Peta Kekerasan Khususnya Konflik Identit

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

Edisi 2/April 2015

PETA KEKERASAN, KHUSUSNYA KONFLIK IDENTITAS,
DI KOTA JAYAPURA PAPUA TAHUN 2014

Ringkasan Kebijakan
PETA KEKERASAN, KHUSUSNYA KONFLIK IDENTITAS, DI KOTA KAYAPURA PAPUA TAHUN 2014
Hak Cipta @ PaPeDA Institute, Kesbang Pol dan Linmas Kota Jayapura, The Habibie Center
Cetakan April 2015

Penyelaras Akhir:
Ridwan al-Makassary (PaPeDA Institute)
Tim Kerja:
Penanggung Jawab: Toni Wanggai
Konsultan
: Imron Rosyid
Sopar Peranto
Ketua Tim
: Ridwan al-Makassary

Peneliti
: Elizabeth Christin Waromi
Alfian A
Tim Inti
: Evert Merauje (Kesbangpol & Linmas Pemkot Jayapura)
Edi Ohoiwutun (Sekretaris LMA Port Numbay)
Burhanuddin (Kemenag Kota Jayapura)
La Margono (Kabid HAM Kemenkum HAM Jayapura)
Nelson Wanggai (Aktivis NGO Jayapura)
Prabowo (Anggota Kodam XVII/Cenderawasih Papua)

Desain Cover dan Tata Letak: Studio Mangga Dua Art (Jl. Marthin Indey No.1 Jayapura)
Diterbitkan oleh
PaPeDA Institute, Kesbang Pol dan Linmas Kota Jayapura dan The Habibie Center

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

1

SEKAPUR SIRIH

Keamanan (security) adalah satu kebutuhan

tersebut didukung juga oleh semua stakeholders yang

dasar manusia (human basic need). Dewasa ini di kota

ada untuk mewujudkan kota Jayapura yang aman dan

Jayapura yang kita cintai, masalah keamanan,

damai. Kajian kebijakan ini adalah sebentuk sense of

terutama ancaman konflik identitas, untuk derajat

careness dan sense of belonging dari PaPeDA Institute

tertentu sedang merasuk menjadi kegelisahan publik

untuk membuka mata semua pihak bahwa masalah


karena sepanjang tahun 2014 fenomena kekerasan

kekerasan, khususnya potensi konflik identitas, masih

berbalut identitas menyeruak di Timika, Sorong dan

merupakan musuh bersama kita khususnya sebagai

Arso. Secara khusus kalau ada kasus pembunuhan

warga kota yang berpijak di tanah Port Numbay ini.

yang melibatkan penduduk asli dan pendatang,
sontak iklim ketakutan akan konflik memuncak.
Dengan demikian, rasa aman adalah hal yang tengah
terusik di tengah geliat kota Jayapura yang sedang

Tidak ada gading yang tak retak, mohon
maaf atas segala kekurangan.
Selamat membaca.


pesat membangun. Selain itu, sebagai sebuah kota
yang juga menjadi destinasi favorit bagi para migran,

Jayapura, 24 April 2015

maka masalah perkotaan terutama hubungan antara
etnik dan agama, yang disebut krisis identitas etnikagama, adalah sebuah masalah yang mesti ditangani
secara serius.
Dengan argumen sederhana itu, PaPeDA
Institute, Kesbang Pol dan Linmas Kota Jayapura dan
The Habibie Center menerbitkan kajian kebijakan yang
pada edisi ke-2 ini adalah “Menelisik Masalah Konflik
Identitas di kota Jayapura”. Diharapkan kajian ini
dapat menyediakan sebuah gambaran yang holistik
akan persoalan potensi ancaman konflik identitas di
kota Jayapura.
Di bawah kepempinan Dr Benhur Tommy
Mano, MM, Walikota Jayapura dan kapolres kota
Jayapura


upaya-upaya

mengeliminir

kekerasan telah digalakkan.
kerja-kerja

mereka

tersebut,

potensi

Kita mengapresiasi
meskipun

angka

kekerasan masih cukup tinggi berdasarkan data

SNPK. Selanjutnya, kita juga berharap upaya-upaya
KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

2

Pengantar

Papua

Peace

and

Action

tiga kota tersebut, yang terpotret dari data SNPK. Di

(PaPeDA) Institute, yang didukung oleh the Habibie

Sekitaran Kampung Utikini Lama Kec. Tembagapura,


Center dan Kesbang Pol dan Linmas Kota Jayapura,

Kab. Mimika, Papua, terjadi bentrokan antara dua

menerbitkan

brief)

suku yaitu Suku Damal dengan Suku Dani yaitu

tentang penanganan konflik kekerasan di Papua,

kelompok warga Kampung Kimbeli dengan kelompok

khususnya di kota Jayapura, dengan menggunakan

warga Kampung Utikini yang mengakibatkan satu

data


warga tewas terkena tikaman senjata tajam. Motif

ringkasan

program

Sistem

Development

kebijakan

Nasional

(policy

Pemantauan

Kekerasan (SNPK).


bentrokan masih terkait dengan isu kesukuan di
antara kedua kampung yang bertikai (Cendrawasih

Program SNPK, sejatinya, karya rintisan

Pos, 19/1/2014).

Kementerian Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra),
bekerjasama dengan Bank Dunia (The World Bank)

Insiden kekerasan lainnya telah terjadi di

dan The Habibie Center. Untuk kegiatan diseminasi

desa Klademak, Kec. Sorong, Kota Sorong, Papua

dan pembuatan ringkasan kebijakan di wilayah

Barat. Terjadi bentrokan antar warga Sorong yang


Papua, The Habibie Center mempercayakan PaPeDA

berjumlah ratusan orang. Peristiwa tersebut terjadi

Institute untuk melaksanakannya.

karena adanya insiden pemukulan seorang warga
pada waktu sebelumnya. Akibatnya kedua kelompok

Untuk edisi kedua ini, PaPeDA Institute

warga tersebut bentrok dengan menggunakan batu

mengangkat tema “Konflik Identitas”, setelah di edisi

dan senjata tajam sehingga mengakibatkan 18 orang

pertama mengusung tema “kriminalitas”. Argumen


terluka terkena panah dan ada 2 orang anggota TNI

utama dibalik pemilihan tema ini adalah sepanjang

dan polisi yang terluka terkena lemparan batu ketika

tahun 2014 Papua telah menyaksikan ketegangan

mencoba melerai kejadian tersebut. Selain itu,

berbalut identitas, yaitu ketegangan etnik dan

beberapa bangunan tempat usaha juga rusak akibat

agama, yang telah merundung kota Timika, Sorong

peristiwa tersebut (Cendarawasih Pos, 20/04/2014).

dan Arso, untuk menyebut beberapa kasus yang
menonjol.

Dengan

fenomena

tersebut,

Sementara itu, terkait insiden yang hampir

tidak

serupa juga terjadi di Kampung Sanggaria Arso 1,

menutup kemungkinan kota Jayapura, dan kota-kota

Desa Arso, Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom,

lain di tanah air, juga dapat mengalami hal yang sama

Papua, ribuan warga desa arso yang terdiri dari 11

di masa depan jika tidak diwaspadai.

kampung mengamuk dengan membawa berbagai
macam senjata tajam diantaranya parang, badik,

Berikut ini insiden-insiden yang terjadi di
KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

3

celurit, kapak, tombak, samurai, dan senapan angin

demografi akibat lonjakan kehadiran transmigran dan

kemudian berbuat anarkis dengan membakar 21

menguatnya fanatisisme agama dengan kehadiran

rumah milik warga lainnya hingga rata dengan tanah.

Islam transnasional dan primordialisme etnik.

Selain membakar ke 21 rumah tersebut, warga yang

Lebih

jauh,

kami

berargumen

bahwa

sudah emosi pun ikut merusak tanaman kebun

walaupun konflik identitas di kota Jayapura memiliki

dengan cara dibabat dengan senjata tajam dan

angka yang terbilang rendah, seperti terkuak di data

kandang ternak

beserta hewan peliharaan milik

SNPK, namun bukan berarti kita bisa mengabaikan

korban dibakar. Selain itu sebuah pangkalan ojek juga

fenomena ini begitu saja. Bahkan, hal ini perlu serius

ikut menjadi sasaran amuk warga sehingga 3 buah

diperhatikan karena boleh jadi konflik identitas dapat

motor ikut terbakar.

terjadi jika kita tidak memahami akar masalahnya,

Insiden kerusuhan yang terakhir ini dipicu

dan juga tidak mengantisasipasi benih-benih konflik

karena kemarahan warga sekitar yang mengetahui

identitas

pelaku berinisial HG membunuh seorang ibu rumah

Istilahnya jangan pernah mencoret ancaman konflik

tangga warga sekitar tanpa alasan yang jelas. Pada

identitas di kota Jayapura sebagai kota multi-etnik-

saat kejadian ratusan aparat kepolisian gagal

agama.

yang

tumbuh

subur

tak

terkendali.

menghentikan aksi itu sehingga sejumlah nggota

Kompleksitas masalah ini akan didiskusikan

Brimob dan Satgas Pamtas dari kepolisian yang

secara ekstensif di sini. Ia diharapkan akan berguna

membantu

sebagai dasar akademik dalam permusan kebijakan

berhasil

menghentikan

dan

mengamankan situasi (Cendrawasih Pos, 7/9/2014)

dan program bagi pemerintah setempat ataupun

Fenomena beberapa ketegangan sosial

pihak terkait di kota Jayapura, atau juga sebagai

tersebut tampaknya mengirim pesan yang tegas

bahan kajian bagi kota-kota lain yang dihantui konflik

bahwa kota-kota di Papua, termasuk Jayapura, untuk

serupa, untuk mengeluarkan kebijakan tepat sasaran

beberapa derajat, sepenuhnya tidak aman dari

yang dapat mencegah terjadinya konflik identitas,

ancaman konflik beraroma identitas. Meskipun tidak

yang

pernah diamuk konflik identitas berbalut agama

terjarahnya keamanan serta ketertiban masyarakat di

seperti di Kaimana dan Manokwari medio 2000-an

kota Jayapura.

pungkasaannya

dapat

menyebabkan

yang masih menyisakan pilu dan trauma di rerimbun

Dengan kata lain, untuk mewujudkan kota

ingatan, kota Jayapura, sebagai kota yang plural

Jayapura yang aman dan damai sesuai dengan motto

(etnik dan agama), tetap memendam potensi konflik

kota Jayapura Hen Tecahi Yo Onomi Te’mar Ni

identitas

Hanased

kemiskinan

terutama

terkait

kota/marjinalisasi

dengan

fenomena

penduduk

lokal,

tingginya angka pengangguran di tengah bonus

(Satu

hati

membangun

kota

untuk

kemuliaan nama Tuhan), maka kajian kebijakan ini
didedikasikan untuk hal tersebut.

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

4

Secara keseluruhan, ringkasan kebijakan ini

khususnya konflik identitas di kota Jayapura. Ketiga,

akan menjelaskan beberapa hal pokok. Pertama, ia

ia akan menganalisis driving forces dari faktor

akan mengenalkan secara ringkas program Sistem

pemersatu dan perekat sosial dan potensi konflik

Nasional

identitas di kota Jayapura, dan diakhiri dengan

Pemantauan

Kekerasan

(SNPK)

dan

klasifikasi jenis kekerasan yang digunakan. Kedua, ia

rekomendasi.

akan mendeskripsikan peta kekerasan di Papua,

Selintas tentang Program Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK)
Kajian Perdamaian dan Kebijakan The Habibie

sistematis dan kontinu. Mengikuti hal itu, SNPK

Center ini diterbitkan melalui program SNPK, yang

membangun database menggunakan surat kabar

bertujuan menyediakan data dan analisis kekerasan

lokal di 34 provinsi sasaran, meski sumber-sumber

yang akurat dan cepat bagi pemerintah dan

lain juga dipergunakan secara rutin untuk proses

masyarakat sipil di Indonesia dalam mendukung

verifikasi. Agar analisis data dapat berjalan maksimal,

penyusunan kebijakan dan program dalam bidang

database menggunakan definisi kekerasan secara

konflik yang berbasis data. Program ini didanai oleh

luas, yaitu: sebuah tindakan yang mengakibatkan

The Korea Trust Fund for Economic and Peacebuilding

dampak fisik secara langsung. Untuk setiap insiden

Transitions dan diimplementasikan sejak 2012 melalui

kekerasan, sejumlah variabel kunci dicatat dalam

kerjasama antara The Habibie Center, Kementerian

database, termasuk: tanggal dan lokasi kejadian;

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan

dampak fisik terhadap manusia dan harta benda;

Kebudayaan (Kemenko PMK), dan Bank Dunia.

pemicu dan bentuk kekerasan; aktor yang terlibat dan

Sebagai bagian dari program SNPK, saat ini
telah dibangun database untuk mencatat seluruh
insiden kekerasan yang terjadi di provinsi sasaran

senjata yang digunakan; serta upaya penghentian
kekerasan dan hasilnya.
Kajian

Perdamaian

dan

Kebijakan

ini

secara reguler. Database SNPK adalah milik Kemenko

dipublikasikan oleh The Habibie Center secara berkala

PMK,

www.snpk-

setiap 4 bulan sekali dengan tujuan menjelaskan tren

indonesia.com. Database ini mencakup 34 provinsi di

dan pola baru yang muncul di Indonesia. Isi Kajian

Indonesia.

Perdamaian dan Kebijakan ini merupakan pandangan

yang

bisa

diakses

pada

Seperti ditunjukkan oleh penelitian-penelitian

tim SNPK-The Habibie Center.

di bidang konflik sebelumnya, surat kabar lokal di
Indonesia merupakan sumber informasi yang paling
tepat untuk mengumpulkan data kekerasan secara

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

5

Klasifikasi Konflik dan Kekerasan menurut SNPK
Dalam memantau kekerasan di Indonesia,

dilakukan oleh aparat dalam rangka penegakan

SNPK membagi jenis kekerasan menjadi empat

hukum, kriminalitas, dan Kekerasan Dalam Rumah

kategori besar, yaitu konflik, kekerasan yang

Tangga/KDRT (Kotak 1).

Kotak 1. Definisi
Program SNPK memberikan defenisi terhadap jenis-jenis kekerasan sebagai berikut:
Konflik kekerasan adalah jenis kekerasan yang terjadi karena adanya sengketa yang
melatarbelakangi atau diperselisihkan dan pihak tertentu yang menjadi sasaran.
Kriminalitas adalah insiden kekerasan yang terjadi tanpa adanya sengketa yang
diperselisihkan sebelumnya dan target tertentu
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah tindakan kekerasan fisik yang
dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, dimana anggota
keluarga tersebut tinggal satu atap/satu rumah
Kekerasan Dalam Penegakan Hukum adalah seluruh tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh aparat keamanan formal dalam merespon tindak kriminalitas.
Tindakan tersebut termasuk kekerasan yang dianggap sesuai dengan atau melebihi
wewenang mereka.

Sementara konflik kekerasan sendiri

pemilihan dan jabatan, konflik separatisme, konflik

dibagi menjadi tujuh jenis yaitu konflik terkait sumber

identitas, main hakim sendiri dan jenis konflik lainnya

daya, konflik tata kelola pemerintahan, konflik

(Kotak 2).

Kotak 2. Pembagian Jenis Konflik
Program SNPK membagi konflik berkekerasan menjadi beberapa jenis;
Konflik Sumber Daya adalah tindakan kekerasan dipicu oleh sengketa sumber daya
(lahan, tambang, akses pekerjaan, gaji,polusi dll)
Konflik Tata Kelola Pemerintah adalah tindakan kekerasan dipicu oleh kebijakan
atau program pemerintah (pelayanan publik, korupsi, subsidi, pemekaran dll)
Konflik Pemilihan dan Jabatan adalah tindakan kekerasan dipicu oleh persaingan
antara dua pihak berkaitan dengan pemilihan atau jabatan

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

6

Konflik Separatisme adalah tindakan kekerasan yang dipicu oleh upaya pemisahan
dari NKRI
Konflik Identitas adalah tindakan kekerasan dipicu oleh identitas kelompok (agama,
ethnis,suku dll)
Main Hakim Sendiri adalah tindakan kekerasan dipicu oleh masalah balas dendam
(tersinggung, pencurian, hutang, kecelakaan dll)
Konflik Lainnya adalah tindakan kekerasan yang dipicu oleh masalah selain yang ada
di daftar SNPK

PETA KONFLIK KEKERASAN

Berdasarkan klasifikasi SNPK di atas, pada

kebijakan tentang hal ini untuk

tahun 2o14 di Papua secara umum tercatat 1425

pemahaman

insiden konflik dan kekerasan. Lebih jauh, insiden

penanganannya yang adekuat.

akan

akar

mendapatkan

masalah

dan

cara

konflik tercatat sebanyak 309 insiden, kriminalitas
sebanyak 986 insiden, 120 insiden KDRT dan 10
insiden terkait kekerasan aparat dalam penegakan

Di kota Jayapura tahun 2014 tercatat 783
insiden dan telah terjadi 93 insiden konflik kekerasan
yang tercatat, 599 insiden kriminalitas, 86 insiden

hukum.
Sementara itu, berdasarkan Indeks Intensitas
Kekerasan (IIK) 2015 (The Habibie Center), sepanjang
tahun 2014 insiden kekerasan terkait separatisme
hanya terjadi di Aceh, Papua dan Papua Barat.
Namun, insiden terbanyak terjadi di Papua yakni 42
kali yang menimbulkan korban jiwa sebanyak 34,
korban luka 37, serta bangunan rusak sebanyak.
Lebih jauh, wilayah yang paling banyak insidennya
adalah Kabupaten Puncak Jaya. Di sana terjadi 14

KDRT dan 5 insiden terkait kekerasan aparat dalam
upaya penegakan hukum. Sebagai perbandingan,
data pihak Polresta Jayapura di tahun 2014 tercatat
2956 insiden kekerasan maupun konflik secara umum
yang terjadi di Kota Jayapura, yang di dominasi oleh
tindak kriminalitas (Data Polres Jayapura Tahun 2014
). Di sini angka kepolisian jauh lebih banyak dari dari
data SNPK.
Menelisik

lebih

jauh

jumlah

insiden

insiden yang tidak mengakibatkan dampak. Kondisi

kekerasan di Kota Jayapura, periode ini sebagian

tersebut menjadikan Puncak Jaya memiliki IIK

besar didominasi konflik kekerasan (12%) dengan

separatisme

memberi

jumlah insiden 93 yang mengakibatkan 12 korban

Propinsi Papua nilai IIK separatisme sebesar 2,21.

tewas, 89 korban cedera dan 13 bangunan rusak;

Menurut kami, perlu ada riset khusus atau ringkasan

kriminalitas (76%) jumlah insiden 599 insiden yang

tertingi

(6,04)

sekaligus

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

7

mengakibatkan 11 korban tewas, 441 cedera, 50

KDRT berjumlah 86 kasus dan mengakibatkan 3

korban perkosaan dan 32 bangunan rusak; KDRT

orang tewas, 80 orang cedera dan 2 korban kekerasan

(11%) dengan jumlah insiden yang terjadi dalam kasus

seksual (Lihat Tabel 1).

Tabel 1.
Jumlah Insiden Konflik kekerasan di Kota Jayapura Serta Dampaknya pada Periode Januari – Desember
2014

Jumlah
Jenis Kekerasan

Insiden

Sumber Daya

Kekerasan
Tewas

Cedera

Bangunan Rusak

Seksual

7

2

2

0

2

7

0

2

0

3

12

0

5

0

4

3

0

3

0

0

46

6

58

0

1

Separatisme

6

4

3

0

3

Konflik Lain

12

0

16

0

0

Jumlah Konflik

93

12

89

0

13

5

0

7

0

0

599

11

441

50

32

KDRT

86

3

80

2

0

Total

783

26

617

52

45

Tata Kelola
Pemerintahan
Pemilihan dan Jabatan
Identitas
Main Hakim Sendiri

Penegakan Hukum
Kriminalitas

Sementara, dari klasifikasi kekerasan di Kota Jayapura, angka kriminalitas yang tertinggi dan juga KDRT
yang cukup sering terjadi (Lihat Gambar 1)

.

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

8

Gambar 1

Berdasarkan tabel dan gambar di atas,

dan pencurian di wilayah tertentu di kota Jayapura.

terdapat beberapa insiden konflik dan kekerasan yang

Namun, untuk wilayah perkotaan di tanah air, kota

perlu diperhatikan pada periode ini, yaitu kekerasan

Manado adalahsalah satu yang tertinggi dalam insiden

terkait dengan konflik main hakim sendiri, konflik

kriminaitas,

separatisme dan juga konflik terkait tata kelola

menyebabkan 22 orang tewas, 622 terluka dan 35

pemerintahan, dan KDRT.

bangunan rusak (IIK, The Habibie Center 2015).

yaitu

sebanyak

816

insiden

yang

Lebih jauh, insiden kekerasan yang sangat
penting pada periode ini adalah cukup tingginya tingkat
kriminalitas, yang mengambil bentuk penganiayaan

Pola dan Tren Kekerasan
Pada periode ini, angka kekerasan terlihat

dengan periode Januari-Desember 2013, tren kekerasan

cukup tinggi pada Januari 2014. Pada bulan tersebut,

pada periode ini cenderung meningkat baik dari segi

sebagian

insiden maupun dampak kekerasan (Lihat Gambar 2).

besar

merupakan

insiden

kriminalitas

khususnya tindak penganiyaan. Jika dibandingkan

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

9

Gambar 2

Sementara itu, jika dibandingkan angka

insiden kekerasan. Namun, korban jiwa sebagai

kekerasan antara tahun 2013 dan 2014, maka angka

dampak kekerasan di tahun 2014 sedikit lebih tinggi,

kekerasan

dan orang cedera dan bangunan rusak lebih sedikit

di

tahun

2014

mengalami

sedikit

penurunan dari 800 insiden kekerasan menjkadi 183

dibandingkan setahun sebelumnya (Lihat Gambar 3).

Gambar 3

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

10

Data SNPK mencatat tren konflik sejak 1998

lainnya yaitu mencapai 79 insiden dengan 14 korban

hingga tahun 2014, terlihat pada tahun 2011 angka

tewas, 94 korban cedera dan mengakibatkan 10

konflik di Jayapura sangat tinggi dibandingkan tahun

bangunan rusak. (Lihat gambar 4)

Gambar 4

Tampaknya, ada pola yang ajeg

yaitu di

Sedangkan jika kita melihat lebih jauh lagi,

Jayapura angka kekerasan cenderung lebih tinggi

berdasarkan data SNPK, mengenai sebaran wilayah

pada bulan Januari dibandingkan bulan-bulan lainnya.

konflik di Kota Jayapura, Abepura menjadi salah satu

Boleh jadi hal ini terkait perayaan tahun baru, yang

distrik dikota Jayapura yang dapat dikatakan rawan

selalu dirayakan secara berlebihan, terutama mabuk-

terjadi konflik. Jadi, adalah tidak bisa digeneralisasi

mabukan, sehingga pelakunya tidak segan melakukan

semua wilayah distrik di kota Jayapura rawan

penganiayaan. Degan budaya mabuk di kalangan

kekerasan.

pemuda terutama yang tidak bekerja (jobless) akan

Pertama tentang “kriminalitas”,

semakin mudah tersulut emosinya untuk melakukan

kerawanan di Abepura adalah tingginya jumlah

kejahatan agar bisa memenuhi hasrat menenggak

pemabuk, dan juga kepadatan penduduk dan angka

miras. Hal Ini mesti jadi perhatian pihak yang

pengangguran yang tinggi terkait marjinalisasi

berwenang.

ekonomi. (Lihat Tabel 2)

Pada

laporan

Ringkasan

Kebijakan

beberapa faktor

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

11

Tabel 2 Sebaran Wilayah Konflik di Kota Jayapura Januari-Desember 2014
Jumlah

Kekerasan

Bangunan

Kecamatan

Insiden

Tewas

Cedera

Seksual

Rusak

ABEPURA

25

7

22

0

3

HERAM

4

0

4

0

0

10

1

11

0

0

8

0

6

0

1

47

8

43

0

4

JAYAPURA
SELATAN
JAYAPURA
UTARA
Grand
Total

Secara keseluruhan, dengan peta kekerasan
yang demikian terurai di atas, maka pihak yang

berwenang

bisa

melakukan

langkah-langkah

preventif ketimbang langkah-langkah penindakan.

MENELISIK KOMPLEKSITAS KONFLIK IDENTITAS
Secara umum, di Indonesia untuk tahun 2014

Berapa angka konflik identitas di kota

konflik identitas tertinggi terjadi di kota Makassar.

Jayapura? Berdasarkan data SNPK, konflik Identitas

Telah terjadi sebanyak 74 insiden konflik identitas

pada periode ini tercatat hanya 3 insiden yang

yang mengakibatkan 7 orang luka dan 18 bangunan

mengakibatkan 3 korban cedera (Lihat Gambar 6).

rusak (IIK The Habibie Center 2015).

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

12

Gambar 6

Berikut ini akan ditampilkan insiden-insiden

masyarakat Timor dengan 200 orang masyarakat

konflik identitas dikota Jayapura, berdasarkan data

Makassar. Peristiwa tersebut terjadi karena adanya

yang diambil dari SNPK. Pertama, insiden yang terjadi

perkelahian antara dua supir taksi yang berasal dari

di ruang Konferensi Pers Stadion Mandala di Jalan

dua kelompok masyarakat tersebut. Keduanya

Dok V Kel. Mandala, Kec. Jayapura Utara, Kota

bentrok dengan menggunakan parang dan kayu balok

Jayapura, Papua. Terjadi perkelahian antara JA

hingga mengakibatkan 5 orang terluka yaitu 4 warga

(pelatih

Tim

Makassar dan 1 warga Timor. Polisi yang datang ke

Persebaya) dimana JA didorong oleh GR hingga

tempat kejadian berhasil melerai peristiwa tersebut.

membentur kaca pintu ruang konferensi. Akibatnya

(Cendrawasih Pos, 03/04/2014)

Persipura)

dengan

GR

(Kapten

korban terluka dan kaca pintu tersebut pecah.
Beruntung Pelatih Persebaya yaitu RD berhasil
melerai perkelahian tersebut. Kejadian itu terjadi
karena terkait dengan pertandingan sepakbola
sebelumnya dimana Tim Persipura memenangkan
pertandingan melawan Tim Persebaya sehingga GR
masih tidak terima sehingga terjadi aksi tersebut
(Cendrawasih Pos, 15/04/2014).

Ketiga, insiden lain yang terjadi di Stadion
Sepak Bola Mandala di Kel. Mandala, Kec. Jayapura
Utara, Kota Jayapura, Papua, terjadi aksi perkelahian
ditengah pertandingan sepak bola. RB pemain
Persipura terlibat perkelahian dengan DN pemain
Arema. DN yang tidak terima akan ulah RB yang
mengganjalnya dengan cukup keras emosi, dan
memukul RB hingga keduanya terlibat perkelahian

Kedua, insiden lainnya, Di Sekitaran Terminal

namun tidak jelas dampak yang ditimbulkan dari aksi

Expo Waena, Kel. Waena, Kec. Heram, Kota Jayapura,

tersebut. Beruntung aksi perkelahian berhasil dilerai

Papua. Terjadi bentrokan antara 25 orang kelompok

oleh para pemain yang lain. Selain itu seorang LOC
KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

13

Persipura juga melakukan penganiayaan dengan cara

Brigpol AS (polisi). Kedua korban yang berusaha

mencekik kiper Arema yaitu KM diduga tidak terluka

membubarkan adanya perjudian dilokasi kejadian

[Cendrawasih Pos, 21/10/2014]

namun

malah

dipukuli

dan

ditikam

dengan

menggunakan pisau hingga mengakibatkan Brigpol
Sementara itu, terkait konflik sumber daya
tercatat 7 insiden dengan 2 korban tewas, 2 korban

AS meninggal dan Brigpol SA terluka (Cendrawasih
Pos, 02/07/2014).

cedera dan 2 bangunan mengalami kerusakan.
Insiden yang terjadi pada konflik sumber daya terjadi

Terkait dengan data SNPK tentang konflik

di Sekitaran Pasar Youtefa, Kec. Abepura, Kota

identitas di Papua, satu catatan untuk tim penginput

Jayapura,

yang

data SNPK ke depan di Papua, bahwa setelah tim

dilakukan oleh HE warga Sentani kepada IS

SNPK bekerja dengan mencermati lebih jauh data-

(kordinator penjaga pasar Youtefa). Kejadian ini

data SNPK, tampaknya beberapa kasus di kluster

diduga masih terkait pengeroyokan dalam penertiban

konflik main hakim sendiri dan konflik sumber daya

lokasi judi di pasar Youtefa, dimana pelaku tidak

juga beririsan dengan konflik identitas, atau mungkin

terima dengan ucapan korban yang menuduhnya

lebih tepat dimasukkan di kluster konflik identitas. Di

telah mendanai warga yang berjudi di kawasan itu

sini dituntut kejelian tim penginput data untuk

sehingga pelaku emosi lalu langsung menusuk korban

menginput data secara lebih akurat.

Papua.

Terjadi

penganiayaan

dengan menggunakan pisau hingga korban tewas
Secara keseluruhan, walaupun konflik identitas

(Cendarwasih Pos, 03/07/2014)

dan sumber daya di kota Jayapura memiliki angka
Insiden lainnya terjadi di Terminal Pasar

yang terbilang rendah namun tidak berarti bahwa

Youtefa, Tanah Hitam, Kec. Abepura, Kota Jayapura,

konflik

Papua. Terjadi pengeroyokan yang dilakukan oleh 9

ketertiban kehidupan masyarakat.

tersebut

tidak

berpengaruh

terhadap

orang warga Pasar Youtefa kepada Brigpol SA dan

BAGAIMANA MEMAHAMI KONFLIK IDENTITAS DI KOTA JAYAPURA?
Bagian berikut akan menyajikan secara
singkat

sebuah

kerangka

etnik bila dibandingkan

untuk

beberapa kota lain di tanah air yang pernah

memahami konflik identitas. Selanjutnya, ia akan

bermasalah dengan konflik identitas, seperti di

membahas

konflik

Ambon, Poso, Sambas dan Sampit, untuk menyebut

identitas memaklumatkan bahwa kota Jayapura

beberapa konflik yang menonjol. Selain itu, di sini

merupakan percontohan bagi kerukunan umat

juga akan dijelaskan pelbagai faktor perekat atau

apakah

konseptual

beragam agama dan

sedikitnya

insiden

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

14

pemersatu etnik agama yang berbeda. Kesimpulan

yang berdomisili di kota Jayapura dan paham dengan

tentatif yang diambil adalah meskipun kota Jayapura

dinamika sosial politik ekonomi yang terjadi kota

cukup aman dari konflik identitas, terdapat beberapa

yang baru merayakan HUT ke 105 tanggal 7 Maret

faktor penyebab yang disorot oleh sejumlah informan

yang lalu.

Sebuah Kerangka Konseptual tentang Konflik Identitas

Konflik adalah sesuatu yang alami dan
merupakan karakter manusia (human nature). Fisher

Ketiga, konflik berdasarkan pada kompetisi
antara rival ideologi dan sistem nilai.

(2000, h. 4) merumuskan konflik sebagai, “sebuah
Keempat, konflik berdasarkan pada kompetisi

hubungan antara dua atau tiga partai (individu atau
kelompok) yang memiliki tujuan-tujuan yang tidak
sesuai (bertolak belakang)”. Lebih jauh, konflik terbit
karena tidak adanya keseimbangan relasi kekuasaan,
ekonomi dan sosial seperti

antara identitas etnik, agama dan komunal lainnya
yang berlawanan untuk akses kekuasaan ekonomi
dan keadilan sosial.

status ketidak adilan

Dalam banyak kasus penyebab-penyebabnya

sosial, kekayaan yang tidak adil dan akses kepada

saling berkaitan dan menjadi akar masalah satu sama

sumber daya. Selanjutnya, ini kerap menyebabkan

lain. Dari keempat tipologi konflik tersebut, krisis

problema

identitas tampaknya mendominasi yang lain, dan juga

bermunculan

seperti

diskriminasi,

pengangguran, kemiskinan, opresi dan kejahatan.
Sumber

Namun,

dunia. Namun, tampaknya yang banyak terjadi sejak

banyak

tahun 1990-an adalah konflik etnik. Krisis identitas

berlaku, Rupshinge (2000, h. 34-37 ) telah membuat

adalah puncak dari hasil deprivasi relatif, rakyat yang

tipologi konflik sebagai berikut:

anti

berdasarkan

konflik

sebab-sebab

beragam.

lebih kental dengan konflik etnik di pelbagai belahan

yang

paling

Pertama, konflik berbasis sumber daya alam
berdasarkan kompetisi untuk kekuasaan eknomi dan
akses terhadap sumber daya alam.
Kedua, konflik memperebutkan pemerintahan
dan otoritas berdasarkan kompetisi kekuasaan politik
dan partisipasi dalam proses politik.

kepada

pemerintahan

otoriter,

hubungan

sismetrik dengan negara dan aktor-aktor dominan
yang lain.
Kesadaran

identitas

adalah

manifestasi

‘etnisitas’ dan memiliki lima komponen: 1). Sebuah
keyakinan subjektif pada peristiwa nyata atau
pelbagai anteseden sejarah yang diasumsikan; 2).
Pusat geografi nyata atau simbolik; 3). Pertukaran
emblen budaya, seperti ras, bahasa, agama, pakaian
KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

15

dan diet; 4). Kewaspadaan diri yang sudah diterima

adalah wajar terjadi di tengah perubahan sosial dan

tentang kekhususan

pada

persaingan ekonomi, politik dan budaya yang tinggi.

kelompok; dan 5) pengakuan oleh kelompok berbeda

Pada titik kulminasi tertentu, ketika perekat sosial

(Phadnis, 1990, h. 14). Segala ancaman terhadap inti

telah terkikis habis, maka konflik identitas, ibarat

sensi identitas ini dan pengabaian akan hak-hak ini

“api” bisa melahap “jerami” sosial dengan cepat dan

akan membuka jalan pada lahirnya konflik identitas.

liar.

dan kepemilikan

Di kota-kota yang plural seperti Jayapura yang
menjadi lokus pembahasan, persoalan krisis identitas

Jayapura sebagai Kota Percontohan Toleransi Agama dan Etnik di Indonesia?
Pada pertemuan dengan pengurus Forum

Untuk

beberapa

derajat

pernyataan

tersebut

Kekrukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Surabaya

memperoleh pembuktiannya bahwa sejauh ini tidak

yang dihelat di Ruang Rapat Walikota tanggal 18 April

pernah ada konflik agama di kota Jayapura.

2015, Walikota Jayapura, Benhur Tommy Mano,

Meskipun, kita mesti mewaspadai perubahan sosial

mengatakan bahwa Jayapura

bisa dikembangkan

dan globalisasi telah mengubah cara pandang dunia

sebagai model percontohan kota toleransi beragama

masyarakat di kota Jayapura, dan juga cara mendidik

dan etnik. Alasan yang dikemukakan di antaranya

anak.

adalah toleransi yang tinggi antara umat beragama,

Senada dengan pernyataan walikota dan

yang ditandai misalnya dengan adanya masjid dan

aktivis JDP di atas, Ridwan al-Makassary menyatakan

gereja yang berhadap-hadapan dan tidak ada

bahwa kota Jayapura beruntung memiliki beberapa

masalah, dan juga keterlibatan pemuda lintas agama

faktor-faktor

menjaga rumah ibadah ketika terjadi perayaan natal

kohesivitas sosial dan mencegah konflik identitas di

dan idul fitri. Juga, peran dari FKUB Kota Jayapura

kota Jayapura (al-Makassary, 7-8 Maret 2015).

yang secara relatif berhasil berperan menjaga
kerukunan.

positif

yang

berfungsi

menjaga

Pertama, perayaan hari besar keagamaan
seperti “natal” berfungsi sebagai “semen sosial”

Dalam perbincangan terbatas dengan Neles

(social cement) bagi masyarakat luas. Kedua, perayaan

Tebay, dan juga dalam beberapa kesempatan, aktivis

hari perdamaian internasional, 21 September, yang

perdamaian Jaringan Damai Papua (JDP) tersebut

diperingati

kerap mengungkapkan bahwa “tidak ada konflik

masyarakat pentingnya hidup damai secara bersama.

agama di Papua, karena sejak dini anak kecil Papua

Ketiga, bencana alam seperti banjir, kelaparan,

telah diajar untuk memnghormati rumah ibadah”.

gempa bumi sanggup menyatukan umat manusia

setiap

tahun

juga

menyadarkan

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

16

untuk saling membantu. Tapi tidak berarti kita

sosial untuk hidup damai di antara semua penganut

berharap selalu ada bencana untuk kita menyatu,

iman dan etnik/sub etnik yang puspa ragam.

laksana Aceh yang menyatu setelah Tsunami tahun

Dengan stock perekat sosial yang ada, tidak

2004. Keempat, tim Persipura adalah fakor pemersatu

berarti bahwa tidak ada ancaman sama sekali akan

warga Papua dan non Papua. Ini tim juara perlu dijaga

hadirnya konflik identitas di kota Jayapura. Bagian

terus. Singkatnya, perdamaian melalui olahraga.

selanjutnya, akan membahas berbagai root causes

Terakhir, visi Papua Tanah Damai yang selalu

potensi konflik identitas yang mesti disikapi secara

dihidupkan pada 5 Februari sebagai hari pekabaran

bijaksana.

injil atau hari Papua Tanah Damai adalah perekat

Pelbagai Faktor Penyebab Potensi Konflik Identitas: Pandangan Insider
1.

Secara umum pola persaingan dalam konteks

Ekonomi

Papua dan secara khusus di Kota Jayapura adalah
Kota Jayapura merupakan ibukota Provinsi
Papua yang menjadi barometer pembangunan.
Secara khusus, Kota Jayapura mengalami geliat

persaingan antara masyarakat asli Papua (Indegenous
people) dan masyarakat pendatang yang mencari
kehidupan yang lebih layak di Kota Jayapura.

ekonomi yang cukup pesat sejak pemberlakuan
otonomi khusus di Papua tahun 2001. Pada saat yang

Ekonomi merupakan salah satu pemicu konflik

sama, otonomi khusus dan perkembangan yang

bernuansa identitas di Kota Jayapura. Hal tersebut

dibawanya

ditegaskan oleh Wakil Walikota Jayapura, Nur Alam

telah

dan

sedang

mengakibatkan

permasalahan di Kota Jayapura, yang merupakan
salah satu dampak dari aspek pembangunan.
Ekonomi di Kota Jayapura yang mengalami
pertumbuhan

cukup

pesat

telah

dan

sedang

menciptakan persaingan yang tinggi mendapatkan
sumber-sumber ekonomi yang ada. Pihak-pihak
tertentu akan menguasai sebagian sumber-sumber
dalam sektor ekonomi tersebut, sedangkan pihak lain
yang tidak mampu bersaing biasanya akan tersingkir
dengan sendirinya. Itulah yang dipotret sebagai salah
satu tipologi konflik yang disebutkan Rupshinge di
kerangka konseptual di atas.

bahwa,
“Faktor ekonomi Salah satu yang mendorong
saudara-saudara kita dari daerah lain datang ke
Jayapura karena faktor ekonomi, yang banyak kesini
adalah karena faktor ekonomi, dari seluruh Indonesia
hampir semua orang datang ke Papua hanya karena
alasan faktor ekonomi ingin mencari yang lebih baik
dari daerahnya, mereka melihat bahwa Kota Jayapura
punya peluang, pertama karena setelah otonomi
daerah dari tahun 1999 dan sekarang dan otonomi
khusus lagi, jumlah uang yang mngalir ke Papua
sangat besar 40-50 trilyun tiap tahun dengan jumlah
penduduk yng sedikit, sehingga orang luar melihat
Papua atau khususnya Kota Jayapura memliki daya
tarik tersendiri, disini penjual pisang goreng saja tidak
bisa dianggap remeh, dari pagi buka hingga sore bisa
memperoleh penghasilan 5 sampai 10 juta per hari
KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

17

untungnya luar biasa, penjual bakso, penjual apa saja
dikota Jayapura bisa mendapat untung yang besar,
sehingga dampak sosialnya ada, saudara-saudara kita
sebagai orang asli, melihat bahwa orang-orang Port
Numbay sudah mulai tergeser, tanah-tanah dikota
sudah dibeli oleh orang-orang yang punya uang,
orang Port Numbay ( orang asli) sudah hal tersebut
dapat
dari sisi
ekonomi cukup baik namun
dampaknya tidak baik “. (Wawancara, 10 Januari
2015)
Senada dengan pernyataan Wakil Walikota, hal
tersebut juga diakui oleh pimpinan wilayah NU
Provinsi Papua, Toni Wanggai, bahwa ekonomi
merupakan salah satu pemicu konflik dan kekerasan
di Kota Jayapura. (Wawancara Ketua NU Kota
Jayapura, 16 Februari 2015).

Dari sejumlah wawancara terlihat jelas aspek
ekonomi merupakan salah satu aspek

penyebab

konflik di Kota Jayapura. Dengan kata lain, persoalan
ekonomi sebagai penyebab konflik antar etnik atau
konflik identitas
meskipun

tentu

sesuatu yang tak terbantahkan,
tidak

semua

konflik

antar

etnik/konflik identitas ditimbulkan karena persoalan
ekonomi saja.
Ketersediaan sumber daya ekonomi di suatu
daerah merupakan suatu indikator penting bagi
kemungkinan konflik terjadi. Semakin mudah sumber
daya itu didapatkan oleh setiap orang, maka
kemungkinan

konflik

juga

semakin

rendah.

Pernyataan serupa juga dikatakan oleh Betty

Sebaliknya semakin langka sumber daya yang

Puy, selaku Kepala Pemerdayaan Perempuan dan

tersedia sehingga terjadi kompetisi yang sengit untuk

Anak Kota Jayapura, bahwa

mendapatkan sumber daya maka kemungkinan
terjadinya konflik semakin besar.

“Kota Jayapura menjadi Pusat Pertumbuhan dari
Provinsi Papua dalam berbagai hal, Arus Globalisasi
yang terjadi dikota jayapura sehingga dampak baik
dan buruk juga ada. Kota ini menjadi Pusat Belajar
dan Pusat Perdagangan (Modal Kota Jayapura
Perdagangan dan Jasa) sehingga orang bilang datang
kesini lebih cepat dapat uang ketimbang didaerah lain
diprovinsi papua. Dengan heterogennya penduduk
yang ada akan menjadi konflik. Sehingga persaingan
dari sisi ekonomi untuk hidup matinya manusiamanusia yang ada dikota ini” (Wawancara, 31 Maret
2015 ).
Aspek ekonomi yang menjadi pemicu konflik

Persoalan ekonomi juga menyangkut distribusi
sumber daya. Ketidakjelasan aturan dalam kompetisi
memperebutkan sumber daya merupakan sumber
konflik yang potensial. Dalam hal ini ketidakjelasan
aturan bisa dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya
ketidakadilan. Adanya kesenjangan sosial sebagai
akibat adanya kesenjangan ekonomi yang lebar
merupakan cerminan dari adanya ketidakadilan
dalam

distribusi

sumber

daya.

Bila

terjadi

dikota Jayapura juga di akui oleh Kepala Kesbang Pol

kesenjangan yang besar antar berbagai kelompok

& Linmas Kota Jayapura, Evert Merauje, bahwa

etnik maka kemungkinan terjadinya konflik juga

“masalah kepentingan atau faktor ekonomi, ketika

semakin besar, karena perasaan ketidakadilan akan

merasa terganggu kehidupannya akan terjadi konflik,

mendorong timbulnya semangat perlawanan. Hal ini

seperti yang terjadi di pasar” (wawancara, 22 April
2015).
KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

18

nampak dalam kerangka konseptual yang disebutkan

Hal yang hampir serupa juga dikatakan oleh
Anum Siregar, selaku pimpinan Aliansi Demokrasi

di atas.

Papua (ALDP), bahwa
Terkait dalam aspek ekonomi terkadang muncul
juga permasalahan yang terjadi dipasar dimana pasar
dalam hal ini merupakan tempat aktivitas perputaran
roda perekonomian, tidak bisa dipungkiri bahwa
aktivitas

perekonomian

dapat

mengakibatkan

gesekan-gesekan yang mampu menciptakan suatu
konflik. Seperti salah satu insiden di atas yang terjadi
di Pasar Youtefa, sebagaimana telah disebutkan di
atas.
2.

Kecemburuan Sosial
Dalam kehidupan sosial terkadang muncul

“Sejak awal titik star orang papua dengan non
papua itu berbeda, ketika orang datang dengan
kemampuan yang lebih kemudian orang papua
dengan kemampuan yang masih kurang itu akan
menjadi pemicu kecemburuan sosial meskipun orang
itu ramah. Kalau berbicara mengenai ekonomi tidak
ada hubungan ramah atau tidak ramah, kalau
misalnya orang papua tidak mau menciptakan daya
saingnya, hal ini dapat memicu kecemburuan.
Ditambah dengan kebijakan-kebijakan yang sentral
sehingga membuat orang papua sendiri tidak mampu
bersaing. Kesiapan diri orang papua yang kurang baik
dari pengetahuan dan keterampilan”. ( Wawancara,
20 Januari 2015 )
Seperti telah disinggung di atas bahwa salah

dapat

satu hal yang dapat menimbulkan kecemburuan

mengakibatkan timbulnya koflik. Hal tersebut diakui

sosial adalah karena adanya keterbatasan kualitas

oleh Toni Wanggai, yang mengatakan bahwa “faktor

sumber daya manusia (sdm) yang dimiliki khususnya

kecemburuan sosial dimana masyarakat pendatang

masyarakat asli dI Kota Jayapura yang terkadang

dari sisi ekonomi lebih mapan sehingga menimbulkan

memiliki pendidikan yang kurang, sehingga bisa

kecemburuan

dikatakan tidak mampu bersaing dengan masyarakat

kecemburuan-kecemburuan

terjadinya

itu

sosial

muncul

konflik/kekerasan”

dan

yang

menyebabkan

(Wawancara,

16

Februari 2015).
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa,
“Akan tetapi ini (konflik) bisa muncul disebabkan
misalnya para pendatang mendominasi tanah-tanah
ulayat mereka, kemudian dari status sosial orang
pendatang yang lebih tinggi serta faktor ekonomi
yang lebih tinggi, atau bahkan hal ini yang kadang
mengalami kecemburuan sosial karena kurang
tolerannya orang pendatang terhadap kearifan lokal
di papua atau jayapura atau kurang menghargai
tradisi budaya orang papua. Hal ini yang sewaktuwaktu apabila tidak dimanage dengan baik atau tidak
dipahami oleh orang-orang pendatang dapat menjadi
konflik identitas kedepan”.

pendatang sehingga muncul kecemburuan sosial
yang mampu menjadi salah satu pemicu konflik.
Terkait hal tersebut Bertus Tambaib, seorang
akademisi, mengatakan “kesiapaan SDM, saudarasaudara kita tidak mampu bersaing karena SDM
kurang” karena faktor SDM yang rendah tersebut
seingga berakibat pada tidak mampu bersaing dalam
persaingan ekonomi sehingga muncul kecemburuan
sosial

yang

dapat

mengakibatkan

konflik

(Wawancara, 4 Januari 2015 )
Senda dengan pernyataan di atas, Kepala
Bidang HAM Kementrian HAM Kota Jayapura, La

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

19

Margono, menyatakan pengetahuan yang minim dan

budaya yang dapatkan menimbulkan terjadinya krisis

kurangnya

identitas. Ia menuturkan bahwa

ketrampilan

dari

masyarakat

asli,

terkadang menimbulkan kecemburuan terhadap
masyarakat non papua yang datang ke Jayapura
dengan ketrampilan dan pengetahuan yang baik
(Wawancara, 23 April 2015)
Dalam realitas, kita menjumpai ada kelompokkelompok yang termarginalkan seperti mama-mama
Papua yang berusaha untuk bersaing dimana mereka
berjuang untuk mempertahankan hidup (survive).
Dengan

demikian,

Di sini, poin pentingnya adalah dalam konteks

sosial

Jayapura masyarakat Port Numbay bisa dikatakan

merupakan salah satu aspek pemicu konflik yang

telah dan mengalami degradasi budaya dan mulai

tidak bisa dipungkiri dalam kehidupan bermasyarakat

mengarah pada krisis identitas yang juga dapatkan

didaerah manapun, termasuk di kota Jayapura.

menimbulkan konflik, sebagaimana yang telah

Pandangan

berdasarkan

terungkap di landasan konseptual di atas, yaitu

wawancara yang telah dilakukan, di mana beberapa

masalah krisis identitas adalah satu pendorong

narasumber menyatakan bahwa salah satu pemicu

konflik identitas.

tersebut

kecemburuan

“ terjadi distorsi atau degradasi budaya, terjadi
pertukaran nilai yang menyebabkan orang Papua
berubah, dimana dulu masyarakat asli hanya
mendapatkan semua yang telah disediakan oleh alam
namun sekarang hal tersebut berubah, sehingga
menyebabkan masyarakat asli mulai berjuang untuk
mempertahankan apa yang ia miliki, degradasi yang
menyebabkab masyrakat asli berubah (degradasi
budaya ) yang dapat menyebabkan krisis identitas.”

didukung

konflik dikota Jayapura adalah faktor kecemburuan
sosial yang diakibatkan karena kurangnya SDM dari
masyarakat asli, sehingga

muncul rasa cemburu

terhadap masyarakat pendatang yang memiliki SDM
lebih dan mampu bersaing dalam perkembangannya.

Berdasarkan wawancara di atas, bahwa budaya
sangat berpengaruh terhadap keberlanngsungan
hidup masyarakat; budaya sangat menentukan cara
orang berpikir dan bertindak. Masyarakat di manapun
mesti menghormati budayanya sendiri dan sering

3.

Sosial Budaya

mempertahankannya dalam menghadapi pengaruhpengaruh dari luar. Budaya yang dimaksud adalah

Adalah penting dicatat, bahwa salah satu

suatu kebiasaan dan nilai-nilai tertentu yang diakui

pemicu konflik di kota Jayapura ini adalah aspek

secara umum oleh suatu masyarakat yang tinggal di

sosial budaya. Menurut salah satu tokoh agama, pdt

suatu tempat tertentu. Budaya itu sendiri merupakan

Tatontos, bahwa budaya juga merupakan salah satu

produk kolektif yang menghasilkan suatu ukuran dan

pemicu konflik di kota Jayapura. Dalam nada yang

rangkaian tindakan yang dipakai sebagai acuan untuk

sama, Kepala Kesbang Pol dan Linmas Kota Jayapura,

menilai tindakan orang lain. Budaya ini sering muncul

Evert Merauje, menyatakan bahwa terjadi degradasi

sebagai faktor yang berpengaruh terhadap konflik.
Kevin Avruch dalam buku Conflict and Culture telah
KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

20

menjabarkan secara luas relasi antara konflik dan

masyarakat yang heterogen. Untuk beberapa derajat

budaya.

heterogenitas tersebut dapat memicu terjadi konflik
akibat perbedaan budaya, perbedayaan karakter

Secara keseluruhan, aspek budaya menjadi salah
satu faktor yang harus diperhatikan. Mengingat
bahwa Provinsi Papua, secara khusus di Kota
Jayapura, memiliki keragaman suku, bahasa serta
adat istiadat yang datang dari seluruh penjuru
Indonesia. Singkatnya, kota Jayapura memiliki

sikap dan perilaku terkadang menjadi salah satu isu
primordial yang kadang memunculkan pertentangan,
terutama antar para penduduk asli dengan penduduk
pendatang, maupun penduduk asli dengan penduduk
asli dan sebaliknya penduduk pendatang dengan
penduduk pendatang.

Rekomendasi
Untuk merespons konflik identitas di kota Jayapura, kami mengajukan beberapa rekomendasi yang perlu
dipertimbangkan oleh berbagai pihak terkait untuk ditindaklanjuti.

Pemerintah Kota
1.

Perlu adanya pemberdayaan terhadap masyarakat lokal yang tersisih dari persaingan dengan diadakan
pelatihan ketrampilan dan juga pemberian bantuan modal usaha agar dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat tersebut.

2.

Perlu adanya kebijakan pemerintah kota Jayapura, untuk melindungi masyarakat asli (budaya, tanah dan
lainnya yang terkait dengan masyarakat asli).

3.

Penanaman nilai-nilai kebangsaan, toleransi dan semangat perdamaian oleh Kesbang Pol dan Linmas kota
Jayapura terutama di kalangan pemuda lintas etnik dan agama.

Aparat Keamanan
1.

Pihak Aparat keamanan dituntut lebih proaktif dalam aspek pengamanan diwilayah-wilayah tertentu yang
selama ini kerap menjadi lokasi yang rawan terjadi konflik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan
personil kepolisian dalam penjagaan dan juga patroli perlu ditingkatkan ditempat-tempat yang dianggap rawan
terjadi tindak konflik.

2.

Kepolisian harus mampu menangani konflik tersebut dengan baik atau secara profesional.

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

21

Tokoh Agama
1. Adanya pembinaan yang kontinyu terhadap jemaat dengan pandangan-pandangan yang lebih terbuka dan
membangun toleransi antar umat beragama.
2.

Perlunya kerjasama ormas keagamaan dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.

3.

Perlunya dialog antara iman yang kontinyu di segala level.

Tokoh Adat
1.

Adanya penanaman rasa persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa dan tanah air dalam tiap-tiap Paguyuban
yang ada.

2.

Adanya penanaman rasa hormat terhadap masyarakat asli.

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

22

KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

23

Referensi
Buku-Buku
Fisher, Simon, ‘Understanding Conflict: Toward a Conceptual Framework’, Working with Conflict: Skills and Strategies
for Action, 2000, London: Zed Books.
Rupshinger, Kumar, Civil Wars, Civil Peace, 2000, London: Pluto Press.
Phadnis, Urmila, Ethnicity and nation Building in South Asia, 1990, New Delhi, sage Publication.
Surat Kabar & Artikel
Cendrawasih Pos, 19/1/2014
Cendarawasih Pos, 18/2/2014
Cendrawasih Pos, 06/04/2014
Cendrawasih Pos, 15/04/2014
Cendarawasiih Pos, 20/04/2014
Cendrawasih Pos, 02/07/2014
Cendrawasih Pos, 03/07/2014
Cendrawasih Pos, 28/07/2014
Cendrawasih Pos, 7/9/2014
Cendrawasih Pos, 17/10/2014
Cendarwasih Pos, 15/10/2014
Cendrawasih Pos, 5/11/2014
Cenderwasih Pos, 7 dan 8/ 3/2015 (opini Ridwan al-Makassary)
Data Polres Jayapura Tahun 2014
Wawancara
Wawancara, Akademisi Universitas Cendrawasih, Bertus Tambaib, 9 Januari 2015
Wawancara, Tokoh Agama, Pdt Steward Tatontos, 10 Januari 2015
Wawancara, Wakil Walikota Kota Jayapura, Nur Alam, 19 Januari 2015
Wawancara pimpinan Aliansi Demokrasi Papua (ALDP), Anum Siregar, 27 Januari 2015
Wawancara, Pimpinan Wilayah NU Provinsi Papua, Toni Wanggai, 16 Februari 2015
Kepala Pemberdayaan Perempuan & Anak Kota Jayapura, Betty Puy 31 Maret 2015
Wawancara Kepala Kesbang Pol dan Linmas Kota Jayapura, Evert Merauje, 22 April 2015
Wawancara Kepala Kementrian Agama Kota Jayapura, Syamsudin, 22 April 2015
Wawancara Kabid HAM Kementerian Hukum dan HAM Kota Jayapura, La Margono.

The Habibie Center
T h e H a b i b i e C e n t e r ( T H C ) , s e b u a h lembaga pemikir terkemuka di
KAJIAN PERDAMAIAN DAN KEBIJAKAN

24

Indonesia, didirikan oleh Bacharuddin Jusuf Habibie dan keluarga sebagai organisasi
yang independen, non-pemerintah dan nirlaba. THC didirikan d e n g a n v i s i u n t u
k m e m p r o m o s i k a n modernisasi dan demokratisasi masyarakat Indonesia yang
didasarkan pada moralitas dan integritas nilai-nilai budaya dan agama.
Misi THC adalah: Pertama, untuk membangun masyarakat yang demokratis secara struktural dan
kultural yang mengakui, menghormati dan mempromosikan hak asasi manusia, serta untuk m e m p e l a j a r i d a n
m e n g u s u n g i s u - i s u d a l a m p e n g e m b a n g a n demokrasi dan hak asasi manusia. Kedua, untuk mempromosikan
dan memajukan pengelolaan sumber daya manusia yang efektif dan sosialisasi teknologi
Profil PaPeDA Institute
P a p u a Pe a c e a n d D e v e l o p m e n t A c t i o n (PaPeDA) Institute adalah salah satu
anggota civil society organization (CSO) di Jayapura, Papua, yang dibentuk pada 17 Agustus
2010. Kelahirannya dibidani oleh beberapa akademisi dan praktisi yang berwawasan
moderat, pluralis dan inklusif.
Raison d’être dari organisasi ini adalah untuk menyahuti dan mengatasi problema
eksklusifisme keagamaan, diskriminasi berbasis etnik dan agama, ketidakadilan sosial,
ekonomi dan budaya serta pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Secara khusus, ia
juga concerns pada persoalan lingkungan serta isu-isu tata kelola dan kelembagaan yang bersih dan baik (good
governance). Singkatnya, organisasi ini digerakkan oleh mimpi besar untuk membangun sebuah peradaban baru,
yaitu untuk terwujudnya PapuaTanah Damai.
Untuk mewujudkan idealita Papua Tanah Damai, organisasi ini mendedikasikan diri pada kegiatan riset,
training, advokasi, jejaring serta pertunjukan seni dan budaya terutama di bidang pembangunan perdamaian
(peacebuilding) dan kegiatan-kegiatan pembangunan (development actions) yang nyata di Papua.

Pemerintah Kota Jayapura
Kota Jayapura adalah ibukota provinsi Papua, Indonesia. Kota ini merupakan ibukota
provinsi yang terletak paling timur di Indonesia. Kota yang indah ini terletak di teluk Jayapura.
Sebelum Perang Dunia II Kota Jayapura diduduki oleh Pemerintah Belanda dengan
sebutan Hollandia. Tepat 17 Maret 1910 Hollandia ditetapkan menjadi ibukota Nederland
Nieuw Guinea. Setelah intergrasi dengan Indonesia, Hollandda diubah namanya menjadi
Kota Baru, kemudian Soekaroputra dan terakhir dinamakan jayapura sampai sekarang.
Sesuai perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat maka status
Kabupaten Jayapura dibentuk menjadi kota administratif. Kemu

Dokumen yang terkait

Efektivitas Penerapan Terapi Anger Control Assistance Terhadap Kemampuan Mengontrol Perilaku Marah Klien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

23 109 28

Dampak Kekerasan Anak Dalam Rumah Tangga

0 9 4

Dampak Kekerasan Anak Dalam Rumah Tangga (Studi Deskriptif pada Korban KDRT di Lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (PPT) Kabupaten Situbondo)

0 29 17

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Pemanfaatan Media Peta Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Dengan Pokok Bahasan Mengenal Peta Provinsi (Ptk Pada Siswa Kelas Iv Mis Al-Husna Kota Tangerang)

1 36 118

Pengaruh Locus Of Control Dan Komitmen Profesi Terhadap Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit

1 29 86

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Representasi Kekerasan dalam Film Crows Zero (Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Kekerasan dalam Film Crows Zero)

2 24 1

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan Atas Eksploitasi Dan Tindak Kekerasan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

1 15 79

Penerapan Algoritma Label-Setting Untuk Menentukan Jalur Terpendek Dari Dua Node Pada Peta Kota Bandung

6 50 55