HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA PEMERINTAH DE

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA PEMERINTAH DESA
DENGAN BPD DALAM PELAKSANAAN
PEMERINTAHAN DESA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 32 TAHUN 2004
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
Sucianah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsional antara
Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa dan bagaimana pengaruh
pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa dalam pelaksanaan
Pemerintahan Desa berdasarkan Undang-undang Nomor
32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.Jenis penelitian ini ialah normatif dengan
menggunakan pendekatan Perundang-undangan dan pendekatan konseptual yang
bersumber pada bahan-bahan hukum.
Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa adalah sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintah desa yang mempunyai hubungan fungsional dan
bersifat kemitraan atas proses pelaksanaan pemerintahan desa. Badan
Permusyawaratan Desa merupakan unsur perwakilan masyarakat di desa yang
menampung dan menyalurkan aspirasi yang ada, sedangkan pemerintah desa adalah
unsur pelaksana atas urusan pemerintahan berdasarkan wewenang yang berpedoman

pada Perdes dan APBdes yang telah ditetapakn secara bersama-sama.
Kata Kunci : Hubungan Fungsional, Pemerintah desa, BPD, UUD 32 Th.2014

Pendahuluan
Dalam sistem pemerintahan Indonesia juga dikenal pemerintahan desa
dimana dalam perkembangannya desa kemudian tetap dikenal dalam tata
pemerintahan di Indonesia sebagai tingkat pemerintahan yang paling rendah dan
merupakan ujung tombak pemerintahan dan diatur dalam peraturan Perundangundangan.
Pemerintah Desa memiliki peran yang sangat signifikan dalam pengelolaan proses
sosial di dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban Pemerintah Desa
adalah “bagaimana menciptakan kehidupan demokratis, dan memberikan pelayanan
sosial yang baik, sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera,
tentram, aman dan berkeadilan”.

1

Dengan berlakunya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
daerah yang di dalamnya mengatur tentang pemerintahan Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa serta dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 72
Tahun 2005 tentang Desa maka Peraturan Daerah yang mengatur tentang pedoman

pembentukan Badan Permusyawaratan Desa disesuaikan pula dengan Peraturan
Pemerintah. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan pada Pasal 200, Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004, yang menjelaskan bahwa : “Dalam pemerintahan daerah
Kabupaten/Kota dibentuk pemerintahan Desa yang terdiri dari Pemerintahan Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa”.
Sebagai unit lembaga pemerintahan yang paling berdekatan dengan
masyarakat, maka Pemerintah Desa sangat diharapakan untuk menjalankan roda
Pemerintahan Desa dengan sungguh-sungguh dan tentunya dapat diciptakannya
kehidupan demokrasi dan memberikan pelayanan sosial secara
masyarakat

serta

yang

terpenting

juga

maksimal


bagi

dapat membawa masyarakat untuk

memperoleh hidup sejahtera, adil, tentram, aman dan damai.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan :
Bagaimana hubungan fungsional antara pemerintah desa dengan BPD dalam
pelaksanaan pemerintahan desa ?; 2) Bagaimana pengaruh pelaksanaan tugas
dan fungsi BPD sebagai mitra kerja Pemerintah Desa terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Desa ?.
Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1) Untuk mengetahui hubungan
fungsional antara Pemerintah Desa dengan BPD; 2) Untuk mengetahui pengaruh
pelaksanaan

tugas

dan

fungsi


BPD

sebagai

mitra

kerja Pemerintah Desa

terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Manfaat yang diperolah dari penelitian ini antara lain: 1) Segi Akademis
Untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat Strata Satu (S1) Program Studi
Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Terbuka, hasil penelitian ini juga
diharapkan mampu untuk menambah refrensi Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas
Terbuka dan juga menambah refrensi bagi para pihak yang membutuhkan serta
berminat untuk mengembangkannya dalam taraf lebih lanjut; 2) Segi teoritis, Untuk
mengetahui dan memperdalam pengetahuan tentang hubungan fungsional antara
pemerintah desa dengan Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) berdasarkan Undang-

2


Undang Nomor 32 Tahun 2004; 3) Segi praktis, Diharapakan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak lain serta dapat dijadikan sumber
acuan dan pedoman bagi para pihak pemegang dan pelaksana dari Pemerintahan
Desa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif dengan menggunakan
pendekatan Perundang-undangan dan pendekatan konseptual dengan metode
yuridis.Sumber bahan hukum dalam penelitian ini bersumber dari bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan
bahan hukum dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode penelitian

pustaka, dengan studi dokumenter yakni dengan menelaah literatur

seperti

buku-

buku dan karya ilmiah lainnya serta Peraturan Perundang-undangan.

Kerangka Dasar Teori
A.

Hubungan fungsional antara pemerintah desa dengan BPD dalam
pelaksanaan pemerintahan desa.

1. Pemerintahan Desa
Dengan pengesahan Undang-Undang yang baru tentang pemerintahan daerah
dari Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang No. 32
Tahun

2004

ini

merukpakan

perubahan

yang terjadi dalam substansi


pelaksanaan pemerintahan, termasuk pemerintahan desa.
Terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan desa, penyelenggaraan
pemerintahan desa merupakan “subsistem dari sistem penyelenggaraan
pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya”.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, pasal 1
angka 6 menyebutkan bahwa:
“Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
3

adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Selanjutnya dalam angka 7 Dijelaskan
pula bahwa yang dimaksud dengan “Pemerintah Desa atau yang disebut dengan
nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa. Sedangkan
Permusyawaratan


Desa

atau

yang

dalam angka 8 Badan

disebut

dengan

nama

lain,

selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan
demokrasi

dalam


penyelenggaraan

pemerintahan

desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa”..
Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pemerintahan desa ada dua institusi
yang mengendalikannya, yaitu Pemerintah Desa, dan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD).Pemerintah desa yang dimaksud disini Kepala Desa. Ini sebagai lembaga
eksekutif pemerintah desa yang berfungsi sebagai kepala pemerintah di desa,
kemudian dalam menjalankan tugasnya, Kepala desa di bantu oleh perangkat desa.
Perangkat desa bertugas membantu kinerja kepala desa dalam melaksanakan
tugas-tugas dan fungsi-fungsi pemerintah desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris
desa dan perangkat desa lainnya, sedangkan sebagai lembaga legislatif, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa serta menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
2. Kepala Desa
“Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa. Seorang kepala desa

haruslah seorang warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat, yang
selanjutnya akan ditentukan dalam perda tentang tata cara pemilihan kepala desa.
Dalam pemilihan kepala desa, calon yang memiliki suara terbanyak, ditetapkan
sebagai kepala desa terpilih.Untuk desa-desa yang memiliki hak tradisional yang
masih hidup dan diakui keberadaannya, pemilihan kepala desanya dilakukan
berdasarkan ketentuan hukum adat setempat, yang ditetapkan dalam perda dengan
berpedoman pada peraturan pemerintah”.

4

Masa jabatan kepala desa adalah enam tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk
satu kali masa jabatan berikutnya. Masa jabatan kepala desa, bagi desa yang
merupakan masayarakat hukum adat, yang keberadaannya masih hidup dan diakui,
dapat di kecualikan dan hal ini diatur dengan perda”.
Lebih lanjut HAW. Widjaja mengungkapkan bahwa :
“Kepala desa pada dasarnya bertanggungjawab kepada rakyat desa yang dalam tata
cara dan prosedurnya pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati atau
Walikota melalui camat. Kepala Badan Permusyawaratan Desa, kepala desa wajib
memberikan keterangan laporan pertanggungjawabannya


kepada rakyat,

menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabannya, namun harus tetap
memberi peluang kepada masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa untuk
menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang
bertalian dengan pertanggungjawaban yang dimaksud ”.
Berdasarkan Peraturan-Pemerintah No. 72 Tahun 2005, dapat kita ketahui,
tugas, wewenang dan kewajiban dari Kepala Desa adalah sebagai berikut :
Dalam melaksanakan tugas, Kepala Desa mempunyai Wewenang :
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama BPD
b. Mengajukan rancangan Peraturan Desa.
c. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD
d. Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Desa mengenai APB Desa
e.
f.
g.
h.

untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD
Membina kehidupan masyarakat desa
Membina perekonomian desa
Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;
Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapatmenunjuk kuasa
hokum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang- undangan;

i.

dan
Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perudang- undangan

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud, Kepala Desa
mempunyai Kewajiban:

5

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 serta mempertahankan dan
b.
c.
d.
e.

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
Memelihara ketentraman dan keterlibatan masyarakat;
Melaksanakan kehidupan demokrasi;
Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari

f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

korupsi, kolusi dan nepotisme;
Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;
Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;
Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik
Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa;
Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;
Mendamaikan perselisihamn masyarakat di desa
Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;
Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat

istiadat;
n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; serta
o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan

melestarikan

lingkungan hidup.
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud diatas, Kepala Desa mempunyai
kewajiban untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
kepada

Bupati/walikota,

Pertanggungjawaban

memberikan

kepada

BPD,

Laporan

Keterangan

serta menginformasikan Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat.
.

3.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

“Sebagai

perwujudan

demokrasi,

dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa

dibentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau sebutan lain yang sesuai dengan
budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan yang berfungsi sebagai lembaga
pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan
dan pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan Belanja Desa, dan keputusan

6

kepala desa. Di desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan
sebagai mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa”.
Rozali Abdullah menjelaskan bahwa :
“Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disebut BPD, adalah suatu badan yang
sebelumnya disebut Badan Perwakilan Desa, yang berfungsi menetapkan Peraturan
Desa bersama kepala desa, menampung dan
Anggota

menyalurkan aspirasi

masyarakat.

BPD adalah wakil dari dari penduduk desa yang bersangkutan, yang

ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Wakil yang dimaksud dalam hal ini
adalah penduduk desa yang memangku jabatan seperti ketua rukun warga, pemangku
adat dan tokoh masyarakat lainnya”.
Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD. Masa jabatan anggota BPD adalah
enam tahun, sama dengan masa jabatan kepala desa, dan dapat dipilih kembali
untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Tata cara penetapan anggota dan pimpinan
BPD diatur dalam perda yang berpedoman pada peraturan pemerintah. Anggota BPD
yang sudah ada pada saat berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tetap menjalankan tugas
sebagaimana diatur dalam UU No. 32 Tahun
2004 ini, sampai berakhirnya masa jabatan”.
Menurut HAW. Widjaja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) itu adalah
sebagai berikut:
1.

Badan

Permusywaratan

Desa

berfungsi

menetapkan

peraturan desa

bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
2.

a. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan
yang ditetapkan dengan musyawarah dan mufakat.
Dimaksud dengan wakil dalam ketentuan ini adalah penduduk desa yang
memangku jabatan seperti ketua rukun warga, tetangga, pemangku
adat, dan tokoh masyarakat lainnya.
b. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD.
c.

Masa jabatan anggota BPD adalah enam tahun dan dipilih lagi untuk satu
kali masa jabatan berikutnya.

7

d. Syarat dan tata cara penetapan anggota BPD diatur dalam perda yang
berpedoman pada peraturan pemerintah.
Fungsi BPD menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah antara lain:
1.

Pasal 209, BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala

2.

Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Pasal 215 ayat (1), bersama Kepala Desa ikut serta dalam pembangunan
kawasan pedesaan yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota dan atau pihak

3.

ketiga.
Hubungan Fungsional Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD)

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
tidak secara eksplisit mengatur mengenai bentuk hubungan fungsional antara
Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) , namun apabila dikaji
lebih dalam, dalam pasal-pasal yang mengatur mengenai desa yakni pasal 200 sampai
dengan pasal 216, maka secara implisit kita akan menemukan suatu bentuk hubungan
yang terjalin antara Pemerintah desa dengan Badan Permusyawaratan.
Hal di atas sesuai dengan penjelasan pada Pasal 200, Undang- Undang
No. 32 Tahun 2004, yang menjelaskan bahwa : “Dalam pemerintahan daerah
Kabupaten/Kota dibentuk pemerintahan Desa yang terdiri dari pemerintahan Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)”. Sedangkan dalam pasal 209 lebih lanjut
dinyatakan bahwa:
“Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan Desa
bersama

Kepala

Desa,

masyarakat.Dengan

menampung

demikian

dan

diharapkan

meyalurkan
dapat

aspirasi

meningkatkan

penyelenggaraan pemerintahan Desa yang demokratis yang mencerminkan
kedaulatan rakyat”.
Dan Pasal 215 ayat (1), “Pembangunan kawasan perdesaan yang dilakukan
oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa”.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi BPD dengan Kepala Desa dalam kaitannya dengan
fungsi menetapkan Peraturan Desa dapat digambarkan dalam

8

skema berikut ini :
Badan
Permusyawaratan
Desa

Rancangan
Peraturan Desa

Kepala Desa

Persetujuan
bersama

Penetapan
Rancangan Perdes
Menjadi Perdes

Berdasarkan skema tersebut diatas menunjukkan bahwa sebuah rancangan
Perdes yang berasal dari Kepala Desa diajukan kepada BPD untuk dibahas guna
memperoleh persetujuan bersama, demikian pula terhadap Rancangan Perdes yang
berasal dari BPD. Apabila rancangan Perdes yang diajukan oleh Kepala Desa ataupun
oleh BPD telah disetujui bersama maka rancangan Perdes dapat ditetapkan sebagai
Perdes.

Adapun hubungan fungsional BPD dengan Kepala Desa terkait pelaksanaan
fungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat tergambar dalam
skema dibawah ini :
atan

Badan
Permusyawaratan
Desa

Majelis

Anggota BPD

Kepala Desa

Kepala Dusun

9

Aspirasi
Masyarakat

Suatu aspirasi masyarakat dapat diajukan melalui Kepala Dusun kemudian
Kepala Dusun akan menyampaikan aspirasi tersebut kepada Kepala Desa tentang
suatu hal. Aspirasi yang sudah diterima oleh Kepala Desa selanjutnya disampaikan
kepada BPD untuk dibahas

dalam suatu rapat mejelis guna mendapatkan

kesepakatan untuk dilaksanakan.
Selanjutnya suatu aspirasi yang berasal dari masyarakat dapat disampaikan
melalui anggota BPD, anggota BPD tersebut menyampaikannya kepada Ketua BPD
untuk mengadakan rapat pembahasan dengan mengundang Pemerintah desa (Kepala
desa) dan/atau perangkatnya dalam suatu rapat mejelis untuk selanjutnya
mendapatkan suatu kesepakatan untuk dilaksanakannya aspirasi tersebut.
Demikianlah bentuk-bentuk hubungan fungsional atau hubungan kerja sama
antara Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan dalam pelaksanaan
pemerintahan desa baik ditinjau dari peraturan perundang- undangan, maupun dari
buku-buku yang berkenaan dengan fungsi pemerintah desa dan fungsi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD).
B. Pengaruh pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
sebagai mitra kerja Pemerintah Desa terhadap penyelenggaraan Pemerintahan
Desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

1. Pengaruh Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Badan Permusyawaratan
Desa (BPD)
Eksistensi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memberikan pengaruh yang
sangat besar, terutama bagi pelaksanaan pemerintahan desa yang baik sesuai
dengan yang diharapkan, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) masih

10

memerlukan peningkatan dalam pengembangan berbagai metode yang
memungkinkan terdorongnya partisipasi masyarakat.
“Dengan hadirnya BPD atau yang disebut dengan nama lain. Dimana badan
legislatif baru ini berperan sebagai pengayom adat-istiadat, membuat
Peraturan Desa
aspirasi

bersama Kepala

masyarakat,

serta

Desa, menampung dan menyalurkan
melakukan

pengawasan

terhadap

penyelenggaraaan pemerintahan desa.”
Selanjutnya

dapat

diketahui

mengenai tugas dan fungsi Badan

Permusyawaratan Desa adalah sebagai berikut:
1. Tugas Pokok Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
BPD mempunyai tugas menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
desa dengan memusyawarahkan setiap rencana yang diajukan oleh kepala
desa sebelum ditetapkan menjadi peraturan desa.
2. Adapun fungsi Badan Permusyawaratan Desa menurut PP NO. 72 Tahun 2005
adalah:
a. Menetapkan Peraturan desa bersama kepala desa;
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
Fungsi BPD menurut Peraturan Pemerintah yakni penetapkan peraturan desa
bersama dengan kepala desa, disini BPD dan pemerintah desa

(kepala

desa

beserta aparat) merupakan mitra, bekeja sama membangun kesejahteraan
masyarakat sebagi ungkapan ide/gagasan untuk kehidupan yang lebih baik.
2. Pengaruh Dalam Penetapan Peraturan Desa

Dalam ketentuan Perundang-undangan salah satu fungsi Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) adalah sebagai lembaga legislasi atau perangkat yang merumuskan
suatu peraturan desa yang akan diimplementasikan kepada masyarakat desa.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai mitra pemerintah desa sekaligus
sebagai unsur perwakilan masyarakat yang mempunyai arti strategis dalam
membentuk

dan

menetapkan

peraturan

11

desa,

menyuarakan

dan

untuk

memeperjuangkan hak-hak serta kepentingan rakyat dalam proses pelaksanaan
pemerintahan desa
Kemudian dijelaskan pula dalam Peraturan-Pemerintah No. 72 Tahun 2005
tentang Desa Pasal 35 huruf a bahwa : “ kewenangan BPD membahas rancangan
peraturan desa bersama kepala desa”. Dan dalam pasal 37 huruf a, anggota BPD
mempunyai hak untuk mengajukan rancangan peraturan desa, huruf b “anggota BPD
mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaan”. Ini berarti sebuah legitimasi bagi
BPD dalam melaksanakan tugasnya selaku lembaga legislatif di desa.
Metode Penelitian

Dalam merumuskan dan menetapkan peraturan desa, Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dengan pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa), melalui
beberapa proses antara lain sebagai berikut :
a. Pemerintah Desa mengundang anggota BPD untuk menyampaikan maksudnya
membentuk peraturan desa dengan menyampaikan pokok-pokok peraturan desa
yang diajukan.
b. BPD terlebih dahulu mengajukan rancangan peraturan desa, demikian halnya
dengan pemerintah desa yang juga mengajukan rancangan peraturan desa.
c. BPD memberikan masukan atau usul untuk melengkapi atau menyempurnakan
rancangan peraturan desa.
d. Ketua BPD menyampaikan usulan tersebut kepada pemerintah desa untuk
diagendakan
e. BPD mengadakan rapat dengan pemerintah desa kurang lebih satu sampai dua kali
untuk memperoleh kesepakatan bersama
“Dalam menetapkan Peraturan Desa bersama-sama dengan Pemerintah Desa.Setelah
diajukan rancangan Peraturan Desa kemudian akan dibahas bersama dalam rapat BPD
dan setelah mengalami penambahan dan perubahan, kemudian rancangan Peraturan
Desa tersebut disahkan dan disetujui serta ditetapkan sebagi Peraturan Desa. Dalam
menetapkan peraturan desa, antara BPD dan Kepala Desa sama-sama memiliki peran
yang sangat penting antara lain sebagai berikut :
a. BPD menyutujui dikeluarkannya Peraturan Desa.
b. Kepala Desa menandatangani Peraturan Desa tersebut.

12

c. BPD membuat berita acara tentang Peraturan Desa yang baru ditetapkan.
d. BPD mensosialisasikan Peraturan Desa yang telah disetujui pada masyarakat
melalui kepala dusun ataupun mensosialisasikannya secara langsung untuk
diketahui dan dipatuhi serta ditentukan pula tanggal mulai pelaksanaannya”
1.

Pengaruh Dalam Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat
Salah satu bentuk tugas dan fungsi dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.Badan Permusyawartan Desa
(BPD) sebagai wakil rakyat di desa merupakan tempat bagi masyarakat desa untuk
menyampaikan aspirasinya

dan

untuk

menampung

segala

keluhan-keluhan

dan kemudian menindaklanjuti aspirasi tersebut untuk disampaikan kepada instansi
atau lembaga terkait.Untuk itu dibutuhkan pengetahuan oleh masyarakat tentang
keberadaan dan peranan BPD.
Oleh sebab itu, setiap anggota BPD juga harus mampu membaca kepentingankepentingan masyarakatnya. Menyalurkan aspirasi serta menjembatani apa yang
menjadi kebutuhan masyarakat desa.
Selain itu juga Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus mampu
menggerakkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan

karena masyarakat memiliki hak untuk melakukan kontrol terhadap

lembaga pemerintah.
Moch. Solekhan mengatakan bahwa :
“Forum

Musrenbangdes

yang

merupakan

forum

partisipasi

untuk

menyuarakan aspirasi masyarakat desa, dalam prakteknya masih belum bisa
termanfaatkan secara maksimal. Faktor yang menyebabkannya antara lain:
pola budaya paternalistik yang cendrung menurut saja apa kata pimpinan,
perasaan “ewuh- pakewuh” dan sebagainya. Akibatnya, stake holders yang
terlibat dalam Musrenbangdes lebih banyak didominasi oleh para elit desa,
yang hanya terbatas pada aktor pemerintahan desa dan lembaga- lembaga
formal di tingkat desa, seperti: BPD (Badan Permusyawaratan Desa), LPMD
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa), Tim Penggerak PKK ( Program
Kesejahteraan Keluarga), RW (Rukun Warga), RT ( Rukun Tetangga).
13

Sementara

keterlibatan

organisasi

sosial,

organisasi

kemasyarakatan,

organisasi profesi, organisasi keagamaan, organisasi petani, dan kelompokkelompok pemuda masih sangat terbatas”.
Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam Pemerintahan desa begitu penting
dalam rangka penyelenggaraan kesejahteraan.Pemerintah memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat.Pemerintah harus berusaha secara
optimal mewujudkan keinginan warganya, baik dalam bidang pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan.Ketiga bidang ini selalu berkaitan dan sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh
karenanya partisipasi masyarakat ini harus diakomodir dalam suatu institusi
diharapkan

sebagai

kerja

pemerintah

yang

khususnya pemerintah desa, yang dalam

hal ini dilakukan melalui Badan Permusyawaratan Desa.
Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa dimaksudkan sebagai wadah
organisasi masyarakat untuk ikut sertakan dalam memberikan pendapat dan masukan
serta kritik yang ditujukan kepada pemerintah desa, dengan memberikan penilaian
terhadap kinerja pemerintah desa baik dalam bidang pemerintahan, pembangunan,
dan kemasyarakatan serta masalah-masalah lainnya yang berhubungan dengan
kepentingan atau kebutuhan masyarakat desa.
Dengan demikin pengaruh peran dari Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) sangat signifikan dan sangat menentukan bagi masyarakat di Desa
terutama berkaitan dengan aspirasi yang berkaitan dengan kesejahteraan, dan
keadilan masyarakat Desa selain itu juga diharapkan dapat meningkatkan
penyelenggaraan

pemerintahan

Desa yang

demokratis

yang

mencerminkan

kedaulatan rakyat.
Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1)
Hubungan fungsional antara Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) adalah bersifat kemitraan artinya Kepala Desa dengan Badan
Permusyawaratan Desa

(BPD) bekerja sama dalam melaksanakan

14

tugas dan

fungsinya terkait dengan fungsi menetapkan Peraturan Desa dan fungsi untuk
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; 2) Keberadaan anggota Badan
Permusyawaratan Desa sangat berpengaruh dalam menetapkan Peraturan Desa dan
Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) karena tanpa ada persetujuan dari
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) maka PERDES dan APBDes tidak sah atau
tidak dapat diberlakukan.
Saran
Berdasarkan uraian dan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan hal sebagai
berikut: 1) Dalam menyelenggarakan Pemerintahan Desa, Kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desahendakanya tetap bisa mempertahankan hubungan kerja yang
harmonis dan seimbang sesuai kedudukan dan fungsinya; 2) Dalam upaya
mewujudkan pelaksanaan demokrasi, Badan Permusyawarat Desa diharapkan mampu
meningkatkan perannya dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala
Daerah Secara Langsung.Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Solekhan, Moch. 2012. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.Malang : Setara Press.
Widjaja, H.A.W.2003.Otonomi Desa merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh.
Jakarta: RajaGrafindo Persada..2005.Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia Dalam
Rangka Sosialisasi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Melisa Fitra, Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan di Desa.” (Skripsi Sarjana Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, 2009).
Undang-Undang Tentang Pemerintah Pemerintahan Daerah, UU No.22 Tahun 1999
Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah. UU No.32 Tahun 2004
Peraturan Pemerintah Tentang Pemerintahan Desa, PP No. 72 Tahun 2005

15