kecil antara lain adalah: menyelenggarakan pengeluaran, penerimaan, dan penyimpanan uang hasil penjualan; menyerahkan uang hasil penjualan kepada kasir di BM pada shift tersebut sesuai dengan Bukti Setoran Kasir (BSK) dan LIPH (Laporan Ikhtisar Penjualan Harian); menerima uang hasil penjualan tunai harian dari kas kecil setiap penggantian regu. Mengelola dana kas kecil untuk keperluan operasional harian.
2.7 Pengelolaan Apotek
Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran.
i) Perencanaan Barang Perencanaan adalah merencanakan obat atau barang yang akan dipesan oleh apotek. Perencanaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma 320 Bandung meliputi narkotika dan psikotropika, obat keras, obat bebas, obat bebas terbatas, obat generik, dan alat kesehatan. Perencanaan dimulai dengan pemeriksaan obat-obat yang tersedia dengan melihat pada kartu stok, sistem informasi apotek, buku defecta atau langsung pada persediaan barangnya. Perlu diperhatikan juga pola penyakit, kemampuan, dan budaya serta kebutuhan masyarakat. Blanko kartu stok dapat dilihat pada Lampiran
3, Gambar III.3.
Perencanaan pengadaan sediaan farmasi juga dilakukan melalui analisis sistem pareto. Pareto berisi daftar barang yang terjual yang memberikan kontribusi terhadap omzet yang disusun berurutan berdasarkan nilai jual dari yang tertinggi sampai terendah dan disertai jumlah atau kuantitas barang yang terjual. Analisis pareto digunakan karena jumlah jenis obat yang sangat banyak, sedangkan yang banyak digunakan serta memberikan kontribusi besar terhadap omset jumlahnya sedikit sehingga perlu dilakukan prioritas dalam pengendaliannya. Sistem pareto ini memiliki keuntungan, yaitu perputaran modal menjadi cepat, mencegah terjadinya kekosongan barang yang bersifat fast moving, meminimalisir penolakan resep, mengurangi resiko penumpukan barang, obat kadaluarsa, dan kerusakan barang, serta memperkecil kemungkinan barang hilang.