MODUL PERKULIAHAN Fakultas Program Studi (2)

MODUL PERKULIAHAN

Metode
Penelitian
Kualitatif
Metode Penelitian Ilmiah

Fakultas

Program Studi

Tatap Muka

Ilmu Komunikasi

Public Relations

02

Kode MK


Disusun Oleh
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Abstract

Kompetensi

Modul membahas proses penelitian
ilmiah yang meliputi pembahasan
mengenai metode penelitian ilmiah,
jenis-jenis dan unsur-unsur penelitian.

Mahasiswa mampu menjelaskan
pengertian metode penelitian ilmiah,
jenis-jenis dan unsur-unsur penelitian.

Metode Penelitian Ilmiah
Pendahuluan
Melakukan penelitian ilmiah, oleh karena itu, membutuhkan dua set keterampilan teoritis dan metodologis - dibutuhkan untuk beroperasi di tingkat teoritis dan empiris masingmasing. Keterampilan metodologis ("tahu-bagaimana") relatif standar dan invarian di seluruh
disiplin ilmu. Namun, keterampilan teoritis ("tahu-apa") jauh lebih sulit untuk menguasai,

membutuhkan tahun observasi dan refleksi, dan keterampilan yang tidak bisa "diajarkan"
melainkan belajar dari pengalaman. Semua ilmuwan terbesar dalam sejarah umat manusia,
seperti Galileo, Newton, Einstein, Niels Bohr, Adam Smith, Charles Darwin, dan Herbert
Simon, adalah ahli-ahli teori yang utama utama, dan mereka dikenang karena teori mereka
mendalilkan dan mengubah jalannya ilmu pengetahuan. Keterampilan metodologis yang
diperlukan untuk menjadi seorang peneliti biasa, tapi keterampilan teoritis yang dibutuhkan
untuk menjadi seorang peneliti yang luar biasa (Bhattacherjee, 2012: 4).
Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah mengacu pada satu set standar teknik untuk membangun
pengetahuan ilmiah, seperti bagaimana untuk membuat pengamatan yang valid, bagaimana
menginterpretasikan hasil, dan bagaimana untuk menggeneralisasi hasil tersebut. Metode
ilmiah memungkinkan peneliti untuk secara independen dan imparsial menguji teori yang
sudah ada sebelumnya dan temuan sebelumnya, dan menempatkan mereka ke dalam
perdebatan terbuka, modifikasi, atau perangkat tambahannya. Metode ilmiah harus
memenuhi empat karakteristik:
1. Replicability (Peniruan): Orang lain harus mampu secara mandiri meniru atau
mengulangi sebuah studi ilmiah dan memperoleh hasil yang mirip, atau setidaknya
identik.
2. Precision (Presisi atau Ketepatan): Konsep teoretis, yang sering sulit untuk diukur,
harus didefinisikan dengan presisi seperti bahwa orang lain dapat menggunakan

definisi untuk mengukur konsep-konsep dan menguji teori.
3. Falsifiability (Kepalsuan): Sebuah teori harus dinyatakan bahwa ia bisa tidak dapat
dibuktikan. Teori yang tidak dapat diuji atau dipalsukan bukanlah teori-teori ilmiah
dan pengetahuan tersebut gukanlah pengetahuan ilmiah. Sebuah teori yang
ditentukan dalam istilah yang tidak tepat atau konsep yang secara akurat terukur
namun tidak dapat diuji adalah tidak ilmiah. Ide Sigmund Freud pada psikoanalisis
termasuk dalam kategori ini dan karena itu tidak dianggap sebagai "teori", meskipun

‘1
3

2

Metode Penelitian Kualitatif
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

psikoanalisis mungkin memiliki utilitas praktis dalam mengobati beberapa jenis

penyakit.
4. Parsimony (Kesederhanaan/Parsimoni): Ketika ada beberapa penjelasan dari
sebuah fenomena, ilmuwan harus selalu menerima penjelasan yang paling
ekonomis, sederhana atau logis. Konsep ini disebut kesederhanaan atau "Occam’s
Razor". Setiap ilmu pengetahuan harus dapat mengambarkan maupun menjelaskan
gejala yang kompleks dalam bentuk yang sederhana-yang mudah dipahami.
Sederhana disini bukan berarti kesederhanaan dalam kerangka pemikiran, justru
semakin sistematis dan mudah dipahami gejala yang kompleks-pemikiran yang luas
tentu lebih baik. Parsimoni mencegah ilmuwan dari mengejar teori yang terlalu rumit
atau aneh dengan jumlah banyak konsep dan hubungan yang dapat menjelaskan
sedikit dari segala sesuatu tapi tidak pada hal yang khusus.
Metode Penelitian Ilmiah merupakan berbagai prosedur yang menunjukan pola-pola dan
langkah-langkah dalam pelaksanaan suatu penelitian ilmiah. Metode penelitian ilmiah
didukung oleh beberapa teknik penelitian (suatu cara operasional dan teknis yang lebih
terinci dalam melakukan penelitian) misalnya teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan
data, penyusunan skala, tabulasi data, teknik analisa dan sebagainya.
Metode ilmiah, sebagaimana diterapkan pada ilmu-ilmu sosial, mencakup berbagai
pendekatan penelitian, peralatan, dan teknik, seperti data kualitatif dan kuantitatif, analisis
statistik, eksperimen, survei lapangan, studi kasus, dan sebagainya.
Jenis-Jenis Penelitian Ilmiah

Berdasarkan

pada tujuanya, penelitian ilmiah dapat dikelompokkan menjadi tiga

jenis: eksploratif, deskriptif, dan eksplanatif.
1. Penelitian Eksploratif
Penelitian ini bertujuan untuk menggali data, tanpa mengoperasionalisasi konsep atau
menguji konsep pada realitas yang diteliti. Penelitian ini paling sederhana dan mendasar
(biasanya kualitatif). Jenis penelitian eksplorasi dikenal juga dengan nama grounded
reserach. Menurut Bungin (2001: 29) penelitian ini bertolakbelakang dari penelitian lainnya.
Jika penelitian lainnya pada umumnya diawali oleh desain penelitian, namun grounded
research tidak. Peneliti langsung terjun ke lapangan, semuanya dilaksanakan di lapangan.
Rumusan masalah ditemukan di lapangan, data merupakan sumber teori,teori berdasarkan
data sehingga teori juga lahir dan berkembang di lapangan. Bahkan peneliti tidak
mempunyai konsep awal. Penelitian eksploratif dituntut untuk kreatif, berpikiran terbuka, dan
fleksibel, serta mampu mengembangkan bakat investigatif dan mampu mengeksplorasi
‘1
3

3


Metode Penelitian Kualitatif
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

berbagai sumber informasi. Penelitian eksploratif juga umumnya menggunakan data
kualitatif sehingga penggunaan teknik pengumpulan data serta metodologinya umumnya
juga terkait dengan penelitian yang sifatnya kualitatif. Di mana penelitian kualitatif juga dilihat
sebagai penelitian yang lebih terbuka kemungkinan terhadap berbagai temuan baru ketika
dilakukan penelitian eksploratif di lapangan (Neuman, 2000: 21).
Penelitian eksploratif sering dilakukan di daerah-daerah penyelidikan yang, di mana
tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk memperluas cakupan atau meluaskan suatu
fenomena masalah, atau perilaku tertentui, (2) untuk menghasilkan beberapa ide awal (atau
"dugaan ") tentang fenomena itu, atau (3) untuk menguji kelayakan melakukan studi lebih
luas mengenai fenomena itu.
Misalnya, jika warga negara pada umumnya tidak puas dengan kebijakan
pemerintah berkaitan dengan resesi ekonomi, penelitian eksplorasi mungkin diarahkan
untuk mengukur tingkat ketidakpuasan warga, memahami bagaimana ketidakpuasan

tersebut diwujudkan, seperti frekuensi protes publik, dan dugaan penyebab ketidakpuasan
tersebut, seperti kebijakan pemerintah tidak efektif dalam menangani inflasi, suku bunga,
pengangguran, atau pajak yang lebih tinggi. Penelitian tersebut dapat mencakup
pemeriksaan angka yang dilaporkan publik, seperti perkiraan indikator ekonomi, seperti
produk domestik bruto (PDB), pengangguran, dan indeks harga konsumen, seperti yang
diarsipkan oleh sumber-sumber pihak ketiga, diperoleh melalui wawancara ahli, ekonom
terkemuka, atau pejabat-pejabat penting pemerintah, dan / atau berasal dari mempelajari
contoh-contoh historis yang berkaitan dengan masalah yang sama. Penelitian ini mungkin
tidak akan membawa pemahaman yang sangat akurat dari masalah yang ditargetkan,
namun mungkin bermanfaat dalam melingkupi sifat dan luasnya masalah dan berfungsi
sebagai prekursor berguna untuk penelitian yang lebih mendalam.
Ciri-ciri penelitian eksploratif :
Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan permasalahan yang jarang atau belum



pernah diteliti.
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi atau keadaan mengenai




suatu objek.


Penelitian dilakukan dimulai dengan informasi yang minim.



Pertanyaan penelitian dimulai dengan kata ‘apa’.

2. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif diarahkan untuk membuat pengamatan yang cermat dan dokumentasi
rinci dari fenomena yang menarik. Pengamatan ini harus didasarkan pada metode ilmiah
(yaitu, harus dapat direplikasi, tepat, dll), dan karena itu, lebih dapat diandalkan daripada
pengamatan kasual oleh orang-orang tidak terlatih. Merupakan metode penelitian yang
‘1
3

4


Metode Penelitian Kualitatif
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

berusaha menggambarkan kondisi objek penelitian sesuai dengan keadaan yang ditemukan
atau diamati di lapangan. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat dan hanya
membuat kategori perilaku, mengamati gejala alamiah dan mencatatnya. Merupakan tipe
penelitian yang memberikan sebuah penjelasan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
kondisi subyek ataupun obyek penelitian dengan menjelaskan kedudukan serta hubungan antara
variabel-variabel berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan
akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Peneliti sudah
mempunyai konsep (biasanya satu konsep) dan kerangka konseptual. Melalui kerangka
konseptual (landasan teori), peneliti melakukan operasionalisasi konsep yang akan
menghasilkan variabel beserta indikatornya. Penelitian ini menggambarkan realitas yang
sedang diteliti tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel. Contohnya pada penelitian “Opini
Penonton Liputan 6 SCTV” (dalam Yearry Panji, 2011). Penelitian deskriptif menyajikan
sebuah gambaran spesifik yang detil tentang suatu situasi atau kondisi, lengkap dengan

seting sosial dan berbagai relasi di dalamnya. Penelitian deskriptif juga termasuk penelitian
yang paling sering digunakan oleh ilmuwan sosial. Penelitian deskriptif dan eksloratif
memiliki banyak persamaan, bahkan kadang penggunaannya sering tercampur. Bedanya,
penelitian deskriptif umumnya berangkat dari sebuah penelitian yang telah tersusun atau
terencana dengan baik sehingga harapannya dapat menemukan deskripsi yang baik dan
tepat dari apa yang ingin dicarinya. Hasil dari penelitian deskriptif adalah gambaran yang
detil dari suatu fenomena yang diteliti. Contohnya, temuan penelitian deskriptif yang mampu
menggambarkan jumlah persentase tertentu, misalkan bahwa 10 persen orangtua terlibat
dalam kekerasan fisik atau seksual terhadap anak-anak mereka (Neuman, 2000: 22).
Penelitian deskriptif memfokuskan diri kepada pertanyaan “bagaimana” dan “siapa”
(bagaimana fenomena ini dapat terjadi? Siapa saja yang terlibat dalam fenomena ini?).
Upaya untuk mendapatkan penjelasan mengapa suatu fenomena dapat terjadi atau untuk
mengeksplorasinya tidak terlalu menjadi minat penelitian deskriptif, selain bahwa tujuannya
untuk mendapatkan deskripsi tadi. Penelitian deskriptif juga umumnya menggunakan hampir
semua teknik pengumpulan data: survei, studi lapangan, observasi, analisis isi, dan
semacamnya, mungkin hanya eksperimen saja yang dirasa kurang tepat untuk penlitian
deskriptif ini (Neuman, 2000: 22).
Penelitian deskriptif dilakukan dimana telah terdapat informasi mengenai suatu
permasalahan atau suatu keadaan akan tetapi informasi tersebut belum cukup terperinci,
maka peneliti melakukan penggambaran atau deskripsi secara terperinci. Biasanya kata

tanya yang dipakai ialah “bagaimana”.
3. Penelitian Eksplanatif
‘1
3

5

Metode Penelitian Kualitatif
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Penelitian eksplanatori mencari penjelasan fenomena yang diamati, masalah, atau
perilaku. Sementara penelitian deskriptif meneliti apa, di mana, dan kapan suatu fenomena,
penelitian explanatory mencari jawaban mengapa dan bagaimana jenis pertanyaan. Ia
mencoba untuk "menghubungkan titik-titik" dalam penelitian, dengan mengidentifikasi faktorfaktor penyebab dan hasil dari fenomena sasaran. Contohnya termasuk memahami alasan
di balik kejahatan remaja atau kekerasan geng, dengan tujuan pemberian resep strategi
untuk mengatasi penyakit sosial tersebut. Mencari penjelasan untuk peristiwa yang diamati
memerlukan keterampilan teoritis dan interpretasi yang kuat, bersama dengan intuisi,
wawasan, dan pengalaman pribadi. Mereka yang dapat melakukannya dengan baik juga
merupakan ilmuwan yang paling berharga dalam disiplin ilmu mereka.
Merupakan tipe penelitian yang memberikan sebuah penjelasan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan kondisi subyek ataupun obyek penelitian dengan
menjelaskan kedudukan serta hubungan antara variabel-variabel berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya.
Jika sebagai peneliti kita sudah menemukan sebuah persoalan atau fenomena dan
telah memiliki deskripsi tentang masalah/fenomena tersebut, biasanya kita beralih kepada
pertanyaan “mengapa hal tersebut bisa terjadi?”. Hasrat untuk bertanya “mengapa” tadi, dan
untuk mendapatkan penjelasan tentangnya, adalah tujuan dari penelitian eksplanatif.
Penelitian eksplanatif dibangun berdasarkan penelitian eksloratif dan penelitian deskriptif
dan kemudian beranjak kepada pertanyaan mengapa/ada alasan apa di balik peristiwa atau
fenomena yang diteliti tersebut. Penelitian ekslanatif berupaya menjelaskan faktor sebabakibat dari suatupermasalahan atau fenomena. Jika penelitian deskripfif hanya menjabarkan
bahwa ada 10 persen orangtua yang melakukan kekerasan terhadap anak-anaknya, maka
penelitian eksplanatif mencoba mencari tahu mengapa orangtua melakukan kekerasan
terhadap anak-anak mereka (Neuman, 2000: 22—23). Peneliti menghubungkan atau
mencari sebab akibat antara dua atau lebih konsep (variabel) yang akan diteliti. Peneliti
membutuhkan definisi konsep, kerangka konseptual dan kerangka teori. Peneliti perlu
melakukan kegiatan berteori untuk menghasilkan dugaan awal (hipotesis) antara variabel
satu dengan lainnya. Variabel adalah konsep yang dapat diukur. Kegiatan berteori
ini ada dalam kerangka teori. Sering disebut pula sebagai jenis penelitian korelasional dan
komparatif. Contohnya: penelitian tentang “pengaruh gaya komunikasi pemimpin dengan
budaya komunikasi organisasi di PT. ABCD”.
Penelitian ini berkaitan dengan upaya untuk menganalisis hubungan di antara faktorfaktor (variabel) yang hendak dipelajarinya. Biasanya menggunakan kata tanya “apakah ada
hubungan”, “sejauhmana”, “bagaimana”, “mengapa”.

‘1
3

6

Metode Penelitian Kualitatif
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Unsur-Unsur Penelitian Ilmiah
Prosedur atau proses penelitian secara lebih operasional melibatkan unsur-unsur
penelitianya. Unsur-unsur penelitian setidaknya terdiri dari :
1. Obyek penelitian yang didalamnya terdapat permasalahan;
2. Minat peneliti dan gagasan sebagai hasil pemikiran;
3. Teori-teori;
4. Konsep-konsep pembentuk teori dan hubungan antar konsep yang diproposisikan
teori;
5. Konstruk; konsep yang telah dibatasi pengertiannya;
6. Variabel; hasil operasionalisasi konsep sebagai unsur hipotesis;
7. Hipotesis penelitian; jawaban sementara atas perumusan masalah yang merupakan
hubungan teoritik antara dua atau lebih variabel penelitian;
8. Teknik penelitian;
9. Instrumen penelitian;
10. Populasi, sampel, teknik penatikan sampel, alokasi sampel;
11. Jadwal dan penelitian tempat (dapat pula organisasi peneliti dan alokasi anggaran);
12. Data;
13. Tekhnik analisis data;
14. Kriteria/ukuran (teoritik) sebagai pembanding dan penilaian;
15. Uji hipotesis (jika ada hipotesis);
16. Temuan penelitian;
17. Teknik penulisan dan penyusunan usulan penelitian;
18. Tekhnik penulisan dan penyusunan laporan penelitian;
Sistematika dan tekhnik penulisan yang didalamnya ada unsur-unsur penelitian
dapat mengikuti format yang ada, misalnya format penelitian yang tersusun dalam buku
panduan penyusunan “outline dan Skripsi” Fikom UMB, kalau lomba penulisan karya ilmiah
Diknas mengikuti format yang disediakan, kalau proyek riset lazimnya juga ada panduan
penyusunan hasil riset, kecuali tidak ada panduan, maka harus bisa menyusun
sistematika/format tersebut.
Topik dan Judul Penelitian
Topik untuk penulisan skripsi sangat dipengaruhi oleh minat mahasiswa. Minat tentu
saja berkaitan dengan latar belakang pekerjaan maupun latar belakang pendidikan yang
sedang ditempuh. Dalam riset Public Relations ini, mahasiswa haruslah melihat bahwa
konteks topik tidak boleh keluar dari kerangka ilmu komunikasi dan peminatannya.
‘1
3

7

Metode Penelitian Kualitatif
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Untuk memudahkan dalam memilih topik, mahasiswa diminta kembali melihat
kepada komponen komunikasi yang sudah dipelajari di mata kuliah dasar dahulu, dimana
komponen komunikasi meliputi:
a. level komunikator, analisis sumber.
b. level pesan / isi pesan, meliputi isi pesan yang disampaikan oleh komunikator (pesan
– pesan media) baik yang dilakukan secara kuantitatif (analisis isi), maupun kualitatif
(analisis framing, analisis wacana, analisis gender dsb).
c. level media, meliputi strategi redaksi/program/produksi, manajemen media.
d. level komunikan, meliputi analisa khalayak yang meliputi respon, opini, persepsi dsb.
e. level dampak, meliputi efek atau dampak dari isi pesan media ataupun strategi
pemberitaan/tayangan/program yang berupa tingkat pemahaman, persepsi ataupun
perubahan perilaku, diterima dan munculnya opini positif terhadap isi pesan dan /
atau media.

Pada intinya proses pertama dalam penulisan penelitian ini, perlu dicermati beberapa
hal yang meliputi:
a. Bahwa topik penelitian harus penting (significance of topic)
b. Bahwa topik penelitian harus menarik perhatian peneliti (interesting topic)
c. Bahwa topik penelitian harus didukung oleh data atau dengan kata lain untuk topik
tersebut tersedia datanya (obtainable data)
d. Bahwa topik penelitian harus dapat dilaksanakan dalam arti sebatas kemampuan
penelitian (manageable topic)
Selain itu sebelum melakukan proses penelitian, harus diketahui dulu unsur-unsur
yang akan dicerminkan dalam rumusan penelitiannya yaitu:
a. Problematika penelitian yang akan dicari jawabannya
b. Populasi atau subjek penelitian dimana dapat diperoleh data yang dimaksud
c. Wilayah penelitian tempat subjek penelitian berada
d. Waktu penelitian dilangsungkan
Menentukan Topik Yang Relevan
Sekali ide dasar riset telah dipilih atau ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
memastikan bahwa tapoik tersebut layak untuk diteliti. Tahap ini dapat diselesaikan dengan
menjawab delapan pertanyaan mendasar.
Pertanyaan 1 : Apakah Topik Tersebut Terlalu Luas?
‘1
3

8

Metode Penelitian Kualitatif
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Kebanyakan riset menkonsentrasikan pada satu bidang kajian yang sempit; tidak banayk
riset yang dilakukan untuk menganalisis semua bidang studi/kajian. Ada satu tendensi,
mengapa seorang peneliti harus melakukan penelitian dengan tepa yang luas – sebagai
contoh “efek televisi pada anak-anak,” atau “ efek informasi dari media masa terhadap
pemilih dalam Pemilu.”
Untuk menghindari masalah ini, peneliti biasanya menguraikan masalah-masalah yang akan
diteliti dengan tujuan untuk memilah dan memilih topic menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
sempit.
Pertanyaan 2 : Apakah masalah Tersebut Benar-Benar Dapat Diinvestigasi?
Masih ada hubungannya dengan keluasan topic, sebuah topic boleh jadi tidak dapat
diinvestigasi secara sederhana karena pertanyaan yang diajukan tidak memiliki jawaban,
atau tidak dapat dijawab dengan menggunakan fasilitas dan informasi yang tersedia.
Sebagai contoh, bagi peneliti yang ingin mengetahui Bagaimana orang-orang yang tidak
memiliki televise bereaksi terhadap situasi komunikasi antar pribadi sehari-hari harus
mempertimbangkan masalah dalam menemukan subyek yang benar-benar tidak memiliki
pesawat televisi di rumahnya.
Pertanyaan 3 : Apakah Data Rentan ?/ Mudah Untuk Dianalisis?
Sebuah topik tidak dapat memberikan dengan sendirinya apa yang diinginkan, jika data
yang didapat tidak dapat diukuk tingkat keterpercayaan (realibility) dan kesahihannya
(validity). Dengan kata lain, seorang peneliti yang akan mengukur efek tidak menonton
televisi harus mempertimbangkan apakah informasi tentang perilaku subyek akan memadai
dan dapat dipercaya, apakah si subyek akan mejawab dengan jujur.
Pertanyaan 4 : Apakah Masalah Tersebut Signifikan/Bermanfaat?
Sebelum riset dilaksanakan, peneliti harus menentukan, apakah topic tersebut telah layak,
artinya apakah hasil penelitian tersebut memiliki nilai baik secara praktis maupun teoritis.
Pertanyaan 5 : Apakah Hasil Penelitian Dapat Digeneralisasikan?
Untuk memastikan bahwa riset yang dilakukan mempunyai nilai secara praktis – significan
dengan analisis yang telah dilakukan – ia harus memiliki validitas eksternal; artinya, ia harus
dapat digeneralisasikan dari satu situasi ke situasi yang lain. Sebagai contoh, penelitian
mengenai efek dari kampanye PR di salah satu kota kecil, boleh jadi sesuai apabila
diaplikasikan untuk kota kecil lainnya; atau meskipun kajian yang dilakukan memanglah
tidak untuk digeneralisasikan, tetapi setidaknya riset tersebut memiliki eksternal validitas.
Pertanyaa 6 : Berapa Besar Biaya dan Waktu Yang Diperlukan?
‘1
3

9

Metode Penelitian Kualitatif
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Kedua hal tersebut kebanyakan menentukan apakah suatu riset mungkin dilakukan.
Meskipun ide atau gagasan penelitian sangat cemerlang, namun jika biaya dan waktu yang
diperlukan tidak memungkinkan, maka penelitian tersebut juga tidak memungkinkan
dilakukan.
Pertanyaan 7 : Apakah Pendekatan Yang Direncanakan Sesuai Dengan Penelitian Yang
akan Dilakukan?
Meskipun ide riset sangat cemerlang, namun perencanaan metode yang buruk dapat
menjadi halangan. Misalnya, seorang peneliti akan mengukur perubahan atas penonton
bioskop yang saat ini telah dipengaruhi oleh tayangan televisi di suatu kota dengan
menyebarkan kuesioner ke sejumlah besar orang dengan menggunakan kuesioner yang
dikirim melalui pos. Tentunya biaya pencetakan kuesioner dan pengiriman akan besar,
belum lagi jika kita harus mem-follow up hasil kuesioner tersebut.
Pertanyaan 8 : Adakah Potensi Yang Membahayakan Pada Subyek Penelitian
Peneliti haruslah secara hati-hati menganalisa apakah penelitian yang dilakukan dapat
“mengancam” subyek baik dari segi fisik maupun psikologis. Misalnya, apakah responden
akan merasa ketakukan setelah menjawab pertanyaan? Apakah mereka harus menjawab
pertanyaan yang dapat membuat mereka malu? Adfakah efek lanjutan dari hasil riset yang
dilakukan? Pastikan hal-hal tersebut diantisipasi dan dipertimbangkan sebelum menentukan
satu topik penelitian.

Daftar Pustaka
Bhattacherjee, Anol (2012). Social Science Research: Principles, Methods, and Practices,
2nd edition. University of South Florida, USA.
Bungin, Burhan, (2006). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
‘1
3

10

Metode Penelitian Kualitatif
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Mulyana, Dedy (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat ,Jalaludin (1999). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

‘1
3

11

Metode Penelitian Kualitatif
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id