Tugas 2 Mata Kuliah Kebijakan Pengembang

Tugas 2
Mata Kuliah : Kebijakan Pengembangan Wilayah dan Perkotaan
(MAPU5303)
DAYA SAING KOTA
Studi Kasus : Analisis Potensi Daerah Kota Sibolga dalam Mewujudkan
Masyarakat yang Sejahtera, Maju dan Berdaya Saing

Disusun Oleh
ISMAR ROSIDI
NIM. 500693892
Prodi : Magister Ilmu Administrasi Bidang Minat Administrasi Publik (Online)

1. KOMODITAS UNGGULAN KOTA SIBOLGA
a.

Gambaran Umum Kota Sibolga
Sebelum menjadi daerah otonom, Kota Sibolga merupakan ibukota

Keresidenan Tapanuli di bawah pimpinan seorang Residen dan membawahi
beberapa “Luka atau Bupati” dan menjadi tempat kedudukan Gubernur Militer
Wilayah Tapanuli dan Sumatera Timur Bagian Selatan, kemudian dengan

dikeluarkannya surat keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 102 Tanggal
17 Mei 1946, Sibolga menjadi Daerah Otonom tingkat “D” yang luas wilayahnya
ditetapkan dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19
November 1946 yaitu Daerah Kota Sibolga yang sekarang. Sedang desa-desa
sekitarnya yang sebelumnya masuk wilayah Sibolga On Omne Landen menjadi
atau masuk Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956
Sibolga ditetapkan menjadi Daerah Swatantra Tingkat II dengan nama Kotapraja
Sibolga yang dipimpin oleh seorang Walikota dan daerah wilayahnya sama
dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19 November
1946. Selanjutnya dengan Undang-Undang Nomor: 18 tahun 1956 Daerah
Swatantra Tingkat II Kotapraja Sibolga diganti sebutannya menjadi Daerah
Tingkat II Kota Sibolga yang pengaturannya selanjutnya ditentukan oleh UndangUndang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang
dipimpin oleh Walikota sebagai Kepala Daerah. Kemudian hingga sekarang

1

Sibolga merupakan Daerah Otonom Tingkat II yang dipimpin oleh Walikota
Kepala Daerah.
Kemudian dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor: 19

Tahun 1979 tentang pola dasar Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Sibolga
ditetapkan Pusat Pembangunan Wilayah I Pantai Barat Sumatera Utara.
Perkembangan terakhir yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Daerah Nomor: 4 Tahun 2001, tentang Pembentukan Organisasi Kantor
Kecamatan, Sibolga dibagi menjadi 4 (empat) Kecamatan, yaitu: Kecamatan
Sibolga Utara, Kecamatan Sibolga Kota, Kecamatan Sibolga Selatan, dan
Kecamatan Sibolga Sambas.
Kota Sibolga dengan luas wilayah 10,77 km2 didiami penduduk
sebanyak 96,249 jiwa, terdiri dari 48,600 jiwa laki-laki dan 47,649 jiwa
perempuan, Penduduk ini tersebar di 4 empat) kecamatan yaitu Kecamatan
Sibolga Utara, Kecamatan Sibolga Kota, Kecamatan Sibolga Selatan, dan
Kecamatan Sibolga Sambas. Dari table 1 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar
terdapat di Kecamatan Sibolga Selatan yaitu 33,698 jiwa (35%), sedangkan
Kecamatan Sibolga Kota memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 16,894 Jiwa
(17,60%).
b. Sektor Dominan Kota Sibolga
2.1. Distribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto ) Kota Sibolga
Berdasarkan distribusi PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto ) Kota
Sibolga terlihat bahwa lapangan usaha yang paling dominan dalam struktur
perekonomian Kota Sibolga adalah pertanian dengan Sub Sektor Perikanan Laut.

Adapun lapangan usaha yang dominan selanjutnya adalah perdagangan dan jasajasa. Sektor perdangan juga sangat erat hubungan nya dengan sektor perikanan
tersebut, karena sebagian besar usaha perdagangan adalah terkait dengan
perdagangan ikan dan peralatan serta sarana pendukung untuk menangkap ikan.
Dengan demikian sektor perikanan tetap menjadi sektor dominan yang perlu
mendapat perhatian besar di Kota Sibolga. Untuk mendukung pengembangan
sektor perikanan ini, Pemerintah Kota Sibolga telah membangun cold storage
untuk mengawetkan ikan, pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan

2

pendaratan ikan, serta pelatihan Ibu-ibu rumah tangga untuk pengembangan
sektor UMKM pengelolaan ikan menjadi bahan makanan yang berbentuk kuliner,
makanan kemasan, dan sebagai oleh-oleh khas Kota Sibolga.
Tabel 1
PDRB Kota Sibolga Tahun 2009-20131
NO

TAHUN

LAPANGAN USAHA

2009
2

2010

2011

2012

2013

1
1

Pertanian

3
321.912,37

4

357.043,91

5
397.010,36

6
426.143,52

7
474.018,16

2

Penggalian

90,50

93,06

95,72


98,36

103,10

3

Industri Pengolahan

119.416,74

131.367,89

133,961,57

146,168,89

158.689,42

4


Listrik, Gas dan Air
Minum

14.725,91

15.732,84

17.508,25

18.494,92

20.018,13

5

Bangunan

76,485,36


85.869,21

95.850,52

105.929,92

118.892,42

6

Perdagangan, Hotel dan
Restotan

309.309,58

353.021,30

386,420,27

445.421,93


504.160,83

7

Pengangkutan dan
Komunikasi

191..212,14

228.224,10

264,591,56

302.874,52

355.410,16

8


Bank dan Lembaga
Keuangan

124.728,93

144.131,10

160.100,49

174.028,70

191.431,61

9

Jasa-Jasa

203.241,20

228,293,29


242.747,78

265.645,19

303.122,20

Jumlah

1.361.122,72

1.543.776,70

1.698/286,54

1.884.805,67

2.125.846,02

Jlh. PDRB Harga Konstan (Rp.
Juta)

697.916,30

740.037,16

777.479,10

819.280,36

866.829,09

Pertumbuhan PDRB Harga
Konstan (%)

5,70

6,04

5,09

5,35

5,80

PDRB Perkapita Harga Berlaku
(Rp. Juta)

16.104.340,14

18.273.655,63

19.916.343,66

21.952.989,87

24..774.738,88

Sibolga sejak zaman dahulu dikenal dengan kota perdagangan dan jasa
karena memiliki pelabuhan laut yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dagang
dari berbagai daerah. Secara infrastruktur, Kota Sibolga sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai kawasan strategis pelabuhan untuk mendukung arus
barang dan jasa dalam perdagangan lokal maupun regional. Sebagai bagian dari
pengembangan Tol Laut yang telah digagas pemerintah, Presiden Joko Widodo

1

Sumber : Bappeda Kota Sibolga Tahun 2014, diolah

3

telah meresmikan perluasan pelabuhan Sibolga pada tanggal 20 Agustus 2016
lalu. Sementara ini pelabuhan Sibolga banyak difungsikan untuk menopang arus
barang dan jasa dari Sibolga ke Pulau Nias. Pemerintah saat ini sedang
merencanakan perluasan fungsi pelabuhan Sibolga menjadi Tol Laut yang bisa
mendrisbusikan barang dan jasa antar pulau di Indonesia.
2.2. Tinjauan Perbandingan Sektor Unggulan Kota Sibolga dengan Provinsi
Sumatera Utara.
Jika melihat PDRB Provinsi Sumatera Utara seperti pada Tabel 2,
terlihat bahwa sektor lapangan pekerjaan dimana termasuk di dalamnya sektor
perikanan merupakan sektor dominan dalam struktur PDRB, disusul oleh sektor
perdagangan, Hotel, dan Restoran. Dengan demikian sektor perikanan dan
perdagangan yang dominan di Kota Siboga juga merupakan sektor dominan yang
sama pada skala provinsi Sumatera Utara.
Tabel 2
Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Berlaku (milyar rupiah), 2011 – 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Sumber : (https://sumut.bps.go.id/statictable/2015/04/28/313/produk-domestik-regional-brutosumatera-utara-menurut-lapangan-usaha-atas-dasar-harga-berlaku-milyar-rupiah-2011--2013.html. Diakses tgl. 16 Maret 2018)

4

c.

Penentuan LQ (Location Quotient)
Metode LQ (Location Quotient) untuk mengidentifikasi komoditas

unggulan diakomodasi dari Miller & Wright (1991), Isserman (1997), dan Roo
Hood (1998). Menurut Hood (1998), Location Quotient adalah suatu alat
pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum
digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami
sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi
relatif

atau

derajad

spesialisasi

kegiatan ekonomi

melalui

pendekatan

perbandingan.
Inti ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu
wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada
bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi juga pengeluaran orang yag berada di
wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001).
Location

Quotion

(LQ)

merupakan

suatu

indeks

untuk

membandingkan komoditas pada tingkat kabupaten/kota dengan di Propinsi. Pada
makalah ini pengitungan LQ menggunakan data PDRB ( Produk Domestik Regional
Bruto) yang membandingka sektor unggulan Kota Sibolga dengan sektor unggulan
provinsi Sumatera Utara tahun 2013.

��⁄

Rumus penghitungan LQ : ��
⁄�
Keterangan :

Ri = PDRB Kota Sibolga
R = PDRB Total Kota Sibolga
Ni = PDRB Propinsi Sumatera Utara
N = Total PDRB Propinsi Sumatera Utara

Hasil penghitungan LQ terlihat pada Tabel 3 di bawah ini :

5

Tabel 3
Perhitungan LQ Kota Sibolga
No
1
2
3

Sektor

Distribusi PDRB (%)
Sumut
21.32
1.30
21.58
0.85
6.92
19.29

Sibolga
22.30
0.00
7.46
0.94
5.59
23.72

LQ
1.05
0.00
0.35
1.11
0.81
1.23

6

Pertanian
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restotan

7

Pengangkutan dan Komunikasi

9.55

16.72

1.75

8
9

Bank dan Lembaga Keuangan

7.68

9.00

1.17

11.51
100,00

14.26
100.00

1.24
1,00

4
5

Jasa-Jasa
Jumlah

d. Sektor Dominan di Kota Sibolga
Pada Tabel 3 di atas, terlihat bahwa sektor yang paling menonjol
adalah Pengangkitan dan Komunikasi, disusul oleh Listrik, Gas dan Air Minum,
serta Bank dan Lembaga Keuangan, maka dalam teori sektor dasar atau teori
ekspor, sektor-sektor ini akan disebut sebagai sektor dasar atau sektor ekspor
karena nilai Lqnya yang paling tinggi. Namun sektor-sektor yang dominan dari
sisi angka Lqnya bukanlah barang komoditas dan tidak bisa di ekspor ke luar
daerah. Kemungkinan tingginya nilai LQ di ketiga sektor non komoditas tersebut
disebabkan keberadaan pelayanan sektor tersebut masih sangat terbatas,
sedangkan di wilayah Kota Sibolga terlihat dominan.
Oleh karena itu, sektor dominan di Kota Sibolga adalah sektor
Perdagangan, Hotel dan Restotan dengan nilai LQ 1.23. sektor perdagangan, jotel,
dan restoran ini jika dilihat dalam subsektornya terdapat juga sektor pariwisata
sebagai sektor pendukung perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor dominan
kedua adalah sektor pertanian dengan subsektor perikanan dengan nilai LQ 1,05.
Kedua sektor tersebut nilai LQ>1 , artinya komoditas ini menjadi basis atau
menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas tersebut memiliki keunggulan
komperatif , hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Kota
Sibolga, tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah Kota Sibolga.

6

Sedangkan sektor dominan ketiga adalah sektor industri dengan nilai
LQ 0,35. Nilai LQ