UNSUR UNSUR PENALARAN dengan prestasi

UNSUR UNSUR PENALARAN

UNSUR UNSUR PENALARAN

A. Konsep dan Term

1. Pengertian Konsep

Rapar (1996:27) Konsep adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Latin “conceptus” (kata
benda masculinum) yang dibentuk dari kata conceptum yang berasal dari kata kerja “concepio”
yang berarti mengambil ke dalam dirinya, menerima, mencakup, menampung, menyerap, atau
menangkap. Conceptum berarti mengambil, menyerap, membayangkan dalam pikiran, mengerti,
dan menangkap. Conceptus berarti cerapan, bayangan dalam pikiran, pengertian, dan tangkapan.
Konsep dalam logika sinonim dengan kata “idea” atau pengertian yaitu gambaran akal budi
tentang suatu hal atau obyek tertentu. Pengungkapan konsep/ide/pengertian ini menjadi nyata
disebut dengan kata Adapun kata, bisa dibedakan menjadi “kata kategorimatis” dan “kata
sinkategorimatis” Kata kategorimatis adalah kata yang sepenuhnya mengungkapkan suatu
pengertian yang berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain.
Contoh: - nama diri (misal: rajin)
- kata sifat (misal: berakal)
- istilah umum (misal: manusia)

Kata sinkategorimatis adalah kata yang tidak dapat mengungkapkan suatu pengertian berdiri
sendiri jika tidak dibantu oleh kata lain
Contoh: - adalah
- jika
- semua
- maka
- dsb.
Mengenai pengertian ini sering ahli logika formal mengelompokkan sebagai berikut:

a.

Kollektif dan distributif

Isi pengertian yang kolektif dimaksudkan sebagai pengertian yang isinya mencakup hal-hal secara
kolektif (koleksi) atau kumpulan. Misal: batalyon, berigade, kodi, lusin dan sebagainya

Isi pengertian yang distributif dimaksudkan sebagai pengertian yang isinya menunjuk hal-hal
secara tersendiri atau secara satu persatu. Misal: prajurit, orang, gelas, dan sebagainya

b.


Kongkret dan abstrak

Isi pengertian yang kongkret dimaksudkan sebagai pengertian yang isinya memperlihatkan
kenyataan sebagai subyek yang berdiri sendiri. Misalnya jika kita mengatakan: Ini kapur putih.
Pengertian kapur putih menunjukkan kenyataan kapur dengan sifatnya (warnya) yang putih
Isi pengertian yang abstrak dimaksudkan sebagai pengertian yang isinya memperlihatkan sifat
tanpa memperlihatkan subyeknya. Misalnya secara kongkret dikatakan: Si Badu amat pintar, tetapi
secara abstrak dapat dikatakan: kepintarannya amat sangat
Dalam Bahasa Indonesia pernyataan kata abstrak dengan menambahkan awalan “ke” dan akhiran
“an”. Misalnya, ke-manusia-an, ke-benar-an, ke-baik-an, ke-tentara-an, dsb.

c.

Menyindir dan terus terang

Isi pengertian yang menyindir dimaksudkan sebagai pengertian yang isinya menyatakan sesuatu
dengan secara tidak langsung dan tidak terus-terang. Misalnya, dikatakan penjelasan yang saya
berikan agaknya masih kabur bagi anda. Masih kabur jika dinyatakan sebagai pengertian yang
isinya terus terang dapat dinyatakan “belum jelas”

Selain klasifikasi isi pengertian, juga dengan klasifikasi lingkungan pengertian, yaitu lingkungan
kenyataan (realitas) yang ditunjuk oleh pengertian. Suatu pengertian dapat diklasifikasi dalam
lingkungan pengerttian singuler dan pengertian yang partikuler.
Pengertian yang singular ialah pengertian yang menunjukkan hanya satu hal dan tidak dapat
dipakai menunjukkan hal yang lainnya. Misalnya: Hasan, adik saya yang bungsu, bukan saya, dsb.
Pengertian yang partikular ialah pengertian yang universal mencakup semua bagian dengan tidak
ada satupun yang terkecuali. Misalnya: setiap orang, semua manusia, seluruh rakyat dsb.

2.

Berbagai Macam Term

Manusia menyatakan maksudnya (berkomunikasi) kepada orang lain dalam wujud kata-kata atau
term. Meskipun demikian, tidak semua kata dapat disebut dengan term sebab ada kata-kata yang
tidak dapat mengungkapkan suatu pengertian berdiri sendiri jika tidak dibantu atau ditambah
dengan kata lain seperti yang disebutkan dalam uraian konsep terdahulu. Sebuah term dapat
didefinisikan sebagai pernyataan lahiriah dari pengertian. Term adalah kata atau beberapa kata
yang mempunyai pengertian atau bermakna. Term-term yang terdiri dari satu kata disebut term
sederhana, misal: manusia, hewan, kursi, meja, dsb. Term-term yang terdiri dari beberapa kata


disebut term kompleks, misal: pesawat terbang, kepala sekolah, dsb. Rapar (1996:30)
membedakan term atas lima jenis.
1)

Term konkret (concrete term)

2)

Term abstrak (abstract term)

3)

Term tunggal (singular term)

4)

Term kolektif (collective term), dan

5)


Term umum (general term)

Sumaryono (1999:33) memerinci jenis term dari berbagai sudut tinjauan, sebagai berikut:

a.

Jenis Term menurut Kuantitas Objeknya

1) Term singular, yaitu term yang hanya menyebut satu objek individu saja. Contoh: mahasiswa
ini, Pak Mahmud si Penjual Bakso, dsb.
2) Term partikular, yaitu term yang menyebut sebagian dari sejumlah atau sekelompok objek.
Contoh: Beberapa orang, tim bola basket SMU, dsb.
3) Term Universal, yaitu term yang menyebut kelompok objek tertentu sebagai sebuah konsep
keseluruhan yang mencakup masing-masing individu objek sebagai anggota atau bagiannya.
Contoh: manusia, dosen, mahasiswa dsb.
4) Term kolektif, yaitu term yang menggambarkan sekelompok objek atau koleksi objek sebagai
sebuah unit. Contoh: keluarga, angkatan bersenjata, Himpunan mahasiswa Jurusan (HMJ). Term
kolektif dapat bersifat singular (misalnya ABRI), partikular (misalnya beberapa anggota ABRI), serta
universal (misalnya Angkatan Bersenjata).


b.

Jenis Term menurut Asas Perlawanan Gagasan Dasarnya

1) Term Kontradiktoris, yaitu pasangan term di mana term yang satu mempertegas makna term
yang lain melalui pengingkarannya. Di sini term yang satu mengingkari konotasi term yang lainnya.
Contoh : hidup-mati, benar-salah.
2) Term kontraris, yaitu pasangan term yang menunjukkan sudut-sudut ekstrem diantara objekobjek yang tersusun dalam satu kelas tertentu. Contoh: panas- dingin (suhu), hitam-putih (warna)
3) Term relatif., yaitu pasangan term di mana yang satu tiedak mungkin dimengerti tanpa
adanya yang lain sebagai lawannya. Konotasi term yang satu mengandai kan konotasi term yang
lain sedbagai lawannya. Contoh: ibu-anak, guru-murid, suami-isteri.

c.

Jenis Term menurut Ketepatan Maknanya

1) Term univok, yaitu term yang hanaya menerangkan satu objek tertentu atau dalam arti yang
persis sama. Contoh: rokok, pohon, rumah
2) Term ekuivok, yaitu term yang memungkinkan terbentuknya makna ganda , atau term-term
yang mempunyai bunyi yang persis sama, tetapi arti yang terkandung di dalam masing-masing

term berbeda satu sama lain.

Contoh:
tanah kosong di sekitar rumah

Halaman dapat berarti
lembar-lembar sebuah buku
Demikian juga dengan kata genting, ruas, buku, dan sebagainya.

3) Term analog, yaitu term yang dapat menerapkan dua hal atau lebih dalam arti yang berbeda
satu sama lain, namun kadang-kadang ada kesamaannya juga.
Contoh:
bagian tubuh (arti sebenarnya)
Kaki dapat berarti
bagian benda yang berfungsi seperti kaaki (analogi)
Demikian juga dengan kata sehat, daun, sayap, dan sebagainya

d.

Jenis Term menurut Kodrat Referent


1)

Term konkret, yaitu term yang memiliki objek yang mudah diamati.
Contoh: kacamata, ballpoint.

2) Term abstrak, yaitu term yang memiliki objek yang baru dapat dimengerti setelah melalui
proses abstraksi.
Contoh: keadilan, kebenaran.
3) Term nihil, yaitu term yang tidak memiliki objek referent sama sekali, sebab objek-objek term
ini bersifat imajinatif, fiktif, dan sebagainya.

Contoh: unicorn, malaikat.

B. Pembagian dan Penggolongan

1. Pembagian

Pembagian, yaitu memecah belah atau menceraikan secara jelas berbeda ke bagian-bagian dari
sesuatu keseluruhan. Keseluruhan pada umumnya dibedakan antara keseluruhan logis dan

keseluruhan realis
Keseluruhan logis yaitu pemecahbelahan keseluruhan yang dapat menjadi predikat masingmasing bagiannya
Misal: Buah-buahan sebagai suatu keseluruhan.
Sedangkan mangga durian, pepaya sebagai bagiannya
Pembagian logis dibedakan atas: 1) pembagian universal dan 2) pembagian dikotomi. Pembagian
universal, apabila suatu genus dibagi ke dalam semua spesiesnya atau term umum dibagi ke dalam
term-term khusus yang menyusunnya.
Misal: makhluk dibagi atas – manusia, gorila, kerbau, kera, dsb.
Pembagian dikotomi, apabila pemecahannya hanya dibedakan menjadi dua golongan yang saling
terpisah, yang satu merupakan term positif dan yang lain term negatif.
Misal: pembagian ilmu (eksakta dan non eksakta)
Pembagian dikotomi ini adalah keseluruhan realis disebut juga pembagian metafisik yaitu
keseluruhan yang tidak dapat dijadikan predikat masing-masing bagiannya.
Misal: rumah sebagai suatu keseluruhan, dan kamar sebagai bagiannya
Keseluruhan realis dibedakan, yaitu 1) pembagian esensial dan 2) pembagian aksidental.
Pembagian esensial (pembagian mutlak)
Misal: manusia dibagi atas - Jasmaniah dan rohaniah.
Pembagian aksidental (pembagian berdasar sifat)
Misal: manusia dibagi atas warna kulit – kulit putih, kulit sawo matang, kulit hitam, dsb.


2. Penggolongan

Dalam berbagai literatur logika, penggolongan disebut juga dengan klasifikasi. Penggolongan dan
pembagian merupakan dua hal yang saling berhubungan yang berbalikan arahnya. Pembagian

dimulai dari suatu keseluruhan dan melalui proses yang logis bergerak menurun ke dalam unsurunsur yang semakin lama semakin kecil sampai tercapainya unsur yang yang terendah. Sebaliknya
yang bergerak ke arah yang berlawanan disebut penggolongan atau klasifikasi, yakni dari barangbarang, kejadian, fakta, atau proses alam kodrat individu yang beraneka coraknya, menuju ke arah
keseluruhan yang sistematis dan bersifat umum sampai tercapainya genus yang tertinggi.

3. Jenis-jenis Penggolongan

Proses pembagian dapat menimbulkan berbagai jenis penggolongan atau klasifikasi, yang
dibedakan atas penggolongan kodrati, penggolongan buatan, dan penggolongan diagnostik. Ketiga
jenis penggolongan ini diuraikan sebagai berikut.
a.
Penggolongan kodrati. Penggolongan kodrati diharapkan ditentukan atas dasar susunan
kodrat, sifat dan atribut yang dapat ditemukan dari bahan-bahan yang tengah diselidiki. Sebagai
contoh
b. Penggolongan buatan. Penggolongan buatan ditentukan oleh sesuatu maksud yang praktis
dari seseorang, seperti untuk mempermudah penanganannya dan untuk menghemat waktu serta

tenaga. Dalam penggolongan buatan, sebagai contoh: perbuatan daftar pustaka yang disusun
secara urutan abjad dalam suatu daftar pustaka atau katalog.
c.
Penggolongan diagnostik. Penggolongan diagnostik disebut juga dengan klasifikasi perantara,
yaitu gabungan kodrati dengan buatan. Sebagai contoh seorang petugas kepolisian menggolonggolongkan peristiwa-peristiwa kejahatan yang terjadi di daerah penugasannya hanya berdasarkan
atas waktunya, tempatnya, orang-orang yang terlibat, dan sifat-sifat pelanggaran hukumnya,
untuk dicatat dalam buku daftar kantor kepolisian setempat untuk dipergunakan di hari depan.

4.

Hukum Pembagian dan penggolongan

Herbert L. Searles (Bakry, 2001:28) mengemukakan tiga hukum yang mengatur pembagian dan
penggolongan, yaitu sebagai berikut:
a.

Penggolongan harus hanya ada satu asas tertentu

b.

Penggolongan harus sampai tuntas dan jelas

c.
Unsur-unsur sebagai bagian untuk menyusun konsep universal harus jelas terpisah satu
dengan yang lain

C. Definisi

1.

Pengertian definisi

Definisi berasal dari kata Latin definire yang berarti menandai batas-batas pada sesuatu.
Menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Definisi sinonim dengan batasan
pengertian atau penjelasan. Disebut batasan karena memberikan batas-batas arti dari istilah yang
hendak dijelaskan Disebut penjelasan karena memberikan keterangan agar sesuatu istilah dapat
menjadi jelas. Jadi definisi dapat diartikan sebagai batasan pengertian atau penjelasan dari
sesuatu yang dimaksudkan sehingga menjadi jelas. Definisi terdiri atas dua bagian, yakni 1) bagian
pangkal disebut “definiendum” yang berisi istilah yang harus diberi penjelasan, 2) bagian
pembatas disebut “definiens”.yang berisi uraian mengenai arti dari bagian pangkal. Contoh:
“manusia adalah mahluk berakal” Dalam definisi tersebut, manusia adalah definiendum, makhluk
berakal adalah definiens

2.

Fungsi dan Tujuan definisi

Berdasar dari pengertian definisi, maka ada dua fungsi dari definisi, yaitu:
a.
Memberi batas arti atau makna simbolik dari sesuatu konsep sehingga dapat diketahui
maksudnya
b. Memberi definisi berarti memberi batasan/penjelasan sehingga term itu menjadi jelas, tidak
terjadi salah paham, salah konsep, ataupun kerancuan makna (ambiguitas)
Sumaryono (1999:38) mengemukakan ada lima tujuan dalam penyusunan definisi, yaitu
memperkaya kosa kata membatasi ambiguitas, menghilangkan makna yang “kering”, memberikan
penjelasan teoritis, dan mempengaruhi perilaku

3.

Klasifikasi definisi

Rapat (1996: 23) membagi definisi menjadi dua bagian besar, yaitu: 1) definisi nominal, dan 2)
definisi real. Definisi nominal (verbal), meliputi:
1.1 definisi nominal umum
1.2 definisi nominal khusus
Definisi real, ada dua kategori, yaitu:
2.1 definisi real esenssial, meliputi:
2.1.1 definisi real esensial fisik
2.1.2 definisi real esensial metafisik

2.2 definisi real deskriptif, meliputi:
2.2.1 definisi real deskriptif kausal
2.2.2 definisi real deskriptif genetik, dan
2.2.3 definisi real deskriptif aksidental
Muhadjir, (1998) secara filsafat mengelompokkan dalam tiga besar, yaitu: definisi normalis, definisi
realis, dan definisi praktis. Namun di dalam penjelasannya menambahkan menjadi empat dengan
definisi paradikmatik. Dari empat definisi tersebut, dideskripsikan sebagai berikut:

a.

Definisi Nominalis

Definisi nominalis merupakan penjelasan atas sesuatu istilah dengan menggunakan kata lain yang
lebih dikenal. Definisi nominalis setidak-tidaknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: definisi
sinonim dan definisi etimologik. Pada definisi sinonim penjelasan diberikan dengan menggunakan
persamaan kata atau memberikan penjelasan dengan kata yang dikenal. Contoh: harimau adalah
binatang yang mirip kucing dan besar sekali. Definisi etimologik merupakan penjelasan dengan
cara mengetengahkan asal mula istilahnya. Contoh: demokrasi dari asal kata demos yang artinya
rakyat, dan kratos yang artinya kekuasaan.

b.

Definisi Realis

Definisi realis memberikan penjelasan atau batasan berdasar isi yang terkandung dalam konsep
yang didefinisikan. Menjelaskan isi dengan secara analitik, disebut definisi “analitik’. Jika
penjelasan isi lebih terurai menjadi bagian-bagian atau unsur-unsur, maka definisi analitik menjadi
definisi “konotatif” Contoh: manusia adalah makhluk monodualis, memiliki jiwa dan raga yang
menyatu. Apa bila penataan dalam jenis disertakan pula sifat khusunya, maka definisi menjadi
definisi “aksidental”. Contoh: manusia adalah zoon politicon. Aksidental di sini bukan berarti
kebetulan, melainkan spesifik, karena hendak menampilkan pemikiran tentang manusia dalam
telaah ilmu politik. Antropologi ragawi akan menampilkan manusia sebagai phitecantrophos
erectus, sejenis phitecantrophus yang tegak atau berdiri. Definisi yang mendeskripsikan sejumlah
konsep dalam tata fikir sebab-akibat disebut definisi kausal. Contoh awan adalah uap air karena
penyinaran air oleh matahari.

c.

Definisi Praktis

Definisi praktis, yaitu tujuan praktis menjadi ciri khas penjelasannya. Dibedakan menjadi definisi
fungsional, dan definisi operasional. Definisi fungsional mementingkan penjelasannya dari segi
kegunaannya atau fungsinya. Contoh: meter adalah alat pengukur tentang panjang atau pendek
suatu benda. Termometer adalah alat pengukur temperatur tubuh. Definisi operasional
penjelasannya untuk kegunaan praktis yang mungkin bermakna mempermudah untuk

pengumpulan data, misal:wanita karier adalah wanita yang menjalankan pekerjaan yang
memberi efek pada status sosial dan ekonomi pada yang bersangkutan. Mungkin pula bermakna:
menunjukkan cara pengujiannya, misal: anak jenus adalah anak yang usia intelegensinya jauh di
atas usia tahunnya, dan jauh di atas rata-rata anak cerdas.

d.

Definisi Paradigmatis

Definisi paradigmatis, yaitu perkembangan tata pikir mutakhir yang lebih kompleks baik pada
dataran teoritik, dataran moral kultural, moral transeden, dan juga munculnya tata fikir kompleks
yang operasional pragmatik. Jaringan pemikiran yang kompleks melandasi penjabaran penjelasan
suatu definisi. Bila dicarikan landasan filosofiknya, definisi paradigmatik tersebut termasuk definisi
tipe liguistik (L) yang dapat menggunakan tata fikir konstruksionis ataupun dekonstruksionis.

5. Persyaratan Definisi

Persyaratan definisi secara umum dan sederhana ada lima, yaitu sebagai berikut:
a.

Sebuah definisi (definiens) harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari hal yang didefinisikan
Contoh: - guru adalah orang yang mengajar peserta didik

b. Definiendum tidak boleh masukdalam definiens. Artinya yang didefinisikan tidak memuat
secara langsung atau tidak langsung subyek yang didefinisikan.
Contoh: - alat tulis adalah alat yang digunakan untuk menulis
c. Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit pengertian nya
Contoh: Meja – perabot rumah tangga (terlalu luas)
Kursi – barang yang sekaran saya duduki (terlalu sempit)

d. Tidak boleh dinyatakan secara negatif, jika dapat dinyatakan dengan kata-kata yang positif.
Contoh: - tahu adalah bukan ketidaktahuan
- kebaikan adalah bukan pengetahuan jahat
- dsb.

e. Tidak dinyatakan dalam bahasa yang kabur atau kiasan
Contoh: - kekasih adalah belahan jiwa
- anak adalah buah cinta
- pengetahuan adalah buah cinta

- dsb.
Definisi yang baik – menyeluruh dan membatasi (jami’wa mani)
Contoh: Manusi adalah “binatang” yang “berakal”.
binatang - genus.
berakal - differensia, pembeda utama antara manusia dengan mahlukmahluk lain
Jadi, definisi yang valid perlu batasan yang jelas antara objek-objek yang didefinisikan

5.

6. Teknik Penyusunan Definisi

Sumaryono, (1999:45) mengemukakan empat cara penyusunan definisi, yaitu definisi nominal,
definisi konotatif, definisi denotatif, dan definisi deskriptif.

a.

Definisi nominal

Definisi nominal adalah definisi yang semata-mata menjelaskan term tersebut. Definisi nominal
biasanya dipergunakan pada saat engawali sxebuah diskusi dengan makssud untuk membentuk
kesepakatan terminologi di antara para pembicara. Ada dua macam cara yang dapat dipergunakan
untuk menyusun definisi nominal, yaitu definisi etimologi dan definisi biverbal.
1) Definisi etimologis ialah definisi melalui penelusuran terhadap asal kata atau term, katakata turunannya, sampai dengan akar katanya.
Contoh: Kata Philadelphia berarti ‘cinta persaudaraan’, berasal dari bahasa Yunani philos ‘cinta’
dan delphos ‘saudara’
2) Definisi biverial ialah definisi yang didasarkan atas sinonim atau kata –kata lain yang lebih
dikenal, misalnya melalui upaya mencarikan padan kata ataupun terjemahan
3)

Contoh: piawai = ahli dan terampil
Expert = pakar

b.

Definisi konotatif

Definisi konotatif ialah definisi yang menjabarkan kualitas atau ciri-ciri hakiki yang secara umum
pasti terdapat pada masing-masing individu hal/objek yang disebut dengan sebuah term.
Contoh:

Logika adalah ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk berpikir lurus.
Hukum adalah perintah akal budi yang dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan
umum, disusun dan diundangkan oleh seseorang atau mereka yang memiliki wewenang yuridiksi
dan bertugas untuk membina masyarakat

c.

Definisi denotatif

Definisi denotatif ialah definisi yang menerangkan makna sebuah term dengan cara menunjukkan
contoh-contoh objek referennya. Definisi ini juga disebut definisi ostensif, definisi
dwemonstratifatau definisi dengan contoh
Contoh: Apa arti bull point? Jawaban diberikan dengan cara menunjukkan benda yang dimaksud

d.

Definisi deskriptif

Definisi deskriptif ialah definisi yang menggunakan penjabaran sejumlah keterangan yang meliputi
ciri-ciri hakiki maupun ciri-ciri yang tidak hakiki (ciri-ciri aksidental) yang terdapat pada objek
referent. Ada dua macam teknik penyusunan definisi ini, yaitu
1)

dengan menyebutkan semua ciri yang melekat pada objek referent;

Contoh:
Manusia adalah animal rational, yaitu makhluk yang memiliki kemampuan untuk berbicara
dan berpikir, serta memiliki perasaan dan emosi
2)

dengan menyebutkan causa efficien dan causa finalis

Contoh:
Lukisan adalah sebuah gambar yang diciptakan oleh seorang seniman lukis, (causa efficiens)
Pesawat telepon adalah alat elektronik yang dipergunakan sebagai saranan untuk berbicara
jarak jauh (causa finalis)

D. Proposisi

1. Pengertian Proposisi

Nyorong (1978:37) proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara dua
term atau dapat dikatakan bahwa proposisi adalah keterangan. Makna sebagaimana yang

dimaksud oleh sesuatu kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah. Keterangan disini bukan
kalimatnya tetapi isi dari kalimat yang bersangkutan.
Suatu proposisi mempunyai tiga bagian, yaitu:
a.

Subyek (S) – hal yang diterangkan

b.

Predikat (P) – hal yang menerangkan

c.

Kopula (K) – hal yang menghubungkan subyek dengan predikat
Contoh: Semua manusia adalah fana
- semua manusia (subyek)
- fana (predikat)
- adalah (kopula)
Sifat kopula: sebagai pembenaran atau penginkaran hubungan subyek dengan predikat

2.

Jenis-Jenis Proposisi

Proposisi dapat dibedakan atas berbagai jenis proposisi. Namun tidak semuanya dibicarakan di
sini, hanya sebagian saja berdasarkan:

a.

Berdasarkan bentuknya: tunggal dan majemuk

Jenis proposisi berdasarkan bentuknya dapat dibedakan: 1) proposisi tunggal dan 2) proposisi
majemuk. Proposisi tunggal yaitu proposisi yang hanya mengandung satu pernyataan. Sedangkan
proposisi majemuk biasa juga disebut dengan proposisi kompleks atau proposisi molekular.
Proposisi majemuk adalah proposisi yang mengandung lebih dari satu pernyataan
Contoh:
- Semua manusia adalah fana (proposisi tunggal)
- Setiap orang dapat tertawa dan menangis (proposisi majemuk)
Dari contoh proposisi majemuk yaitu “setiap orang dapat tertawa dan menangis” terlihat bahwa
proposisi itu terdiri atas dua proposisi, yaitu
- setiap orang dapat tertawa
- setiap orang dapat menangis

b.

Berdasarkan hubungan: kategori dan kondisional

Pembagian proposisi berdasarkan atas hubungan kategorik dan kondisional didasarkan atas sifat
affirmasi, atas negasi yang terdapat dalam hubungan antara subjek dan predikat. Proposisi
kategorik, sering juga disebut dengan proposisi subjek-predikat, yaitu proposisi yang terdiri atas
subjek dan predikat. Dalam proposisi kategorik, predikat mengafirmasi atau menegasi subjek.
Sedangkan proposisi kondisional adalah proposisi yang menyatakan suatu kondisi atau hubungan
yang terdapat dalam hubungan antara subjek dan predikat berdasarkan atas sifat affirmasi atas
negasi. Proposisi kategori adalah proposisi yang menyatakan secara langsung tentang cocok
tidaknya hubungan yang ada di antara term subjek dan term predikat. Disebut kategoris sebab
proposisi ini menyatakan sesuatu tentang sesuatu hal tanpa syarat. Proposisi kondisional adalah
proposisi yang menyatakan suatu kondisi atau hubungan ketergantungan antara dua proposisi.
Rumusan proposisi kondisional ini adalah: “Jika ..., maka ...”
Contoh:
- Sebagian manusia adalah bijaksana (proposisi kategori)
- Jika hujan, maka tanah basah (proposisi kondisional)

c.

Berdasarkan kualitas: affirmatif dan negatif

Propisisi yang didasarkan atas kualitasnya, dibagi atas dua jenis proposisi, yaitu proposisi affirmatif
(affirmative proposition) dan proposisi negatif (negative proposition). Proposisi affirmatif adalah
proposisi yang kopulanya membenarkan adanya persesuaian hubungan Subjek dengan Predikat.
Sedangkan proposisi negatif adalah proposisi yang kopulanya menyatakan bahwa antara subjek
dan predikat tidak ada hubungan sama sekali.
Contoh:
- Semua sarjana “adalah” lulusan perguruan tinggi (proposisi affirmatif)
- Semua manusia “tidaklah” abadi (proposisi negatif)

d.

Berdasarkan kuantitas: Universal dan Khusus

Proposisi yang didasarkan atas kuantitas, dapat dibedakan atas proposisi universal dan proposisi
khusus . Pada proposisi universal, predikatnya membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Untuk menyatakan kuantitas dalam proposisi logika biasanya dipakai kata:
- semua, setiap, tiap, masing-masing, apapun juga (universal affirmatif)
- tak ada seorangpun, tak satupun (universal negatif)
Contoh:
- Semua manusia adalah fana (universal affirmatif)
- Tidak seorangpun manusia adalah abadi (universal negatif)

Proposisi khusus yaitu pernyataan bersifat khusus yang mengiyakan atau mengingkari adanya
hubungan subjek dengan predikat
Contoh:
- sebagian sarjana hukum ahli politik (mengiayakan)
- sebagian sarjana hukum bukan ahli politik (mengingkari)

e.

Jenis proposisi lainnya: proposisi Hipotetis dan Modalitas

Proposisi hipotesis adalah proposisi yang menyatakan hubungan ketergantungan antara dua
gagasan, baik dalam bentuk oposis maupun dalam bentuk kemiripan. Proposisi hipotesis adalah
proposisi yang di dalamnya memuat afirmasi atau pun negasi yang bersifat kondisional
Sumaryono (1999:63) mengemukakan ada tiga macam jenis proposisi hipotetis, yaitu: proposisi
kondisional (conditional proposition), proposisi disjungtif, (disjunctive proposition), dan proposisi
konjungtif (conjunctif proposition). Proposisi kondisional sudah dikemukakan terdahulu, sehingga
tidak lagi dideskripsikan berikut ini
Proposisi disjungtif adalah proposisi di mana subjek atau predikatnya terdiri atas bagian-bagian
yang saling terkait. Proposisi disjungtif selalu menggunakan kata atau. Misalnya
Masing-masing bagian disjungsi disebut “alternatif”, sehingga disebut juga proposisi alternatif.
Sebuah disjungtif disebut sempurna atau lengkap jika bagian-bagiannya berhubungan secara
timbal balik dan eksklusif. Artinya, suatu alternatif menyisihkan yang lainnya, tidak mungkin kedua
alternatif sama-asama benar atau sama-sama salah.
Contoh:
“Saya berjalan lambat atau cepat”;
Hanya salah satu proposisi yang benar
- Saya berjalan lambat
Atau
- Saya berjalan cepat

Proposisi konjungtif – proposisi yang memiliki dua predikat yang biasanya dihubungkan oleh kata
“dan” yang tidak mungkin benar dalam waktu yang bersamaan jika dikenakan kepada subjek yang
sama
Contoh:
“Papan tulis itu tidak mungkin hitam dan sekaligus putih”
Jika yang pertama benar, maka yang kedua salah
-

papan tulis hitam

atau
-

papan tulis putih

Proposisi Modalitas adalah tingkat kepastian di mana predikat diteguhkan atau diingkari tentang
subjek. Jadi, bila proposisi modalitas memiliki sebuah kopula kata kerja, proposisi-proposisi
tersebut adalah spesies atau bentuk dari proposisi kategoris. Meskipun demikian proposisi modal
itu berbeda dari proposisi kategoris yang sebenarnya.
Perlu kiranya diingat bahwa proposisi kategoris biasanya hanya menyatakan peneguhan atau
pengingkaran predikat atau subjek. Proposisi modalitas tidak sekadar meneguhkan atau
mengingkari predikat atas subjek, melainkan juga menetapkan catra atau modus di mana predikat
dinyatakan identik (pengertiannya) atau dipisahkan dengan subjek. Jadi, proposisi semacam ini
tidak sekadar menyatakan bahwa predikat itu menjadi bagian dari subjek, melainkan juga
menyatakan bagaimana predikat itu menjadi bagian (juga bagaimana dipisahkan) dari subjek.
Ada empat modus yang penting, yaitu mutlak (necessary), tergantung (contingent), mungkin
(possible), serta tidak mungkin (impossible).
1) Proposisi modalitas mutlak, yaitu proposisi di mana predikat tidak dapat berfungsi lain
kecuali menjadi bagian dari subjek (hubungan mutlak)
Contoh :
Lingkungan itu bulat
2) Proposisi modalitas kontingen, adalah proposisi di mana predikatnya dapat berfungsi lain.
Proposisi ini menyatakan bahwa predikat sebenarnya menjadi bagian dari subjek, namun
kenyataannya tidak seharusnya begitu. Dalam kondisi predikat menyatakan suatu kebenaran yang
kontingen. Artinya, sesuatu dapat terjadi begini atau begitu, namun bukan merupakan sebuah
keharusan.
Contoh:
Mahasiswa tidak boleh malas
Semua burung dapat terbang
Jadi, proposisi hanya mengungkapkan fakta yang seharusnya terjadi. Proposisi ini diungkapkan
karena ada mahasiswa yang malas dan ada burung yang tidak bisa terbang
3) Proposisi modalitas yang mungkin, adalah proposisi yang menyatakan aspek kemungkinan
(posibilitas), yaitu kemungkinan sesuainya hubungan antara ssubjek dan predikat. Hubungan yang
ada kelihatannya menunjukkan kesesuaian antara subjekdan predikat. Dalam hal ini, predikat
seakan-akan menjadi bagian dari subjek, namun hal itu hanya merupakan sebuah kemungkinan
saja.
Contoh:
Pasien itu dapat meninggal dunia sewaktu-waktu.
Ada kemungkinan manusia hidup dan tinggal di Mars.

Pada posisi yang pertama tampak bahwa kematian dapat saja sewaktu-waktu datang pada pasien
tersebut. Jadi proposisi itu mengumumkan tentang kemungkinan meninggalnya si pasien.
Demdikian juga dengan proposisi yang kedua.
4) Proposisi modalitas yang mustahil, menunjukkan bahwa predikat merupakan sesuatu yang
mustahil bagi subjek. Isi pengertian predikat tidak dapat ditemukan dalam subjek, bahkan tidak
mungkin ditemukan. Tidak mungkin ada hubungan antara subjekd dan predikat.
Contoh:
Engkau tidak mungkin terbang sendiri ke bulan,
Sebuah lingkaran tidak mungkin berbentuk segi empat.