Faktor Faktor Situasional Dalam Situasi

TUGAS PENGGANTI ABSEN
FAKTOR-FAKTOR SITUASIONAL DALAM SITUASI KERJA YANG DAPAT
MEMBANTU PEMIMPIN UNTUK MENETAPKAN GAYA KEEMIMPINAN

Disuusun oleh:
Nama : Nuzla Abidin
NIM
: 10.12.5104
Kelas : 10.S1.SI.09

JURUSAN SISTEM INFORMASI
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN
KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya,
meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri
kita serta keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Karena hidayah serta kesehatan yang di berikannya pula, Alhamdulillah, penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “FAKTOR SITUASIONAL DALAM KERJA
YANG

DAPAT

MEMBANTU

PEMIMPIN

UNTUK

PENGAMBILAN

GAYA

KEPEMIMPINANNYA” ini sebagai tugas pengganti absen dari mata kuliah penulis tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak selaku
dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan yang telah banyak memberikan bimbingan
dan berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat pengarahan, serta semua pihak yang

telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Akhirnya penulis mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 16 Juni 2013

Penulis

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,
manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi
kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati &
menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian
setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan
lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah
& memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia

seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok &
lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik
& sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan
agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian kepemimpinan
b. Teori kepemimpinan
c. Tugas pokok kepemimpinan
d. Fungsi kepemimpinan
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah
a. Penngganti ketidakhadiran kuliah tatap muka
b. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya
tentang kepemimpinan


PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi
orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi
proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and
directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect,
and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni
untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk
memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk
menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
2.2 Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji
sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara
efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam
karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang

kepemimpinan antara lain :
Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang
kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya,
teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan
bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat
dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik,
mental, dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di
atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil
yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun

eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan
stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada
kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d. Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya
mampu berpihak kepadanya
Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini
memiliki kecendrungan kearah 2 hal, antara lain:
a. Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin
yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada
dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan
bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
b. Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan

dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap
hasil yang tinggi pula.
Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab
dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain
baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk
melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang
diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi
pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa
prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan
gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi
tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap
membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.

Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak
selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel
pengecualian

dari

ketiga

gaya

kepemimpinan

diatas,yakni

model

kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling
sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini fiedler
ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi
pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi.

Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader –
member rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader
position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan
(akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar
diperlukannya

cara

spesifik

untuk

melakukan

pekerjaan,

variabel

menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.


ketiga

Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional
dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi
pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif
dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini
amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut
sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai
kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki
pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst),
masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat
meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan
sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan
seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard,
yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi
lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
sebagai berikut:

a. Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita
belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau
apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa
yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin
memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
b. Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan
tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang
tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi
suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk

mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan
komunikasi yang baik dengan mereka.
c. Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya
bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan
arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan
dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah
mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang
lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk
berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan
kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
d. Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang
dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik
apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita
dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan
inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat
tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari
bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational
leadership”. Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin
harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh
adanya perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas
organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan
tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana
telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat
mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga
kemampuan khusus yakni :
a. Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat
pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.

b. Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan
untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa
terhadap situasi.
c. Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk
menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita
terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab
seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran
interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran
pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
2.3 Tugas Pokok Kepemimpinan
Tugas

pokok—seorang

pemimpin

yaitu

melaksanakan

fungsi-fungsi

manajemen seperti yang telah disebutkan sebelumnya yang terdiri dari: merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi.
Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan
seorang diri, tetapi dengan menggerakan orang-orang yang dipimpinnya. Agar orangorang yang dipimpin mau bekerja secara erektif seorang pemimpin di samping harus
memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan manusiawi. Secara
lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin meliputi: pengambilan keputusan
menetapkan

sasaran

dan

menyusun

kebijaksanaan,

mengorganisasikan

dan

menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan baik secara vertikal
(antara bawahan dan atasan) maupun secara horisontal (antar bagian atau unit), serta
memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
Secara umum, tugas-tugas pokok pemimpin antara lain:
1. Melaksanaan

Fungsi

Managerial,

yaitu

berupa

kegiatan

pokok

meliputi

pelaksanaan:
a. Penyusunan Rencana
b. Penyusunan Organisasi Pengarahan Organisasi Pengendalian Penilaian
c. Pelaporan
2. Mendorong (memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun.
3. Membina bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing-masing
secara baik

4. Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien
5. Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis
6. Menyusun fungsi manajemen secara baik
7. Menjadi penggerak yang baik dan dapat menjadi sumber kreatifitas
8. Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar

2.4 Fungsi Kepemimpinan
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan
sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang
bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu:
1. Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
2. Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.
Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan
tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut,
menurut Hadari Nawawi (1995:74), fungsi kepemimpinan berhubungn langsung
dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan
bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan berada diluar situasi itu Pemimpin
harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial keiompok atau
organisasinya.
Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu:
1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam
tindakan atau aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang
dipimpinya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang
yang dipimpin dalam melaksnakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi,
yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan
pemimpin.

Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara
operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah),
bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan
dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar
keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin
hanyalah melaksanakan perintah.
2. Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah.
Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan
yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang
dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orangorang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugastugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan
wewenang membuay atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya
adalah kepercayaan ssorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan
untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab.
Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan
kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.
5. Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu
mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam
melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Kemudian menurut Yuki (1998) fungsi kepemimpinan adalah usaha
mempengaruhi dan mengarahkan karyawan untuk bekerja keras, memiliki semangat
tinggi, dan memotivasi tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat
dengan fungsi mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi.
Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu atau
kelompok bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian sasaran.
Dengan

demikian,

inti

kepemimpinan

bukan

pertama-tama

terletak

pada

kedudukannya daiam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan
fungsinya sebagai pemimpin. Fungsi kepemimpinan yang hakiki adalah :
1. Selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha untuk pencapaian tujuan
2. Sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak luar.
3. Sebagai komunikator yang efektif.
4. Sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.
Fungsi pokok pimpinan adalah:
1. Memberikan kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan oleh
anggotanya.
2. Mengawasi, mengendalikan dan menyalurkan perilaku anggota yang dipimpin
3. Bertindak sebagai wakil kelompok dalam berhubungan dengan dunia luar
Fungsi kepemimpinan itu pada pokoknya adalah menjalankan wewenang
kepemimpinan, yaitu menyediakan suatu sistem komunikasi, memelihara kesediaan
bekerja sama dan menjamin kelancaran serta keutuhan organisasi atau perusahaan.

SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin
diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi
luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,
pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya
adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas
pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

DAFTAR PUSTAKA
 P.Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta :
Rineka Citra.
 Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT
Pradnya Paramita.
 Wirawan, Sarlito. (2005).Psikologi Sosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi
Terapan).Jakarta :Balai Pustaka.
 Sunyoto

Munandar,

Universitas Indonesia.

Ashar.(2001).Psikologi

Industri

dan

Organisasi.Jakarta: