GAMBARAN KADAR Fe (BESI) PADA AIR TANAH DANGKAL (SUMUR) DI KECAMATAN SUKARAME PALEMBANG TAHUN 2012 Witi Karwiti Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang

  

GAMBARAN KADAR Fe (BESI) PADA AIR TANAH DANGKAL (SUMUR)

DI KECAMATAN SUKARAME PALEMBANG TAHUN 2012

Witi Karwiti Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang

  

ABSTRAK

  Besi merupakan salah satu logam berat yang sering ditemukan di air karena besi terdapat dalam air alam, dengan kadar rendah. Standar konsentrasi maksimum besi didalam air minum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI yaitu < 0.3 mg/ L. Kadar Fe yang melebihi batas yang sudah ditetapkan pemerintah jika dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan kerusakan ginjal dan mungkin sampai menyebabkan kematian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Kadar Fe (besi) pada air tanah dangkal (sumur) diKecamatan Sukarame Palembang Tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif Analitik. Sampel penelitian adalah Air tanah dangkal (sumur) yang di ambil secara randomisasi. Metode pemeriksaan Kadar Fe menggunakan metode fenantrolin secara spektrofotometri.

  Dari hasil analisa didapatkan dari 15 sampel yang diperiksa terdiri 10 sampel (66,7%) kadar Fe tidak memenuhi syarat. Dari 4 sampel yang memenuhi syarat pH terdapat 2 sampel (50%) kadar Fe tidak memenuhi syarat, dan dari 11 sampel yang tidak memenuhi syarat pH terdapat 3 sampel (27,3%) kadar Fe memenuhi syarat. Sedangkan dari 2 sampel yang warnanya memenuhi syarat terdapat 1 sampel (50%) kadar Fe memenuhi syarat dan dari 13 sampel yang warnanya tidak memenuhi syarat terdapat 4 sampel (44,4%) kadar Fe memenuhi syarat. Serta 5 sampel yang memenuhi syarat kekeruhan terdapat 4 sampel (80%) kadar Fe memenuhi syarat dan dari 10 sampel yang tidak memenuhi syarat kekeruhannya terdapat 1 sampel (10%) kadar Fe memenuhi syarat.

  Disarankan kepada masyarakat supaya lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi air minum terutama sumber air berasal dari air sumur yang memiliki kadar Fe yang tidak memenuhi syarat. Salah satu caranya yaitu dengan melihat karakteristik air tersebut misalnya bila air tersebut berwarna kuning kecoklatan dan keruh ada kemungkinan air itu memiliki kadar Fe yang tinggi sehingga hindari untuk mengkonsumsinya atau lakukan pengolahan misalnya penyaringan, penambahan tawas, dll. Kata Kunci : Air Tanah Dangkal (sumur), Kadar Fe (besi) Referensi : 8 (1987-2002)

  PENDAHULUAN

  Air merupakan salah satu sumber kehidupan di muka bumi ini. Perannya tak bisa digantikan dalam menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan Air juga merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun dengan berkembangnya peradaban serta semakin bertambahnya penduduk didunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air sehingga air tidak selamanya bersih dan tidak selamanya layak untuk diminum karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh cemaran yang terjadi.

  (1,2)

  Sumber pencemaran yang sering terjadi pada air antara lain cemaran mekanis, cemaran biologi, cemaran mikrobiologi dan cemaran kimia. Cemaran kimia ada yang menggolongkannya dalam kelompok cemaran petisida walaupun yag dimaksud disini adalah adalah obat pemberantas hama, bahkan obat- obatan yang digunakan dalam usaha produksi hasil ternak sepert antibiotika, hormone dan perangsang pertumbuhan. Cemaran kimia lain yang berpotensi membahayakan kesehatan adalah berupa logam berat misalnya besi, merkuri, timah, tembaga dan lain-lainnya.

  (3)

  Besi merupakan salah satu logam berat yang sering ditemukan di air karena besi terdapat dalam air alam, dengan kadar rendah. Adanya unsur-unsur besi didalam air tubuh akan unsur tersebut. Zat besi merupakan unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur tersebut per hari, yang tidak hanya diperoleh dari air. Atas dasar pertimbangan inilah, maka ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 kadar maksimum yang diperbolehkan pada air minum 0,3 mg/L.

  (4)

  Berdasarkan hasil penelitian Kurniyati (2007) di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi diketahui bahwa dari 1172 sampel air, dari jumlah tersebut 391 sampel (33,4%) tidak memenuhi syarat air minum, dan 69 sampel (5,9%) tidak memenuhi syarat kadar besi. Sampel air yang berasal dari wilayah Depok 17,6% paling banyak tidak memenuhi syarat kadar besi, atau tertinggi dari wilayah lain..

  (5)

  Tingginya kadar Fe (besi) yang terdapat didalam air memiliki pengaruh terhadap penggunanya antara lain konsentrasi kadar Fe didalam air melebihi 1 mg/L akan menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan memberi rasa yang tidak enak pada minuman, juga dapat menimbulkan noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih.

  (1,4)

  Sedangkan air yang memiliki kadar Fe yang melebihi batas yang sudah ditetapkan pemerintah jika dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan kerusakan ginjal dan mungkin sampai menyebabkan kematian.

TUJUAN PENELITIAN

  Untuk mengetahui gambaran

  1. Kadar Fe (besi) Kadar Fe (Besi) pada air tanah dangkal

  Memenuhi Syarat (MS) : ≤ 0,3 mg/l (sumur) di Kecamatan Sukarame Tidak Memenuhi Syarat (TMS) : > 0,3 mg/l Palembang tahun 2012 berdasarkan 2. pH karakteristik (pH, Warna dan Memenuhi Syarat (MS) : 6,5 – 8,5 Kekeruhan). Tidak Memenuhi Syarat (TMS) : < 6,5 atau >8,5

  3. Warna

BAHAN DAN CARA

  Memenuhi Syarat (MS) : ≤ 15 TCU Jenis penelitian adalah Tidak Memenuhi Syarat (TMS) : >15 TCU deskriptif analitik dengan pendekatan

  4. Kekeruhan observatif yaitu melakukan pengujian Memenuhi Syarat (MS) : ≤ 5 NTU kadar Fe (besi) Pada Air Tanah Tidak Memenuhi Syarat (TMS) : > 5 NTU

  Dangkal (sumur) di Kecamatan

ANALISIS DATA

  Sukarame Palembang berdasarkan karakteristik (pH, Warna dan Data yang diperoleh disajikan dalam Kekeruhan). Waktu penelitian bentuk tabel distribusi frekuensi dan juga dilaksanakan pada tanggal

  20 disajikan secara narasi. September s/d 13 Oktober 2012.

HASIL PENELITIAN

  Tempat pengambilan sampel di Tabel 1. Kelurahan Karya Baru Kecamatan

  Distribusi Frekuensi Kadar Fe (besi) pada

  Sukarame Palembang. Sampel yang

  Air Tanah Dangkal (sumur) di Kecamatan

  digunakan adalah air tanah dangkal

  Sukarame Palembang Tahun 2012

  (sumur) penduduk yang berada diwilayah penelitian dan diambil Persentase secara random sampling. No Kadar Fe (besi) Jumlah

  (%) Memenuhi

PEMERIKSAAN SAMPEL

  1 5 33,3 Syarat (MS)

  Metode yang dipakai dalam Tidak penelitian ini adalah Fenantrolin

  2 Memenuhi 10 66,7 dengan menggunakan alat Syarat (TMS) spektrofotometer.

  Jumlah 15 100 Prinsip pemeriksaan sampel yaitu sampel dipanaskkan dengan

  Setelah dilakukan pemeriksaan asam dan hidroxilamin untuk

  2+ 3+

  terhadap kadar Fe (besi) pada air tanah mengubah Fe menjadi Fe lalu dangkal (sumur) di Kelurahan Karya Baru tambah 1.10 Fenontrolin pada pH 2,3- Kecamatan Sukarame Palembang, dari 15

  3,3 sampai terbentuk warna jingga lalu sampel air sumur yang diperiksa baca di spektrofotometri pada λ=510 didapatkan 5 sampel (33,3%) kadar Fe nm, diamana setiap atom besi diikat 3 memenuhi syarat dan 10 sampel (66,7%) molekul fenantrolin. tidak memenuhi syarat.

  

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kadar Fe (besi) pada Air Tanah Dangkal (sumur)

diKecamatan Sukarame Palembang Tahun 2012 berdasarkan pH

  50 2 100 TMS 4 44,4 9 55,6 13 100 Jumlah 5 33,3 10 66,7 15 100

  9

  10

  1

  20 5 100 TMS

  1

  80

  4

  Kekeruhan n % n % MS

  MS TMS N %

  Hasil Kadar Fe (besi) Jumlah

  

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kadar Fe (besi) pada Air Tanah Dangkal (sumur)

diKecamatan Sukarame Palembang Tahun 2012 berdasarkan Kekeruhan

  Berdasarkan warna, dari 2 sampel yang warnanya memenuhi syarat terdapat 1 sampel (50%) kadar Fe memenuhi syarat dan 1 sampel (50%) tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 13 sampel yang warnanya tidak memenuhi syarat terdapat 4 sampel (44,4%) kadar Fe memenuhi syarat dan 9 sampel (66,7%) tidak memenuhi syarat.

  1

  pH Kadar Fe (besi) Jumlah

  50

  1

  MS

  MS TMS N % n % n %

  Warna Kadar Fe (besi) Jumlah

  

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kadar Fe (besi) pada Air Tanah Dangkal (sumur)

diKecamatan Sukarame Palembang Tahun 2012 berdasarkan Warna

  Dari 4 sampel yang memenuhi syarat pH terdapat 2 sampel (50%) kadar Fe memenuhi syarat dan 2 sampel (50%) tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 11 sampel yang tidak memenuhi syarat pH terdapat 3 sampel (27,3%) kadar Fe memenuhi syarat dan 8 sampel (72,7%) tidak memenuhi syarat.

  50 4 100 TMS 3 27,3 8 72,7 11 100 Jumlah 5 33,3 66,7 66,7 15 100

  2

  50

  2

  MS

  MS TMS N % n % n %

  90 10 100 Jumlah 5 33,3 10 66,7 15 100 Berdasarkan kekeruhan, dari 5 sampel yang memenuhi syarat kekeruhan terdapat 4 sampel (80%) kadar Fe memenuhi syarat dan 1 sampel (20%) tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 10 sampel kekeruhan tidak memenuhi syarat terdapat 1 sampel (10%) kadar Fe memenuhi syarat dan 9 sampel (90%) tidak memenuhi syarat.

  PEMBAHASAN

  Hasil penelitian dari 15 sampel air tanah dangkal (sumur) di Kelurahan Karya Baru Kecamatan Sukarame Palembang, didapatkan 5 sampel (33,3%) kadar Fe memenuhi syarat dan 10 sampel (66,7%) tidak memenuhi syarat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu kadar maksimum yang diperbolehkan pada air minum ≤ 0,3 mg/L

  (4)

  . Apabila dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kurniyati (2007) diketahui dari 1172 sampel air terdapat 69 sampel (5,9%) yang memenuhi syarat kadar Fe, jumlah ini sangat tidak sejalan dengan jumlah persentase pada penelitian kali ini yaitu 10 sampel (66,7%) tidak memenuhi syarat kadar Fe

  (5)

  . Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan jumlah dan lokasi pengambilan sampel. Penelitian terdahulu Kurniyati tahun 2007 yang dilakukan didaerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dengan 1172 sampel.

  (5)

  Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat di temui pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Besi juga termasuk dalam golongan logam berat, namun pada lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion logam bebas.

  (7)

  Keberadaan ion Fe

  2+

  dalam badan perairan dapat berasal dari sumber alamiah atau oleh olahan manusia. Secara alamiah dapat berasal dari pengikisan batu mineral yang bearada disekirtar perairan atau adanya penimbunan zat-zat organic dari hasil dekomposisi bahan-bahan organic yang larut dalam air.

  (8)

  Zat-zat organic tersebut berasal dari pelapukan daun-daun yang berguguran, tumbuhan-tumbuhan dan hewan yang mati lalu terurai menjadi humus dan mengandung mineral- mineral. Proses pelapukan ini ada yang mengalami perubahan secara fisik, yaitu hanya terjadi perubahan dari bentuk besar ke bentuk kecil (partikel). Ada juga pelapukan terjadi perubahan kimiawi yaitu terjadi perubahn sifat- sifat kimia dari zat-zat organic tertentu menjadi zat anorganik yang lain berbeda sekali dengan sifatnya, biasanya merupakan hasil kerja bakteri aerob dan bakteri anaerob. Ion-ion logam terlarut dalam air ini pada konsentrasi tertentu dapat menjadi racun dalam kehidupan walaupun daya racun yang ditimbulkan tidak sama pada setiap individu.

  (8) Kadar Fe Berdasarkan pH

  Dari 4 sampel yang memenuhi syarat pH terdapat 2 sampel (50%) kadar Fe memenuhi syarat dan 2 sampel (50%) tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 11 sampel yang tidak

  (27,3%) kadar Fe memenuhi syarat dan 8 sampel (72,7%) tidak memenuhi syarat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu kadar maksimum yang diperbolehkan pada air minum yaitu pH 6,5-8,5.

  (1)

  (1) Kadar Fe berdasarkan Kekeruhan

  Warna pada air dapat disebabkan berbagai faktor misalnya tumbuh- tumbuhan atau zat kimia yang terlarut didalamnya salah satunya yang dapat menyebabkan terjadinya warna pada air adalah Fe karena kadar Fe di atas 1 mg/L dapat memberikan warna pada air agak kemerah-merahan

  (4)

  9 sampel (66,7%) tidak memenuhi syarat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu kadar maksimum yang kekeruhan diperbolehkan pada air minum yaitu ≤ 15 TCU.

  Dari 2 sampel yang warnanya memenuhi syarat terdapat 1 sampel (50%) kadar Fe memenuhi syarat dan 1 sampel (50%) tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 13 sampel yang warnanya tidak memenuhi syarat terdapat 4 sampel (44,4%) kadar Fe memenuhi syarat dan

  (6) Kadar Fe Berdasarkan Warna

  yang didapat oleh tubuh seseorang dalam dosis besar dapat juga menimbulkan kerusakan dinding usus, kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini.

  2+

  Jika Fe

  dapat berbentuk sebagai larutan maupun koloidal yang mengikatbahan organic dalam bentuk ferri maupun ferro.

  (4)

  2+

  ini larut dalam ion-ion pembentuk kompleks, ion Ferro hanya larut dalam pH ≤ 5. di udara terbuka atau karena oksidasi akan terbentuk ferri dan dapat terhidrolisa menjadi ferri oksida yang tidak larut. Dalam air Fe

  2+

  lebih banyak, dalam keadaan tereduksi sebagai ferro. Ion Fe

  2+

  lebih dari 1 mg/L. beberapa air tanah dan air permukaan yang asam, kadang-kadang mengandung ion Fe

  2+

  Air permukaan yang alkalis dan disaring jarang mengandung ion Fe

  (1,2)

  Kadar Fe dapat dipengaruhi oleh keasaman atau kebasaan pH air. Pada air limbah yang asam dengan pH kurang dari 3,5 besi akan larut dalam bentuk ferri. Jadi dalam air, besi dapat sebagai larutan maupun bentuk koloidal yang mengikat bahan organik dalam bentuk ferri maupun ferro. Besi dapat ditemukan dalam lumpur yang berada dalam air yang dapat berasal dari kerusakan pipa-pipa atau tutup wadah sampel yang terbuat dari logam. Secara analitis sukar dibedakan antara besi terlarut dan besi tersuspensi karena diudara terbuka ion ferro yang larut dapat dioksidir oleh oksigen terlarut dan dihidrolisa pada pH lebih dari 5 menjadi ion ferri yang tak larut.

  Dari 5 sampel yang memenuhi syarat kekeruhan terdapat 4 sampel (80%) kadar Fe memenuhi syarat dan 1 sampel (20%) tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 10 sampel kekeruhan tidak memenuhi syarat terdapat 1 sampel (10%) kadar Fe memenuhi syarat dan 9 sampel (90%) tidak memenuhi syarat berdasarkan No.907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu kadar maksimum kekeruhan yang diperbolehkan pada air minum yaitu ≤ 5 NTU.

  (4)

  Kadar Fe dapat dipengaruhi oleh kekeruhan air. Karena Air yang memiliki kadar Fe yang tinggi biasanya menimbulkan koloid atau gumpalan-gumpalan yang dapat menyebabkan tingginya kekeruhan pada air tersebut.

  (1) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Hasil penelitian dari 15 sampel air tanah dangkal (sumur) di Kelurahan Karya Baru Kecamatan Sukarame Palembang, didapatkan 5 sampel kadar Fe memenuhi syarat dan 10 sampel tidak memenuhi syarat.

  Dari 11 sampel yang tidak memenuhi syarat pH terdapat 3 sampel kadar Fe memenuhi syarat dan 8 sampel tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 13 sampel yang warnanya tidak memenuhi syarat terdapat 4 sampel kadar Fe memenuhi syarat dan 9 sampel tidak memenuhi syarat. Serta dari 10 sampel dengan kekeruhan tidak memenuhi syarat terdapat 1 sampel kadar Fe memenuhi syarat dan 9 sampel tidak memenuhi syarat kadar Fe.

  Saran

  1. Sebagai masukan kepada petugas kesehatan lingkungan untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya mengkonsumsi air yang mengandung kadar Fe (besi) tinggi.

  2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk lebih hati-hati dan waspada dalam mengkonsumsi air tanah dangkal (sumur) yang tidak memenuhi syarat kadar Fe. Salah satu caranya yaitu dengan melihat karakteristik air tersebut misalnya bila air tersebut berwarna kuning kecoklatan dan keruh ada kemungkinan air itu memiliki kadar Fe yang tinggi sehingga hindari untuk mengkonsumsinya atau lakukan pengolahan misalnya penyaringan, penambahan tawas, dll. Karena walaupun tidak menimbulkan dampak secara langsung akan tetapi dalam jangka waktu yang lama bila terus dikonsumsi dapat memberikan dampak bagi kesehatan seperti kanker, kerusakan ginjal dan mungkin sampai menyebabkan kematian

DAFTAR PUSTAKA

  1. Departemen Kesehatan RI Pusat Pendidikan Tenaga Kerja. 1989.

  Kimia Air. Jakarta.

  2. Sutrisno,C., dkk. 1991. Teknologi

  Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta: Jakarta.

  3. Departemen Kesehatan RI Pusat Pendidikan Tenaga Kerja. 1989.

  Kimia Makanan dan Minuman.

  Jakarta.

  4. Departemen Kesehatan RI.

  Peraturan Keputusan Menteri Republik Indonesia No.907/Menkes/SK/VII/2002.

  Jakarta. 5. http://www.litbang.depkes.go.id/me dia/index.php.

  6. Soemirat, J.S. 1994. Kesehatan

  Lingkungan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

  7. Alaerts, G., Santika, SS. 1987.

  Metode Penelitian Air. Usaha Nasional: Surabaya.

  8. Abdurrahman, F, dkk. 1997.

  Laporan Penyuluhan Pengelolahan Air Bersih pada Masyarakat Desa Siderejo Kabupaten Musi Banyuasin. Palembang.

Dokumen yang terkait

9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

1 4 17

PERATURAN AKADEMIK TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KEMENTERIAN AGAMA KAB. GRESIK MADRASAH IBTIDAIYAH MINU 15 BALIKBAKGUNUNG GRESIK 2017/2018 KATA PENGANTAR - Peraturan Akademik Madrasah 2017-2018

0 4 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERIL.dKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SIS1VA KELAS V SDIT AN-NIDA' KOTA LUBT]KLINGGAU TAHUN 2013 Zuraidah, Yeni Elviani

0 1 5

Hubungan Fengetahuan Sikap Dan Penyuluhan Petugas Kesehatan Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Dusun Baturaja Witayah Kerja UPTD Puskesmas Kemalaraja Kecamat

0 0 12

ABSTRAK FAKTOR.FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUTU PELAYANAN KEPBRAWATAN PADA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP MUARA DUA KECAMATAN MUARA DUA KABUPATBN OKU SELATAN 2014

0 0 23

FAKTOR.FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR.IBNU SOETOWO BATURAJA TAHUN 2014 – Suparno

0 0 10

PERBANDINGAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI SETELAH MAKAN PAGI PADA ANAK KELAS II SD ISLAM AZ-ZAHRAH DENGAN ANAK SDN 167 PALEMBANG TAHUN 2010 Listrianah Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemnekes Palembang ABSTRAK - Perbandingan Kebiasaan Menyikat Gigi Se

0 0 7

GAMBARAN DMF-T DAN TINGKAT PENCAPAIAN PTI (PERFORMED TREATMENT INDEX) PADA SISWA SISWI SD N 94 PALEMBANG TAHUN 2012 Listrianah Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Gambaran DMF-T Dan Tingkat Pencapaian PTI (Performed Treat

2 2 18

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

0 0 9

LAPORAN HASIL SURVEY KEPUASAN TERHADAP SISTEM PENGELOLAAN SDM DI LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG TAHUN 2017

0 2 16