MODEL MITIGASI RESIKO KREDIT YANG DIKEMB

MODEL MITIGASI RESIKO KREDIT YANG DIKEMBANGKAN DENGAN BASIS KOMPUTASIONAL
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MANAJEMEN RESIKO
BAGI BANK DAN KOPERASI DI KOTA SALATIGA
Teguh Wahyono, Arya Dwika Cahyono
A. Introduction
Koperasi merupakan salah satu pilar ekonomi rakyat yang mendukung pertumbuhan
perekonomian Indonesia. Koperasi sudah terbukti menjadi katup pengaman perekonomian dalam
masa

krisis

ekonomi,

serta

menjadi

dinamisator

pertumbuhan


ekonomi

pasca

krisis.

Mempertimbangkan ekonomi rakyat umumnya berbasis pada sumberdaya ekonomi lokal dan tidak
bergantung pada impor, serta hasilnya mampu diekspor karena keunikannya, maka pembangunan
ekonomi rakyat diyakini akan memperkuat fondasi perekonomian nasional. Perekonomian Indonesia
akan memiliki fundamental yang kuat jika ekonomi rakyat telah menjadi pelaku utama yang produktif
dan berdaya saing dalam perekonomian nasional. Untuk itu, pembangunan ekonomi rakyat melalui
pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menjadi salah satu prioritas utama
pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang (Herdiawan, 2012).
Tabel 1.1 menunjukkan dara pertumbuhan koperasi 5 tahun terakhir, dari data teresbut
dapat dilihat pertumbuhan koperasi di Indonesia meningkat 5-6% pertahun.
Table 1. Petumbuhan Koperasi di Indonesia (Depkop, 2013)
Tahun Jml Koperasi

Aktif


Tdk Aktif

2008

154,964.00

108,930.00 46,034.00

2009

170,411.00

120,473.00 49,938.00

2010

177,482.00

127,855.00 52,627.00


2011

188,181.00

133,666.00 54,515.00

2012

194,295.00

139,321.00 54,974.00

Dalam perkembangannya koperasi seringkali terganjal oleh sejumlah masalah yang
menimbulkan potensi resiko yang mengancam eksistensinya. Pada kenyataannya, banyak sekali kasus
kredit macet yang terjadi pada Koperasi di Indonesia. Penelitian Rinastiti (2012) mencatat terdapat
sekitar 40% kredit macet yang terjadi pada sejumlah koperasi di Salatiga. Tribunnews (2013)

mencatat terdapat lebih dari 10 milyar kredit macet pada sejumlah koperasi dan lembaga keuangan
lain di Kabupaten Bantul. Majalah Kontan (2012) dalam artikel “Awas Kredit Macet Menumpuk”
mencatat terjadinya tumpukan kredit macet yang mencapai rata-rata 10% di dalam Kredit Usaha

Rakyat.

Dari pemaparan latarbelakang diatas dapat diambil kesimpulan tujuan dari penelitian kasus

ini adalah, merancang model mitigasi kredit dengan memperhatikan

variabel-variabel yang

menyebabkan terjadinya kegagalan dalam pengelolaan kredit. Dan mengembangkan software
mitigasi kredit dengan menerapkan teori-teori komputasional yang menduking kemampuan
menajemen resiko bagi koperasi.
Resiko Kredit : Resiko merupakan bahaya, ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian
yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Mitigasi Kredit : Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi terjadinya resiko
( Manusiwa, 2011 ). Kredit merupakan bagian dari manajemen rersiko dalam koperasi.
Dalam penggelolaan kreditnya koperasi sendiri memiliki resiko-resiko yang harus dianalisi
atau dimanajemen atau bisa juga kita sebut dengan manajemen resiko, khususnya koperasi simpan
pinjam, seperti beberapahal yaitu, ( Miswanto, 2012 ).
a. Resiko kredit, resiko yang didefinisikan sebagai resiko kerugian sehubungan dengan pihak
peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali

dana yang dipinjamkan secara penuh pada saat jatuh tempo.
b. Resiko yang disebabkan koperasi tidak mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh
tempo atau disebut Resiko Likuiditas.
c. Resiko Operasional, resiko operasional didefinisikan sebagai resiko kerugian arau
ketidakcukupan proses internal, sumber daya manusia dan system yang gagal atau dari
peristiwa eksternal.
d. Resiko yang terkait dengan posisi persaingan antar koperasi dalam perubahan besar, atau
disebut Resiko Bisnis.
e. Resiko Strategik adalah resiko yang terkait dengan keputusan jangka panjang yang dibuat
f.

oleh pengurus dan pengelola.
Resiko kerusakan pada koperasi yang diakibatkan dari hasil opini publlik yang negative, atau
disebut Resiko Reputasional.

BI Checking
Proses pengecekan riwayat keuangan seorang nasabah kepada bank atau lembaga keuangan nonbank disebut dengan BI Checking. Berkaitan dengan hal ini, ada 2 istilah yang sebaiknya Anda
ketahui.
1. Sistem Informasi Debitur (SID)


Riwayat keuangan seseorang, baik bagus maupun buruk, akan tersimpan dalam suatu sistem yang
bernama Sistem Informasi Debitur (SID). Mayoritas informasi dalam sistem tersebut berasal dari
rekening tabungan dan transaksi kartu kredit.
Cara kerja sistem ini cukup sederhana. Setiap bulan seluruh anggota Biro informasi kredit seperti
bank umum, lembaga simpan pinjam, atau lembaga pembiayaan akan menyampaikan laporannya ke
Bank Indonesia. Selanjutnya, sistem akan menghimpun dan mengolah data tersebut.
Hasil olahan data keluaran Sistem Informasi Debitur (SID) adalah laporan yang dikenal dengan istilah
Informasi Debitur Individual (IDI).
2. Informasi Debitur Individual (IDI) Historis
Pada situs Bank Indonesia dijelaskan bahwa IDI Historis berisi informasi seluruh riwayat keuangan
debitur, baik kondisi lancar maupun bermasalah, mulai dari Rp.1 ke atas. IDI Historis juga
menampilkan informasi mengenai historis pembayaran yang dilakukan dalam kurun waktu 24 bulan
terakhir.
Cakupan IDI Historis sangat lengkap dan menyeluruh. Mulai dari identitas debitur, pemilik dan
pengurus, fasilitas penyediaan dana/pembiayaan yang diterima, agunan, penjamin, hingga
kolektibilitas. Dari IDI Historis inilah, bank atau lembaga keuangan non-bank dapat memastikan
pinjaman hanya berikan ke orang-orang yang tidak bermasalah untuk digunakan dengan benar.
B. Summary
Teori kompotasional akan memberikan model matematika dam teknik penyelesaian numerik
serta penggunakan komputer untuk menganalisi dan memecahkan masalah-masalah kredit. Salah

satu teori tentan komputasional yangdigunakan dalam mitigasi resiko adalah teori teorema Bayes,
merupakan metode untuk perhitungan probabilitas bersyarat ( postorior ) yaitu perhitungan peluang
suatu kejadian X bila diketahui kejadian H terjadi yang dinotasikan dengan P ( X l H ).

Gambar 2.2. Probabilitas bersyarat [3]

Menunjukkan bahwa probabilitas X didalam H
adalah probabilitas interseksi X dan H dari
probabilitas H atau dengan bahasa P ( X l H )
adalah prosentase banyaknya X didalam H
Model penelitian dalam Application Development
Methodology

Gambar 2.4. Application Development Methodology
(Indianic (2012)
Metodologi pengembangan aplikasi Indianic seperti yang terlihat di atas terdiri dari beberapa
langkah yaitu :
1. Requirement gathering Analysis yang merupakan tahap untuk mengumpulkan data dan
melakukan analisis kebutuhan,
2. Consulting for Right Solution yang merupakan tahap pemantapan kebutuhan untuk

mendapatkan solusi yang diinginkan,
3. Wireframing and Designing yang merupakan tahap perancangan aplikasi,
4. Development yang merupakan tahap pengembangan aplikasi,
5. Testing Depployment Support sebagai tahap ujicoba sistem.
Mitigasi resiko kredit dilakukan dengan memberikan rekomendasi diterima atau tidaknya
calon nasabah yang mengajukan kredit ke koperasi simpan pinjam tersebut. Dari hasil wawancara
dapat disimpulkan bahwa koperasi menggunakan metode 5C untuk melakukan analisa kredit atau
menentukan layak tidaknya calon nasabah mendapatkan kredit dengan analisis 5 C.

1. Character
Character merupakan sifat dari calon nasabah yang penilaiannya dilakukan oleh surveyor .
2. Capital
Capital merupakan modal atau kepemilikan barang berharga yang dimiliki oleh calon nasabah yang
menunjukkan kemampuan ekonomi mereka. Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut.
3. Collateral
Collateral merupakan penilaian terhadap jaminan yang diberikan calon nasabah kepada koperasi.
4. Capacity
Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam memenuhi kewajiban terhadap koperasi.
5. Condition


Conditions menjelaskan segala kondisi yang dimiliki oleh calon nasabah, baik latar belakang maupun
kondisi keluarga.
C. Conclusion
Koperasi Simpan Pinjam yang merupakan koperasi yang sarat dengan resiko karena
beroperasi dengan cara menghimpun uang masyarakat (anggota koperasi) dan kemudian
menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Di dalam pemberian kredit tersebut,
koperasi akan menanggung resiko adanya unsur ketidakpastian di masa yang akan datang, terutama
resiko adanya kredit macet.

Penelitian ini berhasil merancang model mitigasi kredit dengan memperhatikan variabelvariabel yang menyebabkan terjadinya kegagalan dalam pengelolaan kredit, serta mengembangkan
software mitigasi kredit dengan menerapkan teori-teori komputasional yang mendukung
kemampuan manajemen resiko bagi koperasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan
kontribusi dalam penyelesaian masalah untuk mengurangi adanya kredit macet pada koperasi

simpan pinjam, dimana permasalah tersebut adaalah permasalahan oelh sbeagian besar koperasi
simpan pinjam di Indonesia.
Review
Anda orang bekerja di bidang ekomoni, khususnya perbankan? Tentu anda mengenal konsep
5 C yaitu Character ( karakter ), Capacity ( kemampuan mengembalikan utang ), Collateral ( Jaminan ),
Capital ( modal ) dan Condition ( Situasi dan kondisi ). Bagi orang bank atau koperasi nasabah yang

memenuhi criteria 5 C adalah orang yang sempurna untuk mendapatakan pembiayaan. Bank melihat
orang yang mempunyai karakter kuat, kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang berharga,
modal yang kuat, dan kondisi perekonomian yang aman bagai melihat sebuah mutiara. Orang seperti
ini adalah nasabah potensial untuk diajak bekerja sama atau orang yang layak mendapatkan
penyaluran kredit. Pendeknya orang yang mempunyai 5C yang baik adalah manusia yang ideal
menurut kriteria orang bank dan koperasi. Dengan model mitigasi kredit kita dapat memperhatikan
variabel-variabel yang menyebabkan terjadinya kegagalan dalam pengelolaan analisis kredit secara
komputasional mendukung adanya kemampuan manajemen resiko bagi bank atau koperasi dan akan
memitimigasi ressiko kredit bermasalah pada koperasi di Kota Salatiga.
Pada kenyataan riilnya jika hanya prinsip 5C kredit sulit di terapkan pada analisis pemberian
kredit, terutama kepada mereka yang sudah lihat di dunia kredit ( sebagai nasabah pinjaman )
dengan semakin sering nsabah tersebut mengajukan dan menikmati kredit baik konsumtif dan modal
kerja mereka dapat membuat analis kredit seakan akan nasabah tersebut memenuhi kriteria 5C.
Sistem Informasi Debitur ( SID ) dan Informasi Debitur Individual (IDI) Historis ada banyak informasi
yang didapat dari SID dan IDI Historis yang dapat membantu analis kredit dalam menentukan
penyaluran kreditnya.