BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Permainan Media Bowling terhadap Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1-5 Anak Usia 4-5 Tahun pada Anak Kelompok
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan dalam penelitian, penelitian ini dilakukan di TK Sinar Nyata
Salatiga dengan subjek penelitian dari kelompok eksperimen dan kontrol yang
terdiri atas 30 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas A1 dan kelas A2.
berikut tabel subjek penelitian kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
dengan jumlah subjek masing-masing kelas yang terdiri dari 15 anak.
Table. 4.1. Data Diri Anak Kelas A1
(Kelompok Kontrol)
No
Nama
Jenis kelamin
Usia
1
AVS
Laki-laki
5 tahun 2 bulan
2
APR
Perempuan
4 tahun 5 bulan
3
ARN
Perempuan
5 tahun 6 bulan
4
BWA
Laki-laki
4 tahun 7 bulan
5
DRA
Laki-laki
4 tahun 9 bulan
6
FAL
Perempuan
4 tahun 10 bulan
7
IAR
Laki-laki
4 tahun 10 bulan
8
IRA
Perempuan
4 tahun 9 bulan
9
KBA
Laki-laki
4 tahun 8 bulan
10
MAP
Laki-laki
4 tahun 9 bulan
11
MDA
Laki-laki
4 tahun 11 bulan
12
NMS
Perempuan
5 tahun 3 bulan
13
RPR
Laki-laki
5 tahun 6 bulan
14
SPW
Perempuan
4 tahun 9 bulan
15
AVN
Laki-laki
4 tahun 8 bulan
22
Tabel 4.2. Data Diri Anak Kelas A2
(Kelompok Eksperimen)
No
Nama
Jenis kelamin
Usia
1
AFR
Laki-laki
5 tahun 5 bulan
2
AS
Laki-laki
4 tahun 10 bulan
3
AAF
Perempuan
4 tahun 11 bulan
4
AAR
Perempuan
5 tahun 4 bulan
5
AAP
Laki-laki
4 tahun 10 bulan
6
AZM
Laki-laki
4 tahun 9 bulan
7
DAW
Laki-laki
4 tahun 5 bulan
8
DAF
Laki-laki
4 tahun 9 bulan
9
DGS
Laki-laki
5 tahun 4 bulan
10
HM
Perempuan
4 tahun 2 bulan
11
KAR
Perempuan
5 tahun
12
REP
Laki-laki
4 tahun 8 bulan
13
SAH
Perempuan
4 tahun 11 bulan
14
TAA
Laki-laki
4 tahun 10 bulan
15
YDA
Laki-laki
4 tahun 11 bulan
Berdasarkan tabel data diri anak dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol bahwa usia dan jenis kelamin setiap kelasnya memiliki rata-rata yang
hampir sama. Pembagian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ini telah
dibagi secara sistematis oleh pihak sekolah TK Sinar Nyata Salatiga, sehingga di
dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan random.
4.2. Pelaksanaaan Penelitiaan
4.2.1. Tes Awal (pre-test)
Tes awal atau pre-test pada penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16
Agustus 2016. Peneliti mengobservasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh
masing-masing guru pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan
23
menggunakan metode pembelajaran yang telah disusun pada RKH yang telah
dibuat oleh setiap guru kelas. Peneliti mengobservasi kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen dengan menggunakan lembar ceklist yang telah dibuat
peneliti yang diadopsi dari PERMENDIKNAS No.146. Selanjutnya dalam
kegiatan pembelajaran, peneliti juga meminta pada guru untuk membagikan
lembar kerja siswa (LKS) pada setiap siswa sehingga peneliti dapat melihat dan
menilai tingkat perkembangan kemampuan konsep bilangan pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen melalui hasil dari LKS setiap anak.
Lembar observasi penilaian ceklist berisi 4 indikator kemampuan konsep
bilangan dengan kategori tingkat pencapaian baik, cukup dan kurang. Setiap
masing-masing indikator memiliki nilai 1-3 poin. Skor anak masuk dalam
kategori baik apabila anak mendapatkan jumlah skor 12-10, untuk kategori cukup
apabila anak mendapatkan jumlah skor 9-7 sedangkan anak mendapat kategori
kurang apabila anak memperoleh skor 6-4. Penentuan jumlah besaran interval
kreteria ketuntasan belajar dalam hal kemampuan konsep bilangan 1-5 pada anak
usia 4-5 tahun, didapatkan dengan mangacu dari teori Sugiono (2010) sebagai
berikut :
H-L+1
K
12-4+1 = 9 = 3
3
3
Keterangan : H = skor tertinggi
L = skor terkecil
K = jumlah kriteria ketuntasan.
Lembar ceklist beserta panduannya pada pre-test diisi oleh peneliti dengan
melakukan kerja sama dengan guru yang mengajar pada kelas A1 dan guru kelas
A2. Guru bertugas sebagai orang yang membantu dalam pemberian nilai di LKS
(Lembar kerja siswa) kepada anak-anak pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
24
4.2.2. Perlakuan (Treatment)
Perlakuan (treatment) ini diberikan kepada anak dengan 2 pertemuan yang
di dalam kegiatannya memiliki tahapan-tahapan pengenalan konsep bilangan 1-5,
jadwal penelitian yang telah disepakati bersama dengan kepala sekolah dan guru
kelas yaitu pada hari kamis dan jumat. Berikut tabel jadwal rincian pelaksanaan
penelitian :
Tabel 4.3. Jadwal Penelitian Ekperimen
Pertemuan
Hari, tanggal
I
Kamis, 18 Agustus
2016
II
Jumat, 19 Agustus
2016
Kegiatan
Bermain bowling
Menyebutkan lambang
bilangan
Mengurutkan lambang
bilangan
Menghitung lambang
bilangan
Memasangkan lambang
bilangan
Bermain bowling
Menyebutkan lambang
bilangan
Mengurutkan lambang
bilangan
Menghitung lambang
bilangan
Memasangkan lambang
bilangan
Jadwal pertemuan pertama dan kedua di dalam penelitian ini yang
membedakannya yaitu peneliti memodifikasikan pada kegiatan memasangkan
bilangan dengan benda konkritnya, di dalam dua pertemuan ini anak dapat
dikatakan dapat mengenal konsep bilangan jika anak dapat melakukan dengan
baik seperti pada kegiatan berikut :
1. Anak mampu menyebutkan angka 1-5
2. Anak mampu mengurutkan angka 1-5
3. Anak mampu menghitung 5 jumlah pin bowling
25
4. Anak mampu untuk menghubungkan benda konkrit sesuai dengan
lambang bilangan 1-5
4.2.2.1. Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2016 yang
bertujuan untuk memperkenalkan kepada anak tentang permainan bowling dan
bagaimana cara bermain bowling, langkah-langkah yang dilakukan peneliti :
1. Tahapan Awal
Tahapan awal yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa
pembuatan panduan tahapan-tahapan pengamatan perkembangan konsep bilangan
yang telah dibuat oleh peneliti untuk membantu peneliti dalam memberi penilaian
terhadap anak-anak, di sini peneliti bertindak sebagai guru pengganti sehingga
peneliti menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah
disepakati bersama dengan guru kelas. Kegiatan pertama yaitu morning circle
yang dilakukan dengan bernyanyi, gerakan dan pertanyaan.
2.Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di dalam kelas dengan luas bangunan 6
x 6 meter, ruang kelas ini memungkinkan anak untuk melakukan permainan
bowling. Peneliti memilih untuk melakukan permainan bowling di dalam kelas
karena beberapa orangtua dari murid masih menunggu anak-anaknya di area kelas
sehingga tidak memungkinkan untuk
peneliti melakukan permainan di luar
ruangan kelas, setelah pememilihan tempat beserta suasananya peneliti
memperkenalkan permainan bowling berdasarkan tahapan-tahapan yang sudah
tertera didalam RKH.
Peneliti mengawali permainan dengan kegiatan pengenalan nama dari
sebuah permainan yang akan dimainkan pada hari ini, lalu setelah anak-anak
mengetahui nama permainan dari bowling tersebut anak-anak diajak untuk
menyebutkan angka-angka 1-5 yang telah disediakan peneliti lalu satu per satu
anak mengurutkan angka-angka 1-5 yang telah diacak posisinya oleh peneliti
26
setelah tersusun sesuai dengan posisinya peneliti mengajak anak tersebut untuk
menghitung angka-angka yang telah tersusun.
Kegiatan yang terakhir yaitu anak-anak maju kedepan satu per satu untuk
memulai permainan bowling dan hal yang pertama dilakukan oleh anak ialah
melempar bola yang sudah disediakan oleh peneliti ke arah pin-pin bowling yang
telah disusun dihadapan anak dengan jarak ± ½ meter, setelah anak dapat
menjatuhkan pin-pin bowling anak diajak untuk mengambil benda yang sudah
disediakan oleh peneliti sesuai dengan jumlah pin yang terjatuh. Di sini anak-anak
terlihat sangat antusias dan senang dalam kegiatan bermain bowling, sehingga ada
beberapa anak yang ingin mengulangi permainan bowling tetapi karena waktu
pembelajaran yang terbatas peneliti menjelaskan kepada anak-anak bahwa untuk
permainan selanjutnya akan dilaksanakan pada waktu berikutnya.
3. Tahapan Evaluasi
Tahapan evaluasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini berupa
penilaian berbentuk diskusi terhadap guru kelas yang berperan sebagai pengamat
dan peneliti sebagai pengajar, berdasarkan dari hasil diskusi ini maka peneliti
mendapatkan hasil bahwa beberapa anak belum memahami cara permainan
bowling ini dengan benar ini terlihat bagaimana cara anak menggelindingkan bola
dan mengarahkannya.
Peneliti dan guru mendapatkan ada 4 anak yang sudah dapat mengenal
angka yang termasuk dalam kategori baik sesuai dengan panduan tahapan-tahapan
pengamatan perkembangan konsep bilangan yang telah dibuat oleh peneliti,
peneliti juga mengamati bahwa anak-anak sangat antusias dan senang melakukan
permain bowling ini.
4.2.2.2. Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 agustus 2016 yang bertujuan
untuk memantapkan permainan bowling, langkah-langkah yang dilakukan
peneliti:
27
1. Tahapan Awal
Pertemuan kedua ini tidak jauh berbeda tahapannya dengan pertemuan
pertama dan peneliti masih mengacu pada panduan tahapan-tahapan pengamatan
perkembangan konsep bilangan yang telah dibuat oleh peneliti dalam pertemuan
pertaman, di sini peneliti masih bertindak sebagai guru pengganti sehingga
peneliti menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat
bersama dengan guru kelas.
Kegiatan pertama yaitu morning circle yang dilakukan dengan bernyanyi,
gerakan dan pertanyaan-pertanyaan sederhana sebagai pembuka seperti “tadi pagi
sudah sarapan belum?” tadi diantar siapa?” dan pertanyaan lainnya.
2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan kedua ini masih dilakukan di dalam kelas
A2, peneliti melaksanakan permainan bowling sesuai dengan tahapan-tahapan
yang sudah tertera didalam RKH yang telah dibuat oleh peneliti.
Kegiatan pada tahapan kedua ini masih sama dengan tahapan pertama
dimulai dengan menyebutkan angka 1-5, mengurutkan angka 1-5 yang telah
diacak posisinya oleh peneliti, menghitung angka 1-5 dan yang terakhir
menghubungkan benda konkrit dengan lambang bilangan 1-5, yang membedakan
dalam pertemuan pertama dan kedua ialah benda konkrit yang dijadikan untuk
menghubungkan benda dan lambang bilangan 1-5. Benda konkrit yang digunakan
oleh peneliti didalam pertemuan kedua ini berupa hasil karya anak yang telah
dibuat sebelumnya yang terbuat dari sebuah sendok dengan bentuk kedua
orangtua (ayah dan ibu).
Di sini anak-anak terlihat sangat antusias dan senang dalam kegiatan
bermain bowling, sehingga ada beberapa anak yang ingin mengulangi permainan
bowling tetapi karena waktu untuk proses bermain sambil belajar telah berakhir
maka peneliti memberikan penjelasan kepada anak-anak bahwa waktu untuk
permainan bowling telah berakhir.
28
3. Tahapan Evaluasi
Pada tahapan evaluasi yang dilakukan peneliti dalam pertemuan kedua ini
sama seperti pertemuan pertama, penilaian berbentuk diskusi yang didapat dari
guru kelas yang berperan sebagai pengamat dan peneliti sebagai pengajar.
Hasilnya untuk permainan bowling
yang kedua ini anak-anak sudah dapat
memahami cara bermain bowling ini dengan benar tanpa harus peneliti arahkan
dan cara anak untuk menggelindingkan bola sudah benar karena anak-anak sudah
dapat menjatuhkan pin-pin lebih banyak dari pada sebelumnya.
Pada permain bowling yang kedua ini ada peningkatan pencapaian anak
yang termasuk dalam kategori baik yaitu berjumlah 11 anak ini terlihat ketika
anak sudah dapat mengambil benda sesuai dengan jumlah pin yang dijatuhkannya,
peneliti juga mengamati antusias dan kesenangan anak dalam bermain bowling
yang kedua ini mereka masih sangat berantusias pada saat bermain bowling.
Peneliti menemukan ada satu anak yang belum dapat menghubungkan
benda sesuai dengan jumlah pin yang dijatuhkannya, lalu peneliti menanyakan
beberapa hal kepada guru kelas mengenai anak tersebut ternyata anak tersebut
memiliki masalah dalam perkembangannya. Permasalahan perkembangan ini
berasal dari keturunan keluarga dari anak tersebut.
4.2.3. Hasil Observasi
Hasil observasi yang peneliti amati pada setiap pertemuan akan dijabarkan
sebagai berikut :
a. Pertemuan Pertama
Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan pertama ini anak-anak sangat
senang dan antusias, mereka pun bersedia untuk menunggu giliran bermain dan
mereka bersedia menaati peraturan atau perintah yang dibuat oleh peneliti seperti
duduk tenang, perhatikan teman yang sedang bermain, benar atau tidak benda
yang telah diambil teman dan sebagainya.
29
Pada pertemuan pertama beberapa anak-anak belum dapat menjatuhkan pinpin bowling namun peneliti memberi kesempatan untuk anak agar dapat
menjatuhkan pin-pin bowlingnya dan pada akhirnya anak-anak sudah dapat
menjatuhkan pin-pin bowling dengan jumlah yang berfariasi dan ada 4 anak yang
sudah benar dalam menghubungkan benda konkrit sesuai dengan jumlah pin
bowling yang dijatuhkannya .
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua sangat terlihat antusias anak dalam awal kegiatan mereka
sangat senang dan bersemangat untuk bermain bowling kembali, untuk pertemuan
kedua semua anak-anak sudah dapat menjatuhkan lebih banyak pin-pin dari
pertemuan sebelumnya hanya dalam satu kali lemparan dan anak-anak juga sudah
dapat untuk menghubungkan benda konkrit yang telah disediakan peneliti sesuai
dengan jumlah pin yang dijatuhnya.
Antusiasme anak yang sangat besar dalam bermain bowling ini, membuat
peneliti mengulangi permainan bowling hingga lebih dari 2 ronde yang telah
ditetapkan peneliti, bahkan ada salah satu anak yang menangis akibat berakhirnya
permainan bowling ini dan peneliti memberi penjelasan kepada anak tersebut
mengenai waktu permainan yang telah usai.
4.2.4. Test Akhir (Post-Test)
Tes akhir (post-test) dilaksanakan pada tanggal 18 dan 19 Agustus 2016
terhadap 15 anak kelas A1 dan 15 anak di kelas A2, di dalam kegiatan akhir ini
peneliti menggunakan lembar instrumen ceklist beserta panduan tingkat
pencapaian yang telah peneliti buat dan peneliti juga menggunakan LKS (lembar
kerja siswa) untuk membatu peneliti dan guru memberikan penilaian terhadap
anak-anak. Untuk pemberian nilai kelas kontrol peneliti bekerjasama dengan guru
kelasnya di mana pemberian nilai pada lembar ceklis observasi dan nilai pada
Lembar Kerja Sisiwa (LKS) dilakukan oleh guru kelas, sedangkan untuk
kelompok eksperimen pada saat post-test peneliti bertindak sebagai guru
pengganti kelas A2 sedangkan guru kelas pada hari itu bertindak sebagai
pengamat dan pemberi nilai. Setelah lembar instrumen diisi oleh guru kelas dan
30
dikumpulkan kepada peneliti, maka peneliti mengolah hasil dari lembar instrumen
tersebut menggunakan teknik Paired Sample T-test.
Kelas A1 dan kelas A2 pada post-test diberikan pembelajaran yang sama
berdasarkan metode dan RKH yang telah dibuat oleh guru kelas masing-masing,
Selanjutnya peneliti juga membagikan LKS (lembar kerja siswa) yang sama
dengan tahap-tahapan yang telah ditentukan oleh peneliti yang diadaptasi dari
PERMENDIKNAS No.146. Untuk mengetahui lebih dalam tingkat pemahaman
anak mengenai konsep angka, LKS ini diberikan kepada anak-anak pada
kelompok kontrol dan anak-anak pada kelompok eksperimen.
Selanjutnya penilaian atau pemberian skor pada LKS dilakukan oleh guru
kelas. Kemudian peneliti mengumpulkan data dari obervasi dan dokumentasi (foto
& LKS) dari guru dan melakukan proses analisis data sesuai dengan teknik yang
telah ditentukan.
4.2.5. Analisis Data
Setelah peneliti memberikan post-test kepada kelompok kontrol dan
mengolah instrumen tersebut maka diperolehlah hasil dari perbandingan pre-test
dan post-test yang tertera pada tabel berikut :
Tabel 4.4. hasil pre-test dan post-test kelompok kontrol
Subjek
Pre-test
Pos-test
AVS
5
5
APR
4
4
ARN
4
4
BWA
4
4
DRA
5
5
FAL
4
4
IAR
4
4
IRA
4
4
KBA
4
5
MAP
8
8
31
MDA
6
6
NMS
6
6
RPR
4
4
SPW
5
5
AVN
4
4
Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa hasil pre-test ada 1 anak
yang bisa mendapatkan nilai dengan kategori cukup, dan ada 14 anak yang
mendapatkan kategori kurang, sementara untuk hasil dari post-test ada 1 anak
yang mendapatkan nilai dengan kategori cukup sedangkan 14 anak mendapatkan
kategori kurang.
Tabel 4.5. Hasil pre-test dan post-test kelompok eksperimen
Subjek
Pre-Test
Post-Test
AFR
6
12
AS
7
12
AFF
5
11
AAR
4
11
AAP
5
12
AZM
4
12
DAW
4
9
DAF
5
12
DGS
4
4
HM
4
8
KAR
8
12
REP
4
11
SAH
4
11
TAA
6
12
YDA
6
11
32
Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa hasil pre-test ada 2 anak
yang bisa mendapatkan kategori cukup sedangkan 13 anak mendapatkan kategori
kurang, sementara untuk hasil dari post-test ada 12 anak yang mendapatkan
kategori baik, ada 2 anak yang mendapatkan nilai dengan kategori cukup
selanjutnya ada 1 anak yang mendapatkan nilai dengan kategori kurang.
Setelah data terkumpul maka peneliti melakukan pengolaan data dengan
menggunakan bantuan program SPSS 16.0 dan menggunakan teknik paired
sample T-test, hasil dari pengelolaan data tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil dari pengelolaan data kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
pretest
4.7333
15
1.16292
.30026
postest
4.8000
15
1.14642
.29601
Paired Samples Test
Paired Differences
Std.
Std.
Mean
Pair 1 pretest postest
-.06667
Error
Deviation Mean
.25820 .06667
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower
-.20965
Upper
.07632
Sig. (2t
-1.000
df
14
tailed)
.334
Berdasarkan hasil pengelolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0
diatas dari kelompok kontrol didapatkan hasil mean dari pre-test 4,7 sedangkan
post-test 4,8 dengan perbedaan 0,1. sehingga Ha diterima jika probabilitas
signifikannya sebesar ≤ 0,05 dan dinyatakan signifikan, dari hasil pengelolaan
diatas didapat signifikan sebesar 0,334 hal ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
dinyatakan tidak signifikansi.
33
Hasil dari pengelolaan data kelompok eksperimen
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pretest
5.0667
15
1.27988
.33046
Posttest
10.6667
15
2.19306
.56625
Paired Samples Test
Paired Differences
Std.
Std.
Mean
Pair 1 pretest –
posttest
-5.60000
Error
Deviation Mean
1.95667 .50521
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower
-6.68357
Upper
Sig. (2t
-4.51643 -11.084
df
14
tailed)
.000
Berdasarkan hasil pengelolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0
diatas dari kelompok eksperimen didapatkan hasil mean dari pre-test sebesar 5
dan hasil post-test sebesar 10,6 dengan perbedaan 5,5 sehingga apabila Ha
diterima jika probabilitas signifikan ≤ 0,05 signifikan dari hasil pengelolaan diatas
didapat signifikan sebesar 0,000 yang menyatakan bahwa data sangat signifikan.
4.3. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji-T dengan menggunakan teknik paired sample T-test
yang menunjukan bahwa p = 0,000 ≤ 0,05 ada perbedaan yang sangat signifikan
berdasarkan kemampuan mengenal konsep bilangan antara pre-test dan post-test
setelah diberi permainan bowling, hasil sig dari kelompok kontrol diperoleh
sebesar 0,334 yang menyatakan bahwa tidak signifikan sedangkan hasil sig dari
kelompok eksperimen diperoleh 0,000 yang menyatakan sangat signifikan.
Sehingga hipotesis yang diajukan penulis bahwa “ada pengaruh peningkatan
hasil antara penggunaan media bermain bowling dan yang tidak menggunakan
media bermain bowling terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan 1-5 pada
anak usia 4-5 tahun Di TK Sinar Nyata Salatiga” dinyatakan diterima.
34
4.4 Pembahasan
Berdasarkan teori tahapan-tahapan pengenalan konsep bilangan diatas,
peneliti merancang dan menyesuaikan tahapan-tahapan tersebut pada kegiatan
permainan bowling. Dari hasil penelitian pada pemberian permainan bowling ini,
permainan bowling ini memiliki pengaruh terhadap kemampuan mengenal konsep
bilangan 1-5 pada anak usia 4-5 tahun di TK SINAR NYATA SALATIGA,
dimana anak-anak dalam kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan
permainan bowling menjadi meningkat dalam kemampuan konsep bilangan 1-5.
Hal ini bertolak belakang dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
perlakuan, sehingga tidak ada peningkatkan kemampuan konsep bilangan 1-5.
Hal ini terlihat setelah peneliti memberikan permain bowling kepada anak
kelas eksperimen lalu peneliti memberikan post-test berupa LKS (lembar kerja
siswa), peneliti menemukan bahwa ketika peneliti mengajak anak dan menunjuk
sebuah angka pada LKS anak-anak langsung dapat menjawabnya bukan hanya itu
peneliti juga mengajak anak untuk berhitung dan mengajak anak untuk terlibat
langsung dalam penjelasan cara mengerjakan tugas pada LKS, Peneliti meminta
satu per satu anak untuk membantu peneliti menyelesaikan LKS yang ada dipapan
tulis dan mereka mampu untuk menyelesaikan LKS yang ada dipapan tulis.
Dilihat dari hasil LKS yang telah dinilai oleh masing-masing guru kelas, ada
perbedaan hasil dari LKS antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.
Untuk nilai-nilai kelompok kontrol belum ada anak yang dapat mencapai kategori
baik sesuai yang telah ditentukan peneliti sedangkan untuk kelompok eksperimen
ada 12 anak sudah memenuhi penilaian dengan kategori baik. Oleh sebab itu,
permainan bowling efektif untuk digunakan dalam peningkatan kemampuan
konsep bilang 1-5 pada anak usia 4-5 tahun.
Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Nonik
Rose Sodikir, Satinigsih (2015) dengan judul “Pengaruh Permainan Bowling
Modifikasi Terhadap Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Kelompok A
TK PGRI Desa Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding Kabupaten Tuba”
menyatakan bahwa penelitian ini menggunakan One Group Pretest-Postest
35
dengan hasil penelitian bahwa permainan bowling berpengaruh terhadap
kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A TK PGRI Desa
Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban.
Peningkatan pemahaman konsep bilangan tersebut, sejalan dengan
pemikaran Piaget dalam Suparno (2001) mengatakan bahwa pemikiran anak pada
umur 4-7 tahun berkembang pesat secara bertahap kearah konseptualisasi ia
berkembang dari tahapan simbolik dan prakonseptual kepermulaan operasional,
artinya anak usia 4-7 tahun sudah memiliki konsep pemikiran atau informasi akan
tetapi anak belum dapat mengarahkan atau mengartikan sebuah informasi tersebut
sehingga anak sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari sebuah informasi
yang didapatkannya. Berdasarkan teori diatas bahwa proses pembelajaran anak
usia 4-7 dari konkrit menuju ke abstrak, dengan melalui benda-benda kongkrit
anak dapat lebih memahami sebuah pembelajaran tersebut. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan media permainan bowling. Melalui permainan bowling
anak-anak dapat belajar secara langsung dalam menyebutkan, mengurutkan,
menghitung dan memasangkan lambang bilangan. Oleh karena itu, kelompok
eksperimen menunjukkan peningkatan pemahaman konsep (abstrak) bilangan.
Menurut Musfiroh (2005) mengatakan bahwa melalui bermain membantu
anak memahami konsep dan pengetahuan yang ada dalam lingkungannya, karena
pada dasarnya dunia anak ialah dunia bermain. Melalui bermain anak-anak dapat
menimbulkan perasaan yang menyenangkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir
karena bermain dilakukan secara sukarela sehingga anak-anak tidak merasa
terbebani dalam melakukan suatu permainan. Hal ini berbanding terbalik dengan
keadaan yang ada disekolah TK Sinar Nyata Salatiga, metode yang digunakan
pada sekolah tersebut kental dengan nuansa teacher center dimana hanya guru
yang menjadi sumber ilmu dan anak hanya menerima ilmu tersebut tanpa
mengetahui alasanya. Pada proses pembelajaran anak-anak lebih banyak
mendapatkan penugasan berupa majalah yang didalamnya terdapat penugasan
secara tertulis. Oleh sebab itu, peneliti memberikan sebuah metode pembelajaran
yang berbeda berupa permainan bowling yang bertujuan untuk menciptakan
sebuah suasana pembelajaran yang menyenangkan tanpa ada paksaan dan
36
terbebani. Hasilnya, terbukti bahwa dengan kegiatan bernuansa bermain tersebut
anak-anak dapat belajar konsep bilangan dengan lebih efektif dibanding dengan
anak yang belajar tanpa pendekatan bermain (kelompok kontrol).
Berdasarkan teori Kayvan (2009) menemukan bahwa melalui permainan
bowling anak-anak dapat belajar untuk mengkoordinasikan mata dan tangan,
mengukur dengan teliti berapa banyak tenaga yang diperlukan untuk menjatuhkan
semua pin bowling dan Anak usia dini juga dapat belajar menghitung berapa
jumlah pin bowling yang jatuh, melalui permainan bowling ini anak dapat terlibat
langsung dalam bermainan sambil belajar dengan menggunakan benda-benda
konkrit. Oleh sebab itu, permaina bowling ini sangat efektif untuk meningkatkan
konsep bilangan 1-5 pada anak karena melalui permainan ini anak dapat langsung
melihat, memegang dan mengetahui bentuk konkrit dari sebuah angka dan mereka
secara tidak langsung menggunakan panca indranya. Pada kelompok eksperimen
anak memiliki kesempatan untuk menyebutkan, mengurutkan, menghitung
lambang bilangan 1-5 dan menghubungkan benda konkrit dengan lambang
bilangan 1-5 secara langsung. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan
perlakukan itu.
Menurut Bruner dalam Suyanto (2005) menyatakan bahwa sebaiknya anak
yang sedang belajar angka dimulai dari benda yang nyata sebelum anak mengenal
angka, anak dapat belajar dengan tahapan enaktif yaitu dengan benda konkrit,
ikonik dengan gambar dan simbol atau dengan kata. Oleh karena itu, permainan
bowling ini efektif dalam hal meningkatkan kemampuan mengenala konsep
bilangan 1-5 karna melalui permainan ini anak-anak dapat secara langsung
melihat dan memegang langsung bentuk konkrit dari setiap angka-angka yang
telah disediakan peneliti. Hal ini berbeda dengan kondisi kelompok kontrol
dimana pengalaman nyata dalam melihat dan memegang dari bentuk angka-angka
tersebut tidak didapatkan oleh kelompok kontrol sehingga tidak ada perubahan
yang signifikan dalam pemahaman konsep bilangan pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa permainan bowling yang diberikan 2
kali pertemuan secara efektif ternyata terbukti meningkatkan kemampuan konsep
bilangan 1-5 pada anak usia 4-5 tahun, keterampilan yang telah meningkat
37
meliputi menyebutkan, mengurutkan, menghitung lambang bilangan 1-5 dan
menghubungkan benda konkrit dengan lambang bilangan 1-5.
Hasil dari penelitian diatas juga mendukung teori dari Sudaryanti (2006)
yang menjelaskan bahwa untuk mengajarkan anak belajar berhitung dapat melalui
(1) anak mampu dalam membilang misalnya melalui sebuah nyanyian, dengan jari
anak, benda-benda, sambil berolahraga, (2) dapat dikenalkan bentuk angka 1-10
terlebih dahulu agar anak mengenal bentuk angka dari angka-angka yang sering
anak ucapkan. (3) anak diajak untuk mengurutkan angka yang sudah diacak oleh
guru supaya diurutkan sesuai angka yang benar. Anak yang sudah paham akan
urutan angka tentu dapat mengurutkan dengan benar contohnya dengan angka
pada kalender yang sudah dipotong-potong dan dipersiapkan, (4) mengurutkan
adalah memasangkan angka yang ada tersebut dengan bendanya. Hal ini dapat
melalui media asli dengan angkanya atau hanya melalui gambar yang sudah
disusun dalam lembar LKA (Lembar Kerja Anak), dan anak cukup menarik garis
saja. (5) tahapan yang terakhir dalam mengenalkan angka yaitu menuliskan angka
sebagai lambang banyaknya benda.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Permainan bowling ini sangat
efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan 1-5 bagi anak usia 4-5
tahun.
38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan dalam penelitian, penelitian ini dilakukan di TK Sinar Nyata
Salatiga dengan subjek penelitian dari kelompok eksperimen dan kontrol yang
terdiri atas 30 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas A1 dan kelas A2.
berikut tabel subjek penelitian kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
dengan jumlah subjek masing-masing kelas yang terdiri dari 15 anak.
Table. 4.1. Data Diri Anak Kelas A1
(Kelompok Kontrol)
No
Nama
Jenis kelamin
Usia
1
AVS
Laki-laki
5 tahun 2 bulan
2
APR
Perempuan
4 tahun 5 bulan
3
ARN
Perempuan
5 tahun 6 bulan
4
BWA
Laki-laki
4 tahun 7 bulan
5
DRA
Laki-laki
4 tahun 9 bulan
6
FAL
Perempuan
4 tahun 10 bulan
7
IAR
Laki-laki
4 tahun 10 bulan
8
IRA
Perempuan
4 tahun 9 bulan
9
KBA
Laki-laki
4 tahun 8 bulan
10
MAP
Laki-laki
4 tahun 9 bulan
11
MDA
Laki-laki
4 tahun 11 bulan
12
NMS
Perempuan
5 tahun 3 bulan
13
RPR
Laki-laki
5 tahun 6 bulan
14
SPW
Perempuan
4 tahun 9 bulan
15
AVN
Laki-laki
4 tahun 8 bulan
22
Tabel 4.2. Data Diri Anak Kelas A2
(Kelompok Eksperimen)
No
Nama
Jenis kelamin
Usia
1
AFR
Laki-laki
5 tahun 5 bulan
2
AS
Laki-laki
4 tahun 10 bulan
3
AAF
Perempuan
4 tahun 11 bulan
4
AAR
Perempuan
5 tahun 4 bulan
5
AAP
Laki-laki
4 tahun 10 bulan
6
AZM
Laki-laki
4 tahun 9 bulan
7
DAW
Laki-laki
4 tahun 5 bulan
8
DAF
Laki-laki
4 tahun 9 bulan
9
DGS
Laki-laki
5 tahun 4 bulan
10
HM
Perempuan
4 tahun 2 bulan
11
KAR
Perempuan
5 tahun
12
REP
Laki-laki
4 tahun 8 bulan
13
SAH
Perempuan
4 tahun 11 bulan
14
TAA
Laki-laki
4 tahun 10 bulan
15
YDA
Laki-laki
4 tahun 11 bulan
Berdasarkan tabel data diri anak dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol bahwa usia dan jenis kelamin setiap kelasnya memiliki rata-rata yang
hampir sama. Pembagian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ini telah
dibagi secara sistematis oleh pihak sekolah TK Sinar Nyata Salatiga, sehingga di
dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan random.
4.2. Pelaksanaaan Penelitiaan
4.2.1. Tes Awal (pre-test)
Tes awal atau pre-test pada penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16
Agustus 2016. Peneliti mengobservasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh
masing-masing guru pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan
23
menggunakan metode pembelajaran yang telah disusun pada RKH yang telah
dibuat oleh setiap guru kelas. Peneliti mengobservasi kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen dengan menggunakan lembar ceklist yang telah dibuat
peneliti yang diadopsi dari PERMENDIKNAS No.146. Selanjutnya dalam
kegiatan pembelajaran, peneliti juga meminta pada guru untuk membagikan
lembar kerja siswa (LKS) pada setiap siswa sehingga peneliti dapat melihat dan
menilai tingkat perkembangan kemampuan konsep bilangan pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen melalui hasil dari LKS setiap anak.
Lembar observasi penilaian ceklist berisi 4 indikator kemampuan konsep
bilangan dengan kategori tingkat pencapaian baik, cukup dan kurang. Setiap
masing-masing indikator memiliki nilai 1-3 poin. Skor anak masuk dalam
kategori baik apabila anak mendapatkan jumlah skor 12-10, untuk kategori cukup
apabila anak mendapatkan jumlah skor 9-7 sedangkan anak mendapat kategori
kurang apabila anak memperoleh skor 6-4. Penentuan jumlah besaran interval
kreteria ketuntasan belajar dalam hal kemampuan konsep bilangan 1-5 pada anak
usia 4-5 tahun, didapatkan dengan mangacu dari teori Sugiono (2010) sebagai
berikut :
H-L+1
K
12-4+1 = 9 = 3
3
3
Keterangan : H = skor tertinggi
L = skor terkecil
K = jumlah kriteria ketuntasan.
Lembar ceklist beserta panduannya pada pre-test diisi oleh peneliti dengan
melakukan kerja sama dengan guru yang mengajar pada kelas A1 dan guru kelas
A2. Guru bertugas sebagai orang yang membantu dalam pemberian nilai di LKS
(Lembar kerja siswa) kepada anak-anak pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
24
4.2.2. Perlakuan (Treatment)
Perlakuan (treatment) ini diberikan kepada anak dengan 2 pertemuan yang
di dalam kegiatannya memiliki tahapan-tahapan pengenalan konsep bilangan 1-5,
jadwal penelitian yang telah disepakati bersama dengan kepala sekolah dan guru
kelas yaitu pada hari kamis dan jumat. Berikut tabel jadwal rincian pelaksanaan
penelitian :
Tabel 4.3. Jadwal Penelitian Ekperimen
Pertemuan
Hari, tanggal
I
Kamis, 18 Agustus
2016
II
Jumat, 19 Agustus
2016
Kegiatan
Bermain bowling
Menyebutkan lambang
bilangan
Mengurutkan lambang
bilangan
Menghitung lambang
bilangan
Memasangkan lambang
bilangan
Bermain bowling
Menyebutkan lambang
bilangan
Mengurutkan lambang
bilangan
Menghitung lambang
bilangan
Memasangkan lambang
bilangan
Jadwal pertemuan pertama dan kedua di dalam penelitian ini yang
membedakannya yaitu peneliti memodifikasikan pada kegiatan memasangkan
bilangan dengan benda konkritnya, di dalam dua pertemuan ini anak dapat
dikatakan dapat mengenal konsep bilangan jika anak dapat melakukan dengan
baik seperti pada kegiatan berikut :
1. Anak mampu menyebutkan angka 1-5
2. Anak mampu mengurutkan angka 1-5
3. Anak mampu menghitung 5 jumlah pin bowling
25
4. Anak mampu untuk menghubungkan benda konkrit sesuai dengan
lambang bilangan 1-5
4.2.2.1. Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2016 yang
bertujuan untuk memperkenalkan kepada anak tentang permainan bowling dan
bagaimana cara bermain bowling, langkah-langkah yang dilakukan peneliti :
1. Tahapan Awal
Tahapan awal yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa
pembuatan panduan tahapan-tahapan pengamatan perkembangan konsep bilangan
yang telah dibuat oleh peneliti untuk membantu peneliti dalam memberi penilaian
terhadap anak-anak, di sini peneliti bertindak sebagai guru pengganti sehingga
peneliti menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah
disepakati bersama dengan guru kelas. Kegiatan pertama yaitu morning circle
yang dilakukan dengan bernyanyi, gerakan dan pertanyaan.
2.Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di dalam kelas dengan luas bangunan 6
x 6 meter, ruang kelas ini memungkinkan anak untuk melakukan permainan
bowling. Peneliti memilih untuk melakukan permainan bowling di dalam kelas
karena beberapa orangtua dari murid masih menunggu anak-anaknya di area kelas
sehingga tidak memungkinkan untuk
peneliti melakukan permainan di luar
ruangan kelas, setelah pememilihan tempat beserta suasananya peneliti
memperkenalkan permainan bowling berdasarkan tahapan-tahapan yang sudah
tertera didalam RKH.
Peneliti mengawali permainan dengan kegiatan pengenalan nama dari
sebuah permainan yang akan dimainkan pada hari ini, lalu setelah anak-anak
mengetahui nama permainan dari bowling tersebut anak-anak diajak untuk
menyebutkan angka-angka 1-5 yang telah disediakan peneliti lalu satu per satu
anak mengurutkan angka-angka 1-5 yang telah diacak posisinya oleh peneliti
26
setelah tersusun sesuai dengan posisinya peneliti mengajak anak tersebut untuk
menghitung angka-angka yang telah tersusun.
Kegiatan yang terakhir yaitu anak-anak maju kedepan satu per satu untuk
memulai permainan bowling dan hal yang pertama dilakukan oleh anak ialah
melempar bola yang sudah disediakan oleh peneliti ke arah pin-pin bowling yang
telah disusun dihadapan anak dengan jarak ± ½ meter, setelah anak dapat
menjatuhkan pin-pin bowling anak diajak untuk mengambil benda yang sudah
disediakan oleh peneliti sesuai dengan jumlah pin yang terjatuh. Di sini anak-anak
terlihat sangat antusias dan senang dalam kegiatan bermain bowling, sehingga ada
beberapa anak yang ingin mengulangi permainan bowling tetapi karena waktu
pembelajaran yang terbatas peneliti menjelaskan kepada anak-anak bahwa untuk
permainan selanjutnya akan dilaksanakan pada waktu berikutnya.
3. Tahapan Evaluasi
Tahapan evaluasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini berupa
penilaian berbentuk diskusi terhadap guru kelas yang berperan sebagai pengamat
dan peneliti sebagai pengajar, berdasarkan dari hasil diskusi ini maka peneliti
mendapatkan hasil bahwa beberapa anak belum memahami cara permainan
bowling ini dengan benar ini terlihat bagaimana cara anak menggelindingkan bola
dan mengarahkannya.
Peneliti dan guru mendapatkan ada 4 anak yang sudah dapat mengenal
angka yang termasuk dalam kategori baik sesuai dengan panduan tahapan-tahapan
pengamatan perkembangan konsep bilangan yang telah dibuat oleh peneliti,
peneliti juga mengamati bahwa anak-anak sangat antusias dan senang melakukan
permain bowling ini.
4.2.2.2. Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 agustus 2016 yang bertujuan
untuk memantapkan permainan bowling, langkah-langkah yang dilakukan
peneliti:
27
1. Tahapan Awal
Pertemuan kedua ini tidak jauh berbeda tahapannya dengan pertemuan
pertama dan peneliti masih mengacu pada panduan tahapan-tahapan pengamatan
perkembangan konsep bilangan yang telah dibuat oleh peneliti dalam pertemuan
pertaman, di sini peneliti masih bertindak sebagai guru pengganti sehingga
peneliti menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat
bersama dengan guru kelas.
Kegiatan pertama yaitu morning circle yang dilakukan dengan bernyanyi,
gerakan dan pertanyaan-pertanyaan sederhana sebagai pembuka seperti “tadi pagi
sudah sarapan belum?” tadi diantar siapa?” dan pertanyaan lainnya.
2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan kedua ini masih dilakukan di dalam kelas
A2, peneliti melaksanakan permainan bowling sesuai dengan tahapan-tahapan
yang sudah tertera didalam RKH yang telah dibuat oleh peneliti.
Kegiatan pada tahapan kedua ini masih sama dengan tahapan pertama
dimulai dengan menyebutkan angka 1-5, mengurutkan angka 1-5 yang telah
diacak posisinya oleh peneliti, menghitung angka 1-5 dan yang terakhir
menghubungkan benda konkrit dengan lambang bilangan 1-5, yang membedakan
dalam pertemuan pertama dan kedua ialah benda konkrit yang dijadikan untuk
menghubungkan benda dan lambang bilangan 1-5. Benda konkrit yang digunakan
oleh peneliti didalam pertemuan kedua ini berupa hasil karya anak yang telah
dibuat sebelumnya yang terbuat dari sebuah sendok dengan bentuk kedua
orangtua (ayah dan ibu).
Di sini anak-anak terlihat sangat antusias dan senang dalam kegiatan
bermain bowling, sehingga ada beberapa anak yang ingin mengulangi permainan
bowling tetapi karena waktu untuk proses bermain sambil belajar telah berakhir
maka peneliti memberikan penjelasan kepada anak-anak bahwa waktu untuk
permainan bowling telah berakhir.
28
3. Tahapan Evaluasi
Pada tahapan evaluasi yang dilakukan peneliti dalam pertemuan kedua ini
sama seperti pertemuan pertama, penilaian berbentuk diskusi yang didapat dari
guru kelas yang berperan sebagai pengamat dan peneliti sebagai pengajar.
Hasilnya untuk permainan bowling
yang kedua ini anak-anak sudah dapat
memahami cara bermain bowling ini dengan benar tanpa harus peneliti arahkan
dan cara anak untuk menggelindingkan bola sudah benar karena anak-anak sudah
dapat menjatuhkan pin-pin lebih banyak dari pada sebelumnya.
Pada permain bowling yang kedua ini ada peningkatan pencapaian anak
yang termasuk dalam kategori baik yaitu berjumlah 11 anak ini terlihat ketika
anak sudah dapat mengambil benda sesuai dengan jumlah pin yang dijatuhkannya,
peneliti juga mengamati antusias dan kesenangan anak dalam bermain bowling
yang kedua ini mereka masih sangat berantusias pada saat bermain bowling.
Peneliti menemukan ada satu anak yang belum dapat menghubungkan
benda sesuai dengan jumlah pin yang dijatuhkannya, lalu peneliti menanyakan
beberapa hal kepada guru kelas mengenai anak tersebut ternyata anak tersebut
memiliki masalah dalam perkembangannya. Permasalahan perkembangan ini
berasal dari keturunan keluarga dari anak tersebut.
4.2.3. Hasil Observasi
Hasil observasi yang peneliti amati pada setiap pertemuan akan dijabarkan
sebagai berikut :
a. Pertemuan Pertama
Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan pertama ini anak-anak sangat
senang dan antusias, mereka pun bersedia untuk menunggu giliran bermain dan
mereka bersedia menaati peraturan atau perintah yang dibuat oleh peneliti seperti
duduk tenang, perhatikan teman yang sedang bermain, benar atau tidak benda
yang telah diambil teman dan sebagainya.
29
Pada pertemuan pertama beberapa anak-anak belum dapat menjatuhkan pinpin bowling namun peneliti memberi kesempatan untuk anak agar dapat
menjatuhkan pin-pin bowlingnya dan pada akhirnya anak-anak sudah dapat
menjatuhkan pin-pin bowling dengan jumlah yang berfariasi dan ada 4 anak yang
sudah benar dalam menghubungkan benda konkrit sesuai dengan jumlah pin
bowling yang dijatuhkannya .
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua sangat terlihat antusias anak dalam awal kegiatan mereka
sangat senang dan bersemangat untuk bermain bowling kembali, untuk pertemuan
kedua semua anak-anak sudah dapat menjatuhkan lebih banyak pin-pin dari
pertemuan sebelumnya hanya dalam satu kali lemparan dan anak-anak juga sudah
dapat untuk menghubungkan benda konkrit yang telah disediakan peneliti sesuai
dengan jumlah pin yang dijatuhnya.
Antusiasme anak yang sangat besar dalam bermain bowling ini, membuat
peneliti mengulangi permainan bowling hingga lebih dari 2 ronde yang telah
ditetapkan peneliti, bahkan ada salah satu anak yang menangis akibat berakhirnya
permainan bowling ini dan peneliti memberi penjelasan kepada anak tersebut
mengenai waktu permainan yang telah usai.
4.2.4. Test Akhir (Post-Test)
Tes akhir (post-test) dilaksanakan pada tanggal 18 dan 19 Agustus 2016
terhadap 15 anak kelas A1 dan 15 anak di kelas A2, di dalam kegiatan akhir ini
peneliti menggunakan lembar instrumen ceklist beserta panduan tingkat
pencapaian yang telah peneliti buat dan peneliti juga menggunakan LKS (lembar
kerja siswa) untuk membatu peneliti dan guru memberikan penilaian terhadap
anak-anak. Untuk pemberian nilai kelas kontrol peneliti bekerjasama dengan guru
kelasnya di mana pemberian nilai pada lembar ceklis observasi dan nilai pada
Lembar Kerja Sisiwa (LKS) dilakukan oleh guru kelas, sedangkan untuk
kelompok eksperimen pada saat post-test peneliti bertindak sebagai guru
pengganti kelas A2 sedangkan guru kelas pada hari itu bertindak sebagai
pengamat dan pemberi nilai. Setelah lembar instrumen diisi oleh guru kelas dan
30
dikumpulkan kepada peneliti, maka peneliti mengolah hasil dari lembar instrumen
tersebut menggunakan teknik Paired Sample T-test.
Kelas A1 dan kelas A2 pada post-test diberikan pembelajaran yang sama
berdasarkan metode dan RKH yang telah dibuat oleh guru kelas masing-masing,
Selanjutnya peneliti juga membagikan LKS (lembar kerja siswa) yang sama
dengan tahap-tahapan yang telah ditentukan oleh peneliti yang diadaptasi dari
PERMENDIKNAS No.146. Untuk mengetahui lebih dalam tingkat pemahaman
anak mengenai konsep angka, LKS ini diberikan kepada anak-anak pada
kelompok kontrol dan anak-anak pada kelompok eksperimen.
Selanjutnya penilaian atau pemberian skor pada LKS dilakukan oleh guru
kelas. Kemudian peneliti mengumpulkan data dari obervasi dan dokumentasi (foto
& LKS) dari guru dan melakukan proses analisis data sesuai dengan teknik yang
telah ditentukan.
4.2.5. Analisis Data
Setelah peneliti memberikan post-test kepada kelompok kontrol dan
mengolah instrumen tersebut maka diperolehlah hasil dari perbandingan pre-test
dan post-test yang tertera pada tabel berikut :
Tabel 4.4. hasil pre-test dan post-test kelompok kontrol
Subjek
Pre-test
Pos-test
AVS
5
5
APR
4
4
ARN
4
4
BWA
4
4
DRA
5
5
FAL
4
4
IAR
4
4
IRA
4
4
KBA
4
5
MAP
8
8
31
MDA
6
6
NMS
6
6
RPR
4
4
SPW
5
5
AVN
4
4
Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa hasil pre-test ada 1 anak
yang bisa mendapatkan nilai dengan kategori cukup, dan ada 14 anak yang
mendapatkan kategori kurang, sementara untuk hasil dari post-test ada 1 anak
yang mendapatkan nilai dengan kategori cukup sedangkan 14 anak mendapatkan
kategori kurang.
Tabel 4.5. Hasil pre-test dan post-test kelompok eksperimen
Subjek
Pre-Test
Post-Test
AFR
6
12
AS
7
12
AFF
5
11
AAR
4
11
AAP
5
12
AZM
4
12
DAW
4
9
DAF
5
12
DGS
4
4
HM
4
8
KAR
8
12
REP
4
11
SAH
4
11
TAA
6
12
YDA
6
11
32
Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa hasil pre-test ada 2 anak
yang bisa mendapatkan kategori cukup sedangkan 13 anak mendapatkan kategori
kurang, sementara untuk hasil dari post-test ada 12 anak yang mendapatkan
kategori baik, ada 2 anak yang mendapatkan nilai dengan kategori cukup
selanjutnya ada 1 anak yang mendapatkan nilai dengan kategori kurang.
Setelah data terkumpul maka peneliti melakukan pengolaan data dengan
menggunakan bantuan program SPSS 16.0 dan menggunakan teknik paired
sample T-test, hasil dari pengelolaan data tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil dari pengelolaan data kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
pretest
4.7333
15
1.16292
.30026
postest
4.8000
15
1.14642
.29601
Paired Samples Test
Paired Differences
Std.
Std.
Mean
Pair 1 pretest postest
-.06667
Error
Deviation Mean
.25820 .06667
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower
-.20965
Upper
.07632
Sig. (2t
-1.000
df
14
tailed)
.334
Berdasarkan hasil pengelolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0
diatas dari kelompok kontrol didapatkan hasil mean dari pre-test 4,7 sedangkan
post-test 4,8 dengan perbedaan 0,1. sehingga Ha diterima jika probabilitas
signifikannya sebesar ≤ 0,05 dan dinyatakan signifikan, dari hasil pengelolaan
diatas didapat signifikan sebesar 0,334 hal ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
dinyatakan tidak signifikansi.
33
Hasil dari pengelolaan data kelompok eksperimen
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pretest
5.0667
15
1.27988
.33046
Posttest
10.6667
15
2.19306
.56625
Paired Samples Test
Paired Differences
Std.
Std.
Mean
Pair 1 pretest –
posttest
-5.60000
Error
Deviation Mean
1.95667 .50521
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower
-6.68357
Upper
Sig. (2t
-4.51643 -11.084
df
14
tailed)
.000
Berdasarkan hasil pengelolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0
diatas dari kelompok eksperimen didapatkan hasil mean dari pre-test sebesar 5
dan hasil post-test sebesar 10,6 dengan perbedaan 5,5 sehingga apabila Ha
diterima jika probabilitas signifikan ≤ 0,05 signifikan dari hasil pengelolaan diatas
didapat signifikan sebesar 0,000 yang menyatakan bahwa data sangat signifikan.
4.3. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji-T dengan menggunakan teknik paired sample T-test
yang menunjukan bahwa p = 0,000 ≤ 0,05 ada perbedaan yang sangat signifikan
berdasarkan kemampuan mengenal konsep bilangan antara pre-test dan post-test
setelah diberi permainan bowling, hasil sig dari kelompok kontrol diperoleh
sebesar 0,334 yang menyatakan bahwa tidak signifikan sedangkan hasil sig dari
kelompok eksperimen diperoleh 0,000 yang menyatakan sangat signifikan.
Sehingga hipotesis yang diajukan penulis bahwa “ada pengaruh peningkatan
hasil antara penggunaan media bermain bowling dan yang tidak menggunakan
media bermain bowling terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan 1-5 pada
anak usia 4-5 tahun Di TK Sinar Nyata Salatiga” dinyatakan diterima.
34
4.4 Pembahasan
Berdasarkan teori tahapan-tahapan pengenalan konsep bilangan diatas,
peneliti merancang dan menyesuaikan tahapan-tahapan tersebut pada kegiatan
permainan bowling. Dari hasil penelitian pada pemberian permainan bowling ini,
permainan bowling ini memiliki pengaruh terhadap kemampuan mengenal konsep
bilangan 1-5 pada anak usia 4-5 tahun di TK SINAR NYATA SALATIGA,
dimana anak-anak dalam kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan
permainan bowling menjadi meningkat dalam kemampuan konsep bilangan 1-5.
Hal ini bertolak belakang dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
perlakuan, sehingga tidak ada peningkatkan kemampuan konsep bilangan 1-5.
Hal ini terlihat setelah peneliti memberikan permain bowling kepada anak
kelas eksperimen lalu peneliti memberikan post-test berupa LKS (lembar kerja
siswa), peneliti menemukan bahwa ketika peneliti mengajak anak dan menunjuk
sebuah angka pada LKS anak-anak langsung dapat menjawabnya bukan hanya itu
peneliti juga mengajak anak untuk berhitung dan mengajak anak untuk terlibat
langsung dalam penjelasan cara mengerjakan tugas pada LKS, Peneliti meminta
satu per satu anak untuk membantu peneliti menyelesaikan LKS yang ada dipapan
tulis dan mereka mampu untuk menyelesaikan LKS yang ada dipapan tulis.
Dilihat dari hasil LKS yang telah dinilai oleh masing-masing guru kelas, ada
perbedaan hasil dari LKS antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.
Untuk nilai-nilai kelompok kontrol belum ada anak yang dapat mencapai kategori
baik sesuai yang telah ditentukan peneliti sedangkan untuk kelompok eksperimen
ada 12 anak sudah memenuhi penilaian dengan kategori baik. Oleh sebab itu,
permainan bowling efektif untuk digunakan dalam peningkatan kemampuan
konsep bilang 1-5 pada anak usia 4-5 tahun.
Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Nonik
Rose Sodikir, Satinigsih (2015) dengan judul “Pengaruh Permainan Bowling
Modifikasi Terhadap Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Kelompok A
TK PGRI Desa Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding Kabupaten Tuba”
menyatakan bahwa penelitian ini menggunakan One Group Pretest-Postest
35
dengan hasil penelitian bahwa permainan bowling berpengaruh terhadap
kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A TK PGRI Desa
Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban.
Peningkatan pemahaman konsep bilangan tersebut, sejalan dengan
pemikaran Piaget dalam Suparno (2001) mengatakan bahwa pemikiran anak pada
umur 4-7 tahun berkembang pesat secara bertahap kearah konseptualisasi ia
berkembang dari tahapan simbolik dan prakonseptual kepermulaan operasional,
artinya anak usia 4-7 tahun sudah memiliki konsep pemikiran atau informasi akan
tetapi anak belum dapat mengarahkan atau mengartikan sebuah informasi tersebut
sehingga anak sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari sebuah informasi
yang didapatkannya. Berdasarkan teori diatas bahwa proses pembelajaran anak
usia 4-7 dari konkrit menuju ke abstrak, dengan melalui benda-benda kongkrit
anak dapat lebih memahami sebuah pembelajaran tersebut. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan media permainan bowling. Melalui permainan bowling
anak-anak dapat belajar secara langsung dalam menyebutkan, mengurutkan,
menghitung dan memasangkan lambang bilangan. Oleh karena itu, kelompok
eksperimen menunjukkan peningkatan pemahaman konsep (abstrak) bilangan.
Menurut Musfiroh (2005) mengatakan bahwa melalui bermain membantu
anak memahami konsep dan pengetahuan yang ada dalam lingkungannya, karena
pada dasarnya dunia anak ialah dunia bermain. Melalui bermain anak-anak dapat
menimbulkan perasaan yang menyenangkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir
karena bermain dilakukan secara sukarela sehingga anak-anak tidak merasa
terbebani dalam melakukan suatu permainan. Hal ini berbanding terbalik dengan
keadaan yang ada disekolah TK Sinar Nyata Salatiga, metode yang digunakan
pada sekolah tersebut kental dengan nuansa teacher center dimana hanya guru
yang menjadi sumber ilmu dan anak hanya menerima ilmu tersebut tanpa
mengetahui alasanya. Pada proses pembelajaran anak-anak lebih banyak
mendapatkan penugasan berupa majalah yang didalamnya terdapat penugasan
secara tertulis. Oleh sebab itu, peneliti memberikan sebuah metode pembelajaran
yang berbeda berupa permainan bowling yang bertujuan untuk menciptakan
sebuah suasana pembelajaran yang menyenangkan tanpa ada paksaan dan
36
terbebani. Hasilnya, terbukti bahwa dengan kegiatan bernuansa bermain tersebut
anak-anak dapat belajar konsep bilangan dengan lebih efektif dibanding dengan
anak yang belajar tanpa pendekatan bermain (kelompok kontrol).
Berdasarkan teori Kayvan (2009) menemukan bahwa melalui permainan
bowling anak-anak dapat belajar untuk mengkoordinasikan mata dan tangan,
mengukur dengan teliti berapa banyak tenaga yang diperlukan untuk menjatuhkan
semua pin bowling dan Anak usia dini juga dapat belajar menghitung berapa
jumlah pin bowling yang jatuh, melalui permainan bowling ini anak dapat terlibat
langsung dalam bermainan sambil belajar dengan menggunakan benda-benda
konkrit. Oleh sebab itu, permaina bowling ini sangat efektif untuk meningkatkan
konsep bilangan 1-5 pada anak karena melalui permainan ini anak dapat langsung
melihat, memegang dan mengetahui bentuk konkrit dari sebuah angka dan mereka
secara tidak langsung menggunakan panca indranya. Pada kelompok eksperimen
anak memiliki kesempatan untuk menyebutkan, mengurutkan, menghitung
lambang bilangan 1-5 dan menghubungkan benda konkrit dengan lambang
bilangan 1-5 secara langsung. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan
perlakukan itu.
Menurut Bruner dalam Suyanto (2005) menyatakan bahwa sebaiknya anak
yang sedang belajar angka dimulai dari benda yang nyata sebelum anak mengenal
angka, anak dapat belajar dengan tahapan enaktif yaitu dengan benda konkrit,
ikonik dengan gambar dan simbol atau dengan kata. Oleh karena itu, permainan
bowling ini efektif dalam hal meningkatkan kemampuan mengenala konsep
bilangan 1-5 karna melalui permainan ini anak-anak dapat secara langsung
melihat dan memegang langsung bentuk konkrit dari setiap angka-angka yang
telah disediakan peneliti. Hal ini berbeda dengan kondisi kelompok kontrol
dimana pengalaman nyata dalam melihat dan memegang dari bentuk angka-angka
tersebut tidak didapatkan oleh kelompok kontrol sehingga tidak ada perubahan
yang signifikan dalam pemahaman konsep bilangan pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa permainan bowling yang diberikan 2
kali pertemuan secara efektif ternyata terbukti meningkatkan kemampuan konsep
bilangan 1-5 pada anak usia 4-5 tahun, keterampilan yang telah meningkat
37
meliputi menyebutkan, mengurutkan, menghitung lambang bilangan 1-5 dan
menghubungkan benda konkrit dengan lambang bilangan 1-5.
Hasil dari penelitian diatas juga mendukung teori dari Sudaryanti (2006)
yang menjelaskan bahwa untuk mengajarkan anak belajar berhitung dapat melalui
(1) anak mampu dalam membilang misalnya melalui sebuah nyanyian, dengan jari
anak, benda-benda, sambil berolahraga, (2) dapat dikenalkan bentuk angka 1-10
terlebih dahulu agar anak mengenal bentuk angka dari angka-angka yang sering
anak ucapkan. (3) anak diajak untuk mengurutkan angka yang sudah diacak oleh
guru supaya diurutkan sesuai angka yang benar. Anak yang sudah paham akan
urutan angka tentu dapat mengurutkan dengan benar contohnya dengan angka
pada kalender yang sudah dipotong-potong dan dipersiapkan, (4) mengurutkan
adalah memasangkan angka yang ada tersebut dengan bendanya. Hal ini dapat
melalui media asli dengan angkanya atau hanya melalui gambar yang sudah
disusun dalam lembar LKA (Lembar Kerja Anak), dan anak cukup menarik garis
saja. (5) tahapan yang terakhir dalam mengenalkan angka yaitu menuliskan angka
sebagai lambang banyaknya benda.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Permainan bowling ini sangat
efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan 1-5 bagi anak usia 4-5
tahun.
38