GERAKAN REVITALISASI PEDULI PANGAN UNTUK

GERAKAN REVITALISASI PEDULI PANGAN UNTUK MENCIPTAKAN
KEMANDIRIAN MASYARAKAT MENUJU INDONESIA SEJAHTERA
(Studi Kasus Kecamatan Talegong Kabupaten Garut)
Ence Surahman 1, Rahzianta2
Teknologi Pembelajaran Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta
Email: ncIslam4ever@gmail.com
2
Pendidikan Fisika Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta
Email: rahzianta.zian@yahoo.com

1

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam serta menemukan soluasi masalah
ancaman krisis pangan di Indonesia khususnya di Kecamatan Talegong Garut disebabkan
menurunnya minat para pemuda desa untuk menggarap lahan pertanian, perkebunan dan
persawahannya, dan mereka lebih memilih bekerja di kota-kota besar. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dan metode ZOPP (Ziel Orientierte Projekt Planung - Objective Oriented
Project Planning) penulis bermaksud mencari solusi atas permasalah tersebut, kemudian merancang
program yang relevan dan merealiasikan program yang dihasilkan. Adapun hasil yang diharapkan
dari penelitian ini adalah meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya para pemuda tentang

peduli pangan yang kian mengkhawatirkan. Diharapkan dengan terbukanya kerangka berpikir para
pemuda bisa merevitalisasi upaya penyelamatan pangan guna mencapai visi misi pemerintah tentang
kemandirian pangan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, membuka lapangan kerja di
desa, mendidik mental wirausaha yang berwawasan global dengan pendekatan riset sederhana dan
penerapan teknologi tepat guna untuk menunjang pencapaian standarisasi produk-produk pangan
sehingga bisa bersaing di tingkat internasional.
Keyword : Revitalisasi Peduli Pangan, Kesejahteraan Masyarakat Desa, Kecamatan Talegong Garut.
PENDAHULUAN
Sektor pangan yang mencakup tanaman bahan makanan, peternakan, holtikultura,
perkebunan, perikanan dan perhutanan merupakan satu dari tiga sektor yang penting dalam
pemenuhan kebutuhan dasar hidup manusia selain sandang dan papan. Pangan yang baik berdampak
pada peningkatan mutu dan kualitas kesehatan dan kesejahteraan manusia yang pada akhirnya mampu
meningkatkan tarap kebahagiaan hidup manusia itu sendiri.
Pentingnya sektor pangan tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata, sehingga
membutuhkan perhatian yang serius dari berbagai pihak baik pemerintah dalam hal ini stakeholder
dalam bidang-bidang yang terkait sektor pangan maupun dari kalangan masyarakat dan pihak swasta.
Sehingga sektor pangan senantiasa berkembang dan berkontribusi positif terhadap kesejahteraan
masyarakat.
Namun pada kenyataannya perhatian dari tiga elemen penting di atas pada sektor pangan
mengalami masalah kritis antara idealisme yang diharapkan dengan kenyataan di lapangan. Salah

satunya sebagaimana proses pengamatan penulis pada sektor pangan di Kecamatan Talegong
Kabupaten Garut. Berdasarkan hasil pengamatan dan studi lapangan serta studi pustaka yang penulis
lakukan, ditemukan beberapa fakta menarik yang mengarah pada kemunduran kepedulian dan
perhatian masyarakat pada sektor pangan di wilayah tersebut.
Talegong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Garut, karena jaraknya yang jauh
dari pusat ibu kota pemerintahan (146 KM) maka sering ditenggarai lambannya proses pembangunan,
baik dalam konteks inprastruktur maupun pembangunan SDM. Hal itu tidak berlebihan jika dikatakan
demikian, karena listrik (PLN) saja baru masuk pasca revolusi orde baru 1998 dan baru benar-benar
masuk ke kampung-kampungnya di tahun 2004, kemudian jaringan telekomunikasi berbasis kabel
sampai sekarang belum masuk, adapun jaringan nirkabelnya baru masuk dari tahun 2007. Hal ini
sangat wajar apabila kawasan Talegong dijuluki dengan sebutan blankspot area atau daerah yang
1

tidak terjangkau dari akses informasi update. Sampai saat ini belum ada satupun surat kabar harian
yang membuka jaringan agennnya disana, selain itu Kecamatan Talegong tidak memiliki kantor POS
walaupun kode posnya terdaftar. Hal ini juga sering menyulitkan proses komunikasi sebelum adanya
jaringan telekomunikasi seperti saat ini.
Di sebelah timur laut Kecamatan Talegong berbatasan langsung ke Kecamatan Pangalengan
Kabupaten Bandung, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur,
kemudian di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Cisewu dan Kecamatan

Pamulihan Kabupaten Garut. Talegong Memiliki luas wilayah sebesar 10.874 Ha dengan pembagian
persentase 9 % perkampungan penduduk, 11 % pesawahan, 10 % tegalan, 25 % kebun campuran, 6 %
perkebunan, 36 % hutan dan lain-lain-lain 2%. Dengan kemiringan lahan yang sangat tinggi yakni >
40 % kemiringan yang jumlahnya mencapai 91 % dari jumlah lahan dan semua lahannya berada di
atas ketinggian > 500 mdpl. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 Kecamatan Talegong memilki
jumlah penduduk sebanyak 30.179 jiwa (9.468 keluarga) dengan laju pertumbuhan 1,3 dan hampir
100 % penduduknya beragama Islam.
Mata pencaharian masyarakatnya mayoritas berkebun, berternak dan berdagang serta
beberapa persen yang bekerja sebagai PNS dan karyawan swasta di Kota dan Kabupaten Bandung dan
beberapa ada yang menjadi tenaga kerja Indonesia keluar negeri. Rendahnya kualitas pendidikan
masyarakat yang mayoritas hanya sampai pendidikan sekolah menengah pertama, kemudian tidak
adanya program penyuluhan dan pelatihan dalam bidang pangan diduga menjadi pemicu menurunnya
minat dan kesadaran generasi para pejuang pangan di kawasan Talegong, hal itu terbukti dengan
meningkatnya jumlah pemuda yang telah lulus sekolah menengah atas yang lebih memilih mencari
pekerjaan di kota dibandingkan menjadi petani, peternak di desa. Kondisi ini diperparah dengan
kondisi musim yang semakin tidak menentu, kemudian mahal dan langkanya suplai bibit berkualitas
dan pupuk buatan, tidak adanya saluran irigasi yan baik, juga rendahnya harga produksi hasil
pertanian di kalangan pembeli semakin menguatkan paradigma para pemuda untuk tidak memilih
terjun ke sawah, ladang dan area perkebunan.
Maka dari itu penulis tergerak hati untuk mengkaji secara mendalam berkaitan dengan

fenomena-fenomena masalah yang muncul, faktor penyebabnya, dan gagasan solusi dari masalahmasalah tersebut yang bisa diusulkan untuk kemudian ditindak lanjuti dalam bentuk program-program
praktis yang terencana dan termonitor secara berkelanjutan.
Gerakan revitaliasi peduli pangan merupakan sebuah gagasan solusi berdasarkan hasil analisis
dan kajian mendalam berkaitan dengan krisis pangan yang semakin mengancam khususnya di
Kecamatan Talegong Garut. Gerakan ini berupa program penelitian dan pengabdian dalam bentuk
program-program yang terencana, terukur dan berkelanjutan. Fokus dari program ini adalah pada
pencerdasan peningkatan pemahaman masyarakat usia produktif khususnya para pemuda tentang
pentingnya kemandirian pangan dan bagaimana cara dan upaya untuk mencapainya.
Revitalisasi pangan itu sendiri pernah dicanangkan oleh pemerintahan Susilo Bambang
Yodhoyono mulai tahun 2013 melalui kebijakan revitalisasi pangan yang digalakan oleh Kementerian
Pertanian diantaranya dengan regulasi tentang penanaman serempak sebagai agenda utama Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan pemerintahan desa dalam bentuk peraturan desa. Namun pada
kenyataannya implementasi dari kebijakan tersebut belum maksimal khususnya untuk daerah
Talegong Garut.
METODOLOGI
Metode penelitian ini yaitu metode studi pustaka dan kajian hasil pengamatan lapangan
penulis. Dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan dalam penyusunan programnya menggunakan
metode ZOPP (Ziel Orientierte Projekt Planung) atau metode perencanaan proyek yang berorientasi
tujuan. ZOPP dikembangkan di Jerman sebagai metode bagi perencanaan proyek, tetapi dalam
perkembangannya di Indonesia, sejak tahun 1988 ZOPP juga dikembangkan dalam proses

perencanaan pembangunan daerah (Bondan,2012).
Inti dari metode ZOPP adalah Matrik Perencanaan Program (MPP). Matrik tersebut akan
memberikan informasi secara ringkas, antara lain mengenai: mengapa program tersebut perlu dibuat,
apa yang ingin dihasilkan oleh program-program tersebut, bagaimana program tersebut akan bekerja
untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan tersebut, faktor-faktor lingkungan mana saja yang perlu

2

diawasi demi keberhasilan program, bagaimana keberhasilan suatu program dapat dinilai secara
obyektif, serta dari mana data-data yang diperoleh untuk menghasilkan suatu program secara obyektif
(Brantakusumah, 2004).
Penggunakan metode ZOPP menyangkut beberapa langkah analisis yang dilakukan secara
bertahap dalam penelitian ini, antara lain: participation analysis (analisis partisipatif), problem
analysis (analisis masalah), objectives analysis (analisis tujuan), discussion of alternatives (analisis
alternatif dan penentuan prioritas), dan protect planning matrix (yang mencakup 4 tahap) (Bondan,
2012).
Penulis ingin mencari tahu secara mendalam tentang fenomena yang terjadi, faktor
penyebabnya dan solusi yang bisa ditawarkan yang akan penulis tindak lanjuti bersama beberapa
pemuda dan pihak-pihak yang menaruh perhatian lebih akan permasalahan pangan di Talegong
khususnya dan di Indonesia pada umumnya, karena penulis berharap hasil dari kajian ini akan bisa di

implementasikan di daerah lain yang memiliki permasalahan yang serupa dengan permasalahan yang
dihadapi di Kecamatan Talegong Garut.
Selain itu yang lebih penting dari tindak lanjut dari makalah ini yaitu program-program
praktis yang penulis siapkan dari beberapa solusi yang bisa dilaksanakan disana. Rencananya penulis
akan mengadakan beberapa pelatihan kepada para pemuda baik yang lulusan SMA maupun yang
lulusan SD dan SMP serta yang tidak berkesempatan untuk sekolah agar diberikan pemahaman
tentang urgensi penyelamatan krisis pangan, kemudian pelatihan tentang inovasi teknologi tepat guna
dalam bidang pertanian, peternakan dan perkebunan serta olahan hasilnya sampai pelatihan
pemasaran produk yang akan lebih menguntungkan. Harapannya dengan begitu apa yang penulis
rencanakan bisa memberikan kontribusi untuk kemandirian pangan di Kecamatan Talegong
khususnya dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki tantangan tersendiri berkaitan dengan
pembangunan yang direncanakannya, terkadang kebijakan pembangunan disektor A tidak seirama
dengan tuntutan pembangunan disektor B, C, D dan sektor lainnya sehingga seolah-olah proses
pembangunan saling sikut, tidak padu dan terkesan berbeda haluan. Contoh sederhana kebijakan
perluasan lahan pertanian, terjegal dengan tuntutan perluasan lahan pemukinan dan kawasan industri,
perluasan area persawahan tersandung tuntutan fasilitas umum seperti pasar, bangunan pendidikan
dan lain-lain. Tentu jika semua orang tidak bijak dalam bersikap maka susah untuk bisa satu irama.
Begitu pula dalam bidang pertanian, sebagai negara agraris Indonesia mendapatkan tantangan

yang sangat berat berkaitan dengan kebijakan bidang pertaniannya. Dalam konteks makro,
kementerian pertanian mengklasifikasikan beberapa masalah serius yang dihadapi dalam rangka
pembuatan rencana strategi pembangunan pertanian 2015-2019 diantaranya dari aspek lahan seperti
konversi lahan yang tidak terkendali, keterbatasan dalam mencetak lahan baru, penurunan kualitas
lahan, rata-rata kepemilikan lahan yang sempit, ketidakpastian status kepemilikan lahan. Dari aspek
infrastruktur contohnya masalah kerusakan jaringan irigasi yang tinggi, pendangkalan waduk, kurang
memadainya sarana pelabuhan dan transportasi ternak.
Selanjutnya dari aspek benih muncul masalah sistem pengadaan benih yang tidak sesuai
musim tanam, belum terbangunnya pembibitan sapi nasional. Berikutnya dari aspek regulasi maupun
kelembahaan diantaranya muncul masalah Perijinan investasi untuk pengembangan integrasi sawit
sapi, perijinan HGU investasi tanaman pangan, yang belum diatur petunjuk pelaksanaannya kecuali
tebu, kelembagaan petani yang belum memiliki posisi tawar yang kuat. Dari aspek SDM muncul
masalah kemampuan petani, peternak dan pekebun dalam dalam memanfaatkan teknologi maju,
menurunnya minat generasi muda untuk terjun dalam bidang pertanian, keterbatasan tenaga penyuluh,
pengamat OMT, pengawas benih tanaman, serta tenaga kesehatan hewan. Terakhir dari aspek
pemodalan muncul masalah sulitnya akses petani terhadap pemodalan, tunggakan kredit usaha tani
yang belum terselesaikan, persyaratan angunan kredit KKPE berupa sertifikat, menghambat
penyaluran.
Apabila dikaji secara mendalam dan simultan masalah-masalah makro di atas sesungguhnya
hampir semua terjadi juga dilevel mikro, penulis sendiri memandang hampir semua masalah di atas

juga terjadi dalam bidang pertanian dan pangan di Kecamatan Talegong Garut, itu artinya bahwa

3

penyelesaikan masalah di atas tidak bisa hanya menggunakan satu pendekatan misalnya top down
semata melainkan mengharuskan adanya kebijakan yang multi dimensi, termasuk buttom up. Dengan
begitu masalah-masalah serius di atas sedikit demiki sedikit bisa segera di atasi.
Selain masalah-masalah di atas pemerintah juga telah memiliki beberapa tantangan yang
harus diperhatikan di atasnya terkait dengan perubahan iklim, kondisi perekonomian global, gejolak
harga pangan global, bencana alam, jumlah penduduk yang terus meningkat, aspek distribusi yang
belum efektif karena letak geografis yang sangat luas, dan laju urbanisasi masyarakat desa ke kota,
sehingga indikasi masalah semakin berkurangnya minat masyarakat untuk bertani khususnya
dikalangan pemuda semakin sulit untuk dipecahkan. Disamping itu sebentar lagi masuk pada era
Asean Economic Community (AEC) tentu hal tersebut menuntut penyiapan jurus-jurus jitu dari semua
bidang termasuk pertanian dan pangan.
Terkait dengan solusi atas permasalahan di atas, Kementerian Pertanian dalam rencana
strategi pembangunannya memfokuskan rencana pembangunannya pada lima isu utama diantaranya
1) kecukupan produksi komoditas strategi (padi, jagung, kedelai, tebu, sapi, cabe dan bawang merah)
serta pengurangan ketergantungan impor, 2) peningkatan daya saing produk di dalam negeri sebagai
antisipasi diberlakukannya AEC, 3) pemantapan dan peningkatan daya saing produk pertanian di

dunia internasional, 4) diversifikasi pangan untuk mengurangi konsumsi beras dan tepung terigu, 5)
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para petani.
Dari kelima fokus isu di atas, tentu semua kebijakannya sangat ideal, seandainya saja
semuanya berjalan mulus dari hulu kehilir, hal itu tidak mungkin terwujud tanpa kerjasama dan
kolaborasi semua pihak terkait untuk sama-sama komitmen membangun sektor pertanian Indonesia
kedepan. Maka dari itu kajian, penelitian dan pengembangan yang berbasis riset dan berorientasi
kepada inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna menjadi salah satu hal penting yang bisa
dilakukan oleh pada akademisi dan para praktisi peneliti dalam bidang pertanian.
Demikian pula dengan penulis yang ikut tersadarkan dengan kondisi dan masalah yang
sedang dihadapi oleh bangsa ini kedepan mulai tergerak untuk menggagas suatu bentuk gerakan yang
dimulai dari gerakan pemikiran sampai kepada gerakan praktis yang terkait dengan upaya penyadaran
dan revitalisasi rasa kepedulian masyarakat desa khususnya para pemuda untuk kembali menyatukan
asa dan cita guna membangun kemandirian pangan kedepan.
Gagasan yang kami rencanakan yaitu berupa program penyadaran dan pembukaan kerangka
berpikir melalui program kegiatan pelatihan, diskusi, dialog, dan tukar pikiran dari para ahli kepada
para masyarakat. Berikutnya bersama-sama mencari solusi yang bisa dilakukan untuk memulai
langkah membangun kekuatan pangan kedepan, melalui kegiatan berbagi pengalaman dari yang sudah
berpengalaman kepada para pemula sengan kegiatan pengamatan lokasi pertanian, kemudian
pelatihan inovasi-inovasi yang bisa dilakukan dalam bidang pertanian, sampai kepada pembangunan
mekanisme dan sistem pasar dan pemodalan yang menganut prinsip mutualisme antara pihak

pemodal, petani dan pemerintah yang turut mengawasi dan merancang regulasi yang baik.
Kecamatan Talegong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Garut. Terdiri dari 7 desa
diantaranya 1) Sukalaksana, 2) Sukamulya, 3) Sukamaju, 4) Mekarmulya, 5) Selawi 6) Mekarmukti,
dan 7) Mekarwangi. Berikut ini gambar peta administrasinya.

4

Gambar 1 Peta Administrasti Kecamatan Talegong Garut (sumber : http://kecamatan.garutkab.go.id)

Secara geografis meyoritas di berupa hutan, perbukitan dan lahan pertanian, persawahan serta
pemukiman warna.
Bagan Proporsi Lahan di Kecamatan Talegong Garut

Lain-lain; 1.82% Perkampungan; 8.18%
Tegalan/Kering Semusim;Perkebunan;
9.09%
5.45%
Persawahan; 10.00%
Pertanian ; 10.00%
Kebun Campuran; 22.73%


Hutan; 32.73%

Bagan 1 Proporsi Penggunaan Lahan (Sumber : http://kecamatan.garutkab.go.id )

Dari bagan di atas terlihat jelas bahwa proporsi lahan berupa kebun homogen, kebun
heterogen, persawahan dan hutan yang mendominasi, itu berarti potensi alam dalam bidang pangan
sangat tinggi terlebih lagi ketiggian tempatnya berada pada ketinggian >500 mdpl dan hampir semua
wilayahnya dikelilingi oleh hutan dan dialiri beberapa sungai besar yang tidak kering sepanjang tahun
yakni sungai cilaki, sungat Cibaliung dan sungai pamorotan memungkinkan untuk optimalisasi lahan
pertanian, hanya saja jaringan irigasi yang belum ada menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat,
sehingga jika saluran irigasinya sudah baik maka potensi pertaniannya akan meningkat tiga kali lipat
dari yang biasa. Bahkan dengan adanya saluran irigasi yang baik maka memungkinkan untuk
optimaliasi dalam bidang perikanan dan peternakan, karena mayoritas warga memiliki kolam
disamping rumahnya dan memiliki kandang hewan (kambing). Hanya untuk kondisi saat ini mereka

5

tidak bisa mengurusnya sepanjang tahun dikarenakan keringnya kolam ketika musim kemarau dan
terbatasnya area sumber rumput untuk hewan peliharaan pemakan rumput.
Melihat potensi alam yang sangat baik tersebut, maka program-program yang mengarah
kepada optimalisasi bidang pertanian merupakan sebuah keniscayaan untuk dikembangkan. Salah
satunya adalah program yang kami gagas dalam makalah ini yakni program yang kami beri nama
“Gerakan Revitalisasi Peduli Pangan untuk Kemandirian Masyarakt menuju Indonesia Sejahtera”.
Adapun bentuk programnya adalah berupa kegiatan penyuluhan, pelatihan dan sharing multi
arah dalam sebuah wadah komunitas, artinya tidak hanya sebatas transfer pemahaman dari ahli semata
melainkan dengan program sharing pengalaman dari anggota komunitas yang sudah berpengalaman
walaupun boleh jadi tidak semuanya berhasil, justru ilmu tentang kegagalan dan ketidaksuksesan juga
penting untuk diketahui anggota yang lain agar tidak mengalami hal yang sama. Disamping itu ada
program kunjungan ahli, dimana beberapa anggota komunitas yang ingin mendalami satu bidang yang
ia minati, bisa melakukan kunjungan kepada orang diluar anggota komunitas yang sudah berhasil.
Selain itu ada program penelitian pertanian yakni program yang menjadi bagian dari kegiatan
pertanian sehingga proses dan produk pertaniannya itu tidak berjalan begitu saja melainkan ada
catatan dan jurnalnya tersendiri.
Berikut ini bagan yang berisi langkah-langkah praktis realiasasi program gerakan revitaliasi
pangan yang penulis gagas untuk masyarakat khususnya pemuda di Kecamatan Talegong Garut.

Pembentuk
an
Komunitas

Penyusunan
Program yang
relevan
dengan
kebutuhan
anggota
komunitas

Pelaksanaan
Program
(penyuluhan,
pelatihan,
kunjungan,
sharing,dll

Monitoring
dan evaluasi
program

Bagan 2 Langkah-langkah praktis gerakan revitaliasi peduli pangan

Empat langkah tersebut merupakan langkah-langkah yang masih umum, berikut penjelasan
secara detailnya:
1. Pembentukan komunitas
Pada tahap ini kami akan melakukan komunikasi secara masif dengan pemerintah setempat
melalui dinas terkait, kemudian berkoordinasi dengan beberapa pemuda yang memiliki
perhatian tinggi dari perwakilan desa masing-masing kemudian rapat unntuk membicarakan
pembentukan komunitas dan pengumpulan masa, selanjutnya pembuatan draf yang terkait
dengan hal-ihwal pendirian sebuah komunitas, mulai dari draf nama, alamat kantor, visi, misi,
strategi dan program baik jangka pendek maupun jangka panjan. Semuanya masih berupa draf
yang akan didiskusikan dengan anggota komunitas lain dalam rapat pembentukan komunitas.
Selanjutnya rapat pembentukan komunitas berbekal bahan yang sudan dirancang tim inti
komunitas, sampai pengesahan kelengkapan komunitas.
2. Penyusunan program yang relevan
Tahap selanjutnya yaitu penyusunan program untuk anggota komunitas, diantaranya berkaitan
dengan pencerdasan pola berpikir tentang revitalisasi peduli pangan, program penyuluhan,
pelatihan praktis, penelitian, sharing ilmu dan pengalaman, akses bibit, modal usaha, dan
membangun pola pasar yang baik.
6

3. Pelaksanaan program
Setelah program direncanakan secara terukur, langkah berikutnya adalah take action dari
semua program yang sudah disusun. Dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan dan di kelola dengan manajemen yang baik, rapi dan sistematis.
4. Monitoring dan evaluasi program
Semua proses akan berjalan dengan baik dan mengikuti prinsip perbaikan berkelanjutan
manakala ada proses monitoring dan evaluasi di semua prosesnya. Maka dari itu perlu dibuat
lembar penilaian proses monitoring dan evaluasi yang efektif.
Target inti dari program gerakan revitaliasi peduli pangan ini diantaranya 1) terbukanya
wawasan masyarakat desa khususnya dikalangan pemuda tentang permasalahan dan kondisi terkini
masalah pangan yang dihadapi Indonesia dan dunia, 2) terbentuknya wadah komunitas para pemuda
yang memiliki kenginan untuk berkontribusi dalam gerakan revitaliasi pangan, 3) tersusunnya
program-program praktis yang bisa mendorong upaya kemandirian pangan khususnya di Kecamatan
Talegong Garut, 4) terbangunnya irama pergerakan yang diawali dari persamaan persepsi tentang
gerakan revitalisasi peduli pangan di kalangan pemuda, 5) tumbuh kembangnya rasa peduli pangan di
kalangan pemuda sehingga tidak perlu khawatir lagi dengan masalah turunnya minat bertani
dikalangan para pemuda, 6) terbangunnya pola marketing dan optimaliasi pengolahan produk pangan
yang bernilai jual tinggi, 7) meningkatnya produk pertanian, perikanan, dan peternakan minimal untuk
kebutuhan masyarakat maksimalnya bisa mensuplai ke daerah ibu kota dengan peningkatan yang
signifikan 8) karena produk pertanian yang berkali lipat diharapkan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakatnya pun ikut meningkat, 9) ketika penghasilan dan kesejahteraan meningkat maka tarap
hidup meningkat, daya deli meningkat, dan dorongan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) dengan program lanjut pendidikan tinggi bisa meningkat pula, 10) ketika SDMnya
sudah berkualias maka diharapkan Kecamatan Talegong akan menjadi kecamatan pelopor dan
percontohan dalam rangka membangun dari desa dengan begitu Kecamatan Talegong akan dikenal
oleh dunia luar, 11) dengan dikenalnya Talegong karena kreativitas dan kolektivitas masyarakat dalam
membangun kemandiriannya, maka diharapkan potensi wisatanya bisa terangkat, 12) ketika potensi
wisata sudah terekspos, masyarakat bisa membangun sentra hasil bumi dan hasil kreativitas warga
untuk didual kepada para pendatang, dengan begitu maka kesejahteraan masyarakat dari potensi
wisatanya dan hasil pangan bisa meningkat dan terus berkontribusi terhadap pembangunan nasional.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis potensi pertanian di Kecamatan Talegong yang sangat potensial ternyata
masalah utamanya mengapa produk pertaniannya belum optimal, hal itu dikarenakan minimnya
wawasan para petani tentang ilmu pertanian, peternakan dan perikanan. Hal itu terjadi karena tidak
adanya penyuluhan dari pemerintah terkait, semua hanya belajar secara otodidak, tidak adanya
program pemerataan kalender penanaman, tidak adanya bibit, pupuk dan modal bagi petani awal,
masalah teknis sehingga mengakibatkan gagal panen, dan juga masalah pemasaran produk yang masih
konvensional, sehinngga harga jual produk pertanian yang rendah mengakibatkan petani tidak untung
bahkan sering rugi dan dengan begitu para pemuda enggan untuk ikut jejak orang tuanya ke sawah,
kebun dan ladang.
Disamping itu rencana strategi pemerintah dalam bidang pertanian yang sangat menjanjikan
perlu mendapatkan respon yang baik, khususnya dari pihak pemerintah dan masyarakat yang
mengetahui informasinya, maka pembentukan wadah berupa komunitas dan kelompok tani kreatif
bisa menjadi salah satu solusi dari ancaman krisis pangan di Kecamatan Talegong Garut. Dengan
bekerja sama diharapkan bisa saling mendukung, mendorong dan saling memotivasi serta
membangun kesadaran antara anggota yang satu dengan yang lainnya.
Melalui program gerakan revitalisasi pangan diharapkan terbangunnya kesadaran cinta kebun,
cinta sawah, cinta bertani, cinta berernak yang diharapkan mampu menciptakan kemandirin pangan,
7

lapangan pekerjaan baru dan membantu krisis pangan di daerah perkotaan, sehinnga membangun
kesadaran pangan dari desa akan mampu meningkatkan kesejarahteraan masyarakat dan menyiapkan
mental menuju era persangan global dan membangun kemandirian pangan yang akan sejalan dengan
program pembangunan nasional.
REFERENSI
Badan

Perencanaan Nasional. tt . Bab 19 Revitalisasi Pertanian. Tersedia di
http://www.bappenas.go.id/files/7813/5230/0986/bab-19-revitalisasi-pertanian.pdf. di akses
tanggal 8 November 2014.
Badan Perencanaan Nasional. 2013. Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014. Tersedia di
http://www.bappenas.go.id/files/1613/7890/3140/Buku-Evaluasi-Paruh-Waktu-RPJMN_Bappenas.pdf diakses tanggal 08 November 2014.
Bratakusumah, D. Supriady. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah, Strategi Menggali Potensi
dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian. 2010. Revisi II Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Perkebunan 2010-2014. Tidak diterbitkan.
Kecamatan
Talegong
Garut.
2011.
Profil
Kecamatan
Telegong.
Tersedia
di
http://kecamatan.Garutkab.go.id/USerFiles/File/talegong2011.pdf.
Diakses
tanggal
05
November 2014
Kementerian Pertanian. 2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian 2015-2019. Tersedia di
http://www.pertanian.go.id/eplanning/tinymcpuk/gambar/file/PaparanKaroPerencanaan.pdf.
diakses tanggal 06 November 2014
Satriawan, B., Oktavianti, H. 2012. Upaya Pengentasan Kemiskinan Pada Petani
Menggunakan Model Tindakan Kolektif Kelembagaan Pertanian. Jurnal
Ekonomi Pembangunan. 13 (1) : 96-112.

8