Nilai Nilai yang Terkandung dalam Mahabh

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Mahabharata
Adapun nilai-nilai yang terkandung di dalam teks Mahabharata diantaranya adalah: Nilai
ajaran dharma, nilai kesetiaan, nilai pendidikan dan nilai yajna (korban suci). Nilai-nilai ini
kiranya ada manfaatnya untuk direnungkan dalam kehidupan dewasa ini.
Pertama, Nilai Dharma (kebenaran hakiki)
Inti pokok cerita Mahabharata adalah konflik (perang) antara saudara sepupu
(Pandawa melawan seratus Korawa) keturunan Bharata. Oleh karena itu Mahabharata disebut
juga Maha-bharatayuddha. Konflik antara Dharma (kebenaran/kebajikan) yang diperankan
oeh Panca Pandawa) dengan Adharma (kejahatan/kebatilan ) yang diperankan oleh Seratus
Korawa. Dharma merupakan kebajikan tertinggi yang senantiasa diketengahkan dalam cerita
Mahabharata. Dalam setiap gerak tokoh Pandawa lima, dharma senantiasa menemaninya.
Setiap hal yang ditimbulkan oleh pikiran, perkataan dan perbuatan, menyenangkan hati diri
sendiri, sesama manusia maupun mahluk lain, inilah yang pertama dan utama Kebenaran itu
sama dengan sebatang pohon subur yang menghasilkan buah yang semakin lama semakin
banyak jika kita terus memupuknya. Panca Pandawa dalam menegakkan dharma, pada setiap
langkahnya selalu mendapat ujian berat, memuncak pada perang Bharatayuddha. Bagi siapa
saja yang berlindung pada Dharma, Tuhan akan melindunginya dan memberikan kemenangan
serta kebahagiaan. Sebagaimana yang dilakukan oleh pandawa lima, berlindung di bawah
kaki Krsna sebagai awatara Tuhan. " Satyam ewa jayate " (hanya kebenaran yang menang).
Kedua, nilai kesetiaan (satya)
Cerita Mahabharata mengandung lima nilai kesetiaan (satya) yang diwakili oleh

Yudhistira sulung pandawa. Kelima nilai kesetiaan itu adalah: Pertama, satya wacana artinya
setia atau jujur dalam berkata-kata, tidak berdusta, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak
sopan. Kedua, satya hredaya, artinya setia akan kata hati, berpendirian teguh dan tak
terombang-ambing, dalam menegakkan kebenaran. Ketiga, satya laksana, artinya setia dan
jujur mengakui dan bertanggung jawab terhadap apa yang pernah diperbuat. Keempat, satya
mitra, artinya setia kepada teman/sahabat. Kelima, satya semaya, artinya setia kepada janji.
Nilai kesetiaan/satya sesungguhnya merupakan media penyucian pikiran. Orang yang sering
tidak jujur kecerdasannya diracuni oleh virus ketidakjujuran. Ketidakjujuran menyebabkan

pikiran lemah dan dapat diombang-ambing oleh gerakan panca indria. Orang yang tidak jujur
sulit mendapat kepercayaan dari lingkungannya dan Tuhan pun tidak merestui.
Ketiga, Nilai pendidikan
Sistem Pendidikan yang di terapkan dalam cerita Mahabharata lebih menekankan pada
penguasaan satu bidang keilmuan yang disesuaikan dengan minat dan bakat siswa. Artinya
seorang guru dituntut memiliki kepekaan untuk mengetahui bakat dan kemampuan masingmasing siswanya. Sistem ini diterapkan oleh Guru Drona, Bima yang memiliki tubuh kekar
dan kuat bidang keahliannya memainkan senjata gada, Arjuna mempunyai bakat di bidang
senjata panah, dididik menjadi ahli panah.Untuk menjadi seorang ahli dan mumpuni di
bidangnya masing-masing, maka faktor disiplin dan kerja keras menjadi kata kunci dalam
proses belajar mengajar.
Keempat, Nilai yajna (koban suci dan keiklasan)

Bermacam-macam yajna dijelaskan dalam cerita Mahaharata, ada yajna berbentuk
benda, yajna dengan tapa, yoga, yajna mempelajari kitab suci ,yajna ilmu pengetahuan, yajna
untuk kebahagiaan orang tua. Korban suci dan keiklasan yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud tidak mementingkan diri sendiri dan menggalang kebahagiaan bersama
adalah pelaksanaan ajaran dharma yang tertinggi (yajnam sanatanam).
Kegiatan upacara agama dan dharma sadhana lainnya sesungguhnya adalah usaha
peningkatan kesucian diri. Kitab Manawa Dharmasastra V.109 menyebutkan.:
"Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kejujuran (satya), atma disucikan
dengan tapa brata, budhi disucikan dengan ilmu pengetahuan (spiritual)"
Nilai-nilai ajaran dalam cerita Mahabharata kiranya masih relevan digunakan sebagai
pedoman untuk menuntun hidup menuju ke jalan yang sesuai dengan Veda. Oleh karena itu
mempelajari kita suci Veda, terlebih dahulu harus memahami dan menguasai Itihasa dan
Purana (Mahabharata dan Ramayana), seperti yang disebutkan dalam kitab Sarasamuscaya
sloka 49 sebagai berikut :
"Weda itu hendaknya dipelajari dengan sempurna, dengan jalan mempelajari itihasa dan
purana, sebab Weda itu merasa takut akan orang-orang yang sedikit pengetahuannya"

Dokumen yang terkait

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Konsep kecerdasan ruhani guru dalam pembentukan karakter peserta didik menurut kajian tafsir Qs. 3/Ali-‘Imran: 159

9 101 103