Kata kunci: terapi wicara konsonan bpmw, lambat bicara, usia 4 tahun PENDAHULUAN - View of PENERAPAN TERAPI WICARA KONSONAN B/P/M/W UNTUK ANAK LAMBAT BICARA USIA 4 TAHUN
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 19
PENERAPAN TERAPI WICARA KONSONAN B/P/M/W UNTUK ANAK
LAMBAT BICARA USIA 4 TAHUN
Inna Hamida Zusfindhana
Prodi PLB, IKIP PGRI Jember
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi objektif anak yang mengalami
keterlambatan bicara. Terapi wicara adalah salah satu cara untuk mengatasi
masalah tersebut. Terapi wicara dalam penelitian ini di fokuskan dalam
pembentukan konsonan b/p/m/w. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan
kemampuan bicara anak usia empat tahun. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif menggunakan observasi dan wawancara
untuk menggali data anak dengan keterlambatan bicara. Subjek penelitian
merupakan anak lambat bicara usia empat tahun yang berjumlah satu orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1) Perkembangan bahasaan bicara pada tahap
ekolalia, 2) Terapi wicara melalui tahapan visual, auditoris, dan haptik, 3) Melalui
tahapan visual dan haptik RM mampu mengucapkan dua sampai tiga suku kata, 4)
Tahapan haptik RM tidak mengalami masalah.
Kata kunci: terapi wicara konsonan b/p/m/w, lambat bicara, usia 4 tahun
dirinya.
PENDAHULUAN
Keterampilan
berbahasa
merupakan kemampuan pertama dan
utama yang harus dimiliki anak.
Melalui bahasa anak akan dapat
mengeksplorasi berbagai hal yang ada
disekitarnya serta menjadi modal
utama anak untuk mengembangan
berbagai potensi yang ada di dalam
Pada
masa
lima tahun
pertama yang disebut dengan usia
keemasan merupakan masa emas bagi
perkembangan anak
Bahasa
anak
berkembang
secara signifikan dari usia 0-7 tahun
melalui
beberapa
perkembangan
disesuaikan
tahapan
bahasa
dengan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
usia
yang
anak.
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 20
Menurut teori
Lev Vygotsky, dari
artikulasinya. Namun masih memakai
rentang usia tersebut anak akan
subtitusi artikulasi yang belum jelas.
melewati 4 tahapan perkembangan
Perkembangan bahasa anak
bahasa meliputi primitive speech
sendiri menurut Santrock (2002, hlm.
stage,
178) dibagi ke dalam tahapan sebagai
naive
psycologcal
speech
stage, egocentris speech stage dan
ingrowth
speech
stage.
Teori
berikut:
1. Tahap Penyuaraan Refleks
Vygotsky menekankan bahasa pada
(reflexive vocalization)
kemampuan bicara atau “Speech”
Seluruh aktifitas bayi yang
yang pada akhirnya akan berkaitan
baru lahir hinggga umur tiga
dengan kemampuan berpikir atau
minggu
“Though”.
tahapan
refleks, benar-benar tidak
ada
disadari, tanpa kehendak,
kemampuan berbahasa yang harus
tidak meminta atau menuntut
dimiliki anak. Anak usia 3-4 tahun
apapun, dan bukan sedang
berada pada tahap perkembangan
menanggapi
egocentris speech stage. Pada tahapan
misalnya
tangisan
ini kemampuan berbahasa anak yang
suaranya.
Setelah
dapat diamati berupa anak dapat
empat
bertanya dan menjawab petanyaan
tangisan atau suaranya mulai
apa, siapa, dimana serta kata tanya
berbeda.
lain
berarti
Pada
perkembangan
yang
penjelasan
tiap
tersebut
belum
seperti
membutuhkan
kata
tanya
mengapa dan bagaimana.
masih
bersifat
rangsangan,
minggu
Hal
bayi
umur
barulah
ini
bukan
sudah
membedakan
rangsangan
dan
bisa
setiapa
yang
datang
Menurut Sardjono (2007, hlm.
kepadanya tetapi masih tetap
26) pada usia 3,4-4,5 tahun terjadi
merupakan refleks, misalnya
aspek-aspek bahasa secara cepat dan
tangis
kontinyu, perkembangan tanggapan
berbeda dengan saat pipis,
dan perbendaharaan kata semakin
berbeda lagi dengan tangisan
banyak
bayi merasa kedinginan.
melebihi
kemampuan
bayi
2. Tahap Babling
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
saat
lapar
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 21
Umumnya ini terjadi saat
mam
bayi berumur 6-7 minggu.
Selain itu tahap lalling ini
Pada masa ini bayi senang
bukan
lagi
mengulang-ulang
refleks,
melainkan
bunyi
dan
gub,gub,gub.
merupakan
sudah
yang dibuatnya, yang juga
merupakan gerakan yang
masih
disadari dan terkoordinasi.
tergolong
refleks.
Bunyi yang dihasilkan mulai
Bayi
bervariasi,
feedback
pada
minggu-
sudah
memiliki
auditory
atau
minggu selanjutnya mulai
kemampuan
terdengar
apa yang didengar. Bayi juga
bunyi-bunyi
menanggapi
konsonan seperti p,b,g dan
sedang
konsonan
sengaja untuk mengucapkan
sengau
(nasal)
seperti n. Bunyi-bunyi itu
sering
dikombinasikan
dengan
vokal,
sehingga
berlatih
dengan
kata-kata.
4. Tahap Ekolalia
Terjadi pada usia 9-10 bulan,
terdengar “pa pa pa pa”, ba
pada
ba ba” dan “en en en”.
cenderung mengulang atau
meniru
3. Tahap Lalling
tahap
suku
ini
kata
anak
yang
Tahap ini disebut juga tahap
diucapkan oleh orang lain
mengoceh
jargon,
tanpa mengubahnya. Upaya
umumnya dimulai saat bayi
meniru juga disertai dengan
berumur 6-8 bulan. Tahap
penggunaan gestures atau
atau
ini hampir sama
lalling
dengan
tahap
isyarat
gerakan
tangan.
babling,
Penggulangan kata belum
perbedaannya terletak pada
disertai dengan pemahaman
bentuk
makna.
dihasilkan.
ocehan
yang
Pada
tahap
ocehan
lalling,
merupakan
beberapa
sudah
perpaduab
konsonan
5. Tahap True Speech
Tahap ini merupakan tahap
perkembangan
bahasa
dan
terakhir. Tahap ini sering
vokal, contoh mam, mam,
juga disebut sebagai tahap
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 22
bicara benar atau first word
dan membentuk bunyi bahasa (vokal
atau kata pertama, umumnya
dan konsonan) dengan benar.
Dasar dalam terapi wicara yaitu
terjadi saat anak berusia 9-10
bulan
melalui pembentukan fonem-fonem,
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di Laboratorium PLB IKIP
PGRI Jember, diperoleh data tentang
anak
dengan
berbicara.
keterlambatan
Kemampuan
membeo
anak sudah cukup baik meskipun bisa
mengucapkan satu suku kata awal
atau belakangnya saja. Selain itu
anak
juga
masih
mengalami
hambatan
dalam
pengucapan
konsonan
b/p/m/w.
Kemampuan
berbahasa dan berbicara RM seperti
anak usia satu tahun atau tahapan
ekolalia.
RM
tidak
merespon
keadaan sekitarnya di karenakan
dasar ucapan, proses pembentukan,
kesalahan-kesalahan ucapan yang
terjadi pada umumnya dan cara
melatih serta memperbaikinya. Alatalat yang dibutuhkan ntuk terapi
wicara yaitu, kaca besar, spatel, dan
berbagai macam permainan untuk
anak.
Alat-alat
147) terapi wicara adalah usaha
perbaikan
bicara
dengan
1. Balon,
anak-anak
yang
mempunyai hambatan dalam bicara
supaya mampu berbicara dengan
baik. Selain itu agar anak mampu
memiliki dasar ucapan yang benar
latihan
daya hembusan
2. Lilin, untuk meniup dan
menguatkan otot perut.
3. Kartu nama yang berisi
gambar
yang
ada
di
sekeliling anak.
4. Miniatur hewan, alat-alat
rumah
tangga,
merangsang
memberkan kebiasaan latihan yang
membantu
untuk
meniup dan menguatkan
jalan
baik. Fungsi dari terapi wicara yaitu
anak
adalah sebagai berikut:
anaknya cukup aktif ketika bermain.
Menurut Sardjono (2007, hlm.
permainan
untuk
komunikasi
anak.
Tujuan penelitian ini untuk
memperoleh gambaran
mengenai
masalah keterlambatan bicara dan
manfaat
terapi
wicara
konsoan b/p/m/w.
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
dengan
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 23
tujuan penelitian. Dokumentasi atau
METODE
Penelitian ini menggunakan
audiovisual yang terdiri dari gambar,
metode kualitatif deskriptif. Metode
suara dan video yang dikumpulkan
deskriptif
oleh
bertujuan
untuk
peneliti
untuk
membantu
mengungkap data-data di lapangan
memahami
yang
mengenai
digunakan. Waktu yang digunakan
dalam
dalam pelaksanaan penelitian ini
meminimalisir keterlambatan bicara
selama 60 menit selama 12 kali
pada anak. Bertujuan untuk menggali
pertemuan dalam satu bulan.
bersifat
kondisi
aktual
objektif
anak
data mengenai kondisi objektif anak,
menggunakan
aspek-aspek
merekam
Teknik
analisis
data
data
yang
dalam
yang
penelitian menggunakan tiga langkah,
terdapat dalam perkembangan bicara
menurut Milles dan Huberrman yaitu
anak.
reduksi data,
display data,
dan
Adapun subjek penelitian ini
verifikasi data. Sedangkan pengujian
adalah anak empat tahun yang
kredibilitas data diperlukan untuk
berjumlah satu orang. Data yang
pengecekkan data yang dilaporkan
sudah terkumpul tersebut dianalisis
dengan
kemudian dijadikan sebagai dasar
lapangan. (Creswell, 2012).
data
yang
ditemui
di
dalam merumuskan program terapi
Pertama, peneliti menganalisis
wicara konsonan b/p/m/w untuk anak
data dengan melakukan reduksi data.
lambat bicara.
Reduksi data berarti merangkum,
Penelitian ini menggunakan
memilih
hal-hal
yang
pokok,
teknik observasi, wawancara, dan
memfokuskan pada hal-hal yang
audiovisual
penting.
atau
dokumentasi.
Kemudian
peneliti
Observasi dilakukan untuk melihat
mengadakan penarikan kesimpulan
dan mencatat perkembangan bicara
dan pengambilan tindakan.
anak. Proses wawancara di lakukan
Kedua,
yaitu
membuat
temuan
penelitian
dengan wawancara secara terstruktur
rangkuman
kepada orang tua yang didalamnya
berdasarkan pada aspek-aspek yang
menyajikan
diteliti. Berdasarkan display data,
pertanyaan-pertanyaan
secara sistematis yang sesuai dengan
data tersebut
akan terorganisasi,
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 24
tersusun
dalam
pola
hubungan,
komunikasi
oleh
orang
tuanya.
memudahkan
Intensitas komunikasi RM sangatlah
memahami gambaran keseluruan dari
kurang, karena RM dianggap diam
aspek-aspek yang diteliti.
ketika ia bermain sendiri.
sehingga
Ketiga,
dapat
yaitu verifikasi data
Hasil pelaksanaan terapi wicara
dengan cara mempelajari kembali
konsonan p/b/m/w
data-data
yang
beberapa hasil :
menarik
kesimpulan
terkumpul
dan
sehingga
mendapatkan temuan baru.
1. Konsonan /p/
Dasar
HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjukkan
ucapan
fonem
/p/
menurut Sardjono (2007, hlm.
163) adalah kedua bibir atas
Berdasarkan
hasil
observasi
dan bawah. Sedangkan untuk
diperoleh data bahwa kemampuan
pembentukanya yaitu kedua
bicara RM masih dalam tahapan
bibir mengatup rapat, otot
ekolalia atau membeo. RM mampu
tegang sehingga menghambat
mengikuti satu suku kata yang di
aliran udara lewat mulut, pipi
ucapkan. Kemampuan RM yang lain
tegang tetapi tidak cembung,
seperti motorik, kognitif, emosi dan
letak lidah datar.
sosial tidak mengalami hambatan.
a. Visual
Berdasarkan hasil wawancara
1) Mengajak
RM
dengan orang tua, RM merupakan
memperhatikan
anak yang sangat aktif. Kemampuan
bentuk bibir peneliti
RM selain bahasa sama dengan anak
pada cermin
pada umumnya. Orang tua baru
menyadari
RM
mengalami
2) Menunjukkan gambar
“perahu”
keterlambatan bicara ketika ia berusia
3) Mengucapkan
tiga tahun. Orang tua sama-sama
“perahu”
sibuk, sehingga RM ketika ditinggal
kemudian
orang tuanya bekerja dititipkan ke
menirukan
rumah saudara. Hal ini menyebabkan
RM mengalami kurangnya stimulasi
,
kata
“papa”
RM
4) Mengucapkan pa, po,
pi, pu, pe
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 25
5) Mengucapkan
kata
Pa
pa
paaaaaaaaaa
suku
tersebut. Kata “perahu” RM
papa
mampu menirukan suku kata
papa
terakhir yaitu “hu”. Penerapan
papa papa pa pa pa
auditoris maupun haptik RM
tidak mengalami kesulitan.
b. Auditoris
1) Menggunakan
suara
Dasar
yang lebih keras
ucapan
fonem
/b/
RM
menurut Sardjono (2007, hlm.
getaran
166) adalah kedua belah bibir.
2) mengajak
merasakan
2. Konsonan /b/
Pembentukan fonem /b/ yaitu
sambil meraban
3) Ketika RM bereaksi
posisi bibir bawah dan atas
ada bunyi, ucapkan
saling menekan, posisi lidah
kata kemudian anak
mendatar, gigi atas dan bawah
menirukannya
tidak saling bersentuhan, pita
4) Membiarkan
meraban
sambil
RM
suara bergetar, aliran udara
sendiri
terhambat di dalam rongga
merasakan
suaranya.
a. Visual
c. Haptik
1) Mengajak
1) Mengajak RM untuk
merasakan
udara
meletup yang keluar
dari
mulut
dengan
ujung jari.
latihan
pernapasan
dengan
cara meniup lilin.
RM
memperhatikan
bentuk bibir peneliti
pada cermin
2) Menunjukkan gambar
untuk
3) Mengucapkan
“bola”
kemudian
Berdasarkan terapi wicara
konsonan /p/,
RM
bola dan baju
2) Melakukan
“papa”
mulut.
kata
mampu
,
kata
“baju”
RM
menirukan
4) Mengucapkan ba, bo,
bi, bu, be
menirukan dua suku kata
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 26
5) Mengucapkan
kata
ba
ba
baaaaaaaaaa
suku
RM mampu menirukan suku
baba
kata terakhir
bapa
Penerapan auditoris maupun
baba baba ba ba ba
yaitu “aju”.
haptik RM tidak mengalami
kesulitan
b. Auditoris
1) Menggunakan
suara
3. Konsonan /m/
Dasar
yang lebih keras
ucapan
fonem/m/
2) Mengajak
RM
menurut Sardjono (2007, hlm.
merasakan
getaran
168) adalah kedua bibir atas
dan
sambil meraban
bawah.
Pembentukan
3) Ketika RM bereaksi
fonem /m/ yaitu kedua bibir
ada bunyi, ucapkan
mrngatup tapi tidak sengau,
kata kemudian anak
gigi atas dan bawah tidak
menirukannya
bertemu. Getaran di pipi,
4) Membiarkan
meraban
RM
sendiri
sambil
merasakan
suaranya.
serta pipi tidak cembung.
a. Visual
1) Mengajak
c. Haptik
RM
memperhatikan
1) Mengajak RM untuk
merasakan
udara
meletup yang keluar
dari
hidung, telinga, dan leher
mulut
dengan
ujung jari.
bentuk bibir peneliti
pada cermin
2) Menunjukkan gambar
mata dan mama
3) Mengucapkan
2) Melakukan
latihan
“mama”,
pernapasan
dengan
kemudian
cara meniup lilin.
untuk
“mata”
RM
menirukan
Berdasarkan terapi wicara
konsonan /b/,
kata
4) Mengucapkan
suku
kata
kata ma, mo, mi, mu,
“bola” RM mampu menirukan
me, ma ma mama
kata “ola”. Untuk kata “baju”
maaaaaaaaaa
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
mama
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 27
Berdasarkan terapi wicara
mama mama ma ma
konsonan /m/, untuk kata
ma
“mama”
b. Auditoris
1) Menggunakan
suara
RM
mampu
menirukan dua suku kata
tersebut. Kata “mata” RM
yang lebih keras
2) Mengajak
RM
merasakan
getaran
sambil meraban
mampu menirukan dua suku
kata
tersebut.
Penerapan
auditoris maupun haptik RM
3) Ketika RM bereaksi
ada bunyi, ucapkan
tidak mengalami kesulitan.
4. Konsonan /w/
kata kemudian anak
Dasar
menirukannya
menurut Sardjono (2007, hlm.
4) Membiarkan
meraban
sambil
RM
sendiri
merasakan
suaranya.
ucapan
fonem/m/
171) adalah kedua bibir atas
an
bawah.
Pembentukan
fonem /w/ adalah kedua bibir
mengatup rapat tetapi saling
menekan udara keluar melalui
c. Haptik
1) Mengajak anak untuk
merasakan
getaran
celah sempit antara bibir atas
dan bibir bawah dan pita suara
pada bibir, leher, pipi,
bergetar.
dan dada.
a. Visual
2) Memberi
latihan
1) Mengajak
RM
mengunyah
dengan
memperhatikan
bibir
latihan
bentuk bibir peneliti
rapat/
pada cermin
mengumam
3) Meakukan
latihan
pernapasan
dengan
menghirup
dan
2) Menunjukkan gambar
wortel
3) Mengucapkan
kata
meniup kapas melalui
“wortel”,” kemudian
hidung.
RM menirukan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 28
4) Mengucapkan suku
“wortel”
RM
mampu
kata
“otel”.
kata wa, wo, wi, wu,
menirukan
we
Penerapan auditoris maupun
wa wa wawa
waaaaaaaaaa
wawa
wawa wawa wa wa
wa
haptik RM tidak mengalami
kesulitan.
Setelah
b. Auditoris
1) Menggunakan suara
yang lebih keras
2) Mengajak
RM
merasakan
getaran
sambil meraban
3) Ketika RM bereaksi
ada bunyi, ucapkan
kata kemudian anak
menirukannya
4) Membiarkan
meraban
RM
sendiri
sambil
merasakan
suaranya.
dilakukan
terapi
wicara konsonan p/b/m/w selama satu
bulan dengan 12 kali pertemuan RM
bisa merespon atau membeo kata-kata
yang diucapkan oleh terapis. Selain
menggunakan
metode
visual,
auditoris, dan haptik, peneliti juga
menggunakan media lagu anak-anak
yang disukai RM. Sehingga kosa kata
RM semakin berkembang. RM mulai
senang mengikuti lagu-lagu yang
ditunjukkan oleh peneliti. RM bisa
mengucapkan dua sampai tiga suku
kata yang jelas artikulasinya.
SIMPULAN
c. Haptik
1) Mengajak RM untuk
merasakan
getaran
Berdasarkan
pembahasan
hasil
penelitian
dan
mengenai
pada bibir, leher, pipi,
terapi wicara konsonan p/b/m/w
dan dada.
diperoleh bahwa RM mengalami
2) Melakukan
latihan
keterlambatan bicara, kemampuan
pernapasan
dengan
Bahasa dan bicaranya berada dalam
menarik nafas, meniup
tahapan anak usia 1-1,5 tahun.
panjang atau pendek.
Perkembangan bicara dan bahasa
Berdasarkan terapi wicara
konsonan /w/,
untuk kata
berada dalam tahapan ekolalia atau
membeo. Hal ini terbukti dari kondisi
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 29
bicara RM yang bisa mengucapkan
kerjasama
dua suku kata. Sehingga untuk
mestimulasi perkembangan bicara
mengatasi hal tersebut disusunlah
maupun bahasanya agar mencapai
program terapi wicara konsoanan
tujuan yang optimal.
orang
tua
dalam
p/b/m/w, karena konsonan tersebut
merupakan konsonan dasar dalam
terapi
wicara.
Terapi
wicara
dilakukan melalui tahapan visual,
auditoris dan haptik. Selain itu juga
menggunakan media musik anakanak. Melalui terapi wicara ini RM
bisa mengucapkan dua sampaitiga
suku kata. Selain itu RM mulai bisa
menyanyikan
meskipun
lagu
anak-anak
pengucapannya
masih
belum jelas. Jadi, terapi wicara tidak
hanya dilakukan oleh terapis atau
peneliti tetapi juga membutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J. (2012). Educational
Research:
Planning,
Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative
Research. Boston: Pearson.
Hurlock, E.B (2002). Psikologi
Perkembangan: 5th Edition.
Jakarta: Erlangga.
Santrock,
John
W.
(2007).
Perkembangan Anak (Jilid 1).
Jakarta: Erlangga.
Sardjono. (2007). Terapi Wicara.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan Nasional
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 30
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
PENERAPAN TERAPI WICARA KONSONAN B/P/M/W UNTUK ANAK
LAMBAT BICARA USIA 4 TAHUN
Inna Hamida Zusfindhana
Prodi PLB, IKIP PGRI Jember
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi objektif anak yang mengalami
keterlambatan bicara. Terapi wicara adalah salah satu cara untuk mengatasi
masalah tersebut. Terapi wicara dalam penelitian ini di fokuskan dalam
pembentukan konsonan b/p/m/w. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan
kemampuan bicara anak usia empat tahun. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif menggunakan observasi dan wawancara
untuk menggali data anak dengan keterlambatan bicara. Subjek penelitian
merupakan anak lambat bicara usia empat tahun yang berjumlah satu orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1) Perkembangan bahasaan bicara pada tahap
ekolalia, 2) Terapi wicara melalui tahapan visual, auditoris, dan haptik, 3) Melalui
tahapan visual dan haptik RM mampu mengucapkan dua sampai tiga suku kata, 4)
Tahapan haptik RM tidak mengalami masalah.
Kata kunci: terapi wicara konsonan b/p/m/w, lambat bicara, usia 4 tahun
dirinya.
PENDAHULUAN
Keterampilan
berbahasa
merupakan kemampuan pertama dan
utama yang harus dimiliki anak.
Melalui bahasa anak akan dapat
mengeksplorasi berbagai hal yang ada
disekitarnya serta menjadi modal
utama anak untuk mengembangan
berbagai potensi yang ada di dalam
Pada
masa
lima tahun
pertama yang disebut dengan usia
keemasan merupakan masa emas bagi
perkembangan anak
Bahasa
anak
berkembang
secara signifikan dari usia 0-7 tahun
melalui
beberapa
perkembangan
disesuaikan
tahapan
bahasa
dengan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
usia
yang
anak.
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 20
Menurut teori
Lev Vygotsky, dari
artikulasinya. Namun masih memakai
rentang usia tersebut anak akan
subtitusi artikulasi yang belum jelas.
melewati 4 tahapan perkembangan
Perkembangan bahasa anak
bahasa meliputi primitive speech
sendiri menurut Santrock (2002, hlm.
stage,
178) dibagi ke dalam tahapan sebagai
naive
psycologcal
speech
stage, egocentris speech stage dan
ingrowth
speech
stage.
Teori
berikut:
1. Tahap Penyuaraan Refleks
Vygotsky menekankan bahasa pada
(reflexive vocalization)
kemampuan bicara atau “Speech”
Seluruh aktifitas bayi yang
yang pada akhirnya akan berkaitan
baru lahir hinggga umur tiga
dengan kemampuan berpikir atau
minggu
“Though”.
tahapan
refleks, benar-benar tidak
ada
disadari, tanpa kehendak,
kemampuan berbahasa yang harus
tidak meminta atau menuntut
dimiliki anak. Anak usia 3-4 tahun
apapun, dan bukan sedang
berada pada tahap perkembangan
menanggapi
egocentris speech stage. Pada tahapan
misalnya
tangisan
ini kemampuan berbahasa anak yang
suaranya.
Setelah
dapat diamati berupa anak dapat
empat
bertanya dan menjawab petanyaan
tangisan atau suaranya mulai
apa, siapa, dimana serta kata tanya
berbeda.
lain
berarti
Pada
perkembangan
yang
penjelasan
tiap
tersebut
belum
seperti
membutuhkan
kata
tanya
mengapa dan bagaimana.
masih
bersifat
rangsangan,
minggu
Hal
bayi
umur
barulah
ini
bukan
sudah
membedakan
rangsangan
dan
bisa
setiapa
yang
datang
Menurut Sardjono (2007, hlm.
kepadanya tetapi masih tetap
26) pada usia 3,4-4,5 tahun terjadi
merupakan refleks, misalnya
aspek-aspek bahasa secara cepat dan
tangis
kontinyu, perkembangan tanggapan
berbeda dengan saat pipis,
dan perbendaharaan kata semakin
berbeda lagi dengan tangisan
banyak
bayi merasa kedinginan.
melebihi
kemampuan
bayi
2. Tahap Babling
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
saat
lapar
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 21
Umumnya ini terjadi saat
mam
bayi berumur 6-7 minggu.
Selain itu tahap lalling ini
Pada masa ini bayi senang
bukan
lagi
mengulang-ulang
refleks,
melainkan
bunyi
dan
gub,gub,gub.
merupakan
sudah
yang dibuatnya, yang juga
merupakan gerakan yang
masih
disadari dan terkoordinasi.
tergolong
refleks.
Bunyi yang dihasilkan mulai
Bayi
bervariasi,
feedback
pada
minggu-
sudah
memiliki
auditory
atau
minggu selanjutnya mulai
kemampuan
terdengar
apa yang didengar. Bayi juga
bunyi-bunyi
menanggapi
konsonan seperti p,b,g dan
sedang
konsonan
sengaja untuk mengucapkan
sengau
(nasal)
seperti n. Bunyi-bunyi itu
sering
dikombinasikan
dengan
vokal,
sehingga
berlatih
dengan
kata-kata.
4. Tahap Ekolalia
Terjadi pada usia 9-10 bulan,
terdengar “pa pa pa pa”, ba
pada
ba ba” dan “en en en”.
cenderung mengulang atau
meniru
3. Tahap Lalling
tahap
suku
ini
kata
anak
yang
Tahap ini disebut juga tahap
diucapkan oleh orang lain
mengoceh
jargon,
tanpa mengubahnya. Upaya
umumnya dimulai saat bayi
meniru juga disertai dengan
berumur 6-8 bulan. Tahap
penggunaan gestures atau
atau
ini hampir sama
lalling
dengan
tahap
isyarat
gerakan
tangan.
babling,
Penggulangan kata belum
perbedaannya terletak pada
disertai dengan pemahaman
bentuk
makna.
dihasilkan.
ocehan
yang
Pada
tahap
ocehan
lalling,
merupakan
beberapa
sudah
perpaduab
konsonan
5. Tahap True Speech
Tahap ini merupakan tahap
perkembangan
bahasa
dan
terakhir. Tahap ini sering
vokal, contoh mam, mam,
juga disebut sebagai tahap
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 22
bicara benar atau first word
dan membentuk bunyi bahasa (vokal
atau kata pertama, umumnya
dan konsonan) dengan benar.
Dasar dalam terapi wicara yaitu
terjadi saat anak berusia 9-10
bulan
melalui pembentukan fonem-fonem,
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di Laboratorium PLB IKIP
PGRI Jember, diperoleh data tentang
anak
dengan
berbicara.
keterlambatan
Kemampuan
membeo
anak sudah cukup baik meskipun bisa
mengucapkan satu suku kata awal
atau belakangnya saja. Selain itu
anak
juga
masih
mengalami
hambatan
dalam
pengucapan
konsonan
b/p/m/w.
Kemampuan
berbahasa dan berbicara RM seperti
anak usia satu tahun atau tahapan
ekolalia.
RM
tidak
merespon
keadaan sekitarnya di karenakan
dasar ucapan, proses pembentukan,
kesalahan-kesalahan ucapan yang
terjadi pada umumnya dan cara
melatih serta memperbaikinya. Alatalat yang dibutuhkan ntuk terapi
wicara yaitu, kaca besar, spatel, dan
berbagai macam permainan untuk
anak.
Alat-alat
147) terapi wicara adalah usaha
perbaikan
bicara
dengan
1. Balon,
anak-anak
yang
mempunyai hambatan dalam bicara
supaya mampu berbicara dengan
baik. Selain itu agar anak mampu
memiliki dasar ucapan yang benar
latihan
daya hembusan
2. Lilin, untuk meniup dan
menguatkan otot perut.
3. Kartu nama yang berisi
gambar
yang
ada
di
sekeliling anak.
4. Miniatur hewan, alat-alat
rumah
tangga,
merangsang
memberkan kebiasaan latihan yang
membantu
untuk
meniup dan menguatkan
jalan
baik. Fungsi dari terapi wicara yaitu
anak
adalah sebagai berikut:
anaknya cukup aktif ketika bermain.
Menurut Sardjono (2007, hlm.
permainan
untuk
komunikasi
anak.
Tujuan penelitian ini untuk
memperoleh gambaran
mengenai
masalah keterlambatan bicara dan
manfaat
terapi
wicara
konsoan b/p/m/w.
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
dengan
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 23
tujuan penelitian. Dokumentasi atau
METODE
Penelitian ini menggunakan
audiovisual yang terdiri dari gambar,
metode kualitatif deskriptif. Metode
suara dan video yang dikumpulkan
deskriptif
oleh
bertujuan
untuk
peneliti
untuk
membantu
mengungkap data-data di lapangan
memahami
yang
mengenai
digunakan. Waktu yang digunakan
dalam
dalam pelaksanaan penelitian ini
meminimalisir keterlambatan bicara
selama 60 menit selama 12 kali
pada anak. Bertujuan untuk menggali
pertemuan dalam satu bulan.
bersifat
kondisi
aktual
objektif
anak
data mengenai kondisi objektif anak,
menggunakan
aspek-aspek
merekam
Teknik
analisis
data
data
yang
dalam
yang
penelitian menggunakan tiga langkah,
terdapat dalam perkembangan bicara
menurut Milles dan Huberrman yaitu
anak.
reduksi data,
display data,
dan
Adapun subjek penelitian ini
verifikasi data. Sedangkan pengujian
adalah anak empat tahun yang
kredibilitas data diperlukan untuk
berjumlah satu orang. Data yang
pengecekkan data yang dilaporkan
sudah terkumpul tersebut dianalisis
dengan
kemudian dijadikan sebagai dasar
lapangan. (Creswell, 2012).
data
yang
ditemui
di
dalam merumuskan program terapi
Pertama, peneliti menganalisis
wicara konsonan b/p/m/w untuk anak
data dengan melakukan reduksi data.
lambat bicara.
Reduksi data berarti merangkum,
Penelitian ini menggunakan
memilih
hal-hal
yang
pokok,
teknik observasi, wawancara, dan
memfokuskan pada hal-hal yang
audiovisual
penting.
atau
dokumentasi.
Kemudian
peneliti
Observasi dilakukan untuk melihat
mengadakan penarikan kesimpulan
dan mencatat perkembangan bicara
dan pengambilan tindakan.
anak. Proses wawancara di lakukan
Kedua,
yaitu
membuat
temuan
penelitian
dengan wawancara secara terstruktur
rangkuman
kepada orang tua yang didalamnya
berdasarkan pada aspek-aspek yang
menyajikan
diteliti. Berdasarkan display data,
pertanyaan-pertanyaan
secara sistematis yang sesuai dengan
data tersebut
akan terorganisasi,
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 24
tersusun
dalam
pola
hubungan,
komunikasi
oleh
orang
tuanya.
memudahkan
Intensitas komunikasi RM sangatlah
memahami gambaran keseluruan dari
kurang, karena RM dianggap diam
aspek-aspek yang diteliti.
ketika ia bermain sendiri.
sehingga
Ketiga,
dapat
yaitu verifikasi data
Hasil pelaksanaan terapi wicara
dengan cara mempelajari kembali
konsonan p/b/m/w
data-data
yang
beberapa hasil :
menarik
kesimpulan
terkumpul
dan
sehingga
mendapatkan temuan baru.
1. Konsonan /p/
Dasar
HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjukkan
ucapan
fonem
/p/
menurut Sardjono (2007, hlm.
163) adalah kedua bibir atas
Berdasarkan
hasil
observasi
dan bawah. Sedangkan untuk
diperoleh data bahwa kemampuan
pembentukanya yaitu kedua
bicara RM masih dalam tahapan
bibir mengatup rapat, otot
ekolalia atau membeo. RM mampu
tegang sehingga menghambat
mengikuti satu suku kata yang di
aliran udara lewat mulut, pipi
ucapkan. Kemampuan RM yang lain
tegang tetapi tidak cembung,
seperti motorik, kognitif, emosi dan
letak lidah datar.
sosial tidak mengalami hambatan.
a. Visual
Berdasarkan hasil wawancara
1) Mengajak
RM
dengan orang tua, RM merupakan
memperhatikan
anak yang sangat aktif. Kemampuan
bentuk bibir peneliti
RM selain bahasa sama dengan anak
pada cermin
pada umumnya. Orang tua baru
menyadari
RM
mengalami
2) Menunjukkan gambar
“perahu”
keterlambatan bicara ketika ia berusia
3) Mengucapkan
tiga tahun. Orang tua sama-sama
“perahu”
sibuk, sehingga RM ketika ditinggal
kemudian
orang tuanya bekerja dititipkan ke
menirukan
rumah saudara. Hal ini menyebabkan
RM mengalami kurangnya stimulasi
,
kata
“papa”
RM
4) Mengucapkan pa, po,
pi, pu, pe
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 25
5) Mengucapkan
kata
Pa
pa
paaaaaaaaaa
suku
tersebut. Kata “perahu” RM
papa
mampu menirukan suku kata
papa
terakhir yaitu “hu”. Penerapan
papa papa pa pa pa
auditoris maupun haptik RM
tidak mengalami kesulitan.
b. Auditoris
1) Menggunakan
suara
Dasar
yang lebih keras
ucapan
fonem
/b/
RM
menurut Sardjono (2007, hlm.
getaran
166) adalah kedua belah bibir.
2) mengajak
merasakan
2. Konsonan /b/
Pembentukan fonem /b/ yaitu
sambil meraban
3) Ketika RM bereaksi
posisi bibir bawah dan atas
ada bunyi, ucapkan
saling menekan, posisi lidah
kata kemudian anak
mendatar, gigi atas dan bawah
menirukannya
tidak saling bersentuhan, pita
4) Membiarkan
meraban
sambil
RM
suara bergetar, aliran udara
sendiri
terhambat di dalam rongga
merasakan
suaranya.
a. Visual
c. Haptik
1) Mengajak
1) Mengajak RM untuk
merasakan
udara
meletup yang keluar
dari
mulut
dengan
ujung jari.
latihan
pernapasan
dengan
cara meniup lilin.
RM
memperhatikan
bentuk bibir peneliti
pada cermin
2) Menunjukkan gambar
untuk
3) Mengucapkan
“bola”
kemudian
Berdasarkan terapi wicara
konsonan /p/,
RM
bola dan baju
2) Melakukan
“papa”
mulut.
kata
mampu
,
kata
“baju”
RM
menirukan
4) Mengucapkan ba, bo,
bi, bu, be
menirukan dua suku kata
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 26
5) Mengucapkan
kata
ba
ba
baaaaaaaaaa
suku
RM mampu menirukan suku
baba
kata terakhir
bapa
Penerapan auditoris maupun
baba baba ba ba ba
yaitu “aju”.
haptik RM tidak mengalami
kesulitan
b. Auditoris
1) Menggunakan
suara
3. Konsonan /m/
Dasar
yang lebih keras
ucapan
fonem/m/
2) Mengajak
RM
menurut Sardjono (2007, hlm.
merasakan
getaran
168) adalah kedua bibir atas
dan
sambil meraban
bawah.
Pembentukan
3) Ketika RM bereaksi
fonem /m/ yaitu kedua bibir
ada bunyi, ucapkan
mrngatup tapi tidak sengau,
kata kemudian anak
gigi atas dan bawah tidak
menirukannya
bertemu. Getaran di pipi,
4) Membiarkan
meraban
RM
sendiri
sambil
merasakan
suaranya.
serta pipi tidak cembung.
a. Visual
1) Mengajak
c. Haptik
RM
memperhatikan
1) Mengajak RM untuk
merasakan
udara
meletup yang keluar
dari
hidung, telinga, dan leher
mulut
dengan
ujung jari.
bentuk bibir peneliti
pada cermin
2) Menunjukkan gambar
mata dan mama
3) Mengucapkan
2) Melakukan
latihan
“mama”,
pernapasan
dengan
kemudian
cara meniup lilin.
untuk
“mata”
RM
menirukan
Berdasarkan terapi wicara
konsonan /b/,
kata
4) Mengucapkan
suku
kata
kata ma, mo, mi, mu,
“bola” RM mampu menirukan
me, ma ma mama
kata “ola”. Untuk kata “baju”
maaaaaaaaaa
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
mama
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 27
Berdasarkan terapi wicara
mama mama ma ma
konsonan /m/, untuk kata
ma
“mama”
b. Auditoris
1) Menggunakan
suara
RM
mampu
menirukan dua suku kata
tersebut. Kata “mata” RM
yang lebih keras
2) Mengajak
RM
merasakan
getaran
sambil meraban
mampu menirukan dua suku
kata
tersebut.
Penerapan
auditoris maupun haptik RM
3) Ketika RM bereaksi
ada bunyi, ucapkan
tidak mengalami kesulitan.
4. Konsonan /w/
kata kemudian anak
Dasar
menirukannya
menurut Sardjono (2007, hlm.
4) Membiarkan
meraban
sambil
RM
sendiri
merasakan
suaranya.
ucapan
fonem/m/
171) adalah kedua bibir atas
an
bawah.
Pembentukan
fonem /w/ adalah kedua bibir
mengatup rapat tetapi saling
menekan udara keluar melalui
c. Haptik
1) Mengajak anak untuk
merasakan
getaran
celah sempit antara bibir atas
dan bibir bawah dan pita suara
pada bibir, leher, pipi,
bergetar.
dan dada.
a. Visual
2) Memberi
latihan
1) Mengajak
RM
mengunyah
dengan
memperhatikan
bibir
latihan
bentuk bibir peneliti
rapat/
pada cermin
mengumam
3) Meakukan
latihan
pernapasan
dengan
menghirup
dan
2) Menunjukkan gambar
wortel
3) Mengucapkan
kata
meniup kapas melalui
“wortel”,” kemudian
hidung.
RM menirukan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 28
4) Mengucapkan suku
“wortel”
RM
mampu
kata
“otel”.
kata wa, wo, wi, wu,
menirukan
we
Penerapan auditoris maupun
wa wa wawa
waaaaaaaaaa
wawa
wawa wawa wa wa
wa
haptik RM tidak mengalami
kesulitan.
Setelah
b. Auditoris
1) Menggunakan suara
yang lebih keras
2) Mengajak
RM
merasakan
getaran
sambil meraban
3) Ketika RM bereaksi
ada bunyi, ucapkan
kata kemudian anak
menirukannya
4) Membiarkan
meraban
RM
sendiri
sambil
merasakan
suaranya.
dilakukan
terapi
wicara konsonan p/b/m/w selama satu
bulan dengan 12 kali pertemuan RM
bisa merespon atau membeo kata-kata
yang diucapkan oleh terapis. Selain
menggunakan
metode
visual,
auditoris, dan haptik, peneliti juga
menggunakan media lagu anak-anak
yang disukai RM. Sehingga kosa kata
RM semakin berkembang. RM mulai
senang mengikuti lagu-lagu yang
ditunjukkan oleh peneliti. RM bisa
mengucapkan dua sampai tiga suku
kata yang jelas artikulasinya.
SIMPULAN
c. Haptik
1) Mengajak RM untuk
merasakan
getaran
Berdasarkan
pembahasan
hasil
penelitian
dan
mengenai
pada bibir, leher, pipi,
terapi wicara konsonan p/b/m/w
dan dada.
diperoleh bahwa RM mengalami
2) Melakukan
latihan
keterlambatan bicara, kemampuan
pernapasan
dengan
Bahasa dan bicaranya berada dalam
menarik nafas, meniup
tahapan anak usia 1-1,5 tahun.
panjang atau pendek.
Perkembangan bicara dan bahasa
Berdasarkan terapi wicara
konsonan /w/,
untuk kata
berada dalam tahapan ekolalia atau
membeo. Hal ini terbukti dari kondisi
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 29
bicara RM yang bisa mengucapkan
kerjasama
dua suku kata. Sehingga untuk
mestimulasi perkembangan bicara
mengatasi hal tersebut disusunlah
maupun bahasanya agar mencapai
program terapi wicara konsoanan
tujuan yang optimal.
orang
tua
dalam
p/b/m/w, karena konsonan tersebut
merupakan konsonan dasar dalam
terapi
wicara.
Terapi
wicara
dilakukan melalui tahapan visual,
auditoris dan haptik. Selain itu juga
menggunakan media musik anakanak. Melalui terapi wicara ini RM
bisa mengucapkan dua sampaitiga
suku kata. Selain itu RM mulai bisa
menyanyikan
meskipun
lagu
anak-anak
pengucapannya
masih
belum jelas. Jadi, terapi wicara tidak
hanya dilakukan oleh terapis atau
peneliti tetapi juga membutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J. (2012). Educational
Research:
Planning,
Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative
Research. Boston: Pearson.
Hurlock, E.B (2002). Psikologi
Perkembangan: 5th Edition.
Jakarta: Erlangga.
Santrock,
John
W.
(2007).
Perkembangan Anak (Jilid 1).
Jakarta: Erlangga.
Sardjono. (2007). Terapi Wicara.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan Nasional
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 30
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA