BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahaya - Analisis Bahaya pada Pekerja Bagian Workshop PT. X Medan Tahun 2015
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahaya
Menurut Ridley (2008), bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian/ kelukaan. Menurut Suma’mur (1987), bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata.
Bahaya kesehatan adalah sesuatu yang dapat menghasilkan efek negatif terhadap kesehatan masyarakat, baik langsung atau dari waktu ke waktu. WHO (1999) telah mengidentifikasi langkah-langkah utama dalam penilaian bahaya kesehatan: identifikasi bahaya, karakterisasi risiko, penilaian paparan, dan estimasi risiko. Menyelesaikan penilaian bahaya yang sukses membutuhkan bantuan orang terlatih dalam kesehatan masyarakat yang berdedikasi untuk mencegah masalah kesehatan di tempat kerja (Healey dan Walker, 2009).
2.1.1 Jenis Bahaya
Menurut Kurniawidjaja (2010), bahaya kesehatan di tempat kerja dapat berasal dari semua komponen kerja berupa:
1. Bahaya tubuh pekerja (somatic hazard) Bahaya tubuh pekerja, merupakan bahaya yang berassal dari dalam tubuh pekerja yaitu kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya seorang pekerja yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan kabel listrik warna-warni, bahaya somatiknya dapat membahayakan dirinya maupun orang lain di sekelilingnya bila ia salah menyambung warna kabel listrik tertentu karena tindakan ini berpotensi menimbulkan kebakaran atau ledakan.
2. Bahaya perilaku kesehatan (behavioral hazard) Bahaya perilaku kesehatan yaitu bahaya yang terkait dengan perilaku kerja.
Contohnya adalah mode rambut panjang di ruang mesin berputar telah mengakibatkan seorang pekerja di tambang batubara tertarik dalam mesin dan hancur tubuhnya karena tergiling mesin penggiling bongkahan batu (crusher).
3. Bahaya lingkungan kerja (environmental hazard) berupa faktor fisik, kimia, dan biologi Bahaya lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia, biologi berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya atau intensitas pajanannya tinggi melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja (efek kesehatannya masuk kedalam penyakit akibat kerja).
Faktor fisik berpotensi menimbulkan Penyakit Akibat Kerja (PAK), dari
penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam golongan faktor fisik serta pekerja berisiko terpajan antara lain: a. Bahaya mekanik
Bahaya mekanik dapat menimbulkan risiko trauma atau terluka akibat kecelakaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor mekanik di tempat kerja antara lain adalah terbentur, tertusuk, tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir, tertabrak, terbakar, terkena serpihan ledakan, tersiram, dan tertelan. Sementara itu, risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik tersebut adalah cedera seperti luka, luka bakar, perdarahan, tulang patah, jaringan robek, sesak napas, jantung berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke dalam tubuh (khususnya mata), bila cedera yang ditimbulkan berat dapat menimbulkan kematian.
b. Bising Bising adalah bunya maupun suara-suara yang tidak dikeheendaki dan dapat menggaggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi, dari area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti di pasar dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan alat, hingga suara gaduh manusia. Pekerja berisiko terpajan bising adalah mereka yang bekerja di pabrik bermesin bising terutama di bagian produksi dan di bagian perawatan mesin, pekerja sektor kendaraan umum, pekerja di bengkel, dan lainnya.
c. Getar atau vibrasi Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran, muskuloskeletal, keseimbangan, white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body
vibration ) seperti pemotong rumput yang membawa mesin di punggungnya dan
pengemudi. Selain itu, ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan lengan, contohnya adalah di pabrik atau bengkel otomotif, pekerja berisiko terpajan getar di tangannya adalah mereka yang menggunaan alat tangan getar dan/ atau pneumatik perkusi, seperti saat melakukan tugas mengebor logam dan memukul pelat baja.
d. Suhu ekstrem panas
Tekanan panas yang meelebihi kemampuan adaptasi, dapat menimbulkan
heat cramp , heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja,
tekanan panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan ssuhu ekstrem panas yang bersumber dari peralatan maupun lokasi kerja tertentu. Contoh peralatan kerja yang dapat mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah tempat pembakaran (furnace), dapur atau tempat pemanasan (boiler), mesin pembangkit listrik (generator) atau mesin lainnya.
e. Suhu ekstrem dingin Pajanan suhu ekstrem dingin di lingkunag kerja, dapat menimbulkan frostbite yang ditandai dengan bagian tubuh mati rasa di ujung jari atau daun telinga, serta gejala hipotermia yaitu suhu tubuh di bawah 35°C dan dapat mengancam jiwa. Pekerja yang berisiko terpajan bahaya suhu ekstrem dingin adalah penyelam, pekerja di cold storage, di ruang panel yang menggunakan alat elektronik dalam ssuhu ekstrem dingin, pekerja konstruksi, dan lainnya.
f. Cahaya Cahaya yang kurang atau terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau terus menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka pendek menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau kelelahan mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga dapat menimbulkan eye strain dan kelainan visus. Semua pekerja berpotensi mengalami insufisiensi cahaya dalam bekerja bila tidak memerhatikan kecukupan cahaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu, terutama dalam melaksanakan pekerjaan yang memerlukan cahaya yang cukup dan ketelitian tinggi. Sedangkan pekerja berisiko terpajan silaunya cahaya contohnya pekerja yang menggunakan visual display terminal seperi komputer dan televisi.
g. Tekanan Tekanan hiperbarik adalah tekanan yang melebihi 1 atm/ BAR, sering diialami oleh orang yang berada di bawah permukaan laut, semakin dalam lokasinya semakin tinggi tekanannya. Efek dari tekanan hiperbarik adalah barotitis dan barotrauma yang dapat menimbulkan kerusakan telinga tengah dan paru. Pekerja berisiko terpajan tekanan hiperbarik adalah mereka yang beekerja di bawah laut, seperti penyelam, pemelihara atau pengambil mutiara, pemelihara kapal laut, tim penyelamat (rescue team), dan pekerja konstruksi baawah laut.
h. Radiasi pengion Radiasi pengion antara lain adalah sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, sinar-
X, dan neutron. Pekerja berisiko terpajan radiasi pengion adalah mereka yang bekerja dengan alat atau mesin yang menggunakan sinar yang memancarkan radiasi pengion, seperti radiografer di bagian radiologi suatu klinik atau rumah sakit, pekerja di laboratorium kimia, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan lainnya. Efek buruk dari radiasi pengion adalah efek genetik, karsinogenik, dan gangguan perkembangan janin. i. Radiasi bukan pengion (gelombang eleektromagnetik)
Radiasi bukan pengion dapat menimbulkan kelainan kulit dan mata. Radiasi bukan pengion merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik dengan gelombang yang panjang (>100 nm) dan berada dalam frekuensi rendah sehingga pancaran energinya tidka cukup kuat untuk mengionisasi atom dari sel tubuh yang dilaluinya.
Contoh penghasil radiasi bukan pengion antara lain sinar inframerah (infrared),
microwave , ultra-sound, video display terminal (VDT), sinar ultraviolet, ponsel dan
sinar laser. Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan atau lokasi kerjanya berdekatan dengan mesin atau peralatan yang mengeluarkan gelombang elektromagnetik, misalnya tukang las, operator telepon, operator VDT.
Faktor kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas
spektrumnya, dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal, sampai yang berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru, bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh pekerja yang terpajan, yang terberat adalah kematian. Bahan kimia dapat merupakan suatu zat yang toksik yang tunggal atau berupa campuran senyawa kimia toksik.
Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang ada di tempat kerja sangat beragam jenis maupun bentuknya, yang paling sering digunakan dalam duni kerja dan dunia usaha adalah sebagai berikut: a. Logam berat
Banyak logam berat yang digunakan di berbagai tempat kerja, jarang dalam bentuk murni namun dalam bentuk senyawa seperti timbal, merkuri, kadmium, krom,
cobalt , arsen, aluminium, berilium, nikel, dan mangan. Sebagai contoh timbal banyak digunakan di industri baterai, kabel, insektisida, dan cat. b. Solvent/ Pelarut organik Pelarut organik adalah kelompok senyawa hidrokarbon (HC), seperti hidrokarbon alifatik, hidrokarbon aromatik, atau hidrokarbon bersubtitusi. Pelarut organik yang banyak digunakan di industri antara lain adalah asam sulfat, asam fosfat, benzena, toluena, xylena, formaldehid, aseton, tetraklorokarbon, trikloretilen, alkohol, alkali, dan ester. Penggunaan pelarut organik sangat luas hampir di semua bidang kegiatan manusia, sebagai contoh antara lain digunakan untuk: a)
Melarutkan hidrokarbon lain seperti tar, lilin, minyak, dan bahan petrokimia
b) Memproduksi polimer dari monomer, misalnya monomer acrylamide menghasilkan polimer acrylamide yang digunakan untuk penghancur pengendapan di bidang waste dan water treatment
c) Membuat pupuk asam fosfat, pigment inorganik, serat tekstil buatan, bubur kertas dari asam sulfat d)
Mengencerkan cat, tinta, perekat
e) Menghilangkan oli pada perlengkapan mesin
f) Mencuci pakaian cara kering (dry clean)
g) Sebagai bahan pemuti
h) Sebagai bahan pendukung dalam proses produksi di bidang farmasi
c. Gas dan uap Gas dan uap di udara tempat kerja ada yang bersifat asphyxiants, iritasi lokal, sensitisasi, dan yang toksik. Gas asphyxiants menimbulkan tubuh kekurangan oksigen (normal 20%), ada dua jenis yang berbeda cara kerjanya, yaitu gas simple
asphyxiants dan gas chemical asphyxiants. Gas simple asphyxiants menggantikan oksigen secara fisik, seperti karbon dioksida, nitrogen, gas inert seperti helium, argon, neon; gas hidrokarbon alifatik dengan bobot molekul rendah (C1 sampai dengan C4) seperti gass metana, etana, propana, dan butana. Gas chemical
asphyxiants melalui reaksi kimia atau menghambat transportasi oksigen, seperti
karbon monoksida, hidrogen sianida, dan hidrogen sulfida.Faktor Biologik berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja, dari
penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor biologik serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV), bakteri (Tuberkulosis, Bruselosis, Leptospirosis), jamur (Coccidiomycosis, Aktinomikosis), serta parasit (Hookworm, Malaria).
4. Bahaya ergonomik (ergonomic hazard) berupa faktor postur janggal, beban berlebih, durasi panjang, frekuensi tinggi Bahaya ergonomik yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja termasuk work station.
5. Bahaya pengorganisasian pekerjaan (work organization hazard) dan budaya kerja (work culture hazard)
Contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja berlebih atau pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai jauh malam dan mengabaikan kehidupan sosial pekerja.
Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat ddiklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bahaya Mekanis
Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain,
Bahaya yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan lainnya.
Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.
2. Bahaya Listrik Merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemkan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
3. Bahaya Kimiawi Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain: a.
Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic).
b.
Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air aki, dan lainnya. c.
Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG, dan lainnya.
d.
Polusi dan pencemaran lingkungan.
4. Bahaya Fisis Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain: a. Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran b.
Tekanan c. Getaran d. Suhu panas atau dingin e. Cahaya atau penerangan f. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah
5. Bahaya Biologis Di berbagai lingkungan terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.
2.1.2 Sumber Informasi Bahaya
Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safety data sheet).
1. Kejadian Kecelakaan
Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melalui informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil penelitian dan kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa.
Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal bahaya misalnya:
- Lokasi kejadian
- Peralatan atau alat kerja
- Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan
- Data-data korban berkaitan dengan usia, pengamlaman, pendidikan, masa kerja, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik serta informasi lainnya.
- Waktu kejadian
- Bagian badan yang cedera
- Keparahan kejadian 2.
Kecenderungan Kejadian Identifikais bahaya juga dapat dilakukan dengan mempelajari kecenderungan atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam periode setahun ditemukan banyak pekerja yang menderita penyakit pernafasan, terkena semburan bahan kimia, atau jatuh dari tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja (Ramli, 2010).
2.2 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini terdapat dua permasalahan penting, yaitu kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Suma’mur, 1987).
2.2.1 Penyebab Terjadinya Kecelakaan
Menurut Djati (2001) penyebab kecelakaan dapat dibagi 2: 1. Kondisi tidak aman (unsafe condition)
Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari Industrial
Hygiene , yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Apabila
tempat kerja tidak mengikuti aturan kesehatan dan keselamatan kerja yang telah ditentukan maka terjadilah konsisi yang tidak aman sebagai contoh, lantai yang licin sehingga dapat menyebabkan jatuhnya seseorang, selang air yang melintang di jalan, dan lain-lain.
2. Tindakan tidak aman (unsafe action)
Menurut penelitian hampir 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat disebabkan oleh: a. Karena tidak tahu
Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada. b.
Karena tidak mampu/ tidak bisa Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman, bahaya- bahaya yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia melakukan kesalahan.
c.
Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan peraturan- peraturannya serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena tidak mau melaksanakan maka terjadi kecelakaan, misalnya tidak mau memakai alat keselamatan atau meleepas alat pengaman.
Menurut Rijanto (2010), penyebab-penyebab yang paling sering menyababkan kematian dan cedera adalah:
1. Jatuh Orang-orang jatuh karena jalan yang menuju dan dari tempat kerja tidak baik, atau tempat kerjanya itu sendiri tidak aman. Ada 5 kelompok pekerjaan berisiko tinggi dimana jatuh merupakan akibat yang utama, yaitu: Pekerjaan atap, pekerjaa pemasangan konstruksi baja, pekerjaan pemasangan rangka, pengecoran beton, dan pekerjaan pembongkaran.
2. Benda-benda jatuh dan roboh Orang dapat kejatuhan benda yang sedang ddiangkat, benda yang terguling atau yang terlepas dari kedudukannya; kejatuhan atau tertimbun oleh bahan-bahan saat penggalian, robohnya bangunan atau rangka.
3. Kecelakaan-kecelakaan akibat listrik
Orang-orang menderita syok listrik dan terbakar bila menggunakan peralatan yang tidak aman dan bila tersentuh pada kabel-kabel listrik di atas kepala dan kabel-kabel yang ditanam.
4. Alat berat yang bergerak
Konstruksi peralatan ini berat dan tempat dimana bidang pandang operatornya tidak baik, orang yang berjalan di lokasi pekerjaan dapat cedera atau meninggal disebabkan kendaraan yang bergerak, terutama saat mundur.
2.2.2 Kerugian yang Disebabkan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian (K): 1. Kerusakan 2.
Kekacauan organisasi 3. Keluhan dan kesedihan 4. Kelainan dan cacat 5. Kematian
Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama bagi kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tidak mamp bekerja, kompensasi cacat, dan biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerussakan bahan-bahan. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beeberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Biaya ini mencakup berhentinya proses produksi oleh karena pekerja-peekerja lainnya menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang menderita oleh karena kcelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di tempat itu, dan lain-lain.
2.2.3 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja
h) Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi i)
c) Mesin-mesin untuk mengerjakan logam
b) Mesin penyalur (=transmisi)
a) Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik
Mesin
2. Klasifikasi menurut penyebab a.
Jenis-jenis lain termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidaak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk kalsifikasi tersebut.
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional tahun 1962 dalam Suma’mur (1987) adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
f) Pengaruh suhu tinggi
e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
d) Terjepit oleh benda
c) Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh
b) Tertimpa benda jatuh
a) Terjatuh
g) Terkena arus listrik d) Mesin-mesin pengolah kayu
e) Mesin-mesin pertanian
f) Mesin-mesin pertambangan
g) Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut, b.
Alat angkut dan alat angkat
a) Mesin angkat dan peralatannya
b) Alat angkutan di atas rel
c) Alat angkutan lain yang beroda terkecuali kereta api
d) Alat angkutan udara
e) Alat angkutan air
f) Alat-alat angkutan lain c.
Peralatan lain
a) Bejana bertekanan
b) Dapur pembakar dan pemanas
c) Instalasi pendingin
d) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik (tangan).
e) Alat-alat listrik (tangan)
f) Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik.
g) Tangga d.
Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
a) Bahan peledak
b) Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak c) Benda-benda melayang
d) Radiasi
e) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut e.
Lingkungan kerja
a) Di luar bangunan
b) Di dalam bangunan
c) Di bawah tanah f.
Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut
a) Hewan
b) Penyebab lain g.
Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai
1. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
a) Patah tulang
b) Dislokasi/ keseleo
c) Regang oto/ urat
d) Memar dan luka dalam yang lain
e) Amputasi
f) Luka-luka lain
g) Luka di permukaan
h) Gegar dan remuk i)
Luka bakar j) Keracunan-keracunan mendadak k) Akibat cuaca, dna lain-lain l)
Mati lemas m) Pengaruh arus listrik n)
Pengarush radiasi o) Luka-luka yang banyaj dan berlainan sifatnya p) Lain-lain
3. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh
a) Kepala
b) Leher
c) Badan
d) Anggota atas
e) Anggota bawah
f) Banyak tempat
g) Kelainan umum
h) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut
2.2.4 Prinsip-prinsip Pencegahan Kecelakaan
Menurut Ridley (2008), sasaran pencegahan kecelakaan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan jika kecelakaan terjadi, mencegahnya agar tidak terulang kembali.
Adapun prosedur pencegahan kecelakaan adalah: 1. Mengidentifikasi bahaya 2.
Menghilangkan bahaya
3. Mengurangi bahaya hingga seminm mungkin jika penghilangan bahaya tidak dapat dilakukan
4. Melakukan penilaian risiko residual 5.
Mengendalikan risiko residual Pencegahan cedera memiliki dua komponen utama: mengantisipasi potensi bahaya dan desain tempat kerja. Sistem surveilans yang dikembangkan dengan data yang baik dapat membantu perusahaan mengantisipasi cedera potensial, baik itu kecelakaan atau tindak kekerasan. Cedera seharusnya tidak lagi dianggap akibat yang dihasilkan dari berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Sebaliknya, pengusaha harus menganggap mereka sebagai peristiwa-biaya tinggi dalam hal biaya pengobatan dan kehilangan produktivitas, biaya yang dibayar oleh pekerja, pengusaha dan akhirnya konsumen. Namun, banyak perusahaan menganggap hal tersebut sekadar kepatuhan, bukan pencegahan proaktif. Selain itu, jumlah saat ini yang dikeluarkan oleh pemerintah pada pencegahan cedera kecil jika dibandingkan dengan uang yang dialokasikan untuk penyakit yang paling kronis. Tetapi pengusaha beruapaya untuk memiliki program pencegahan cedera yang dirancang dengan baik di tempat kerja (Healey dan Walker, 2009).
2.3 Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam suatu upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan manajemen risiko untuk menjawab pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi/ perusahaan dan bagaimana terjadinya (Ramli, 2010).
Menurut Rijanto (2011), untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus yang berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari bahaya-bahaya.
Untuk itu perlu dijawab beberapa pertanyaan tentang setiap langkahnya: 1.
Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat luka, dengan suatu objek?
2. Dapatkah pekerja terjepit pada, atau diantara objek? 3.
Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerja dapat terjatuh, pada lantai yang sama atau yang lain?
4. Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk, atau memelintir?
5. Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan? Contohnya, apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau radiasi? Pengamatan terhadap pekerjaan harus diulang sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan sampai semua bahaya dan potensi kecelakaan teridentifikasi.
Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan risiko yang sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk itu pekerja- pekerja dapat membantu menidentifikasi risiko-risiko berdasarkan pengalaman mereka.
Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko adalah melakukan penlaian setiap laporan survei dan/ atau inspeksi K3 atau lingkungan yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko antara lain:
1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi kerja.
2. Laporan kecelakaan/ insiden dari area umum di lokasi kerja.
3. Laporan pengamatan kerja.
4. Peraturan kerja khusus di lokasi.
5. Kebutuhan alat pelindung diri.
6. Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.
2.3.1 Tujuan Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain: a.
Mengurangi peluang kecelakaan Identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan, dengan melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dapat diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat ditekan.
1 Fatal
30 Kecelakaan berat 300
Kecelakaan serius 3000
Kecelakaan ringan 30.000
Tindakan dan kondisi tidak aman Gambar 2.1: Rasio kecelakaan menurut Dupont
Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah:
1 : 30 : 300 : 3000 : 30.000
yang artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat, 300 kali kecelakaan serius, dan 3000 kali kecelakaan ringan.
Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi penyea kecelakaan yang menjadi dasar piramida, maka peluang terjadinya kecelakaan dapat diturunkan. Maka dari itu perlunya diupayakan mengidentifikasi seluruh sumber bahaya di tempat kerja.
b.
Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.
c.
Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan leih efektif.
d.
Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha yang akan dilakukan (Ramli, 2010).
2.3.2 Teknik Identifikasi Bahaya
Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas: 1.
Metoda pasif 2. Metoda semi proaktif 3. Metoda aktif a.
Teknik pasif Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Cara ini ersifat primitif dan terlamat, karena langkah pencegahan diambil setelah kecelakaan terjadi.
b.
Teknik semi proaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena;
a) tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan.
b) tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran.
c) kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain.
Sejalan dengan hal ini, setiap sistem K3 mensyaratkan untuk melakukan penyelidikan kecelakaan sebagai “lesson learning” agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
c.
Teknik Proaktif Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan.
Tindakan proaktif memiliki kelebihan; 1)
Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera.
2) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.
3) Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerja setelah mengetahui dan mengenal bahaya di tempat kerja.
4) Mencegah pemborosan, karena bahaya dapat menimbulkan kerugian.
Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain:
1. Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3 2.
Hazops (Hazard and Operability Study) 3. Analisa Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis-JSA) 4. Analisa Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis-TRA)
2.3.3 Pemilihan Teknik Identifikasi Bahaya
Teknik identifikasi bahaya yang digunakan harus sesuai, karena sangat menentukan efektivitas identifikasi bahaya yang dilakukan. Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya yang tepat antara lain:
1) Sistematis dan terstruktur
2) Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang belum pernah dikenal sebelumnya.
3) Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan. 4) Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan. Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi antara lain:
1. Manusia 2.
Peralatan 3. Proses 4. Sistem dan Prosedur a.
Manusia
Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada saat melakukan aktivitasnya masing-masing., b.
Peralatan Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut, dan lainnya dapat menjadi sumer bahaya bagi manusia yang menggunakannya.
c.
Material Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan karakteristik masing-masing.
d.
Proses Semua kegiatan dalam proses produksi mengandung bahaya baik bersifat fisis atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran.
e.
Sistem dan Prosedur Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Contohnya seorang pekerja yang bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan kelelahan yang akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak aman, misalnya menurunnya konsentrasi pada akhirnya mendorong terjadinya kecelakaan.
Tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau 100% bahaya yang ada tetapi dapat dibagi sesuai kondisi umum, sifat kegiatan, sumber bahaya dominan, dan unsur produksi yang merupakan objek penelitian.
Lain-lain What If, Hazard Identification, dll
Proses
Hazard and Operability
Study, Fault Tree Analysis,
What If, Preliminary Hazard
Analysis
Manusia
Job Safety Analysis, Task Risk
Analysis
Sistem dan ProsedurJob Safety Analysis, What If, dll Peralatan/ Teknis
Failure Mode and Effect Analysis, What If
Gambar 2.2. Program identifikasi bahaya yang sesuai untuk menjangkau potensi bahaya dalam kegiatan perusahaan2.3.4 Proses Identifikasi Bahaya
Secara garis besar tahapan identifikasi bahaya adalah merinci bahaya-bahaya yang ada sampai level detail dan kemudian menetukan signifikansinya (potensi) dan penyebabnya, melalui program survei dan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang ada.
Mesin dan peralatan Sumber Identifikasi
Tenaga Kerja Proses Kerja dan bahan Bahaya berbahaya Lokasi Kerja
Gambar 2.3 Proses Identifikasi Bahaya K3Tahapan identifikasi bahaya diawali dengan menyusun daftar kejadian- kejadian yang tidak diharapkan yang mungkin menyebabkan terjadi kecelakaan maupun gangguan kesehatan.
2.4 Hazards and Operability Study (HAZOPS)
HAZOPS adalah teknik mengidentifikasi dan menganalisis bahaya yang digunakan untuk industri proses dan aktivitas industri lainnya. Prinsip yang digunakan dalam HAZOPS untuk membantu pelaksanaannya menggunakan terminologi sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kosakata yang digunakan dalam Hazops Kosakata PenjelasanNode Titik/ bagian dari proses yang ditentukan sebagai objek analisa Kata-kata singkat yang digunakan untuk membantu
Guide Word
mengarahkan jalannya diskusi pada saar meninjau suatu parameter proses. Contoh: no, more, less, low, high,
part of, dan lain-lain.
Parameter Rujukan / ukuran proses tertentu yang ditinjau. Misal: temperature, pressure, flow dan lain-lain
Deviation Penyimpangan proses yang seharusnya (penggabungan
dari guide worddan parameter)
Alasan yang dikemukakan mengapa suatu Cause
penyimpangan dapat terjadi
Consequence Akibat atau konsekuensi yang dihasilkan jika terjadi
penyimpangan
Safe Guard Peralatan dan instrumen yang ditambahkan untuk tujuan
pengendalian dan pengamananserta sistem yang dibuat secara administratif untuh mencegah suatu penyimpanganterjadi atau mengurangi consequences yang terjadi sebagai akibat penyimpangan
Recommendation Rekomendasi untuk perubahan design, prosedur operasi atau untuk studi lebih lanjut.
2.4.1 Kelebihan HAZOPS
Menurut Ramli (2010), teknik HAZOPS merupakan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis sehingga dapat menghasilkan kajian yang komprehensif.
Kajian HAZOPS juga bersifat multi disiplin sehingga hasil kajian akan lebih mendalam dan rinci karena telah ditinjau dari berbagai latar belakang disiplin dan keahlian. Metode ini sangat membantu tindakan perbaikan dan pencegahan yang mungkin dapat digabungkan kedalam suatu sistem.
2.4.2 Proses Kajian Hazops
Tentukan Objektif Persiapan
Bentuk Tim Pilih Node Kumpulkan Data
Proses Data Pilih Parameter
Kajian Rancangan Gunakan Kata Bantu
Penyebab Konsekuensi Analisa Deviasi
Pengamanan Laporan pemantauan
Rekomendasi
Gambar 2.4 Proses kajian prinsip HazopsKajian Hazops dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Persiapan Sebagai langkah persiapan antara lain menentukan objektif kajian.
Apakah untuk kajian sutu proyek baru, modifikasi, atau untuk tujuan lainnya. Tentukan unit proses yang dikaji. Kajian Hazops bersifat multidisiplin misalnya dari fungsi teknis, operasi, proses, listrik, instrumen, safety, dan lainnya. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk suatu kajian Hazops antara lain gambar P&ID (Process &
Instrumentation Diagram ), PFD (Process Flow Diagram), gambar teknis dan
data lainnya mengenai unit yang akan dievaluasi.2. Pemilihan node kajian Titik kajian dalam teknik Hazops disebut node. Pemilihan titik kajian ini tergantung keahlian dan pengalaman timkajian. Bagi tim pemula, pilihlan kajian yang tidak terlalu luas dan sederhana.
3. Pemilihan parameter Berdasarkan node yang telah dipilih tersebut, tim menentukan apa saja parameter yang berkaitan dengan node terkait. Misalnya pada titik node pompa air, ada parameter aliran, tekanan, dan suhu.
4. Penggunaan kata bantu hazops Semua parameter yang diketahui tersebut dikaji secara mendalam dengan menggunakan kata bantu yang dikombinasikan dengan parameter yang ada. Misalnya apakah ada kemungkinan no-flow pada pompa? 5. Analisa deviasi
Jika deviasi sudah diperoleh lakukan kajian leboh rinci yang berkaitan potensi bahaya. Apa saja bahaya yang ada jika terjadi no-flow pada pompa.
Apa penyebab terjadinya no-flow tersebut dan apa konsekuensinya terhadap sistem operasi.
6. Laporan dan pemantauan Langkah berikutya dari Hazops adalah membuat laporan tentang hasil kajian. Laporan ini akan digunakan untuk meningkatkan sistem, prosedur, sarana, dan kondisi, operasi yang ada. Sebagai langkah terakhir adalah melakukan pemantauan apakah rekomendasi tersebut telah dijalankan dan apakah hasilnya telah efektif untuk mengendalikan risiko sebagaimana yang diharapkan.
2.5 Kerangka Konsep
Loading / Unloading Disasssambly
Analisis Bahaya
Machine Repair Hazards and Operability Study
(HAZOPS) Instrumen
Engine Repair Washing Painting