PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROG (2)

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN DENGAN PENGELOLAAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN
BIDANG KEGIATAN:
PKM-ARTIKEL ILMIAH

Diusulkan oleh:
Ketua Anggota

:Nofirly Hamli

NIM

:140722601754 (2014)

Anggota 1

:Titin Lichwatin

NIM


:140722601700 (2014)

Anggota 2

:Yan Jatmika Aji

NIM

:140722605661 (2014)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MALANG
2015

DATA PENULIS
A. Ketua Kelompok:
1)
2)
3)

4)
5)
6)

Nama lengkap dan gelar
NIM
Tempat/tanggal lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat rumah
No. Telp/Hp
E-mail

Pendidikan
a. Sekolah Dasar
Natuna
b. Sekolah Menengah Pertama
Kab. Natuna
c. Sekolah Menengah Atas
Kab. Natuna

d. Perguruan Tinggi

: Nofirly Hamli
: 140722601754
: Ranai, 23 November 1997
: Laki-laki
: Islam
: Jl. Hang Jebat
: 081266017846
: nofirlyhamli@yahoo.com
: SDN 1 Bunguran Timur, Ranai, Kab.
: SMPN 1 Bunguran Timur, Ranai,
: SMAN 1 Bunguran Timur, Ranai,
: S1 - FIS Universitas Negeri Malang

B. Anggota Kelompok:
a. Anggota 1:
1) Nama lengkap dan gelar
2) NIM
3) Tempat/tanggal lahir

4) Jenis Kelamin
5) Agama
6) Alamat rumah
Gresik
No. Telp/Hp
E-mail
Pendidikan
a. Sekolah Dasar
b. Sekolah Menengah Pertama
c. Sekolah Menengah Atas
d. Perguruan Tinggi
b. Anggota 2:
7) Nama lengkap
8) NIM
9) Tempat/tanggal lahir
10) Jenis Kelamin
11) Agama
12) Alamat rumah
Kab.Trenggalek
No. Telp/Hp

E-mail

: Titin Lichwatin
: 140722601700
: Gresik, 28 Desember 1995
: Perempuan
: Islam
: Ds. Wotan, Kec. Panceng, Kab.
: 088563387119
: titin.lichwatin15@gmail.com
: MI Muhammadiyah 04 Wotan
: MTS Muhammadiyah 09 Wotan
: MA Muhammadiyah 09 Lamongan
: S1 - FIS Universitas Negeri Malang
: Yan Jatmika Aji
: 14072260175661
: Trenggalek
: Laki-laki
: Islam
: Ds. Gandusari, Kec. Gandusari,

: 085704812501
: zian.junshu@gmail.com

Pendidikan
a.
b.
c.
d.

Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas
Perguruan Tinggi

C. Data Dosen Pembimbing:
1) Nama lengkap dan gelar
2) NIP
3) Tempat/tanggal lahir
4) Jenis Kelamin
5) Agama

6) Pangkat/Gol. Ruang Gaji
7) Alamat rumah
No. Telp/Hp
8) Alamat kantor
No. Telp
E-mail

: SDIT Al-Azhaar Trenggalek
: SMPN 1 Trenggalek
: SMAN 1 Trenggalek
: S1 - FIS Universitas Negeri Malang

: Drs. Hendri Purwito, M.Si
: 1195404251984031001
:
: Laki-laki
: Islam
: Lektor, III/d
: Jl. Tlogomas VIII/2 RT 04/RW 05
: 081233526237

: Jl. Surabaya 6 Malang
: (0341) 551312
: hendripurwito@yahoo.com

Pendidikan
a.
b.
c.
d.

Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas
Perguruan Tinggi

: SDN Malang
: SMPN Malang
: SMAN Malang
: IKIP Malang, UGM Yogyakarta


PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN DENGAN PENGELOLAAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN

Nofirly Hamli, Titin Lichawatin, Yan Jatmika Aji
Universitas Negeri Malang
Abstrak
Seiring dengan berkembangnya zaman, peningkatan akan kebutuhan
sumberdaya alam kian bertambah, hal ini mengakibatkan degradasi lingkungan
yang disebabkan oleh pemanfaatan sumberdaya, khususnya hutan yang tidak
berwawasan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran
kepada masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan terhadap pemanfaatan
sumberdaya hutan tersebut, dengan pengelolaan berwawasan lingkungan sebagai
kunci utama dalam penyelesaian permasalahan degradasi lingkungan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, menggunakan bacaan kajian pustaka
dari berbagai sumber terkait dengan topik permasalahan yang dikaji. Pemanfaatan
sumberdaya hutan dengan pengelolaan berwawasan lingkungan, memiliki
berbagai dampak positif yang dapat dirasakan oleh setiap badan maupun individu
yang memanfaatkan sumberdaya ini untuk kesejahteraannya. Hasil pemanfaatan
dengan pengelolaan berwawasan lingkungan, yaitu: terjaganya lingkungan yang
sehat, sehingga memberikan perlindungan terhadap bencana alam, mengatur

neraca air tanah, mencegah atau mengurangi bahaya erosi, memelihara sumbersumber genetis. Dalam pemanfaatan sumberdaya ini, perlu diperhatikan
kelestarian lingkungan agar terjaganya keseimbangan ekosistem yang alami.
Menanam kesadaran kepada masyarakat dan pemilik HPH (hak pengusahaan
hutan), melalui berbagai media seperti sosialiasi dan penyuluhan terkait dengan
pengelolaan yang berwawasan lingkugan dan pembangunan berkelanjutan.

Kata Kunci: Hutan, Sumberdaya Alam, Wawasan Lingkungan
Abstract
Along with the development of the times, the increase will be a growing need
for natural resources, this has resulted in environmental degradation caused by the
use of resources, especially forests that are not environmentally sound. This study
aims to instill awareness to the public of the importance of environmental
sustainability to the utilization of the forest resources, the environmentally sound
management as the key to solve the problems of environmental degradation. The
method used in this research, a literature review using the readings from various
sources related to the topic of problems studied. Utilization of forest resources
with environmentally sound management, have positive impacts that can be felt
by any entity or individual who utilize these resources for welfare. The result of

the use of environmentally sound management, namely: the preservation of a

healthy environment, so as to provide protection against natural disasters, regulate
soil water balance, prevent or reduce erosion, maintain genetic resources. In this
resource utilization, environmental sustainability should be noted that the
preservation of the natural balance of the ecosystem.Planting awareness to the
community and the owner of HPH (forest concession rights), through various
media such as socialization and education related to the sound management of
environmental and sustainable development.
Keywords: Forests, Natural Resources, Environmental Insights

Pendahuluan
Hutan merupakan sumberdaya alam yang menempati posisi yang sangat
strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekitar dua-pertiga dari 191
juta hektar daratan Indonesia merupakan daerah yang memiliki keanekaragaman
ekosistem yang bervariasi, mulai dari hutan bakau, hutan pantai, hutan dataran
rendah, sampai hutan dataran tinggi. Nilai penting sumberdaya tersebut kian
bertambah karena hutan merupakan penompang kehidupan orang banyak.
Keberadaan dan pengelolaan sumberdaya hutan sekarang ini cenderung
merusak, karena tingkat defortasi yang mengakibatkan sejumlah hutan di kawasan
hutan indonesia mengalami degradasi. Penyebab deforestasi tersebut terutama
adalah: (1) kegiatan konversi hutan menjadi perkebunan, transmigrasi,
permukiman, pertambangan dan lain-lain, (2) penebangan liar, serta (3) kebakaran
hutan yang hampir setiap tahun terjadi dengan intensitas yang cukup besar.
Djajadiningrat dan Amir (1992) memperkirakan bahwa sampai tahun 1992 telah
12 juta hektar kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian dan 2,8 juta
hektar lainnya untuk kegiatan pertambangan. Sementara itu praktek pengusahaan
hutan oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang tidak profesional,
kebakaran hutan, dan penebangan liar telah merusak jutaan hektar hutan, bahkan
sangat mungkin telah memusnahkan puluhan spesies endemik yang hidup dalam
ekosistem hutan. Berdasarkan kondisi tersebut, FAO meramalkan bahwa pada
tahun 2030 sekitar 20-25% sumberdaya hutan indonesia hutan indonesia akan
hilang (FAO, 1994). Dalam pengeloaannya penulis mengajak pembaca untuk
mengkaji lebih lanjut tentang analisis dampak lingkungan (AMDAL) terhadap
pemanfaatan sumberdaya hutan dengan pengelolaan berwawasan lingkungan.
Sebagai bangsa yag lahir dari proses perjuangan, cara pandang terhadap
permasalahan kehutanan yang dihadapi saat ini merupakan tantangan dan pintu
masuk bagi pemulihan dan peningkatan pembangunan hutan. Harus disadari
bahwa walaupun sebagian basis sumberdaya alam telah indonesia sudah rusak,

atau mengalami degradasi, tetapi masih cukup banyak yang tersisa. Disamping
itu, sumberdaya hutan merupakan sumberdaya yang terbaharui (renewable
resource) sehingga kerusakan hutan pada dasarnya dapat dipulihkan. Dengan
perkataan lain sumberdaya hutan masih dapat dijadikan tumpuan harapan, masih
memiliki potensi bagi upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan martabat
bangsa dalam pergaulan internasional. Semua itu dapat dicapai apabila tumbuh
kesadaran dari individu masing-masing akan pentingnya peranan hutan dalam
rangka pemanfaatan sumberdaya hutan dengan pengelolaan berwawasan
linkungan.

Tujuan
Tujuan dari dibuatnya PKM ini adalah untuk menanamkan kesadaran kepada
masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan terhadap pemanfaatan
sumberdaya hutan tersebut, dengan pengelolaan berwawasan lingkungan sebagai
kunci utama dalam penyelesaian permasalahan degradasi lingkungan.

Metode Penelitian
Dalam proses penelitian PKM-AI ini, kami menggunakan metode kajian
pustaka dengan bacaan dari berbagai sumber, terkait dengan topik bahasan pada
PKM-AI ini.

Hasil dan Pembahasan
Pemanfaatan sumberdaya hutan dengan pengelolaan berwawasan lingkungan,
memiliki berbagai dampak positif yang dapat dirasakan oleh setiap badan maupun
individu yang memanfaatkan sumberdaya ini untuk kesejahteraannya. Hasil
pemanfaatan dengan pengelolaan berwawasan lingkungan, yaitu: terjaganya
lingkungan yang sehat, sehingga memberikan perlindungan terhadap bencana
alam, mengatur neraca air tanah, mencegah atau mengurangi bahaya erosi,
memelihara sumber-sumber genetis.
Keadaan hutan yang mempengaruhi lingkungan, juga diteliti oleh Leith dan
Whitter (1975) dalam buku karangannya yang memperkirakan 90 persen dari
seluruh biomassa yang terdapat di muka bumi ini terdapat didalam hutan,
terutama dalam bentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dan bahan-bahan
jatuhannya beserta hewan dan jasad renik yang memperoleh makanan darinya.
Kedua pengarang itu menaksir produksi bersih biomassa hutan setahun mencapai
50×109 ton. Hasil ini melebihi biomassa yang diproduksi oleh semua persawahan,

padang pengembalaan, stepa, tundra dan segala bentuk vegetasi penghasil
biomassa primer melalui fotosintesis.
Pada fotosintesis senyawa organik diproduksi dari air dan karbon dioksida
dengan bantuan energi surya. Senyawa organik ini kebanyakan berupa selulose,
lignum, gula, bersama dengan lemak, pati protein, damar, fenol, dan berbagai
senyawa lainnya. Pengelolaan ini merupakan sintesis kimia yang utama di atas
bumi kita. Terlepas dari air dan karbon dioksida, tumbuh-tumbuhan
membutuhkan hanya sedikit unsur hara untuk pengelolaan ini, misalnya unsur
nitrogen, fosfor, kalium,dan berbagai unsur lainnya yang diserap oleh akar.
Biomassa hutan ini, kemudian, menjadi dasar hara bagi semua hewan dan,
akhirnya, manusia. Selama proses forosintesis sejumlah besar karbon dioksida
dari atmosfer diikat, sedangkan oksigen dilepaskan. Walupun begitu, adalah salah
satu untuk mengatakan bahwa dengan demikian hutan memegang peranan tertentu
dalam suplai oksigen dunia saat ini, seperti yang sering dikatakan orang.
Pengikatan bersih karbon dan produksi bersih oksigen hanya di hutan yang berada
dalam tahap pembentukan—yaitu yang sedang memproduksi biomassa terusmenerus. Tetapi hanya hutan yang sempurna dan dewasa, di mana campur tangan
manusia dapat diabaikan, yang mampu memelihara keseimbangan, yaitu di mana
produksi dan kehilangan biomassa kira-kira setara.
Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks dengan ciri
trigamatranya sangat menonjol. Mereka mengandung sangat banyak jenis
pepohonan, mulai dari fanerogam yang kecil sampai ke pohon-pohon raksasa
maupun juga pohon pakis, lumut dan jamur, yang kemudian menjadi dasar
kehidupan berbagai jenis hewan dan jasad renik. Relung-relung ekologi yang
terdapat di dalamnya memberi tempat bagi berbagai jenis yang khas, sehingga
memperluas spektrum spesies.
Jalinan yang kompleks terdapat di hutan tropis yang membangun struktur yang
berkembang tinggi dan jenis yang beranekaragam. Menurut perkiraan yang bisa
dipercaya (Myers 1979) ada sekitar 2-5 juta jenis di hutan hujan tropis, yang
mencakup lebih dari setengah jumlah jenis yang ada di seluruh dunia. Hutan
tropis Asia Tenggara saja mengandung 25 ribu jenis fanerogam. Pada tanah seluas
hanya satu hektar di hutan hujan Amazon (Amerika Selatan) bisa ditemukan 235
jenis pohon. Kompleksitas dan keanekaragaman jenis suatu ekosistem akan
menurun bila iklim dan tanah berubah menjadi tidak menguntungkan bagi
pertumbuhan pohon. Karena itu hutan iklim sedang (terutama hutan pegunungan
dan hutan boreal) komposisinya lebih sederhana.
Berikut dibawah ini adalah data (2013) dari BPS terkait dengan keberadaan
tanaman diperkarangan rumah tangga seluruh provinsi indonesia.

Tabel 1.0 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan
Tanaman Keras/Tahunan di Pekarangan Rumah
Keberadaan Tanaman Keras/Tahunan
Ada

Tidak ada

Aceh

64,54

35,46

Sumatera Utara

49,93

50,07

Sumatera Barat

57,72

42,28

Riau

66,08

33,92

Jambi

55,45

44,55

Sumatera Selatan

57,18

42,82

Bengkulu

64,81

35,19

Lampung

67,55

32,45

Kep. Bangka Belitung

60,61

39,39

Kepulauan Riau

42,02

57,98

DKI Jakarta

15,88

84,12

Jawa Barat

39,75

60,25

Jawa Tengah

58,05

41,95

DI Yogyakarta

63,10

36,90

Jawa Timur

55,83

44,17

Banten

42,72

57,28

Bali

65,99

34,01

Nusa Tenggara Barat

52,52

47,48

Nusa Tenggara Timur

74,24

25,76

Kalimantan Barat

64,10

35,90

Kalimantan Tengah

65,18

34,82

Kalimantan Selatan

54,11

45,89

Kalimantan Timur

42,19

57,81

Sulawesi Utara

56,25

43,75

Sulawesi Tengah

55,17

44,83

Sulawesi Selatan

62,32

37,68

Sulawesi Tenggara

57,20

42,80

Gorontalo

62,05

37,95

Sulawesi Barat

64,00

36,00

Maluku

47,02

52,98

Maluku Utara

52,42

47,58

Papua Barat

60,05

39,95

Papua

48,24

51,76

Indonesia

52,14

47,86

Provinsi

Data BPS tahun 2013

Pada Tabel 1.0 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan
Tanaman Keras/Tahunan di Pekarangan Rumah, menunjukan 35 provinsi

indonesia dengan total keberadaan tanaman keras/tahunan yang diperkiraan ada,
sebesar 52,14 dan tidak ada 47,85, dari total ini menunjukan bahwa kesadaran
masyarakat akan pentingnya menanam pohon bagi kelestarian lingkungan telah
tercapai. Dari 35 provinsi tersebut, provinsi Nusa Tenggara Timur-lah yang
memiliki keberadaan tanaman keras/tahunan di perkarangan rumah
masyarakatnya yang paling tinggi, yaitu sebesar 74,24 dengan keberadaan tidak
ada hanya sebesar 25,76 paling rendah. Keberadaan tanaman keras/tahunan di
Nusa Tenggara Timur yang paling tinggi ini, dipengaruhi oleh masyarakat sekitar
yang gemar menanam pepohonan berbuah tahunan, seperti: mangga, sirsak, jambu
dsb, sedangkan untuk daerah provinsi yang diperkirakan paling rendah
keberadaan tanaman keras/tahunan, adalah daerah provinsi DKI Jakarta dengan
total perkiraan ada sebesar 15,88 dan tidak ada sebesar 84,12. Nilai besaran angka
yang terdapat pada provinsi DKI Jakarta sendiri, dipengaruhi oleh kegiatankegiatan pembangunan proyek industri, hotel, mal, jalan dsb, hal ini
mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan didaerah tersebut secara tidak
langsung.

Tabel 1.1 Perkembangan Kawasan Hutan s/d Tahun 2013

Tahun 2012
NO

1
1

PROVINSI

10
11

2
Aceh
Sumatra
utara
Sumatra
barat
Riau
Jambi
Sumatra
selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka
Belitung
Kep. Riau
DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah
D.I.
Yogyakarta
Jawa Timur

2
3
4
5
6
7
8
9

14
15

U
ni
t
3
0
1

(Ha)
4
4
202,40

REALISASI
S/D Tahun 2012
Tahun 2013
U
U
ni
ni
(Ha)
(Ha)
t
t
5
6
7
8
18
31.131
0
0
15
21.057,80
1
120

S/D Tahun 2013
U
ni
(Ha)
t
9
10
18
31.131
16
21.177,80

0

0

11

101.711,08

0

0

11

101.711.08

0
0

0
0

49
6

193.989, 30
49. 700, 40

0
0

0
0

49
6

193.989,30
49.700,40

0

0

50

370.294,01

0

0

50

370.294,01

0
0

0
0

23
12

257.304,30
216.010,76

0
2

0
269,10

23
14

257.304,30
216.279,86

2

1.256,09

4

10.847,09

0

0

4

10.847,09

2
0

11.615,85
0

4
3

12.573,15
367,20

0
0

0
0

4
3

12.573,15
367,20

2

510,06

93

7

870,09

0
0

15
11

4
0

258,77
0

10
0
19
11

1.093.569,66

0
0

1.092.699,5
7
7.637,17
651.361,44

1

40,95

23

2.938,53

6

8.382,24

29

11.320,77

7.895,94
651.361,44

16
17
18

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Banten
Bali
Nusa
Tenggara
Barat
Nusa
Tenggara
Timur
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Sulawesi
Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Gorontalo
Sulawesi
Barat

0
0

0
0

0
32

0
105.587,50

0
0

0
0

0
32

0
105.587,50

0

0

37

520.108,43

0

0

37

520.108,43

0

0

67

782.078,77

0

0

67

782.078,77

3

17.714,37

60

934.114,55

2

25.556,30

62

959.670,85

0

0

4

63.210,58

0

0

4

63.210,58

6

20.617

32

6

7.435,85

38

1.102.494,09

3

29,45

36

1.095.058,2
4
714.955,78

0

0

36

714.955,78

0

0

24

436.698,02

0

0

24

436.698,02

0

0

17

393.098,72

0

0

17

393.098,72

0

0

42

92.209,34

0

0

42

92.209,34

0

0

21

0

0

21

1.743.993,09

0
0

0
0

0
0

1.743.993,0
9
0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

1
1
4

5.007,39

99

22

186.843,01

4

3

80.827,16

12
1
7

1.854.087.,35

6.934,21

1.667.244,3
4
6.934,21

1

16.430,45

45

0

0

45

2.800.412,35

3

440.587,94

5

500.884,99

56

751.150,46

91
5

15.186.774,1
8

30

Maluku

31

Maluku
Utara

32

Papua Barat

33

Papua

4

535.332,76

2

2.800.412,3
0
60.29705

Jumlah

4
0

615.695

85
9

14.435.623,
72

87.761,37

Data BPS tahun 2013

Pada Tabel 1.1, menyajikan data mengenai perkembangan kawasan hutan
diseluruh provinsi indonesia untuk tahun 2012 s/d 2013, perkembangan kawasan
hutan tertinggi berada pada provinsi papua pada tahun 2012 dengan nilai
535.332,76 Ha per 4 unit,sedangkan untuk tahun 2013 menjadi 440.587,94 Ha per
3 unit, serta untuk daerah provinsi yang tidak memiliki perkembangan kawasan
hutan terdapat di provinsi gorontalo dan sulawesi barat.

PERLINDUNGAN HUTAN
Perlindungan terhadap kawasan hutan diarahkan untuk mempertahankan
eksistensi kawasan hutan dan keanekaragaman hayatinya serta menjaga agar
peranan hutan sebagai sistem penyangga kehidupan dapat terus berlangsung.
Untuk mencegah kerusakan lebih parah, telah dilakukan operasi Pengamanan
Hutan dan upaya penegakan hukum. Pada tahun 2013 tercatat beberapa perkara
tindak pidana Keamanan hutan. Sebagaimana dilaporkan oleh pemerintah daerah/
UPT, kebakaran melanda kawasan hutan seluas ± 4.918,75 ha. Dari data ini

terlihat terjadi penurunan kebakaran dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, antara lain dengan mendeteksi titik
api, dimana pada tahun 2013 dideteksi sebanyak 19.353 titik panas. Sampai
dengan akhir tahun 2013, tenaga pengamanan hutan terdiri dari Polisi Kehutanan
(Polhut) sebanyak 8.183 orang, Penyidik PNS (PPNS) sebanyak 304 orang dan
TPHL sebanyak 2.437 orang.
KONSERVASI KAWASAN
Berdasarkan UU Nomor 41/1999 tentang Kehutanan, Hutan Konservasi
adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya.
Kawasan hutan konservasi dibedakan menjadi Kawasan Suaka Alam, Kawasan
Pelestarian Alam dan Taman Buru. Kawasan Suaka Alam adalah hutan yang
dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga
berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Termasuk dalam kategori
kawasan ini ialah Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa. Kedua kategori
kawasan tersebut dilindungi secara ketat, sehingga tidak boleh ada sedikitpun
campur tangan manusia dalam proses-proses alami yang terjadi di dalam kawasan
tersebut. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi keperluan ilmu pengetahuan dan
pendidikan. Saat ini terdapat 222 unit Cagar Alam Darat dengan total luas
3.957.691,66 hektar, dan 5 unit Cagar Alam perairan dengan luas sekitar 152.610
hektar; sedangkan Suaka Margasatwa darat sebanyak 71 unit dengan luas
5.024.138,29 hektar serta 4 unit Suaka Margasatwa perairan dengan luas sekitar
5.588,25 hektar.
Kawasan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Termasuk ke dalam kategori kawasan
ini adalah Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya. Taman
Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli
yang dikelola dengan sistem zonasi untuk keperluan ilmu pengetahuan,
pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan/atau satwa, pariwisata, dan
rekreasi. Pada tahun 2013 telah ada 43 unit Taman Nasional Darat dengan luas
12.328.523,34 hektar, dan 7 unit Taman Nasional Laut dengan luas 4.043.541,30
hektar. Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan
utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Saat ini
terdapat 101 unit Taman Wisata Alam Darat dengan total luas sekitar 257.323,85
hektar, dan 14 Taman Wisata Laut dengan total luas sekitar 491.248,00 hektar.
Taman Hutan Raya merupakan kawasan pelestarian alam yang ditetapkan
untuk tujuan koleksi tumbuh-tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan
alami, dari jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan/atau
satwa, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Saat ini terdapat 23 unit Taman Hutan
Raya dengan luas total sekitar 351.680,41 hektar. Taman Buru adalah kawasan
hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata buru. Saat ini terdapat 13 unit Taman
Buru dengan total luas sekitar 220.951,44 hektar. Hutan sebagai penyedia
keanekaragaman hayati tertinggi tidak hanya menyimpan sumber daya alam
berupa kayu tetapi juga memiliki peranan penting dalam berbagai aspek
kehidupan. Sampai tahun 2013, lembaga konservasi sejumlah 54 unit, dan dalam
pelaksanaannya dikelola bersama mitra. Sedangkan unit penangkaran tumbuhan
dan satwa liar sampai dengan tahun 2013 sebanyak 776 unit.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sumberdaya
hutan diindonesia masih kurang dalam memperhatikan lingkungan, sehingga
belum berwawasan lingkungan. Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya yang
vital dan strategis bagi ketahanan pangan untuk negara indonesia. Masalahmasalah deforestasi terutama, yaitu disebabkan oleh konversi lahan menjadi
tempat pertanian, transmigrasi, perkebunan, dsb.

Saran
Dalam pemanfaatan sumberdaya ini, perlu diperhatikan kelestarian
lingkungan agar terjaganya keseimbangan ekosistem yang alami. Menanam
kesadaran kepada masyarakat dan pemilik HPH (hak pengusahaan hutan), melalui
berbagai media seperti sosialiasi dan penyuluhan terkait dengan pengelolaan yang
berwawasan lingkugan dan pembangunan berkelanjutan.

Daftar Pustaka
Steinlin, Hansjurg. 1988. Menuju Kelestarian Hutan. Trans. Titi Suherly and Titi
Soentoro. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Nandika, Dodi. 2005. Hutan Bagi Ketahanan Nasional. Bogor. Muhammadiyah
University Press.
Soeriaatmadja, R.E. 1999/2000. Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan
Lingkungan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Soepijanto, Bambang. 2014a. Statistik Kawasan Hutan 2013. Jakarta. Kementrian
Kehutanan.
Daryanto, Hadi. 2014b. Statistik Kementrian Kehutanan 2013. Jakarta.
Kementrian Kehutanan.