USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUD (1)

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
KRIM KULIT PISANG KEPOK “Musa balbisiana” (KPK) SEBAGAI KRIM ANTI
JERAWAT PADA WAJAH
Disusun oleh:
Ramadanti Prativi

(K4316051)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SOLO
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan judul “Krim
Kulit Pisang Kepok “Musa balbisiana” (KPK) sebagai Krim Anti Jerawat pada
Wajah”. Shalawat serta salam tak lupa dicurahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju jalan yang terang.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Murni Ramli yang

telah membimbing dalam proses pembuatan dan penyusunan proposal. Tak lupa
penulis sampaikan terimakasih kepada teman-teman Pendidikan Biologi
Universitas Sebelas Maret (UNS) 2016 yang telah membantu selama penyusunan
dan pembuatan proposal. Proposal ini penulis susun sebagai tugas pengganti
ulangan akhir semester (UAS) untuk mata kuliah dasar-dasar penulisan karya
ilmiah (DDPKI).
Dalam penyusunan proposal penulis menyadari masih ada kekurangan di
beberapa sisi. Untuk itu, penulis menyampaikan maaf. Semoga proposal ini dapat
memberi manfaat bagi masyarakat.
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Jerawat............................................................................................. 3
2.1.1 Definisi.............................................................................................. 3
2.1.2 Faktor Timbulnya Jerawat.......................................................................3
2.1.3 Jenis-Jenis Jerawat................................................................................ 4
2.2 Bakteri Penyebab Jerawat................................................................5
2.2.1. Propionilbacterium acnes (Corynebacterium acnes).....................................5
2.2.2 Staphylococcus epidermidis..........................................................5
2.3 Pisang.............................................................................................. 6
2.3.1 Uraian umum Pisang............................................................................. 6
2.3.2 Pisang Kepok...................................................................................... 6
2.4 Krim Wajah....................................................................................... 7
2.4.1 Definisi Krim Wajah............................................................................. 7
2.4.2 Formulasi Krim Wajah...........................................................................7
2.4.3 Stabilitas Krim..................................................................................... 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................9
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................9
3.2 Subjek Penelitian............................................................................... 9
3.3 Data dan Sumber Data.....................................................................9
3.4. Pengumpulan Data..........................................................................9

3.5 Prosedur Penelitian..........................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 11

DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1Takaran formula krim kulit pisang kepok..........................................14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jerawat merupakan masalah kulit yang sering dialami oleh manusia
khususnya remaja. Menurut Simon dalam (Kabau, 2012) jerawat atau dalam
bahasa ilmiahnya, Acne vulgaris adalah inflamasi atau radang pada unit
pilosebaseus (folikel rambut). Jerawat biasanya menyerang area kulit wajah,
namun menurut (Williams, Dellavalle, & Garner, 2012), tidak menutup
kemungkinan jerawat dapat timbul di area leher, bahu, dada bagian atas, dan
punggung karena bagian-bagian tubuh tersebut merupakan daerah folikel rambut.
Walaupun jerawat bukan penyakit serius seperti kanker, namun kemunculannya
cukup meresahkan sebagian orang. Perasaan resah karena timbulnya jerawat
menurut Ahmed S Ahmed dalam (Kabau, 2012) berkaitan dengan kegelisahan
(ansietas) dan depresi yang dipengaruhi oleh kesan dan harga diri serta emosi

seseorang. Beberapa orang menganggap jerawat akan membuat mereka tampak
jelek. Oleh karena itu, kesan dan harga diri seseorang turun dibandingkan ketika
wajah mereka halus tanpa jerawat. Hal ini lah yang memengaruhi timbulnya
kegelisahan dan depresi sehingga meresahkan penderita.
Penanganan masalah jerawat telah sering dilakukan oleh masyarakat. Ada
banyak cara untuk mengatasi jerawat, salah satunya dengan pemakaian krim anti
jerawat. Krim anti jerawat yang digunakan masyarakat pun beragam jenisnya. Ada
masyarakat yang menggunakan krim buatan pabrik dan ada pula sebagian yang
memilih menggunakan krim berbahan alami. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman dewasa ini semakin banyak masyarakat Indonesia yang
lebih memilih menggunakan krim buatan pabrik dengan alasan lebih praktis, tidak
perlu membuat sendiri. Padahal menurut (Farida, 2015) beberapa krim anti
jerawat buatan pabrik mengandung bahan-bahan berbahaya. Bahan-bahan tersebut
antara lain lemak hewani, alkaline, Sodium hidroxide, triclosan c., serta
kandungan pH lebih dari tujuh. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan iritasi pada
kulit hingga menyebabkan kulit berminyak dan akhirnya berjerawat.
Menanggapi hal tersebut, dibutuhkan suatu inovasi produk untuk
mengatasi permasalahan jerawat. Salah satunya dapat dilakukan dengan membuat
krim anti jerawat berbahan baku alami. Salah satu bahan alami yang berkhasiat
mengatasi jerawat adalah pisang. Pisang atau Musa paradisiaca merupakan buah

dengan segudang manfaat pada setiap bagian tubuhnya. Menurut Musalam dalam
(F. N. U. R. Saraswati, Kedokteran, Ilmu, & Farmasi, 2015), kulit pisang
khususnya kulit pisang kepok (Musa balbisiana) memiliki beberapa kandungan
senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri, khususnya bakteri
penyebab jerawat. Kandungan senyawa dalam kulit pisang kepok tersebut antara
lain flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid.
Di samping pisang memiliki banyak khasiat, ketersediaan pisang di
Indonesia juga cukup melimpah. Selian itu, tingkat konsumsi pisang di kalangan
masyarakat Indonesia pun tergolong tinggi. Tingkat konsumsi pisang yang tinggi
berbanding lurus dengan limbah pisang yang dihasilkan. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh (Sraun, 2011) di Manokwari rata-rata limbah kulit pisang kepok
yang dihasilkan per-hari adalah 13.243,98 g. Mayoritas masyarakat terutama

penjual gorengan hanya memanfaatkan buah pisangnya saja. Kulit pisang yang
mereka sangka tidak bermanfaat biasanya dibuang. Padahal dalam kulit pisang
terkandung berbagai macam zat yang bermanfaat bagi manusia. Untuk itulah,
dalam penelitian kali ini peneliti berinisiatif membuat produk olahan krim dari
kulit pisang kepok (Musa balbisiana) sebagai alternatif mengatasi masalah
jerawat.
1.2 Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.
5.

Apakah krim KPK (Kulit Pisang Kepok) dapat mengatasi masalah
jerawat?
Berapa perbandingan ideal antara kulit pisang kepok dengan bahan
lain dalam pembuatan krim KPK?
Perbandingan komposisi manakah yang paling ideal untuk membuat
krim KPK?
Apakah ada efek samping yang timbul dari pemakaian krim KPK?
Bagaimana tanggapan masyarakat khususnya remaja terhadap produk
krim KPK?

1.3 Tujuan
1.
2.
3.

4.
5.

Mengetahui krim KPK mampu mengatasi masalah jerawat atau tidak.
Mengetahui perbandingan ideal antara kulit pisang kepok dengan
bahan lain dalam pembuatan krim KPK.
Mengetahui perbandingan komposisi yang paling ideal untuk
membuat krim KPK.
Mengetahui ada tidaknya efek samping yang timbul dari pemakaian
krim KPK.
Mengetahui tanggapan masyarakat khususnya remaja terhadap produk
krim KPK.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Jerawat
2.1.1 Definisi
Jerawat atau dalam bahasa kedokteran disebut Acne vulgaris merupakan
radang kronik pada folikel rambut yang disertai penyumbatan karena
penimbunan keratin saluran kelenjar. Penyumbatan ini ditandai oleh adanya

papula, nodul, pustula, komedo, dan kista. Pada daerah berkembang biaknya
kuman (predileksi) seperti wajah, bahu bagian atas, dada, dan punggung
sering terjadi penonjolan kulit akibat penumpukan jaringan fibrosa sebagai
pengganti jaringan kolagen normal atau yang disebut juga sebagai skar.
(Kabau, 2012)
2.1.2 Faktor Timbulnya Jerawat
Penyebab timbulnya jerawat disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor
luar (eksogen) maupun faktor dalam (endogen).
a. Genetik
Sebuah penelitian menyatakan terdapatnya gen tertentu seperti
CYP17-34C/C homozigot Chinese men dalam sel manusia
meningkatkan potensi munculnya jerawat. (Siregar dalam (Kabau,
2012))
b. Hormonal Endokrin
Hormon gonadotropin, hormon adrenokortikosteroid, dan hormon
androgen memengaruhi dan merangsang aktivitas kelenjar minyak
yang memperparah kondisi jerawat yang muncul. (James Fulton dalam
(Kabau, 2012))
c. Makanan
Makanan yang mengandung banyak lemak seperti kacang, keju, susu,

gorengan, dan lain lain memperparah kondisi jerawat yang timbul.
Selain itu makanan dengan kadar kabohidrat tinggi seperti coklat dan
makanan manis, makanan pedas, makanan yang banyak mengandung
yodium (garam), serta alkohol juga dapat memperparah jerawat.
(Siregar dalam (Kabau, 2012))
d. Kosmetika
Pemakaian kosmetik dalam jangka waktu lama dan terus menerus
menyebabkan timbulnya komedo yang merupakan bentuk ringan dari
jerawat. (Hartadi dalam (Kabau, 2012))
e. Trauma (Mekanika)
Jerawat yang timbul karena faktor trauma disebut akne mekanika.
Faktor trauma (mekanika) dapat berupa garukan, cubitan, gesekan,
peregangan, dan tekanan pada kulit. (Hartadi dalam (Kabau, 2012))

f. Faktor psikis
Kondisi psikis seperti stres atau gangguan emosional lainnya
menyebabkan kambuhnya jerawat. (Harahap dalam (Kabau, 2012))
g. Infeksi
Bakteri seperti Propionilbacterium acnes (Corynebacterium acnes)
dan Staphylococcus epidermidis menyebabkan timbulnya jerawat. Hal

ini disebabkan karena hidrolisis trigliserida menjadi gliserol dan asam
lemak bebas oleh Staphylococcus epidermidis dan Propionilbacterium
acnes (Corynebacterium acnes). Adanya asam lemak menyebabkan
timbulnya komedo yang merupakan bentuk dari jerawat ringan.
(Hartadi dalam (Kabau, 2012))
h. Iklim, Lingkungan/pekerjaan
Paparan oli, zat kimia tertentu, dan panas menyebabkan munculnya
jerawat. Kondisi tersebut disebut sebagai “Occupational Acne”. Hal ini
dikarenakan tingginya hidrasi stratum korneum di lingkungan yang
panas dan lembab. (Harahap dalam (Kabau, 2012))
2.1.3 Jenis-Jenis Jerawat
a. Komedo
Komedo merupakan kondisi tersumbatnya pori-pori kulit. Ada dua
jenis komedo, yaitu komedo terbuka (blackhead) dan komedo tertutup
(white head). Komedo hitam (blackhead) merupakan pori-pori yang
membesar dan berwarna hitam. Warna hitam disebabkan oleh
perubahan wana pada pori-pori yang tersumbat dikarenakan oksidasi
dengan udara. Sedangkan komedo putih (whitehead) terbentuk sebagai
tonjolan putih kecil di bawah kulit. Tonjolan putih tersebut disebabkan
oleh tumbuhnya kulit pada daerah atas pori-pori yang tersumbat.

Berlebihnya minyak dan sel kulit mati menyebabkan munculnya jenis
jerawat whiteheads. (Dewi dalam (F. N. U. R. Saraswati et al., 2015))
b. Jerawat biasa (klasik)
Jenis jerawat ini merupakan jenis yang paling sering terjadi dan mudah
dikenali. Ciri-ciri jerawat biasa (klasik) sama halnya dengan jerawat
yang muncul di wajah pada umumnya yaitu tonjolan kecil yang
berwarna kemerahan atau pink. Jerawat ini muncul karena aktivitas
bakteri yang menginfeksi pori-pori permukaan kulit. Infeksi tersebut
diperparah oleh stress, iklim yang lembab, dan hormon. (Dewi dalam
(F. N. U. R. Saraswati et al., 2015))
c. Cystic Acne (Jerawat Batu atau Jerawat Jagung)
Jerawat batu muncul karena faktor genetik yaitu berlebihnya kelenjar
minyak yang menyebabkan sel-sel kulit tumbuh secara abnormal.
Jerawat ini berukuran besar dengan tonjolan menyebar ke seluruh
wajah. Tonjolan pada jerawat batu ini peradangannya tergolong hebat
atau parah. (Dewi dalam (F. N. U. R. Saraswati et al., 2015))

2.2 Bakteri Penyebab Jerawat
2.2.1. Propionilbacterium acnes (Corynebacterium acnes)
Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species

: Bacteria
: Actinobacteria
: Actinomycetales
: Propionibacterineae
: Propionibacteriaceae
: Propionibacterium
: Propionilbacterium acnes (Geo Brooks dalam

(Damayanti et al., 2014))
Habitat bakteri ini adalah pada folikel minyak (sebasea), jaringan manusia,
jaringan prostat, dan paru-paru. Habitat utama bakteri ini adalah pada
kulit. Namun, bakteri ini juga dapat ditemukan pada saluran nafas atas,
konjungtiva, saluran telinga eksternal, rongga mulut, uretra, vagina, dan
usus besar. Lebar bakteri adalah 0,5 – 0,8 mikrometer, panjangnya 3-4
mikrometer, bentuk basil dengan ujung runcing atau kokoid (bulat).
(Oprica Cristina dalam (Damayanti et al., 2014))
Propionilbacterium acnes akan berpoliferasi saat akumulasi sebum
berlangsung pada folikel rambut sebab trigliserida pada sebum nantinya
diubah oleh enzim lipase dari Propionilbacterium acnes menjadi
monogliserida, digliserida, dan asam lemak bebas. Ketiga zat selanjutnya
diubah sebagai gliserol untuk metabolisme Propionilbacterium acnes.
Respon peradangan timbul karena folikel rambut terinfeksi
Propionilbacterium acnes. (Muhammad Tahir dalam (Damayanti et al.,
2014)) Selanjutnya akan timbul gambaran klinis berupa pustula, papula,
kista, dan nodul. (Bassam Amro dalam (Damayanti et al., 2014))
2.2.2 Staphylococcus epidermidis
Klasifikasi
Kingdom
Divisio
Subdivision
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Procariotae
: Ciano Cyanobacteria
: Bakteria
: Eubacteriales
: Micrococcaceae
: Staphylococcus
: Staphylococcus epidermis ((Madani, 2010))

Ciri-ciri morfologi :
1) Koloni berwarna agak krem atau putih susu
2) Koloni berbentuk bulat dengan tepian timbul

3) Bentuk sel bola dengan diameter 0,5‐1,5 um.
4) Jenis bakteri gram positif
5) Tidak motil
6) Tidak memiliki spora
7) Kemoorganotrofik
8) Fakultatif anaerob
9) Optimum pada suhu 30-37˚C
10) Terdiri dari dua pernapasan
11)
Metabolisme fermentatif (Holt et al dalam Farasandy dalam (Retno
Atun Khasanah, Eko Budiyanto, n.d.))
Ada dua jenis bakteri Staphylococcus, yaitu bakteri yang merupakan
anggota flora normal selaput lendir dan kulit manusia dan bakteri patogen
penyebab radang yang bernanah hingga sepsis yang dapat berdampak
fatal. Bakteri ini bisa menyebabkan pecahnya sel-sel darah atau yang biasa
disebut hemolisis. Dengan sifat koagulasenya bakteri ini juga dapat
menggumpalkan plasma. Selain itu juga dapat menghasilkan berbagai
enzim yang merusak sistem imun dikarenakan kandungan racun pada
bakteri bersifat merusak. Habitat bakteri ini biasanya pada daerah kulit.
Bakteri Staphylococcus epidermidis sering menyebabkan infeksi
nosokomial.
(Farasandy dalam (Retno Atun Khasanah, Eko Budiyanto, n.d.))
2.3 Pisang
2.3.1 Uraian umum Pisang
Pisang merupakan tanaman herba dari wilayah Asia Tenggara. Persebaran
tanaman ini meluas sampai kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika Tengah,
dan Amerika Selatan yang kemudian merata ke seluruh dunia. (Suyanti
dalam (Sufy, 2015)).
Tubuh pisang tersusun atas batang semu berupa pelepah-pelepah daun
dengan bagian atas berupa tangkai beralur. Daun berhelai lebar dengan
pertulangan menyirip. Bunga majemuk, terdiri dari 6 benang sari. Benang
sari tersebut berupa 5 benang sari fertil dan satu staminoidal. Buah
berbentuk buni (kendaga), di dalamnya terdapat biji bersalut, perisperm, dan
endosperm. (Tjitrosoepomo dalam (Sufy, 2015))
2.3.2 Pisang Kepok
Pisang kepok merupakan jenis pisang dengan ukuran cukup besar dan
gempal. Pisang ini mempunyai kandungan antasida alami yang bermanfaat
untuk mengatasi gangguan pencernaan seperti diare, sembelit, maupun
magh. Pisang ini memiliki tekstur kulit agak keras dan halus dengan aroma
yang khas. (I. A. P. D. Saraswati, 2015)
Klasifikasi Pisang Kepok

Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Musaceae
Genus
: Musa
Spesies
: Musa balbisiana (berdasarkan Herbarium Bandungense
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (2015)
dalam (Sufy, 2015))
Kandungan kimia dalam kulit pisang kepok (Musa balbisiana) antara lain
flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid. Menurut Aisyah (2004) dalam (F.
N. U. R. Saraswati et al., 2015)tanin merupakan zat antibakteri dengan
mempresipitasi protein. Efek antimikroba zat tersebut melalui reaksi
membran sel, destruksi, dan inaktivasi enzim. Sementara itu, alkaloid dan
flavonoid berperan dalam menghambat tumbuhnya bakteri Staphylococcus
sp. Sedangkan saponin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna
sebagai zat antimikroba (Musalam dalam (F. N. U. R. Saraswati et al.,
2015))
2.4 Krim Wajah
2.4.1 Definisi Krim Wajah
Krim adalah sediaan semisolid yang tersusun atas emulsi campuran fase air
dan fase minyak. (Depkes RI, 1995 dalam (Syifa, 2014)). Kelebihan krim
dibandingkan salep adalah krim lebih mudah menyebar secara rata. Selain
itu, krim juga lebih mudah dibersihkan dan memiliki daya estetika lebih
tinggi. (Ansel, 1989 dalam (Syifa, 2014))
2.4.2 Formulasi Krim Wajah
Berikut ini akan dijabarkan penjelasan dari beberapa formulasi krim yang
digunakan dalam pembuatan krim anti jerawat dalam penelitian kali ini.
a. Aquades (air murni)
Aquades merupakan air murni bebas mikroba yang didapat melalui
proses penyulingan, osmosis terbalik, pertukaran ion, dan lain-lain.
b. Propilenglikol
Bahan bersifat tidak toksik namun sedikit menimbulkan iritasi. Bentuk
bahan adalah larutan jernih, tidak berbau, dan tidak berwarna. Bahan ini
berfungsi sebagai humektan, pelarut untuk ekstrak, dan berfungsi
sebagai pengawet.
c. Sorbitan monostearat (Span 60)
Bentuk bahan padatan malam kuning pucat dengan kandungan minyak
yang lemah. Bahan bersifat nontoksik dan larut dalam minyak serta
pelarut organik lainnya. Bahan ini berfungsi sebagai bahan pengemulsi.
d. Tween 60

Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi agar diperoleh sediaan emulsi
yang stabil.
e. Asam Stearat
Berbentuk bubuk putih keras, sedikit mengkilap, dan berwarna putih
kekuningan. Fungsi bahan ini adalah sebagai emulsifying agent dan
solubilizing agent.
f. Metil Paraben
Bahan ini digunakan sebagai bahan pengawet yang paling efektif untuk
kapang dan jamur dengan efektifitas dalam rentang pH 4-8.
g. Propil Paraben
Bahan ini cenderung lebih aktif pada bakteri gram positif dibanding
gram negatif. Kombinasi penggunaan paraben dapat membuat aktivitas
antimikroba meningkat. (Wade&Weller, 1994 dalam (Syifa, 2014))
2.4.3 Stabilitas Krim
Stabilitas krim dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisika, aspek emulsi, dan
aspek emulsi farmasi.
Dari aspek fisika, pemucatan warna, pemisahan fase, bau yang timbul,
mengendapnya suspensi atau caking, pecahnya emulsi, dan perubahan fisik
lainnya menandakan bahwa sediaan mengalami ketidakstabilan fisika.
Sementara itu, tidak adanya creaming dan penggabungan fase dalam
merupakan stabilitas yang dilihat dalam aspek emulsi.
Dalam aspek emulsi farmasi dilihat melalui dua kondisi, yaitu:
a. Creaming
Pemisahan emulsi ke dalam beberapa lapis cairan yang masing-masing
lapisan mengandung fase dispersi yang tidak sama. Creaming ke atas
terjadi pada emulsi m/a atau a/m yang tidak stabil. Kerapatan fase
terdispersi lebih kecil dibanding fase luar. Creaming ke bawah terjadi
berkebalikan dengan creaming atas. (Ansel 2005 dalam (Syifa, 2014))
b. Crecking atau breaking
Creaking merupakan kondisi pecahnya emulsi. Kondisi tersebut bersifat
permanen atau tidak bisa kembali. (Anief 1987 dalam (Syifa, 2014)).
Kondisi tersebut disebabkan tidak adanya lapisan pelindung pada daerah
sekitar bulatan fase terdispersi. (Ansel 2005 dalam (Syifa, 2014))

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian dalam pembuatan krim KPK diselenggarakan pada bulan
September hingga Desember 2016.
b. Tempat Penelitian
Penelitian diselenggarakan di laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (FKIP UNS). Sedangkan
untuk pengujian produk diselenggarakan di ruang kelas Pendidikan
Biologi Universitas Sebelas Maret (UNS) 2016.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam pembuatan krim KPK adalah mahasiswa
FKIP Biologi UNS 2016.

3.3 Data dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer didapat dari respon pengguna mengenai produk krim KPK.
b. Data Sekunder
Data sekunder didapat dari literatur berupa jurnal-jurnal terdahulu.
c. Sumber Data
a) Dokumentasi kegiatan
b) Hasil wawancara
c) Observasi langsung
3.4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan secara langsung.
3.5 Prosedur Penelitian
a. Bahan
a) Kulit pisang kepok
b) Daun asam
c) Aquadest/air
d) Dimetyl sulfoxide (DMSO) 10%
e) Etanol 70%
f) Biakan bakteri Propionibacterium acne
g) Larutan NaCl
h) Media agar

i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
r)
s)

Media FTM
Paperdisc
Paperdisc tetrasiklin 30 μg
α-tokoferol
Metil paraben
Propil paraben
Asam stearat
Propilenglikol
Setil alkohol
Tween 60
Span 60
(Fatmawaty, Aisyah, & Nisa, 2016)
b. Metode Pembuatan
Metode pembuatan ekstrak pisang kepok meliputi penyiapan bahan
dan pembuatan ekstrak dengan menyari daun asam dan kulit pisang kepok
menggunakan pelarut aseton secara maserasi. Maserasi adalah ekstrasi
sederhana dengan cara merendam serbuk kulit pisang kepok dan daun
asam menggunakan pelarut aseton tanpa melalui proses pemanasan.
Tahap berikutnya adalah pengujian aktivitas antibakteri ekstrak
aseton secara difusi menggunakan paperdisc diameter 6 mm pada medium
FTM. Sedangkan untuk kontrol positif digunakan paperdisc tetrasiklin.
Formulasi dilakukan dengan konsentrasi bahan dari ekstrak tunggal atau
kombinasi yang di dalamnya terdapat aktivitas antibakteri
Propionibacterium acne yang paling besar.
c. Takaran
Tabel 3. 1Takaran formula krim kulit pisang kepok
Nama Bahan
Ekstrak kulit pisang
kepok
Ekstrak daun asam
Aquadest
α-tokoferol
Metil Paraben
Propil Paraben
Asam Stearat
Propilenglikol
Setil Alkohol
Tween 60 dan Span 60

Konsentrasi (%)
F1
F2
F3
5
5
5
5
100
0,05
0,2
0,1
6
10
3
2

5
100
0,05
0,2
0,1
6
10
3
3

5
100
0,05
0,2
0,1
6
10
3
4

Sumber: (Fatmawaty et al., 2016)

Evaluasi stabilitas fisik krim KPK dilakukan dengan pengujian tipe krim,
pengujian daya lekat, pengujian viskositas, pengujian pH, dan pengujian
daya sebar.

DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, M., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Ilmu, D. A. N., Islam, U., &
Syarif, N. (2014). ( Allium sativum ) TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Propionibacterium acnes SECARA IN VITRO.
Farida. (2015). INOVASI SABUN JERAWAT “Paradis Soap” DARI KULIT
PISANG (Musa Paradisiaca) UNTUK MENGOBATI JERAWAT PADA
KULIT WAJAH.
Fatmawaty, A., Aisyah, A. N., & Nisa, M. (2016). Uji Aktivitas Dan Formulasi
Krim Anti Jerawat Dari Beberapa Bahan Alam, 37–42.
Kabau, S. (2012). Hubungan antara Pemakaian Jenis Kosmetik dengan Kejadian
Akne Vulgaris.
Madani, A. (2010). Perbandingan Aktivitas dan Mekanisme Penghambatan
Antibakteri Ekstrak Air dengan Ekstrak Etil Asetat Gambir (Uncaria gambir
Roxb.) terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans,
dan Streptococcus pyogenes.
Retno Atun Khasanah, Eko Budiyanto, N. W. (n.d.). PEMANFAATAN
EKSTRAK SEREH (CHYMBOPOGON NARDUS L.) SEBAGAI
ALTERNATIF ANTI BAKTERI STAPHYLOCOCCUS, 1–9.
Saraswati, F. N. U. R., Kedokteran, F., Ilmu, D. A. N., & Farmasi, P. S. (2015). Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kulit Pisang Kepok
Kuning ( Musa balbisiana ) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat
( Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan
Propionibacterium acne).
Saraswati, I. A. P. D. (2015). Eksperimen pembuatan abon kulit pisang dari jenis
kulit yang berbeda dan pengaruhnya terhadap kualitas abon kulit pisang.
Sraun, D. S. dan T. (2011). ( Musa paradisiaca L .) DARI PEDAGANG
GORENGAN DI KOTA MANOKWARI  The Waste Potency of Banana
Skin ( Musa paradisiaca L .) from Junkfood Salesman in Manokwari City ,
558–563.

Sufy, Q. (2015). Pengaruh Variasi Perlakuan Bahan Baku dan Konsentrasi Asam
terhadap Ekstraksi dan Karakteristik Pektin dari Limbah Kulit Pisang Kepok
Kuning (Musa balbisiana BBB).
Syifa, D. (2014). Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti- Aging
Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis ( Garcinia magostana L.) dengan
Metode DPPH ( 1,1 - Diphenyl-2- Picril Hydrazil ).
Williams, H. C., Dellavalle, R. P., & Garner, S. (2012). Acne vulgaris. The Lancet,
379(9813), 361–372. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(11)60321-8