313416978 Makalah Resensi Buku Kapita Selekta Hubungan Internasional
Makalah Resensi Buku
KAPITA SELEKTA HUBUNGAN INTERNASIONAL
Penulis: Dr. Syarifudin Tippe, S.IP., M.Si. dan Dr. Agus Subagyo, S.IP.,M.Si.
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional
Dosen: Dr. Agus Subagyo,S.IP.,M.Si
Oleh
Nama
: Dian Oktavia Kusuma Dewi
NIM
: 6211151186
ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2016
IDENTITAS BUKU
Judul Buku
: Kapita Selekta: Hubungan Internasional
Penulis
: - Dr. Syarifudin Tippe, S.IP., M.Si.
- Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si.
Tebal Buku
: 220 halaman
Penerbit
: Alfabeta, cv
Terbit
: Juli 2015
Ukuran buku
: 14,5 X 20,5 cm
Cetakan
: Cetakan I, tahun 2015
ISBN
: 978-602-289-166-6
Jumlah Halaman
: xvi + 204 halaman
Jumlah Bab
: 12 Bab
Text Bahasa
: Bahasa Indonesia
PENDAHULUAN
2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resensi itu sendiri diartikan
sebagai pertimbangan atau pembicaraan tentang buku dan sebagainya. Secara
garis besar resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah
hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara memaparkan
data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut. Resensi bermanfaat agar
kita mengetahui tentang banyak hal, selain itu juga bermanfaat agar dapat melatih
kita untuk membaca dan menilai suatu karya dari orang lain. Selain manfaat
membaca yang menambah wawasan, membaca juga dapat membuka pemikiran
kita terhadap permasalahan agar permasalahan yang kita hadapi dapat dipecahkan
dengan pemikiran yang luas dan tidak terbatas.
Peningkatan minat studi hubungan internasional di era reformasi saat ini di
dorong pula oleh adanya arus globalisasi, pasar bebas, perdagangan bebas,
perkembangan teknologi informasi, dan semakin meningkatnya mobilitas
manusia, barang, dan jasa antar negara sehingga banyak masyarakat yang
terdorong untuk memahami konteks global dan regional dari setiap permasalahan
nasional dan okal.
Buku ini berisi tentang berbagai perkembangan hubungan internasional
yang menjadi isyu dominan pada masa setelah berakhirnya Perang Dingin dan
awal abad 21. Penggambaran isyu-isyu yang berkembang dalam hubungan
internasional ini hanya bersifat deskriptif dan hanya awal dari sebuah perkenalan
dan pengantar.
Secara sistematika, buku ini terdiri dari dua belas bab. Bab pertama berisi
pendahuluan. Bab kedua menguraikan tentang pengertian dan teorisasi demokrasi.
Bab ketiga memaparkan tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam perspektif
Hubungan Internasional, dikenal dua Perspective.
Bab keempat menjelaskan tentang
good governance, baik dari
pengertiannya, unsur-unsurnya, sampai dengan karakteristik dan perbedaan antara
governance dan goverment. Sedangkan bab kelima berupaya membedah hakikat
terorisme, pengertian terorisme, tipologi terorisme sampai dengan upaya
pencegahannya.
Bab keenam berusaha menampilkan sebuah gambaran tentang fenomena
globalisasi. Definisi globalisasi, kerangka “state centris” dan “transnsional”
3
dalam studi hubungan internasional untuk memahami globalisasi, dampak negatif
dan positif globalisasi, sampai dengan gerakan anti globalisasi sebagai efek dai
mewabahnya “virus” globalisasi.
Bab ketujuh memperkenalkan perspektif gender dalam kajian hubungan
internasional. Dimulai dari pengertian gender, perbedaan dengan “sex”, perhatian
dunia terhadap masalah gender, faktor yang melatarbelakangi munculnya gender,
sampai dengan penelusuran berbagai aliran dalam gender dan formulasi
pembangunan yang berwawasan gender.
Bab kedelapan menampilkan risalah tentang lingkungan hidup dalam
konteks kajian hubungan internasional. Bab ini menunjukan permasalahan
lingkungan hidup sangat erat kaitannya dengan studi hubungan internasional. Bab
kesembilan mengusung tema pariwisata dalam tinjauan studi hubungan
internasional. Bab ini menunjukan kegiatan dibalik pariwisata, tersimpan sebuah
pola dan interksi berbagai aktor dalam hubungan internasional.
Bab
kesepuluh
mengemukakan
tentang
NGO
dalam
hubungan
internasional. Sebagai aktor dalam hubungan internasional. NGO merupakan
salah satu pemain yang sangat menentukan dalam dinamika politik internasional.
Bab kesebelas mencoba untuk membedah tentang hakikat ancaman dalam
perspektif hubungan internasional. Dalam bab ini akan diperkenalkan konsep
yang berkaitan dengan keamanan (security), yakni konsep National Security dan
Human Security.
Bab kedua belas atau terakhir berupaya memperkenalkan konsepsi “Perang
Modern” dalam perspektif Hubungan Internasional. Penulis menginginkan bahwa
khalayak publik menyadari bahwa saat ini kita berada dalam kondisi perang.
Melainkan perang dalam artian fisik, tetapi perang yang berdimensi luas dan
kompleks.
ISI/ SUBSTANSI BUKU
4
1. Bab II Demokrasi Dalam Hubungan Internasional
Mengkerangkai Demokrasi
Secara etimologis, istilah demokrasi berasal dari bahasa
Yunani, yakni “demos”yang berarti rakyat, dan “kratos” yang
berarti kekuasaan atau berkuasa, sehingga dapat disimpulkan adlah
“rakyat berkuasa” atau “government of rule by the people”.
Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah “government of the
people, by the people, for the people” (pemerintah dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat). Secara terminologi, demokrasi
adalah mekanisme hubungan antara penguasa dengan rakyatnya.
Sitem politik yang demokratis didasarkan pada kedaulatan rakyat.
Rakyat diasumsikan sedikit atau lebih kuat dari pada pemerintah.
Bila pemerintah lebih kuat dari rakyat akan terjadi sistem otoriter.
Dalam
demokrasi
modern,
wajah
dan
menifestasi
demokrasi berubah menjadi bersifat tidak langsung (indirect
democracy), atau orang banyak menyebut sebagai demokrasi
berdasarkan perwakilan (representative democracy). Hal ini terjadi
karena kondisi yang kompleks dan multidimensional, wilayah
luas, dan jumlah penduduk yang mencapai jutaan orang. Namun
hal yang menarik dari demokrasi modern adalah budak, wanita
dan penduduk asing diberi hak pilih sesuai aturan yang berlaku.
Sebelumnya hanya laki-laki sajalah yang memiliki hak pilih dan
aktif di kegiatan politik dan pemerintahan.
Timbulnya kembali gagasan demokrasi modern ditandai
dengan berakhirnya abad pertengahan yang kemudian didorong
oleh sejumlah rentetan peristiwa besar yang berlangsung hingga
akhir abad ke-20. Pertama, munculnya Renaissance (1300-1600
M). Kedua, Revolusi Industri (1667) di Inggris dan Revolusi
Perancis (1789). Ketiga, Perang Dunia I dan II.
5
Kalangan teoritisi modernisasi mengasumsikan adanya
sutau model demokrasi yang didasarkan pada pengalaman Eropa
Barat dan Amerika Utara. Model tersebut memiliki tiga ciri utama,
yaitu: (1) Ekonomi yang makmur dan merata; (2) struktur sosial
yang modern, megenal divesifikasi dan didominasi kelas
menengah yang independen; (3) budaya politik nasional yang
secara implisit sudah demokratis, yaitu toleran terhadap perbedaan
dan cenderung akomodatif.
Hipotesis
teoritisi
modernisasi
yang
mengaitkan
modernisasi sosial ekonomi dan politik sering dianggap gagal
menghadapi uji verifikasi. Karena oteriterisme muncul di beberapa
negara, teoritisasi modern sangat memperhitungkan faktor militer
di kehidupan politik, terutama di Negara-negara Dunia Ketiga.
Hubungan Antara Demokrasi dan Pemilu
Terdapat
beberapa
argumentasi
untuk
menjelaskan
hubungan antara Demokrasi dan Pemilu. Pertama, Pemilu adalah
ciri penting bagi suatu sistem politik yang memenuhi standar atau
kriteria untuk disebut demokratis. Kedua, Pemilu sendiri
merupakan produk dari proses demokratisasi, dimana Pemilu
merupakan konsekuensi logis dari diperluasnya ha-hak politik
rakyat untuk berperan serta dalam menentukan proses-proses
pengambilan keputusan. Ketiga, Pemilu merupakan alat untuk
mengukurdan menetukan kualitas dan kuantitas demokrasi.
Keempat, Demokrasi sendiri merupakan produk dari kekuasaan
politik. Suatu negara tidak bisa dikatakan demokratis kalau tidak
melaksanakan pemilu. Sebaliknya, suatu negara tidak akan
melaksanakan Pemilu yang Demokratis jika negara tersebut tidak
memiliki sistem politik yang demokratis.
Pendekatan-pendekatan dalam Demokrasi
6
Vernon Van Dyke mengatkan bahwa suatu “pendekatan”
(approach) adalah kriteria untuk menyeleksi masalah dan data
yang relevan. Dlam sejrah perkembangannya, demokrasi telah
mengenal
dua
pendekatan
:
Pendekatan
Prosedural
dan
Pendekatan Substansial. Pendekatan substansial adalah demokrasi
tidak akan efektif dan lestari tanpa substansi yang berwujud juwa ,
kultur dan ideologidemokratis yang mewarnai pengorganisasian
internal Partai Politik, lembaga-lembaga pemerintahan mupun
perkumpulan masyarakat dan keagamaan. Demokrasi substansial
lebih cenderung rasional, utopian, dan ideal. Artinya, ia lebih
menekankan pada variabel ideologis, kultur serta internalisasi
nilai-nilai dalam masyarakat. Sikap-sikap seperti cenderung
akomodatif,
toleran
kompromistis
mengembangkan
terhadap
merupakan
demokrasi.
perbedaan,
konsensual
dan
prasyaratutama
jika
ingin
demokrasi
secara
Pendekatan
prosedural cenderung melihat demokrasi sebagai sebuah prosedur
penciptaan prosedur dan tata cara pemerintahan serta proses
pelembagaannya.
Sebab-sebab munculnya Demokrasi
Berdasarkan tinjauan konseptual teoritik, ada beberapa teori
tentang demokrasi yang dicetuskan oleh para ilmuwan barat,
antara lain:
1) Struktur Sosial dan Demokrasi
Menurut Barrington Moore, demokrasi muncul dalam kondisi
dimana segolongan borjuasi yang kuat dan independen muncul
dengan kepentingan yang bertentangan dengan rezim masa lalu
dan mampu menerapkan kontrol atas kebijakan nasional.
Struktur dan pola sosial dalam masyarakat sangat menentukan
lahir tidaknya demokrasi. Pola dan struktur yang dimaksud
adalah:
7
-
MC + LC >< UC = Sistem Politik Demokrasi
-
UP + MC >< LC = Sistem Politik Fasisme
-
UP + LC >< MC = Sistem Politik Komunisme
Keterangan:
UP = Upper Class
MC = Middle Class
LC = Lower Class
2) Kapital dan Demokrasi
Menurut Therborn, munculnya demokrasi sangat ditentukan
oleh struktur kapital atau modal yang dimiliki oleh sebuah
negara. Richard Robinson mengatakan bahwa faktor kapital
sangat menentukan tumbuh kembanya demokrasi dalam
sebuah negara.
3) Elit Politik dan Demokrasi
Menurut O’Donnell dan Schmitter, demokrasi akan lahir
karena
disebabkan
oleh
sikap
para
elit,
perhitungan-
perhitungan dan kesepakatan yang dibuatnya. Diamond Liz
dan Lipset menyatakan bahwa di seluruh dunia sedang
berkembang, yang paling banyak menyumbang perkembangan
demokrasi adalah
gaya kepemimpinan yang fleksibel,
akomodatif, dan konsensual.
4) Budaya Politik dan Demokrasi
Menurut Almond dan Verba, budaya politik dalam sebuah
negara sangat menentukan sebuah negara akan menjadi
demokratis atau tidak.
8
5) Transisi dan Demokrasi
Menurut Huntington, munculnya demokrasi dari sebuah negara
yang otoriter akan melahirkan suatu masa transisi. Menrutnya
ada empat pola transisi yaitu:
a. Pola “Transformasi, elit pengusaha mengambil prakarsa
memimpin upaya demokratisasi;
b. Pola
“Replacement”,
kelompok
oposisi
memimpin
perjuangan demokrasi;
c. Pola
“Transplacement”,
demokratisasi
berlangsung
sebagai akibat negosiasi, dan “bargaining” anatara
pemerintah dengan kelompok oposisi;
d. Pola Intervensi, lembaga-lembaga demokratis dibentuk
dan dipaksakan berlakunya oleh ator dari luar.
Demokrasi dan Politik Luar Negeri
Dalam
studi
hubungan
internasional,
demokrasi
merupakansebuah konsep yang sangat penting, karena dalam
perkembangannya, demokrasi sering kali dijadikan alat bagi
sebuah negara untuk menyerang atau menjatuhkan negara lain.
Demokrasi sendiri bersifat universal, namun implementasi
demokrasi sangat berbeda oleh masing-masing negara. Dapat
disempulkan bahwa demokrasi adalah sebuah konsep yang
sebenarnya bebas nilai dan bersifat universal, namun demokrasi
menjadi sarat nilai dan bermuka jamak, karena adanya penafsiran
yang berbeda dan bermacam-macam dari negara-negara di dunia.
9
2. Bab III Hak Asasi Manusia Dalam Hubungan Internasional
Pengertian HAM
1) Menurut Jan Martenson (staf ahli Komisi HAM PBB),
“Human rights could be generally defined as those right
which are inherent in our nature without which w cannot live
as human being” (hak asasi manusia itu merupakan hak yang
melekat pada sifat manusia yang tanpa hak tersebut, manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia).
2) Menurut Mirriam Budiardjo, hak asasi manusia adalah hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya
bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam
kehidupan masyarakat.
3) Menurut Rozali Abdullah, hak asai manusia merupakan hakhak dasar yang dibawa manusi semenjak lahir sebagai
anugrah Tuhan Yang Maha Esa.
4) Menurut Krisna Harahap, pengertian hak asasi manusia
sangat luas, namun lahirnya hak asasi manusia dapat
digolongkan dalam tiga konsep, yaitu:
a. Bersumber dari hukum kodrat (natural law).
b. Merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa.
c. Merupakan hak yang diatur dalam pertauran (legal
rights). Hak asasi manusia dibagi menurut hak-hak dasar
yaitu hak yang bersifat klasik (de klassieke gronrechten)
dan hak yang bersifat sosial (de sociable gronrechten)
Sejarah Perkembangan HAM
10
Secara historis-empiris, tonggak-tonggak penting pemikiran
dan gerakan hak asasi manusia dapat dilacak kembali pada
lahirnya beberapa piagam atau perjanjian berikut ini:
1) Magna Charta (Piagam Agung, 1215)
2) Petition of Rights (tahun 1628)
3) Habeas Corpus Act (tahun 1679)
4) The Glorious Revolustion (Undang-undang hak, 1689)
5) Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan
Amerika, 1776)
6) Declaration des droits de l’homme et du citoyen
(Pernyataan hak-hak asasi manusia dan warga negara,
1789)
7) Bill of Rights (Undang-undang Hak, 1789)
8) Pemikiran Trias Politika dan Kontrak Sosial
9) The Four Freedoms (Empat Kebebasan, 1941 atau awal
Perang Dunia II)
10) Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan
Sedunia tentang Hak Asasi Manusia, 1948)
11) International Covenant on Civil Political Rights (Konvensi
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik) dan
International Covenant on Social, Economic, and Cultural
Rights (Konvensi Internasional tentang Hak-hak sosial,
Ekonomi, dan Budaya
12) Final Act of Helsinki (Perjanjian Helsinki, 1975)
11
13) African Charter on Human and Peoples Rights (Piagam
Afrika mengenai hak asasi manusia dan bangsa-bangsa,
1981)
14) Cairo Declaration on Human Rights in Islam (Deklarasi
Cairo mengenai Hak Asasi dalam Islam, 1990)
15) Singapore White Paper on Shared Values (Buku Putih
mengenai Nilai Bersama, 11 Januari 1991)
16) Bangkok Declaration (Deklarasi Bangkok, april 1993)
Tiga Konsepsi Tentang HAM
1) Konsep HAM Paham Liberal
Hak asasi manusia menurut paham liberalis, lebih menekankan
kepada individualisme barat. Hak hakiki dan tidak dapat
ditawar lagi adalah hak sipil dan hak politik.
2) Konsep HAM Paham Sosialis
Hak asasi manusia menurut paham sosialis, tidak menekankan
pada hak terhadap masyarakat , tapi lebih menekankan pada
kewajiban terhadap masyarakat, atau lebih mendahulukan
kesejahteraan daripada kebebasan.
3) Konsep HAM Paham Dunia Ketiga
Di dalam dunia ketiga, ada tiga kelompok pandanga, yaitu:
kelompok pertama yang dipengaruhi konsep sosialis, Marxist,
kelompok kedua yang dipengaruhi konsep barat, dan kelompok
ketiga, negara-negara yang karena filsafat hidupnya, ideologi
dan latar belakang sejarahnya, merupakan suatu konsep
tersendiri tentang hak asasi manusia.
Empat Sudut Pandang HAM
12
1) Negara atau kelompok yang berpandangan Universal-absolut,
HAM dilihat sebagai nilai-nilai universal dan tidak menghargai
profil sosial budaya yang melekat pada masing-masing bangsa.
2) Negara atau kelompok yang berpandangan Universal-relatif,
HAM dipandang sebagai masalh universal tetapi asas-asas
hukum internasional tetap diakui keberadaannya.
3) Negara atau kelompok yang berpandangan Particularisticabsolut, HAM dipandang sebagai persoalan-persoalan masingmasing
bangsa
sehingga
mereka
menolak
berlakunya
dokumen-dokumen internasional.
4) Negara atau kelompok yang berpandanagan Particularisticrelatif, HAM dipandang sebagai masalah universal juga
persolan
masing-masing
negara.
Berlakunya
dokumen-
dokumen internasional diselaraskan dan diserasikan dengan
budaya bangsa.
Dari empat sudut pandang tersebu, terdapat dua aliran
pemikiran mengenai HAM, yakni:
Bersifat inward-looking. Kelompok yang merasa
sudah mengenal HAM sejak dulu sehingga tidak
perlu menghirauan pendapat luar.
Bersifat
outward-looking.
Diwakili
kelompok
Human Rights Activities yang sering mangacu pada
perumusan persepsi dunia barat. Kelompok ini
berpendapat bahwa kita tidak mempunyai cuup
waktu untuk mempelajarai kebudayaan yang banyak
ragamnya secara mendalam, padahal pelanggaran
HAM terus berjalan.
HAM dalam Perspektif Hubungan Internasional
13
1) Autonomy of States
a. Menekankan
pada
pengakuan
atas
prinsip
kedaulatan negara dalam hubungan internasional.
b. Karena
atas
internasional
kedaulatan
harus
negara,
hubungan
mengormati
hak-hak
menentukan nasib sendiri (the rights of selfdetermination) suatu negara.
c. Lebih banyak melihat atau mengklaim negara
sebagai pemegang kedaulatan dan hak menentukan
nasib sendiri warganya.
2) Cosmopolitan Perspective
a. Bertumpu pada pengakuan HAM pada tingkat
individu secara universal.
b. Kosmopolitanisme
mempertanyakan
asumsi-
asumsi moral prinsip kedaulatan negara yang
menutup kemungkinan campur tangan negara lain
karena adanya pelanggaran hak asasi.
c. Intervensi politik dan ekonomi diperlukan untuk
menciptakan keadilan dunia, termasuk di dalamnya
HAM.
d. Sebagian besar penganut kosmopolitan mentolelir
kemungkinan intervensi militer ke negara yang
dianggap melanggar HAM atau pemerintahnya
tidak absah (illegetimate) atau tidak demokratis
14
3. Bab IV Good Governance Dalam Hubungan Internasional
Pengertian Good Governance
Menurut World Bank, konsep governance adalah: “The
way state power is used in managing economic and social
resources for development society”, dan dapat diperoleh sebuah
gambaran bahwa arti governance adalah cara bagaimana
kekuasaan negara digunakan untuk mengelola sumberdayasumberdaya ekonomi dan sosial guna pembangunan masyarakat.
“Cara” di sini lebih menunjukan pada hal-hal yang bersifat teknis.
UNDP mengemukakan bahwa definisi governance adalah:
“The exercise of political, economic and administrative authorithy
to manage nation’s affairs at all levels”, kata governance merujuk
pada penggunaan atau pelaksanaan, yakni pengunaan kewenangan
politik, ekonomi, dan administratif untuk mengelola masalahmasalah nasional pada semua tingkatan. Berdasarkan definisi
UNDP, governance memiliki tiga kaki, yakni:
Economic Governance
Political Governance
Administrative Governance
Menurut UNDP, governance memiliki tiga domain, yaitu (1)
Negara atau Pemerintah (state); (2)Sektor swasta atau dunia usaha
(private sector); (3) Masyarakat (society).
15
Gambar 1 Hubungan antara Negara, Swasta, dan Masyarakat
NEGARA atau
PEMERINTAH
SEKTOR
SWASTA
RAKYAT
16
Apabila proses Governance
yang dijalankan oleh ketiga
domain tersebut berlangsung selaras, serasi dan seimbang, maka
governance tersebut masuk dalam kategori yang baik (good). Arti
good dalam good governance meliputi dua pemahaman sebagai
berikut: Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau
kehendak rakyat dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan
rakyat
dalam
pencapaian
tujuan
nasional,
pembangunan
berkelanjutan, dan keadilan sosial. Kedua,aspek fungsional dari
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksaan tugasnya
untuk mencapai tujuan tersebut.
Tata pemerintahan yang baik (Good governance) adalah
suatu
kesepakatan
menyangkut
pengaturan
negara
yang
diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani dan
sektor swasta.
Karakteristik Good Governance
UNDP mengajukan sembilan karakteristik good governance,
yakni:
1) Partisipasi
2) Supremasi Hukum
3) Transparansi
4) Cepat Tanggap
5) Membangun Konsensus
6) Kesetaraan
7) Efektif dan Efisien
8) Bertanggung Jawab
17
9) Visi Strategis
Menurut Denis Osborne, syarat bagi pencapaian good
governance adalah sebagai berikut: (1) Peningkatan partisipasi
rakyat; (2) Peningkatan akuntabilitas pemerintah; (3) Pengurangan
peran dan belaja militer.
Menurut Alexander Love, unsur-unsur yang harus dipenuhi
untuk menciptakan good governance adalah sebagai berikut: (1)
Adanya aturan main hukum yang jelas dan pasti; (2) Peningkatan
manajemen sektor publik; (3) Strategi pemberantasan Korupsi
(strategi anti korupsi); (4) Pengurangan belanja militer dan kontrol
terhadap anggaran militer serta menciutkan jumlah personel
militer.
Perbedaan Government dan Governance
Tabel 1 Perbedaan Governance dan Government
No
Unsur
.
Perbandingan
1
Pengertian
Government
Governance
Dapat berarti
Dapat berarti cara,
badan/lembaga atau fungsi
pengunaan atau
yang dijalankan oleh suatu
pelaksanaan
organisasi tertinggi dalam
suatu negara
2
Sifat Hubungan
Hierarki, dalam arti yang
Hierarki, dalam arti ada
memerintah berada di atas,
kesetaraan kedudukan
sedangkan warga negara
dan hanya berbeda
yang diperintah ada di
dalam fungsi
bawah
3
Komponen yang
Sebagai subyek hanya ada
Ada tiga komponen
terlibat
satu institusi, yaitu institusi
yang terlibat, yaitu:
18
pemerintahan
1) Sektor publik
2) Sektor swasta
3) Masyarakat
4
Pemegang peran
Sektor Pemerintah
yang dominan
Semua memegang peran
sesuai dengan fungsinya
masing-masing
5
Efek yang
Kepatuhan warga negara
Partisipasi warga negara
Hasil akhir yang
Pencapaian tujuan negara
Pencapaian tujuan
diharapkan
melalui kepatuhan warga
negara dan tujuan
negara
masyarakat melalui
diharapkan
6
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai masyarakat
7
Format dan
Berisi lembaga dan personil Berisi kegiatan dan
Substansi (Format
(bentuk). Artinya, berisi
proses pemerintahan
& Substansi)
lembaga-lembaga dan
(isi). Artinya, berisi
struktur-struktur politik
manajemen dan kualitas
seperti legislatif, eksekutif,
memerintah. Bukan
yudikatif; dan pejabat-
struktur pemerintahan,
pejabat politik, seperti
tetapi kebijakan yang
presiden, perdana menteri,
dibuat dan efetifitas
dan menteri
penerapan kebijakan itu
4. Bab V Terorisme Dalam Hubungan Internasional
Definisi Terorisme
19
1) Menurut Oxford English Dictionary, terorisme memiliki dua
arti pokok, yaitu: Pertama, sebagai suatu sistem dari teror,
yaitu pemerintah menggunakan intimidasi. Kedua, sebagai
penerapan metode intimidasi.
2) Menurut Noam Chomsky, terorisme sebenarnya adalah sebuah
istilah yang merujuk kepada aksi kekerasan yang dilakukan
oleh siapapun (negara atau bukan) untuk tujuan-tujuan politik
tertentu.
3) Menurut Walter S. Jones, terorisme adalah sebuah tindakan
politik yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstremis
nasional dan transnasional maupun negara-negara sebagai
sponsornya. Keterlibatan negara bisa berupa pendanaan hingga
perlindungan hukum.
4) Menurut James Adams, terorisme adalah penggunaan atau
anacaman
kekerasan
fisik
oleh
individu-individu
atau
kelompok-kelompok untuk tujuan-tujuan politik, baik untuk
kepentingan atau melawan kekuasaan yang ada.
5) Menurut
Christopher
Greenwood,
terorisme
merupakan
tindakan kekerasan dan juga tindakan kriminal.
Catatan:
Karena tidak adanya definisi yang jelas dan disepakati atau diakui
secara
universal,
maka
yang
muncul
kemudian
adalah
ketidakseragaman setiap negara dalam mengambil tindakan
terhadap warga negaranya. Suatu negara akan menganggap
seseorang itu teroris, sementara negara lain menganggap orang
tersebut pejuang/pahlawan.
Tipologi Terorisme
1) Terorisme Negara menurut Weberia, negara dianggap sebagai
unit politik yang memiliki legitimasi di dalam menggunakan
20
teror
atau kekerasan terhadap warga negaranya. Tindakan
kekerasan dan teror dilakukan oleh negara terhadap rakyatnya
untuk menjamin ketaatannya.
2) Terorisme Non Negara, terorisme yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok di luar struktur pemerintahan. Kelompok
teroris bukan negara dapat dikelompokan dalam lima
kelompok, yaitu:
a. Teroris
Nasional,
kelompok
teroris
yang
wilayah
aktivitasnya berada dalam suatu nation state.
b. Urban
Guerrilla
digambaran
Group,
sebagai
kelompok
kelompok
teroris
bersenjata
yang
yang
diasosiasikan sebagai unit polisi sebelumya kelompoknya
kalah atau diisolasi.
c. Old Style Guerrilla, kelompok teroris Amerika Latin yang
menjadikan Marxisme dan Leninisme sebagai ideologi
perjuangan.
d. Publicity Seeking, kelompok teroris yang memilii tujuan
mencari
publisitas
dan
perhatia
dari
masyarakat
internasional.
e. Religiusm Terrorism, kelompok teroris ini memiliki
perbedaan tegas dengan kelompok teroris lainnya.
Terorisme ini memiliki ideologi yang berbeda dengan
kelompok teroris lainnya. Mereka menyebut aksinya
sebagai perang suci atau holy war, di mana tujuan
akhirnya adalah kemenangan total.
3) Terorisme yang disponsori oleh negara, negara membantu atau
mendukung gerakan-gerakan terorisme yang dilakukan oleh
kelompok teroris bukan negara.
21
Karakteristik Terorisme
1) Pengekspolitasian manusia secara sistemik, kengerian atau
ketakutan
yang
melumpuhkan
terhadap
kekerasan/
kekejaman/ penganiayaan fisik.
2) Pengunaan atau ancaman penggunaan keerasan fisik.
3) Adanya unsur pendadakan/ kejutan.
4) Mempunyai tujuan politik yang jauh lebih luas dari sasaran/
korban langsungnya.
5) Sasaran pada umumnya non hambatan.
6) Direncanakan dan dipersiapkan secara rasional
Tujuan Terorisme
1) Memperoleh konsensi-konsensi tertentu, seperti uang tebusan
, pembebasan tahanan (politik), dan penyebarluasan pesan.
2) Memperoleh publisitas luas.
3) Menimbulkan kekacauan luas, demoralisasi, dan disfungsi
sistem sosial.
4) Memancing
kontrateror
dari
pemerintah
sehingga
menimbulkan situasi yang akan menguntungkan para teroris,
yang
akhirnya
mungkin
saja
dapat
menggulingkan
pemerintah.
5) Memaksakan kepatuhan dan ketaatan. Ini adalah maksud
yang
tipikal
dari
suatu
pemerintah
totaliter/
fasis/
diktator/monoliti.
6) Menghukum yang bersalah atau dipandang sebagai simbol
dari sesuatu yang jahat/ salah.
22
Upaya Mencegah Praktik Terorisme
1) Menciptakan sistem politik yang demokratis.
2) Penegakan hukum(law enforcement.
3) Menghindarkan munculnya pelapisan sosial.
4) Kerjasama internasional dan regional.
5. Bab VI Globalisasi Dalam Hubungan Internasional
Model Interaksi “State Centrist”
Model hubungan state centrist adalah merujuk pada aktor
negara (nation/state) sebagai unit/ pemain politik pertama dan
utama dalam percaturan politik internasional. Isu-isu yang
berkembang dan menjadi kajian dalam model hubungan ini adalah
isu-isu keamanan militer (militer security). Para penganut dan
pendukung model interasi state centrist dikenal sebagai penganut
pendekatan realis sengan tokohnya yang utama adalah Edward H.
Carr, Hans J. Morgenthau, dan Kenneth Waltz. Negara adalah
sesuatu yang memiliki dan mengagung-agungkan kedaulatan, dan
globalisasi bukan sesuatu yang bisa menghentikan struggle for
power dari negara bangsa. Intinya, globalisasi mungkin hanya
akan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi dari umat
manusia, aan tetapi tida berarti akan mentransmisi sistem politik
internasional dari negara bangsa.
Model Interaksi “Transnasional”
Model hubungan transnasional adalah merujuk pada aktoraktor non negara sebagai unit/ pemain politik penting dalam politi
global. Aktor-aktor non negara yang dimaksud adalah perusahaan
23
multinasional, LSM, organisasi terorisme, organisasi keagamaan,
organisasi perjuangan kemerdekaan, individu, dan lain-lain. Isuisu yang berkembang dan menlingkupi dinamika hubungan
transnasional ini adalah isu-isu ekonomi (low politics). Para
penganut model transnasional sering disebut dengan penganut
pendekatan pluralis, seperti Robert O. Keohane, Joseph S. Nye,
dan Richard Mansbach.
Golbalisasi, menurut kaum pluralis, lambat laun akan
mengikis dan menggerogoti sendi-sendi kedaulatan negara bangsa
hingga
negara
bangsa
tidak
mampu
lagi
menahan
dan
membatasiaktor-aktor negara. Akhirnya pendekatan pluralis
percaya
bahwa,
dalam
jangka
panjang,
globalisasi
akan
menciptakan sebuah tatanan dunia yang universal, yang mungkin
berwujud sebuah “pemerintahan dunia” (world government).
Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah konsepsi yang menggambarkan
sebuah dunia yang terintegrasi baik secara politi maupun ekonomi.
Ciri utama dari globalisasi adalah peningkatan konsentrasi dan
monopoli sumber daya dan kekuatan ekonomi oleh perusahaan
transnasional maupun oleh perusahaan transnasional meupun oleh
perusahaan-perusahaan keuangan global.
James Petras & Henry Veltmeyer (2001) menyebut bahwa
globalisasi adalah wacana yang dijadikan oleh aktor-aktor kapital
global sebagai alat untuk memberikan payung bagi pergerakan dan
penyebaran ideologi kapitalisme ke seluruh penjuru diam.dapat
dikatakan globalisasi adalah sebuah produk dari ideologi
liberalisme-kapitalisme. Globalisasi tentunya sarat akan nilai
(value loaded). Globalisasi berwajah ganda. Di satu sisi,
menampilkan wajah positif dengan menjanjikan kemakmuran
ekonomi, kesejahteraan sosial, dan keadilan politik. Namun,
24
globalisasi menunjukan wajah yang menyeramkan karena
implikasi
negatif
yang
menyertainya,
seperti
kesenjangan
ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan kemisinan sosial.
Beberapa konseptualisasi Tentang Globalisasi
Tabel 2 Konseptualisasi tentang Globalisasi
No.
1
Kategori
Unsur/ Proses Usaha
Globalisasi keuangan dan
Deregulasi pasar finasial, mobilitas
pemilikan kapital.
kapital, melintasi batas nasional,
munculnya “merger” dan akuisisi.
Tahapan awalnya ditandai dengan
globalisasi pemilikan saham.
2
Globalisasi pasar dan strategi
Pengintegrasian kegiatan bisnis
perusahaan, terutama
dalam skala dunia, penciptaan
penekanan pada kemampuan
operasi terintegrasi di luar negeri
bersaing.
(termasuk Litbang dan pendanaan),
pencarian komponen ke seluruh
dunia pembentukan aliansi strategis.
3
Globalisasi difusi teknologi
Difusi tenologi sebagai katalisator
beriut Litbang dan ilmu
primer: Munculnya teknologi
pengetahuan yang terkait.
informasi dan telekomunikasi
memungkinkan terbentuknya
jaringan global di dalam perusahaan
yang sama, dan di antara perusahaanperusahaan yang berbeda. Misalnya
globalisasi “Toyotism”, yaitu proses
universalisasi cara kerja yang semula
diembangkan dan hanya diterapkan
di Toyota.
4
Globalisasi gaya hidup dan
Pengalihan dan transplantasi gaya
25
pola konsumsi; globalisasi
hidup dominan. Penyamaan pola
budaya.
konsumsi. Peran media massa.
Transformasi budaya ke arah
“cultural product” yang dipasarkan
ke seluruh dunia. Aturan main GATT
yang baru juga dikenakan pada arus
pertukara produk.
5
Globalisasi kemampuan
Pengurangan peran pemerintah dan
regulatori dan “governance”.
parlemen nasional dalam merancang
aturan main “global governance”.
Peran itu diambil alih oleh lembaga
global, seperti Round Uruguay
GATT dan berbagai konferensi yang
berpuncak pada “social summit” di
Kopenhagen.
6
Globalisasi sebagai unifikasi
Pengintegrasian masyarakat-
politik dunia.
masyarakat seluruh dunia ke dalam
suatu sistem politik dan ekonomi
global di bawah pimpinan negara
inti.
7
Globalisasi persepsi kesadaran.
Proses sosio-kultural yang memusat
pada “satu bumi”. Gerakan sosial
“globalis”. Manusia dipandang
sebagai warga planet bumi.
Faktor-faktor Pendorong Munculnya Globalisasi
1) Faktor Ekonomi
a. Over Productions/ produksi yang berlebihan.
26
b. Perluasan Pasar.
c. Pembagian kerja secara internasional atau comparative
advantage dan spesialisasi produksi.
2) Faktor Politik
a.
Pencegahan Perang
b.
Hal ini sejalan dengan proposisi kaum pluralis yang
mengatakan bahwa “semakin besarnya tingkat integrasi
dan interdependensi ekonomi dunia, semakin kecil
peluang suatu negara melakukan perang karena resiko
ekonomi yang ditanggungnya.
KEKUATAN/KELEBIHAN & KELEMAHAN BUKU
KEKUATAN/ KELEBIHAN BUKU:
Dalam pendahulan, penulis menjabarkan bab-bab apa saja yang akan
dibahas dalam buku ini, sehingga hal tersebut memudahkan pembaca
dalam mengetahui pembahasan yang ada dalam buku Kapita Selekta
Hubungan Internasional ini.
Penulis juga memberikan contoh-contoh yang konkret dan mudah
dipahami bagi pembaca sehingga selain membaca buku ini, pembaca dapat
lebih mengerti dan memahami tentang hal yang dibahas secara detail
dalam topik dibuku ini.
Cover buku cukup menarik dan menggambarkan isi buku
Isi buku tersusun secara rapi dan menarik.
27
Isi buku cukup lengkap untu dijadikan sebagai buku panduan/ referensi
pembelajaran
Penulis juga mencantumkan sumber-sumber referensi dengan lengkap
sehingga isi/ substansi buku jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
KELEMAHAN BUKU:
Bahasa yang digunakan sulit dimengerti karena ada yang menggunakan
bahasa ilmiah, terutama bagi pembaca yang baru mempelajari dunia
hubungan internasional.
Banyak kata yang tidak dimengerti dan tidak ada pengertiannya sehingga
penulis harusnya menyediakan glosarium.
Penyajian buku yang kurang berwarna dan tidak memiliki illustrasi
gambar, sehingga membuat pembaca meras bosan dan mudah mengantuk.
KONTRIBUSI BUKU DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL
Kontribusi buku ini dalam hubungan internasional, sudah sangat jelas.
Seperti judul buku ini yaitu, “Kapita Selekta Hubungan Internasional”, buku ini
membahas mengenai hal-hal apa saja yang terjadi dan menjadi pembahasan dalam
hubungan internasional. Buku ini dapat menjadi panduan dan sebagai bahan
referensi dalam proses pembelajaran atau sebagai bahan rujukan dalam proses
pembuatan karya ilmiah karena buku-buku dan literatur yang tidak terlalu banyak
yang membahas mengenai hubungan internasional. Dengan adanya buku ini,
dapat menambah wawasan bagi penstudi hubungan internasional dan dapat
memberikan sudut pandang yang berbeda dalam menyingkapi hal-hal yang terjadi
di dunia internasional.
28
29
KAPITA SELEKTA HUBUNGAN INTERNASIONAL
Penulis: Dr. Syarifudin Tippe, S.IP., M.Si. dan Dr. Agus Subagyo, S.IP.,M.Si.
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional
Dosen: Dr. Agus Subagyo,S.IP.,M.Si
Oleh
Nama
: Dian Oktavia Kusuma Dewi
NIM
: 6211151186
ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2016
IDENTITAS BUKU
Judul Buku
: Kapita Selekta: Hubungan Internasional
Penulis
: - Dr. Syarifudin Tippe, S.IP., M.Si.
- Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si.
Tebal Buku
: 220 halaman
Penerbit
: Alfabeta, cv
Terbit
: Juli 2015
Ukuran buku
: 14,5 X 20,5 cm
Cetakan
: Cetakan I, tahun 2015
ISBN
: 978-602-289-166-6
Jumlah Halaman
: xvi + 204 halaman
Jumlah Bab
: 12 Bab
Text Bahasa
: Bahasa Indonesia
PENDAHULUAN
2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resensi itu sendiri diartikan
sebagai pertimbangan atau pembicaraan tentang buku dan sebagainya. Secara
garis besar resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah
hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara memaparkan
data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut. Resensi bermanfaat agar
kita mengetahui tentang banyak hal, selain itu juga bermanfaat agar dapat melatih
kita untuk membaca dan menilai suatu karya dari orang lain. Selain manfaat
membaca yang menambah wawasan, membaca juga dapat membuka pemikiran
kita terhadap permasalahan agar permasalahan yang kita hadapi dapat dipecahkan
dengan pemikiran yang luas dan tidak terbatas.
Peningkatan minat studi hubungan internasional di era reformasi saat ini di
dorong pula oleh adanya arus globalisasi, pasar bebas, perdagangan bebas,
perkembangan teknologi informasi, dan semakin meningkatnya mobilitas
manusia, barang, dan jasa antar negara sehingga banyak masyarakat yang
terdorong untuk memahami konteks global dan regional dari setiap permasalahan
nasional dan okal.
Buku ini berisi tentang berbagai perkembangan hubungan internasional
yang menjadi isyu dominan pada masa setelah berakhirnya Perang Dingin dan
awal abad 21. Penggambaran isyu-isyu yang berkembang dalam hubungan
internasional ini hanya bersifat deskriptif dan hanya awal dari sebuah perkenalan
dan pengantar.
Secara sistematika, buku ini terdiri dari dua belas bab. Bab pertama berisi
pendahuluan. Bab kedua menguraikan tentang pengertian dan teorisasi demokrasi.
Bab ketiga memaparkan tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam perspektif
Hubungan Internasional, dikenal dua Perspective.
Bab keempat menjelaskan tentang
good governance, baik dari
pengertiannya, unsur-unsurnya, sampai dengan karakteristik dan perbedaan antara
governance dan goverment. Sedangkan bab kelima berupaya membedah hakikat
terorisme, pengertian terorisme, tipologi terorisme sampai dengan upaya
pencegahannya.
Bab keenam berusaha menampilkan sebuah gambaran tentang fenomena
globalisasi. Definisi globalisasi, kerangka “state centris” dan “transnsional”
3
dalam studi hubungan internasional untuk memahami globalisasi, dampak negatif
dan positif globalisasi, sampai dengan gerakan anti globalisasi sebagai efek dai
mewabahnya “virus” globalisasi.
Bab ketujuh memperkenalkan perspektif gender dalam kajian hubungan
internasional. Dimulai dari pengertian gender, perbedaan dengan “sex”, perhatian
dunia terhadap masalah gender, faktor yang melatarbelakangi munculnya gender,
sampai dengan penelusuran berbagai aliran dalam gender dan formulasi
pembangunan yang berwawasan gender.
Bab kedelapan menampilkan risalah tentang lingkungan hidup dalam
konteks kajian hubungan internasional. Bab ini menunjukan permasalahan
lingkungan hidup sangat erat kaitannya dengan studi hubungan internasional. Bab
kesembilan mengusung tema pariwisata dalam tinjauan studi hubungan
internasional. Bab ini menunjukan kegiatan dibalik pariwisata, tersimpan sebuah
pola dan interksi berbagai aktor dalam hubungan internasional.
Bab
kesepuluh
mengemukakan
tentang
NGO
dalam
hubungan
internasional. Sebagai aktor dalam hubungan internasional. NGO merupakan
salah satu pemain yang sangat menentukan dalam dinamika politik internasional.
Bab kesebelas mencoba untuk membedah tentang hakikat ancaman dalam
perspektif hubungan internasional. Dalam bab ini akan diperkenalkan konsep
yang berkaitan dengan keamanan (security), yakni konsep National Security dan
Human Security.
Bab kedua belas atau terakhir berupaya memperkenalkan konsepsi “Perang
Modern” dalam perspektif Hubungan Internasional. Penulis menginginkan bahwa
khalayak publik menyadari bahwa saat ini kita berada dalam kondisi perang.
Melainkan perang dalam artian fisik, tetapi perang yang berdimensi luas dan
kompleks.
ISI/ SUBSTANSI BUKU
4
1. Bab II Demokrasi Dalam Hubungan Internasional
Mengkerangkai Demokrasi
Secara etimologis, istilah demokrasi berasal dari bahasa
Yunani, yakni “demos”yang berarti rakyat, dan “kratos” yang
berarti kekuasaan atau berkuasa, sehingga dapat disimpulkan adlah
“rakyat berkuasa” atau “government of rule by the people”.
Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah “government of the
people, by the people, for the people” (pemerintah dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat). Secara terminologi, demokrasi
adalah mekanisme hubungan antara penguasa dengan rakyatnya.
Sitem politik yang demokratis didasarkan pada kedaulatan rakyat.
Rakyat diasumsikan sedikit atau lebih kuat dari pada pemerintah.
Bila pemerintah lebih kuat dari rakyat akan terjadi sistem otoriter.
Dalam
demokrasi
modern,
wajah
dan
menifestasi
demokrasi berubah menjadi bersifat tidak langsung (indirect
democracy), atau orang banyak menyebut sebagai demokrasi
berdasarkan perwakilan (representative democracy). Hal ini terjadi
karena kondisi yang kompleks dan multidimensional, wilayah
luas, dan jumlah penduduk yang mencapai jutaan orang. Namun
hal yang menarik dari demokrasi modern adalah budak, wanita
dan penduduk asing diberi hak pilih sesuai aturan yang berlaku.
Sebelumnya hanya laki-laki sajalah yang memiliki hak pilih dan
aktif di kegiatan politik dan pemerintahan.
Timbulnya kembali gagasan demokrasi modern ditandai
dengan berakhirnya abad pertengahan yang kemudian didorong
oleh sejumlah rentetan peristiwa besar yang berlangsung hingga
akhir abad ke-20. Pertama, munculnya Renaissance (1300-1600
M). Kedua, Revolusi Industri (1667) di Inggris dan Revolusi
Perancis (1789). Ketiga, Perang Dunia I dan II.
5
Kalangan teoritisi modernisasi mengasumsikan adanya
sutau model demokrasi yang didasarkan pada pengalaman Eropa
Barat dan Amerika Utara. Model tersebut memiliki tiga ciri utama,
yaitu: (1) Ekonomi yang makmur dan merata; (2) struktur sosial
yang modern, megenal divesifikasi dan didominasi kelas
menengah yang independen; (3) budaya politik nasional yang
secara implisit sudah demokratis, yaitu toleran terhadap perbedaan
dan cenderung akomodatif.
Hipotesis
teoritisi
modernisasi
yang
mengaitkan
modernisasi sosial ekonomi dan politik sering dianggap gagal
menghadapi uji verifikasi. Karena oteriterisme muncul di beberapa
negara, teoritisasi modern sangat memperhitungkan faktor militer
di kehidupan politik, terutama di Negara-negara Dunia Ketiga.
Hubungan Antara Demokrasi dan Pemilu
Terdapat
beberapa
argumentasi
untuk
menjelaskan
hubungan antara Demokrasi dan Pemilu. Pertama, Pemilu adalah
ciri penting bagi suatu sistem politik yang memenuhi standar atau
kriteria untuk disebut demokratis. Kedua, Pemilu sendiri
merupakan produk dari proses demokratisasi, dimana Pemilu
merupakan konsekuensi logis dari diperluasnya ha-hak politik
rakyat untuk berperan serta dalam menentukan proses-proses
pengambilan keputusan. Ketiga, Pemilu merupakan alat untuk
mengukurdan menetukan kualitas dan kuantitas demokrasi.
Keempat, Demokrasi sendiri merupakan produk dari kekuasaan
politik. Suatu negara tidak bisa dikatakan demokratis kalau tidak
melaksanakan pemilu. Sebaliknya, suatu negara tidak akan
melaksanakan Pemilu yang Demokratis jika negara tersebut tidak
memiliki sistem politik yang demokratis.
Pendekatan-pendekatan dalam Demokrasi
6
Vernon Van Dyke mengatkan bahwa suatu “pendekatan”
(approach) adalah kriteria untuk menyeleksi masalah dan data
yang relevan. Dlam sejrah perkembangannya, demokrasi telah
mengenal
dua
pendekatan
:
Pendekatan
Prosedural
dan
Pendekatan Substansial. Pendekatan substansial adalah demokrasi
tidak akan efektif dan lestari tanpa substansi yang berwujud juwa ,
kultur dan ideologidemokratis yang mewarnai pengorganisasian
internal Partai Politik, lembaga-lembaga pemerintahan mupun
perkumpulan masyarakat dan keagamaan. Demokrasi substansial
lebih cenderung rasional, utopian, dan ideal. Artinya, ia lebih
menekankan pada variabel ideologis, kultur serta internalisasi
nilai-nilai dalam masyarakat. Sikap-sikap seperti cenderung
akomodatif,
toleran
kompromistis
mengembangkan
terhadap
merupakan
demokrasi.
perbedaan,
konsensual
dan
prasyaratutama
jika
ingin
demokrasi
secara
Pendekatan
prosedural cenderung melihat demokrasi sebagai sebuah prosedur
penciptaan prosedur dan tata cara pemerintahan serta proses
pelembagaannya.
Sebab-sebab munculnya Demokrasi
Berdasarkan tinjauan konseptual teoritik, ada beberapa teori
tentang demokrasi yang dicetuskan oleh para ilmuwan barat,
antara lain:
1) Struktur Sosial dan Demokrasi
Menurut Barrington Moore, demokrasi muncul dalam kondisi
dimana segolongan borjuasi yang kuat dan independen muncul
dengan kepentingan yang bertentangan dengan rezim masa lalu
dan mampu menerapkan kontrol atas kebijakan nasional.
Struktur dan pola sosial dalam masyarakat sangat menentukan
lahir tidaknya demokrasi. Pola dan struktur yang dimaksud
adalah:
7
-
MC + LC >< UC = Sistem Politik Demokrasi
-
UP + MC >< LC = Sistem Politik Fasisme
-
UP + LC >< MC = Sistem Politik Komunisme
Keterangan:
UP = Upper Class
MC = Middle Class
LC = Lower Class
2) Kapital dan Demokrasi
Menurut Therborn, munculnya demokrasi sangat ditentukan
oleh struktur kapital atau modal yang dimiliki oleh sebuah
negara. Richard Robinson mengatakan bahwa faktor kapital
sangat menentukan tumbuh kembanya demokrasi dalam
sebuah negara.
3) Elit Politik dan Demokrasi
Menurut O’Donnell dan Schmitter, demokrasi akan lahir
karena
disebabkan
oleh
sikap
para
elit,
perhitungan-
perhitungan dan kesepakatan yang dibuatnya. Diamond Liz
dan Lipset menyatakan bahwa di seluruh dunia sedang
berkembang, yang paling banyak menyumbang perkembangan
demokrasi adalah
gaya kepemimpinan yang fleksibel,
akomodatif, dan konsensual.
4) Budaya Politik dan Demokrasi
Menurut Almond dan Verba, budaya politik dalam sebuah
negara sangat menentukan sebuah negara akan menjadi
demokratis atau tidak.
8
5) Transisi dan Demokrasi
Menurut Huntington, munculnya demokrasi dari sebuah negara
yang otoriter akan melahirkan suatu masa transisi. Menrutnya
ada empat pola transisi yaitu:
a. Pola “Transformasi, elit pengusaha mengambil prakarsa
memimpin upaya demokratisasi;
b. Pola
“Replacement”,
kelompok
oposisi
memimpin
perjuangan demokrasi;
c. Pola
“Transplacement”,
demokratisasi
berlangsung
sebagai akibat negosiasi, dan “bargaining” anatara
pemerintah dengan kelompok oposisi;
d. Pola Intervensi, lembaga-lembaga demokratis dibentuk
dan dipaksakan berlakunya oleh ator dari luar.
Demokrasi dan Politik Luar Negeri
Dalam
studi
hubungan
internasional,
demokrasi
merupakansebuah konsep yang sangat penting, karena dalam
perkembangannya, demokrasi sering kali dijadikan alat bagi
sebuah negara untuk menyerang atau menjatuhkan negara lain.
Demokrasi sendiri bersifat universal, namun implementasi
demokrasi sangat berbeda oleh masing-masing negara. Dapat
disempulkan bahwa demokrasi adalah sebuah konsep yang
sebenarnya bebas nilai dan bersifat universal, namun demokrasi
menjadi sarat nilai dan bermuka jamak, karena adanya penafsiran
yang berbeda dan bermacam-macam dari negara-negara di dunia.
9
2. Bab III Hak Asasi Manusia Dalam Hubungan Internasional
Pengertian HAM
1) Menurut Jan Martenson (staf ahli Komisi HAM PBB),
“Human rights could be generally defined as those right
which are inherent in our nature without which w cannot live
as human being” (hak asasi manusia itu merupakan hak yang
melekat pada sifat manusia yang tanpa hak tersebut, manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia).
2) Menurut Mirriam Budiardjo, hak asasi manusia adalah hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya
bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam
kehidupan masyarakat.
3) Menurut Rozali Abdullah, hak asai manusia merupakan hakhak dasar yang dibawa manusi semenjak lahir sebagai
anugrah Tuhan Yang Maha Esa.
4) Menurut Krisna Harahap, pengertian hak asasi manusia
sangat luas, namun lahirnya hak asasi manusia dapat
digolongkan dalam tiga konsep, yaitu:
a. Bersumber dari hukum kodrat (natural law).
b. Merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa.
c. Merupakan hak yang diatur dalam pertauran (legal
rights). Hak asasi manusia dibagi menurut hak-hak dasar
yaitu hak yang bersifat klasik (de klassieke gronrechten)
dan hak yang bersifat sosial (de sociable gronrechten)
Sejarah Perkembangan HAM
10
Secara historis-empiris, tonggak-tonggak penting pemikiran
dan gerakan hak asasi manusia dapat dilacak kembali pada
lahirnya beberapa piagam atau perjanjian berikut ini:
1) Magna Charta (Piagam Agung, 1215)
2) Petition of Rights (tahun 1628)
3) Habeas Corpus Act (tahun 1679)
4) The Glorious Revolustion (Undang-undang hak, 1689)
5) Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan
Amerika, 1776)
6) Declaration des droits de l’homme et du citoyen
(Pernyataan hak-hak asasi manusia dan warga negara,
1789)
7) Bill of Rights (Undang-undang Hak, 1789)
8) Pemikiran Trias Politika dan Kontrak Sosial
9) The Four Freedoms (Empat Kebebasan, 1941 atau awal
Perang Dunia II)
10) Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan
Sedunia tentang Hak Asasi Manusia, 1948)
11) International Covenant on Civil Political Rights (Konvensi
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik) dan
International Covenant on Social, Economic, and Cultural
Rights (Konvensi Internasional tentang Hak-hak sosial,
Ekonomi, dan Budaya
12) Final Act of Helsinki (Perjanjian Helsinki, 1975)
11
13) African Charter on Human and Peoples Rights (Piagam
Afrika mengenai hak asasi manusia dan bangsa-bangsa,
1981)
14) Cairo Declaration on Human Rights in Islam (Deklarasi
Cairo mengenai Hak Asasi dalam Islam, 1990)
15) Singapore White Paper on Shared Values (Buku Putih
mengenai Nilai Bersama, 11 Januari 1991)
16) Bangkok Declaration (Deklarasi Bangkok, april 1993)
Tiga Konsepsi Tentang HAM
1) Konsep HAM Paham Liberal
Hak asasi manusia menurut paham liberalis, lebih menekankan
kepada individualisme barat. Hak hakiki dan tidak dapat
ditawar lagi adalah hak sipil dan hak politik.
2) Konsep HAM Paham Sosialis
Hak asasi manusia menurut paham sosialis, tidak menekankan
pada hak terhadap masyarakat , tapi lebih menekankan pada
kewajiban terhadap masyarakat, atau lebih mendahulukan
kesejahteraan daripada kebebasan.
3) Konsep HAM Paham Dunia Ketiga
Di dalam dunia ketiga, ada tiga kelompok pandanga, yaitu:
kelompok pertama yang dipengaruhi konsep sosialis, Marxist,
kelompok kedua yang dipengaruhi konsep barat, dan kelompok
ketiga, negara-negara yang karena filsafat hidupnya, ideologi
dan latar belakang sejarahnya, merupakan suatu konsep
tersendiri tentang hak asasi manusia.
Empat Sudut Pandang HAM
12
1) Negara atau kelompok yang berpandangan Universal-absolut,
HAM dilihat sebagai nilai-nilai universal dan tidak menghargai
profil sosial budaya yang melekat pada masing-masing bangsa.
2) Negara atau kelompok yang berpandangan Universal-relatif,
HAM dipandang sebagai masalh universal tetapi asas-asas
hukum internasional tetap diakui keberadaannya.
3) Negara atau kelompok yang berpandangan Particularisticabsolut, HAM dipandang sebagai persoalan-persoalan masingmasing
bangsa
sehingga
mereka
menolak
berlakunya
dokumen-dokumen internasional.
4) Negara atau kelompok yang berpandanagan Particularisticrelatif, HAM dipandang sebagai masalah universal juga
persolan
masing-masing
negara.
Berlakunya
dokumen-
dokumen internasional diselaraskan dan diserasikan dengan
budaya bangsa.
Dari empat sudut pandang tersebu, terdapat dua aliran
pemikiran mengenai HAM, yakni:
Bersifat inward-looking. Kelompok yang merasa
sudah mengenal HAM sejak dulu sehingga tidak
perlu menghirauan pendapat luar.
Bersifat
outward-looking.
Diwakili
kelompok
Human Rights Activities yang sering mangacu pada
perumusan persepsi dunia barat. Kelompok ini
berpendapat bahwa kita tidak mempunyai cuup
waktu untuk mempelajarai kebudayaan yang banyak
ragamnya secara mendalam, padahal pelanggaran
HAM terus berjalan.
HAM dalam Perspektif Hubungan Internasional
13
1) Autonomy of States
a. Menekankan
pada
pengakuan
atas
prinsip
kedaulatan negara dalam hubungan internasional.
b. Karena
atas
internasional
kedaulatan
harus
negara,
hubungan
mengormati
hak-hak
menentukan nasib sendiri (the rights of selfdetermination) suatu negara.
c. Lebih banyak melihat atau mengklaim negara
sebagai pemegang kedaulatan dan hak menentukan
nasib sendiri warganya.
2) Cosmopolitan Perspective
a. Bertumpu pada pengakuan HAM pada tingkat
individu secara universal.
b. Kosmopolitanisme
mempertanyakan
asumsi-
asumsi moral prinsip kedaulatan negara yang
menutup kemungkinan campur tangan negara lain
karena adanya pelanggaran hak asasi.
c. Intervensi politik dan ekonomi diperlukan untuk
menciptakan keadilan dunia, termasuk di dalamnya
HAM.
d. Sebagian besar penganut kosmopolitan mentolelir
kemungkinan intervensi militer ke negara yang
dianggap melanggar HAM atau pemerintahnya
tidak absah (illegetimate) atau tidak demokratis
14
3. Bab IV Good Governance Dalam Hubungan Internasional
Pengertian Good Governance
Menurut World Bank, konsep governance adalah: “The
way state power is used in managing economic and social
resources for development society”, dan dapat diperoleh sebuah
gambaran bahwa arti governance adalah cara bagaimana
kekuasaan negara digunakan untuk mengelola sumberdayasumberdaya ekonomi dan sosial guna pembangunan masyarakat.
“Cara” di sini lebih menunjukan pada hal-hal yang bersifat teknis.
UNDP mengemukakan bahwa definisi governance adalah:
“The exercise of political, economic and administrative authorithy
to manage nation’s affairs at all levels”, kata governance merujuk
pada penggunaan atau pelaksanaan, yakni pengunaan kewenangan
politik, ekonomi, dan administratif untuk mengelola masalahmasalah nasional pada semua tingkatan. Berdasarkan definisi
UNDP, governance memiliki tiga kaki, yakni:
Economic Governance
Political Governance
Administrative Governance
Menurut UNDP, governance memiliki tiga domain, yaitu (1)
Negara atau Pemerintah (state); (2)Sektor swasta atau dunia usaha
(private sector); (3) Masyarakat (society).
15
Gambar 1 Hubungan antara Negara, Swasta, dan Masyarakat
NEGARA atau
PEMERINTAH
SEKTOR
SWASTA
RAKYAT
16
Apabila proses Governance
yang dijalankan oleh ketiga
domain tersebut berlangsung selaras, serasi dan seimbang, maka
governance tersebut masuk dalam kategori yang baik (good). Arti
good dalam good governance meliputi dua pemahaman sebagai
berikut: Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau
kehendak rakyat dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan
rakyat
dalam
pencapaian
tujuan
nasional,
pembangunan
berkelanjutan, dan keadilan sosial. Kedua,aspek fungsional dari
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksaan tugasnya
untuk mencapai tujuan tersebut.
Tata pemerintahan yang baik (Good governance) adalah
suatu
kesepakatan
menyangkut
pengaturan
negara
yang
diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani dan
sektor swasta.
Karakteristik Good Governance
UNDP mengajukan sembilan karakteristik good governance,
yakni:
1) Partisipasi
2) Supremasi Hukum
3) Transparansi
4) Cepat Tanggap
5) Membangun Konsensus
6) Kesetaraan
7) Efektif dan Efisien
8) Bertanggung Jawab
17
9) Visi Strategis
Menurut Denis Osborne, syarat bagi pencapaian good
governance adalah sebagai berikut: (1) Peningkatan partisipasi
rakyat; (2) Peningkatan akuntabilitas pemerintah; (3) Pengurangan
peran dan belaja militer.
Menurut Alexander Love, unsur-unsur yang harus dipenuhi
untuk menciptakan good governance adalah sebagai berikut: (1)
Adanya aturan main hukum yang jelas dan pasti; (2) Peningkatan
manajemen sektor publik; (3) Strategi pemberantasan Korupsi
(strategi anti korupsi); (4) Pengurangan belanja militer dan kontrol
terhadap anggaran militer serta menciutkan jumlah personel
militer.
Perbedaan Government dan Governance
Tabel 1 Perbedaan Governance dan Government
No
Unsur
.
Perbandingan
1
Pengertian
Government
Governance
Dapat berarti
Dapat berarti cara,
badan/lembaga atau fungsi
pengunaan atau
yang dijalankan oleh suatu
pelaksanaan
organisasi tertinggi dalam
suatu negara
2
Sifat Hubungan
Hierarki, dalam arti yang
Hierarki, dalam arti ada
memerintah berada di atas,
kesetaraan kedudukan
sedangkan warga negara
dan hanya berbeda
yang diperintah ada di
dalam fungsi
bawah
3
Komponen yang
Sebagai subyek hanya ada
Ada tiga komponen
terlibat
satu institusi, yaitu institusi
yang terlibat, yaitu:
18
pemerintahan
1) Sektor publik
2) Sektor swasta
3) Masyarakat
4
Pemegang peran
Sektor Pemerintah
yang dominan
Semua memegang peran
sesuai dengan fungsinya
masing-masing
5
Efek yang
Kepatuhan warga negara
Partisipasi warga negara
Hasil akhir yang
Pencapaian tujuan negara
Pencapaian tujuan
diharapkan
melalui kepatuhan warga
negara dan tujuan
negara
masyarakat melalui
diharapkan
6
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai masyarakat
7
Format dan
Berisi lembaga dan personil Berisi kegiatan dan
Substansi (Format
(bentuk). Artinya, berisi
proses pemerintahan
& Substansi)
lembaga-lembaga dan
(isi). Artinya, berisi
struktur-struktur politik
manajemen dan kualitas
seperti legislatif, eksekutif,
memerintah. Bukan
yudikatif; dan pejabat-
struktur pemerintahan,
pejabat politik, seperti
tetapi kebijakan yang
presiden, perdana menteri,
dibuat dan efetifitas
dan menteri
penerapan kebijakan itu
4. Bab V Terorisme Dalam Hubungan Internasional
Definisi Terorisme
19
1) Menurut Oxford English Dictionary, terorisme memiliki dua
arti pokok, yaitu: Pertama, sebagai suatu sistem dari teror,
yaitu pemerintah menggunakan intimidasi. Kedua, sebagai
penerapan metode intimidasi.
2) Menurut Noam Chomsky, terorisme sebenarnya adalah sebuah
istilah yang merujuk kepada aksi kekerasan yang dilakukan
oleh siapapun (negara atau bukan) untuk tujuan-tujuan politik
tertentu.
3) Menurut Walter S. Jones, terorisme adalah sebuah tindakan
politik yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstremis
nasional dan transnasional maupun negara-negara sebagai
sponsornya. Keterlibatan negara bisa berupa pendanaan hingga
perlindungan hukum.
4) Menurut James Adams, terorisme adalah penggunaan atau
anacaman
kekerasan
fisik
oleh
individu-individu
atau
kelompok-kelompok untuk tujuan-tujuan politik, baik untuk
kepentingan atau melawan kekuasaan yang ada.
5) Menurut
Christopher
Greenwood,
terorisme
merupakan
tindakan kekerasan dan juga tindakan kriminal.
Catatan:
Karena tidak adanya definisi yang jelas dan disepakati atau diakui
secara
universal,
maka
yang
muncul
kemudian
adalah
ketidakseragaman setiap negara dalam mengambil tindakan
terhadap warga negaranya. Suatu negara akan menganggap
seseorang itu teroris, sementara negara lain menganggap orang
tersebut pejuang/pahlawan.
Tipologi Terorisme
1) Terorisme Negara menurut Weberia, negara dianggap sebagai
unit politik yang memiliki legitimasi di dalam menggunakan
20
teror
atau kekerasan terhadap warga negaranya. Tindakan
kekerasan dan teror dilakukan oleh negara terhadap rakyatnya
untuk menjamin ketaatannya.
2) Terorisme Non Negara, terorisme yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok di luar struktur pemerintahan. Kelompok
teroris bukan negara dapat dikelompokan dalam lima
kelompok, yaitu:
a. Teroris
Nasional,
kelompok
teroris
yang
wilayah
aktivitasnya berada dalam suatu nation state.
b. Urban
Guerrilla
digambaran
Group,
sebagai
kelompok
kelompok
teroris
bersenjata
yang
yang
diasosiasikan sebagai unit polisi sebelumya kelompoknya
kalah atau diisolasi.
c. Old Style Guerrilla, kelompok teroris Amerika Latin yang
menjadikan Marxisme dan Leninisme sebagai ideologi
perjuangan.
d. Publicity Seeking, kelompok teroris yang memilii tujuan
mencari
publisitas
dan
perhatia
dari
masyarakat
internasional.
e. Religiusm Terrorism, kelompok teroris ini memiliki
perbedaan tegas dengan kelompok teroris lainnya.
Terorisme ini memiliki ideologi yang berbeda dengan
kelompok teroris lainnya. Mereka menyebut aksinya
sebagai perang suci atau holy war, di mana tujuan
akhirnya adalah kemenangan total.
3) Terorisme yang disponsori oleh negara, negara membantu atau
mendukung gerakan-gerakan terorisme yang dilakukan oleh
kelompok teroris bukan negara.
21
Karakteristik Terorisme
1) Pengekspolitasian manusia secara sistemik, kengerian atau
ketakutan
yang
melumpuhkan
terhadap
kekerasan/
kekejaman/ penganiayaan fisik.
2) Pengunaan atau ancaman penggunaan keerasan fisik.
3) Adanya unsur pendadakan/ kejutan.
4) Mempunyai tujuan politik yang jauh lebih luas dari sasaran/
korban langsungnya.
5) Sasaran pada umumnya non hambatan.
6) Direncanakan dan dipersiapkan secara rasional
Tujuan Terorisme
1) Memperoleh konsensi-konsensi tertentu, seperti uang tebusan
, pembebasan tahanan (politik), dan penyebarluasan pesan.
2) Memperoleh publisitas luas.
3) Menimbulkan kekacauan luas, demoralisasi, dan disfungsi
sistem sosial.
4) Memancing
kontrateror
dari
pemerintah
sehingga
menimbulkan situasi yang akan menguntungkan para teroris,
yang
akhirnya
mungkin
saja
dapat
menggulingkan
pemerintah.
5) Memaksakan kepatuhan dan ketaatan. Ini adalah maksud
yang
tipikal
dari
suatu
pemerintah
totaliter/
fasis/
diktator/monoliti.
6) Menghukum yang bersalah atau dipandang sebagai simbol
dari sesuatu yang jahat/ salah.
22
Upaya Mencegah Praktik Terorisme
1) Menciptakan sistem politik yang demokratis.
2) Penegakan hukum(law enforcement.
3) Menghindarkan munculnya pelapisan sosial.
4) Kerjasama internasional dan regional.
5. Bab VI Globalisasi Dalam Hubungan Internasional
Model Interaksi “State Centrist”
Model hubungan state centrist adalah merujuk pada aktor
negara (nation/state) sebagai unit/ pemain politik pertama dan
utama dalam percaturan politik internasional. Isu-isu yang
berkembang dan menjadi kajian dalam model hubungan ini adalah
isu-isu keamanan militer (militer security). Para penganut dan
pendukung model interasi state centrist dikenal sebagai penganut
pendekatan realis sengan tokohnya yang utama adalah Edward H.
Carr, Hans J. Morgenthau, dan Kenneth Waltz. Negara adalah
sesuatu yang memiliki dan mengagung-agungkan kedaulatan, dan
globalisasi bukan sesuatu yang bisa menghentikan struggle for
power dari negara bangsa. Intinya, globalisasi mungkin hanya
akan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi dari umat
manusia, aan tetapi tida berarti akan mentransmisi sistem politik
internasional dari negara bangsa.
Model Interaksi “Transnasional”
Model hubungan transnasional adalah merujuk pada aktoraktor non negara sebagai unit/ pemain politik penting dalam politi
global. Aktor-aktor non negara yang dimaksud adalah perusahaan
23
multinasional, LSM, organisasi terorisme, organisasi keagamaan,
organisasi perjuangan kemerdekaan, individu, dan lain-lain. Isuisu yang berkembang dan menlingkupi dinamika hubungan
transnasional ini adalah isu-isu ekonomi (low politics). Para
penganut model transnasional sering disebut dengan penganut
pendekatan pluralis, seperti Robert O. Keohane, Joseph S. Nye,
dan Richard Mansbach.
Golbalisasi, menurut kaum pluralis, lambat laun akan
mengikis dan menggerogoti sendi-sendi kedaulatan negara bangsa
hingga
negara
bangsa
tidak
mampu
lagi
menahan
dan
membatasiaktor-aktor negara. Akhirnya pendekatan pluralis
percaya
bahwa,
dalam
jangka
panjang,
globalisasi
akan
menciptakan sebuah tatanan dunia yang universal, yang mungkin
berwujud sebuah “pemerintahan dunia” (world government).
Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah konsepsi yang menggambarkan
sebuah dunia yang terintegrasi baik secara politi maupun ekonomi.
Ciri utama dari globalisasi adalah peningkatan konsentrasi dan
monopoli sumber daya dan kekuatan ekonomi oleh perusahaan
transnasional maupun oleh perusahaan transnasional meupun oleh
perusahaan-perusahaan keuangan global.
James Petras & Henry Veltmeyer (2001) menyebut bahwa
globalisasi adalah wacana yang dijadikan oleh aktor-aktor kapital
global sebagai alat untuk memberikan payung bagi pergerakan dan
penyebaran ideologi kapitalisme ke seluruh penjuru diam.dapat
dikatakan globalisasi adalah sebuah produk dari ideologi
liberalisme-kapitalisme. Globalisasi tentunya sarat akan nilai
(value loaded). Globalisasi berwajah ganda. Di satu sisi,
menampilkan wajah positif dengan menjanjikan kemakmuran
ekonomi, kesejahteraan sosial, dan keadilan politik. Namun,
24
globalisasi menunjukan wajah yang menyeramkan karena
implikasi
negatif
yang
menyertainya,
seperti
kesenjangan
ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan kemisinan sosial.
Beberapa konseptualisasi Tentang Globalisasi
Tabel 2 Konseptualisasi tentang Globalisasi
No.
1
Kategori
Unsur/ Proses Usaha
Globalisasi keuangan dan
Deregulasi pasar finasial, mobilitas
pemilikan kapital.
kapital, melintasi batas nasional,
munculnya “merger” dan akuisisi.
Tahapan awalnya ditandai dengan
globalisasi pemilikan saham.
2
Globalisasi pasar dan strategi
Pengintegrasian kegiatan bisnis
perusahaan, terutama
dalam skala dunia, penciptaan
penekanan pada kemampuan
operasi terintegrasi di luar negeri
bersaing.
(termasuk Litbang dan pendanaan),
pencarian komponen ke seluruh
dunia pembentukan aliansi strategis.
3
Globalisasi difusi teknologi
Difusi tenologi sebagai katalisator
beriut Litbang dan ilmu
primer: Munculnya teknologi
pengetahuan yang terkait.
informasi dan telekomunikasi
memungkinkan terbentuknya
jaringan global di dalam perusahaan
yang sama, dan di antara perusahaanperusahaan yang berbeda. Misalnya
globalisasi “Toyotism”, yaitu proses
universalisasi cara kerja yang semula
diembangkan dan hanya diterapkan
di Toyota.
4
Globalisasi gaya hidup dan
Pengalihan dan transplantasi gaya
25
pola konsumsi; globalisasi
hidup dominan. Penyamaan pola
budaya.
konsumsi. Peran media massa.
Transformasi budaya ke arah
“cultural product” yang dipasarkan
ke seluruh dunia. Aturan main GATT
yang baru juga dikenakan pada arus
pertukara produk.
5
Globalisasi kemampuan
Pengurangan peran pemerintah dan
regulatori dan “governance”.
parlemen nasional dalam merancang
aturan main “global governance”.
Peran itu diambil alih oleh lembaga
global, seperti Round Uruguay
GATT dan berbagai konferensi yang
berpuncak pada “social summit” di
Kopenhagen.
6
Globalisasi sebagai unifikasi
Pengintegrasian masyarakat-
politik dunia.
masyarakat seluruh dunia ke dalam
suatu sistem politik dan ekonomi
global di bawah pimpinan negara
inti.
7
Globalisasi persepsi kesadaran.
Proses sosio-kultural yang memusat
pada “satu bumi”. Gerakan sosial
“globalis”. Manusia dipandang
sebagai warga planet bumi.
Faktor-faktor Pendorong Munculnya Globalisasi
1) Faktor Ekonomi
a. Over Productions/ produksi yang berlebihan.
26
b. Perluasan Pasar.
c. Pembagian kerja secara internasional atau comparative
advantage dan spesialisasi produksi.
2) Faktor Politik
a.
Pencegahan Perang
b.
Hal ini sejalan dengan proposisi kaum pluralis yang
mengatakan bahwa “semakin besarnya tingkat integrasi
dan interdependensi ekonomi dunia, semakin kecil
peluang suatu negara melakukan perang karena resiko
ekonomi yang ditanggungnya.
KEKUATAN/KELEBIHAN & KELEMAHAN BUKU
KEKUATAN/ KELEBIHAN BUKU:
Dalam pendahulan, penulis menjabarkan bab-bab apa saja yang akan
dibahas dalam buku ini, sehingga hal tersebut memudahkan pembaca
dalam mengetahui pembahasan yang ada dalam buku Kapita Selekta
Hubungan Internasional ini.
Penulis juga memberikan contoh-contoh yang konkret dan mudah
dipahami bagi pembaca sehingga selain membaca buku ini, pembaca dapat
lebih mengerti dan memahami tentang hal yang dibahas secara detail
dalam topik dibuku ini.
Cover buku cukup menarik dan menggambarkan isi buku
Isi buku tersusun secara rapi dan menarik.
27
Isi buku cukup lengkap untu dijadikan sebagai buku panduan/ referensi
pembelajaran
Penulis juga mencantumkan sumber-sumber referensi dengan lengkap
sehingga isi/ substansi buku jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
KELEMAHAN BUKU:
Bahasa yang digunakan sulit dimengerti karena ada yang menggunakan
bahasa ilmiah, terutama bagi pembaca yang baru mempelajari dunia
hubungan internasional.
Banyak kata yang tidak dimengerti dan tidak ada pengertiannya sehingga
penulis harusnya menyediakan glosarium.
Penyajian buku yang kurang berwarna dan tidak memiliki illustrasi
gambar, sehingga membuat pembaca meras bosan dan mudah mengantuk.
KONTRIBUSI BUKU DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL
Kontribusi buku ini dalam hubungan internasional, sudah sangat jelas.
Seperti judul buku ini yaitu, “Kapita Selekta Hubungan Internasional”, buku ini
membahas mengenai hal-hal apa saja yang terjadi dan menjadi pembahasan dalam
hubungan internasional. Buku ini dapat menjadi panduan dan sebagai bahan
referensi dalam proses pembelajaran atau sebagai bahan rujukan dalam proses
pembuatan karya ilmiah karena buku-buku dan literatur yang tidak terlalu banyak
yang membahas mengenai hubungan internasional. Dengan adanya buku ini,
dapat menambah wawasan bagi penstudi hubungan internasional dan dapat
memberikan sudut pandang yang berbeda dalam menyingkapi hal-hal yang terjadi
di dunia internasional.
28
29