BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Ngurensiti 01 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten

6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan
belajar mengajar. Belajar diartikan sebagai gejala perubahan tingkah laku
yang relative dari seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Hasil belajar
yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan kurikulum 2004
meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomor. Guru tidak hanya
menilai siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan sosial, sikap siswa
selama proses belajar mengajar serta keaktifan dalam kegiatan
pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjono (2010:3) hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan
jika dilihat dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak
proses belajar.
Menurut Rusman (2012:123) mendefinisikan hasil belajar adalah
sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil
akhir yang diperoleh seseorang dari proses kegiatan siswa dalam
mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk
mencapai hasil belajar dengan menggunakan alat penilaian yaitu tes
evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai.
Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan.
Siswa yang telah mengalami pembelajaran diharapkan memiliki
pengetahuan dan keterampilan serta perbaikan sikap sebagai hasil dari
pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut. Sebaiknya hasil belajar

6

7

yang telah dinilai oleh guru diberitahukan oleh siswa agar siswa
mengetahui kemajuan belajar yang telah dilakukannya serta kekurangan
yang masih perlu diperbaiki. Penilaian hasil belajar pada akhirnya sebagai
bahan refleksi siswa mengenai kegiatan belajarnya.


2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara sederhana didefinisikan sebagai
ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar
terdahulu (1994) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan
manusia berupa pengetahun, gagasan, dan konsep yang terorganisasi
tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian
proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian
gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan
sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta.
Ucapan Einstein: Science is the atempt to make the chaotic diversity of
our sense experience correspond to a logically uniform system of thought,
mempertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat
berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis
tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah.
Merujuk pada pengertian Ilmu Pengetahuan Alam itu, maka dapat
disimpulkan bahwa hakikat Ilmu Pengetahuan Alam meliputi 4 unsur
utama yaitu:
a. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang

dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar (IPA bersifat open
ended)
b. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode
ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan
c. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum

8

d. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep Ilmu Pengetahuan Alam
dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan
akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil.
Metode pembelajaran ini dapat diartikan sebagai srategi pembelajaran
yang terstruktur. Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar
dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan
kepada siswa lain, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur,

siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya.
Hindarto dan Anwar (2007), menyatakan bahwa pembelajaran yang
dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan berproses adalah model
pembelajaran kooperatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winarno
dalam Hindarto dan Anwar (2007) yang menyimpulkan bahwa belajar
kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif di sekolah
menengah dan baik diterapkan dalam setiap pembelajaran.
Slavin mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran
selama ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
sekaligus dapat menngkatkan kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan
sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan
harga diri. kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan
siswa dalam belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan.
Menurut Wina (2008) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan
atau tim kecil, yaitu antara 4 - 5 orang yang mempunyai latar belakang


9

kemampuan akademik, jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda
(heterogen).
Untuk mencapai hasil maksimal unsur-unsur pembelajaran kooperatif
harus diterapkan. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Siswa dalam kelompoknya bertanggung jawab atas segala sesuatu di
dalam kelompok seperti milik mereka sendiri.
b. Siswa haruslah mengetahui bahwa mereka memiliki tujuan sama.
c. Siswa berbagi kemampuan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama dalam proses belajarnya.
d. Siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Model

pembelajaran

STAD

termasuk


model

pembelajaran

kooperatif.Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya
struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa didorong
untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

4. Pengertian STAD
Zaura dan Sulastri (2012) mengatakan bahwa salah satu tipe dari
model pembelajaran kooperatif adalah STAD. STAD

merupakan tipe


pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan mudah diterapkan.
Seperti yang dikatakan oleh Marrysca (2013) STAD adalah upaya untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik sehingga memunculkan suasana
yang mendukung dalam belajar.
STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks
: Pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan
belajar – LKS-modul secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompok

10

sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan
tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan
reward (Ngalimun, 2012).
STAD cenderung pembelajaran dengan tutorial teman sebaya, dimana
siswa yang pandai membantu siswa dalam kelompoknya yang mengalami
kesulitan belajar di sekolah.
Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dkk dari Universitas
John Hopkins. Dalam metode STAD guru membagi siswa suatu kelas
menjadi beberapa kelompok kecil atau tim belajar dengan jumlah anggota
setiap kelompok 5 orang siswa secara heterogen. Setiap anggota tim

menggunakan lembar kerja akademik dan saling membantu untuk
menguasai materi ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama
anggota tim. Secara individual atau kelompok setiap satu atau dua minggu
dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan mereka
terhadap materi yang telah mereka pelajari.Setelah itu seluruh siswa dalam
kelas tersebut diberikan materi tes tentang materi ajar yang telah mereka
pelajari.Pada saat menjalani tes mereka tidak diperbolehkan saling
membantu.
Pembelajaran STAD ini sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP,
dan SMA/SMK. Selain itu juga untuk melatih berbicara, pembelajaran ini
akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.

5. Media pembelajaran
a. Media pembelajaran
Media merupakan faktor pendukung dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan
pembelajaran sekaligus mampu merangsang perhatian, pikiran dan
perasaan siswa sehingga terjadi proses pembelajaran atau dengan
menggunakan media pembelajaran.
Dilihat dari sifatnya media dapat dibagi kedalam media auditif,

media visual dan audio visual. Media auditif yaitu media yang hanya

11

dapat di dengar saja atau media yang hanya memiliki unsur suara.
Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja contohnya
foto, transparansi, gambar, kartu dan sebagainya. Sedangkan media
audio visual yaitu jenis media yang bisa dilihat maupun bisa didengar.
Contohnya video, film, rekaman dan lain sebagainya.
Media mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran.

Penggunaan

media

dalam

pembelajaran


dapat

membantu siswa memperlancar pemahaman dan memperdalam
ingatan, selain itu dapat menumbuhkan hasil dan dapat memberikan
hubungan antara isi materi dengan dunia nyata.
b. Hubungan metode STAD dengan media gambar
Berdasarkan hasil nilai siswa pada kondisi awal yang masih
memakai metode konvensional sebelum dilaksanakannya metode
kooperatif tipe STAD dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang
relative masih kurang dari nilai yang ditentukan. Sehingga perlu
adanya metode yang relevan untuk meningkatkan hasil belajar anak
didik. Dengan metode kooperatif tipe STAD ini dengan berbantuan
media gambar sangat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran di
kelas. Karena dengan metode ini guru akan lebih mudah menjelaskan
materi dan siswa juga akan lebih mudah lagi menerima materi yang
diajarkan. Langkah-langkah yang harus dilaksanakan pada metode
kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar ini yaitu dengan
langkah sebagai berikut :
-


guru sebelum mengajarkan metode tersebut harus menguasai
materi dan lebih aktif pada waktu di dalam kelas

-

guru menggunakan media gambar sebagai sarana untuk
mengembangkan belajar siswa dan mengajak siswa untuk aktif
berfikir dan berkomunikasi

-

siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran dikelas dengan
menggunakan metode STAD berbantuan media gambar tersebut

12

-

dengan menggunakan metode STAD berbantuan media gambar
tersebut pembalajaran menjadi lebih menyenangkan dan semua
siswa aktif dalam pembelajaran dikelas

sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan metode STAD
berbantuan media gambar tersebut dapat meningkatkan hasil belajar
dan keaktifan siswa ketika berada di dalam kelas baik guru maupun
siswanya sehingga siswa menjadi lebih aktif dan pembelajaran di
kelas tidak monoton begitu saja.

6. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 5 orang secara heterogen
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggotaanggota kelompok
4. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada
anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu
mengerti
5. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat
menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu
6. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki
nilai/poin tertinggi
7. Guru memberikan evaluasi
8. Penutup
Sedangkan menurut Slavin (2010:151-158) langkah – langkah dalam
Kooperatif tipe STAD antara lain yaitu :
a.

Membentuk kelompok yang anggotannya 5 orang secara heterogen
( campuran menurut prestasi, jenis kelamin atau suku )

b.

Guru menyajikan pelajaran dalam bentuk presentasi di dalam kelas.
Dan membuat siswa menemukan konsep – konsep terhadap materi
pelajaran yang sedang diajarkan

13

c.

Guru member tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada
anggota lain

7. Langkah



langkah

penerapan

model

pembelajaran

STAD

berbantuan Media Gambar
Pelaksanaan pembelajaran model Kooperatif tipe STAD dengan
berbantuan media gambar harus memperhatikan alur atau langkah-langkah
kegiatannya. Mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap
akhir yaitu evaluasi yang dilakukan.
Langkah – langkah dalam penggunaan model Kooperatif tipe STAD
ini secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.

Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah merancang rencana
program pembelajaran. Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan
menetapkan

target

pembelajaran.

Selain

keterampilan

sosial

pembelajaran
itu

guru

yang

yang
juga

ingin

dicapai

menetapkan

diharapkanoleh

dalam

sikap

siswa

dan

selama

berlangsungnya pembelajaran. Guru dalam merancang program
pembelajaran harus mengorganisasikan materi dan tugas – tugas siswa
yang mencerminkan sistem kerja dalam kelompok.
b.

Langkah kedua guru merancang lembar observasi yang akan
digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil. Setelah itu guru
menjelaskan pokok-pokok materi dengan berbantuan media gambar
yang bertujuan agar siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang
memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat guru selesai
menyampaikan

materi

langkah

berikutnya

adalah

menggali

pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran
berdasarkan apa yang telah diberikan
c.

Langkah ketiga yaitu dalam melakukan observasi terhadap kegiatan
siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara

14

individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun
mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar
berlangsung.
d.

Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari
masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
Pada saat

diskusi

kelas,

guru

berperan

sebagai

moderator,

dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan
pemahaman siswa terhadap materi atau hasil karya yang telah
disampaikan. Pada saat presentasi siswa berakhir, guru mengajak
siswa untuk melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya
pembelajaran.

8. Kelebihan Model Pembelajaran STAD
Slavin (1995:17) menjelaskan kelebihan model pembelajaran kooperatif
tipe STADsebagai berikut :
a. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil
bersama
b. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok
d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa kelebihan model pembelajaran
STAD adalah sebagai berikut :
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah
c. Dapatmengembangkan
keterampilan berdiskusi

bakat kepemimpinan dan

mengajarkan

15

d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
individu dan kebutuhan belajarnya
e. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka
lebih aktif dalam diskusi
f. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai
pendapat orang lain.

9. KekuranganModel Pembelajaran STAD
a. Apabila tidak ada kerjasama dalam satu kelompok dan belum bisa
menyesuaikan diri dengan anggota kelompok yang lain maka tugas
tidak bisa selesai tepat pada waktunya
b. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pemblajaran
konvensional, pembelajaran dengan model ini membutuhkan waktu
relative lama seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes
individu. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit di
minimalisir dengan menyediakan LKS sehingga siswa dapat bekerja
secara efektif dan efisien.
c. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru sebagai
fasilitator, mediator, motivator dan evaluator ( Isjoni, 2016:62 ).
Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator
dan evaluator dengan baik. Disamping itu guru sendiri juga perlu lebih
aktif lagi mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran.

10. Solusi Pembelajaran STAD berbantuan Media gambar
Dari identifikasi masalah yang sudah saya paparkan sebelumnya,
dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran Kooperatif STAD
berbantuan media gambar ini merupakan sebuah inovasi pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan metode Kooperatif
tipe STAD ini siswa akan lebih mudah untuk mempelajari dan menerima

16

sebuah pelajaran yang diajarkan. Selain itu juga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dengan menggunakan metode STAD tersebut.

B.

KAJIAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran pada
dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, baik
dari dalam diri siswa (internal) maupun dari luar siswa (eksternal). Beberapa
masalah yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran antara lain : cara guru menyampaikan materi, cara
yang digunakan guru dalam mengajar, keaktifan siswa, pengelolaan kelas,
suasana kelas dan penerapan strategi pembelajaran.
Dari hasil yang dilakukan oleh Supriyanto yang berjudul“Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Kooperatif STADBerbantuan Media Gambar”dapat disimpulkan hasil
eksperimen

ini

menunjukan

bahwa

penerapan

pembelajaran

model

STADberbantuan media gambar berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar
siswa. Hal itu dapat dilihat dari hasil belajar siklus I sebesar 60% dengan nilai
rata-rata 70 sehingga ketuntasan belajar belum mencapai indikator yang
ditetapkan. Sedangkan pada siklus II menunjukan bahwa hasil belajar siswa
mengalami peningkatan sebesar 89 % dengan nilai rata-rata 85.
Sulastri (2011) yang berjudul, Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui
Pembelajaran Kooperatif STAD dan Penggunaan Alat Peraga Konkret
Tentang Energy Siswa kelas IV SDN Kandangan Kabupaten Grobogan
Tahun Pelajaran 2011 / 2012. Penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Teknik pengumpulan data
menggunakan lembar observasi dan post test. Penelitian ini dapat
disimpulkan yaitu 80 % sudah mencapai KKM 65. Pada siklus I terdapat 21
siswa dengan kategori tuntas dan 9 siswa belum tuntas. Sedangkan pada
siklus II terdapat 26 siswa dikatakan tuntas dan 4 siswa belum memenuhi
ketuntasan. Dengan presentase ketuntasan belajar mencapai 80,73 %.

17

Supriharyono (2006) dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif
tipe STAD pada pembelajaran Matematika di SMP Kartika Surabaya juga
menunjukkan

bahwa

pembelajaran

kooperatif

tipe

STAD

mampu

meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, terutama siswa menjadi
tidak malu untuk menyampaikan hal yang belum dipahami kepada
kelompoknya. Haltersebut membawa dampak pada peningkatan hasil belajar
yang diperoleh individu maupun kelompok.
Apfia Dita Christina (2012) dengan judul Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions Berbantuan Handout
Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa
Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini mencapai hasil yang diharapkan dan dapat
meningkatkan hasil belajar IPA di kelas IV. Dapat dilihat dari hasil siswa
pada siklus I mencapai 85,24 % dan siklus II meningkat menjadi 85,51 %.
Dengan demikian penelitian ini dikatakan sudah mencapai peningkatan pada
hasil belajar IPA dikelas 4.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dalam pelajaran IPA memberikan peningkatan terhadap hasil belajar
siswa disekolah dasar. Sehingga perlu adanya penelitian mengenai penerapan
model Kooperatif tipe STAD dengan berbantuan Media Gambar untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.

C. KERANGKA PIKIR
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah yaitu mengajar
yang dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau guru. Kemampuan dalam mata pelajaran
IPA yang dibawah KKM disebabkan pembelajaran yang dilaksanakan masih
bersifat konvensional yaitu satu arah dan tidak menggunakan model
pembelajaran. Dengan metode ceramah siswa jarang diberikan kesempatan
untuk memecahkan masalah bersama dengan temannya. Hal ini membuat

18

siswa tidak terbiasa untuk belajar bekerjasama dengan orang lain yang ada
disekitarnya dalam memecahkan sebuah masalah.
Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan
media gambar dapat meningkatkan minat belajar pada siswa. Sehingga dalam
kegiatan belajar tidak hanya monoton secara individu saja, tetapi siswa
belajar secara interaksi dengan cara berkelompok dan melakukan beberapa
interaksi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian
pemahaman terhadap materi pelajaran dapat secara optimal.
Skema kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan seperti gambar
dibawah ini :

19

Grafik 1.
Skema Kerangka Pemikiran

Kondisi Awal

Guru belum
menggunakan model
kooperatif dan media
gambar

Hasil belajar pada
pelajaran IPA rendah
masih di bawah KKM

Tindakan
Menerapkan
kooperatif STAD
dan media gambar

Siklus I

Siklus II

Guru dan siswa sudah mulai
aktif pembelajaran

Kegiatan pembelajaran
menjadi lebih bermakna

Kondisi Akhir
Diduga melalui penerapan kooperatif STAD dapat
meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 4
SDN Ngurensiti 01

20

D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas dapat diduga bahwa
pembelajaran Kooperatif tipe STADBerbantuan Media Gambar dapat
meningkatkan hasil belajar IPA di SDN Ngurensiti 01.

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24