Money Politik Belenggu Hitam dalam Pemil

Money Politik: Belenggu Hitam dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Di Indonesia

Dyah Puri Wulansari/ 201542500031

Demokrasi telah menjadi pedoman negara-negara modern di dunia. Indonesia
merupakan salah satu negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, dimana
kedaulatan yang hakiki sepenuhnya berada di tangan rakyat. Dengan demikian,
demokrasi juga berdiri atas prinsip persamaan, yaitu bahwa setiap warga negara
memiliki kesamaan hak dan kedudukan di dalam pemerintahan.1
Dalam perkembangannya demokrasi hanya dapat diterapkan pada negara yang
lingkup wilayahnya kecil saja, seperti negara kota pada masa Yunani kuno. Dengan
demikian, maka akan sullit jika demokrasi tersebut dijalankan di sebuah negara yang
wilayahnya besar. Jika tetap dijalankan di suatu negara yang wilayahnya besar, maka
bukan tidak mungkin akan menghasilkan sebuah kegagalan dalam sistem demokrasi.
Hal ini lah yang memicu lahirnya sebuah demokrasi perwakilan.
Demokrasi perwakilan adalah demokrasi yang dibuat untuk dapat dipraktikan
di suatu negara yang wilayahnya luas. Dalam demokrasi perwakilan, fungsi
pemerintahan dialihkan dari warga negara kepada organ-organ negara. Untuk mengisi
organ-organ tersebut, dilakukan melalui pemilihan yang demokratis yaitu dengan
melakukan pemilihan umum.2 Dengan demikian, salah satu ciri uutama dan prasyarat
negara demokrasi modern adalah penyelenggaraan pemilu.

Sebagai elemen kunci dan syarat pelaksanaan demokrasi, sudah sewajibnya
pemilu

dilakukan

atau

diselenggarakan

secara

demokratis.

Pemilu

harus

1Janedjri M. Gaffar, Demokrasi dan Pemilu Di Indonesia (Jakarta: Konstitusi Pers,
2013), 1.
2Ibid, 3.


mencerminkan prinsip dan nilai demokrasi itu sendiri. Selain itu, pemillu yang
demokratis harus dilakukan berdasarkan prisnsip bebas, jujur, dan adil.
Namun demikian, panggung politik dan pelaksanaan pemilu di Indonesia pada
era reformasi modern seperti saat ini ternyata masih sangat jauh dari kata demokratis,
jujur, dan kental hubungannya dengan money politic. Money politic tersebut sering
terjadi di dalam pemerintahan ataupun saat pesta demokrasi (pemilu) dilangsungkan.
Kecurangan yang terjadi saat pemilu tersebut sudah bukan lagi menjadi hal yang tabu,
melainkan sudah menjadi kebiasaan dan membudaya di Indonesia.
Money politic atau politik uang adalah strategi licik dengan cara
mempengaruhi orang lain menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual
beli suara pada proses politik dan kekuasaan atau tindakan membagi-bagikan uang
baik milik pribadi atau partai unatuk mempengaruhi suara pemilih.3 Hingga hari ini,
hampir sebagian besar para aktor politik melakukan strategi licik tersebut dan hal itu
juga terjadi di setiap pemilu di Indonesia yang diselenggerakan setiap lima tahun
sekali. Oleh karena itu, strategi kotor tersebut sudah menjadi hal yang biasa terjadi,
bahkan sudah membudaya di Indonesia.
Selain pemberian uang, kecurangan money poltic juga dapat dilakukan
dengan pemberian benda atau hadiah lain berupa sembako ataupun souvenir kepada
masyarakat untuk menarik simpati masyarakat. Dalam pemilu, hal tersebut dilakukan

agar masyarakat memberikan suaranya kepada aktor politik atau calon anggota
legislatif (caleg) yang maju dalam pemilu. Dengan demikian, hal tersebut merupakan
persaingan yang tidak sehat yang perlu diwaspadai dan harus ditindak lanjuti dengan
sangat tegas karena akan menimbulkan dampak negatif yang sangat besar. Dampak
negatif yang dapat ditimbilkan akibat money politic antara lain seperti lunturnya
nilai-nilai demokrasi, disorientasi kepercayaan kepada para pemimpin, dan lain-lain.

33. Ethaholic, “Money Politic dalem Praktek Penyelenggaraan Pemilihan Umum Di
Indonesia,” Opinion Publika (blog), diakses pada tanggal 9 Januari 2015, http://opinionpublika.blogspot.ch/2013/04/money-politic-dalam-praktek.html.

Berdasarkan pengalaman saya saat menjadi anggota surveyor di salah satu
lembaga survey pemilihan umum di Jawa Tengah, memang sudah terbukti bahwa
money politic telah membudaya di Indonesia. Para responden yang saya berikan
pertanyaan berdasarkan kuisioner yang ada, memilih uang sebagai imbalan atas suara
yang akan mereka berikan kepada para caleg. Penyebab utama yang membuat
mayarakat memberikan suara kepada caleg yang berani membayar paling tinggi
adalah karena lunturnya kepercayaan terhadap para sosok pemimpin yang ada
Masyarakat beranggapan bahwa, siapapun yang akan terpilih nanti tidak akan
membawa dampak positif terhadap daerahnya dan diri mereka pada khususnya.
Masyarakat sudah terlanjur kecewa dan tidak percaya lagi terhadap para pemimpin

dan calon pemiimpin yang baru. Oleh karena itu, mereka lebih berpikir pragmatis
daripada harus kecewa lagi untuk kesekian kalinya. Dengan demikian, mereka akan
dengan senang hati memberikan suara mereka kepada siapapun yang datang dan
memberikan uang kepada mereka dengan jumlah yang besar.
Selain itu, lunturnya kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin juga
disebabkan oleh perilaku para pemimpin itu sendiri yang menyimpang. Lagi-lagi
money politic yang menjadi sumbernya, para pemimpin yang saat ini berkuasa
banyak yang melakukan kegiatan suap-menyuap, korupsi, dan kolusi demi kelancaran
kepentingan mereka sendiri atau kelompoknya, serta mengesampingkan kepentingan
rakyat yang seharusnya mereka utamakan. Sehingga hal tersebut membuat kinerja
mereka jauh dari harapan rakyat. Penyebab lainnya adalah kurang tegasnya hukum
dan undang-undang yang mengatur serta mengawasi kegiatan politik di Indonesia,
sehingga para aktor politik yang nakal dapat dengan leluasa menjalankan aksi
mereka.
Money politic harus segera dihentikan agar panggung politik dan pemilu di
Indonesia kembali sesuai dengan nilai-nilai demokratis yang seharusnya. Akan tetapi
jika money politic sudah membudaya, siapa yang harus bertanggung jawab? Siapa

yang harus disalahkan? Si pemberi uang? Ataukah si penerima uang? Dalam hal ini,
saling menuding, saling tunjuk, dan menyalahkan bukanlah sebuah solusi. Semua

elemen harus ikut ambil bagian jika ingin menyelesaikan masalah tersebut.
Salah satunya yang berperan cukup besar untuk menyelesaikan masalah ini
adalah pemerintah. Pemerintah diharapkan mampu membuat peraturan yang
kemudian diaplikasikan dengan tegas untuk mengawasi kegiatan perpolitikan dan
pemilu. Hukuman yang berat juga bisa menjadi solusi atas permasalahan yang telah
membudaya ini. Karena dalam hal ini, hukuman yang tegas dan berat akan
menimbulkan efek jera bagi para pelaku dan dapat mencegah terjadinya kembali
money politic.
Solusi lain yang mungkin dapat diterapkan adalah dengan cara mengubah pola
pikir yang lebih bermartabat dan bermoral pada pelaksanaan pemilu dan menerapkan
peraturan Undang-Undang Pemilu yang tegas, salah satunya dengan meniadakan
kampanye langsung karena di dalamnya mengandung kemudaratan dengan
mengumpulkan orang sebanyak mungkin. Pada saat kampanye langsung, juru
kampanye bisa menyelipkan titipan berupa uang maupun barang.4
Disamping itu, pemerintah juga harus memberikan pendidikan dan informasi
terhadap masyarakat tentang pemilu yang sehat, serta menumbuhkan lagi
kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin mereka. Meskipun masyrakat juga
tidak bisa disalahkan sepenuhnya, peran masyarakat juga diperlukan dalam hal
mengurangi tindak money politic. Masyarakat harus diberi pemahaman mengenai
budaya politik yang baik dalam pemilu. Menanamkan nilai-nilai demokrasi yang baik

pula sesuai dengan pemilu yang demokrtais.
Dengan demikian, budaya politik yang kotor seperti politik uang dapat
dihilangkan dan dicegah sepenuhnya. Selain itu, kesadaran masyarakat dan para aktor
44. Muhammad Saefullah, Tolak Politik Uang, Kampus (blog), diakses pada tanggal 9 Januari
2015, http://news.okezone.com/read/2014/03/18/95/956717/tolak-politik-uang.

politik terhadap budaya politik yang baik juga akan tercipta. Jika hal tersebut sudah
terjadi, maka bukan tidak mungkin nilai-nilai demokratis dan pemilu yang bersih
akan terwujud. Masyrakat juga tidak akan lagi merasa kecewa terhadap para
pemimpinnya.

Daftar Pustaka
Gaffar, Janedjri M. Demokrasi dan Pemilu Di Indonesia. Jakarta: Konstitusi Pers,
2013.
Ethaholic. “Money Politic dalem Praktek Penyelenggaraan Pemilihan Umum Di
Indonesia.”

Opinion

Publika


(blog).

http://opinion-

publika.blogspot.ch/2013/04/money-politic-dalam-praktek.html. (Diakses 9
Januari 2015).
Saefullah,

Muhammad.

“Tolak

Politik

Uang.”

Kampus

(blog).


http://news.okezone.com/read/2014/03/18/95/956717/tolak-politik-uang.
(Diakses 9 Januari 2015).