PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN TUNTUTAN TUGAS TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN STRES KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA GURU SD KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN TUNTUTAN TUGAS TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN STRES KERJA SEBAGAI VARIABEL

  

ARTIKEL

ERNAYETI

NPM. 1210018212049

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

  

2014

  

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN TUNTUTAN TUGAS TERHADAP

KEPUASAN KERJA DENGAN STRES KERJA SEBAGAI VARIABEL

  

INTERVENING PADA GURU SD KECAMATAN LUHAK NAN DUO

KABUPATEN PASAMAN BARAT

  1

  2

  3 Ernayeti, Nelmida, Antoni

  1 Mahasiswa Magister Sains Manajemen, Program Pascasarjana, Universitas Bung Hatta 2 &3 Dosen Program Pascasarnana, Universitas Bung Hatta

  Email :

  

ABSTRACT

The objective of this study is efforted to explain the effect of leadership and task assertion to

job satisfaction, and the effect of work stress as intervening variabel among leadership and

task assertion to job satisfaction of primary school’s teacher at Luhak Nan Duo district

Pasaman Barat Region. Population in this study amount 171 people contents all of teacher

in primary school at Luhak Nan Duo district Pasaman Barat Region. Technique of sampling

is sensus method because of total of population only 171 people using questionnaire,

furthermore data processing with validity test and reliability test, for hypotesis test using

multiple regression, simple regression and compound regression. The result of study

concludes that leadership significant influence and positif to job satisfaction, task assertion

significant influence and positif to job staisfaction, work stress significant influence and

negative to job satisfaction and work stress able to mediate relationship among leadership

and task assertion job satisfaction of primary school’s teacher at Luhak Nan Duo district

Pasaman Barat Region. The result also proved that have a contribution of leadership, task

assertion to job satisfaction 16,8%, remaining 83,21% a given and explained by another

variabels excluded in this model. Work stress as intervening variabel is able to increase the

contribution of leadership and task assertion variabel 2,1%.

  Keywords: Leadership, Task assertion, Work Stress, Job Satisfaction

1. PENDAHULUAN

  karena bagi siswa guru sering dijadikan Sekolah sebagai ujung tombak tokoh teladan bahkan menjadi tokoh pendidikan dituntut untuk meningkatkan identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan kuantitas dan kualitas hasil belajar. Sekolah unsur yang sangat mempengaruhi dituntut untuk meningkatkan mutu tercapainya tujuan pendidikan selain unsur lulusannya. Mutu lulusan suatu sekolah murid dan fasilitas lainnya. Keberhasilan sangat tergantung dari kinerja guru di penyelenggaraan pendidikan sangat sekolah tersebut. Guru merupakan faktor ditentukan kesiapan guru dalam yang sangat dominan dan paling penting mempersiapkan peserta didiknya melalui dalam pendidikan formal pada umumnya kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan komitmennya.

  Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai visi, misi, dan tujuannya tidak terlepas dari peranan pelaksanaan pemerintah atau organisasi itu sendiri. Berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintah pada tingkat organisasi pemerintah baik kedudukan maupun fungsi birokrasi. Perubahan-perubahan dimaksud tentunya dengan harapan untuk memenuhi tuntutan kepentingan masyarakat dan strategi menghadapi tantangan era globalisasi.

  15

  6

  6

  6

  6

  2

  6

  6

  2

  6 SD. N 05

  15

  10

  11

  2

  2

  15

  15

  2

  10 SD. N 06

  9

  9

  9

  9

  2

  9

  9

  7

  5 SD. N 04

  5

  Menurut Hasibuan (2007) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar kerja. Kepuasan kerja seorang guru harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan dan kedisiplinan guru meningkat dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian diketahui bahwa kepuasan kerja merupakan salah unsur terpenting yang harus diperhatikan agar sumber daya manusia yang ada pada organisasi dapat bekerja lebih giat untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi.

  6

  Suatu hal yang membuat rusaknya kondisi organisasi sekolah adalah rendahnya kepuasan kerja guru dimana timbul gejala seperti sering tidak hadir, malas mengajar, banyaknya keluhan, rendahnya prestasi kerja, rendahnya kualitas mengajar dan banyaknya guru yang tidak mengerjakan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru, yang semuanya itu akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa, sebaliknya kepuasan kerja yang tinggi akan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa ke arah yang lebih baik. Fenomena ini dapat dilihat dari jumlah guru PNS Se SD Luhak Nan Duo yang Mengerjakan TUPOKSI (tugas pokok dan fungsi) tahun. 2013 yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1

  Jumlah guru PNS Se SD Luhak Nan Duo yang Mengerjakan TUPOKSI Tahun 2013

  Nama SD Jmlh guru PNS Tugas Pokok Program Tahunan Program Semester Silabus RPP Daftar Nilai Kalender Agenda Harian KKM SD. N 01

  10

  8

  8

  8

  2

  10

  10

  2

  1 SD. N 02

  4

  6

  4

  4

  2

  6

  6

  2

  2 SD. N 03

  6

  5

  5

  4

  2

  9

  Jmlh guru Tugas Pokok Nama SD PNS Program Program Silabus RPP Daftar Kalender Agenda KKM Tahunan Semester Nilai Harian SD. N 07

  6

  6

  6

  6

  2

  6

  6

  6

  6 SD. N 08

  11

  11

  12

  11

  3

  11

  10

  10

  11 SD. N 09

  5

  5

  5

  3

  2

  5

  3

  3

  5 SD. N 10

  6

  6

  6

  6

  3

  6

  4

  4

  6 SD. N 11

  6

  6

  6

  6

  3

  4

  5

  4

  4 SD. N 12

  6

  6

  6

  6

  4

  6

  4

  4

  4 SD. N 13

  7

  7

  7

  7

  3

  7

  5

  4

  5 SD. N 14

  6

  6

  6

  6

  2

  6

  4

  4

  2 SD. N 15

  6

  5

  5

  5

  2

  5

  3

  3

  3 SD. N 16

  9

  6

  6

  6

  4

  6

  4

  4

  2 SD. N 17

  8

  5

  8

  8

  3

  8

  5

  3

  8 SD. N 18

  3

  3

  3

  2

  1

  3

  1

  1

  1 SD. N 19

  11

  11

  11

  11

  3

  11

  5

  5

  11 SD. N 20

  9

  9

  9

  9

  2

  9

  5

  4

  5 SD. N 21

  6

  6

  6

  6

  3

  6

  4

  2

  6 SD. N 22

  8

  8

  8

  8

  3

  8

  4

  3

  4 SD. N 23

  6

  6

  6

  6

  2

  6

  5

  3

  3 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman Barat

  Dari Tabel 1 terlihat masih banyak murid-murid SDN di Kecamatan Luhak Nan guru-guru yang tidak menyelesaikan tugas Duo Kabupaten Pasaman Barat. pokoknya sebagai guru baik itu dalam Penelitian ini adalah modifikasi dari membuat program tahunan, program penelitian yang dilakukan oleh Gustomo dkk semester, silabus, rencana pokok (2009), yaitu Pengaruh Nilai-nilai Personal, pembelajaran, kalender akademik, agenda Gaya Kepemimpinan, dan Budaya harian dan KKM (Kriteria Ketuntasan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Minimal) kecuali daftar nilai dimana seluruh Karyawan dan perbedaan penelitian yang guru mampu menyelesaikannya. penulis lakukan dengan penelitian terdahulu

  Dari fenomena yang terlihat, diduga adalah perbedaan pada variabel bebas sebagai akibat tuntutan tugas yang dibebani dimana penelitian sekarang menggunakan kepada guru sehingga mengakibatkan stres variabel kepemimpinan dan tuntutan tugas, kerja yang berujung tidak puasnya guru penelitian sekarang menggunakan variabel dalam menjalankan tugasnya dalam intervening dan penelitian terdahulu tidak mengajar anak didik menjadi pribadi-pribadi menggunakan variabel intervening, selain itu yang berilmu dan tangguh menghadapi waktu dan objek penelitian juga berbeda, kehidupannya kelak setelah mereka dewasa. objek penelitian sebelumnya adalah PT. Ketidakpuasan guru dalam bekerja juga akan Industri Telekomunukasi Indonesia (PT. memberikan dampak dalam kegiatan belajar

  INTI) di Bandung sedangkan pada penelitian mengajar dan ilmu yang akan diserap oleh ini objek penelitian adalah guru SD Negeri Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat.

  Hasil penelitian ini diperkirakan akan akan bermanfaat bagi objek penelitian dalam hal memberikan masukan bagaimana cara meningkatkan kepuasan kerja di kalangan guru SDN Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat. Selain itu, penelitian ini juga memberikan sumbangan dalam hal memperkaya literatur di bidang kepuasan kerja dan stres kerja.

  Artikel ini akan dibagi atas beberapa bagian di antaranya adalah latar belakang penelitian, landasan teori dan pengembangan hipotesis, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, dan akhirnya di tutup dengan kesimpulan dan saran.

  Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap individual memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan yang dirasakan sesuai, dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Seseorang dengan tingkat kepuasan yang tinggi menunjukkan sikap positif terhadap kerja itu, seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu.

  Menurut Rivai dan Sagala (2009) kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerjaan tentang seberapa jauh pekerjaaanya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Kepuasan kerja juga adalah sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu diluar kerja.

  Terwujudnya kepuasan kerja pada seorang pegawai dibentuk oleh faktor-faktor dan aspek-aspek yang dapat mendukung kepuasan kerja. Faktor-faktor penentu kepuasan kerja (Dessler, 2007) adalah sebagai berikut:

  1. Faktor hubungan pegawai, antara lain mutu supervisi, faktor psikis dan kondisi kerja, hubungan sosial diantara pegawai, sugesti diantara teman sekerja, emosi dan situasi kerja; 2. Faktor- faktor individu yang berhubungan dengan sikap, umur dan jenis kelamin; 3. Faktor- faktor luar yang berhubungan dengan keadaan keluarga pegawai, rekreasi, pendidikan.

2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Kepuasan kerja

  Secara teoritis faktor-faktor yang dapat membentuk kepuasan kerja pengawai sangat banyak jumlahnya. Dalam penelitian ini, pengukuran tingkat kepuasan kerja guru menggunakan pendekatan yang dilakukan oleh Anthony dan David dalam Mas’ud (2004), menyatakan bahwa untuk mengukur kepuasan kerja karyawan dapat digunakan dimensi sebagai berikut. 1. Kepuasan dengan gaji/satisfaction with pay; 2. keterampilan tertentu sesuai dengan Kepuasan dengan promosi/satisfaction with bidangnya masing-masing. promotion; 3. Kepuasan dengan rekan 2.

  Atasan (Supervisor), atasan yang baik sekerja/satisfaction with co-workers; 4. berarti mau menghargai pekerjaan Kepuasan dengan penyelia/satisfaction with bawahannya. supervisor; 5. Kepuasan dengan pekerjaan 3.

  Teman sekerja (Workers), merupakan itu sendiri/satisfaction with work it self. faktor yang berhubungan dengan

2.2 Stres Kerja hubungan antara pegawai dengan

  Kepuasan kerja pada dasarnya atasannya dan dengan pegawai lain, baik merupakan suatu yang bersifat individual. yang sama maupun yang berbeda jenis Setiap individual memiliki tingkat kepuasan pekerjaannya. yang berbeda 4.

  • –beda sesuai dengan sistem

  Promosi (Promotion), merupakan faktor nilai yang berlaku pada dirinya. Makin yang berhubungan dengan ada tidaknya tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan kesempatan untuk memperoleh sesuai dengan keinginan individual, maka peningkatan karier selama bekerja. makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan 5.

  Gaji/Upah (Pay), merupakan faktor tersebut. Dengan demikian, kepuasan pemenuhan kebutuhan hidup pegawai merupakan evaluasi yang menggambarkan yang dianggap layak atau tidak. seseorang atas perasaan sikap senang atau

  2.3 Kepemimpinan dan Stres Kerja

  tidak, puas atau tidak puas dalam pekerjaan. Kepemimpinan adalah menggerakan, Meskipun masalah kepuasan kerja mengarahkan, membimbing, melindungi, bukanlah hal yang sederhana, baik dalam membina, memberikan teladan, memberikan arti konsep maupun analisisnya, karena dorongan dan memberikan bantuan kepuasan mempunyai konotasi yang (Wahjosumidjo, 2002). beraneka ragam, namun tetap relevan untuk Stres kerja adalah kondisi dinamis mengatakan bahwa kepuasan kerja yang didalamnya seorang individu merupakan suatu cara pandang seseorang dikonfrontasikan dengan suatu peluang, baik yang bersifat positif maupun negatif kendala atau tuntutan yang dikaitkan dengan tentang pekerjaannya (Siagian, 2003) apa yang diinginkan dan hasilnya

  Menurut Levi (2002) ada lima aspek dipersepsikan sebagai tidak pasti dan tidak yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu : penting (Robbins, 2003)

  1. Soegiono (2010) menyimpulkan Pekerjaan itu sendiri (Work It self), setiap pekerjaan memerlukan suatu bahwa kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap stres kerja. Demikian juga dengan Wiranata (2011) dimana hasil penelitiannnya memperlihatkan adanya pengaruh kepemimpinan signifikan terhadap stres kerja.

  Dari teori dan penelitian sebelumnya maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja

  Robbins (2006) mengatakan bahwa tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang dan dapat memberikan tekanan pada orang jika tuntutan tugas kecepatannya dirasakan berlebihan dan dapat meningkatkan kecemasan dan stres yang pada akhirnya menyebabkan kepuasan kerja mengalami penurunan.

  Stres kerja merupakan fenomena psikologis, dimana terdapat ketidakseimbangan antara tuntutan tugas dan kemampuan individu untuk mengatasi tuntutan tersebut.

  Sogiono (2010) menyimpulkan bahwa tuntutan tugas berpengaruh signifikan terhadap stres kerja. Dhania (2010) juga menyimpulkan hal yang sama yaitu terdapatnya pengaruh yang signifikan antara tuntutan tugas dengan stres kerja.

  Dari teori dan penelitian sebelumnya maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Tuntutan tugas berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja

  2.5 Stres Kerja dan Kepuasan Kerja

  Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Sedangkan kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Keduanya saling berhubungan seperti yang dikemukakan Robbins (2003), bahwa salah satu dampak stress secara psikologis dapat menurunkan kepuasan kerja karyawan. Stres yang dikaitkan dengan pekerjaan menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan dan memang itulah efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas dari stres itu. Lebih lanjut Robbins (2003) menyatakan bahwa stres kerja memberikan dampak secara langsung terhadap kepuasan kerja.

2.4 Tuntutan Tugas dan Stres Kerja

  Menurut Rivai dan Sagala (2009) kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerjaan tentang seberapa jauh pekerjaaanya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Kepuasan kerja juga adalah sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu diluar kerja. Penelitian Tunjungsari (2011) menyimpulkan adanya pengaruh signifikan positif stres kerja terhadap kepuasan kerja. Meilala (2005) juga menemukan hasil yang sama dimana penelitiannya membuktikan bahwa stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.

  Dari teori dan penelitian sebelumnya maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Stres kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja

  Kepemimpinan Kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung jawab atas tercapainya tujuan, peran, dan mutu pendidikan di sekolah. Perilaku pemimpin merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja.

  Menurut Hasibuan (2007) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar kerja

  Robbin (2006) mendefenisikan kepuasan kerja sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang mereka yakini dan harus mereka terima. Faktor-faktor yang tercakup dalam kepuasan kerja adalah sifat dasar pekerjaan, penyediaan, tingkat upah, kesempatan promosi dan hubungan dengan rekan-rekan kerja.

  Menurut Miller (1991) bahwa gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang positif terhadap kepuasan kerja para pegawai. Penelitian Ruvendi (2005) menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Gustomo dkk (2006), Meilala (2005) dimana kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

2.6 Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja

  Dari teori dan penelitian sebelumnya maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut: H4: Kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja.

  2.7 Tuntutan tugas dan Kepuasan Kerja

  Berbagai jenis tugas dalam pekerjaan adalah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seseorang. Namun dalam menjalankan tugas tersebut seseorang akan berusaha secara maksimal untuk dapat berprestasi. Dalam kenyataannya tidak menutup kemungkinan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya akan menyebabkan munculnya stress kerja bagi yang bersangkutan.

  Simamora (2005) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Ada perbedaan yang penting antara perasaan ini dengan unsur lainnya dari sikap pegawai. Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang relatif yang berbeda dari pemikiran objektif dan keinginan perilaku.

  Penelitian yang dilakukan Soegiono (2010) tentang, tuntutan tugas terhadap stres kerja karyawan PT. Alfaretailindo Surabaya menyimpulkan bahwa tuntutan tugas berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.

  Dhania (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh tuntutan tugas terhadap stres kerja pada studi kasus pada medical representatif di kota Kudus dengan hasil penelitian terdapatnya pengaruh yang signifikan antara tuntutan tugas dengan stres kerja.

  Dari teori dan penelitian sebelumnya maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut: H5: Tuntutan tugas berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja

  Pemimpin yang efektif akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik, tidak hanya ditunjukkan dari kekuasaan yang dimiliki tetapi juga ditunjukan pula oleh perhatian pempinan terhadap kesejahteraan dan kepuasan karyawan terhadap pemimpin dan peningkatan kualitas kerja karyawan, terutama sikap mengayomi yang ditunjukkan untuk menguatkan kemauan karyawan dalam melaksanakan tugas guna mencapai sasaran organisasi.(Bass & Avolio, 1990)

  Maryani dkk (2011) menyimpulkan adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja. Hidayat (2009) melakukan penelitian pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja dengan stres kerja sebagai variabel intervening pada Auditor di Jawa Tengah dengan hasil penelitian terdapat pengaruh signifikan positif gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja melalui stres kerja.

  Dari teori dan penelitian sebelumnya maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut: H6: Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dengan Stres kerja sebagai variabel intervening

  2.9 Tuntutan Tugas, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja

  Menurut Mundar (2001) stres merupakan suatu kondisi yang negatif, suatu kondisi yang mengarah timbulnya penyakit fisik maupun mental atau mengarah ke perilaku yang tak wajar, ada stres yang dapat bersifat positif, makin tinggi dorongannya untuk berprestasi, makin tinggi tingkat stres.

2.8 Kepemimpinan, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja

  Kreitner (2003) menyatakan kepuasan kerja adalah suatu efektifitas atau respon emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini berarti bahwa kepuasan kerja bukan suatu konsep tunggal. Sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau lebih aspek lainnya.

  Penelitian Soegiono (2010) menyimpulkan terdapat pengaruh signifikan positif antara tuntutan tugas dengan kepuasan kerja. Tunjungsari (2011) menyimpulkan

  terdapat pengaruh signifikan antara stres kerja terhadap kepuasan kerja Dari teori dan penelitian sebelumnya maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut: H7: Tuntutan tugas berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja dengan stres kerja sebagai variabel intervening

3. METODE PENELITIAN

  Objek penelitian ini adalah guru SDN di Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat. Penetapan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan metode sensus disebabkan jumlah populasi hanya berjumlah 171 orang guru.

  Penelitian ini dilakukan melalui angket atau kuesioner yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan yang tersusun secara sistematis untuk diisi oleh pegawai secara objektif.

  Dalam penelitian ini variabel kepuasan kerja diukur berdasarkan yang dikembangkan menurut Anthony dan David dalam Mas’ud (2004), yang terdiri atas 5 indikator untuk mengukur kepuasan kerja guru yaitu: kepuasan dengan gaji, kepuasan dengan promosi, kepuasan dengan rekan sekerja, kepuasan dengan penyelia, kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri

  Variabel stres kerja diukur berdasarkan yang dikembangkan oleh Milbourn, Melhem, J.Rozzo (2006) dalam Istijanto (2010) yang menyatakan bahwa untuk mengukur stres kerja karyawan dapat digunakan indikator sebagai berikut: kebingungan, konflik peran, ketersediaan waktu, kelebihan beban kerja, pengembangan karir, tanggung jawab.

  Indikator varibel kepemimpinan yang digunakan pada penelitian ini dikembangkan dari Multifactor Leadership Questionnaire.

  Leadership style was measured with form 5- s of the multifactor leadership Questionnaire (MLQ) oleh Bass (1985) dengan indikator:

  pengaruh individual, tuntutan tugas inspiratif, stimulasi Intelektual, pertimbangan individual.

  Dalam penelitian ini variabel tuntutan tugas diukur berdasarkan yang dikembangkan oleh Yoon, Joongkoo dan

  Jun-Cheol Lim (1999) dalam Mas’ud (2004)

  dengan indikator: otonomi, beban kerja (workload)

  Model penelitian dapat dilihat pada diagram dibawah ini. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengolahan data dengan bantuan SPSS. Menurut Santoso (2002) menyatakan bahwa dasar pengambilan keputusan untuk pengujian hipotesis adalah (i) Jika nilai sig. atau signifikansi atau nilai probalitas (p) < 0,05 (taraf kepercayaan 95 %), maka terdapat pengaruh yang berarti dari variabel bebas terhadap variabel terikat, (ii) Jika nilai sig. Atau signifikansi atau nilai probalitas (p) > 0,05 (taraf kepercayaan 95 %), maka tidak terdapat pengaruh yang berarti dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

  Penelitian menggunakan metode analisa regresi berganda. Sebelum regresi data, uji intrumen berupa uji validitas dan reliabilitas data dilakuan. Selanjutnya, uji normalitas dan uji asumsi klasik yaitu uji multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Hasil uji-uji diatas menunjukan bahwa data valid, reliable dan normal, ini bisa di lihat dari hasil uji validitas dan reliabilitas, serta uji kolmorov- smirnov untuk uji normalitas data.

  Sedangkan uji multikolinearitas menggunakan VIF dan hasilnya menunjukan bahwa variabel independen bebas dari masalah multikolinearitas. Sedangkan uji heteroskedastisitas menggunakan uji Gletser dan hasil juga menyimpulkan bebas dari permasalahan heteroskedastisitas.

  Deskritif statistik variabel penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Kepuasan kerja memiliki skor rata-rata 3,50, total capaian responden 69,97%, dengan demikian tingkat pencapaian responden termasuk kategori cukup puas. Selanjutnya, Stres kerja memiliki skor rata-rata 2,59, total capaian responden 51,81%, dengan demikian tingkat pencapain responden termasuk kategori cukup rendah. Sedangkan, Kepemimpinan memiliki skor rata-rata 3,83, total capaian responden 76,61%, dengan demikian tingkat pencapaian responden termasuk kategori cukup baik. Dan tuntutan tugas memiliki skor rata-rata 3,37, total capaian responden 67,31%, dengan demikian tingkat pencapaian responden termasuk kategori cukup baik. H 2 H 1 H 3 H 4 H 5 Kepemimpinan

  (X 1 ) Tuntutan tugas (X 2 ) Stres Kerja (Z) Kepuasan Kerja (Y)

  H 6 H 7

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Hasil penelitian dapat di lihat dari tabel 2, Tabel 2

  Hasil uji hipotesis variabel tuntutan tugas (X

  0,256

  2

  Konstanta (a) 12,647 0,026 Kepemimpinan (X1) 0,840 0,000 Tuntutan tugas (X2) 1,270 0,000 F 25,998 0,000 R

  Kepuasan Kerja (Y)

  Regresi Signifikan

  Bebas Koefisien

  Kepuasan Kerja Variabel Terikat Konstanta dan Variabel

  Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh kepemimpinan dan tuntutan tugas terhadap

  Hasil studi berikutnya dapat dilihat pada tabel 3.

  Hipotesis 2 yaitu tuntutan tugas berpengaruh positif terhadap stres kerja guru diterima. Bila tuntutan tugas yang dirasakan guru tinggi, maka akan meningkatkan stres kerja bagi guru itu sendiri. Sebaliknya, tuntutan tugas yang dimiliki guru rendah, maka stres kerja guru juga akan menurun. Hasil penelitian ini konsisten dengan Soegiono (2010), Dhania (2010).

  2 ) dengan nilai sig 0,029 < 0,05.

  (2010), Wiranata (2011), Soegihartono (2012).

  Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Kepemimpinan dan Tuntutan Tugas terhadap Stres Kerja

  positif (2,616) dan signifikan. Hipotesis 1 yaitu Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap stres kerja guru diterima. Hal ini terlihat bahwa nilai probalitasnya (sig) kecil dari 0,05. Berarti kepemimpinan yang dirasakan pegawai berpengaruh terhadap stres dari pegawai itu sendiri. Hasil penelitian ini konsisten dengan Soegiono

  1 ) berpengaruh

  Berdasarkan hasil uji hipotesis variabel Kepemimpinan (X

  Pengujian tentang kelayakan model menunjukan bahwa nilai signifikansi F- statistik kecil dari 0,05 hal menunjukan bahwa model layak. Sedangkan, kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen juga cukup tinggi.

  Std error of the estimate 21,453

  0,168

  2

  Kepemimpinan (X1) 2,616 0,000 Tuntutan Tugas (X2) 0,150 0,029 F 15,199 0,000 R

  Signifikan Stres Kerja (Z) Konstanta (a) 3,803 0,039

  Koefisien Regresi

  Variabel Terikat Konstanta dan Variabel Bebas

  Std error of the estimate 6,460 Hipotesis 3 yang menyatakan Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai terbukti dan diterima. Hal ini terlihat dari uji hipotesis variabel kepemimpinan (X1) diperoleh nilai sig 0,000 < 0,05, memberikan makna tentang pengaruh variabel kepemimpinan (X

  1 ) terhadap Kepuasan Kerja (Y). Dalam

  hal ini, bila perilaku kepala sekolah yang dirasakan guru sesuai dengannya maka guru akan merasa puas dengan pekerjaannya. Sebaliknya perilaku kepala sekolah tidak sesuai dengan harapan guru maka guru merasa tidak puas dengan pekerjaannya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruvendi (2005), Ida dan

  Suprayetno (2008), Taruno dkk (2012), Gustomo dkk (2006), Meilala (2005)

  Hasil uji hipotesis variabel tuntutan tugas (X

  2 ) dengan nilai sig 0,000 < 0,05.

  Hipotesis 4 yaitu tuntutan tugas berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja guru diterima. Bila tuntutan tugas yang dimiliki guru tinggi, maka kepuasan kerja guru pun semakin tinggi. Sebaliknya, tuntutan tugas yang dimiliki pegawai rendah, maka kepuasan kerja pegawai pun akan menurun. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Soegiono (2010), Dhania (2010).

  Hasil uji hipotesis kelima dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4

  Hasil Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Stres Kerja terhadap Kepuasan kerja Variabel Terikat Konstanta dan Variabel

  Bebas Koefisien

  Regresi Signifikan

  Kepuasan kerja (Y)

  Konstanta (a) 3,018 0,000 Stres Kerja (Z) -0,008 0,048 F 0,104 0,748 R

  2

  0,001 Std error of the estimate 7,462

  Variabel Stres kerja (Z) dengan nilai sig 0,048 < 0,05. Hipotesis 5 yaitu Stres kerja berpengaruh negatif terhadap kepuasan guru diterima. Makin turun stres kerja seorang guru terhadap pekerjaannya akan meningkatkan kepuasan kerja, demikian pula sebaliknya jika pegawai semakin stres dengan pekerjaannya akan menurunkan kepuasan kerjanya. Berarti semakin guru mengerti dengan tugas dan tanggung jawabnya, kurangnya konflik peran, tersedianya waktu mengerjakan pekerjaannya, beban kerja yang masih dapat ditolerir dan adanya pengembangan karir akan meningkatkan kepuasan kerja seorang guru. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Soegiono (2010), Dhania (2010).

  Tujuan penelitian untuk menguji apakah kepemimpinan dan tuntutan tugas berpengaruh terhadap kepuasan kerja dengan stres kerja sebagai variabel intervening. Dari

  1 )

  5. KESIMPULAN DAN SARAN

  ini memberikan makna bahwa stres kerja yang dirasakan oleh pegawai mampu memediasi hubungan antara tuntutan tugas yang dimiliki oleh pegawai dengan kepuasan kerja yang dihasilkannya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Soegiono (2010), Tunjungsari (2011).

  2 ) dan kepuasan kerja (Y). Temuan

  Hasil uji hipotesis 7 yang menyatakan Tuntutan tugas berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dengan stres kerja sebagai variabel intervening terbukti dan diterima. Pada tahap ini pengaruh variabel tuntutan tugas (X2) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja (Y) karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,038. Hal ini dapat diartikan bahwa stres kerja (Z) berperan sebagai partial intervening antara tuntutan tugas (X

  Temuan ini memberikan makna bahwa stres kerja yang dirasakan oleh pegawai mampu memediasi hubungan antara kepemimpinan yang diterima oleh pegawai dengan kepuasan kerja yang dihasilkannya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryani dkk (2011), Tunjungsari (2011), Tunjungsari (2011).

  1 ) dan kepuasan kerja (Y).

  berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja (Y) karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,044. Hal ini dapat diartikan bahwa stres kerja (Z) berperan sebagai partial intervening antara kepemimpinan (X

  2

  Hasil uji hipotesis keenam dan hipotesis ketujuh dapat dilihat pada Tabel 5. dibawah ini.

  0,256 0,277 Perubahan R

  2

  Kerja (Y) Konstanta (a) 12,647 0,026 12,162 0,018 Kepemimpinan (X1) 0,840 0,000 0,836 0,044 Tuntutan tugas(X2) 1,270 0,000 1,132 0,038 Stres Kerja (Z) - - -0,046 0,021 F 25,998 0,000 17,826 0,000 R

  II Sig. Kepuasan

  Tahap I Sig. Tahap

  Konstanta dan Variabel Bebas

  Variabel Terikat

  Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Bertingkat Pengaruh stres kerja (Z) sebagai variabel intervening

  • 0,021 Hasil studi juga menunjukan bahwa hipotesis 6 yang menyatakan Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja guru dengan stres kerja sebagai variabel intervening terbukti dan diterima. Pada tahap ini pengaruh variabel kepemimpinan (X
hasil penelitian ditemukan bahwa pegawai mempunyai kepuasan yang baik kepemimpinan dan tuntutan tugas dan sebagian lagi tidak. Sedangkan, memberikan pengaruh positif dan signifikan penelitian ini mempunyai kontribusi pada terhadap kepuasan kerja guru SDN di praktik dalam hal peningkatan dan perbaikan Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten kepemimpinan dan tuntutan tugas bisa Pasaman Barat dan stres kerja mampu meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja memediasi hubungan antara kepemimpinan pegawai menjadi lebih baik. dan tuntutan tugas terhadap kepuasan kerja Penelitian ini memiliki keterbatasan, guru. diantaranya keterbatasan sampel (hanya 171

  Dengan demikian dapat disimpulkan responden), objek penelitian hanya pada SD bahwa faktor-faktor yang dapat Negeri di Kecamatan Luhak Nan Duo mempengaruhi kepuasan guru antara lain Kabupaten Pasaman Barat, keterbatasan kepemimpinan kepala sekolah, tuntutan variabel dan perspektif (teori) yang tugas, dan stres kerja. Mengingat pentingnya digunakan, serta metode analisa. kepuasan kerja, maka dalam melaksanakan Keterbatasan di atas menjadi saran untuk tugasnya dituntut memiliki kemampuan dan peneliti selanjutnya dengan cara menambah berbagai keterampilan sehingga dapat sampel penelitian, menambah variabel dan melaksanakan pekerjaan dengan baik menggunakan perspektif lain dalam

  Penelitian ini berimplikasi terhadap menjelaskan variasi kepuasan kerja di sektor teori dan praktik. Temuan ini memperkuat publik. teori dalam menjelaskan kenapa sebagian

DAFTAR PUSTAKA

  Aldag, R., dan Reschke, W. 1997. Employee value added: Measuring discretionary effort and its value to the organization. Journal Center for Organization Effectiveness, Inc.

  608/833-3332. pp. 1-8. Arifin, Zainal S, Eka Afnan Troena, Armanu Thoyib, Umar Nimran. 2009, Pengaruh

  Karakteristik Individu, Stres kerja, Kepercayaan Organisasional terhadap Intention to Stay melalui Kepuasan kerja dan Komitmen organisasi, Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 8 No. 3 Agustus 2010

  Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta As'ad, Moch. 2004. Psikologi Industri: Seri Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia.

  Yogyakarta: Penerbit Liberty Asrori, Muhammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. Bafadal, Ibrahim, 1996. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah. Jakarta Bumi Aksara. Bass dan Avolio, 1992, The Multifactor Leadership Quistionaire (MLQ). Palo Alto, CA : Consulting Psychologist.

  Behling, Orlando dan James M. Mc Fillen. 1996. A Syncreatical Model Of Charismatic Leadership. Group & Organizational Management Vol 21 No. 2 June pp.163-191

  Bernardin, H. John and Russel, E.A., 1993. Human resource Management, An Experiential . Mc. Graw Hill International Edition, Singapore: Mac Graw Hill Book Co.

  Approach

  Bungin, M. Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitaif : Komuniasi, Ekonomi dan

  Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya . Jakarta : Kencana

  Burns. JM., 1978. Leadership,New York:The Free Press Cascio, Wayne F., 2006. Managing Human Resources, Productivity, Quality of Work Life,

  Profit , fourth edition, Mc Graw-Hill Dachnel Kamars. 2004. Administrasi Pendidikan Teori dan Praktek. Padang: UPI Press.

  Dessler, Gary, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi kesepuluh, Bahasa Indonesia, Jilid I, PT. Indeks, Jakarta

  Dhania, Dhini Rama. 2010, Pengaruh Stres kerja, beban kerja terhadap kepuasan kerja (Studi Pada Medical Representatif di Kota Kudus), Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus, Volume I, No. 1, Desember 2010 Dharma, Agus. 1993. Manajemen Prestasi Kerja. Yogyakarta: Rajawali.

  Dubrin Andrew J. 2005. Leadership (Terjemahan), Edisi Kedua, Prenada Media, Jakarta Faqihudin M. dan Gunistiyo, 2009, Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dan Intensi Meninggalkan Organisasi Pada Bank-Bank Milik Negara Di Kota Tegal.

  Flippo, EB. 1990. Managemen Personalia. Jakarta: Erlangga. Gelluci, Anthony J dan David L. DeVries, 1978, Measuring Managerial Satisfaction : A

  Manual for the MJSQ Technical Report II. (Centre for Creative Leadership)

  Gibson, James L, Ivancevich, John M and Donnely,James H. Jr., 1996, Organisasi: Perilaku,Struktur, Proses. Binarupa Aksara, Jakarta. Gustomo, Aurik. Anita Silvianita, 2009, Pengaruh Nilai-nilai Personal, gaya Kepemimpinan dan Budaya organisasi terhadap kepuasan kerja. Hadari, Nawawi, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang. Kompetitif,

  Yogyakarta: Gajah Mada Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Handoyo. Seger. 2001. Stres Pada Masyarakat Surabaya. Jurnal Insan Media Psikologi 3 :

  61-74. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

  Hasibuan, Melayu S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi Jakarta : Bumi Aksara. Hidayat, Muhammad Nur. 2009. Pengaruh Stres kerja terhadap hubungan antara gaya

  Kepemimpinan dan Kepuasan kerja, Kajian Akuntansi, Volume 4, No. 2, Desember 2009

  Ivancevich, John M, Robert Konopaske, Matteson Michael T. 2007, Organizational

  Behavior and Management , Seventh Edition, Erlangga

  Kreitner, K. dan Kinicki, A. 2005. Perilaku Organisasi. Terjemahan. Edisi Kelima, Salemba Empat, Jakarta Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Diterjemahkan oleh Vivin Andika. Yuwono dkk.

  Edisi Pertama, Penerbit Andi Margiati. Lulus. 2000. Stres Kerja : Latar Belakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya.

  Jurnal Masyarakat Kebudayaan Politik 3 : 71

  • – 80. Surabaya : Fakultas Kesehatan

  Masyarakat Universitas Airlangga Maryani, Armanu Thoyib, Margono Setiawan dan Ubud Salim. 2011. Organisasi dan Gaya

  Kepemimpinan serta Pengembangan Karyawan terhadap Kepuasan kerja dan Kinerja Karyawan pada Perusahaan Ritel Di Sulawesi Selatan Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 9 no. 3, Mei 2011

  Mas’ud, Fuad 2004. Survai Diagnosis Organissional : Konsep dan Aplikasi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. UI Press, Jakarta Prabasmoro, (2008). Modern Edutech is What We Need. Campus. Vol. 2 No. 1, March Riduwan. 2007, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, CV. Alfabeta,. Bandung Rihard, Belinghum dan Julie, Meek (2002). Spritual Leadership. HRD Press, Amrhest, MA Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: PT Indeks

  Kelompok Gramedia Robbins, Stephen. 2003. Perilaku Organisasi. Alih bahasa : Tim Indeks. Jakarta : PT. Indeks

  Kelompok Gramedia Saputra, Beny Mahyudi. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap

  Kepuasan Kerja Melalui Kepercayaan Karyawan Pada Atasan (Studi Pada STT, STMIK, STBA Dan Politeknik Cahaya Surya), Jurnal OTONOMI, Vol. 13, Nomor 1, Januari 2013 Soegiono, Pandyi. 2010. Pengaruh Kepemimpinan, Tuntutan tugas dan Karir Staknan terhadap Stres kerja, dan dampakanya bagi komitmen organisasi dan Organizational Citizenship Behavior Karyawan PT. Alfa Retailindo Surabaya, Jurnal Aplikasi

  Manajemen , Volume 8, No. 2, Mei 2010

  Thoha, Miftah, 2006, Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja. Grafindo Persada

  Tunjungsari, Peni, 2011. Pengaruh Stres kerja terhadap kepuasan kerja, Universitas Vol. 1 No. 1, Maret 2011

  Komputer Indonesia

  Umar, Husein. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi. Kedua. Jakarta: Rajawali Press

  Utomo, K.W. 2002. Kecenderungan Kepemimpinan Transaksional Dan Transformasional, Dan Hubungannya Dengan Organizational Citizenship Behavior, Komitmen Organisasi, Dan Kepuasan Kerja. Journal Riset Ekonomi dan Manajemen. Surabaya. Vol. 2. No. 2. hal. 34-52.

  Wiranata, Anak Agung. 2011. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Dan Stres Karyawan (Studi Kasus : Cv. Mertanadi), Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011

  Yulk, A.G. 2006, Management Leadership : A Review of Theory and Research, Journal of , Vol.15 No.2, State University of New York at Albany, p.251-289.

  Management

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA DZIKIR ALLAH DENGAN KESEHATAN FISIK DAN KESEHATAN MENTAL (Studi Kasus Jama'ah Dzikir di Bawah Bimbingan Ustadz Haryono, Di Kota Bekasi)

0 2 282

PENGARUH PERBEDAAN QIRÂ`ÂT DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG RELASI GENDER

0 0 255

PENINGKATAN KARAKTER DAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN SESUAI DENGAN NASKAH YANG DITULIS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 34 KERINCI MELALUI APLIKASI ROLE PLAYING

0 0 14

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK TIRU MODEL DAN TEKNIK GAMBAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG Artikel

0 0 15

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE DAN KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN TELAAH PROSA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP YPM BANGKO

0 1 15

INTERFERENSI BAHASA KERINCI KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA TEKS NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 SUNGAI PENUH

0 0 18

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 12 KERINCI

0 0 12

UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013 JURNAL

0 0 13

PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR DAN KONFLIK PERAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PEGAWAI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KERINCI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 2 14

PENGARUH PENGEMBANGAN KARIER, PROMOSI JABATAN, KARAKTERISTIK PEKERJAAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI

0 0 14