PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK TIRU MODEL DAN TEKNIK GAMBAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG Artikel

  PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK TIRU MODEL DAN TEKNIK GAMBAR

SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

Artikel

  

ELDESRA AMIR

NPM 1110018512002

PROGAM STUDI PINDO

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

2015 PERBANDINGAN HASIL MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK TIRU MODEL DAN TEKNIK GAMBAR SISWA KELAS X SMAN 9 PADANG

  1

  2

  3 1 Eldesra Amir , Eva Krisna , Ngusman Abdul Manaf Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta, 2 3 Universitas Bung Hatta Padang, Universitas Negeri Padang.

  Email: eldesraamir@yahoo.co.id

  Abstract

This research was performed to measure the differences in learning outcomes with

teaching expositories narrative writing by using techniques imitate models and

techniques of drawing class X SMA Negeri 9 Padang. The theory used as the basis of

this study is narrative expositories, techniques imitate models, and techniques of

drawing. This research is a quantitative research with analytical techniques

comprasional. Research of the data in the form of: (1) scores of narrative

expositories writing skills class X that drawn through the pretest; and (2) scores of

narrative expositories writing skills class X with techniques imitate models and

techniques of drawing that taken through posttest. Data processing using SPSS

version 17. Research results revealed that (1) the results of learning to write

expositories narrative techniques to emulate the model class X-5 amounted to 34

people, with an average of 82.94; (2) the results of learning to write expositories

narrative with techniques of drawings X-8 grade students numbered 33 people, with

an average of 80.30; (3) the average value write expositories narrative using

techniques imitate models class X-5 is higher than the value of the narrative

expositories writing class with techniques of drawing X-8, namely 82.94> 80.30; and

(4) the results of testing the hypothesis Ho is rejected and Ha accepted because t

count larger than the standard error ttable 0.05 (2.832>1.697). From these results, it

can be concluded that (1) there is a significant difference of learning outcomes

writing expositories narrative techniques imitate model and techniques of drawing in

class X SMA Negeri 9 Padang; and (2) the results to learn writing expositories

narrative students learn the techniques to imtate model higher than students who

studied with techniques of drawing.

  

Keywords: expositories narrative writing, techniques imitate models, techniques of

drawing

  ABSTRAK

  Penelitian ini dilakukan untuk mengukur perbedaan hasil belajar menulis narasi ekspositoris dengan pembelajaran teknik tiru model dan teknik gambar siswa kelas X SMA Negeri 9 Padang. Teori yang dijadikan landasan penelitian ini adalah narasi ekspositoris, teknik tiru model dan teknik gambar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik analisis komprasional. Data penelitian berupa: (1) skor kemampuan menulis narasi ekspositoris siswa kelas X yang diambil melalui prates; dan (2) skor kemampuan menulis narasi ekspositoris siswa kelas X dengan teknik tiru model dan teknik gambar yang diambil melalui postes. Pengolahan data menggunakan program SPSS versi 17. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa (1) hasil belajar menulis narasi ekspositoris dengan teknik tiru model siswa kelas X-5 berjumlah 34 orang, dengan rata-rata 82,94; (2) hasil belajar menulis narasi ekspositoris dengan teknik gambar siswa kelas X-8 berjumlah 33 orang, dengan rata- rata 80,30; (3) nilai rata-rata menulis narasi ekspositoris dengan menggunakan teknik tiru model siswa kelas X-5 lebih tinggi dibandingkan nilai menulis narasi ekspositoris dengan teknik gambar kelas X-8, yaitu 82,94>80,30; dan (4) hasil pengujian hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima karena t lebih besar daripada t pada taraf

  hitung tabel

  kesalahan 0,05 (2,832>1,697). Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar menulis narasi ekspositoris dengan teknik tiru model dan teknik gambar pada siswa kelas X SMA Negeri 9 Padang; dan (2) hasil belajar menulis narasi ekspositoris siswa yang belajar dengan teknik tiru model lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan teknik gambar.

1. PENDAHULUAN masyarakat. Salah satu penyebabnya

  Menulis merupakan salah satu adalah budaya baca masyarakat keterampilan dari empat keterampilan Indonesia sangat rendah karena yang harus dipelajari dan dikuasai masyarakatnya lebih suka dengan hal- siswa dalam pembelajaran bahasa hal yang bersifat dengar atau lihat. Indonesia pada tingkat SMA. Selain Oleh karena itu, masyarakat Indonesia menulis, keterampilan yang harus lebih senang untuk menonton tayangan dikuasai siswa adalah mendengar, televisi atau mendengar radio daripada berbicara, dan membaca. Membaca dan membaca koran, buku, dan sebagainya. menulis adalah dua hal yang sangat erat Iskandarwassid dan Sunendar kaitannya. Agar dapat menulis, siswa (2008:248) menjelaskan bahwa harus banyak membaca karena menulis keterampilan menulis lebih sulit membutuhkan kosakata yang banyak dikuasai dibandingkan dengan tiga dan bervariasi. kemampuan berbahasa yang lain.

  Nurudin (2007:V) menyatakan Sulitnya kegiatan menulis disebabkan bahwa keterampilan menulis belum kemampuan menulis menghendaki dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Selain itu, karena menulis merupakan kemampuan berbahasa yang paling akhir yang dikuasai oleh seseorang, keterampilan ini membutuhkan banyak latihan.

  Masalah-masalahyang diungkap- kan itu merupakan suatu kenyataan dalam dunia pendidikan. Selama ini, siswa sulit untuk menghasilkan sebuah produk dalam bentuk tulisan. Siswa tidak mampu untuk mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan dalam bentuk tulisan. Selain itu, diperlukan juga penguasaan terhadap kaidah bahasa tulis, seperti kalimat efektif dan penalaran. Namun, permasalahan ter- sebut sebenarnya dapat diminimalisasi jika guru dapat memberikan suatu pembelajaran dengan menggunakan strategi yang tepat, aktif, dan menyenangkan. Guru harus jitu melihat dan mengembangkan metode dan teknik yang sesuai dengan pembelaja- ran, terutama keterampilan menulis.

  Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu aspek berbahasa yang rumit dan kompleks yang harus dipelajari oleh siswa dengan baik dan dilatih secara intensif, baik berupa pemberian tugas oleh guru maupun kreativitas siswa itu sendiri. Untuk mencapai keterampilan ini, seorang siswa harus memahami aturan menulis yang meliputi penguasaan terhadap isi yang akan ditulis dan penguasaan teknik untuk mengorgani- sasikan ide-ide atau gagasan yang akan dituangkan ke dalam bentuk tulisan.

  Bertolak dari simpulan tersebut, menulis siswa pada tingkat SMA, khususnya kelas X di SMA Negeri 9 Padang masih kurang memadai. Siswa masih menghadapi berbagai kendala pada saat pembelajaran menulis di kelas, khususnya menulis narasi. Hal ini terbukti dengan pengamatan yang peneliti lakukan. Siswa mengalami kesulitan dalam menulis narasi, khususnya narasi ekspositoris. Terbukti dengan rendahnya hasil belajar keterampilan menulis narasi yang diadakan pada Kamis, 16 September 2012 pada kelas X-5 SMA Negeri 9 Padang. Hasil belajar keterampilan menulis narasi siswa belum memenuhi indikator yang ditargetkan. Nilai hasil belajar siswa di atas Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) sebanyak 15 siswa dari 32 siswa, sedangkan yang lainnya mendapatkan nilai berkisar 65—74. Nilai KKM keterampilan menulis narasi kelas X SMA Negeri 9 Padang adalah 75. Dengan demikian, tujuan pembelajaran narasi ekspositoris yang telah dirancang dalam program Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tidak tuntas.

  Hambatan yang ditemui pada siswa tersebut adalah: (1) kesulitan menentukan tema; (2) keterbatasan wawasan; (3) keterbatasan kosakata; (4) kekurangan pengetahuan tentang kaidah-kaidah menulis; (5) kurang memadainya kemampuan kebahasaan; (6) kurang dapat mengembangkan ide; dan (7) kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya latihan menulis.

  Kenyataan tersebut menuntut guru agar mampu menggunakan bebe- rapa teknik dalam proses pembelajaran, khususnya pada keterampilan menulis. lagi berpusat pada guru, melainkan berpusat pada siswa. Guru bertindak sebagai partner yang membimbing siswa dalam pemecahan masalah. Guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemu-dahan siswa untuk belajar.

  Demikian juga halnya di dalam pembelajaran menulis. Selain sebagai pembimbing, guru juga sebagai model serta inovator dalam mencari teknik yang tepat, khususnya dalam keteram- pilan menulis. Pemanfaatan teknik ini tentunya dapat menjadi suatu pilihan agar mampu menjadi sarana untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam meningkat- kan kemampuan menulis narasi. Oleh karena itu, strategi pembelajaran menulis harus sesuai dengan peran siswa dalam proses belajar-mengajar.

  Menyikapi hal tersebut, peneliti ingin melihat sebuah perbandingan dari hasil pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan dua teknik yang berbeda, yaitu teknik gambar dan teknik tiru model. Teknik gambar dan teknik tiru model merupakan dua teknik yang menarik. Penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui teknik yang lebih tepat/efektif dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi, khususnya narasi ekspositoris.

  Demikian juga halnya di dalam pembelajaran menulis. Selain sebagai pembimbing, guru juga sebagai model serta inovator dalam mencari teknik yang tepat, khususnya dalam keteram- pilan menulis. Pemanfaatan teknik ini tentunya dapat menjadi suatu pilihan agar mampu menjadi sarana untuk siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam meningkatkan kemampuan menulis narasi. Oleh karena itu, strategi pembelajaran menulis harus sesuai dengan peran siswa dalam proses belajar-mengajar.

  Menyikapi hal tersebut, peneliti ingin melihat sebuah perbandingan dari hasil pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan dua teknik yang berbeda, yaitu teknik tiru model dan teknik gambar. Penelitian yang ingin dicapai adalah mengetahui adanya perbedaan hasil belajar antara teknik tiru model dan teknik gambar pada pembelajaran keterampilan menulis narasi, khususnya narasi ekspositoris.

  Teknik tiru model dan teknik gambar merupakan dua teknik yang menarik. Pada teknik tiru model siswa menulis narasi dengan menggunakan sebuah contoh tulisan yang digunakan sebagai model. Model ini harus dibaca terlebih dahulu, dilihat isi dan bentuk- nya, dianalisis serta dibuatkan kerang- ka karangannya, baru sesudah itu siswa ditugaskan untuk menulis. Siswa dapat menulis berdasarkan model yang diberikan dengan meniru kerangka, atau idenya atau cara pengembangan- nya. Tulisan model tidak ditiru secara keseluruhan. Siswa dianggap lebih cepat memahami suatu informasi dalam bentuk tulisan karena siswa dapat membaca dan memahaminya berulang- ulang. Begitu pula dengan teknik gambar, siswa dapat menulis narasi ekspositoris berdasarkan berdasarkan gambar yang diberikan.

  Kenyataan tersebut, menyebab- kan penulis ingin melakukan penelitian Menulis Narasi Ekspositoris Dengan Teknik Tiru Model dan Teknik Gambar Pada Siswa Kelas X SMAN 9 Padang”

  Penelitian ini dilakukan untuk mengukur perbedaan hasil menulis narasi ekspositoris antara siswa yang belajar dengan teknik tiru model dan siswa yang belajar dengan teknik gambar pada kelas X SMA Negeri 9 Padang.

2. KAJIAN TEORETIS

  Menurut Akhadiah dkk (1992:1), menulis merupakan kegiatan menuang- kan ide, gagasan, dan pendapat ke dalam bentuk tulisan. Selain itu, menulis merupakan kegiatan yang menuntut kreativitas. Menulis juga merupakan pengetahuan yang komp- leks yang menuntut sejumlah pengeta- huan dan keterampilan. Menurut Nurudin (2007:4), menulis adalah kegiatan yang dilakukan untuk meng- hasilkan tulisan. Tarigan (2008:3) juga mengungkapkan bahwa menulis meru- pakan salah satu keterampilan ber- bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Semi (2009:2) menjelaskan bahwa keterampilan menulis merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang.

  Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting karena keterampilan menulis bersifat produktif yang membutuhkan latihan khusus. Menulis merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan yang banyak dan teratur. Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan karena keterampilan menulis merupakan ciri orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis perlu ditingkatkan dengan berbagai cara sehingga siswa memiliki perhatian khusus untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.

  Menurut Finoza (2008:237), karangan narasi artinya bercerita. Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Lebih lanjut Finoza mengung- kapkan (2008:238), narasi berdasarkan sifatnya dibedakan atas narasi ekspositoris atau narasi faktual dan narasi sugestif atau disebut narasi berplot. Narasi ekspositoris bertujuan memberi informasi kepada pembaca agar pengetahuan pembaca bertambah luas, sedangkan narasi sukestif mampu menyampaikan suatu makna melalui daya khayal atau imajinasi.

  Selanjutnya, Thahar (2008:52) mengungkapkan bahwa narasi adalah cerita yang berdasarkan urutan peris- tiwa atau kejadian yang dialami tokoh dengan latar tempat, waktu, atau suasana. Peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh menimbulkan konflik- konflik atau tikaian-tikaian yang menyebabkan cerita menjadi hidup.

  Keraf (2007:136) menjelaskan bahwa narasi adalah suatu bentuk tindak-tanduk yang dijalin dan dirang- kaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan. Narasi menggambarkan suatu peristiwa yang telah terjadi dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca. Jika narasi hanya menyampaikan suatu peristiwa saja, maka narasi sulit dibedakan dari deskripsi karena deskripsi juga menyampaikan satu peristiwa. Oleh sebab itu, peristiwa yang ditandai dengan adanya tindakan oleh tokoh- tokoh, harus berada dalam suatu rangkaian waktu. Narasi juga berusaha mengambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi.

  Berdasarkan uraian-uraian ter- sebut, disimpulkan bahwa narasi adalah sebuah cerita atau wackeana yang berbentuk fakta maupun rekaan/fiksi yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan peristiwa atau kejadian. Penyajian peristiwa dalam karangan narasi haruslah ditulis secara kronologis karena peristiwa terjadi dalam satu kesatuan waktu. Gagasan penulisannya juga harus diperhatikan, yaitu dengan susunan kronologis. Narasi memiliki ciri-ciri yang menonjol yang membedakan dari jenis tulisan lain, seperti deskripsi.

  Menurut Semi (2009:42—43), ciri-ciri penanda narasi adalah: (1) berupa kejadian tentang peristiwa atau pengalaman manusia; (2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa imajinasi atau gabungan keduanya; (3) berdasarkan konflik; (4) memiliki nilai estetik; (5) menekankan susunan kronologis; dan

  Berdasarkan ciri-ciri narasi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa karangan narasi bersumber dari fakta atau sekadar fiksi. Dalam narasi terdapat jalinan peristiwa dengan adanya konflik yang dikembangkan dengan menampilkan tokoh. Pada narasi juga terjadi peristiwa atau konflik yang dialami tokoh yang mam- pu membangkitkan emosi pembaca.

  Semi (1990:35) membagi narasi atas dua jenis, yakni narasi informatif dan narasi artistik. Narasi informatif menginformasikan peristiwa dengan bahasa lugas dan konflik yang tidak terlalu jelas, narasi ini berkecen- derungan sebagai bentuk eksposisi. Pada dasarnya yang murni sebagai tulisan narasi adalah narasi artistik. Narasi artistik lebih menekankan cerita pada daya imajinasi yang dominan yang memengaruhi emosional pembaca.

  Selanjutnya, Keraf membagi narasi menjadi dua macam, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif (2007:136—137). Narasi ekspositoris adalah narasi yang menyampaikan tentang berlangsungnya suatu peristiwa yang bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk menge- tahui apa yang dikisahkan. Sasaran utama narasi ini adalah rasio. Dengan demikian, setelah membaca karangan narasi ekspositoris, penge-tahuan pembaca akan bertambah luas.

  Teknik pembelajaran adalah cara atau kiat yang digunakan guru dalam menyampaikan pembelajaran. Teknik berkaitan dengan upaya dan cara guru dalam meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Pada dasarnya, teknik teknik pembelajaran lainnya tidak terlalu berbeda. Setiap teknik mempu- nyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing, tergantung pada bagai- mana guru memilih teknik mana yang sesuai dengan materi yang diberikan. Penggunaan teknik dalam pembela- jaran dapat meningkatkan minat, motivasi, dan gairah siswa serta dapat mengatasi kekurangan guru dalam hal tertentu.

  Penelitian keterampilan menulis ini menggunakan dua teknik yang digunakan sebagai pembanding untuk melihat teknik mana yang lebih efektif, antara teknik tiru model dengan teknik tiru gambar.

  Rusman (2012:192) menyatakan bahwa pemodelan (modeling) adalah pemberian model atau contoh yang dapat ditiru. Guru bukan satu-satunya model dalam CTL. Model bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, menger- jakan sesuatu, atau bentuk tugas. Model dapat dirancang bersama-sama dengan siswa, bahkan siswa dapat ditunjuk untuk dijadikan sebagai model. Menurut Suyadi (2013:86), asas modeling adalah proses pembelajaran yang memeragakan sesuatu sebagai contoh. Contoh tersebut menjadi model yang dapat ditiru oleh siswa. Proses modeling tidak hanya diperagakan oleh guru, tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang memiliki kemampuan untuk menjadi contoh yang akan ditiru oleh siswa lain.

  Tarigan dan Tarigan (1986:194) menggunakan istilah meniru model. Dalam hal ini, guru mempersiapkan suatu karangan model yang akan menyusun karangan baru. Karangan siswa tidak harus persis sama dengan karangan model. Struktur karangan boleh disamakan, tetapi isinya harus berbeda.

  Marahimin menggunakan istilah untuk tiru model adalah copy the

  master yang artinya adalah model atau

  objek untuk ditiru. Atmazaki (2006:VIII) mengungkapkan bahwa menulis dengan menggunakan teknik tiru model bagaikan berlayar dengan nakhoda, berjalan dengan yang tahu, dan berkata dengan yang bijak. Pernyataan ini mengandung makna bahwa sesuatu yang dilakukan haruslah ada panduan atau petunjuk, yang dapat dijadikan pedoman begitu juga halnya dalam menulis, khususnya menulis narasi ekspositoris.

  Langkah-langkah pembelajaran keterampilan menulis dengan menggu- nakan teknik tiru model menurut Trianto (2009:53), terdiri atas fase atensi/pengamatan, fase adaptasi atau pengamatan, fase retensi (meniru atau mengulang), fase produksi (mencetak kembali/ memodifikasi), dan fase motivasi (mengembangkan).

  Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik tiru model adalah pembelajaran yang menggunakan suatu teknik dengan membaca beberapa model terlebih dahulu. Model itu ditiru dan dicontoh kerangkanya saja oleh siswa, kemudian dikembangkan sesuai dengan daya imajinasi yang dimiliki oleh siswa. Tujuannya adalah agar siswa mampu menulis dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

  Tarigan dan Tarigan (1986:209) berdasarkan media gambar merupakan teknik yang sangat dianjurkan oleh para ahli. Gambar yang kelihatannya diam sebenarnya banyak berkata bagi mereka yang peka dan penuh imajinasi. Oleh karena itu, pemilihan gambar harus tepat, menarik, dan merangsang siswa.

  Subana (2000:321) menjelaskan bahwa gambar merupakan media visual dua dimensi di atas bidang yang tidak transparan. Manfaat gambar dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan teknik gambar, yaitu: (1) menimbulkan daya tarik pada diri siswa; (2) memper- mudah pengertian atau pemahaman siswa; (3) memudahkan penjelasan yang sifatnya abstrak sehingga siswa lebih mudah memahami apa yang dimaksudkan; (4) memperjelas bagian- bagian yang penting; dan (5) menying- kat suatu uraian.

  Teknik pembelajaran menulis dari gambar bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan gambar yang dilihat, misalnya guru menunjukkan gambar kebakaran yang melanda sebuah desa. Berdasarkan gambar tersebut siswa menulis narasi ekspositoris secara runtut dan logis.

  Selanjutnya, Suyatno menjelas- kan bahwa teknik pembelajaran menu- lis dengan gambar bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasar- kan gambar yang dilihat. Gambar dan foto adalah media gambar yang sudah lazim dan umum digunakan dalam dunia pendidikan untuk mendukung proses belajar mengajar. Pengertian gambar di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:322) adalah tiruan

  Nurgiyantoro (2010:428) menambah- kan bahwa gambar dapat berfungsi sebagai pemancing kognisi dan imajinasi serta pemilihan bentuk- bentuk kebahasaan.

  Langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam keterampilan menulis dengan menggunakan teknik gambar adalah sebagai berikut: (1) guru me- nyampaikan pengantar; (2) guru me- nempelkan atau menayangkan bebe- rapa gambar di depan kelas; (3) setelah siswa mengamati gambar tersebut, siswa mulai mengidentifikasi peristiwa secara runtut dan logis; (4) siswa menulis dengan berdasarkan peristiwa yang telah diidentifikasi; (5) beberapa siswa dipilih secara acak untuk menyampaikan hasil tulisannya di depan kelas; (6) siswa yang lain menanggapi (peristiwa yang disampai- kan itu runtut atau tidak, dapat diterima secara logis, penggunaan diksinya); (7) siswa memperbaiki tulisannya; dan (8) guru mengumpulkan dan merefleksikan pembelajaran.

  3. METODE PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar menulis narasi ekspositoris antara siswa yang belajar dengan teknik tiru model dan siswa yang belajar dengan teknik gambar pada siswa kelas X SMA Negeri 9 Padang. Mengacu pada tujuan penelitian ter- sebut, penelitian ini dapat dikategori- kan sebagai penelitian komparatif. Komparatif menurut Arikunto (2010:310) adalah penelitian yang berusaha untuk menemukan persamaan dan perbedaan tentang benda-benda, ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja. Lebih lanjut, Arikunto menam- bahkan penelitian komparasi dapat juga membandingkan kesamaan pan- dangan dan perubahan-perubahan pan- dangan orang, grup atau negara, ter- hadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide. Selanjutnya, Silalahi (2010:65) menerangkan bahwa penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan dua gejala atau lebih. Lebih lanjut, Siregar (2014:15) menjelaskan bahwa penelitian kompa- ratif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Variabelnya masih sama dengan penelitian mandiri, tetapi untuk sampel yang lebih dari satu dalam waktu yang berbeda.

  Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest

  Only Design . Populasi penelitian

  adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 9 Padang tahun pelajaran 2013- 2014. Siswa kelas X SMA Negeri 9 Padang tersebar dalam delapan kelas, yaitu X-1—X-8. Sampel diambil secara acak.

  Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes unjuk kerja, yaitu tes menulis narasi ekspositoris. Instrumen penelitian yang berupa tes unjuk kerja tersebut dinilai berdasarkan indikator. Indikator yang dimaksud adalah: (1) berupa tulisan yang dapat memperluas pengetahuan; (2) menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian secara kronologis; (3) menggunakan penalaran untuk men- capai kesepakatan rasional; (4) menggunakan bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan

  Uji persyaratan analisis diperlu- kan untuk mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji persyaratan yang perlu diujikan adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

  Setelah data terkumpul, dilaku- kan penganalisaan data dengan tahap- tahap sebagai berikut: (1) membaca hasil karangan siswa; dan (2) membe- rikan skor pada hasil karangan narasi ekspositoris siswa; (3) membanding- kan hasil antara nilai prates dan postes; dan (4) membandingkan hasil antara hasil belajar menulis narasi ekspositoris antara teknik tiru model dengan teknik gambar.

  4. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

  Penelitian ini dilaksanakan pada kelas X-5 dan X-8 SMAN 9 Padang. Pada awal pertemuan dilaksanakan prates untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis narasi ekspositoris. Selanjutnya, dilak- sanakan proses pembelajaran narasi ekspositoris dengan perlakuan menggu- nakan teknik tiru model pada kelas X-5 dan teknik gambar pada kelas X-8 yang sama-sama diberi perlakuan pembela- jaran narasi ekspositoris dengan menggunakan teknik tiru model dan gambar. Setelah selesai seluruh proses kegiatan pembelajaran atau seluruh program yang direncanakan, di akhir pembelajaran dilaksanakan postes. Postes bertujuan untuk mengetahui nilai dan atau prestasi yang dicapai oleh setiap siswa.

  Pada teknik tiru model, guru memberikan contoh tulisan teks narasi membaca dan memahami teks tersebut. Berikutnya, siswa ditugaskan untuk menulis teks narasi ekspositoris ber- dasarkan pengalaman sendiri. Untuk menghasilkan sebuah tulisan, siswa dapat mengembangkan tema dan atau ide pokok berdasarkan model yang diberikan dengan kalimat mereka sendiri. Akan tetapi, kelas yang lain diberikan beberapa gambar. Berdasar- kan gambar-gambar yang diberikan siswa mengembangkan ide-ide atau gagasan secara berurutan yang diung- kapkan dalam bentuk tulisan.

  Data hasil penelitian dides- kripsikan berdasarkan (1) prates hasil belajar menulis narasi ekspositoris siswa sebelum mendapatkan perlakuan dengan menggunakan teknik tiru model; (2) prates hasil belajar menulis narasi ekspositoris siswa sebelum menggunakan teknik gambar; (3) hasil belajar menulis narasi ekspositoris siswa dengan teknik tiru model; (4) hasil belajar menulis narasi ekspositoris siswa dengan teknik gambar; dan (5) hasil perbandingan antara hasil belajar menulis narasi ekspositoris antara teknik tiru model dengan teknik gambar.

  Hasil nilai prates menulis narasi ekspositoris dengan menggunakan teknik tiru model, memperoleh nilai dengan skor tertinggi 80 dan yang terendah 40. Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh siswa adalah 61,47; median 60; dan mode 60.

  Hasil nilai prates menulis narasi ekspositoris siswa yang belajar menggunakan teknik gambar dengan jumlah siswa (N) sebanyak 33 siswa mendapatkan skor tertinggi adalah 85 rata (mean) yang diperoleh siswa adalah 63,33; median 60; dan mode 60.

  Nilai postes menulis narasi ekspositoris kelompok siswa yang belajar menggunakan teknik model yang terdapat pada tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut. Kelompok ini berjumlah sebanyak 34 siswa dengan perolehan nilai tertinggi 95 dan yang terendah 70. Nilai rata-rata siswa pada kelompok ini adalah sebesar 82,94; median 82,5; dan mode sebesar

  80. Sedangkan hasil belajar menulis narasi ekspostoris dengan teknik gambar, dari 33 jumlah siswa, nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan yang terendah adalah 65. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 80,30; median sebesar 80; dan mode sebesar 85.

  Hasil perbandingan nilai belajar menulis narasi ekspositors antara teknik tiru model dengan teknik gambar dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian yang kriterianya sangat baik pada siswa yang belajar dengan teknik tiru model meningkat dengan persentase 50% dengan jumlah 17 siswa. Siswa yang belajar dengan menggunakan teknik gambar berjumlah 14 siswa dengan presentase 42,42%. Untuk kriteria baik, siswa yang belajar dengan teknik tiru model sebanyak 17 siswa dengan presentase 50% sedangkan dengan teknik gambar sebanyak 18 siswa dengan presentase 54.54%. Akan tetapi, hasil penilaian dengan kategori cukup masih terdapat pada siswa yang belajar dengan teknik gambar, yakni

  1 siswa dengan presentase 3.03%.

  Uji Persyaratan Analisis Data

  Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan harga normalitas melalui metode Shapiro- Wilk denga taraf kesalahan 5% (α = 0,05). Apabila Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal, dan dapat dilakukan uji parametik. Mencermati hasil rekapitulasi uji normalitas tersebut, diperoleh Sig kelas teknik tiru model sebesar 0.224, harga Sig kelas teknik gambar sebesar 0.221. Dari hasil pengujian dapat diper- hatikan, seluruh data signifikan berada di atas taraf kesalahan 5% atau harga Sig > 0,05. Hal ini memberikan makna bahwa seluruh data instrumen ber- distribusi secara normal.

  Pengujian homogenitas varian ini dilakukan untuk menguji kesamaan varian nilai menulis narasi ekspositoris berdasarkan kelompok-kelompok nilai yang ada. Teknik statistik yang digunakan untuk kepentingan ini adalah dengan teknik levene test. Dengan bantuan program SPSS 17.0 dihasilkan nilai yang menunjukkan varian yang homogen. Syarat agar varian dikatakan homogen apabila nilai probabilitasnya (signifikansi) lebih besar dari 0,05.

  Berdasarkan hasil pengujian syarat dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (signifikansi) adalah 0.266 lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan bahwa semua varian sama. Angka

  Levene Statistic menunjukkan semakin

  kecil nilainya maka semakin besar homogenitasnya, yaitu df

  1 = 1, Hasil Analisa Data

  Hasil pengujian hipotesis nilai rata-rata menulis narasi ekspositoris yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan teknik tiru model hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan teknik gambar yaitu mempunyai nilai signifikasi lebih rendah dari taraf nyata 0,00, sedangkan signifikasi taraf nyata yaitu (α = 0,05). Jumlah siswa yang belajar menggu- nakan teknik tiru sebanyak (model N) 34 orang, dengan rincian mean = 82.94; dan standar deviasi = 5.382, sedangkan hasil kelas dengan teknik gambar N = 33; mean = 80,30; dan standar deviasi

  = 6,045. Nilai rata-rata menulis narasi

  ekspositoris yang dihasilkan oleh siswa yang diajarkan dengan teknik tiru model lebih tinggi dibandingkan dengan teknik gambar, yaitu 82,94 > 80,30. Dengan demikian, dalam pembelajaran menulis narasi ekspositoris teknik tiru model lebih baik daripada teknik gambar.

  Untuk menentukan tingkat keberartian perbedaan nilai menulis narasi ekspositori kelompok siswa yang belajar dengan teknik tiru model dengan teknik gambar digunakan uji-t, hipotesis dapat diterima jika t hitung >t tabel . Dari hasil analisis dengan menggu- nakan SPSS versi 17, diperoleh t hitung 2,832 dan t

  tabel

  1,697. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan nilai menulis narasi ekspositoris siswa yang belajar dengan teknik gambar dan teknik tiru model .

  Pembahasan Hasil Penelitian

  Penggunaan teknik tiru model memberikan hasil yang lebih baik ekspositoris di SMA Negeri 9 Padang daripada pembelajaran menulis narasi ekspositoris dengan teknik gambar.

  Siswa dapat menulis berdasarkan model yang diberikan dengan meniru kerangka, atau idenya atau cara pengembangannya. Tulisan model tidak ditiru secara keseluruhan. Siswa lebih cepat memahami suatu informasi dalam bentuk tulisan sebab: (1) dengan teknik tiru model siswa dapat membaca model berulang-ulang; (2) dari model yang diberikan siswa dapat membaca dan menganalisis kerangka karangan, alur, latar, dan peristiwa-peristiwa yang terdapat pada model; (3) siswa mampu menulis narasi ekspositoris dengan mempertahankan kerangka karangan tetapi mengubah tokoh, latar dan peristiwa dari model; (4) dengan teknik tiru model mampu mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa sehingga mampu menyelesaikan tulisan; (5) teknik tiru model mampu memberi inspirasi siswa dalam penggunaan kosa kata; dan (6) model yang diberikan merupakan sarana memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dan guru.

  Sementara itu, siswa SMAN 9 Padang dihadapkan pada beberapa kendala dalam penggunaan teknik gambar. Kendala yang dihadapi tersebut adalah: (1) siswa kesulitan menentukan tema; (2) siswa kurang dapat mengembangkan ide; (3) siswa kesulitan mengembangkan cerita karena keterbatasan wawasan dan kosa kata; (4) kurangnya pengetahuan siswa tentang kaidah-kaidah menulis; (5) kemampuan kebahasaan siswa yang kurang memadai; dan (6) kurangnya latihan menulis. Selain itu, teknik gambar memiliki kekurangan dian- taranya (1) gambar tidak melukiskan bentuk yang seutuhnya; (2) gambar tidak dapat memperlihatkan gerak seperti gambar hidup; dan (3) siswa tidak selalu dapat menginterpretasikan isi gambar.

  Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Meldawati (2011) yang berjudul Meningkatkan

  Kemampuan Menulis Esai melalui Teknik Tiru Model pada Siswa Kelas

  XII IPA SMAN 1 Hiliran Gumanti yang

  menyimpulkan bahwa teknik tiru model dalam pembelajaran menulis esai membantu siswa dalam menuangkan ide-ide dan pikiran- pikirannya sehingga siswa lebih termotivasi untuk menulis dan berpikir lebih kritis. Selain itu, teknik tiru model dapat menambah khasanah peningkatan hasil pembelajaran menulis narasi ekspositoris di sekolah khususnya di jenjang SMA.

  5. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian tentang “Perbandingan Hasil Belajar

  Menulis narasi ekspositoris dengan Teknik Tiru Model dan Teknik Gambar”, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar menulis narasi ekspositoris pada kelompok siswa yang belajar dengan teknik tiru model dan teknik gambar. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa hipotesis null (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima karena (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar menulis narasi ekspositoris antara teknik tiru model SMA Negeri 9 Padang dan nilai t hitung ˃ t tabel, yaitu 2,832 > 1,697; (2) hasil belajar menulis narasi ekspositoris dengan teknik tiru model siswa kelas X-5 berjumlah 34 orang, dengan rincian mean = 82,94; dan standar deviasi= 5,382; (3) hasil belajar menulis narasi ekspositoris dengan teknik gambar siswa kelas X-8 berjumlah N = 33, dengan rincian mean

  = 80,30; dan standar deviasi = 6,045;

  dan (4) nilai rata-rata menulis narasi ekspositoris dengan menggunakan teknik tiru model siswa kelas X-5 lebih tinggi dibandingkan nilai menulis narasi ekspositoris dengan teknik gambar kelas X-8, yaitu 82,94 > 80,30. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar menulis narasi ekspositoris siswa yang belajar dengan teknik tiru model lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan teknik gambar.

  Hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai hasil siswa yang belajar dengan menggunakan teknik tiru model dan teknik gambar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar menulis narasi ekspositoris. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai hasil belajar menulis narasi ekspositoris dengan teknik tiru model lebih baik daripada teknik gambar. Penggunaan teknik tiru model dapat meningkatkan nilai menulis narasi ekspositoris siswa. Dengan demikian, teknik tiru model dapat digunakan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai teknik pembelajaran yang efektif dalam menulis narasi ekspositoris. Penggunaan teknik tiru dan keinginan siswa dalam menulis narasi ekspositoris. Selain itu, dapat menumbuhkan keberanian siswa untuk menceritakan ide-ide yang ada dalam pikiran mereka ke dalam bentuk tulisan berdasarkan rangsangan daya khayal yang muncul setelah meniru model atau contoh yang telah diberikan kepada siswa.

  Dari penjelasan tersebut, maka sangat tepat apabila guru dapat memilih teknik tiru model sebagai penunjang proses belajar mengajar. Pemilihan teknik pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan semangat siswa mengikuti proses pembelajaran, khususnya dalam mengembangkan kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris secara optimal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis narasi ekspositoris lebih tepat atau lebih efektif diajarkan dengan menggunakan teknik tiru model daripada teknik gambar.

  DAFTAR PUSTAKA Akhdiah, Sabarti, dkk. 1992.

  Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia . Jakarta:

  Erlangga. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar.

  2008. Strategi Pembelajaran

  Bahasa . Bandung: Remaja Rosdakarya.

  Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III .

  Jakarta: Gramedia. Marahimin, Ismail. 2004. Menulis

  Secara Populer . Jakarta: Pustaka Jaya.

  Rusman. 2012. Seri Manajemen

  Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru . Jakarta: Raja Grafindo Persada.

  Semi, Atar. 2009. Menulis Afektif.

  Padang: UNP Press. Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran

  Bahasa dan Sastra : Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

  Surabaya: SIC. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis

  sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa . Bandung: Angkasa.

  Tarigan, Djago dan H.G Tarigan. 1986.

  Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa . Bandung: Angkasa.

  Thahar, Harris Effendi. 2008. Menulis Kreatif: Panduan bagi Pemula .

  Padang: UNP Press. Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar

  Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi 3, Cet. 3. Jakarta: Balai Pustaka

  Trianto. 2010. Mendesain Model

  Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

  (KTSP). Jakarta: Predana Media Grup.