A. PENDAHULUAN. - BAHAN AJAR PEKSOS INDIVIDU

  

BAHAN AJAR

PEKERJAAN SOSIAL DENGAN INDIVIDU & KELUARGA(CASE WORK)

A. PENDAHULUAN.

  Pekerjaan sosial merupakan profesi yang memberikan pertolongan kepada orang-orang yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Berkaitan dengan hal tersebut Walter A. Friedlander (Syarif Muhidin), mengartikan pekerjaan sosial sebagai “suatu pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam relasi kemanusiaan, yang bertujuan membantu baik perorangan, keluarga maupun kelompok untuk mencapai kepuasan dan ketidaktergantungan secara pribadi dan sosial”. Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa pekerjaan sosial sebagai profesi yang memberikan pertolongan kepada klien baik individu, kelompok maupun masyarakat didasarkan pada ilmu pengetahuan dan keterampilan, dalam hal ini adalah menggunakan metode, keterampilan, dan teknik-teknik pekerjaan sosial. Bekerja dengan individu dan keluarga dalam pekerjaan sosial dikenal dengan sebutan

  Social Casework, yang merupakan metode dalam pekerjaan sosial yang digunakan oleh

  pekerja sosial dalam berbagai pelayanan sosial dan institusi. Metode ini bertujuan untuk membantu individu-individu secara perorangan, untuk mengatasi masalah-masalah personal dan sosial. Metode ini dilakukan dengan didasari oleh suatu proses relasi yang bersifat individual, tatap muka. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari casework diterapkan secara luas dalam beberapa metode pekerjaan sosial. Di dalam masyarakat yang mengalami perubahan cepat, casework mengurangi pengaruh bagi individu yang merasakan penurunan kualitas dan atribut kemanusiaan. Menurut Richmond (1922), bahwa sosial casework terdiri dari proses yang mengembangkan kepribadian melalui penyesuaian secara sadar individu-individu, diantara orang-orang dan lingkungan sosialnya. Casework mengembangkan perhatiannya dalam bidang keluarga, dinamika keluarga dan interaksi anggota keluarga dengan hasil bahwa keluarga merupakan lembaga yang potensial untuk digunakan dalam melakukan intervensi terhadap individu. Dengan demikian tujuan praktek pekerjaan sosial adalah mencegah atau menyembuhkan gangguan relasi diantara individu dengan keluarganya atau fihak lain di lingkungannya. Pekerja sosial membantu orang-orang untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam relasinya untuk meminimalisir dampaknya. Pekerjaan sosial memperkuat potensi individu, kelompok dan masyarakat secara maksimum.

  Sosial casework ditujukan untuk menyelesaikan masalah yang yang menghalangi atau mengurangi efektivitas individu dalam berbagai peranan yang ditampilkannya. Masalah- masalah dalam keluarga yang berhubungan dengan kewajiban sosial dan ekonomi yang mengganggu komunikasi dan kebebasan berekspresi keluarga dapat ditangani oleh pekerja sosial. Pekerja sosial seringkali dihadapkan pada situasi dimana keluarga tidak dapat menerima dan menggunakan pelayanan sosial. Pada umumnya, pekerja sosial lebih memusatkan perhatian untuk bekerja atau menangani permasalahan individu, baik penanganan di dalam lembaga/ badan-badan sosial, badan privat maupun praktek privat. Sosial casework bertujuan untuk membatu individu- individu berdasarkan pada orang per orang guna memenuhi kebutuhan dan memecahkan permasalahan yang mereka alami. Pelayanan sosial casework diberikan melalui lembaga- lembaga pelayanan kesejahteraan sosial, yaitu lembaga yang memberikan pelayanan secara langsung kepada orang. Aktivitas pelayanan sosial casework cukup luas dan bervariasi, seperti memberikan konseling kepada para remaja yang tidak betah tinggal di rumah, membantu orang yang tidak punya pekerjaan/menggangur dengan cara memberikan latihan- latihan ketrampilan dan kemudian menyalurkannya kelapangan pekerjaan,memberiakn konseling kepada orang-orang yang ingin bunuh diri, membantu menempatkan bayi-bayi yang akan di adopsi dan memilih orang tua asuh yang baik, memberikan perlindungan kepada anak-anak terlantar, mencarikan pengasuh/perawat yang baik untuk melayani orang- orang yang menderita sakit, memberikan koseling kepada individu-individu yang mengalami disfungsi seksualitas, membantu para pecandu alcohol dalam mengatasi permasalahannya, memberikan konseling kepada orangyang menderita sakit parah, memberikan pelayanan sebagai seorang petugas serta memberikan pelayanan terhadap orang-orang tua yang sendirian (single parent). Pada dasarnya permasalahan yang kita alami sebagian besar tidak dapat dipecahkan oleh diri kita sendiri. Kita membutuhkan bantuan dari anggota keluarga yang lain, kenalan, teman maupun siapa saja yang dapat membantu kita. Pada kesempatan lain, kita juga banyak memerlukan lebih banyak ketrampilan untuk membantu menggali dan memanfatkan sumber mengatasi masalah–masalah perkawinan dan mengatasi konflik-konflik keluarga,mengatasi permasalahan yang dialami di sekolah maupun di tempat kerja, serta mengurangi penderitaan-penderitaan yang berkaitan dengan kesehatan. Ketrampilan yang lengkap dapat membantu sosial casework melaksanakan semua tugasnya dengan baik.

B. KERANGKA KONSEPTUAL PEKERJAAN SOSIAL

  Sebelum membahas secara lebih mendalam tentang pekerjaan sosial dengan individu dan keluarga, terlebih dahulu perlu diulas secara singkat tentang kerangka referensi pekerjaan sosial. Ulasan ini tidak dimaksudkan untuk menganalisis secara konseptual serta mendalam tentang pekerjaan sosial, akan tetapi dipandang perlu untuk membentuk pemahaman secara komprehensif dan dapat memerankan diri sebagai landasan pikir bagi pengembangan pemahaman lebih luas tentang pekerjaan sosial dengan individu.

  Pekerjaan sosial dalam kajian ini ditelaah berdasarkan pemahaman yang dikembangkan oleh National Association of Sosial Workers /NASW tahun 1973 (Morales, 1983) yang mendefinisikan bahwa pekerjaan sosial merupakan aktivitas professional yang bertujuan dalam membantu individu, kelompok atau masyarakat untuk memperkuat kemampuannya sendiri dalam keberfungsian sosial serta menciptakan kondisi-kondisi kemasyarakatan yang menunjang tujuan tersebut.

  Kalimat pertama dalam definisi tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan sosial merupakan suatu aktivitas professional. Sebagai aktivitas preofesional, maka pelayanan yang diberikan oleh seorang pekerja sosial dapat didefinisikan secara tegas melalui pengetahuan, nilai-nilai serta keterampilan secara spesifik. Kalimat pertama dari definisi tersebut juga menunjukkan bahwa pekerja sosial melakukan praktik pertolongannya pada berbagai tipe klien, baik individu, kelompok, maupun masyarakat. Definisi di atas juga menekankan bahwa fokus perhatian pekerja sosial adalah keberfungsian sosial yang meliputi interkasi antara manusia dengan lingkungan sosialnya.

  Definisi di atas juga menunjukkan bahwa fokus perhati pekerjaan sosial adalah keberfungsian sosial yang meliputi interaksi antara manusia dengan lingkungan sosialnya. Siporin (1975), Johson (1989) Zastrow (1992), maupun Morales (1983) menjelaskan bahwa keberfungsian sosial mengacu pada berbagai fokus yang cukup luas yang meliputi :

   kemampuan menghadapi atau memecahkan masalah yang dihadapinya sesuai dengan situasi dan kondisi, serta lingkungannya. Kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya, baik  dalam pendidikannya, pekerjaan, keluarga, kelompok, masyarakat dan sebagainya secara konstuktir.

  Pelaksanaan tugas-tugas serta peran-peran dalam kehidupannya sesuai dengan  usianya, status, serta tanggung jawab yang disandangnya. Berperilaku secara memadai dalam rangka memenuhi kebutuhannya.

   Keberfungsian sosial menunjukkan suatu kondisi pertukaran yang seimbang, dalam  kebaikan, serta adaptasi timbale balik, antara manusia sebagai individu dengan lingkungannya.

  Dengan demikian, keberfungsia sosial merupakan hasil sistematik dari sebuah  pertukaran yang saling mengisi antara kebutuhan, sumber daya yang tersedia, harapan/motivasi dengan kemampuan seseorang untuk memenuhinya, antara tuntutan, harapan serta kesempatan dengan kemampuan lingkungan untuk memenuhinya.

  Selain definisi tersebut, pekerjaan sosial melaukan praktek pertolongannya secara langsung (direct services), yaitu meningkatkan serta memperbaiki kemampuan orang/kelompok sasaran dalam mencapai keberfungsian sosial, serta secara tidak langsung

  

(indirect services) yang berupaya untuk mengubah, memperbaiki, serta membangun kondisi

kemasyarakatan yang berkaitan erat dengan keberfungsian sosial orang.

  Selanjutnya, Betty L. Baer dan Ronald Federico (Morales, 1983) mengidentifikasi 10 (sepuluh) kompetensi awal dari seorang pekerja sosial : 1. mengidentifikasi dan melakukan assessment terhadap situasi dimana hubungan antara orang dengan institusi sosial perlu dirintis, diperkuat, diperbaiki, atau perlu diakhiri. 2. mengembangkan serta mengimpelementasikan suatu rencana yang bertujuan untuk kesejahteraan individu yang berlandaskan pada assessment masalah, eksplorasi tujuan serta pengembangan alternative pemecahan. 3. mengembangkan atau memperbaiki kemampauan orang dalam menghadapi, memecahkan masalah, serta kemampuan pengembangan diri klien.

  4. menghubungkan orang dengan sistem yang dapat memberikan sumber pelayanan, maupun kesempatan. 5. memberikan intervensi secara efektif dengan mengutamakan populasi sasaran yang paling rentan, atau terkena diskriminasi. 6. mengembangkan efektivitas pelayanan serta meningkatkan kemanusiaan kinerja sistem yang memberikan pelayanan, sumber, maupun kesempatan. 7. secara aktif berperan serta dengan pihak lain untuk menciptakan, memodifikasi, serta meningkatkan sistem pelayanan yang ada agar lebih responsive terhadap kebutuhan klien. 8. melakukan evaluasi sample seberapa jauh tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai. 9. secara terus menerus melakukan evalualsi atas pengembangan profesionalisme melalui assessment atas perilaku maupun keterampulan prakteknya. 10. memberikan kontribuasi pada peningkatan mutu pelayanan dnegan cara mengembangkan landasan pengetahuan profesionalnya serta menjunjung tinggi standar atau etika profesi

  Selanjutnya Louise C. Johnson (Johnson, 1989:47) menjelaskan bahwa pekerjaan sosial merupakan suatu kombinasi antara nilai, pengetahuan serta keterampilan atau teknik yang tersusun sedemikian rupa sehingga menjadu suatu kesatuan yang unik atau spesifik. Kombinasi ini kemudian dijelaskannya sebagai suatu kombinasi yang kreatif, yang berbeda atau lebih bermakna daripada sekedar penjumlahan antara komponen pengetahuan, nilain dan keterampilan. Perspektif ini terutama berkaitan dengan “bagaimana” pekerjaan sosial dilakkan sesuai dengan setting, tingkatan atau tipe kliennya, serta karakteristik situasi masalah yang dihadapi yang dipandu oleh serangkaian etika.

  Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan oleh komisi kerja yang diketuai oleh William Gordon dan Harriet Barlett (Johnson, 1989 :47) dijelaskan bahwa praktek pekerjaan sosial berlandaskan pada “Body of knowledge” (cara untuk memahami), serta “Body of

  

Value” (sikap,penilaian, pilihan tentang orang) yang dioperainonalisasikan dalam

  serangkaian keterampilan, teknik, serta proses interventif (Body of Skill). Konstelasi antara pengetahuan, nilai, dan keterampilan ini akan memberikan substansi-substansinya ke dalam konsep-konsep tentang kepedulian dan kebutuhan, yang dengan demikian juga memberikan substansi pula terhadap pengembangan keberfungsian sosial yang dihadapinya.

  Konstelasi ini menjadi suatu perpektif yang sangat penting dari hakikat praktek pekerjaan sosial. Pada tahap tertentu, pengetahuan, nilai, dan keterampilan ini erat kaitannya dengan cara berpikir dari suatu praktek. Nilai merupakan komponen abstrak yang berperan sebagai dasar untuk memilih, atau menentukan pilihan tentang manusia, tentang lingkungan, serta kondisi. Sedangkan keterampilan merupakan komponen aksi atau pelaksanaan suatu praktek pekerjaan sosial, dengan demikian keterampilan ini merupakan komponen perilaku.

  Penting bagi pekerja sosial untuk memahami hakikat dan isi dari masing-masing komponen. Pemahaman ini penting dalam menganalisis bagaimana ketiga komponen ini digunakan bersama dalam praktek. Konstelasi inilah yang kemudian akan memunculkan isu apakah pekerjaan sosial merupakan suatu ilmu (science) atau seni (art). Pemahaman atas ketiga komponen ini juga melahirkan suatu anggapan bahwa pekerjaan sosial merupakan suatu profesi yang terbangun dari kombinasi atau percampuran ketiga komponen ini secara kreatif.

C. KOMPONEN PENGETAHUAN DALAM PEKERJAAN SOSIAL DENGAN

INDIVIDU DAN KELUARGA

  Barlett (Johnson, 1989 :56) mengatakan bahwa pekerjaan sosial dibimbing dan berbasiskan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan ini merupakan konsep yang memiliki arti yang sangat luas dan bervariasi. Gordon mendefinisikan pengetahuan ini sebagai suatu gambaran yang dimiliki oleh manusia tentang dunianya atau tempat berada. Selanjutnya Siporin (1975:91) memiliki pandangan yang sejalan dengan pandangan Gordon ini. Siporin menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan konten kognitif mental (keyakinan-keyakinan dan ide-ide) yang berkenaan dengan realita yang diakui kebenarannya (diterima kebenarannya dan didasari oleh bukti-bukti yang kuat) atau memiliki probabilitas kebenaran yang tinggi.

  Pekerjaan sosial menempatkan pengetahuan-pengetahuannya sebagai suatu pengetahuan ilmiah (scientific) yang berbeda dengan keyakinan-keyakinan yang tak dapat dibantah. Paul Reinolds (Johnson, 1989 :48) mengatakan bahwa “Body pf Knowledge” yang ilmiah sebagai sesuai yang dirancang untuk menggambarkan sesuatu, atau untuk menggambarkan mengapa sesuai kejadian muncul. Dia mengatakan bahwa pengetahuan ini akan memberikan metode dalam mengorganisir atau mengkateorisasikan sesuatu, memprediksikan kejadian-kejadian yang akan mucul di masa yang akan dating, menjelaskan kejadian-kejadian di masa lalu, serta berguna untuk memahami apa yang menjadi penyebab munculnya suatu peristiwa.

  Selanjutnya Reinolds menjelaskan bahwa suatu pengetahuan dianggap ilmiah jika memiliki atribut-atribut sebagai berikut :

  1. Abstractness : independent terhadap ruang dan waktu

2. Intersubjectivity :

  a. Explicitness : dideskripsikan secara detail menggunakan istilah-istilah berpikir yang memberikan jaminan bahwa audiens sependapat dengan arti dari konsep-konsepnya.

  b. Regorousness : menggunakan sistem-sistem yang logis yang diperoleh dan diterima oleh ilmuwan-ilmuwan yang relevan dengan tujuan untuk menjamin kesepakatan dalam prediksi dan penjelasan suatu teori.

  3. Empirical Relevance : Selalu terdapat kemungkinan-kemungkinan untuk dievaluasi ulang berdasarkan penelitian empiris.

  Ahli-ahli sosiologi telah banyak menjelaskan tentang bagaimana masyarakat menentukan makna serta isi dari suatu ide, bagaimana nilai-nilai sosial menentukan fenomena yang dipelajari serta memberikan warna terhadap interpretasi atas fenomena tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa walaupun suatu pengetahuan dapat diuji, dikembangkan secara ilmiah, tetapi isi pengetahuan yang dikembangkan serti diuji tersebut sangat dipengaruhi oleh konteks dimana praktek pekerjaan sosial tersebut dilakukan. Misalnya nilai-nilai kemasyarakatakan tentang manusia yang telah dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan yang menekankan pada kebutuhan-kebutuhan manusia itu sendiri.

  Pengetahuan pekerjaan sosial adalah apa yang diketahuinya tentang manusia dan sistem sosialnya. Hal ini bersifat relatif dan sesuai denga situasi di mana pengatahuan tersebut dikembangkan. Pengetahuan tersebut merupakan deskripsi fenomena tentang manusia di dalam situasinya, dan jug menjelaskan tentang keberfungsian individu dan sistem sosialnya. Pengetahuan ini digunakan untuk memperoleh pemahaman tentang manusia di dalam sistem sosialnya yang lebih besar yang berguna sebagai panduan bagi aktivitas pekerja sosial dalam meningkatkan keberfungsian sosial individu.

  Pengetahuan pekerjaan sosial, terutama pengetahuan-pengetahuan dasar, digunakan untuk membangun pemahaman bagi pekerja sosial, dipinjam dari berbagai disiplin ilmu lainnya, terutama sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, serta berbagai ilmu sosial lainnya. Pengetahuan-pengetahaun yang digunakan oleh pekerjaan sosial dapat dikatakan bersifat eklektik (eclectic), interdisciplinary, tentatif, dan kompleks. Pekerjaan sosial secara terus menerus melakukan penelitian untuk menerima konsep-konsep umum, kerangka referensi umum, serta menguji hipotesis-hipotesis mengenai hakikat praktek pertolongan.

  Dalam melaksanakan prakteknya, pekerja sosial harus mendasarinya dengan pengetahuan yang luas, dengan demikian dia harus memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pengetahuan-pengetahuan yang ada, memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap pengetahuan-pengetahuan yang akan diterapkan pada suatu situasi terntentu, serta mamiliki keterbukaan pemikiran mengenai tentativitas suatu pengetahuan. Jika disesuaikan dengan bidang praktek pekerjaan sosial dengan individu maka pekerja sosial haru memiliki kemampuan untuk menilai, mengevalualsi serta memilih berbagai pengetahuan yang relevan dengan perilaku manusia. Dengan kata lain, pekerja sosial harus memiliki pengetahuan untuk berpikir secara sistematis, teoritis, kritis, metodologis, serta kreatif.

  Sumber pengetahuan yang dibutuhkan oleh pekerja sosial sangatlah luas dan bervariasi yang berasalah dari berbagai disiplin ilmu. Kondisi kehidupan manusia sangatlah kompleks, demikian pula kondisi kehidupan yang dihadapi oleh individu, yang begitu kompleks, berat, sulit dan sangat bervariasi. Dengan demikian, kondisi ini perlu dipahami dari berbagai macam sudut pandang. Secara umum, pengetahuan yang diperlukan oleh seorang pekerja sosial yang melakukan praktek pada setting individu dapat tergolong menjadi 4 (empat) golongan besar :

  1. Landasan pengetahuan pekerjaan sosial secara umum 2. Landasan pengetahuan pekerjaan sosial tentang bidang praktek spesifik.

  3. Landasan pengetahuan pekerjaan sosial tentang lembaga, organisasi pelayanan yang spesifik.

  4. Landasan pengetahuan pekerjaan sosial tentang klien secara spesifik.

  Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, terlihat bahwa pekerja sosial yang satu akan memerlukan pengetahuan yang relatif berbeda dengan pekerja sosial lainnya, tergantung dari situasi dan kondisi yang dihadapi. Dari pengelompokkan tersebut dapat pula dirumuskan secara lebih rinci bagaimana isi dari masing-masing kelompok pengetahuan tersebut.

1. Landasan Pengetahuan Pekerjaan Sosial secara Umum

  Pekerja sosial professional harus memiliki landasan pengetahuan yang diperlukan bagi pekerjaan sosial yang diperlukan dalam mengkaji berbagai situasi yang dihadapi. Pengetahuan yang tergolong sebagai landasan pengetahuan ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu :

  a. Perilaku manusia dalam Lingkungan Sosial (Human Behaviour in the Sosial Environment/HBSE).

  Pengetahuan ini meliputi pengetahuan-pengetahuan yang berkenan dengan perilaku manusia dengan berbagai komponen, proses, budaya, pengelompokan, masalah yang dihadapi, serta keberfungsian sosialnya, baik secara individual, kelompok, maupun masyarakat. Pengetahuan yang berada dalam gugus HBSE ini sangat luas dan mencakup kehidupan sosial manusia, kekuatan atau potensi yang dimiliki, situasi lingkungan sosial yang melingkupinya, serta masalah-masalah yang dihadapinya.

  b. Kebijakan dan Pelayanan Kesejahteraan Sosial

  Pengetahuan ini meliputi pengetahuan-pengetahuan yang berkenan dengan masalah- masalah sosial, program-program pelayanan, serta institusi-institusi dalam bidang kesejahteraan sosial. Selain itu juga pengetahuan yang berkenaan dengan upaya-upaya untuk mengatasi, mencegah masalah, serta bagaimana metode untuk terlibat aktif dalam mengubah, memperbaiki, serta meningkatkan keberfungsian kebijakan, program serta pelayanan yang ada.

c. Proses serta Metode dalam Praktek Pekerjaan Sosial

  Pengetahuan ini berkenaan dengan pengetahuan yang tergolong dalam teori praktek

  (Practice theory) yang meliputi berbagai metode dan teknik yang dimaksud adalah

  metode-metode dan teknik yang diterima, diyakini serta dipahami oleh pekerja sosial serta proses-proses yang digunakan dalam upaya pemecahan masalah atau upaya perubahan berencana dalam pekerjaan sosial. Metode dan teknik ini juga mencakup metode dan teknik untuk melakukan penelitian serta evaluasi proses pelayanan. Yang dimaksud dengan proses tersebut meliputi suatu rangkaian tahapan kerja yang dimulai dari kontak awal, assessment masalah dan kebutuhan, peynusunan rencana atau rencana kerja, pelaksanaan rencana, evaluasi, serta pengakhiran hubungan kerja.

2. Landasan Pengetahuan Pekerjaan Sosial tentang Bidang Praktek Secara Spesifik

  Pengetahuan dalam kelompok ini sudah lebih mengarah pada bidang praktek tertentu, dalam hal ini adalah bidang pelayanan sosial terhadap individu. Sesuai dengan bidang praktek individu secara khusus, pekerja sosial harus memahami bagaimana situasi dan kondisi yang dihadapi oleh individu. Untuk mencapai tujuan tersbut, pekerja sosial perlu memiliki pengetahuan tentang teori-teori yang berkenaan dengan : a. Teori konstitusional maupun biologis dari konflik, kecemasan, frustasi, serta ancaman.

  b. Teori psikogenik tentang konflik, kecemasan, frustasi, ancaman yang berpengaruh terhadap kepribadian, serta relasi seseorang dengan kelompoknya, keluarganya, maupun masyarakat sehubungan dengan situasi dan kondisi individu.

  c. Teori-teori sosiologi yang berkenaan dengan factor-faktor yang mendorong maupun yang mempengaruhi orang atau kelompok sehubungan dengan konflik, kecemasan, frustasi pada individu.

  d. Pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan pelayanan sosial yang sesuai dengan situasi dan kondisi individu. Pengetahuan tentang pelayanan sosial ini mencakup filosofis, prosedur, serta proses-proses yang mencakup dalam pelayanan sosial ini.

3. Landasan Pengetahuan Pekerjaan Sosial tentang Lembaga, Organisasi Pelayanan secara Spesifik.

  Pengetahuan ini sangat dibutuhkan oleh seorang pekerja sosial karena sangat terkait dengan kemampuannya dengan menggunakan lembaga-lembaga tersebut dalam menghadapi permasalah pada individu. Pengetahuan ini antara lain : a. Pengetahuan tentang proses pemanfaatan pelayanan lembaga yang terkait.

  b. Model pelayanan yang diterapkan oleh lembaga-lembaga yang terkait c. Pelayanan khusus yang diberikan oleh lembaga-lemabga yang tekait, dsb.

4. Landasan Pengetahuan Pekerjaan Sosial tentang Klien secara Spesifik

  Pengetahuan serta pemahaman ini sangat penting dimiliki oleh pekerja sosial, karena dengan pemahaman inilah pekerja sosial atau pemberi pelayanan mampu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh individu atau masalah apa yang dihadapi oleh individu. Secara lebih spesifik, pengetahuan ini terutama berkisar pada : a. Pengetahuan tentang masalah yang dialami oleh individu

  b. Pengetahuan tentan latar belakang kehidupan seseorang

  c. Pengetahuan tentang kebutuhan-kebutuhan spesifiknya

  d. Pengetahuan tentang persepsi serta sikap yang dimiliki individu dan keluarga terhadap masalah yang dihadapi e. Pengetahuan tentang kekuatan-kekuatan yang dimiliki, dsb.

  Selain perincian pengetahuan menjadi empat kategori seperti yang telah kita bahas tadi, pekerja sosial juga harus memiliki berbagai pengetahuan, yaitu : a. Pengetahuan tentang proses-proses perkembangan manusia dengan kebutuhannya.

  b. Pengetahuan tentang proses-proses sosial maupun institusional yang terjadi dalam kehidupan sosial c. Pengetahuan tentang dinamika kehidupan interaksional (personal, kelompok, maupun organisasi).

  d. Pengetahuan tentang berbagai paradigm teoritik yang erat kaitannya dengan praktek pekerjaan sosial, seperti psikodinamika, sosiologi dan psikologi humanistic, teori-teori perilaku, teori sistem, dsb.

  e. Pengetahuan tentang berbagai metode dan proses pertolongan, yang biasa disebut practice theory f. Pengetahuan tentang nilai dan etika pekerjaan sosial g. Pengetahuan tentang proses-proses kemasyarakatan.

  

D. PEMAHAMAN TENTANG PEKERJAAN SOSIAL DENGAN INDIVIDU DAN

KELUARGA

1. Sejarah Perkembangan Social Casework

  Konsep : AICP (Asosiasi untuk COS (1877) memberikan Workhouse memperbaiki orang miskin) dorongan terhadap Th.1843, melalui : individu utk perbaikan

  • mengunjungi orang miskin fungsi :
  • memberikan konseling, - intelektual,
  • membantu memperoleh - fisik, kesempatan pekerjaan - moral Casework :
  • penyelidikan calon klien
  • pendaftaran,
  • pemberian bantuan Berkembang sekolah Peksos Dekade Casework sbg metode penyembuhan : Abad peralihan : Keluarga mendapat
  • penanganan kecemasan latihan dari Peksos ;
  • membantu klien menolong dirinya - metode
  • menggunakan bantuan sebagai alat - diagnosis penyembuhan, melalui : - penyembuhan 1) penekanan ; perasaan, konflik, dan emosi yang merupakan bagian integral dari metode dan pemahaman casework 2) perhatian kepada keluarga sebagai penyembuhan individu 3) identitas Casework mulai muncul

  Perubahan dalam kajian penekanan masalah : Perkembangan awal abad 20 dari masalah sosiologis kepada sikap-sikap Penempatan anggota keluarga individu, pada tingkatan kesadaran melalui : yang mengalami masalah : psikologi dinamika (dorongan biopsikologis) - menempatkan anak ke sekolah yang diperankan oleh represi dan - anak terlantar ketidaksadaran - dll

2. Beberapa Definisi Social Casework

  a. Mary Richmond : “Social Casework terdiri dari proses-proses untuk mengembangkan kepribadian melalui penyesuaian yang dipengaruhi secara sadar, individu per individu, antara manusia dan lingkungan sosial mereka”

  b. Jeanette Regensburg : “Social Casework merupakan suatu metode untuk mengukur terhadap realita kapasitas klien untuk menghadapi masalahnya, sedangkan pekerja sosial membantu klien untuk menjelaskan apa masalahnya dan memungkinkan klien memikirkan cara-cara yang berbeda untuk mengatasinya”.

  c. Swithun Bowers : “Social Casework adalah suatu seni dimana pengetahuan tentang ilmu hubungan manusia dan keterampilan-keterampilan yang digunakan untuk memobilisasi kapasitas-kapasitas dalam diri individu dan sumber-sumber dalam masyarakat yang merupakan bagian dari lingkungan secara keseluruhan”.

  d. Gordon Hamilton : “Social Casework ditandai oleh tujuan untuk melaksanakan pelayanan-pelayanan praktis dan memberikan konseling sebagai suatu cara untuk menumbuhkan dan memelihara enerji psikologis klien secara aktif untuk melibatkannya dalam penggunaan pelayanan ke arah pemecahan masalahnya”.

  e. Smalley :

  

“Social Casework” adalah suatu metode di dalam Pekerjaan Sosial untuk melibatkan

  individu melalui proses relasi. Pada dasarnya orang per orang dalam menggunakan pelayanan sosial ke arah kesejahteraan sosial dirinya dan secara umum”.

  f. Helen Harris Perlman : “Social Casework adalah suatu metode dalam pekerjaan sosial melalui mana bantuan diberikan terhadap individu dan keluarga, kasus per kasus untuk mengurangi, memecahkan, dan mencegah masalah-masalah yang mengganggu klien serta keberfungsian hidup mereka sehari-hari”.

  Beberapa unsur dari definisi Social Casework :

  • Sosial Casework merupakan metode untuk menolong orang berdasarkan pada pengetahuan, pemahaman, dan penggunaan teknik-teknik secara terampil yang diterapkan untuk menolong orang mengatasi masalahnya.
  • Sosial Casework ditujukan untuk membantu individu dan keluarga yang mengalami masalah eksternal dan lingkungan, selain masalah di dalam diri individu itu sendiri.
  • Sosial Casework menggabungkan unsur-unsur psikologis dan sosial.
  • Dalam pelaksanaan praktek pekerjaan sosial dengan individu dan keluarga (Sosial

  Casework), terdapat 2 (dua) keterampilan utama yang diperlukan, yaitu wawancara

  (interview) dan konseling (counseling)

3. Beberapa Pengertian tentang Keluarga dan Rumah Tangga

a. Pengertian Keluarga

  • • Murdock dalam Hutter (1981) :

   Keluarga adalah suatu kelompok sosial yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1)

  mempunyai tempat tinggal bersama, 2) mengatur ekonomi bersama, 3) melakukan reproduksi, 4) di dalamnya terdapat orang-orang dewasa dari kedua jenis kelamin, paling sedikit dua orang, 5) memelihara hubungan seksual yang dibenarkan secara sosial, dan 6) memiliki satu atau lebih anak, baik anak sendiri maupun mengadopsi, pasangan seksual yang hidup bersama sebagai suami istri.

  • Mattessich & Hill (1995) :

  Keluarga merupakan kelompok-kelompok yang dihubungkan oleh pertalian keakraban, tempat tinggal, atau hubungan-hubungan emosional yang dekat dan mereka memperlihatkan empat sistemik yang berorientasi ke masa depan, yakni interdependensi/ saling ketergantungan yang intim, memelihara batas-batas selektif, kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, serta melaksanakan tugas-tugas keluarga.

  • Zastrow (1982) :

  Keluarga secara lebih ringkas, yaitu suatu kelompok sosial yang memiliki karakteristik hubungan kekeluargaan (darah dan perkawinan) di antara anggota-anggotanya

  • Zastrow (2000) :

  Merumuskan pengertian keluarga secara lebih sederhana, yaitu sekelompok orang yang memiliki hubungan perkawinan, keturunan, atau adopsi, dan tinggal bersama-sama dalam rumah tangga yang sama. Definisi keluarga tersebut mengabaikan tempat tinggal bersama dan pengaturan ekonomi bersama. Hal ini cukup beralasan karena dalam beberapa kasus ada keluarga-keluarga yang tidak tinggal bersama untuk beberapa waktu dan mengatur ekonomi sendiri-sendiri.

  • UU no 10 tahun 1992 :

  Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

b. Rumahtangga (household):

  Rumahtangga biasanya terdiri dari anggota keluarga yang memiliki ikatan darah atau perkawinan, tetapi adakalanya dibesarkan oleh mereka yang tidak punya hubungan (Zeitlin et al, 1995:38). Karakteristik rumahtangga:

  • Merupakan unit yang memiliki sumber-daya yang akan digunakan untuk mencapai kesejahteraan, sumberdaya ini harus dibagikan ke semua anggota,
  • Harus memiliki alternatif cara memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan, ini yang disebut pilihan.

c. Keberfungsian Keluarga (Hodges dalam Dubowitz dan DePanfilis, 2000) : CARE 1) Connections

  • Koneksi adalah akses keluarga terhadap sumberdaya-sumberdaya dan dukungan- dukungan dari luar rumahtangga.
  • Semua keluarga membutuhkan sumberdaya di luar unit keluarga agar berfungsi optimal.
  • Sumberdaya di luar rumahtangga mencakup anggota-anggota extended family, tetangga dan kawan-kawan, sekolah, tempat bekerja, pelayanan kesehatan dan kesehatan mental, institusi-institusi religius, kegiatan-kegiatan rekreasi dan kelompok-kelompok serta organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya.

2) Assets

  Unsur ini fokus pada keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuan yang memungkinkan keluarga-keluarga dapat berfungsi dengan sehat, misalnya keterampilan mengasuh (parenting skills), pengetahuan tentang perkembangan anak, dan harapan- harapan anak yang sesuai dengan usianya, serta kemampuan-kemampuan memecahkan masalah.

3) Relationships

  Unsur ini menilai hubungan-hubungan dengan anggota-anggota rumahtangga lainnya, pola-pola komunikasi dan peran-peran, serta efeknya terhadap hubungan-hubungan di antara anggota-anggota keluarga. Hakekat dan kualitas hubungan-hubungan dengan anggota keluarga merupakan faktor kunci dalam menilai keberfungsian keluarga.

4) Environment

  Unsur ini mencakup kecukupan sumberdaya-sumberdaya lingkungan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari anggota keluarga. Misalnya sumberdaya ekonomi, seperti sumber penghasilan, stabilitas penghasilan, dan memadainya penghasilan. Sumberdaya lingkungan juga terdiri dari keamanan rumah, pengaturan hidup yang memadai, ruangan yang memadai, perlengkapan dasar rumah (perabotan, toilet, kamar mandi, alat memasak, dan perlengkapan tidur), pengelolaan tugas-tugas rumahtangga serta makanan yang teratur dan memadai.

  d. Fungsi-fungsi Keluarga (Zastrow: 2006) Keluarga dalam masyarakat industri memiliki fungsi-fungsi penting yang akan membantu memelihara keberlangsungan dan stabilitas masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut adalah :

  1) Replacement of the population. Setiap masyarakat memiliki beberapa sistem untuk pergantian anggotanya. Didalam prakteknya, semua masyarakat menganggap bahwa keluarga sebagai suatu unit untuk memproduksi anak-anak. Masyarakat memberikan hak dan kewajiban kepada pasangan-pasangan untuk melakukan reproduksi didalam unit keluarga. Hak dan kewajiban ini membantu memelihara stabilitas masyarakat walaupun mereka mendefinisikannya dalam bentuk yang berbeda.

  2) Care of the young. Anak-anak memerlukan perawatan dan perlindungan setidaknya sampai usia pubertas. Keluarga merupakan institusi utama untuk pengasuhan anak- anaknya. Masyarakat modern telah mengembangkan institusi pendukung untuk membantu dalam merawat anak-anak, seperti pelayanan medis, daycare centers, program pelatihan bagi orang tua dan residential treatment centers. 3) Socialization of new members. Untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, anak-anak harus disosialisasikan pada budaya. Anak-anak harus diperkenalkan pada bahasa, mempelajari nilai-nilai sosial dan adat istiadat, cara berpakaian dan berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Keluarga memainkan peranan utama didalam proses sosialisasi ini. Dalam masyarakat modern, beberapa kelompok lain dan sumber-sumber dilibatkan dalam proses sosialisasi ini, seperti sekolah, mas media, peer groups, polisi, bioskop dan buku serta materi tertulis lainnya yang berpengaruh sangat penting.

  4) Regulation of sexual behavior. Kegagalan dalam mengatur perilaku seksual akan menghasilkan pertentangan di antara individu-individu yang disebabkan oleh kecemburuan dan eksploitasi. Setiap masyarakat memiliki peraturan yang mengatur perilaku seksual didalam unit keluarga, misalnya tabu untuk melakukan incest dan hubungan seksual diluar pernikahan. 5) Source of affection. Kebutuhan akan rasa sayang, dukungan emosional dan penghargaan yang positif dari orang lain, seperti senyuman, penguatan dan dorongan untuk mencapai prestasi. Keluarga merupakan sumber penting untuk mendapatkan rasa sayang dan pengakuan karena anggota keluarga akan saling menghargai satu sama lainnya dan memperoleh kepuasan emosional dan sosial dari hubungan yang terjalin diantara keluarga.

e. Masalah-masalah yang Dialami Keluarga (konflik dalam keluarga).

  Konflik adalah sebuah keadaan atau tindakan bertentangan yang meliputi ide-ide atau minat-minat yang berlainan. Hal ini mengindikasikan bahwa konflik tidak dapat terelakkan dalam setiap kelompok dan dalam beberapa waktu tertentu konflik adalah hal yang positif dan diinginkan. Keluarga terdiri dari individu yang unik dimana masing-masing memiliki opini dan ide yang berbeda. Konflik dapat mencerminkan keterbukaan dalam berbagi ide dan dapat menjadi mekanisme untuk meningkatkan komunikasi, hubungan yang lebih erat, dan bekerja untuk menanggulangi ketidakpuasan. Walaupun masing-masing keluarga memiliki keunikan, namun konflik dan masalah dalam keluarga cenderung diklasifikasikan dalam empat kategori utama, yaitu :

  1) masalah perkawinan diantara suami dan isteri, 2) kesulitan hidup antara orang tua dan anak, 3) masalah personal individu anggota keluarga, dan 4) tekanan keluarga yang disebabkan oleh lingkungan eksternal. ad. 1) Kesulitan dalam Kehidupan Perkawinan

  Kesulitan dalam berkomunikasi merupakan penyebab utama konflik dalam hubungan perkawinan. Sumber utama konflik lainnya adalah ketidaksepahaman apa yang akan dilakukan pada anak, masalah-masalah seksual, konflik akan waktu dan biaya rekreasi, serta perselingkuhan. Studi tentang hal ini memberikan isyarat bagi praktisi dalam melakukan asesmen tentang hubungan pasangan perkawinan dalam keluarga. ad. 2) Kesulitan hubungan diantara orang tua – anak

  Masalah yang muncul dalam hal hubungan diantara orang tua dan anak, termasuk didalamnya kesulitan orang tua dalam mengawasi anak-anaknya, terutama anak yang beranjak remaja adalah masalah komunikasi. ad.3) Masalah Personal Individu Anggota Keluarga

  Seringkali keluarga datang kepada pekerja sosial untuk meminta bantuan dan mengidentifikasi seorang anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah. Prinsip dasar terapi keluarga adalah bahwa keluarga secara keseluruhan memiliki masalah yang dialami keluarga. Seringkali seorang anggota keluarga menjadi kambing hitam bagi kesalahan fungsi sistem keluarga secara keseluruhan. Kambinghitam merupakan seseorang yang dipersalahkan untuk beberapa masalah yang terjadi dalam keluarga. Pekerja sosial bertanggungjawab untuk membantu keluarga menemukan masalah sebagai masalah kelompok ketimbang menyalahkan individu dan tujuan intervensi lebih diarahkan pada menstruktur ulang berbagai hubungan keluarga. ad.4) Tekanan dari lingkungan eksternal

  Masalah keluarga muncul biasanya disebabkan oleh faktor diluar keluarga. Masalah- masalah dalam kategori ini adalah pendapatan yang tidak memadai, pengangguran, rumah tidak layak huni, akses terhadap transportasi dan tempat rekreasi yang tidak memadai dan kesenjangan akan kesempatan kerja. Masalah potensial yang mungkin dialami adalah kesehatan yang buruk, sekolah yang tidak memadai dan memiliki lingkungan ketetanggaan yang membahayakan. Lebih rinci lagi, beberapa masalah yang seringkali dialami oleh individu anggota keluarga maupun keluarga sebagai suatu sistem interaksi, adalah :

  • Perceraian • Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
  • Kehamilan yang tidak dikehendaki
  • Kemiskinan • Penyakit kr>Kematian • Masalah-masalah emosional yang dialami anggota keluarga X • Masalah-masalah perilaku yang dialami anggota keluarga
  • Penelantaran anak
  • Kekerasan terhadap
  • Kekerasan terhadap pasangan
  • Penelantaran orang tua X • Pengangguran pencari nafkah
  • Kesulitan mengelola keuanganX
  • Luka akibat kecelakaan kendaraan X • Ketidakmampuan kognitif anak
  • Keterlibatan anak dalam kenakalan dan tindak kejahatan
  • Anak remaja yang lari dari rumah
  • Disfungsi seksual anggota keluarga

  I. Anak remaja lari dari rumah (v)

  II. Keterlibatan anak dalam kenakalan dan tindak kejahatan ( v)

  III. Masalah-masalah emosional yang dialami anggota keluarga

  IV. Kematian anggota keluarga

  V. Penelantaran orang tua

  VI. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan

  VII. Perceraian

  VIII. Ketidakmampuan kognitif anak

  IX. Kekerasan terhadap anak (v)

  X. Disfungsi seksual anggota keluarga

  XI. Kehamilan yang tidak dikehendaki

  XII. Kemiskinan

  XIII. Kekerasan terhadap pasangan

  XIV. Penelantaran anak (v) 4. Bidang Cakupan Casework.

  Sosial casework bertujuan untuk membantu individu-individu berdasarkan pada orang per orang guna memenuhi kebutuhan dan memecahkan permasalahan yang mereka alami.

  Pelayanan sosial casework dilakukan melalui lembaga-lembaga pelayanan kesejahteraan sosial, yaitu lembaga yang memberikan pelayanan secara langsung kepada individu dan keluarga. Pelayanan casework juga dapat dilakukan secara privat oleh pekerja sosial. Aktivitas pelayanan sosial casework cukup luas dan bervariasi, seperti :

  a. Memberikan konseling kepada individu remaja yang tidak betah tinggal di rumah,

  b. Membantu orang yang tidak mempunyai pekerjaan dengan cara memberikan berbagai pelatihan keterampilan, dan kemudian membantu menyalurkannya ke lapangan pekerjaan.

  c. Memberikan konseling kepada orang yang stress dan berniat bunuh diri

  d. Membantu menempatkan bayi-bayi yang akan diadopsi dan memilih orang tua asuh yang tepat e. Memberikan perlindungan kepada anak-anak terlantar f. Mencarikan pengasuh/perawat yang baik untuk melayani orang-orang yang menderita sakit g. Memberikan konseling kepada individu dalam keluarga yang mengalami disfungsi seksual

h. Membantu para pecandu alkohol dalam mengatasi masalahnya

i. Memberikan konseling kepada orang yang menderita sakit parah

  j. Memberikan pelayanan terhadap orang tua yang sendirian (single parent) k. Memberikan bantuan pelayanan terhadap keluarga-keluarga yang mengalami masalah.

5. Peranan Caseworker.

  Peran caseworker dalam memberikan pelayanan kepada individu dan keluarga kadang-kadang berbeda. Pada suatu saat mereka berperan sebagai broker (perantara), yaitu caseworker dapat mengkaitkan seseorang (klien) dengan lembaga-lembaga kesejahteraan sosial, sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Pada kesempatan lain seorang caseworker dapat menampilkan peranan sebagai public education (pendidik masyarakat), yakni caseworker berusaha memberikan informasi-informasi kepada individu, keluarga dan kelompok-kelompok masyarakat tentang permasalahan yang sedang terjadi dewasa ini, dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mengatasinya, serta dimana mereka dapat memperoleh pelayanan-pelayanan tersebut. Peranan lain seorang caseworker yaitu sebagai advocate (pembela) bagi klien untuk memberikan pembelaan dan perlindungan, agar klien mendapatkan pelayanan yang mereka butuhkan dengan adil, terutama pada saat pelayanan yang ada kurang siap atau tidak bisa dimanfaatkan. Peranan yang lain adalah sebagai outreach (pemberi kemungkinan/jalan keluar) dan sebagai teacher (guru) di dalam memberikan keterampilan-keterampilan dan informasi-informasi baru. Disamping itu, seorang caseworker dapat berperan sebagai

  behavioral specialist dan sebagai counsultan. Masih banyak lagi peran yang dapat

  ditampilkan oleh seorang caseworker sesuai dengan perkembangan masyarakat, namun pada dasarnya keterampilan dan peranan seorang caseworker yang utama adalah memberikan konseling, karena konseling merupakan inti dari praktek pekerjaan sosial dengan individu dan keluarga.

E. BEBERAPA MODEL DALAM PEKERJAAN SOSIAL DENGAN INDIVIDU DAN KELUARGA

  Menurut Skidmore at al. (1991), dalam bekerja dengan individu dan keluarga menggunakan beberapa model, yaitu : psychososial, functional, problem-solving, behavior

  modification, family group treatment, crisis-oriented brief treatment, adult sosialization dan task-oriented casework. Pekerja sosial dalam melakukan prakteknya didasarkan pada teori

  tentang model, cara yang mengkombinasikan prinsip-prinsip dari beberapa teori dan gaya masing-masing. Teori-teori dan model-model baru dalam praktek berkembang dalam merespon pengalaman dari para praktisi pada berbagai situasi.

1. Psychososial Model

  Merupakan model yang pertama dikembangkan dan diterapkan pada praktek sosial casework. Konsep model psikososial didasarkan pada kerja awal yang dilakukan oleh Gordon Hamilton yang dikenal dengan pendekatan organismik. Penyebab dan dampak relasi diidentifikasi diantara individu dan lingkungannya. Psikologi ego dan ilmu perilaku merupakan dasar penting bagi praktek. Model ini didasarkan pada teori Freud dan diadaptasi untuk digunakan dalam praktek.

2. Functional Model Model ini dikembangkan pada tahun 1930 di Sekolah Pekerjaan Sosial Pennsylvania.

  Penekanannya pada relasi, dinamika penggunaan waktu, dan penggunaan fungsi lembaga. Hal yang menjadi perhatian model ini adalah bagaimana konsep individualitas dan keunikannya diletakkan pada berbagai klasifikasi.