PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN. docx

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA KALENDER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL CERITA KPK DI KELAS IV
Oleh
Tia Dewi
1204014
Abstrak : Pembelajaran KPK menuntut guru untuk mampu memberikan dua kemampuan
sekaligus kepada siswanya, yaitu kemampuan konsep KPK dan kemampuan memahami
dan menyelesaikan soal cerita pada KPK itu sendiri. Hal tersebut tentu tidak mudah untuk
dilakukan, dibutuhkan usaha untuk dapat melaksanakan kedua hal tersebut. Salah satu
usahanya yaitu dengan dengan menggunakan pendekatan, model dan media yang tepat
dalam mengajarkan materi. Pemilihan pendekatan, model dan media tersebut harus
memperhatikan karakteristik materi dan siswa. Guru harus pandai memilih pendekatan
yang cocok untuk suatu materi pembelajaran dan sekaligus cocok dengan tingkat
perkembangan dan karakteristik siswa agar pembelajaran berlangsung menyenangkan,
efektif, dan tujuan pembelajaranpun tercapai.
A. Pendahuluan
Paradigma lama menunjukkan bahwa guru masih menggunakan pendekatan
pembelajaran konvensional, yaitu mengandalkan pada “chalk and talk” serta buku ajar
yang siap disuapkan kepada siswanya. Pengajaran yang demikian mengakibatkan
siswa hanya belajar secara prosedural dan memahami matematika tanpa melalui

penalaran. Keadaan tersebut lebih parah terjadi pada mata pelajaran matematika yang
berangkat dari sesuatu yang bersifat abstrak dan masih perlu dikonkritkan,
salahsatunya yaitu pada materi KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil). Siswa yang
selalu dijejali oleh materi yang sudah jadi, akan mengalami kelemahan dalam konsep
materi yang diberikan. Selain kelemahan pemahaman konsep, siswa juga akan
kesulitan dalam memecahkan masalah. Soal pemecahan masalah merupakan soal yang
tidak dapat dijawab langsung oleh siswa, karena siswa dituntut berfikir keras untuk
menemukan sendiri cara menjawab soal kemudian mencoba cara tersebut dalam
menyelesaikannya serta mengecek ulang jawaban yang diperoleh.
Dengan menggunakan pendekatan konvensional yang tidak menekankan pada
pembelajaran yang bersifat kontruktivis dan kebermaknaan, siswa akan sangat sulit
mengembangkan potensi yang ia miliki. Keadaan ini bertentangan dengan teori belajar
yang dikemukakan oleh David Paul Ausubel dengan teori kebermaknaannya dan Jean
Piaget dengan teori pemerolehan pengetahuannya. Pembelajaran konvensional yang
bersifat teacher centered akan menyebabkan penguasaan konsep dan kemampuan

pemecahan masalah siswa dalam mengerjakan soal cerita menjadi rendah. Terlebih
untuk menyelesaikan soal cerita, siswa harus memahami soal terlebih dahulu sebelum
menyelesaikan. Di lapangan banyak ditemui masalah mengenai sulitnya siswa
memahami soal cerita, padahal sebelumnya siswa sudah memahami konsep materinya.

Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa skripsi yang menjadi salahsatu referensi saya
membahas masalah ini. Hal itu dapat disebabkan oleh salahnya pendekatan yang guru
lakukan saat pembelajaran. Guru terlampau menjelaskan konsep tanpa mengaitkan
materi dengan kehidupan siswa.
Salah satu cara untuk memecahkan masalah ini yaitu guru harus berusaha
mengubah pendekatan atau model pembelajaran yang selama ini diterapkan
(konvensional) dengan menerapkan berbagai alternatif model yang sesuai dengan
paradigma

baru

pembelajaran.

Paradigma

baru

yang

dimaksudkan


adalah

pembelajaran berpusat pada siswa (student centered), di mana guru lebih banyak
menjadi fasilitator dan motivator dalam membimbing siswa melakukan kegiatan
pembelajaran. Selain penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma
baru, guru juga perlu memilih model yang paling cocok digunakan karena tentu saja
suatu model tidak akan cocok untuk semua materi pembelajaran. Termasuk dalam
mengajarkan KPK di SD kelas IV, perlu dipikirkan model yang paling tepat digunakan
agar pembelajaran berlangsung efektif, efisien dan tujuan pembelajaran tercapai
dengan optimal.
Berdasarkan masalah tersebut, dapat dirumuskan sebuah rumusan masalah
yaitu : “Bagaimana penerapan pendekatan kontekstual dengan media kalender untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita KPK di kelas IV?”
Adapun tujuan dari penulisan artikel non ilmiah ini yaitu untuk mengetahui
penerapan pendekatan kontekstual dengan media kalender untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita KPK di kelas IV. Manfaat dari
penulisan artikel ini yaitu menambah referensi bagi pembaca untuk melaksanakan
pembelajaran yang berlandaskan paradigama baru untuk mengoptimalkan potensi
siswa.


B. Pembahasan
KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) merupakan suatu kelipatan dari dua buah
bilangan atau lebih yang nilainya paling kecil diantara kelipatan yang lainnya.
Sebelum mengenal konsep KPK, siswa haru memahami konsep perkalian terlebih
dahulu untuk menentukan kelipatan dari suatu bilangan. Apabila siswa belum
memahami perkalian, dapat dipastikan akan mengalami kesulitan dalam memahami
konsep KPK . Adapun metode yang digunakan untuk mengajarkan kosep KPK di
kelas IV SD yaitu :
Metode Irisan Himpunan
Di dalam metode irisan himpunan, pertama kita tentukan himpunan kelipatankelipatan positif dari kedua bilangan yang dicari nilai KPK nya, kemudian kita
tentukan himpunan persekutuan kelipatan dari bilangan-bilangan itu, dan akhirnya kita
pilih bilangan terkecil dari himpunan itu.
Contoh :
Tentukan KPK dari 8 dan 12.
Jawab :
Misalkan himpunan-himpunan kelipatan positif dari 8 dan 12 berturut-turut adalah
K8 dan K12.
K8 = 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64, 72, …
K12 = 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, 108, …

Himpunan kelipatan persekutuannya adalah
K8 K12 = 24, 48, 72, …
Karena bilangan terkecil dari K8 K12 adalah 24, KPK dari 8 dan 12 adalah 24,
ditulis KPK (8, 12) = 24.
Pendekatan yang saya nilai paling tepat digunakan untuk mengajarkan KPK di
SD kelas 4 yaitu pendekatan Kontekstual. Pendekatan Kontekstual merupakan
pendekatan yang dalam proses pembelajarannya mengaitkan materi pembelajaran
dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Menurut Suwangsih, pendekatan Kontekstual berpandangan bahwa pengetahuan
yang diperoleh siswa bukan proses pemindahan dari guru ke siswa, melainkan
dibentuk atau disusun sendiri oleh siswa melalui interaksinya dengan lingkungan.
Pendekatan kontekstual ini merupakan pendekatan pembelajaran yang didasari oleh
pandangan konstruktivisme. Dengan demikian pengetahuan harus dikonstruksi oleh
siswa sendiri sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas, tidak langsung jadi.
Adapun penelitian yang menggunakan pendekaan Kontekstual dalam proses

pembelajarannya salah satunya yaitu penelitian (dalam Rohayati, hlm. 9) yang
dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Adetex Banjaran Kabupaten Bandung,
menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain itu, dalam pembelajaran kontekstual, siswa menunjukkan sikap yang positif,
senang belajar baik secara kelompok maupun secara perorangan, percaya diri dan
tidak putus asa dalam menghadapi masalah. Selain keadaan tersebut, menurut hasil
penelitian yang dilakukan di kelas 1 Madrasah Aliyah Negeri Subang, pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Kemampuan penalaran siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
kontekstual lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan biasa.
Selain beberapa penelitian yang relevan di atas, pemilihan pendekatan ini
didasarkan juga pada beberapa alasan berikut :
a. Terkandung nya teori belajar menurut Ausubel dalam pendekatan Kontekstual
ini, yaitu pembelajaran bermakna.
b. Terkandungnya teori belajar Piaget, yakni siswa harus membangun
pengetahuannya sendiri, yaitu melalui pengaitan dengan kehidupan siswa dan
diskusi kelompok.
c. Pendekatan Kontekstual ini sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh
Bruner yaitu yang dikenal dengan istilah tahapan proses pembelajaran enaktif,

ikonik dan simbolik, yaitu dengan melalui media pembelajaran yang dekat
dengan siswa.
d. Dalam pendekatan Kontekstual, terdapat komponen-komponen kegiatan yang
cukup lengkap yang harus siswa lakukan dalam suatu pembelajaran.
Komponen-komponen tersebut adalah konstruktivisme (Constructivism) yaitu

pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, menemukan (Inquiry) yaitu
pengetahuan bukanlah hasil hafalan melainkan hasil temuannya sendiri,
bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community) yaitu
pengetahuan didapatkan dari hasil interaksi dengan teman, pemodelan
(Modeling) yaitu guru merupakan sesuatu yang bisa siswa tiru dalam
menemukan

pengetahuan,

refleksi

(reflection)

yaitu


proses

siswa

mengendapkan pengetahuan yang ia dapatkan, dan penilaian sebenarnya
(Authentic Assesment) yaitu penilaian yang didasarkan pada penilaian proses
dan hasil.
e. Dalam salah satu komponen Kontekstual yakni masyarakat belajar, siswa
dikondisikan untuk belajar bersama teman sekelasnya, misalnya dalam bentuk
kelompok. Hal ini sejalan dengan teori belajar yang dikemukakan oleh
Vygotski yaitu teori belajar sosial.
f. Pembelajaran yang menekankan kekontekstualan akan memudahkan siswa
untuk mengaplikasikan materi tersebut di lingkungannya.
g. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
h. Sumber belajar juga menggunakan lingkungan selain buku dan guru.
Beberapa model pembelajaran yang merupakan aplikasi pembelajaran
kontekstual

antara


lain

model

pembelajaran

langsung

(direct

instruction),

pembelajaran kooperatif (cooperatif learning), dan pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning).
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, model pembelajaran yang
tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Menurut Anitah, model Pembelajaran
Berbasis Masalah merupakan suatu metode ilmiah yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Model ini mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah yang guru

berikan, baik secara berkelompok atau pun individu. Menurutnya, metode pemecahan
masalah sering digunakan dalam implementasi pembelajaran terpadu maupun
kontekstual karena pembelajaran ini dikembangkan secara integritas antara
kemampuan siswa dengan topik bahasan maupun lingkungan.
Adapun sintaks dari model ini menurut Arends yaitu :
a. Fase 1 : memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa
b. Fase 2 : mengorganisasikan siswa untuk meneliti

c. Fase 3 : membantu investigasi mandiri dan kelompok
d. Fase 4 : mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit
e. Fase 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Model ini saya nilai cocok untuk membantu siswa dalam memahami dan
menyelesaikan soal cerita pada materi KPK.
Selain pendekatan dan model pembelajaran, pembelajaran juga harus
mengandung metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat digunakan yaitu
metode pembelajaran diskusi karena dalam pendekatan Kontekstual, siswa harus
diarahkan pada pembelajaran kelompok, selain itu agar dalam proses pemecahan
masalah siswa memiliki banyak pikiran yang keluar dari anggota-anggota
kelompoknya masing-masing. Menurut Slavin (dalam Anitah, 2009, hlm. 4.21) siswa
yang belajar dengan mengikuti pembelajaran kelompok/kooperatif selama periode dua

tahun ajaran menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan hasil
belajar siswa yang diorganisasikan secara tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa
metode pembelajaran diskusi atau kelompok ini cukup berpengaruh terhadap kualitas
hasil belajar siswa.
Dalam melaksanakan pembelajaran Kontekstual, tentu merupakan hal yang
wajib melaksanakan pembelajaran menggunakan media pembelajaran. Tentu media
yang digunakan harus kontekstual atau dekat dengan siswa. Media yang menurut saya
paling tepat untuk digunakan adalah kalender. Kalender dipilih sebagai media
pembelajaran karena berhubungan dekat dengan kehidupan siswa, selain itu kalender
dapat mempermudah siswa dalam mencari nilai KPK yaitu dengan melingkari angkaangka yang ada dalam kalender tersebut.

Implementasi pembelajaran dalam pendekatan Konetkstual ini didasarkan pada
tujuh komponen pendekatan Kontekstual dan lima langkah pembelajaran dalam Model
Pembelajaran Berbasis

Masalah. Implementasi pembelajaran ini merupakan

pembelajaran KPK dalam penyelesaian soal cerita, sebelumnya siswa sudah diberikan

pemahaman konsep KPK. Adapaun langkah-langkah pembelajarannya yaitu sebagai
berikut :
Kegiatan Awal
a. Seperti biasa guru masuk kelas dengan mengucapkan salam, dilanjutkan
dengan berdoa bersama dan mengabsen siswa.
b. Guru melakukan apersepsi yaitu dengan sedikit membahas kembali materi
mengenai konsep KPK yang sebelumnya telah diberikan, kemudian guru
bertanya kepada siswa seberapa seringkah ibu mereka pergi ke pasar. Siswa
pun menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda.
c. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan
mengkondisikan siswa untuk siap belajar.
Kegiatan Inti
a. Guru membahas kembali pertanyaan saat apersepsi, yaitu seberapa
seringkah ibu pergi ke pasar.
b. Guru mengambil 2 sampel jawaban siswa yang jawabannya berbeda.
c. Guru bertanya, jika hari ini ibu mereka berangkat ke pasar bersama, kapan
ibu mereka akan berangkat ke pasar bersama lagi?
d. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan menyiapkan
jawaban.
e. Siswa dipersilahkan untuk maju ke depan kelas mengerjakan soal tersebut,
terus dilakukan sampai didapatkan siswa yang menjawab benar. Siswa yang
bisa menjawab benar menjelaskan cara penyelesaiannya kepada teman
teman sekelas.
f. Guru menjelaskan bahwa sekarang akan belajar dengan cara berkelompok,
dalam kelompok siswa akan diberikan pertanyaan-pertanyaan untuk
dikerjakan bersama, bentuk pertanyaan seperti pertanyaan yang telah
diberikan tadi. (Fase 1)
g. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, satu kelompok empat
orang (Fase II) (Komponen Masyarakat Belajar).
h. Guru membagikan LKS dan sebuah kalender (1 bulan) kepada masingmasing kelompok.

i. Guru menginstruksikan siswa untuk mengerjakan LKS tersebut dengan
menggunakan kalender yang telah disediakan dengan cara memberikan
bulatan pada angka dalam kalender tersebut.
j. Siswa mengerjakan soal-soal tersebut secara berkelompok (Komponen
Menemukan dan Kontruktivis)
k. Guru membimbing kelompok kecil sambil melakukan penilaian proses
(Fase III)
l. Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya apabila ada yang ingin
ditanyakan (Komponen Bertanya)
m. Setelah siswa selesai melakukan diskusi, guru meminta siswa untuk
mengemukakan

hasil

jawaban

mereka.

Masing-masing

kelompok

mengemukakan jawabannya (Fase IV)
n. Guru bertanya kesepakatan jawaban siswa dan melakukan tanya jawab
mengenai soal
o. Guru memberikan reward bagi kelompok yang menjawab dengan benar
p. Siswa dikondisikan untuk duduk seperti semula
q. Guru menuliskan angka-angka pada papan tulis membentuk sebuah
kalender
r. Guru kembali membahas pertanyaan guru saat apersepsi yaitu seberapa
seringkah ibu kalian pergi ke pasar?
s. Guru mengkonfirmasi jawaban siswa terhadap pertanyaan tersebut
t. Guru menyelesaikan soal tersebut dengan menggunakan kalender yang telah
dibuat (Komponen Pemodelan)
u. Guru bertanya apakah jawaban yang telah dipersiapkan siswa tadi benar?
v. Guru bertanya pemahaman siswa tentang penjelasan tersebut.
w. Guru membahas LKS yang telah siswa kerjakan secara berkelompok,
mengkonfirmasi langkah kerja yang telah siswa lakukan. (Tahap V)
x. Guru mempersilahkan siswa untuk maju ke depan kelas menggunakan
kalender yang guru buat di papan tulis untuk membuktikan jawaban dari ke
dua soal pada LKS yang telah siswa kerjakan
y. Guru juga meminta siswa untuk mengerjakan LKS tersebut dengan
menggunakan metode irisan bilangan yang telah dijelaskan pada saat
mengenalkan konsep KPK

z. Guru bertanya apakah siswa sudah paham atau belum
Kegiatan Akhir
a. Guru bertanya kembali kepada siswa tentang pemahaman siswa
b. Setelah semua siswa paham, guru mengajak siswa flashback mengingat
kembali pembelajaran yang telah dilalui kemudian membuat kesimpulan
bersama-sama. (Komponen Refleksi)
c. Kemudian guru memberikan soal evaluasi.
d. Bersiap untuk mengakhiri pembelajaran.
Penilaian

dilakukan

selama

proses

pembelajaran

(Komponen

Penilaian

Sebenarnya)

Soal Evaluasi
Nama : .............
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar!
1. Di sebuah Perumahan, terdapat penjual Bakso Malang dan Bakso Tahu.
Tetapi kedua penjual bakso tersebut tidak datang ke Perumahan itu setiap
hari. Penjual Bakso Malang datang setiap 5 hari sekali, dan penjual Bakso
Tahu datang setiap 7 hari sekali. Ketiga penjual bakso tersebut datang
bersamaan terakhir pada tanggal 3, tanggal berapakah mereka akan datang
bersamaan lagi?

LEMBAR KERJA SISWA
Nama : ............, ............., ............, ...............
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar bersama teman
kelompok mu!
1. Ani dan Wati adalah kakak beradik. Mereka mengikuti les
matematika. Ani pergi les matematika setiap 3 hari sekali, sedangkan
Wati pergi les setiap 4 hari sekali. Hari ini hari Senin, Ani dan Wati
pergi les bersama-sama. Hari Ani dan Wati akan pergi les bersama
lagi?
Jawabanmu :
2. Ayah pergi ke tukang cukur setiap 10 hari sekali, sedangkan Kakek
pergi ke tukang cukur setiap 15 hari sekali. Tanggal 2 Ayah dan Kakek
pergi ke tukang cukur bersama. Tanggal berapa Ayah dan Kakek akan
ke tukan cukur bersama lagi?
Jawabanmu :

C. Penutup
Berdasarkan berbagai sumber yang saya dapatkan mengenai pembelajaran KPK
di kelas IV dan berbagai pendekatan matematika, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan Kontekstual tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita KPK di SD kelas IV. Kesimpulan ini didasarkan pada
penelitian-penelitian relevan yang telah dilakukan dan kesesuaian antara karakteristik
pendekatan, materi ajar dan tentunya siswa sebagai sasaran pembelajaran.
Saya merekomendasikan kepada pembaca atau guru-guru yang sudah terjun di
lapangan untuk tidak lagi menggunakan paradigma lama dalam proses PBM. Akan
lebih baik apabila menggunakan paradigma baru yang lebih berpihak pada
pengoptimalan potensi siswa.

Daftar Pustaka
Anitah, Sri, dkk. (2009). Strategi pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Arends, Richard I. (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar
Dja’far, Ervina. (2014). Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Materi
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) Melalui Pendeakatan Kontekstual Pada
Siswa Kelas IV SDN 3 Dambalo Kecamatan Tomilito Kabupaten Gorontalo Utara
SKRIPSI
Irawati, Mike. (2011). Penerapan pendekatan pemecahan masalah untuk meningkatkan
Kemampuan siswa kelas IV dalam menyelesaikan soal cerita di SDN Bareng 01
Klojen kota Malang SKRIPSI
Muhasan. (2013). Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Kpk Dan Fpb (Penelitian
Tindakan Kelas Di Mi Al-Husna Ciledug) SKRIPSI
Mustaqim Burhan dan Ary Astuti. (2008). Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas
IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya
Tulis Ilmiah UPI. Bandung: UPI PRESS
Rohayati, Ade. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan berpikir Kritis
Suwangsih Erna dan Tiurlina. (2009). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI
PRESS