CHAPTER II TRANSLATION AND ITS SOURCE TEXT

CHAPTER II TRANSLATION AND ITS SOURCE TEXT A. Target Text

  [9.1] Colin [9.2] “Sungguh?” teriak Evan sambil bersandar pada pagar beranda, sedangkan Colin berjalan melewati halaman.

  [9.3] “Kamu lari lagi?” [9.4] Colin masih benapas tersengal-sengal ketika dia berbelok menuju ke beranda, yang pada akhirnya berjalan perlahan. Dia melepaskan bajunya untuk mengusap wajahnya sebelum kemudian melemparkannya ke temannya. “Saya belum berlari hari ini.” [9.5] “Kamu sudah berolahraga sore ini, dan pagi ini.” [9.6] “Itu hanya di gym.” [9.7] “Jadi?”’ [9.8] “Itu tidaklah sama,” jawabnya, mengetahui bahwa Evan sangatlah tidak peduli tentang hal itu atau yang lainnya. Malah dia berjalan menuju pintu depan.

  [9.9] “Mengapa kamu tidak di dalam saja bersama Lily?” [9.10] “Karena rumah saya bau.”’ [9.11] “Apa hubungannya dengan saya?” [9.12] “Bagaimana mengenai kenyataan bahwa saya dapat mencium bau keringat dari bajumu yang seperti katak hijau busuk itu terhembus melalui ventilasi? Daripada kamu berlari, sebaiknya kamu mencuci bajumu. Atau lebih baik, kamu harus memulai mencucinya secara rutin. Sebenarnya Lili berpikir bahwa ada ada tikus mati di dapur. Atau saluran airnya tersumbat. [9.13] Colin tersenyum. “Saya akan memperbaikinya.” [9.14] “Segeralah. Kemudian temui saya lagi di sini. Lily ingin berbicara denganmu.” [9.15] “Ada apa?” [9.16] “Saya tidak tahu. Dia tidak mau memberitahuku. Tapi mungkin menurutku itu tentang pacarmu.” [9.17] “Saya tidak punya pacar.” [9.18] “Entahlah. Intinya dia ingin berbicara denganmu.” [9.19] “Mengapa?”

  [9.20] “Karena dia adalah Lily,” kata Evan, terdengar gusar. “Dia mungkin ingin bertanya apakah kamu telah menuliskan sebuah kartu ucapan untuk Maria dengan huruf yang menarik. Atau dia akan menawarkan bantuan padamu untuk memilih kain saputangan untuk ulang tahun Maria. Atau dia ingin memastikan bahwa kamu menggunakan sendok yang benar untuk supmu jika kamu mengajaknya ke klab kuno. Kamu tahu bagaimana dia. Tetapi tadi dia membawa pulang tas lebih dari satu, dan dia tidak mau mengatakan padaku apa isinya.” [9.21] “Mengapa tidak?” [9.22] “Berhenti menanyakan pertanyaan yang tidak bisa kujawab!” desah Evan. “Yang aku tahu dengan pasti adalah bahwa jika setiap kali saya ingin bergerak, dia menyuruhku untuk menunggu. Itu semua karena kamu. Dan kamu tahu, saya tidak menyukainya. Saya sangat menantikan malam ini. Saya membutuhkan malam ini. Hari ini adalah hari yang buruk.” [9.23] “Baiklah.” [9.24] Evan mengerutkan dahinya mendengar jawaban Colin. [9.25] “Mengapa hari ini sangat buruk?” tanyanya, menirukan Colin. “Astaga! Terima kasih sudah bertanya, Colin. Saya hargai kepedulianmu dengan keadaan saya.” Dia menatap temannya itu. [9.26] “Pagi ini ada laporan pekerjaan yang buruk, dan pasar sangatlah penuh. Meskipun saya tidak memiliki kontrol pada hal itu, sepanjang hari saya mendapat telepon dari klien-klien yang kecewa. Kemudian saya pulang ke rumah dan rumah saya aromanya seperti lemari loker, dan sekarang saya harus menunggu dia untuk berbincang denganmu sebelum malam saya benar-benar dimulai.” [9.27] “Biarkan saya ganti baju dulu. Saya akan ada di sini beberapa menit lagi.” [9.28] “Saya harap tidak,” Lily berkata pada Colin, tiba-tiba muncul di sebelah Evan yang sedang berada di beranda, dengan mengenakan terusan kuning. Dia menyelipkan tangannya pada tunangannya dan tersenyum padanya dengan manis. [9.29] “Kamu tidak berpikir dia akan datang tanpa mandi dahulu bukan, Evan? Pria malang ini sudah basah kuyup. Tentu saja kita bisa menunggunya beberapa menit lagi. Hanya sekedar memperbolehkannya untuk mengganti bajunya tidak akan cukup.” [9.30] Ketika Evan tidak menjawab, Colin menelan ludah. “Dia benar, Evan. Itu tidak pantas.” [9.31] Evan terbelalak. “Baiklah. Mandi dan cucilah bajumu, kemudian datanglah kemari,” [9.32] “Oh, jangan terlalu keras padanya,” omel Lily. “Bukan salahnya kalau kamu salah menginvestasikan uang klienmu pada perusahaan yang tidak tepat.”

  [9.34] “Saya tidak menginvestasikannya di perusahaan yang salah! Itu bukanlah salahku! Semuanya berantakan hari ini.” [9.35] “Saya hanya menggodamu, sayang,” kata Lily perlahan-lahan. “Saya tahu hari ini buruk untukmu dan itu bukanlah salahmu. Artinya Pak Pasar tua sedang memanfaatkanmu, bukankah begitu?” [9.36] “Kamu tidak membantu.” Kata Evan.

  [9.37] Lily mengalihkan perhatiannya pada Colin lagi. [9.38] “Sudahkah kamu berbicara pada teman wanitamu hari ini?” tanyanya. [9.39] “Saya berbicara dengannya sebelum berlari tadi.” [9.40] “Apakah kamu membawakannya bunga ke kantor seperti yang saya anjurkan?” [9.41] “Tidak.” [9.42] “Permen?” [9.43] “Tidak.” [9.44] “Apa saja yang akan saya lakukan denganmu?” [9.45] “Saya tidak tahu.” [9.46] Lily tersenyum sebelum menarik tangan Evan. “Kami akan menemuimu dalam beberapa menit lagi ya?” [9.47] Colin memperhatikan mereka berjalan ke dalam sebelum masuk ke apartemennya. Dia langsung menuju kamar mandi dan menambahkan baju-bajunya ke atas tumpukan cucian, sadar bahwa Evan benar. Tumpukan baju-baju itu berbau tajam. Dia mulai mencuci beberapa bajunya dan bergegas mandi.

  [9.48] Beberapa saat kemudian, dia mengenakan celana jins dan kaos sebelum pergi ke rumah Evan. [9.49] Evan dan Lily sedang duduk bersebelahan di sofa. Diantara mereka berdua, terlihat jelas bahwa hanya Lily yang senang Colin sudah ada di sana. [9.50] “Colin! Saya sangat senang kamu bisa bergabung dengan kami,” kata Lily, bangkit dari tempat duduknya, sangat jelas mengabaikan bahwa mereka baru saja berbincang- bincang. “Mau minum apa?” [9.51] “Air putih.” [9.52] “Evan? Maukah kamu mengambilkan Colin segelas air putih?” [9.53] “Mengapa?” tanya Evan, bersandar kembali, lengannya berada di atas sofa. “Dia tahu letaknya. Dia bisa mengambilnya sendiri.” [9.54] Lily beralih menatapnya.

  [9.56] “Saya tidak memintanya untuk berkunjung, kamulah yang memintanya.” [9.57] “Evan?” [9.58] Cara dia memanggil nama Evan membuat Evan mengerti bahwa dia tidak mempunyai pilihan lain.

  [9.59] Mengenai cara memanggil namanya dan tentu saja penampilannya. Dia adalah wanita tercantik yang pernah dekat dengan Evan, tetapi dia juga sangat pandai menggunakan penampilannya untuk kepentingannya. [9.60] “Baiklah,” gerutunya, bangkit dari sofa. [9.61] “Saya akan membawakannya segelas air.” [9.62] Evan melesat menuju ke dapur. [9.63] “Tolong bawakan es,” teriak Colin. [9.64] Evan mengernyitkan dahi sebelum Colin duduk di kursi yang berhadapan dengan Lily. [9.65] “Bagaimana keadaanmu malam ini?” tanyanya. [9.66] “Baik.” [9.67] “Dan Maria?” [9.68] Tadi melalui telepon, Maria memberitahu apa yang terjadi dengan atasannya, Ken Martenson, dan ketika dia mendengarkan, Colin menyadari bahwa rahangnya mengencang saat mendengarnya. Walaupun dia berusaha agar suaranya tetap terdengar wajar, dia telah membayangkan sedang berbincang dengan Ken, percakapan yang akan membuatnya berhenti mengganggunya. Dia belum mengatakannya pada Maria, tetapi ketika dia sadar dia geram setelah menutup teleponnya, dia melemparkan peralatan olahraganya kemudian pergi berlari. [9.69] Sebelum dia menyelesaikan larinya dia belum merasa waras kembali. [9.70] Tetapi itu bukanlah yang Lily tanyakan kepadanya. [9.71] “Saya berbincang dengannya sedikit tadi.” [9.72] “Dan apakah dia baik-baik saja?” [9.73] Dia memikirkan tentang situasi pekerjaannya, tetapi bukan haknya untuk menceritakan informasi tersebut. Itu adalah hidup Maria, ceritanya, bukan milik Colin. [9.74] “Saya rasa dia senang mendengar kabar saya,” katanya dengan jujur. [9.75] “Kamu belum menelepon dia?” [9.76] “Saya menelponnya Minggu malam. Setelah saya berbicara denganmu dan Evan.” [9.77] “Dan kamu tidak menelponnya pada hari Senin atau Selasa?” [9.78] “Saya sedang bekerja.” [9.79] “Kamu bisa saja menelponnya saat dalam perjalanan pulang dari kerja, atau di waktu

  [9.80] “Ya.” [9.81] “Tapi tidak kamu lakukan.” [9.82] “Tidak. Tetapi kami akan pergi makan siang besok.” [9.83] “Benarkah? Saya harap ke tempat yang spesial.” [9.84] “Saya belum memikirkannya.” [9.85] Lily tidak segan menyembunyikan kekecewaannya. Evan kembali masuk ke ruang tengah dengan membawa segelas besar air es. Dia memberikannya pada Colin.

  [9.86] “Terimakasih, Evan,” kata Colin. “Kamu tidak perlu melakukannya. Saya bisa mengambilnya sendiri.” [9.87] “Haha,” jawab Evan sambil kembali duduk. Kemudian beralih pada Lily: “Sekarang apa yang ingin kamu katakan padanya?” [9.88] “Kami sedang membicarakan tentang kencan makan siangnya besok. Colin telah memberitahu saya bahwa dia dan Maria akan makan bersama.” [9.89] “Saranku? Pastikanlah bahwa mobilmu bisa dinyalakan,” kata Evan. [9.90] Lily melirik tidak setuju ke arah Evan. [9.91] “Perhatianku tertuju pada kencannya akhir pekan ini, dan saya ingin mendiskusikannya dengan dia.” [9.92] “Mengapa?” tanya Evan. [9.93] “Karena saat malam pertama yang sesungguhnya bersama pasangan adalah waktu paling berpengaruh dalam suatu hubungan,” sahutnya dengan jelas. [9.94] “Colin secara sederhana sudah mengundang Maria makan malam atau mungkin berjalan-jalan di kota, saya tidak ada kekhawatiran sama sekali. Atau dia telah mengusulkan kita berempat untuk pergi bersama, saya yakin perbincangan itu akan sangat bertautan sehingga Maria akan mendapatkan malam yang indah. Ohh.. Colin akan melakukan dengan caranya sendiri dan mengajak Maria ke kelab, walaupun saya yakin hal itu sudah disampaikan.” [9.95] Evan mengangkat alisnya. [9.96] Colin tidak berkata apapun. [9.97] Lily memusatkan perhatiannya pada Colin kembali. “Saya memintamu untuk berkunjung kemari malam ini karena saya penasaran apakah kamu sudah memiliki pengalaman atau sekedar familiar dengan tarian salsa.” [9.98] “Tidak.” [9.99] “Lalu, dengan begitupun juga, apa kamu juga tidak tahu bahwa tarian salsa adalah

  [9.100] “Itulah yang disebut menari,” potong Evan tanpa mempedulikan tunangannya. [9.101] “Tarian salsa hanya dapat dinikmati apabila pasangan tersebut berlatih bersama,” jelasnya. “Tapi karena hal itu tidak mungkin pada situasi seperti ini, kamu harus melakukan yang terbaik yang kamu bisa, dan ada beberapa hal yang harus kamu ketahui. Misalnya bagaimana cara kamu menggerakkan kakimu, atau berputar dengan pasanganmu, atau menawarkan dia kesempatan untuk terpisah kemudian menampilkan beberapa tariannya sendiri, semua itu membuat tarian tersebut menjadi bagian dari tarian yang alami dan luwes.

  Apabila kamu tidak melakukan hal tersebut, akan menjadi tidak mungkin untuk membuatnya terkesima.” [9.102] Evan tertawa. “Kata siapa dia ingin membuatnya terkesima? Colin tidak peduli apa yang orang lain pikirkan—“ [9.103] “Lanjutkan,” kata Colin, memotong perkataan Evan. [9.104] Evan melihatnya dengan terkejut sedangkan Lily menegakkan posisinya. [9.105] “Saya senang kamu mengerti dilema yang kamu hadapi. Apa yang sedang saya coba katakan padamu adalah bahwa kamu sebaiknya belajar dasar-dasarnya.” [9.106] Beberapa saat, baik Colin maupun Evan terdiam. [9.107] “Dan bagaimana dia mempelajari dasar-dasar tersebut? [9.108] Evan akhirnya berkata. [9.109] “Kita hidup di Wilmington. Saya ragu ada instruktur salsa yang bersedia mengosongkan jadwalnya di beberapa hari mendatang sehingga temanku ini tidak akan mempermalukan dirinya sendiri.” [9.110] Lily beranjak, mengambil tas kecil yang telah diletakkan di sebelah sofa dan mengeluarkan setumpuk CD. [9.111] “Ini adalah kumpulan kaset salsa, dan kamu harus mendengarkannya. Saya menghubungi pelatih tari lama saya dan akan sangat sangat senang untuk mengirimkan beberapa contoh. Tidak ada yang terbaru tetapi itu tidaklah penting. Salsa lebih tentang kecepatan dan ritme – iramanya, biasa disebut – daripada melodinya. Dan untuk instrukturnya, saya akan merasa sangat senang untuk membantu Colin untuk mempelajari apa yang harus dia ketahui.” [9.112] “Kamu tahu bagaimana menari salsa?” tanya Evan. [9.113] “Tentu saja,” sahutnya. “Saya menari hampir dua belas tahun lamanya, dan pada beberapa saat tertentu kami akan fokus pada tarian alternatif.” [9.114] “Alternatif?” tanya Evan,

  [9.115] “Saya tumbuh di Charleston. Semua selain tarian shag atau tarian wals tergolong sebagai alternatif,” katanya sambil berpikir bahwa hal seperti ini masyarakat bagian selatan pasti akan tahu. [9.116] “Tapi sungguh, Evan. Kamu harus membiarkan Colin bertanya. Dia tidak mendapat kesempatan untuk berkata sepatah pun.” Dia beralih pada Colin. “Apakah kamu mengijinkan saya untuk menjadi instrukturmu beberapa hari ke depan?” [9.117] “Berapa banyak waktu yang kita butuhkan?” [9.118] “Saya akan menunjukkan padamu beberapa hal malam ini – langkah-langkah dan gerakan-gerakan dasar, pergantian, dan bagaimana membawa pasanganmu berputar – jadi kamu mengetahui apa yang akan kamu kerjakan. Setelah itu, kita akan membutuhkan tiga jam besok malam, dan tiga jam lainnya pada hari Jumat malam. Setelah saya selesai bekerja kemudian berganti pakaian, kita akan mulai sekitar pukul enam. Dan tentu saja, kamu harus berlatih di waktu senggangmu sebelum kamu datang kemari.” [9.119] “Apakah itu cukup?” [9.120] “Waktunya tidak cukup untuk menjadi penari yang baik, atau paling tidak rata-rata. Untuk menjadi penari yang benar-benar handal membutuhkan waktu tahunan. Tetapi apabila kamu sungguh-sungguh dan melakukan apa yang saya katakan kepadamu, itu cukup untuk kencanmu di hari Sabtu.” [9.121] Colin meneguk airnya, tidak langsung menjawab. [9.122] “Jangan katakan padaku kamu benar – benar memikirkannya“ kata Evan padanya. [9.123] “Tentu saja dia memikirkannya dia tahu saya benar.” [9.124] Colin mengarahkan gelasnya ke atas pangkuannya. [9.125] “Baiklah,” katanya. “Tapi saya harus meminta seseorang untuk menggantikan pekerjaan saya pada Jumat malam.” [9.126] “Bagus.” Lily tersenyum. [9.127] “Tunggu,” kata Evan, berpaling pada Lily. “saya pikir kita akan pergi berkencan hari Jumat.” [9.128] “Saya mohon maaf, tetapi saya baru saja akan membatalkannya. Seorang teman membutuhkan bantuan saya, dan sejujurnya saya tidak bisa menolaknya. Dia sangat manis saat memohon.” [9.129] “Yang benar saja? Saya tidak mendapatkan sesuatu?” [9.130] “Tentu saja ada,” sahut Lily. “Kamu juga akan berada di sini pada kedua malam tersebut, seperti malam ini.”

  [9.132] “Dimana lagi?” [9.133] “Saya tidak tahu. Studio tari, mungkin?” [9.134] “Jangan bodoh. Kita tidak memerlukannya, tapi saya akan membutuhkan kamu untuk memindahkan perabotan di ruang tengah. Kamu benar tentang kami membutuhkan ruang untuk berlatih. Dan kamu juga akan bertanggung jawab untuk musiknya – memundurkan atau memajukannya seperti yang saya suruh, memutar ulang kembali lagunya, hal-hal seperti itu.

  Kami benar-benar harus memaksimalkan waktu yang ada. Kamu akan menjadi tangan kanan saya.” [9.135] Tangan kanan?” [9.136] Dia tersenyum pada Colin. “Apakah saya sudah berkata bahwa tarian salsa benar- benar dapat membuat wanita merasa... bergairah? Dan perasaan itu dapat bertahan berjam- jam setelahnya?” [9.137] Evan menelan ludah, menatapnya. “Saya akan membantu dengan senang hati.” [9.138] “Kamu dibodohi seperti pakaian murahan,” kata Colin. Dia dan Evan sedang memindahkan perabotan ke sisi lain ruangan ketika Lily pergi ke kamar untuk mengambil sepasang sepatu, yang patut dengan hak yang tepat, dan mengganti bajunya. Lily tidak pernah melakukan apapun dengan setengah hati. [9.139] “Apapun itu demi menolong teman.” [9.140] Colin tersenyum. “Baik.” [9.141] “Dan setelah kita selesai, kamu akan membantu saya untuk mengembalikan perabotan seperti semula.” [9.142] “Baik.” [9.143] “Dan kamu tidak akan meminta untuk tinggal lebih lama untuk berlatih. Kamu pulang dari sini pukul sembilan tepat.” [9.144] “Baik.” Kemudian mereka menyingkirkan perabotan. “Saya tidak mengerti bagaimana cara dia berkata padaku untuk melakukan ini.” [9.145] Colin mengangkat bahunya. “Saya pikir saya punya ide bagus.” [9.146] Saat perabotan sudah disingkirkan dan area sudah tersedia, Lily menarik Colin ke tengah ruangan. Evan duduk di sofa dengan wajah murung, buku-buku, lampu, dan bermacam-macam hiasan rumah yang terletak di atas bantal ada di sebelahnya. Lily telah berganti mengenakan celana jins putih ketat, baju merah, dan sepasang sepatu yang mungkin saja harganya melebihi gaji Colin selama seminggu. Walaupun dia adalah tunangan Evan dan teman Colin, Colin sadar bahwa Lily benar-benar memiliki daya tarik.

  [9.148] “Ssshh, diam sekarang,” Lily berkata padanya dengan sungguh-sungguh. “Kamu mungkin sedang membayangkan kenapa saya berganti pakaian,” dia berkata pada Colin. [9.149] “Tidak juga,” sahut Colin. [9.150] “Saya ganti pakaian supaya kamu bisa melihat pergerakan kaki saya. Seperti apa yang telah saya katakan, saya akan menunjukkan padamu hal yang paling mendasar, yang merupakan dasar dari salsa. Hal yang dapat kamu jadikan sebagai landasan, apapun yang Maria lakukan. Bisa dipahami?” [9.151] “Ya.” [9.152] “Sebelum kita mulai, saya mengasumsikan bahwa Maria tahu bagaimana menari salsa.” [9.153] “Dia berkata padaku dia dulu menari sepanjang waktu.” [9.154] “Sempurna.” Lily berpindah ke sebelah Colin, mereka berdua menghadap ke jendela, memperkenankan Evan melihat. [9.155] “Hal itu berarti bahwa dia dapat mengikuti langkahmu. Apakah kamu siap? [9.156] “Ya.” [9.157] “Kalau begitu lihatlah kaki-kakiku dan lakukan persis seperti apa yang saya lakukan,” katanya. “Melangkah menggunakan kaki kirimu – itu yang pertama – lalu tumpukan berat badanmu pada jari kaki kanan mu – itu yang kedua – sekarang bawa kaki kirimu kembali pada saat seperti posisi awal – itu ketiga – dan jeda sejenak untuk iramanya – itu keempat.” Dia memperagakan dan Colin melakukan hal yang sama. “Sekarang melangkah ke belakang dengan kaki kananmu – itu kelima – tumpukan berat badanmu pada jari kaki kanan – keenam

  • – lalu bawa kaki kananmu kedepan ke posisi awal lagi – ketujuh – dan jeda lagi untuk iramanya. Itu yang kedelapan. Dan selesai.” [9.158] Lagi, Colin mengikuti langkahnya. [9.159] “Itu saja?” [9.160] Dia mengangguk. “Ayo kita coba lakukan lagi ya?” [9.161] Mereka melakukannya lagi dan lagi, mengulang gerakan-gerakan itu terus menerus sambil Lily menghitung satu sampai delapan dan beberapa kali latihan lagi. Kemudian perlahan-lahan kecepatannya dinaikkan, lalu berlanjut tanpa menghitung. Mereka beristirahat sejenak, lalu mulai lagi dari awal secara perlahan, kemudian secara berkala menaikkan kecepatan mereka lagi. Begitu Colin terlihat memahaminya, Lily berhenti dan memperhatikan Colin melanjutkan latihannya. [9.162] “Itu sempurna,” katanya sambil mengangguk. “Kamu memiliki langkah-langkahnya
kamu masih bergerak seperti barisan orang-orang kasar yang melewati rawa. Kamu harus lebih lembut, seperti bunga yang sedang mekar perlahan-lahan. Pertahankan ketinggian bahumu di setiap langkah.” [9.163] “Bagaimana saya melakukannya?” [9.164] “Gunakanlah pinggulmu,” katanya. “Seperti ini.” [9.165] Saat dia menunjukkan pada Colin yang dia maksudkan – lincah dalam gerakan, pinggulnya bergemulai ke depan dan belakang, bahunya sama tinggi di seluruh bagian – Lily benar apabila menari dapat membuat bergairah. Dari sudut matanya, Colin melihat Evan menegakkan duduknya dan memperhatikan Lily, tanpa sepengetahuan Lily. [9.166] “Jadi sekarang, mari kita lakukan hal yang sama lagi, kali ini dengan musik, dan konsentrasilah untuk lebih lembut.” Dia berpaling pada Evan, “Sayang? Maukah kamu memutarkan lagi musiknya?” [9.167] Evan menggelengkan kepalanya seperti orang yang sedang berusaha bangun dari mimpinya. [9.168] “Apa? Apakah kamu mengatakan sesuatu?” [9.169] Mereka berdansa selama kurang lebih dua jam. Sebagai tambahan dari latihan dasar, Colin berlatih bagaimana cara berputar, dan pada saat itu, mereka mulai berdansa bersama. Lily menunjukkan pada Colin dimana dia harus meletakkan tangan kanannya (pada bagian atas pinggangnya, tepat di bawah lengannya, dia mengingatkan dirinya sendiri), dan Lily menunjukkan padanya bagaimana caranya membawa Lily pada tiga perputaran yang berbeda dengan membuat sedikit isyarat dengan tangan kirinya, yang mengharuskan dia untuk mengambil beberapa langkah yang sedikit berbeda sebelum akhirnya kembali lagi pada gerakan kaki dasar. [9.170] Melalui itu semua, Lily mengingatkan Colin agar lebih luwes dan lebih menggunakan pinggulnya, membuat kontak mata dengan pasangannya, tetap pada ritme sesuai dengan irama, berhenti berhitung dengan keras, dan tersenyum. Berdansa membutuhkan konsentrasi lebih dari yang ia bayangkan. Setelah itu, mereka mengembalikan perabotan kembali pada tempatnya dan Colin berpamitan. Lily menggenggam tangan Evan ketika Colin melangkah ke beranda. [9.171] “Kamu melakukannya dengan baik malam ini,” kata Lily. [9.172] “Kamu memiliki irama natural ketika menari.” [9.173] “Hampir seperti tinju,” katanya. [9.174] “Saya harap tidak,” katanya, hampir terdengar seperti sakit hati.

  [9.176] “Jam enam tepat,” sahutnya. Dia memberikan sebuah CD. [9.177] “Ini untukmu. Besok, kapanpun saat kamu memiliki waktu luang, saya minta kamu melatih langkah-langkahmu dan cobalah untuk berputar seakan-akan kamu akan membawa pasanganmu berputar. Konsentrasilah pada isyarat tanganmu, dan cobalah untuk meluweskan gerakanmu. Akan menjadi sangat tidak produktif apabila kita harus mengulangnya dari awal.” [9.178] “Baiklah,” katanya. “Oh, Lily?” [9.179] “Ya?” [9.180] “Terima kasih,” jawabnya.

  [9.181] “Sama-sama, Colin.” [9.182] Lily tersenyum, “Saya pasti telah lengah, bagaimanapun, jika saya tidak mengambil kesempatan untuk menyampaikan persoalan lain yang baru-baru saja muncul.” [9.183] Colin menunggu dengan harapan. [9.184] “Mengenai kencan makan siangmu besok dengan Maria, saya yakin saya tidak perlu untuk mengingatkanmu kalau kamu harus menemuinya secara professional, yang membutuhkan pakaian yang lebih formal. Saya juga tidak berharap untuk mengingatkanmu walaupun kamu amat sangat mencintai mobilmu itu, tidak ada yang lebih mengundang perhatian dari interior yang kusut, atau mesin yang tidak mau menyala. Apakah asumsi saya benar?” [9.185] Saya telah memperbaiki mobil saya untuk alasan selain Maria, tetapi sekarang saat

  kamu mengatakannya… [9.186] “Ya,” sahut Colin.

  [9.187] “Saya senang mendengarnya,” kata Lily, sambil mengangguk. “Seorang wanita, memiliki harapan tertentu atas keramahan. Nah, sejauh bunga bermekaran… apakah kamu sudah memutuskan akan membawa apa? Mengetahui bahwa buket bunga yang berbeda memiliki arti yang berbeda pula?” [9.188] Lily terdengar bersungguh-sungguh sehingga membuat Colin sulit untuk tidak tersenyum.

  [9.189] “Apa rekomendasimu?” [9.190] Lily mengangkat tangan lentiknya ke dagunya. “Mengingat bahwa kalian berdua masih sedang pada tahap mengenal satu sama lain, dan besok hanyalah kencan makan siang, sebuket mawar mungkin akan terlalu formal, dan bunga lili – yang sangat indah – lebih cocok di musim semi. Anyelir, sangat jelas, membawa arti tidak lebih dari sebuah pilihan yang

  [9.191] Colin mengangguk. “Saya paham.” [9.192] “Mungkin sebuah buket bunga bernuansa musim gugur yang sederhana? Dengan perpaduan warna mawar kuning, bunga dahlia yang kecoklatan, dan mungkin beberapa tangkai bunga hypericum berwarna merah?” Dia mengangguk dengan penuh pertimbangan. “Ya, itu menamparku dengan sangat jelas saat ini, bukankah begitu menurutmu?” [9.193] “Tidak diragukan.” [9.194] “Dan pastikanlah untuk memesannya di toko bunga Michael. Dia benar - benar seniman yang hebat dalam merangkai bunga. Telepon dia pagi hari dan sebutkan namaku, dia akan tahu apa yang harus dilakukannya.” [9.195] Evan menyeringai, dengan jelas dia menikmati peristiwa ini dan mungkin beranggapan bahwa Colin tidak akan jauh berbeda dengannya saat dia berhadapan dengan Lily dan permintaannya. Dan karena Evan mengetahui Colin lebih dari siapapun, Colin akhirnya mengangguk.

  [9.196] “Baiklah.” [9.197] Di pagi hari, Colin bangun lebih pagi dan dengan senang hati mengetahui bahwa mobil Camaro tuanya dapat menyala sejak pertama kali dinyalakan. Dia berolahraga dengan keras di gym – plyometrics dan angkat barbell, lompat tali, dan beberapa saat berlatih dengan samsak yang berat dan kuat. Dalam perjalanan pulang ke apartemennya, dia berhenti di sebuah tempat pencucian mobil dan membersihkan debu dari mobilnya. Di rumah, dengan otot-ototnya yang masih hangat dan kencang, dia memperhatikan salah satu CD yang diberikan oleh Lily dan menghabiskan satu setengah jam berlatih langkah-langkah salsanya, terkejut bahwa dia tidak melupakan satu gerakan pun. Dia terkejut lagi saat dia dapat berkonsentrasi penuh pada hal itu. [9.198] Colin meneguk minuman berprotein, kemudian mandi, dan berganti pakaian menggunakan celana kain hitam, sepasang sepatu, dan kemeja berkancing, yang dipakainya sewaktu di persidangan. Dia melatih otot-ototnya dengan keras sejak saat itu sehingga bajunya terlalu ketat pada bagian dada dan lengan, tetapi itu yang terbaik yang dapat dia lakukan. Sambil berdiri di depan kaca, dia berpikir, terlepas dari bagian atas terlihat sedikit sempit, Evan mungkin juga akan melakukan hal yang sama. Setelannya menggelikan, terutama sejak dia berada di kampus dimana celana pendek dan sandal merupakan hal yang sudah biasa. Walaupun dia tahu bahwa Lily tidak akan menyetujuinya, dia tetap melipat lengannya, menunjukkan sedikit lengan bawahnya. Lebih baik. Lebih nyaman pula. Teman sekelasnya juga tidak akan menyadari atau tidak akan peduli tentang bajunya, dan dia akan satu kelas di hari Senin dan Kamis. Beberapa menit kemudian, dia menelpon toko bunga dan memesan sebuah buket bernuansa musim gugur, apapun itu. Dari sana dia berjalan dengan susah payah menuju ke kelas manajemen, sadar bahwa dia belum berhenti bergerak sejak alarm berbunyi, bajunya akan sobek.

  [9.200] Kelas terakhirnya berakhir pada pukul dua belas kurang seperempat. Pada saat itu, matahari sedang tinggi-tingginya, dan dengan musim panas yang menggantung itu, dia berjalan perlahan ke mobilnya, mencoba untuk tidak berkeringat. Dia berhenti di toko bunga dalam perjalanannya ke alamat yang dituju. Maria telah memberikan alamat itu pada Colin, dan seperti takdir sedang bermain-main dengannya, memerlukan dua putaran kunci dan sedikit usaha pada pedal agar mesin mobilnya mau menyala. Yang dapat ia lakukan hanyalah menyilangkan kedua jarinya. [9.201] Martenson, Hertzberg & Holdman menempati gedungnya sendiri, bangunan yang cenderung modern berjarak beberapa meter dari Cape Fear River dan tepat berada di tengah- tengah wilayah yang bernuansa kuno, dengan area parkir di kedua sisi gedung itu. Pada kedua sisinya dan juga di seberang jalannya, gedung gedung itu menyatu, salah satu bernuansa bebatuan terlihat padu satu sama lain, bagian depan terlihat jelek. Dia menepi pada suatu sisi hanya beberapa petak dari mobil Maria, dan bersebelahan dengan Corvette merah mengkilap.

  [9.202] Dia menggapai bunganya – teringat pada Lily dan perkataannya tentang harapan tertentu – kemudian memikirkan tentang Ken dan permasalahan yang dia timbulkan. Dia berpikir jika pria itu muncul di dekatnya; dia ingin menunjukkan siapa dirinya. Ketika dia mengunci pintu mobilnya, tiba-tiba dia melihat seluruh waktunya pagi ini merupakan hitungan mundur menuju ke waktu dimana dia dapat bertemu dengan Maria lagi. Yang lebih mengejutkan lagi bagi dirinya sendiri, dia telah merindukan Maria.

  BAB 10 [10.1] Maria

  [10.2] Ketika Barney mengasingkan dirinya di kantornya, menyiapkan dirinya untuk persidangannya, Maria mengerjakan dua pekerjaan. Dia menghabiskan sepanjang paginya dengan beberapa klien, memberikan yang terbaik untuk memastikan setiap kliennya merasa bahwa kasus mereka masihlah menjadi prioritasnya. [10.3] Setiap setengah jam sekali atau lebih, pembantu pengacara mereka, Lynn, akan memasuki ruangan dengan membawa dokumen-dokumen atau formulir yang harus diisi, dan meskipun begitu hanya hal itulah yang dapat Maria lakukan untuk tetap terjaga, menyibukkan diri bermanfaat baginya agar dia tidak terlalu meributkan kencan makan siangnya. [10.4] Atau lebih tepatnya, tentang bagaimana reaksi orang tuanya ketika mereka bertemu dengan Colin. Untuk sebuah permulaan – dan tidak seperti Luis – Colin adalah orang baru, dan walaupun itu bukan menjadi hal yang dipermasalahkan bagi orang-orang pada generasi Maria, orang tuanya mungkin saja akan terkejut. Dengan mengijinkan mereka bertemu Colin berarti bahwa hubungan mereka akan berlanjut ke tahap yang lebih serius, dan mereka mungkin akan selalu mengasumsikan bahwa Maria hanya akan serius berkencan dengan pria Mexico. Semua orang di keluarganya – walaupun hanya saudara karena pernikahan – adalah orang Mexico, dan nantinya akan ada perbedaan kebudayaan. Keluarganya merayakan setiap perkumpulan keluarga dengan belanga untuk anak-anak, mendengarkan Mariachi (musik tradisional Meksiko), tergila-gila dengan menonton telenovela (serial drama di televisi), dan berbincang hanya menggunakan bahasa Spanyol. [10.5] Beberapa bibi dan pamannya tidak berbicara menggunakan bahasa Inggris sama sekali. Maria tahu bahwa hal itu tidak akan menjadi masalah untuk keluarganya, tetapi mereka akan berpikir mengapa Maria tidak bercerita tentang masa lalu Colin. Semua pendapat setiap anggota keluarganya tentang hal itu mungkin akan terus turun-menurun, dengan kerabat- kerabatnya yang lebih muda mungkin akan lebih tidak menghiraukan pendapat yang ngawur tersebut. Tetapi dia masih saja tidak meragukan bahwa hal itu akan menjadi bahan perbincangan diantara keluarga dan kerabatnya di rumah makan, salah satu yang mungkin akan berlanjut walaupun setelah Maria dan Colin berpamitan. [10.6] Maria merasa masih bisa menghadapi hal itu. Hal lain yang masih dia ragukan apakah bisa dihadapinya atau tidak adalah perbincangan tentang masa lalu Colin, yang Maria tahu tidak dapat dihindarkan. Percakapan yang biasa pasti akan ada, tetapi apa yang akan terjadi jika ibu atau ayahnya mulai bertanya pada Colin hari ini? Maria mengira dia dapat menjawabnya dengan mengatakan bahwa mereka hanyalah teman dan mengarahkan pembicaraan ke arah yang berbeda, tetapi seberapa lama dia dapat mempertahankannya? Kecuali kalau hubungan mereka mereda setelah hari Sabtu – dan Maria mengakui bahwa dia tidak mengharapkannya – masa lalu Colin akan segera terungkap. Dan apa yang telah Serena katakan tentang hal itu? Saya bahkan tidak ingin berada di negara yang sama ketika kamu

  

menyiarkan berita itu. Bagi orangtuanya, hal itu tidak akan menjadi masalah karena dia

  sudah dewasa; mereka akan merasa tidak senang, dan merasa yakin bahwa mereka telah melakukan hal yang benar, karena hal itu sangatlah jelas bahwa Maria tidak mengerti dia sedang terlibat dengan hal apa. Dan hal tergilanya adalah, orang tuanya mungkin saja benar. [10.7] “Ada yang ingin menemuimu,” kata Jill. [10.8] Maria sedang bersama dengan Gwen, si resepsionis, yang baru saja memberikan informasi yang sama ketika Jill muncul di depan pintu, sebuah tas jinjing telah berada di bahunya. [10.9] “Saya baru saja mendengarnya,” sahutnya, menyadari bahwa jam sudah menunjukkan pukul dua belas lebih seperempat. “Saya tidak tahu bagaimana pagi telah berlalu. Sepertinya saya hanya berada di sini saja.” [10.10] Jill tersenyum. “Menurut saya kamu dan Colin akan pergi bersama?” [10.11] “Ya, tentang itu,” jawab Maria. “Maafkan saya karena tidak sempat bercerita padamu sejak tadi bahwa saya sudah ada rencana, karena saya terlalu sibuk sejak pagi tadi. Saya baru saja memiliki sedikit waktu untuk istirahat.” [10.12] “Tidak masalah,” sahut Jill, melambaikan tangannya. [10.13] “Saya ingat segala pekerjaan berat yang membuatmu lelah, ketika Barney sedang mempersiapkan persidangannya. Sebenarnya, saya kesini hanya ingin memberitahumu bahwa saya akan memberi kejutan pada Paul di kantornya dan membuat dia mengajak saya keluar.” [10.14] “Apakah kamu yakin tidak ada masalah?” [10.15] “Tidak tentang kencan makan siang. Tapi saya berharap kamu memberitahu saya kalau Colin datang, dan saya akan membawa Paul kemari juga, jadi dia dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa menjaga pola makan dan berolahraga sangat berpengaruh bagi seorang pria.” [10.16] “Paul baik-baik saja.” [10.17] “Mudah bagimu untuk mengatakannya. Lihatlah siapa yang menunggumu di ruang tunggu. Di sisi lain, Paul sedikit berlemak dan dia tidaklah peduli. Dan saya tahu kalau dia tidak peduli, karena saya telah memberikan sedikit isyarat padanya untuk mengembangkan dirinya. Sebagai contoh, ‘Taruh kuenya dan lakukanlah sedikit olahraga, demi kebaikanmu.” [10.18] “Kamu tidak benar-benar mengatakannya.” [10.19] “Tidak, tapi saya memikirkannya. Itu sama saja.” [10.20] Maria tertawa sambil merapikan barang-barangnya kemudian berdiri. [10.21] “Maukah kamu turun denganku?” [10.22] “Itulah mengapa saya masih menunggumu di sini. Saya juga ingin melihat bagaimana wajahmu ketika kamu mengetahuinya.”

  [10.23] “Mengetahui apa?” [10.24] “Kamu akan segera tahu.” [10.25] “Apa yang sedang kamu bicarakan?” [10.26] “Ayolah,” sahut Jill. “Dan tolong pastikan untuk memperkenalkan kami berdua. Saya ingin bercerita pada Paul tentang hal ini, terutama jika kekasihmu merayuku.” [10.27] “Colin bukan tipe orang yang suka merayu.” [10.28] “Siapa yang peduli? Yang terpenting adalah saya hanya ingin sedikit dekat dengannya, tentu saja untuk memastikan bahwa dia pantas untukmu.” [10.29] “Betapa baiknya dirimu.” [10.30] “Apa fungsinya seorang teman?” [10.31] Ketika mereka berjalan menuju ke ruang tunggu, Maria menarik napas dalam-dalam, merasakan ketakutannya membesar dengan sendirinya. Untung saja Jill tidak menyadarinya, pikirannya sedang fokus pada hal lain. [10.32] “Tunggu sebentar,” kata Jill. Maria melihat Jill menggapai tas jinjingnya, mengeluarkan lipstiknya, dia mengoleskan sedikit sebelum meletakkannya kembali ke dalam tasnya. [10.33] “Baiklah,” kata Jill. “Kita bisa pergi sekarang.” [10.34] Maria menatapnya. “Sungguh?” Jill berkedip. “Apa yang harus saya katakan? Kesan pertama itu penting.” [10.35] Di atas, Maria melihat dua orang asisten pengacara tiba-tiba mengelilingi pojok ruang tunggu, berbisik-bisik satu sama lain seperti sepasang siswi SMA. Jill menganggukkan kepala pada mereka. [10.36] “Sekarang kamu mengerti maksudku? Kamu benar-benar mengejutkanku. Dia adalah pria yang luar biasa.” [10.37] “Dia tidaklah seluar biasa itu.” [10.38] “Ohh..iya, tentu saja iya. Ayo. Kamu memiliki sebuah kencan dan kamu tidak boleh terlambat.” [10.39] Segera setelah Maria melihat Colin di ruang tunggu, perutnya terasa sedikit terguncang. Colin sedang menghadap ke arah yang berlawanan – dia menyadari Colin sedang menunggunya – dan dari belakang dia bisa saja dikira sebagai pengacara muda, sekalipun dengan pengecualian tatonya yang terlihat. Ketika Maria memandang sekilas ke arah resepsionis, dia mengetahui bahwa Gwen sedang berusaha keras untuk tidak melihat ke arah Colin ketika dia sedang sibuk dengan teleponnya.

  [10.40] Seharusnya Colin menyadari keberadaan mereka, dan ketika dia berbalik badan, Maria melihat bermacam-macam jenis bunga yang indah; oranye dan kuning, dengan warna merah yang berkumpul di bagian tengah. Mulutnya sedikit ternganga.

  [10.41] “Kejutan,” bisik Jill, tetapi Maria terlalu terkejut mendengarnya. [10.42] “Oh,” dia akhirnya berkata. [10.43] “Hai.” Saat mulai semakin dekat, dia hanya samar-samar sadar bahwa Jill masih berada di belakangnya. Semakin dekat, wangi tubuhnya bercampur dengan aroma bunga.

  [10.44] “Baju baru?” [10.45] “Baju kebebasan.” jawabnya. [10.46] “Mereka mungkin saja menahanku di penjara.” [10.47] Maria tersenyum menawan. Dan segera setelah itu dia berpikir, dan saya tidaklah

percaya bahwa jawabannya tidak membuatku cemas. Tetapi dia tidak ingin memikirkannya.

Dia memandang ke arah bunganya. “Untuk saya?” [10.48] “Ya,” sahutnya, memberikannya pada Maria. [10.49] “Itu adalah rangkaian bunga musim gugur.” [10.50] “Sangat cantik. Terima kasih.” [10.51] “Kembali.” [10.52] “Biarkan saya menaruhnya di kantor saya. Saya akan kembali kemudian kita bisa pergi.” [10.53] “Baiklah.” [10.54] Di belakang Maria, dia mendengar Jill memberi isyarat lalu Maria menoleh. “Oh ya, ini teman saya, namanya Jill. Dia adalah seorang konsultan pengacara disini.” [10.55] Jill mendekat dan Colin menjabat tangannya. “Hai, Jill.” [10.56] “Hai, Colin.” Dia menjabat tangannya, sikapnya ramah tetapi tetap professional. “Senang bertemu dengan anda.” [10.57] Sambil meninggalkan mereka yang sedang berbincang, Maria segera kembali ke kantornya, melihat kedua asisten pengacara tadi menatapnya dengan tatapan cemburu ketika Maria melewati mereka. Dia mencoba untuk mengingat kapan terakhir kalinya seseorang membawakannya bunga. Selain setangkai bunga mawar yang Luis berikan di hari Valentine setelah mereka berkencan selama satu tahun, dia tidak dapat mengingatnya lagi. [10.58] Setelah menatanya di sebuah vas yang lalu diletakkan di tempat yang terlihat jelas, Maria kembali ke ruang tunggu secepat mungkin untuk mendengar secuil akhir percakapan Jill dengan Colin.

  [10.59] Jill menoleh. “Saya dengar kamu adalah fotografer yang handal. Colin bercerita bahwa kamu mengambil gambar segerombolan ikan lumba-lumba yang menakjubkan?” [10.60] “Dia hanya terlalu melebih-lebihkan.” sahutnya. [10.61] “Saya hanya beruntung.” [10.62] “Saya tetap ingin melihatnya.” [10.63] “Saya akan mengirimkannya padamu,” jawabnya. [10.64] Lalu berpaling kepada Colin: “Sudah siap?” [10.65] Colin mengangguk, dan setelah berpamitan dengan Jill, mereka berjalan menuju ke area parkir. [10.66] “Temanmu sangat baik.” kata Colin. [10.67] “Dia luar biasa.” sahut Maria menyetujuinya. “Kalau tidak ada dia, saya akan terus tetap makan sendirian sejak berada di sini.” [10.68] “Sampai hari ini,” Colin berkata sambil tersenyum. [10.69] “Bagaimana pekerjaanmu?” [10.70] “Saya terkubur,” akunya. “Tapi saya berharap hal itu akan segera mereda. Atasan saya akan pergi bertugas keluar kantor hari ini dan besok.” [10.71] “Kalau itu persoalannya, saya tidak akan merekomendasikan kamu mengadakan pesta hebat dan mengabaikan tugas kantor jika dia tidak ada. Saya telah belajar bahwa itu hanya akan menyakiti orang-orang.” [10.72] “Saya akan mengingatnya,” jawab Maria sedangkan Colin membukakan pintu depan mobil untuknya. [10.73] Dia masuk ke dalam mobil Camaro. [10.74] Ketika Colin berada di belakang kemudinya, dia mencondongkan tubuhnya ke arah Maria, dengan kunci di tangannya. “Saya sedang berpikir apakah kita akan pergi ke rumah makan di kota? Mungkin kita bisa saja mendapatkan meja di luar dengan pemandangan yang indah.” [10.75] Oh ya, pikirnya. Tentang hal itu. Maria memainkan sabuk pengamannya, memikirkan bagaimana cara menjelaskannya pada Colin. [10.76] “Terdengar bagus,” dia berspekulasi, “dan seperti biasa, saya akan senang pergi ke sana. Tetapi permasalahannya adalah, semalam ketika kamu menelepon, saya sedang berada di rumah orang tua saya, dan saya berkata bahwa kita akan pergi makan siang, dan…” dia menghela napasnya, memutuskan dia akan mengatakannya dengan mudahnya. “Mereka berharap kita akan makan siang di rumah makan kami.”

  [10.78] “Kamu ingin saya bertemu dengan orang tuamu?” [10.79] Tidak juga. Belum. Tetapi… Maria mengerutkan hidungnya, tidak yakin bagaimana dia harus menanggapinya, berharap Colin tidak marah. “Kurang lebih seperti itu.” [10.80] Dia memasukkan kunci ke dalam mesin. [10.81] “Baiklah,” jawabnya. [10.82] “Sungguh? Kamu tidak masalah dengan itu? Walaupun kita baru saja bertemu?” [10.83] “Tidak.” [10.84] “Kalau kamu tahu, hal itu akan mengganggu bagi kebanyakan pria.” [10.85] “Baik.” [10.86] “Hmmm… baguslah,” kata Maria.

  [10.87] Colin tidak langsung mengatakan apapun. Akhirnya dia berkata: “Kamu gugup.” [10.88] “Mereka tidak mengetahuimu seperti saya mengetahuimu.” dia menarik napas perlahan, berpikir, Sekaranglah bagian tersulitnya. “Nanti ketika bertemu dengannya, kamu harus mengerti bahwa mereka itu kuno. Ayahku selalu bersikap melindungi dan ibuku pencemas, dan saya takut ketika mereka mulai bertanya…” [10.89] Ketika Maria terhenti, Colin menyelesaikannya untuk Maria. [10.90] “Kamu takut apa yang akan saya katakan kepada mereka, dan bagaimana mereka akan menanggapinya.” [10.91] Walaupun Maria tidak menjawab, dia mengira Colin telah mengetahui apa yang sedang dia pikirkan.

  [10.92] “Saya tidak akan berbohong pada mereka,” kata Colin. [10.93] “Saya tahu,” jawab Maria. Itulah masalahnya. “Dan saya tidak akan memintamu untuk berbohong. Saya tidak ingin kamu berbohong, tetapi hal itu masih saja membuat saya cemas.” [10.94] “Karena masa lalu saya,” kata Colin.

  [10.95] “Saya harap saya tidak harus mengatakan apapun kepadamu, dan saya meminta maaf. Secara logis, saya tahu jika saya telah dewasa dan saya seharusnya boleh saja berkencan dengan siapapun yang saya mau dan itu seharusnya tidak masalah bagi mereka. Tetapi begitulah kenyataannya. Karena saya masih ingin mendapat restu dari mereka. Dan percayalah padaku, saya tahu ini terdengar buruk.” [10.96] “Itu tidak terdengar buruk, itu normal.” [10.97] “Kamu tidak butuh restu.” [10.98] “Evan mungkin akan mengatakan bahwa saya tidak waras.”

  [10.99] Meskipun merasa tegang, dia tertawa sebelum akhirnya diam lagi. “Apakah kamu marah padaku?” [10.100] “Tidak,” jawab Colin. [10.101] “Tetapi mungkin kamu sakit hati.” [10.102] “Tidak,” jawabnya lagi. [10.103] “Lalu apa yang kamu rasakan?” [10.104] Colin tidak langsung menjawab. [10.105] “Saya merasa… tersanjung,” dia akhirnya menjawab. [10.106] Maria mengedipkan matanya. “Tersanjung? Bagaimana mungkin kamu bisa merasa tersanjung?” [10.107] “Itu rumit.” [10.108] “Saya masih tetap ingin mendengarnya.” [10.109] Dia mengangkat bahunya. “Karena kamu mengatakan pada saya bagaimana perasaanmu, walaupun kamu beranggapan bahwa itu akan melukai perasaan saya. Dan kamu mengatakan hal yang sesungguhnya, lagipula kamu melakukan kedua hal tersebut dari sudut pandang yang sensitif dan khawatir, karena kamu ingin mereka menyukai saya. Itu membuat saya merasa tersanjung.” [10.110] Maria tersenyum, setengah dari dirinya merasa terkejut dan setengahnya berpikir bahwa Colin benar. “Saya rasa saya akan berhenti mencoba memprediksi apapun tentang dirimu.” [10.111] “Baiklah.” sahut Colin. Dia memutar kunci dan mesinnya langsung menyala. Sebelum dia memasukkan tuasnya, dia menoleh ke arah Maria. “Jadi apa yang kamu ingin lakukan sekarang?” [10.112] “Pergi makan siang? dan berharap yang terbaik?” [10.113] “Terdengar seperti sebuah rencana.” [10.114] La Cocina de La Familia terletakbeberapa blok dari Market Street di kawasan pasar lama, tetapi area parkir di depan rumah makan itu telah penuh. Ketika mereka tiba di depan pintu, Colin memaksa Maria untuk bersikap setenang mungkin, yang justru membuat Maria semakin gugup. Dia menggapai tangan Maria, dan sebaliknya Maria menggenggam tangan Colin, seperti seseorang yang sedang menggenggam erat jaket pelampung di atas kapal yang akan tenggelam. [10.115] “Saya lupa bertanya apakah kamu menyukai makanan Meksiko.” [10.116] “Saya ingat saya dulu sangat menyukainya.”

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Karanggondang 01 Kec. Pabelan Kab. Sema

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Karanggondang 01 Kec. Pabelan Kab. Semarang Semester II Tahun P

0 2 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Banjardowo Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Semester II Tah

0 4 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Banjardowo Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Semester II Tah

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Banjardowo Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Semester II Tah

0 0 113

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Pendekatan Problem Solving Siswa Kelas 4 SDN 1 Kalangbancar Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul IPA Berbasis Model Keterhubungan Materi Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya untuk Siswa Kelas 4 Semester II Sekolah Dasar

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul IPA Berbasis Model Keterhubungan Materi Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya untuk Siswa Kelas 4 Semester II Sekolah Dasar

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul IPA Berbasis Model Keterhubungan Materi Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya untuk Siswa Kelas 4 Semester II Sekolah Dasar

0 0 16

BAB II DASAR TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Proteksi Integritas Data dengan Metode CRC32 dan SHA-256 pada Aplikasi Peng dan Transfer File

0 0 9