237836261 BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki era pasar global ini, persaingan semakin ketat dan kualitas
pengetahuan generasi muda merupakan salah satu elemen yang sangat penting
dalam perkemabangan dan kemajuan perekonomian dalam dunia kerja. Melihat
kenyataan ini bangsa Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang
berkualitas dan handal yang tidak dapat dipisahkan dari penguasaan
pengetahuan dan teknologi serta kemajuan pendidikan.
Tantangan dalam mewujudkan pembangunan di bidang ekonomi pada
masa depan semakin berat, terutama dalam mewujudkan dunia usaha dan yang
tangguh dan kuat guna memperkokoh struktur perekonomian nasional. Untuk
menghadapi era globalisasi tersebut, diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berbudi pekerti luhur untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,
damai, terbuka dan mampu bersaing agar tercapai kesejahteraan yang
diharapkan.
Kesejahteraan tidak hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal
yang bersifat fisik, tetapi juga bersumber pada modal intelektual, sosial dan
kredibilitas yang tinggi sehingga ditunutut untuk terus meningkatkan
pengetahuan. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai insan terpelajar dituntut untuk
mendapatkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan kemudian diterapkan

dalam dunia kerja dan di kehidupan bermasyarakat.
Melihat fenomena tersebut, maka dewasa ini banyak dilakukan usahausaha ke arah integrasi dan konsolidasi kegiatan kemahasiswaan dan diharapkan
mahasiswa dapat mengembangkan diri, berkreasi serta berprestasi secara aktif
sesuai dengan pengetahuan, teknologi dan kemajuan pendidikan yang sedang
berkembang dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun salah satu cara yang dapat ditempuh oleh perguruan tinggi adalah
dengan mengadakan suatau program, dimana pengetahuan yang didapatkan
1

secara konseptual dapat dibandingkan dan diaplikasikan dengan keadaan di
lapangan. Karena dengan melakukan suatu perbandingan antara teori dan praktek
serta pengaplikasian, maka kesenjangan hasil pendidikan dapat dihindari sekecil
mungkin.
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) diharapkan dapat menambah
wawasan, mampu mengamati, dan membandingkan serta tanggap terhadap
permasalahan yang terjadi di dalam perekonomian nasional dengan melakukan
studi secara langsung di lapangan, baik di lembaga pemerintahan, perusahaan
milik negara maupun di perusahaan milik swasta bahkan home industry yang
memberikan pengaruh terhadap perekonomian nasional.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan laporan Kuliah Kerja Lapangan adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pembiayaan yang digunakan oleh PT Nippon Indosari Corpindo
Tbk?
2. Bagaimana strategi pemasaran yang digunakan di HAWAii Bali sehingga
dikenal oleh wisatawan Bali?
3. Bagaimana sistem pemberian kompensasi pada karyaan di Murjana’s Silver
Bali?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan Kuliah Kerja Lapangan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pembiayaan di PT Nippon Indosari Corpindo
Tbk.
2. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang digunakan di HAWAii Bali
3. Untuk mengetahui sistem pemberian kompensasi pada karyaan di Murjana’s
Silver Bali

2

1.4 Manfaat Penulisan Laporan

Manfaat penulisan laporan bagi mahasiswa:
1. Untuk memenuhi syarat kelulusan matakuliah Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
2. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa mengenai materi yang bersangkutan
Kegunaan penulisan laporan bagi dosen:
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan penilaian terhadap mata
kuliah Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
2. Sebagai bahan referensi bagi dosen mengenai materi yang bersangkutan
Kegunaan penulisan laporan bagi pembaca:
1. Sebagai bahan referensi dalam penulisan berbagai karya tulis yang
bersangkutan dengan laporan ini
2. Sebagai sarana menambah pengetahuan
1.5 Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)dilaksanakan pada :
Hari

: Selasa s/d Jumat

Tanggal

: 10-13 September 2013


Tempat kunjungan

:
1. PT. Nippon Indosari Corpindo, Tbk
(Selasa, 10 September 2013, pukul 13.30 WIB)
2. HAWAii Bali
(Rabu, 11 September 2012, pukul 10.00 WITA)
3. Murjana’s Silver Bali
(Kamis, 12 September 2012, pukul 08.00 WITA)

3

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen Keuangan
2.1 Saham dan Obligasi
Ekuitas (equity) atau saham yang merupakan tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Budisantoso & Triandaru,
2006: 293).

Darmadji & Fakhruddin (2011: 5) mendefinisikan saham (stock) sebagai tanda
penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas. Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan,
saham bersifat modal sendiri.
Obligasi ialah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi
meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk
membayar bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang ditentukan kepada
pihak pembeli obligasi (Darmadji & Fakhruddin, 2011: 12).
Proses penjualan saham atau obligasi di pasar perdana disebut sebagai
penawaran umum perdana [initial public offering (IPO)]. Penawaran perdana untuk
saham atau obligasi suatu perusahaan kepada investor publik dilakukan oleh
penjamin misi melalui perantara pedagang efek yang bertindak sebagai agen penjual
saham.
Struktur kepemilikan saham merupakan suatu daftar yang Menunjukan
besarnya tingkat presentase kepemilikan yang berbeda dari para investor pada suatu
perusahaan dimana para pemegang saham tersebut memiliki hak yang pantas
dipertimbangkan dalam literature perusahaan. Suatu perusahaan dapat dimiliki oleh
berbagai pihak mulai individu maupun secara kolektif dengan presentase kepemilikan
yang berbeda-beda


2.2 Analisis Rasio
Rasio Profitabilitas
a. ROA

4

Rasio ini hendak mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan
laba dengan menggunakan seluruh sumber dana yang dimilikinya (total aktiva). Rasio
ini juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan
dana yang dipinjam.
Menurut Husnan & Pudjiastuti (2006) menyatakan bahwa ROA dapat disebut
juga dengan rentabilitas ekonomi. Rasio ini mengukur kemampuan aktiva perusahaan
memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur,
maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktiva operasional.
b. ROE
ROE disebut juga rentabilitas modal sendiri. Rasio ini mengukur seberapa
banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Karena itu
dipergunakan angka laba setelah pajak. Angka modal sendiri juga sebaiknya
dipergunakan angka rata-rata (Husnan & Pudjiastuti, 2006).

Rasio ini bermanfaat bagi para pemegang saham karena dapat mengetahui
laba yang akan diperoleh dan dapat menarik para investor. ROE berguna untuk
menggambarkan besarnya laba yang benar-benar tersedia dan tersisa bagi para
pemegang saham biasa (Prastowo & Julianti, 2002).
ROE adalah indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan
calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti
terjadi kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan.
Rasio Pembiayaan (Leverage)
a. DAR
DAR (Debt to Total Asset Ratio) merupakan rasio hutang yang mengukur
seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (Syamsuddin, 2007:
54). Semakin tinggi DAR semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
b. DER

5

DER (Debt to Total Equity Ratio) menggambarkan perbandingan hutang dengan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal

sendiri perusahaan untuk memenuhi kewajibannya (Van Horne dan Wachowicz,
2005:209). DER merupakan salah satu rasio yang dibutuhkan oleh investor.
Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui perbandingan
perkembangan rasio ekuitas terhadap rasio hutang. Semakin tinggi DER berarti
semakin besar hutang yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan bagi pemegang saham.
Capital Expenditure adalah biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan aktiva tetap.
Capex juga bisa diartikan sebagai alokasi yang direncanakan (dalam budget) untuk
melakukan pembelian/perbaikan/penggantian segala sesuatu dikategorikan sebagai
aset perusahaan secara akuntansi.
B. Manajemen Pemasaran
2.3 Bauran Pemasaran
Kotler (2003) mengatakan “marketing mix is the set of marketing tools that
the firm uses to pursue its marketing objectives in the target market” yang kurang
lebih memiliki arti bahwa bauran pemasaran adalah sejumlah alat-alat pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk menyakinkan obyek pemasaran atau target pasar
yang dituju. Keempat bauran pemasaran tersebut secara singkat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Product (produk) adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat
untuk dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi. Produk dapat terdiri dari

product variety, quality, design, feature, brand name, packaging, sizes,
services, warranties, and returns.
b. Price (harga), yaitu sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli
produk atau mengganti hal milik produk. Harga meliputi last price, discount,
allowance, payment period, credit terms, and retail price.
c. Place (tempat), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk
yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Tempat

6

meliputi antara lain channels, coverage, assortments, locations, inventory,
and transport.
d. Promotion (promosi),

yaitu berbagai

kegiatan

perusahaan


untuk

mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran.
Variabel promosi meliputi antara lain sales promotion, advertising, sales
force, public relation, and direct marketing.
Variabel promosi atau yang lazim disebut bauran komunikasi pemasaran
(Kotler, 2003):
a) Advertising, yaitu semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi ide,
barang, atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran.
b) Sales promotion, yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan
mencoba atau pembelian produk dan jasa.
c) Public relations and publicity, yaitu berbagai program yang dirancang
untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk
individual yang dihasilkan.
d) Personal selling, yaitu interaksi langsung antara satu atau lebih calon
pembeli dengan tujuan melakukan penjualan.
e) Direct marketing, yaitu melakukan komunikasi pemasaran secara
langsung untuk mendapatkan respon dari pelanggan dan calon tertentu,
yang dapat dilakukan dengan menggunakan surat, telepon, dan alat
penghubung nonpersonal lain.

Bauran pemasaran yang terdiri dari product, price, place, dan promotion
(4P) seiring perkembangan jaman dan tuntutan pasar yang senantiasa mengalami
perkembangan telah mengalami evolusi dan terus berkembang searah dengan
perkembangan perilaku konsumen dan kecerdasan para ahli pemasaran. Lovelock dan
Wright (2002:13-15) mengembangkan bauran pemasaran (marketing mix)
menjadi integrated service management dengan menggunakan pendekatan 8Ps, yaitu:
1) Product elements adalah semua komponen dari kinerja layanan yang
menciptakan nilai bagi pelanggan.
2) Place, cyberspace, and time adalah keputusan manajemen mengenai kapan,
dimana, dan bagaimana menyajikan layanan yang baik kepada pelanggan.

7

3)

Promotion and education adalah semua aktivitas komunikasi dan
perancangan

insentif

untuk

membangun

persepsi

pelanggan

yang

dikehendaki perusahaan atas layanan spesifik yang perusahaan berikan.
4) Price and other user outlays adalah pengeluaran uang, waktu, dan usaha yang
pelanggan korbankan dalam membeli dan mengkonsumi produk dan layanan
yang perusahaan tawarkan atau sajikan.
5) Process adalah suatu metode pengoperasian atau serangkaian tindakan yang
diperlukan untuk menyajikan produk dan layanan yang baik kepada
pelanggan
6) Productivity and quality, produktivitas adalah sejauh mana efisiensi masukanmasukan layanan ditransformasikan ke dalam hasil-hasil layanan yang dapat
menambah nilai bagi pelanggan, sedangkan kualitas adalah derajat suatu
layanan yang dapat memuaskan pelanggan karena dapat memenuhi
kebutuhan, keinginan, dan harapan.
7) People adalah pelanggan dan karyawan yang terlibat dalam kegiatan
memproduksi produk dan layanan (service production).
8) Physical evidence adalah perangkat-perangkat yang diperlukan dalam
menyajikan secara nyata kualitas produk dan layanan.
2.4 Konsep Inti dalam Pemasaran
Untuk memahami fungsi pemasaran, kita perlu memahami serangkaian konsep inti
dalam pemasaran, diantaranya adalah(Kotler ,2009) :
 Kebutuhan, keinginan, dan permintaan
Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia. Kebutuhan akan menjadi
keinginan ketika diarahkan ke objek tertentu. Permintaan adalah keinginan akan
produk-produk tertentu yang didukung oleh kemampuan untuk membayar.
 Pasar Sasaran, Positioning, dan Segmentasi
Seorang pemasar jarang dapat memuaskan semua orang dalam suatu pasar.
Karenanya, pemasar mulai dengan membagi-bagi pasar ke dalam segmensegmen. Mereka mengidentifikasi dan membuat profil dari kelompok-kelompok
pembeli yang berbeda, yang mungkin lebih menyukai atau menginginkan bauran
produk dan jasa yang beragam, dengan meneliti perbedaan demografi,
psikografis, dan prilaku diantara pembeli.
8

Untuk setiap segmen, perusahaan mengembangkan suatu penawaran pasar
yang di posisikannya didalam benak pembeli sasaran sebagai keuntungan utama.
 Penawaran dan Merk
Perusahaan memenuhi kebutuhan dengan mengajukan sebuah proposisi nilai
(value proposition), yaitu serangkaian keuntungan yang mereka tawarkan kepada
pelanggan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Penawaran dapat berupa suatu
kombinasi produk, jasa, informasi, dan pengalaman. Merk (Brand) adalah suatu
penawaran dari sumber yang diketahui .
 Nilai dan Kepuasan
Nilai mencerminkan sejumlah manfaat, baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud, dan biaya yang dipresepsikan oleh pelanggan. Nilai adalah kombinasi
kualitas, pelayanan dan harga, yang disebut juga tiga elemen nilai pelanggan.
Nilai adalah konsep yang sentral perannya dalam pemasaran . Kepuasan
mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk anggapannya (atau
hasil) dalam kaitannya dengan ekspektasi .
 Saluran pemasaran
Untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan tiga jenis saluran
pemasaran, yaitu;
1. Saluran komunikasi: Menyampaikan dan menerima pesan dari pembeli
sasaran. Contohnya, surat kabar, majalah, radio, dll
2. Saluran distribusi: Menggelar, menjual atau menyampaikan produk fisik atau
jasa kepada pelanggan atau pengguna. Contohnya, distributor, pedagang
grosir, pengecer dan agen
3. Saluran layanan: Melakukan transaksi dengan calon pembeli. Contohnya,
perusahaan transportasi , bank, dan asuransi
 Persaingan
Persaingan mencakup semua penawaran dan produk subtitusi yang ditawarkan
oleh pesaing, baik yang aktual maupun yang potensial, yang mungkin
dipertimbangkan oleh seorang pembeli.
C. Manajemen Sumber Daya Manusia
9

2.5 Rekrutmen
Rekrutmen merupakan serangkaian aktivitas mencari dan memikat pelamar
kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan
untuk menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.
Aktivitas rekrutmen dimulai pada saat calon mulai dicari, dan berakhir pada saat
lamaran mereka diserahkan (Simamora, 2004).
2.6 Kompensasi
Kompensasi merupakan sesuatu yang dipertimbangkan sebagai sesuatu yang
sebanding. Dalam kepegawaian, hadiah yang bersifat uang merupakan kompensasi
yang diberikan kepada pegawai sebagai penghargaan dari penghargaan mereka.
(Mangkunegara, 83: 2009).
Rivai (2009) mengatakan bahwa kompensasi dibagi menjadi dua yaitu :
1.

Financial
Kompensasi financial terbagi menjadi dua yaitu :
a.

Langsung, meliputi : pembayaran pokok (gaji dan upah), pembayaran
prestasi, pembayaran insentif (komisi, bonus, bagian keuntungan, dan opsi
saham), pembayaran tertangguh (tabungan hari tua dan saham komulatif).

b. Tidak Langsung (tunjangan), meliputi : proteksi (asuransi, pesangon, sekolah
anak, dan pensiun), kompensasi luar jam kerja (lembur, hari besar, cuti, sakit,
dan cuti hamil), fasilitas (rumah, biaya pindah, dan kendaraan).
2. Non Financial
Non Financial, meliputi : Karena karir (aman pada jabatan, peluang promosi,
pengakuan karya, temuan baru, dan prestasi istimewa), lingkungan kerja (dapat
pujian, bersahabat, nyaman bertugas , menyenangkan, dan kondusif).
Penentuan Kompensasi
Besarnya kompensasi yang diberikan ditentukan oleh
a) Harga / Nilai pekerjaan
Penilaian harga suatu jenis pekerjaan merupakan tindakan pertama yang
dilakukan dalam menentukan besarnya kompensasi yang akan diberikan kepada
10

karyawan. Penilain harga pekerja dapat dilakukan dengan dua cara, sebagai
berikut:
-

Melakukan analisis jabatan/pekerjaan
Berdasarkan analisis jabatan akan didapat informasi yang berkaitan dengan :
o Jenis keahlian yang dibutuhkan
o Tingkat kompeksitas pekerjaan
o Resiko pekerjaan
o Perilaku/kepribadian yang dituntut oleh pekerjaan
tersebut. Dari informasi tersebut kemudian ditentukan harga pekerjaan.

-

Melakukan survei “harga” pekerjaan sejenis pada organisasi lain.
Harga pekerjaan pada beberapa organisasi dapat dijadikan sebagai
patokan dalam menetukan harga pekerjaan sekaligus sebagai ukuran
kelayakan kompensasi. Jika harga pekerjaan yang diberikan lebih rendah dari
organisasi lain, maka kecil kemungkinan organisasi tersebut mampu menarik
atau mempertahankan karyawan yang qualified. Sebaliknya bila harga
pekerjaan terebut lebih tinggi dari organisasi lainnya, maka organisasi tersebut
akan lebih mudah menarik dan mempertahankan karyawan yang qualified.

b) Sistem kompensasi yang diterapkan
Beberapa sistem kompensasi yang biasa digunakan adalah sistem prestasi, sistem
kontrak / borongan.


Sistem Prestasi
Upah menurut prestasi kerja sering juga disebut dengan upah sistem
hasil. Pengupahan dengan cara ini mengaitkan secara langsung antara
besarnya upah dengan prestasi kerja yang ditujukan oleh karyawan yang
bersangkutan. Sedikit banyaknya upah tersebut tergantung pada sedikit
banyaknya hasil yang dicapai karyawan dalam waktu tertentu. Cara ini
dapat diterapkan bila hasil kerja dapat diukur secara kuantitatif.
Cara ini dapat mendorong karyawan yang kurang produktif menjadi
lebih produktif. Cara ini akan sangat menguntungkan bagi karyawan yang

11

dapat bekerja cepat dan berkemampuan tinggi. Contoh kompensasi sistem
hasil : per potong, per meter, per kilo, per liter dan sebagainya.


Sistem Waktu
Besarnya kompensasi dihitung berdasarkan standar waktu seperti
Jam, Hari, Minggu, Bulan. Besarnya Upah ditentukan oleh lamanya
karyawan melaksanakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Umumnya
cara ini digunakan bila ada kesulitan dalam menerapkan cara pengupahan
berdasarkan prestasi.



Sistem kontrak / borongan
Penetapan besarnya upah dengan sistem kontrak / borongan
didasarkan atas kuantitas, kualitas dan lamanya peyelesaian pekerjaan
yang sesuai dengan kontrak perjanjian.
Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan,
maka dalam kontrak juga dicantumkan ketentuan mengenai “konsekuensi”
bila pekerjaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan perjanjian baik secara
kuantitas, kualitas maupun lamanya penyelesaian pekerjaan. Sistem ini
biasanya digunakan untuk jenis pekerjaan yang dianggap merugikan bila
dikerjakan oleh karyawan tetap dan / atau jenis pekerjaan yang tidak
mampu dikerjakan oleh karyawan tetap.

12

BAB III
PROSEDUR DAN METODE OBSERVASI
3.1 Prosedur
1. Persiapan
a. Penyusunan Proposal
b. Pengurusan Surat Ijin ke Instansi-Instansi
c. Membuat Instrumen Pertanyaan
2. Pelaksanaan
Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 10-13 September 2013 dengan
sasaran atau objek observasi adalah :
a. PT. Nippon Indosari Corpindo, Tbk.
b. HAWAii Bali
c. Pusat Kerajinan Perak
3. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan ini dilakukan setelah pelaksanaan KKL yang dikerjakan
oleh tim-tim di lapangan dan disusun serta direvisi oleh tim editor KKL.
3.2 Metode Observasi
Beberapa metode yang digunakan untuk mendapat data dari lapangan adalah
dengan:
1. Pengamatan langsung
2. Tanya jawab
3. Dokumentasi

13

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.
a. Profil Nippon Indosari Corpindo Tbk.
PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk ("Perseroan") atau yang dikenal sebagai
perusahaan yang memproduksi SariRoti berdiri pada tahun 1995. Pabrik pertama
berlokasi di Blok W, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang. Untuk memenuhi
permintaan konsumen yang terus meningkat, Perseroan mengembangkan usahanya
dengan mendirikan pabrik di Pasuruan pada tahun 2005. Besarnya permintaan
masyarakat atas produk Sari Roti membuat Perseroan kembali membangun pabrik
ketiga pada tahun 2008 yang juga berlokasi di Kawasan Industri Jababeka Cikarang.
Kemudian disusul dengan pembangunan pabrik di Semarang, Medan dan Cikarang
Barat pada tahun 2011. Pada tahun 2012, Perseroan membangun 2 pabrik baru yang
berlokasi di Palembang dan Makassar. Perseroan secara resmi mencatatkan saham di
Bursa Efek Indonesia dan menjual kepada publik pada tahun 2010.
PT
Nippon
Indosari
Corpindo,
Tbk.
Memiliki

Visi:

Menjadi perusahaan roti terbesar di Indonesia dengan menghasilkan dan
mendistribusikan produk – produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau
bagi rakyat Indonesia.
Untuk mencapai visinya tersebut maka misi yang dimiliki oleh PT. Nippon
Indosari Corpindo Tbk. ini adalah:
Membantu meningkatkan kualitas

hidup

bangsa

Indonesia

dengan

memproduksi dan mendistribusikan makanan yang bermutu tinggi, sehat, halal, dan
aman bagi pelanggan.
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk., menggunakan landasan yang kokoh
dalam melaksanakan kiprahnya untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan dengan
menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang sesuai dengan standar, serta dengan
mengusung tata nilai korporat yang telah dimiliki dan dipahami oleh seluruh unsur
perusahaan, yaitu Halal, Healthy, Hygienic atau yang dikenal dengan 3H. Seiring
dengan itu PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. juga senantiasa menjalankan program

14

sosial dan lingkungannya secara terprogram dan terstruktur, sebagai perwujudan dari
kepedulian serta tanggung jawab perusahaan terhadap seluruh stakeholder-nya.
Pada tahun 2006 Perseroan mendapatkan sertifikat HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Point) yaitu sertifikat jaminan keamanan pangan sebagai bukti
komitmen Perseroan dalam mengedepankan prinsip 3H (Halal, Healthy, Hygienic)
pada setiap produk Sari Roti. Selain itu, seluruh produk Sari Roti telah terdaftar
melalui Badan BPOM Indonesia dan memperoleh sertifikat Halal yang dikeluarkan
oleh Majelis Ulama Indonesia.
Sebagai produsen roti terbesar di Indonesia Perseroan telah meraih beragam
penghargaan, antara lain Top Brand dan Top Brand for Kids sejak 2009 hingga
sekarang, Marketing Award 2010, Original Brand 2010, Investor Award 2012, hingga
penghargaan dari Forbes Asia.
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. ialah sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang bakery khususnya roti. Perusahaan ini merupakan perusahaan roti terbesar
kedua di Indonesia. PT Nippon Indosari Corpindo atau yang dikenal sebagai
perusahaan yang memproduksi berbagai macam jenis roti dengan merek Sari Roti.
b. Proporsi Kepemilikan Saham di PT Nippon Indosari Ciorpindo Tbk.
Perusahaan ini memiliki hubungan kerjasama dengan negara Jepang sehingga
mencantumkan “Nippon” pada nama perusahaannya. Namun dengan mencantumkan
nama “Nippon” ini bukan berarti PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. kepemilikannya
berada di tangan Jepang. Hubungan kerja sama dua negara ini pada mesin yang
digunakan untuk memproduksi Sari Roti yang langsung didatangkan dari Jepang.
Bukan hanya mesin saja, namun Nippon Indosari Corpindo juga menggunakan
bantuan teknis yang berasal dari Jepang hasil kerja sama dengan “Pasco” Shikishima
Baking Co. Ltd. Sedangkan untuk kepemilikannya perusahaan, Sari Roti masih di
tangan Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan perseroan melakukan Penawaran Umum
Saham Perdana atau Go Public pada tanggal 28 Juni 2010 di Bursa Efek Indonesia
dengan kode emiten ROTI.

15

Sampai dengan per September 2012, kepemilikan ROTI terbesar dimiliki oleh
Treasure East Investment Ltd sebesar 32%, sedangkan Bonlight Investment Ltd
sebesar 31%, sebelumnya dua pemegang saham tersebut memiliki 34% kepemilikan
saham ROTI, lalu pada 8 mei 2012, keduanya masing-masing melepas sebanyak
25.21 juta saham sehingga porsi kepemilikan pasca transaksi berkurang, tujuan
transaksi tersebut adalah untuk meningkatkan jumlah saham publik. Selanjutnya
kepemilikan ROTI dikuasai oleh masyarakat sebesar 24%, diikuti oleh Shikishima
Baking Co., Ltd dan Sojitz Corporation dengan kepemilikan masing-masing sebesar
9% dan 4%. Proporsi kepemilikan saham di PT Nippon Indosari Corpindo
ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 4.1 Proporsi Kepemilikan Saham PT Nippon Indosari

Corpindo.

(sumber: www.saroroti.com)
Berdasarkan gambar 2.6 kepemilikan saham yang dimiliki oleh masyarakat di
Indonesia lebih besar dibandingkan dengan yang dimiliki oleh Jepang.
ROTI merupakan produsen roti terbesar di Indonesia dalam kategori produksi
masal dengan 8 pabrik, 24 lini produksi dan total kapasitas terpasang lebih dari 3 juta
potong roti per hari. Di bawah merek Sari Roti, ROTI mendominasi industri ini yang
pangsa pasarnya diperkirakan mencapai 90%. Per Januari 2013, ROTI memiliki
sekitar 38 ribu titik penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kesuksesan ROTI
di industri ini dikarenakan promosi yang berkelanjutan sehingga membentuk mind
share konsumen dan ditambah dengan ekspansi yang kuat dalam membangun pabrik
untuk menjaga ketersediaan roti di pasar. Dengan percepatan bisnis yang baik, ROTI
dapat merasakan kinerja yang memuaskan, di mana hal itu akan terus berlanjut di
16

tahun-tahun mendatang, didorong oleh meningkatnya pendapatan per kapita dan
masih rendahnya konsumsi roti di Indonesia.
Umumnya marjin laba bersih di bisnis ritel berkisar antara 2%-5%. Akan
tetapi, ROTI yang sebagian besar cakupan distribusinya melalui industri ritel mampu
mencatat marjin laba superior. Selama 2012, marjin laba bersih ROTI mencapai
12,5%, mengungguli rata-rata industri yang hanya 9%. Meskipun dengan adanya
penerbitan obligasi di tahun ini, diperkirakan marjin laba bersih akan tetap di atas
10%.
Sampai dengan akhir tahun 2012, ROTI telah memiliki enam pabrik yang
berlokasi di Bekasi (Jawa Barat), Pasuruan (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah),
dan juga Medan (Sumatera Utara) dengan kapasitas produksi mencapai 2,5 juta
potong per hari. Selanjutnya ROTI akan mengoperasikan pabrik baru di daerah
Palembang dan Makassar pada awal febuari 2013, dengan kapasitas produksi
mencapai 1,4 juta potong per hari. Perlu diketahui, pembangunan dua pabrik baru
tersebut sudah dimulai sejak pertengahan 2012 dan ditargetkan beroperasi pada
desember 2012 tetapi diundur hingga awal tahun 2013.
Di 2012, ROTI telah menambahkan dua fasilitas di Palembang dan Makassar,
masing-masing dengan dua lini produksi, satu roti manis dan roti tawar. Untuk tahun
ini, ROTI menyiapkan sekitar Rp360 miliar untuk membangun pabrik baru di
Purwakarta dan Cikande, dan Samarinda atau daerah potensial lainnya, serta lini
produksi baru di pabrik yang ada. Sumber dana untuk belanja modal (capex) dari kas
internal dan penerbitan obligasi sebesar Rp1 triliun, di mana Rp500 miliar akan
direalisasikan tahun ini dan Rp500 miliar tahun depan. Jika penerbitan obligasi
terealisasi, diperkirakan leverage ROTI (DER) tetap terjaga atau sekitar 1,1x tahun
ini.
ROTI membukukan kinerja yang mengesankan di tahun 2012 dengan
lonjakan penjualan sebesar 46,4% YoY atau mencapai tingkat tertinggi dibandingkan
sebelumnya yaitu Rp1,19 triliun. Hal yang membuat hasil ini terlihat sangat baik
adalah karena pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi daripada rata-rata pertumbuhan
perusahaan sejenis yang hanya 11% selama periode tersebut. Pertumbuhan
pendapatan ROTI yang kuat terutama disebabkan kenaikan volume penjualan, serta

17

kenaikan harga jual. Peningkatan beban promosi, yang naik sebesar 85% YoY atau
sekitar Rp94 miliar, juga mendorong kinerja penjualan ROTI. Selain itu, melihat
bahwa di sisi lini bawah masih dalam kondisi yang solid dengan pertumbuhan 28,7%
YoY, meskipun biaya promosi melonjak dan menyebabkan marjin laba operasi dan
laba bersih lebih rendah menjadi 12,5%. Tapi tetap saja, marjin laba bersih ROTI
melebihi rata-rata industri nya yang hanya 9%.
Dari total pendapatan ROTI, roti manis berkontribusi 72% di 2012
dikarenakan roti manis memiliki kapasitas produksi lebih besar dan lebih bervariasi
dibandingkan roti tawar yang ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 4.2 Pertumbuhan Pendapatan ROTI vs Perusahaan Sejenis dan Penjualan
Beradarkan Produk (sumber: www.sariroti.com)
Selain peningkatan volume penjualan, ROTI juga berhasil mencetak tingkat
retur penjualan yang lebih baik di bawah 13% (seperti yang ditargetkan pada tahun
2012). Tingkat retur turun menjadi 12,7% di 2012 dari 15,8% pada tahun 2011.
Estimasi permintaan yang lebih baik di setiap toko ditambah dengan optimalisasi
potensi perdagangan umum (tidak termasuk jaringan modern) merupakan faktor
kunci penurunan retur penjualan yang signifikan. Ke depan, ROTI bertujuan untuk
terus mengurangi tingkat retur di bawah 10% selama dua tahun ke depan, sekaligus
tetap mengejar pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi melalui ekspansi agresif.
Untuk memenuhi tingkat retur satu digit, ROTI berencana untuk meningkatkan
penjualan di perdagangan umum, di mana memiliki profitabilitas lebih tinggi. Dari

18

2010 hingga 2012, titik penjualan di perdagangan umum mengalami pertumbuhan
218% per tahun.
Gambar 4.3 Pertumbuhan

Penjualan

ROTI

vs

Tingkat

Retur

(Sumber:

www.sariroti.com)
Beberapa tahun terakhir, ROTI secara agresif mengeluarkan modal untuk
mengembangkan usaha, terutama untuk membangun pabrik serta meningkatkan lini
produksi. Pada akhir tahun lalu, ROTI menambahkan dua pabrik di Palembang dan
Makasar, masing-masing dengan dua lini produksi - satu untuk roti manis dan satu
lagi untuk roti tawar. ROTI juga menambahkan lini produksi baru untuk pabrik
mereka di Pasuruan, Semarang dan Medan. Tambahan lini produksi meningkatkan
kapasitas sebesar 41% tahun lalu. Tahun ini, ROTI menyiapkan sekitar Rp360 miliar
untuk membangun pabrik baru di Purwakarta, Cikande dan Samarinda atau daerah
potensial lainnya. Kapasitas tambahan ini diharapkan dapat meningkatkan total
kapasitas produksi setidaknya 30%.
Untuk mendanai rencana ekspansi ini, ROTI memperoleh fasilitas pinjaman
dari BCA sebesar Rp220 miliar pada tahun lalu, untuk pembangunan pabrik baru.
Tahun ini, ROTI berencana menerbitkan obligasi untuk memenuhi tujuan
membangun tiga pabrik baru setiap tahun. Perusahaan diperkirakan akan menerbitkan
obligasi Rp1 triliun, di mana Rp500 miliar akan direalisasikan tahun ini dan Rp500
miliar tahun depan. Meskipun terdapat tambahan utang, leverage ROTI tetap berada
dalam kondisi terjaga, seperti yang diperkirakan DER ROTI akan menjadi 1.1x.
19

Gambar 4.4 Capex dan DER ROTI (sumber: www.sariroti.com)
Total obligasi sebesar Rp. 1 Triliun yang dikeluarkan akhir bulan Mei 2013.
Tahap I Rp500 miliar, 56 persen dana obligasi tahap I tahun ini sebesar Rp280 miliar
untuk ekspansi produksi. Sepanjang 2013, perseroan berencana membangun tiga
pabrik baru, masing-masing di Purwakarta, Cikande, dan Pasuruan. Sebanyak 44
persen dana hasil obligasi tahun ini digunakan untuk pelunasan pinjaman kepada
perbankan. ROTI masih memiliki pinjaman kepada PT Bank Central Asia Tbk
(BBCA) yang akan jatuh tempo pada 2017.
Satu pabrik investasinya sekitar Rp100 miliar-Rp200 miliar. Harapannya,
akhir tahun sudah beroperasi, sehingga pada 2014 ketiga pabrik sudah memberikan
kontribusi produksi dan penjualan. Tahun lalu, perseroan juga telah mengoperasikan
tiga pabrik baru, masing-masing di Cikarang, Palembang, dan Makassar. Ekspansi
mendukung pertumbuhan penjualan Nippon Indosari di kuartal I 2013 sebesar 30,3
persen secara tahunan menjadi Rp356,72 miliar.
ROTI tidak memiliki kesulitan dalam membiayai rencana ekspansinya
mengingat kondisi keuangannya yang sehat. ROTI mampu mencetak siklus konversi
kas lebih cepat di 2012. Dengan demikian, ROTI memiliki dana lebih dari cukup
untuk memenuhi kewajiban pembayarannya. Juga, neraca ROTI yang baik membuat
ROA dan ROE terlihat bagus yaitu masing-masing 4% dan 6% di 2012, sekali lagi
mengalahkan rata-rata perusahaan sejenis yaitu 3% dan 5% seperti yang terlihat pada
gambar 2.4.
20

Gambar 4.5 ROA & ROE ROTI vs Rata-rata Perusahaan Sejenis (sumber:
www.sariroti.com)
Selama beberapa tahun terakhir, aset ROTI secara signifikan meningkat
terutama disebabkan oleh pembangunan pabrik baru. Asetnya tumbuh pada CAGR
51% di periode 2009 sampai 2012. ROTI juga mampu mempertahankan leverage
pada kondisi stabil. Kami memperkirakan di tahun-tahun mendatang aset ROTI masih
akan tumbuh kokoh sejalan dengan rencana ekspansinya.

Gambar 4.6 Aset, Kewajiban, dan Ekuitas ROTI (sumber: www.sariroti.com)
21

22

4.2 HAWAii Bali
HAWAii Bali yang memiliki slogan One Stop Bali Experience merupakan
sebuah usaha yang dimiliki oleh Bapak I Made Suandita atau yang dikenal dengan
Made Hawai. Alasan mengapa diberi nama HAWAii Bali adalah karena Hawai
memiliki kemiripan dengan budaya Bali yang sama-sama sangat menjaga budayanya.
HAWAii Bali didirikan semenjak 7 tahun yang lalu tepatnya pada November 2006.
HAWAii Bali terletak di jalan terpadat di Kuta dan dekat dengan bandara
Internasional Ngurah Rai Denpasar. HAWAii memiliki banyak fasilitas. Banyak
alasan mengapa banyak pelancong yang memilih HAWAii Bali karena HAWAii
memiliki semua yang diinginkan dan yang dibutuhkan oleh para pengunjung yang
mengunjungi Bali. Fasilitas yang disediakan oleh HAWAii misalnya hotel berbintang
tiga, Hawaii Bali oleh-oleh/ Souvenir Centre, Mini mart/ Convenience store, ATM
Centre, Koleksi Arwana, Penyewaan mobil atau motor.
Untuk meyakinkan obyek pemasaran Hawaii juga memperhatikan marketing
mix. Marketing Mix dari segi produk di Hawaii Bali ini menawarkan berbagai produk
yang berupa barang dan juga saja. Produk yang berupa barang disediakan di pusat
oleh-oleh Hawaii Bali dan juga mini mart. Produk yang bersifat jasa yang ada di
Hawaii adalah hotel berbintang tiga, Hawaii, Koleksi Arwana, serta Penyewaan mobil
atau motor yang letaknya berdekatan satu sama lain sehingga ini akan memudahkan
konsumen untuk bisa berkunjung dari satu tempat ke tempat yang lain.
Dari segi harga (price) Hawaii menawarkan produk yang disediakan di Pusat
oleh-oleh dan mini mart dengan harga yang miring dibandingkan di tempat yang lain.
Hal ini untuk menarik konsumen supaya konsumen lebih memilih untuk berbelanja di
Hawaii. Dalam hal ini sebelum menentukan harga jualnya pihak Hawaii menentukan
dulu Break Event Point (BEP) , kemudian untuk menjual barang dengan harga yang
lebih murah maka menekan harga pada suatu titik dimana nantinya manajemen
Hawaii mengambil keuntungan dari unit-unit bisnis lainnya atau disebut dengan
subsidi silang. Keuntungan yang diambil dari unit bisnis lainya diharapkan dapat
menutupi biaya yang digunakan oleh unit bisnis lain.

23

Dari segi tempat (place),dimana tempat adalah salah satu faktor kunci
kesuksesan bisnis. Lokasi awal Hawaii Bali yang didirikan di depan Joger Kuta
memiliki keuntungan tersendiri bagi Hawaii, dalam hal ini Hawaii Bali bisa
memanfaatkan kondisi Joger yang memang sudah dikenal terlebih dahulu. Ketika
Joger memiliki pengunjung yang melebihi kapasitas tempatnya maka pengunjung
yang lain bisa mengunjungi Hawaii Bali yang berlokasi di depan Joger. Karena hal ini
omset yang diterima oleh Hawaii Bali sangat menakjubkan. Namun seiring
berjalannya waktu ketika Hawaii berpindah lokasi di Jalan By Pass Ngurah Rai
ternyata omset yang didapatkan masih sama seperti dahulu bahkan omset yang
didapat saat ini semakin meningkat. Hal ini dikarenakan manajemen Hawaii
menerapkan:
1.
2.
3.
4.

Tempat yang strategis
Lokasi yang sudah dikenal
Strategi pemasaran yang terorganisir
Harga yang bersaing
Dari segi promosi (promotion) Hawaii menerapkan BtoB dan juga BtoC.

Business to Business dilakukan dengan cara memanfaatkan agen perjalanan yang ada
di Bali dan dari luar Bali, melalui sopir-sopir yang mengantarkan para wisatawan atau
tamu tour untuk mengunjungi atau menawarkan jasa yang ada di Hawaii Bali.
Business to Consumer dilakukan dengan promosi tersendiri melalui media cetak
seperti koran, kemudian media elektronik seperti radio dan iklan di televise, serta
yang utama memanfaatkan website dan media sosial. Melalui website yang
disediakan oleh Hawaii Bali pelanggan dapat mancari informasi layanan yang
disediakan oleh Hawaii, apabila ingin memesan kamar hotel pun bisa melalui website.
Kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh Hawaii Bali ini membuat
pelanggan mengenal Hawaii. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan saluran
pemasaran yang digunakan oleh HAWAii Bali ini menggunakan saluran komunikasi
langsung yang menyampaikan dan menerima pesanan dari pembeli sasaran melalui
radio, iklan di televisi lokal, serta website dan media sosial. Saluran distribusi berupa
penyampaian produk fisik dan jasa kepada pelanggan melalui

agen travel serta

saluran layanan transaksi dengan calon pembeli melalui jasa travel, serta tour guide
untuk lebih memperkenalkan HAWAii pada pelanggan.
24

Hawaii menerapan diferensiasi harga dengan barang yang kualitasnya sama
namun dengan harga yang lebih murah. Setelah itu ada pelanggan yang mencoba
dengan hal ini secara tidak langsung Hawaii melakukan direct selling. Tapi pada
pertenganhan 2 hingga 3 bulan Hawaii melakukan soft opening dengan memanggil
orang-orang yang bisa mendatangkan konsumen seperti guide dan travel. Selain itu
Hawaii juga menawarkan barang-barang ke tempat wisata dengan memberikan
informasi ke khalayak secara langsung.
Seiring perkembangan jaman dan tuntutan pasar 4P mengalami evolusi
menjadi 8P, 4P yang lain yaitu People, Physical Evidence, Productivity and Equality,
Process. Dalam hal ini berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh Hawaii Bali
pada konsumen.
Manajer HAWAii Bali menerapkan 5 kunci yang harus dipatuhi oleh
pegawainya (people) untuk melayani pengunjung. Lima kunci tersebut ialah Cepat,
Singkat, Jelas, Pasti dan Tepat. Apabila diartikan satu per satu Cepat dalam hal
pelayanan. Singkat dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan.
Kemudian Jelas pada saat memberikan informasi. Pasti merupakan hal yang sudah
tetap. Tepat dalam artian melakukan sesuatu dengan benar dan tidak melakukan
kesalahan. Melalui konsep service yaitu Ceria & Atraktif yang harus diberikan oleh
pegawai kepada para pengunjung dan pelanggan menjadikan Hawaii semakin dikenal
dan diminati oleh pengunjung. Hal ini juga untuk mendukung salah satu poin 8P yaitu
process yang berfungsi untu memberikan layanan yang baik pada pelanggan. Dalam
hal Productivity and quality serta physical evidence dipersiapkan dengan baik oleh
manajemen HAWAii Bali terbukti sampai saat ini HAWAii Bali masih tetap diminati
oleh konsumen bahkan semakin banyak pengunjung yang datang.
Di Indonesia, yang paling unggul adalah marketing hati nurani. Yang
dimaksud disini adalah marketing dengan cara saling menjaga hubungan baik, baik
itu hubungan antara pemasok (supplier) dengan pegawai pekerja perusahaan atau
menjalin hubungan baik antara pelanggan (customer) dengan pekerja, dalam hal ini
biasa disebut dengan Customer Relationship Management. Untuk menjaga hubungan
baik, yang dibutuhkan dalam berbisnis adalah kejujuran.

25

Kejujuran merupakan hal yang sangat berperan untuk melakukan transaksi
bisnis. Modal utama dalam berwirausaha adalah kejujuran, kejujuran merupakan
salah satu bentuk promosi juga terhadap konsumen, dengan modal kejujuran secara
tidak langsung dapat menimbulkan suatu promosi yang efektif. Tidak menganggap
competitor sebagai saingan tapi sebagai daya tarik tersendiri dan juga tidak takut
pelanggan direbut oleh orang lain. Nantinya pelanggan akan datang dengan
sendirinya.
HAWAii Bali berdiri karena melihat kondisi Bali yang banyak pengunjung
dari dalam maupun luar negeri yang membutuhkan dan menginginkan berbagai
fasilitas di bali. Permintaan akan jasa penginapan, travel di Bali, serta permintaan
souvenir yang semakin meningkat.
Supaya mencapai hasil pemasaran optimal HAWAii Bali melakukan
segmentasi pasar atas produk yang dijualnya. Segmentasi berdasarkan gaya hidup dan
kelas ekonomi karena pengunjung berasal dari dalam dan luar negeri yang memiliki
gaya hidup yang berbeda. Setelah melakukan segmentasi yang dilakukan selanjutnya
adalah targeting dimana HAWAii bali memilih lokasi di jalan terpadat di Kuta dan
dekat dengan bandara Internasional Ngurah Rai Denpasar hal ini dilakukan agar
kegiatan promosi pemasaran yang dilakukan pas dan tepat sasaran dengan segmen
pasar yang dituju.
Setelah targeting yang berikutnya adalah melakukan positioning produk.
Dengan menciptakan keunikan dari segi harga yang lebih miring namun barang yang
berkualitas akan membuat pelanggan mengingat HAWAii Bali. Dari sini dapat dilihat
HAWAii memposisikan dirinya sebagai produk yang murah dan berkualitas.

26

4.3 Murjana’s Silver Bali
Di daerah Celuk Bali yang dikenal sebagai desa pengerajin perak. Pusat
kerajinan ini mulai dikenal semenjak Bali mulai dikenal oleh wisata mancanegara.
Hasil kerajinan perak yang dihasilkan di Celuk memiliki kualitas yang unggul
dibandingkan dengan penghasil perak yang lain. Kerajinan perak yang dihasilkan
lebih berkualitas dan para pengerajin dapat memproduksi dalam junlah yang besar.
Penduduk di desa Celuk hampir semuanya adalah pengerajin perak. Ini
dikarenakan kebanyakan keahlian membuat kerajinan perak ini adalah keturunan dari
para sesepuhnya, dengan kata lain keahliannya sudah turun menurun. Warga Celuk
sangat terampil dalam mengembangkan desain dan kreasi yang terkait dengan
kerajinan emas dan perak. Hasil produksi tersebut sudah memasuki pasar lokal,
nasional maupun internasional. Namun, peminat perak di dalam negeri lebih sedikit
dibandingkan dengan peminat dari luar negeri.
Hasil produksi yang sudah masuk di kalangan Internasional ini tidak selalu
menguntungkan bagi pihak pengerajin. Hal ini dikarenakan ketika pihak dari luar
negeri ini memesan perak, pihak pemesan ini meminta harga ditentukan di awal dan
tidak memakai kurs dollar melainkan kurs rupiah. Sedangkan, untuk membeli bahan
baku pengerajin menggunakan kurs dollar. Karena hal ini pengerajin mendapatkan
keuntungan ketika nilai dollar turun atau ketika rupiah mengalami apresiasi.
Permasalahan juga muncul pada permintaan konsumen yang terkadang
meminta model yang rumit namun dengan syarat waktu yang singkat dan juga harus
handmade, atau bisa juga dengan setengah handmade dan setengah mesin dimana
untuk waktu pengerjaannya yang semula 2 minggu bisa diselesaikan dalam watu 5
hari saja menggunakan bantuan mesin. Hasil dari pengerjaan tadi dibandrol harga jual
minimal 4 hingga 5 juta pada pemesan. Dengan harga jual tersebut, yang menjadi
ancaman adalah penjual kedua yang membuka outlet-outlet di Bali dimana
pemiliknya kebanyakan adalah orang dari luar negeri nantinya akan menjual barang
hasil pesanan tadi menjadi seharga 2 hingga 3 kali lipatnya dari harga jual semula.
Sedangkan ketika pengerajin ingin menaikkan harga penjual tidak mau membeli dan
pengerajin tidak dapat berbuat apapun karena sudah kalah relasi.
Satu hal lagi yang menjadi permasalahan juga adalah banyak pemilik rumah
produksi yang kurang menguasai IT sehingga pemasarannya kurang. Ada juga
27

permainan patokan harga yang dipakai tapi anggapan para pengerajin mengira itu
adalah harga perak yang sebenarnya, namun ternyata itu adalah permainan harga
penjual kedua yang memanipulasi harga perak melalui web. Para pengerajin
melakukan pengecekan harga dari website yang memang digunakan sebagai patokan
harga bagi para pengerajin.
Pembuatan kerajinan perak menggunakan bahan baku yang dipasok dari
penambang perak. Pengerajin juga mendapatkan bahan baku dari perak bekas yang
kemudian dileburkan dan dicetak lagi untuk dijadikan kerajinan perak dalam bentuk
yang lain.
Salah satu home industry di Celuk Bali adalah Murjana’s Silver yang dimiliki
oleh Bapak I Wayan Junastra. Usaha ini merupakan usaha yang sudah turun temurun
di keluarganya.
Untuk tetap bisa menjalankan usaha ini di tengah persaingan penjualan perak
termasuk juga di pasar internasional, home industry ini merekrut karyawan yang
berasal dari luar Bali. Perekrutan karyawan di tempat ini dilakukan unuk mengisi
posisi yang kosong karena karyawan yang sebelumnya telah keluar dan membuka
usaha sendiri. Perekrutan karyawan yang kebanyakan diterapkan di Murjana’s Silver
Bali ini merekrut karyawan dari para pengerajin. Sebagian yang direkrut adalah
pengerajin anyaman yang kemudian dilatih di Pusat Kerajinan Perak untuk
menguasai pembuatan kerajinan perak.
Jumlah karyawan di Murjana’s Silver ini terdiri dari 5 orang melalui proses
rekrutmen dimana orang-orag ini memiliki keahlian dan aliran kreatifitas yang
berbeda. 2 orang di bagian peleburan, 1 orang bagian membentuk perak yang telah
dileburkan sebelumnya, dan 2 orang lagi menghaluskan serta memberi motif pada
perak yang telah dibentuk.
Pemberian kompensasi di home industry ini pada karyawan tetapnya melalui
kompenasi financial secara langsung yang berupa upah atas hasil kerjanya serta
pembayaran insentif berupa bonus apabila order yang didapatkan melebihi order
biasanya. Penentuan kompensasi di Murjana’s Silver ini diberikan berdasarkan
harga/nilai pekerjaan. Pemilik melihat dari keahlian yang dimiliki oleh karyawan
serta dengan melakukan survei harga pada home industry yang sejenis karena di
sekitar Celuk Bali memang banyak home industry yang memproduksi berbagai
28

macam kerajinan perak. Kompensasi financial secara tidak langsung melalui fasilitas
yang disediakan oleh pemilik yang berupa tempat tinggal yang disediakan untuk
karyawan tetap.
Sistem kompensasi yang diterapkan di usaha ini menggunakan sistem prestasi
atau bisa disebut juga dengan upah sistem hasil. Pengupahan dengan cara ini
mengaitkan secara langsung antara besarnya upah dengan jumlah barang yang telah
dihasilkan oleh karyawan setiap ada order yang masuk. Selain melihat dari jumlah
barang yang dihasilkan, pemberian upah juga dilihat dari tingkat kerumitan barang
yang diproduksi. Semakin rumit motif yang dibuat oleh karyawan maka semakin
mahal juga pemberian upah pada karyawan. Ketika jumlah order sangat banyak dan
jumlah karyawan yang ada tidak dapat memproduksi sejumlah order yang diminta
oleh pemesan maka pemilik menggunakan karyawan tambahan untuk membantu
memproduksi barang yang di order.
Sistem penggajian pada karyawan tambahan tadi juga menggunakan upah
sistem hasil. Penambahan karyawan ini diberikan tugas untuk memproduksi barang
yang tingkat kerumitannya rendah. Produksi yang membutuhkan tingkat kerumitan
tinggi hanya dikerjakan oleh karyawan yang sudah ada sebelumnya. Pemberian
kompensasi dari segi non financial diberikan pada karyawan tetap yang berjumlah 5
orang berupa lingkungan kerja yang dikonsep seperti rumah sendiri sehingga
lingkungan kerja terbentuk lingkungan yang bersahabat, menyenangkan dan
kondusif.

29

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Pembiayaan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk didapatkan dari penawaran
saham di Bursa Efek Indonesia serta dengan menggunakan pinjaman dari PT
BBCA yang akan jatuh tempo pada tahun 2017 dan juga menerbitkan obligasi.
Proporsi kepemilikan saham terbesar dipegang oleh Treasure East Investment
Ltd. sebesar 32% kemudian disusul oleh Bonlight Investmen Ltd. Sebesar
31%, dipegang oleh publik sebesar 24%, Shikishima Baking Co., Ltd sebesar
9% dan yang terakhir dipegang oleh Sojitz Corporation sebesar 4%.
2. Strategi pemasaran yang diterapkan oleh HAWAii Bali ialah dengan
menggunakan strategi harga yang murah namun barang berkualitas, untuk
memperkenalkan produknya HAWAii Bali bekerja sama dengan pihak travel
dan juga tour guide untuk mengajak wisatawan berkunjung ke Bali. Melalui
hal ini HAWAii Bali dapat dikenal oleh wisatawan baik wisatawan asing
maupun lokal.
3. Sistem kompensasi di Murjana’s Silver Bali melalui kompensasi financial
secara langsung yang berupa upah atas hasil kerja dan insentif berupa bonus
ketika banyak order. Baik itu karyawan tetap maupun karyawan tambahan
sistem yang digunakan ialah dengan upah sistem hasil yang ditentukan dari
jumlah barang yang diproduksi oleh karyawan.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan bagi pihak yang terlibat dalam kegiatan Kuliah
Kerja Lapangan ini adalah :
1. Bagi mahasiswa
Sebagai mata kuliah yang berhubungan dengan dunia kerja di lapangan,
mahasiswa mampu memiliki pengetahuan luas untuk mengaplikasikan
kajian teori selama di perkuliahan serta di lapangan. Saran untuk
mahasiswa agar lebih aktif berinteraksi dalam presentasi tiap-tiap
perusahaan.
30

2. Bagi Pengajar atau dosen
Sebagai pembimbing dalam perkuliahan, baik di dalam kelas maupun
dilapangan, pengajar atau dosen disarankan untuk lebih aktif membimbing
dan mengarahkan komunikasi interaktif dalam presentasi perusahaan serta
membantu mahasiswa dalam membuat kesimpulan

tentang profil

perusahaan.
3. Bagi Universitas Negeri Malang
Sebagai wadah dalam proses belajar mengajar, pihak universitas
disarankan

untuk

lebih

mampu

mengarahkan

keefektifan

serta

keefisiensian waktu serta biaya mahasiswa dalam mengadakan kuliah
kerja lapangan, agar tujuan utama untuk melaksanakan kegiatan Kuliah
kerja Lapangan ini berjalan dengan baik.
Secara umum Kuliah Kerja Lapangan ini seharusnya menekankan pada
peningkatan ekademis mahasiswa, kreativitas pengajar serta pengembangan bagi
Universitas Negeri Malang dalam mengaplikasikan antara kajian teori perkuliahan
serta dunia perusahaan dilapangan serta untuk mengurangi kunjungan lain yang tidak
ada hubungannya dengan tujuan Kuliah Kerja Lapangan itu sendiri.

DAFTAR RUJUKAN

31

Budisantoso, T. & Triandaru, S. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat.
Darmadji, T. & Fakhruddin, H. M. 2011. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat.
Hawai