PENANAMAN NILAI NILAI KEWIRAUSAHAAN Stud

p-ISSN: 2088-6991
e-ISSN: 2548-8376
November 2016

Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016 (79-95)

PENANAMAN NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN
(Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Model Kota Malang)
Waluyo Satrio Adji
Program Studi PGMI, Pascasarjana, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
waluyo.satrio.adji@gmail.com

ABSTRACT
Values are embedded in the golden age will shape the character according to the embedded
value. Planning learning on the subjects of Social Sciences about planting entrepreneurial values
essential to recognize by the teacher, so that the entrepreneurial character can be created as early
as possible. This study aims to (1) determine the values of entrepreneurship is embedded in SD
Negeri Malang Model, (2) how to settle them in the Model SD Negeri Malang. This study used a
qualitative approach various case studies. Methods of data collection using observation,
interviews, and documentation. Data were analyzed using data reduction, data presentation, and

conclusion. Implementing research in SD Negeri Malang Model, because the mission is to make
entrepreneurship in schools as a cornerstone of learning, adequate infrastructure, and the
achievement of students who achieved both nationally and internationally. The survey results
revealed that, (1) the values of entrepreneurship that have been invested in SD Negeri Model
Malang is: the value of independent, creative value, value orientation on performance, the value
of risk-taking, leadership values, values of hard work, and the value of honest, (2) planting the
values of entrepreneurship by integrating the values of entrepreneurship into every subject,
extracurricular, self-development and local content.
Keywords: entrepreneurial values, social sciences
ABSTRAK
Nilai yang ditanamkan pada usia emas anak akan membentuk karakter sesuai dengan nilai yang
ditanamkan. Perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang
penanaman nilai-nilai kewirausahaan penting untuk disadari oleh guru, sehingga karakter
wirausaha dapat diciptakan sedini mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui nilainilai kewirausahaan yang ditanamkan di SD Negeri Model Kota Malang, (2) cara
menanamkannya di SD Negeri Model Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif berjenis studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Pelaksanakan penelitian di SD Negeri Model Kota Malang, dikarenakan dalam misi
di sekolah yaitu menjadikan kewirausahaan sebagai soko guru dalam pembelajaran, sarana dan
prasarana yang memadai, dan prestasi siswa yang diraih baik nasional maupun internasional.

Hasil penelitian diketahui bahwa, (1) nilai-nilai kewirausahaan yang telah ditanamkan di SD
Negeri Model Kota Malang adalah: nilai mandiri, nilai kreatif, nilai orientasi pada prestasi, nilai
berani mengambil resiko, nilai kepemimpinan, nilai kerja keras, dan nilai jujur, (2) cara
penanaman nilai-nilai kewirausahaan melalui pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan kedalam
setiap mata pelajaran, ekstrakurikuler, pengembangan diri, dan muatan lokal.
Kata Kunci : nilai kewirausahaan, ilmu pengetahuan sosial

PENDAHULUAN
Peraturan Pemerintah No.28/1990
tentang Pendidikan Dasar pasal 25 ayat 1
menegaskan bahwa bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan.
Bimbingan
dalam
rangka
mengenal
lingkungan dapat diartikan bahwa guru
sebaiknya mampu memberikan kemudahan

kepada anak didik dan orang tua, untuk
mengenal lingkungannya dengan baik,
termasuk pula lingkungan di luar sekolah.
Anak didik mampu merencanakan masa
depannya mengandung makna bahwa guru
diharapkan mampu membantu siswa
mengenal berbagai macam pekerjaan dan
pendidikan yang ada di lingkungannya, serta
mengembangkan cita-cita anak didik sesuai
dengan pengenalan siswa akan berbagai
macam pekerjaan.
Sekolah dalam konteks sosial
berfungsi untuk mempersiapkan manusia
agar mendapat pekerjaan. Anak yang telah
lulus sekolah diharapkan berkompeten dalam
bekerja sesuai dengan bidang yang telah
dipelajari ilmunya di sekolah. Minimal
mampu untuk memperoleh penghasilan.
Secara sederhana bisa dibilang, semakin
tinggi pendidikannya akan semakin mudah

pula ia memperoleh pekerjaan. Analisis
logisnya, jika semakin lama seorang belajar
di sekolah akan semakin banyak kompetensi
yang dikuasainya. Skill, pengetahuan
semakin dalam, wawasannya semakin luas,
keterampilannya semakin ahli, dan sikapnya
semakin baik, sehingga akan mudah
mendapatkan pekerjaan dan memiliki
kontribusi riil di tengah masyarakat (Barnawi
& Arifin, 2012).
Waktu terus berjalan diiringi dengan
perkembangan zaman, Persaingan sudah
semakin terbuka dan tantangan menjadi
semakin berat. Sumber daya manusia dan
sumber daya alam antar negara sedang
bergerak untuk menunjukkan keunggulannya
masing-masing. Negara yang mempunyai
sumber daya yang unggul akan mampu
berdiri dan mengalahkan yang lain.
80


Sebaliknya, negara-negara yang belum
mampu mengolah sumber daya yang ada di
negaranya secara tidak langsung akan
tergerus, tersingkir dan bahkan tergilas.
Suryana berpendapat bahwa negara-negara
yang mempunyai kemampuan bersaing
adalah negara-negara yang dapat mengolah
sumber daya ekonomi dan sumber daya
manusianya secara riil. Sumber-sumber daya
ekonomi dapat diolah secara maksimal jika
manusia mempunyai kemampuan komparatif
dan kompetitif diikuti keterampilan kreatif
dan inovatif dalam meningkatkan nilai
tambah (Barnawi & Arifin, 2012).
Sumber daya manusia di Indonesia
dihadapkan tantangan persaingan global.
Tantangan seperti pertumbuhan penduduk,
pengangguran, tanggung jawab sosial,
keanekaragaman ketenagakerjaan, etika,

kemajuan IPTEK, dan gaya hidup beserta
kecenderungannya.
Tantangan
tesebut
mendorong untuk mengevolusi sumber daya
manusia. Realita di masyarakat, lulusan
pendidikan belum mampu mengisi lowongan
pekerjaan dikarenakan ketidakselarasan
antara kompetensi yang dimiliki dengan
kebutuhan dunia kerja. Selain itu, peran
pemerintah dalam menyerap lulusan di dunia
pendidikan jumlahnya sangat terbatas yang
berakibat jumlah pengangguran terdidik
meningkat setiap tahunnya (Barnawi &
Arifin, 2012).
Data Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), membuat hipotesis bahwa
angka pengangguran tahun 2009 naik menjadi
9% dari angka pengangguran 2008 sebesar
8,5%. Berdasar data Badan Pusat Statistik

(BPS), jumlah penganggur pada Februari
2008 telah terdata sebesar 9,43 juta orang.
Sementara jumlah angkatan kerja pada
Februari 2008 mencapai 111,48 juta orang.
Salah satu solusi yang bias dilakukan untuk
mengurangi
angka
pengangguran
di
Indonesia adalah perlu ditanamkan nilai-nilai
kewirausahaan sedini mungkin. Hal tersebut
dilakukan bukan tanpa alasan, karena suatu
bangsa akan makmur apabila jumlah
wirausahanya paling sedikit 2% dari jumlah
penduduk. Tahun 2007, jumlah wirusaha di
Singapura ada sebesar 7,2%, Amerika Serikat

Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016


2,14%, Fakta Indonesia dengan jumlah
penduduknya kurang lebih sebesar 220 juta,
jumlah wirausahanya sebanyak 400.000
orang atau 0,18%, yang seharusnya sebesar
4.400.000 orang. Secara hitungan matematis
jumlah wirausaha di Indonesia kurang 4 Juta
orang.(Pusat Kurikulum Balitbang, 2010).
Menyikapi hal tersebut, orang tua dan
guru dalam mendidik anak di zaman sekarang
tidak bisa disamakan dengan mendidik anak
zaman dahulu. Dibutuhkan kreativitas dan
inovatif dalam mendidik anak di zaman
sekarang. Pada usia emas yang memiliki
potensi yang luar biasa terutama kinerja
otaknya, anak-anak harus diajarkan spirit
entrepreneur sejak dini, agar di masa depan
generasi tersebut tidak lagi menjadi bangsa
kuli, tetapi menjadi bangsa bos (Nurseto,
2010).
Dukungan orang tua merupakan hal

terpenting dalam penanaman nilai-nilai
kewirausahaan. Diperlukan stimulus dari
orang tua dalam mendidik anak untuk
membangunkan potensi yang dimiliki anakanak. Mindset dalam mendidik anak dari
mental menjadi pegawai harus diubah ke
mental menjadi juragan atau orang yang
membuka lapangan kerja. Untuk itu, sebagai
orang tua harus mengarahkan
dan
mendukung kegiatan yang dilakukan anak
agar memiliki jiwa entrepreneur (Nurseto,
2010).
Dukungan orang tua kepada anaknya
bisa berupa memberikan modal kepada anak
untuk meng-creat benda sehingga bisa
menghasilkan sesuatu yang bernilai jual,
selain modal support adalah memberikan
bentuk motivasi. Motivasi bisa berupa ucapan
selamat ketika anak berprestasi atau berhasil
dalam melaksanakan kegiatan jual beli, si

anak mendapat keuntungan. Dorongan lain
dengan memberikan semangat pantang
menyerah dengan mengajarkan analisa
kenapa rugi, jika si anak mengalami kerugian,
begitu sebaliknya. Support yang seperti ini
sangat membantu si anak karena dengan
support anak akan semakin semangat
manakala ia mengalami keuntungan dari

usahanya dan tidak patah semangat jika
mengalami kerugian. Robert Kiyosaki dalam
bukunya Rich Dad, Poor Dad memberikan
pola dalam mendidik dari dua orang tuanya
ayah kaya (ayah angkatnya) dan ayah miskin
(ayah kandung). Inti penggambaran Pola
didik oleh Robert Kiyosaki adalah apakah
kita orang tua memberikan contoh nyata
kepada anak tentang rahasia-rahasia hidup
sukses ataukah kita orang tua hanya
memberikan kepada anak, hidup sebagai

orang biasa seperti ikut arus air atau hanya
sebagai penumpang (Barnawi & Arifin,
2012).
Di samping orang tua, guru
memegang peranan yang sangat penting
dalam mendidik atau menanamkan mindset
anak untuk menjadi seorang entrepreneur .
Hal ini dikarenakan sebagian besar waktu
anak dihabiskan di sekolah dan anak percaya
dengan apapun yang diucapkan oleh gurunya.
Guru
harusnya
menanamkan
dan
mengembangkan jiwa entrepreneurship ke
anak sejak dini. Guru dalam mengajar harus
bisa mengaitkan apa yang diajarkan dengan
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
entrepreneurship
seperti
keberanian
mengambil resiko, kejujuran, kedisiplinan,
dll. Entrepreneurship diperlukan oleh anak
karena jika ini diberikan oleh guru secara
continue secara tidak langsung dalam otak
akan
tertanam
mindset
tentang
entrepreneurship.
Mindset
tersebut
mejadikan anak ketika tumbuh dewasa akan
terbiasa dengan hal berbau entrepreneurship
(Barnawi & Arifin, 2012).
Menilik pada negara di luar negeri
mulai banyak wirausaha yang bermunculan.
Menurut Buchari Alma, “Tahun 1980 di
Amerika Serikat telah lahir sebanyak 20 juta
wirausahawan baru, mereka menciptakan
lapangan pekerjaan baru. Demikian pula di
Eropa Timur, wirausahawan ini mulai
bermunculan. Bahkan di China yang masa
lalu menganut paham komunisme murni, kini
mulai membuka diri terhadap lahirnya
wirausahawan baru dan menerima investasi
dari luar negeri” (Saiman, 2009). Mengutip
81

dari Kemenrin, di negara Inggris siswa kelas
5 SD di Inggris sudah dikenalkan bagaimana
cara membuat kerajinan tangan dari keramik.
Ketika sudah dibuat, hasil karya para siswa
itu dijual melalui bazar. Cara semacam itu,
kata dia, cukup efektif diterapkan di
Indonesia
karena
masih
kekurangan
pengusaha (Republika, 2013).
Sekolah dan orang tua merupakan
faktor sukses dari program entrepreneurship
sejak dini. Sekolah sebagai tempat bagi anak
mendapatkan ilmu dan mengaplikasikan
ilmunya dan orangtua sebagai motivator bagi
anak. Apabila bisa diwujudkan pada sekolah–
sekolah di Indonesia maka generasi yang
diidamkan yaitu generasi entrepreneur tidak
akan kekurangan (Nurseto, 2010).
Data dari hasil studi cepat tentang
pendidikan kewirausahaan pada pendidikan
dasar dan menengah yang dilakukan oleh
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi
Pendidikan (27 Mei 2010) diperoleh
informasi bahwa pendidikan kewirausahaan
mampu menghasilkan persepsi positif akan
profesi sebagai wirausaha. Fakta ini merata
ditemukan baik di tingkat sekolah dasar,
menengah pertama, maupun menengah atas,
bahwa peserta didik di sekolah yang
memberikan pendidikan kewirausahaan
menunjukkan persepsi yang positif akan
profesi wirausaha. Persepsi positif tersebut
akan memberi dampak yang sangat berarti
bagi usaha penciptaan dan pengembangan
wirausaha maupun usaha-usaha baru yang
sangat diperlukan bagi kemajuan Indonesia
(Isdisusilo, 2012).
Memperhatikan betapa pentingnya
kewirausahaan
dalam
mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara,
maka menurut Isdisusilo (2012), nilai-nilai
kewirausahaan penting untuk ditanamkan
dalam pendidikan. Program kewirausahaan
dalam pendidikan dapat dilaksanakan dengan
cara sebagai berikut:
1. Menanamkan pendidikan kewirausahaan
ke dalam semua mata pelajaran, bahan
ajar, ekstrakurikuler, dan kegiatan
pengembangan diri
2. Mengembangkan kurikulum pendidikan
yang memberikan muatan pendidikan
82

kewirausahaan
yang
mampu
meningkatkan
pemahaman
tentang
kewirausahaan, menumbuhkan karakter
dan keterampilan berwirausaha
3. Menumbuhkan budaya berwirausaha di
lingkungan sekolah
Dengan demikian, penerapan program
pendidikan kewirausahaan tidak diajarkan
pada mata pelajaran khusus. Akan tetapi cara
pengajarannya adalah terintegrasi dalam
setiap mata pelajaran yang diajarkan,
kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan
pengembangan diri.
Menanggapi hal tersebut, SD Negeri
Model melalui misinya telah merealisasikan
dan menanamkan kewirausahaan sebagai
soko guru pembelajaran siswa di sekolah.
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan di SD
Negeri Model dilaksanakan dengan cara
mengintegrasikannya ke dalam kegiatan
ekstrakurikuler dan semua mata pelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan staf
waka kurikulum, yaitu contoh konkrit
integrasi nilai-nilai kewirausahaan dalam
kegiatan ekstra di SD Negeri Model Kota
Malang adalah kegiatan dalam pembuatan
pupuk
kompos
(komposting).
Siswa
diajarkan cara mengolah sampah menjadi
pupuk organik, ketika sudah terkumpul
beberapa pupuk organik, pupuk tersebut
dibagikan ke lingkungan sekitar sekolah,
daerah Rampal, dan sebagian dijual.
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan
dalam semua mata pelajaran dilakukan
melalui
proses
pembelajaran
dengan
penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan
dalam semua mata pelajaran sehingga
hasilnya diperoleh kesadaran akan pentingnya
nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha.
Sedangkan
penanaman
nilai-nilai
kewirausahaan
dalam
kegiatan
ekstrakurikuler dilakukan melalui kegiatan
pendidikan luar mata pelajaran dan pelayanan
konseling untuk membantu pengembangan
siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat mereka.
Nilai-nilai kewirausahaan dalam masa
krisis seperti saat ini dirasa sangat penting
terutama dilakukan pada wilayah dunia
pendidikan khususnya di kalangan siswa

Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016

Sekolah Dasar. Penanaman nilai-nilai
kewirausahaan di SD Negeri Model
merupakan
langkah
kongkrit
dalam
mengantisipasi dan mempersiapkan generasi
muda yang mempunyai jiwa wirausaha
dalam menghadapi persaingan globalisasi
saat ini. Atas dasar itulah, menarik untuk
diteliti
tentang
penanaman
nilai
kewirausahaan (studi kasus di SD Negeri
Model Kota Malang).
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang Penanaman nilainilai kewirausahaan di SD Model Kota
Malang ini menggunakan pendekatan
kualitatif, Adapun jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus (case studies). Metode yang digunakan
peneliti bertolak pada pertanyaan “How atau
Why” Tipe studi kasus dalam penelitian ini
adalan deskriptif, dikarenakan penelitian
deskriptif sangat baik dipergunakan untuk
menggambarkan dan menemukan fenomena
kunci seperti kemajuan karir, prestasi dan
berbagai realitas yang muncul di SD Negeri
Model Kota Malang.
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri Model Kota Malang di jalan Raya
Model, Kecamatan Kedungkandang, Telp.
0341-754090 Malang 65333. SD Negeri
Model Kota Malang adalah sekolah Negeri
percontohan (model) berskala Nasional yang
didirikan berkat dukungan dari Departemen
Pendidikan Nasional untuk secara bertahap
meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Peneliti memilih sekolah ini
sebagai subyek penelitian sebab, 1) jumlah
siswa siswi yang bersekolah di SD Negeri
Model Kota Malang cukup banyak; 2)
berbagai sarana dan prasarana penunjang
sudah cukup memadai; 3) Lokasi sekolah
yang terletak di komplek pendidikan
Internasional Kota Malang; 4) Misi dari
sekolah salah satunya adalah menanamkan
kewirausahaan berbasis lingkungan sebagai
soko guru pembelajaran siswa di sekolah; 2)
dalam
kegiatan
pembelajaran
mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan;

3) Budaya sekolah menunjang penanaman
nilai-nilai kewirausahaan.
Kehadiran peneliti adalah mutlak.
Peneliti melihat langsung kenyataan yang ada
di lapangan, selain itu peneliti juga
melakukan pengamatan teknik pengamatan
partisipan atau peran serta di mana peneliti di
mana peneliti ikut serta dalam berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh sumber data
penelitian (Wahidmurni, 2008). Dalam proses
pengamatan partisipan tersebut peneliti terjun
ke lapangan langsung yaitu mengamati
langsung
penanaman
nilai-nilai
kewirausahaan di SD Negeri Model Kota
Malang. Hal ini dilakukan untuk mencari
informasi sebanyak mungkin kemudian
diolah dan dijadikan data dalam penelitian.
Data primer penelitian diperoleh dari
pengamatan, catatan lapangan, interview
diantaranya kepada kepala sekolah, dewan
guru, wali kepala bidang kurikulum, staf
kurikulum, serta semua pihak yang terkait di
SD Negeri Model Kota Malang. Data
sekunder
penelitian
diperoleh
dari
perencanaan pembelajaran (RPP, Silabus),
dokumen pendukung terkait penanaman nilai
kewirausahaan. Teknik pengumpulan data
diperoleh dari metode observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
Berikut Gambar 1 tentang komponenkomponen data model interaktif dalam
penelitin ini

Gambar 1. Konstruktivisme Analisis Data Model
Interaktif

Analisis data dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu 1) proses reduksi data
dengan cara pengelompokkan pada data
83

penanaman nilai-nilai kewirausahaan di SD
yang telah diperoleh; 2) penyajian data
dengan cara deskriptif berdasarkan aspek
yang
diteliti;
3)
simpulan/verifikasi
berdasarkan pemahaman terhadap data yang
telah disajikan dan dibuat dalam pernyataan
singkat yang mudah dipahami.
Pengecekan
keabsahan
data
digunakan teknik sebagai berikut:
1) Ketekunan
pengamatan,
dilakukan
dengan cara pengamatan secara langsung
dan terus menerus terhadap objek yang
diteliti, seperti proses belajar mengajar
di kelas, sarana prasarana pendukung
penanaman nilai-nilai kewirausahaan di
SD Negeri Model Kota Malang, aktivitas
guru,
akivitas
siswa,
kendala
pembelajaran dan lain-lain. Peneliti
mengadakan observasi terus menerus,
sehingga memahami gejala dengan lebih
mendalam dan mengetahui aspek yang
penting, terfokus dan relevan dengan
topik penelitian.
2) Triangulasi, pertama triangulasi degan
menggunakan
sumber
yaitu
membandingkan sumber informasi dari
kepala sekolah dengan wakil kepala
kurikulum, dewan guru, dan informan
lain yang berkaitan dengan data tentang
penanaman nilai-nilai kewirausahaan di
SD Negeri Model Kota Malang. Kedua,
triangulasi
metode
dan
teknik
pengumpulan
data
dengan
cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi
peneliti kumpulkan kemudian dianalisis.
Ketiga ,
triangulasi
data
dengan
pengecekan yang dibantu oleh teman
sejawat, serta pihak-pihak lain yang
telah memahami penelitian ini.
3) Kecukupan referensial, data hasil
wawancara perlu didukung dengan
adanya rekaman wawancara. Data
tentang proses pembelajaran perlu
didukung oleh foto-foto, video, tape
recorder.
Berikut tahap penelitian yang
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Tahap-tahap dalam Penelitian

84

Tahap
Pra lapangan
(orientasi)

Pekerjaan
lapangan

Analisis data

Kegiatan

Melakukan observasi ke lokasi
penelitian, yaitu SD Negeri Model
Kota Malang, selanjutnya, peneliti
mulai menggali informasi kepada
kepala sekolah, dewan guru SD
Negeri Model Kota Malang dan
beberapa
siswa
yang
dapat
memberikan beberapa informasi
penting terkait rumusan masalah
yang diteliti.
Memahami latar penelitian dan
mempersiapkan diri, memasuki
lapangan untuk mengumpulkan data
yang dibutuhkan di SD Negeri
Model Kota Malang
Pengecekan data dengan para
informan dan subjek penelitian serta
dokumen-dokumen yang ada untuk
membuktikan keabsahan data yang
diperoleh. Selanjutnya, peneliti
melakukan berbagai perbaikan data
yang terkait dengan bahasa,
sistematika
penulis
maupun
penyederhanaan data agar laporan
ini
komunikatif
dan
dapat
dipertanggungjawabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil SDN Model Kota Malang
Pada tanggal 14 Agustus 2007
Rintisan
TK-SD
Negeri
Bertaraf
Internasional Tlogowaru diresmikan oleh
Prof. Dr. Bambang Sudibyo yang menjabat
sebagai Menteri Pendidikan Nasional pada
Kabinet Indonesia Bersatu. Dengan semangat
dari warga sekolah serta dukungan dari
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
sekolah yang sekarang ini dinamakan
Rintisan KB-TK-SD Negeri Bertaraf
Internasional telah berdiri dan telah
memperoleh penghargaan hingga tingkat
nasional.
Kondisi Guru dan Karyawan SD
Negeri
Model Kota Malang dalam
keberlangsungan proses belajar mengajar,
mempunyai posisi yang penting. Guru dan
karyawan sekolah merupakan unsur pokok
yang ada dalam organisasi pendidikan,
karena merekalah yang akan mengantarkan
keberhasilan peserta didik. SD Negeri Model

Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016

Kota
Malang
mempunyai tenaga
kependidikan yang handal dalam bidangnya
dan tidak diragukan lagi serta berkompeten
dalam dunia pendidikan.
Guru dan karyawan yang berdedikasi
untuk mengabdikandirinya di SD Negeri
Model Kota Malang. Model pendidik dan
tenaga kependidikan di SD Negeri Model
Kota Malang diseleksi dengan sangat ketat
dan profesional oleh Dinas Pendidikan,
dengan menguasai Bahasa Inggris aktif
bersertifikat TOEFL > 500. Pendidikan
minimal strata 1 dan mampu mengajar
dengan basic multimedia dan ICT. Dokter
sekolah, psikolog dan ahli Gizi yang
profesional. Tenaga Administrasi dan
Cleaning Service yang handal.
B. Nilai
Kewirausahaan
yang
Ditanamkan di SD Negeri Model Kota
Malang
Pada penelitian ini, peneliti hanya
mengkaji sebanyak sembilan nilai, yaitu: (1)
nilai mandiri, (2) nilai kreatif, (3) nilai
orientasi pada prestasi, (4) nilai berani
mengambil resiko, (5) nilai kepemimpinan,
dan (6) kerja keras, (7) nilai jujur, (8)
disiplin, (9) komunikatif. Nilai-nilai tersebut
merupakan nilai yang dibudayakan di SD
Negeri Model Kota Malang.
Data dari hasil wawancara kepada
waka kurikulum, menyatakan bahwa SD
Negeri Model kota Malang menanamkan
nilai mandiri dengan cara mengadakan
ulangan setiap minggu dan siswa dilarang
mencontek jawaban teman. Apabila ada
siswa yang menyontek, maka siswa yang
bersangkutan harus mengerjakan ulangan di
luar pintu kelas. Pada penanaman nilai
mandiri dapat dilihat dari kegiatan siswa
kelas V ketika di dalam ujian tengah
semester (UTS) terlihat mengerjakan
tugasnya secara mandiri, tidak melakukan
kecurangan dengan mencontek ketika ujian
berlangsung.
Dalam
kehidupan,
Rasulullah
membiasakan anak untuk bersemangat dan
mengemban tanggung jawab. Tidak mengapa

anak disuruh mempersiapkan meja makan
sendirian. Ia akan menjadi pembantu dan
penolong bagi yang lainnya. Daripada anak
menjadi pemalas dan beban bagi orang
lain. Rasulullah bersabda: “bermain-mainlah
dengan anakmu selama seminggu, didiklah
ia selama seminggu, temanilah ia selama
seminggu pula, setelah itu suruhlah ia
mandiri”. (HR. Bukhari) (Rahmat, 2013).
Nilai kreatif bisa diartikan berpikir
dan melakukan hal yang berbeda dari yang
sudah ada. Pada Sejarah Islam dapat
diketahui nilai kreatif dari Sahabat
Rasulullah, Anas bin Malik meriwayatkan,
suatu hari ada pengemis dari Anshar datang
meminta-minta kepada Rasulullah. Singkat
cerita pengemis diberi kapak kemudian
timbul ide kreatif dalam pikirannya,
kemudian berhasil membawa uang yang
cukup hasil dari mencari kayu (Yasin, 2011).
Pada SD Negeri Model Kota Malang
dalam menanamkan nilai kreatif salah
satunya dengan cara memberikan kebebasan
dan kesempatan kepada siswa untuk berpikir
kreatif, kegiatan yang dilakukan ketika
diadakan lomba daur ulang sampah. Syarat
lomba tidak membatasi kreativitas siswa, hal
tersebut dilakukan guna siswa menanamkan
nilai kreatif kepada siswa, dengan catatan
tidak keluar dari tema yang diberikan.
Nilai orientasi pada hasil merupakan
kemampuan seseorang untuk melihat,
menyikapi, dan bertindak ke depan dalam hal
kejadian yang akan terjadi di masa depan.
Dalam bervisi Dalam Islam ditunjukkan
pada Al-Qur’an, seorang pemimpin harus
mempunyai visi membawa orang-orang yang
di pimpinnya ke arah yang lebih baik bisa
visi untuk masuk surge (Nurinzaidin, 2013).
Nilai orientasi pada prestasi atau hasil
ditunjukkan di SD Negeri Model Kota
Malang dengan kegiatan upacara yang di
dalamnya terdapat teladan pada siswa yang
berprestasi ketika diberikan piala pada waktu
upacara, hal tersebut dilakukan agar siswa
lain dapat berorientasi pada prestasi atau
berpikir jauh ke depan dan menyiapkan
segala sesuatu agar masa depan dapat
85

tercapai sesuai dengan pandangan siswa
tersebut.
Berani mengambil resiko bisa
diartikan kemampuan seseorang menyukai
tantangan dan berani mengambil resiko.
Menurut Jaya Setiabudi, Ciri yang paling
menonjol dari seorang pengusaha adalah
keberanian, hal tersebut terlihat ketika
seseorang mengambil keputusan dan siap
dengan
resikonya
Contohnya
ketika
meminjam uang di Bank. Keputusan apapun
yang kita ambil pasti mengandung resiko
yang harus ditanggung.
SD Negeri Model Kota Malang dalam
penanaman nilai berani mengambil resiko
Nampak pada kegiatan belajar mengajar di
kelas, guru memberikan kuis kepada siswa
dengan aturan seperti penambahan dan
pengurangan poin apabila menjawab benar
diberi tambahan poin ketika salah siberi
pengurangan. Kuis tersebut membuat anak
berani mengambil resiko dalam hal
menjawab pertanyaan, untuk memenangkan
kuis tersebut siswa harus berani mengambil
resiko ketika jawaban yang disampaikan
siswa salah.
Kepemimpinan merupakan sikap dan
perilaku seseorang yang selalu terbuka
terhadap saran dan kritik, mengarahkan
orang lain. Allah SWT telah memberi tahu
kepada
manusia,
tentang pentingnya
kepemimpinan dalam islam, sebagaimana
dalam Al-Quran kita menemukan banyak
ayat yang berkaitan dengan masalah
kepemimpinan.
Nilai kepemimpinan di SD Negeri
Model Kota Malang ditanamkan dari
kegiatan Upacara, dalam hal ini petugas yang
berganti secara bergilliran setiap minggunya.
Kegiatan tersebut menanamkan nilai
kepemimpinan agar siswa yang mendapat
tugas sebagai petugas upacara dapat
mengkoordinr siswa di kelasnya.
Melihat dari sisi Islam, nilai jujur
yang dibudayakan di SD negeri Model Kota
Malang merupakan akhlak muslim yang
tinggi nilainya. Nilai jujur harus dipegang
teguh dalam setiap urusan dan persoalan.
Nilai jujur merupakan sarana untuk
memperbaiki kinerja seseorang, menghapus
86

dosa, dan mengantarkan seorang muslim
masuk surga.
Dalam sebuah hadis diriiwayatkan,
”Hendaklah kalian berkata jujur, sebab
kejujuran itu akan mngantarkan kepada
kbaikan. Dan kbaikan itu akan mengantakan
ke surga. Dan sseorang masih tetap berlaku
juju, dan membiasakan diri dengan
kejujuran, hingga dicatat di sisi Allah
sebagai orang yang jujur ” (Bukhari, Shahih
Muslim) (Dawwabah, 2009).
Di antara refleksi makna kejujuran di
SD Negeri Model Kota Malang adalah
adanya kantin kejujuran salah satu cara
mendidik semua warga sekolah untuk
berperilaku jujur dalam membeli barang
dengan mengambil barang sendiri dan
membayar di kotak yang sudah disediakan
secara jujur. Cara inilah yang membawa
keberkahan di Sisi Allah SWT. Selain itu
akan diangkat derajatnya di surga, setingkat
dengan para nabi, orang-orang yang jujur,
dan para syuhada. Diriwayatkan dari Abi
Said al-Khudzriyyi dari Rasulullah bahwa
beliau bersabda, “Seorang pedagang yang
jujur akan bersama dengan para nabi,
orang-orang jujur, dan para syuhada. ”
(Dawwabah, 2009)
Tindakan
yang
mencerminkan
perilaku tertib dan patuh pada peraturan bisa
disebut disiplin. Nilai disiplin di SD Negeri
Model Kota Malang ditunjukkan dengan
datang dan masuk sekolah. Nilai disiplin
terlihat ketika siswa menunggu bus sekolah
di daerah sawojajar. Antrian tas sekolah
siswa berbaris sesuai dengan yang datang
lebih pagi. Ketika bus yang sudah tiba siswa
antri masuk bus sesuai dengan antrian tas
tersebut. Hal senada juga dicerminkan pada
guru ketika dating ke sekolah. Guru datang
ke sekolah tepat waktu. Guru berbaris dengan
seksama di sudut sekolah barat dan timur
gerbang untuk menyambut murid dengan 3S
(senyum, sapa, dan salam).
Disiplin tidak hanya tercermin dalam
hal datang ke sekolah tepat waktu, di dalam
kelas nilai disiplin ditanamkan ketika akan
ulangan harian, kesepakatan untuk membuat
aturan tentang nilai di bawah kkm (criteria
ketuntasan
minimal)
dikenai
denda

Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016

memberikan barang sesuai kebutuhan kelas.
Contoh membawa cairan pembersih lantai,
sapu, kemoceng, dsb.
Nilai komunikatif Tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
Nilai komunikatif di SD Negeri Model Kota
Malang ditunjukkan dengan kegiatan
pembelajaran. Pada tiga mata pelajaran
(English, Mathematics, Science) proses
pembelajarannya
menggunakan
bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar. Hal
tersebut menular pada kegiatan sehari-hari
membuat siswa terbiasa menggunakan
bahasa inggris.
Di SD Negeri Model Kota Malang
banyak sekali nilai-nilai yang ditanamkan
kepada siswanya diantaranya nilai disiplin,
religius, sosial, peduli lingkungan, toleransi,
menghargai tanah air, dll. akan tetapi
kesemua nilai tersebut bukan termasuk dari
nilai-nilai kewirausahaan.

C. Cara
Penanaman
Nilai-nilai
Kewirausahaan di SD Negeri Model
Kota Malang
Pada sekolah dasar penanaman nilai
bukan pada tataran konsep atau teori-teori.
Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan
pokok pembahasan yang diajarkan seperti
halnya ketika guru mengajarkan suatu
konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti
dalam mata pelajaran IPA, IPS, PKn, Agama
dan sebagainya. Akan tetapi, penanaman
nilai-nilai kewirausahaan diintegrasikan ke
dalam setiap mata pelajaran melalui materi,
metode, dan penilaian.
Pengintegrasian
nilai-nilai
kewirausahaan dalam pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas. Guru tidak pelu
mengubah pokok bahasan yang sudah ada.
Pokok bahasan yang sudah ada untuk
menanamkan nilai-nilai kewirausahaan.
Dalam
menanamkan
nilai-nilai
kewirausahaan,
digunakan
metode
pembelajaran aktif dan menyenangkan atau

PAIKEM dalam proses pembelajaran.
Penggunaan metode pembelajaran tersebut
mengisyaratkan bahwa nilai-nilai tersebut
kegiatannya dilakukan oleh peserta didik.
SD Negeri Model Kota Malang dalam
praktik, untuk menanamkan nilai-nilai
kewirausahaan pada peserta didik ada
beberapa cara yang dapat dilakukan antara
lain: melalui: (1) Kegiatan Belajar Mengajar,
(2) Budaya Sekolah, (3) Ekstra kurikuler (4)
Muatan lokal.
1.

Pengintegrasian
nilai-nilai
kewirausahaan ke dalam mata
pelajaran
Pengintegrasian
nilai-nilai
kewirausahaan ke dalam mata pelajaran di
SD Negeri Model Kota Malang dalam
praktiknya di kelas sudah mencerminkan
kegiatan tentang penanaman nilai-nilai
kewirausahaan. Dari hasil wawancara dan
observasi pendekatan yang digunakan adalah
berorientasi pada siswa, contoh kegiatan
dalam penanaman nilai kreatif yaitu guru
memberikan kebebasan pada siswa untuk
mengeksplorer imajinasi mereka sendiri
ketika mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru.
Hasil penelitian di SD Negeri Model
Kota Malang dalam aktivitas di kelas siswa
tidak langsung diajarkan konsep tentang
kewirausahaan tetapi dengan kegiatankegiatan siswa. Setiap nilai yang ditanamkan
pada mata pelajaran menggunakan beberapa
strategi. Pemilihan strategi tersebut dengan
mempertimbangkan beberapa aspek seperti
aspek siswa, sarana, media, dll. Nilai-nilai
yang dipilih juga tidak harus bersamaan
dalam
penanamannya
atau
secara
keseluruhan harus ditanamakan, karena hal
tersebut akan sangat memberatkan bukan saja
pada guru tetapi juga pada siswa.
Oleh karena itu, tahap awal dalam
penanaman nilai-nilai kewirausahaan di SD
Negeri Model Kota Malang yaitu dengan
memilih enam nilai pokok kewirausahaan
yaitu mandiri, kreatif, orientasi pada prestasi,
berani
mengambil
resiko,
kreatif,
87

kepemimpinan, dan kerja keras. Bisa juga
dengan menambahkan nilai diluar enam nilai
pokok tersebut seperti jujur, disiplin, rendah
hai, peduli lingkungan, dsb. Dari beberapa
kegiatan pengintegrasian nilai kewirausahaan
sesuai dengan teori yang dikemukakan di bab
kajian pustaka.
2.

Budaya Sekolah
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan
melalui budaya sekolah diantaranya melalui
kegiatan rutin, kegiatan spontan, teladan, dan
pengkondisian. Kegiatan rutin dalam sekolah
kegiatan terjadwal dalam sekolah. Pada hasil
observasi dan wawancara, kegiatan terjadwal
dalam sekolah di SD Negeri Model Kota
Malang adalah kegiatan upacara. Kegiatan
ini dilakukan setiap hari senin, melihat
kegiatan
penanaman
nilai-nilai
kewirausahaan yaitu dari petugas upacara
yang dilakukan secara bergiliran tiap kelas.
Budaya sekolah juga dari kegiatan
spontan. Kegiatan spontan yaitu kegiatan
yang dilakukan oleh guru dan tenaga
kependidikan ketika melihat siswa yang
melakukan kegiatan baik, tidak hanya baik
tetapi ketika melihat siswa melakukan
kesalahan, guru tidak segan untuk menegur
siswa yang berbuat kesalahan tersebut. Di SD
Negeri Model kegiatan spontan selalu
dilakukan. Hasil wawancara dan observasi
menunjukkan bahwa kegiatan spontan
terlihat ketika guru memberikan pujian
secara sederhana kepada siswa yang meraih
nilai ulangan tertinggi. Pujian sederhana
yaitu melalui pemberian tepuk tangan. Dari
hal sederhana tersebut siswa lain terpacu
untuk melakukan hal yang sama terkait
dengan nilai-nilai kewirausahaan yang telah
tertanam di dalam diri mereka.
Di SD Negeri Model Kota Malang
keteladanan terlihat hampir semua guru
memberikan teladan tentang nilai-nilai
kewirausahaan. Hasil observasi melihat
keteladanan dari kepala sekolah dalam
menanamkan nilai-nilai kewirausahaan.
Salah satu contoh keteladanan yaitu datang
ke sekolah tepat pada waktunya. Secara tidak
langsung keteladanan kepala sekolah
memberikan contoh kepada guru dan tenaga
88

kependidikan untuk datang tepat waktu.
Selanjutnya akan membuat siswa datang ke
sekolah tepat waktu.
Pengembangan diri di sekolah yang
terakhir dari pengkondisian. Pengkondisian
merupakan pendukung dari kegiatan untuk
memananamkan nilai-nilai kewirausahaan.
Sebagai contoh di sekolah untuk mendukung
penanaman nilai kreatif yaitu dengan
memiliki tempat untuk memamerkan hasil
kreativitas siswa. Hal tersebut penting
dilakukan di Sekolah Dasar dengan tujuan
untuk menanamkan nilai kreatif pada siswa
melalui pengkondisian.
SD Negeri Model Kota Malang dalam
pengkondisian
penanaman
nilai-nilai
kewirausahaan yaitu dengan memiliki ruang
galleri. Ruang ini untuk menampung dan
memamerkan hasil kreativitas siswa. Hasil
observasi pada ruang galleri berisi hasil
kreativitas siswa berupa barang-barang bekas
dibuat menjadi barang yang berguna atau
sampah dirubah menjadi barang yang siap
untuk dijual. Barang lain berupa baju dari
sampah, alas untuk minuman, tutup gelas,
pesawat
terbang dari plastik,
dsb.
Pengkondisian tersebut secara tidak langsung
mendukung
menanamkan
nilai-nilai
kewirausahaan.
Pengkondisian lain yaitu kegiatan
ulang tahun sekolah dengan membuat stan
untuk berjualan atau bazar. Stan tersebut
tidak gratis untuk ditempati siswa berjualan,
tetapi harus membayar untuk menyewa
termpat tersebut. Stan ditawarkan oleh siswa
kepada orang tuanya agar menyewa tempat
tersebut, sedangkan siswanya berjualan di
stan tersebut. Kegiatan teresebut sesuai
dengan hadis nabi yaitu Nabi Muhammad
SAW bersabda,”Hendaklah kamu berdagang
karena di dalamnya terdapat 90% pintu
rezeki ” (HR Ahmad bin Hanbal). Nabi juga
pernah
bersabda
tentang
berdagang,
“sesungguhnya
sebaik-baiknya
mata
pencaharian adalah seorang pedagang”(HR
Baihaqy) (Banarwi dan Arifin, 2012).
Kultur sekolah merupakan ciri khas
yang ada di sekolah, semua warga sekolah
tidak akan lepas dari budaya sekolah
tersebut, baik itu guru, tenaga kependidikan,

Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016

sampai kepala sekolah. Budaya tersebut
terlihat ketika orang luar sekolah masuk
dalam sekolah tersebut maka akan melihat
dan merasakan budaya jujur di sekolah
tersebut.
Hasil observasi tentang kultur sekolah
dalam
menanamkan
nilai-nilai
kewirausahaan, melihat nilai jujur sebagai
budaya di SD Negeri Model Kota Malang.
Hal tersebut terlihat dari kantin kejujuran
yang ada di sekolah, tidak semua sekolah
memiliki kantin kejujuran. Kantin kejujuran
tersebut difungsikan bukan hanya untuk
menanamkan nilai kejujuran pada siswa
tetapi juga pada semua warga sekolah baik
itu guru sampai kepala sekolah.
Nilai jujur ditanamkan sejak dini atau
mulai dari sekolah dasar, dengan harapan
karakter siswa apabila kultur sekolah yang
jujur maka akan lahir manusia berkarakter
jujur seperti nabi Muhammad bergelar alAmin dikarenakan kejujurannya menhasilkan
kepercayaan dari semua orang baik itu
muslim maupun non muslim.
3.

Ekstrakurikuler
Di SD Negeri Model Kota Malang
terdapat
enam
belas
ekstrakurikuler,
beberapa kegiatan bisa muatan nilai-nilai
kewirausahaan, salah satunya adalah
pramuka. Dalam pramuka terdapat kegiatan
baris berbaris. Kegiatan tersebut ditanamkan
nilai
kepemimpinan.
Indikator
pada
kepemimpinan salah satunya adalah mampu
mengkoordinir teman-teman. Kegiatan baris
berbaris yang bertugas mengkoordinir
barisan adalah ketua barisan. Ketua dalam
hal
ini
telah
tertanamankan
nilai
kepemimpinan.
Ekstrakurikuler
selain
pramuka
adalah keolahragaan. Banyak macam
ekstrakurikuler dari keolahragaan salah
satunya
adalah
kegiatan
renang.
Ekstrakurikuler renang setiap tahunnya
terdapat perlombaan baik di tingkat kota,
propinsi, maupun internasional. Ketika
kegiatan ekstrakurikuler dilakukan guru
selalu menanamkan nilai orientasi pada

prestasi atau memberikan motivasi dan
latihan secara rutin guna menjuarai lomba
berbagai tingkat. Di samping yang
ditanamkan nilai orientasi pada prestasi juga
berani mengambil resiko, bila dianalisis
siswa yang mengikuti lomba secara tidak
langsung dia harus berani mengambil resiko
yaitu kekalahan yang akan diterima, dalam
mengolah resiko tersebut agar resiko kalah
berubah menjadi kekuatan untuk menang.
4.

Muatan Lokal
Terakhir
penanaman
nilai-nilai
kewirausahaan yaitu dari muatan lokal.
Muatan lokal yaitu mata pelajaran yang
berdiri sendiri dengan mengembangkan
kemampuan yang dianggap perlu untuk
dipelajari di dalam mata pelajaran di sekolah.
Dalam mulok memuat beberapa karakteristik
yang dimiki daerah tersebut.
Hasil observasi dan wawancara pada
SD Negeri Model Kota Malang penanaman
nilai-nilai kewirausahaan melalui muatan
lokal ditemui pada muatan lokal pendidikan
lingkungan hidup (PLH). Dari mata pelajaran
PLH terdapat kegiatan dalam menanamkan
nilai-nilai
kewirausahaan antara
lain
berkebun,
kegiatannya
setiap
siswa
menanamkan bibit di lahan yang telah
disedikan, setelah beberapa bulan siap panen
maka hasil panen tersebut bisa untuk dijual
dan dimasukkan dikantin selanjutnya untuk
diolah menjadi makanan. Dari kegiatan
tersebut penanaman terlihat penanaman nilai
kewirausahaan yaitu mandiri dan kerja keras
pada siswa.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa di SD Negeri Model Kota Malang
dalam
menanamkan
nilai-nilai
kewirausahaan, tidak langsng pada tataran
konsep atau teori, akan tetapi terjadi
pengintegrasian nilai ke setiap mata
pelajaran, ekstrakurikuler, pengembangan
diri, dan pada muatan lokal, misalnya
petugas upacara bendera dilakukan secara
bergiliran, kegiatan ekstra seperti pramuka
yang wajib untuk diikuti setiap siswa,
kegiatan pameran, pengolahan sampah,
89

budaya jujur (membeli makanan dan
minuman melalui kantin kejujuran).
Berdasarkan beberapa uraian di atas
tentang penanaman nilai-nilai kewirausahaan
di SD Negeri Model Kota Malang dapat
disimpulkan bahwa terdapat 4 cara
penanaman nilai-nilai kewirausahaan, apabila
4 cara penanaman tersebut diklasifikasikan
ke dalam strategi pembentukan karakter
dapat dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2. Klasifikasi Strategi Pembentukan
Karakter di SD Negeri Model Kota Malang

Dari bagan pembentukan karakter di
atas dapat dijelaskan bahwa penanaman nilainilai kewirausahaan diklasikfikasikan ke tiga
kegiatan yaitu:
1.

Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan
Belajar
mengajar
merupakan
strategi
pertama
dalam
membentuk karakter siswa. Kegiatan belajar
mengajar tidak akan lepas dari pentransferan
pengetahuan dari guru kepada siswa di dalam
kelas. Berkaitan dengan penanaman nilai,
guru memberikan pengetahuan tentang suatu
nilai guna siswa membuat keputusan tentang
mana yang benar dan mana yang salah
90

dengan diberikan fakta-fakta yang ada di
kehidupan, pentransferan tersebut diharapkan
siswa menggunakan akal untuk memikirkan
dalam mengambil keputusan apakah yang
dilakukan benar atau salah (Lickona, 2013).
Pembentukan karakter dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas menggunakan
pendekatan terintegrasi ke beberapa mata
pelajaran dan berdiri sendiri sebagai mata
pelajaran khusus yang mananamkan nilai
karakter, seperti materi Pendidikan Agama
dan pendidikan kewarganegaraan serta
termasuk pula Pendidikan Lingkungan hidup
(PLH) (Sulistyowati, 2012).
SD Negeri Model dalam membentuk
karakter wirausaha mempergunakan dua
pendekatan
melalui
kegiatan
belajar
mengajar yang dalam pelaksanaannya
mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan
ke dalam semua mata pelajaran dan
pendekatan monolitik atau membuat sebuah
mata pelajaran khusus guna membentuk
karakter wirausaha berbasis lingkungan
hidup pada siswa-siswinya, di SD Negeri
Model mata pelajaran yang termasuk
kategori monolitik adalah pendidikan
lingkungan hidup (PLH).
Muatan lokal yang merupakan mata
pelajaran yang dibuat khusus untuk
menunjang pengetahuan dan keterampilan
guna sesuai dengan kebutuhan yang ada di
daerah masing. Pada SD Negeri Model Kota
Malang Pendidikan lingkungan hidup (PLH)
menjadi muatan lokal wajib. Persamaan PLH
di SD Negeri Model dengan sekolah lainnya
adalah PLH ini diajarkan mulai dari kelad I
sampai VI sedangkan Perbedaan PLH di SD
Negeri Model dengan sekolah lainnya adalah
pada penanaman nilai kewirausahaan
berbasis lingkungan hidup hal tersebut guna
membentuk karakter wirausaha yang ramah
akan lingkungan. Bila disandingkan dengan
teori yang ada terjadi kesesuaian dengan
pengertian pendidikan lingkungan dalam
proses untuk menjadikan masyarakat
memiliki kepedulian terhadap lingkungan,
pengetahuan, motivasi, komitmen, dan
keterampilan untuk bekerja, baik secara
individu maupun bersama-sama dalam
memberikan jalan solusi terhadap setiap

Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016

permasalahan lingkungan hidup yang ada
pada waktu sekarang dan melakukan
tindakan pencegahan terhadap masalahmasalah lingkungan yang akan dihadapi di
masa yang akan datang (Hamzah, 2013).
Hamzah (2013) dalam bukunya
berjudul Pendidikan Lingkungan Sekelumit
Wawasan Pengantar dim Pendidikan
Lingkungan Sekelumit Wawasan Pengantar
dimaktubkan bahwa pendidikan lingkungan
bukan
hanya
seputar
pentransferan
pengetahuan tentang lingkungan hidup akan
tetapi juga untuk menanamkan dan
mengembangkan
kesadaran
terhadap
lingkungan dan kepeduliannya dengan
kondisi lingkungan. Bila dimaknai lebih
lanjut pendidikan lingkungan tersebut tujuan
penting pendidikan lingkungan hidup adalah
membentuk karakter peduli lingkungan.
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan
berbasis peduli lingkungan, SD Negeri
Model Kota Malang telah berjalan pada jalan
yang benar yakni menjadikan mata pelajaran
lingkungan hidup sebagai muatan lokal
dengan pendekaran monolistik. Dengan
adanya muatan local tersebut ditujukan
untuk memberikan pengetahuan tentang
lingkungan.
Pemberian
ilmu tentang
linkungan tersebut diharapkan mereka dapat
merenung
dan
berfikir
dalam
mermpertimbangkan dan membuat keputusan
apakah sudah benar dalam keputusan
berhubungan dengan lingkungan hidup.
2.

Budaya Sekolah
Pembentukan karakter wirausaha
melalui budaya sekolah dilaksanakan pada
beberpa kegiatan diantaranya kegiatan rutin,
kegiatan
spontan,
keteladanan,
dan
pengkondisian
(Sulistyowati,
2012).
Kegiatan sekolah yang ada dalam program
sekolah dijadikan cara untuk membentuk
karakter siswa. Keberhasilan program
tersebut mengsyaratkan pada partisipasi yang
harus dilakukan oleh semua warga sekolah
sehingga menjadikan suatu pembiasaan
(Aqib, 2012).

Dukungan dari beberapa penelitian
atas pembentukan karakter melalui melalui
pembiasaan. Jim Trelease bahwa harus
dilakukan pembiasaan membaca dimulai
sejak dini guna menumbuhkankembangkan
siswa agar gemar membaca (Aqib, 2012).
Hal senada juga dinyatakan Aba Firdaus AlHalwani bahwa mengajar anak mulai lahir
khusunya dalam hal penanaman nilai-nilai
moral diajarkan sejak dini berarti dibiasakan
sejak awal anak-anak untuk menjalankan
sunah rosul. Dapat diartikan bahwa untuk
membentuk
karakter
wirausaha
bisa
dilakukan melalui pembiasaan sejak dini
mungkin.
Kegiatan rutin yang dilaksanakan di
SD Negeri Model Kota Malang adalah
sebuah pembiasaan melalui kegiatan rutin
yang dilakukan siswa secara terus menerus.
Kegiatan rutin yang dilaksanakan di SD
negeri Model Kota Malang adalah sebuah
pembiasaan. Pembiasaan yang dibangun dari
kegiatan rutin dilaksanakan secara konsisten.
Kegiatan rutin harian dicerminkan pada
kegiatan piket harian di kelas, bersalaman
dengan guru ketika pagi hari, dsb. Sedangkan
kegiatan mingguan dilakukannya kegiatan
upacara.
Kegiatan spontan secara sederhana
diartikan kegiatan yang dilakukan secara
tiba-tiba. Tujuan dari kegiatan spontan
adalah pengoreksian dari suatu perbuatan
yang kurang baik dari siswa di sekolah.
Apabila perbuatan dari siswa kurang baik
segera ditegur, juga sebaliknya (Sulistyowati,
2012). Kegiatan spontan di SD Negeri Model
Kota Malang ketika ada kelas kotor, siswa
secara sadar bersedia membersihkan kelas,
secara spontan guru memberikan pujian atas
perbuatan baik yang dilakukan siswa
tersebut.
Dalam kelas, para siswa memilki dua
macam hubungan: hubungan horizontal dan
hubungan vertical, siswa berhubungan
dengan guru dan siswa berhubungan dengan
siswa. Kedua hubungan ini berpotensi besar
melahirkan dampak negatif mapun positif
terhadap perkembangan karakter siswa. Guru
91

memiliki peran vital dalam menjadi teladan:
pribadi etis yang menunjukkan sikap hormat
dan tanggung jawab, baik dalam mapun di
luar kelas (Lickona, 2013).
Keteladanan sangat diperlukan dalam
membangun nilai karakter. Keteladanan
diartikan perilaku dan sikap kepala sekolah,
guru dan tenaga kependidikan dalam
memberikan contoh perbuatan yang baik
dengan harapan siswa meniru apa yang
dilihat dai teladannya. Jika kepala sekolah
menghendaki agar siswa berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa, maka kepala sekolah, guru dan
tenaga kependidikan adalah orang paling
utama
dalam
memberikan
contoh
(Sulistyowati,
2012).
Zainal
Aqib
menyatakan bahwa di sekolah yang akan
menjadi ukuran utama keteladanan bagi
peserta didik adalah seorang guru (Aqib,
2012).
Berdasarkan dari hasil penelitian,
dapat pahami bahwa keteladanan di SD
Negeri Model Kota Malang diawali dari
pimpinan tertinggi di sekolah yaitu kepala
sekolah dan dewan guru dalam memberikan
teladan yang baik perihal penanaman nilainilai kewirausahaan. Contoh keteladanan
datang kepala sekolah tepat pada waktu,
berbicara santun, berpakaian rapi, dsb. Hal
ini telah sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa salah untuk menciptakan
budaya sekolah yang baik harus menjadikan
kepala
sekolah,
guru
dan
tenaga
kependidikan lainnya sebagai orang pertama
dan utama dalam memberikan contoh atau
uswah yang baik khusunya dalam penanaman
nilai kewirausahaan.
Pengkondisian
merupakan
pengolahan kondisi yang mendukung
keterlaksanaan
pembentukan
karakter.
Sekolah mempunyai komponen-komponen
yang dapat dikondisikan seperti: penyediaan
sarana pendukung dan lingkungan yang
cukup
untuk
ketercapaian
sasaran,
diantaranya: tempat sampah, toilet, slogan
atau pajangan, kantin kejujuran dan dan lainlain (Sulistyowati, 2012).
Pengkondisian lingkungan yang
dilakukan di SD Negeri Model Kota Malang
92

meliputi tersedianya ruang galeri untuk
memajang hasil karya siswa, memiliki kantin
kejujuran yang perngoperasiannya dilakukan
semua warga sekolah, penyelenggaaan
kegiaan bazaar setiap ulang tahun sekolah,
tersedianya
majalah dinding khusus,
tersedianya slogan-slogan tentang nilai-nilai
kewirausahaan,
tersedianya
tempat
composing, lumbung jamur, tersedianya
lahan untuk berkebun.
3.

Ekstrakurikuler
Penanaman
nilai-nilai
guna
membentuk karakter di sekolah dapat
dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di
luar jam pelajaran formal disesuaikan dengan
kebijakan sekolah. Program pengembangan
diri selain bimbingan konseling adalah
kegiatan ekstrakurikuler. Adapun kegiatan
ekstrakurikuler
antara
lain
olahraga,
pramuka, seni, palang merah remaja, drum
band, dll (Sulistyowati, 2012).
Kegiatan
ekstrakurikuler
yang
digunakan untuk membentuk karakter adalah
pramuka dan ekskul keolahragaan. Melalui
kegiatan pramuka, peserta didik ditanamkan
nilai-nilai budaya dari pelatihan dan
pembinaan dalam mengembangkan diri dan
meningkatkan hampir semua karakter,
termasuk
nilai
kewirausahaan
yang
membentuk karakter wirausaha. Sedangkan
ekskul keolahragaan beragam jenisnya mulai
dari renang sampai catur. Kebanyakan dari
eksul keolahragaan memberikan motivasi
untuk berprestasi (Fitri, 2012).
Berdasarkan temuan penelitian di SD
Negeri Model Kota Malang menjadikan
kegiatan keolahragaan dan pramuka sebagai
kegiatan ekstrakulikuler yang dipilih oleh
untuk membentuk karakter wirausaha.
kegiatan pramuka di dua sekolah tersebut di
laksanakan pada salah satu hari tiap
minggunya dan kegiatan outbond yang
biasanya dilaksanakan di akhir semester atau
liburan semester.
Berdasarkan beberapa uraian di atas
tentang strategi pembentukan karakter di SD
Negeri Model Kota Malang dapat
disimpulkan bahwa terdapat tiga strategi

Jurnal Tarbiyah