MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA
MAKALAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA DINI
“WAYANG”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
Anak Usia Dini
Dosen Pengampu: Dr. Sofia Hartati, M.Si.
Disusun Oleh :
Jumiatmoko
7516130361
M Hery Yuli S
7516130370
MAGISTER PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JAKARTA
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan izinnya makalah
Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini dengan topik wayang dapat
diselesaikan dengan baik. Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari
dukungan dan saran dari berbagai pihak, oleh karenannya penyusun ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulustulusnya kepada :
1. Ibu Dr. Sofia Hartati, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
pengembangan
kurikulum
anak
usia
dini
yang
senantiasa
memberikan dukungan dan motivasinya.
2. Rekan satu kelompok, yang saling membantu dan menyemangati,
3. Serta rekan-rekan PAUD B Solid Selalu yang senantiasa
menyisipkan kegembiraan dalam setiap kegiatan perkuliahan.
Penyusun pun menyadari bahwa karya yang sederhana ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran
perbaikan sangat penyusun harapkan dari pembaca yang budiman.
Akhirnya, semoga tulisan ini dapat ikut serta memberikan
sumbangsih bagi kemajuan pendidikan anak usia dini di Indonesia.
Jayalah PAUD Indonesia.
Jakarta, Nopember 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...............................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Sejarah Munculnya Wayang.............................................................3
B. Perencanakan Penggunaan Wayang dalam Pendidikan Anak Usia
Dini.....................................................................................................4
C. Strategi Mempersiapkan Lingkungan Belajar yang Baik dalam
Penggunaan Wayang........................................................................7
D. Jenis-Jenis Wayang yang Mudah Dibuat..........................................8
E. Cara menempatkan dan Menyimpan Wayang..................................9
F. Menghubungkan Wayang dengan Kurikulum PAUD......................11
G. Wayang dan Televisi.......................................................................13
H. Strategi Memperkenalkan Wayang Kepada Keluarga....................14
I. Tips untuk Orang Tua......................................................................14
J. Kompetensi yang Diharapkan.........................................................15
BAB III Penutup
A. Kesimpulan......................................................................................17
B. Saran...............................................................................................17
Daftar Pustaka
18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wayang merupakan suatu boneka tiruan makhluk hidup dua atau
tiga dimensi yang mampu memberikan daya tarik luar biasa bagi anak
maupun orang dewasa. Wayang dapat mengajar, menghibur dan
memberikan kesenangan bagi anak dan orang dewasa. Berdasarkan
sejarah perwayangan dideskripsikan sebagai kesenian rakyat yang
dihasilkan dari dan untuk masyarakat. Wayang telah ada sejak ribuan
tahun dan ditemukan secara virtual dimanapun di seluruh dunia yang
tertanam disetiap benua dan kebudayaan.
Raines dan isbell (1994) menyatakan bahwa dongeng dan
pewayangan adalah bentuk kuno dari expresi lisan yang di kembangkan
secara historis dengan cara yang sama cerita dinyatakan dari generasi
kegenerasi dan menjadi ikatan untuk berbagai keluarga dan berbagai
budaya, pendongen sering menambahkan dalam kegiatan mendalangnya
dengan visualisasi dan bagian – bagian yang mengejutkan dalam
penyajian ceritnya.
Wayang memberikan kesenangan pada anak dan mampu
menyentuh hati orang dewasa lebih jauh lagi hal tersebut menunjukan
bahwa wayang merupakan hal yang unik dan cara yang inovatif yang
menjangkau semua orang dan semua usia.
Wayang dapat menghibur memberikan informasi dan memberikan
daya tarik. Wayang adalah bagian dari sejarah dunia kuno dan selain itu
wayang merupakan dari imajinasi dunia modern.
1
2
Hal ini mendorong pentingnya penggunaan wayang dalam
pendidikan anak usia dini. Sebuah kesemapatan bagi para pendidik dan
praktisi PAUD untuk turut serta memperhatikan pentingnya keberdaan
wayang dalam PAUD. Wayang membawa harapan besar untuk turut serta
mendukung
pendidikan
khususnya
bagi
anak
usia
dini
untuk
mengembangkan kemampuan bahasanya, kognitifnya, sosial emosinya,
bahkan termasuk fisik motoriknya. Melalui bingkai kegiatan yang
menyenangkan ini, anak diharapkan pula memiliki perkembangan yang
baik khususnya dalam menyelesaikan setiap permasalahan dengan
kreatif, imajinatif, dan mandiri.
B. Tujuan
Dalam makalah ini penyusun berusaha memaparkan beberapa
aspek yang menjadi pembahasan dalam Bab II, diantaranya akan
membahas :
1.
Sejarah Munculnya Wayang;
2.
Perencanakan Penggunaan Wayang dalam Pendidikan Anak Usia
Dini;
3.
Strategi Mempersiapkan Lingkungan Belajar yang Baik dalam
Penggunaan Wayang;
4.
Jenis-Jenis Wayang yang Mudah Dibuat;
5.
Cara menempatkan dan Menyimpan Wayang;
6.
Menghubungkan Wayang dengan Kurikulum PAUD;
7.
Wayang dan Televisi;
8.
Strategi Memperkenalkan Wayang Kepada Keluarga;
9.
Tips untuk Orang Tua;
10. Kompetensi yang Diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Wayang
Tidak satu orang pun yang mampu memastikan atau yang tau
kapan pewayangan itu muncul. Apakah dalang-dalang orang primitif
menuangkan bayangan-bayangan dalam dinding yang gelap. Atau apakah
dalang yang pertama itu orang-orang yang berprofesi pendeta dan dukun
yang menggunakan wayang untuk menggambarkan siklus penting
kehidupan. Atau apakah orang-orang mesir yang menemukan wayang
pertama seperti yang di kemukakan oleh ahli-ahli sejarah. Berdasarkan
pusat pewayangan di Atlanta Georgia. Tertulis
dalam sebuah catatan
pewayangan bahwa permulaan pewayangan dapat di telusuri dari asia,
disana dikembangkan secara simultan di India dan di cina pada abad 19
sebelum masehi. Di Indonesia, datar , wayang kulit dan wayang kayu tiga
dimensi, diperkenalkan beberapa abad yang lalu dan sampai sekarang
masih digunakan.
Vietnam terkenal dengan kebudayaan uniknya yang berupa
wayang air. Merupakan wayang yang dimainkan melalui kombinasi
tangkai dan tali, di atas danau. Dalangnya berada di dalam sebuah rumah
tiruan yang menyerupai rumah adat Vietnam di tengah danau. Wayang
ditempatkan pada tiang bambu yang panjang disertai tali pengikatnya.
Ketika para penonton menyaksikan pertunjukan ini, mereka melihat
wayang beraksi di panggung air dengan rumah dalang sebagai latar
belakangnya. (Pusat Seni Pewayangan,1994).
Conteras, mengutip dari Jalongo (2003) menambahkan bahwa
“Dalam hal ini pertunjukan wayang air Vietnam merupakan wujud ekspresi
dari nilai-nilai tradisional, sumber kebanggaan nasional dan sebagai
bagian sarana promosi antar kebudayaan.”
3
4
Wayang juga pernah ada di Afrika, sekitar abad kelima sebelum
masehi. Wayang ditampilkan dalam sebuah pertunjukan untuk seluruh
penduduk dalam perayaan kegiatan-kegiatan penting. Seperti ketika
memasuki masa tanam dan masa panen.
Di Jepang, muncul Bunraku pada abad keenam belas. Merupakan
wayang bertangkai dengan bentuk yang sangat bagus. Diperlukan tiga
dalang untuk memainkan satu karakter wayang. Satu dalang berperan
memainkan kepala dan satu lengan, satu dalang memainkan lengan
lainnya dan dalang ketiga memainkan kakinya. Dalang-dalang tersebut
biasanya berpakaian hitam. Mereka terlihat berada di belakang wayang,
dan tentunya mereka memiliki keterampilan memainkan dan koordinasi
yang hebat.(Pusat Seni Pewayangan,1994; Henson,1994).
Wayang tangan mulai muncul di Eropa dan negara-negara koloni
Amerika pada pertengahan tahun 1700. Di Inggris, Punch dan Judy
merupakan wayang yang paling populer, wayang tersebut masih
keturunan dari wayang Italia yang bernama Pulcinella. Punch dan Judy
tampil di toko-toko, pameran, jalan-jalan, sirkus, dan sekolah-sekolah.
Wayang yang sama, dengan nama yang berbeda juga ditampilkan di
Jerman, Prancis, Rusia, dan Turki.
Tradisi pewayangan Mamulengo dapat ditemukan di Afrika
Selatan. Para dalang memadukan tradisi masyarakat asli dan tradisi orang
berkulit hitam, seperti yang terjadi antara Koloni Hispanic dan pengaruh
Portugis ketika mereka menampilkan teater wayang jalanan. (Pusat Seni
Pewayangan, 1994).
B. Perencanaan Penggunaan Wayang dalam Pendidikan Anak
Usia Dini
Anak memiliki hubungan dengan wayang, pada masa paling awal
usia mereka. Sebab mereka digunakan untuk membuat karakter mati
menjadi hidup. Anak-anak adalah para dalang itu sendiri, dari pertama kali
5
mereka memakai sepatu, memeras buah jeruk, atau sisir dan membuat
semua itu bergerak dan berbicara. Mainan dan boneka memiliki peran
aktif dalam permainan anak-anak. Mereka tertawa dan berbicara bahkan
berdebat. Mereka memberi berbagai tipe kepribadian dan menlepaskan
kepribadian itu lagi.
Apa senebarnya wayang itu? Cheryl Henson (1994) putri terakhir
Jim Henson (Seorang dalang yang menciptakan
The Muppets),
menerangkan bahwa, “wayang dalah sebuah objek yang dapat ‘hidup’
ketika Ia dimainkan oleh tangan manusia”. Beberapa wayang berwujud
seperti boneka, ada juga yang berbentuk boneka binatang. Adapula yang
lainnya berwujud seperti patung atau bahkan ada yang berwujud seperti
tumpukan sampah.
Untuk anak dalam pendidikan anak usia dini, wayang adalah
‘apapun bisa jadi wayang’ untuk anak-anak, pengalamannya sebagai
seorang dalang menjadi sebuah pengalaman yang sangat mengesankan .
kegembiraan, antusias, dan imajinasi mereka dalam membuat dan
memainkan wayang dapat menular kepada yang lainnya, orang dewasa,
dan sesama anak.
“Isenberg dan Jalongo mendorong penggunaan wayang sebagai
sebuah alat yang tidak akan menghalangi untuk terbangunnya improvisasi
dan kolaborasi atau bahkan sebagai alat menbangun harga diri dan
manajemen
risiko”(Esch
&
Long,
2002).
Anak-anak
juga
dapat
mengeksplorasi nilai-nilai kebudayaan lain dengan cerita legenda, cerita
rakyat, atau mitos dari seluruh penjuru dunia, dengan wayang sebagai
penceritanya.
Guru dan anak-anak bersama merencanakan dan memutuskan
kapan dan bagaimana menggunakan wayang dalam kelas. Berikut ada
beberapa saran yang dapat digunakan untuk memulai :
6
Bagi guru, pilihlah wayang yang akan digunakan. Wayang dapat dibuat
sendiri atau dapat pula membeli yang sudah ada toko. Namun yang
perlu diperhatikan bahwa wayang tersebut harus menjadi teman paling
spesial bagi kita. Biasanya wayang tangan adalah wayang yang paling
nyaman digunakan . semakin sering kita menggunakannya, akan
semakin pas dan nyaman, seperti sarung tangan kesayangan.
Langkah selanjutnya adalah mengindentifikasi, mengapa wayang
tersebut
sangat
menarik
bagi
kita.
Apakah
wayang
tersebut
mengingatkan kita pada mainan, boneka, atau wayang yang pernah
kita miliki ketika masa anak-anak? Pengalaman ini akan membantu kita
untuk
memutusakan
nama
wayang,
kepribadian,
dan
karakter
suaranya. Ingat, kita tidak harus menjadi seorang Ventriloquist.
Praktikan penggunaan wayang Kita. Praktik di depan cermin, bisa jadi
sangat bermanfaat untuk memutuskan bagaimana cara atau gaya
terbaik dalam memainkan wayang kita.
Kita tidak perlu menggunakan panggung wayang. Hal ini dikarenakan
interaksi dengan anak atau kelompok adalah jauh lebih penting.
Tingkatkan selalu kreativitas dan kenyamanan kita dalam mengajar.
Biarkan wayang melakukannya untuk kita dan kita lihat apa yang akan
dilakukan
wayang
kepada
anak-anak.
Biarkan
imajinasi
kita
berkembang, biarkan kreativitas dalam bermain wayang mengalir
bebas dan biarkan munculnya pemikiran, perasaan,dan bahasa yang
unik.
Gunakan wayang dengan biasa. Seperti ketika kita membawa sesuatu
yang baru ke dalam kelas. Dan hal yang tidak boleh dilupakan adalah
menggunakan wayang sebagai mana mestinya.
Perhatikan usia anak didik yang akan kita ajar. Selanjutnya tentukan
frekuensi dan kuantitas penggunaan wayang. Untuk anak yang lebih
muda usianya sediakan waktu yang lebih agar anak merasa nyaman
dan munculnya kepercayaan pada wayang yang digunakan. Seperti
7
mainan atau aktivitas biasa, dan perlu diperhatikan gunakan bahanbahan yang aman.
Untuk Infant (Bayi), gunakan mainan-mainan dan boneka binatang
yang akrab dengan mereka dan ‘bicaralah pada mereka’ merupakan
salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperkenalkan wayang.
Cara lainnya adalah dengan ‘berjalan’ dengan menggunakan dua jari
pada lengan anak. Gunakan ritme, nyanyian, dan katakan ‘Datang
seorang yang amat kecil, berjalan di lengan (nama anak). Sekarang, di
bahumu, sekarang di lehermu, itik-itik.
Sediakan waktu yang cukup bagi toddler. Mulai dengan permainan jari
dan wayang tangan. Sediakan pula ruangan yang cukup antara anak
dengan wayang, akan sangat membantu anak pada usia ini agar
merasa lebih nyaman.
Mainkan wayang dengan permainan jari, puisi, lagu, buku, dan papan
flanel yang paling favorit. Saat berkumpul merupakan waktu yang tepat
untuk memperkenalkan wayang. Ketika menyamapaikan cerita yang
akrab dengan anak-anak, biarkan anak-anak mendengar cerita tersebut
beberapa kali. Pengulangan sebuah cerita memungkinkan kita dan
anak-anak untuk memasukkan wayang ke dalam latar yang lebih akrab.
Anak akan secepatnya mampu bercerita secara spontan dan
mengembangkannya sendiri dengan wayangnya.
C. Strategi Mempersiapkan Lingkungan Belajar yang Baik
dalam Penggunaan Wayang
Dengan memperkenalkan pada anak jenis wayang yang berbeda
kita dapat menarkan alternatif pengalaman belajar yang berbeda. Kreasi
yang hebat ini dapat menceritakan sebuah cerita, berdialog, menjadi
pendengar
yang
baik,
dan
menghibur.
Ketika
memilih
bahan,
memanipulasinya, dan mengorganisasikannya, fokus utama adalah
prosesnya.
8
Ketika para orang dewasa sadar bahwa aspek terpenting dari
sebuah kreativitas adalah proses, bukan hasinya, maka mereka akan
mendukung keinginan anak-anak untuk mencoba dan berkreasi dengan
cara mereka sendiri. Mereka akan memahami bahwa proses terjadinya
sesuatu jauh lebih penting dari sekadar hasil. (Fortson & Reiff, 1995).
Anak dapat mengeksplorasi dan memperkuat kemampuan mereka
dalam seluruh aspek perkembangan melalui proses membuat dan
memainkan wayang mereka. Mereka akan :
Mengalami kegembiraan yang mendalam dari bermain dan berfantasi;
Membangun citra diri positif dan kemandirian;
Menggunakan cara yang aman dan diterima untuk mengekspresikan
diri mereka;
Mengembangkan kosakata dan keterampilan berbicara;
Meningkatkan keterampilan bersosialisasi dengan berbagi dan bekerja
sama dan dalam menyampaikan ide-ide mereka;
Belajar untuk memecahkan masalah dan berfikir abstrak;
Menggunakan keterampilan motorik dengan baik;
Mempraktikan koordinasi mata-tangan, tangan-tangan, dan kontrol otot
tubuh.
D. Jenis-Jenis Wayang yang Mudah Dibuat
Terdapat tiga (3) jenis utama wayang yaitu Wayang Tangan
(Hand Puppets), Wayang Bertangkai (Stick or Rod Puppet), dan Marionet.
Hand Puppet, sesuai dengan namanya, wayang jenis ini dapat dengan
mudah dimainkan. Karena wayang langsung melekat pada tangan atau
tangan pemain langsung masuk ke dalam wayang. Ada beberapa jenis
wayang dari Hand Puppet yaitu Finger Puppet (wayang yang
menggunakan jari sebagai media atau bagian dari wayang tersebut) ,
Completed Hand Puppet (Wayang yang seluruh tubuhnya masuk ke
9
dalam lima Jari), Glove Puppet (wayang yang dibuat atau dikreasi dari
sarung tangan), selanjutnya Sock Puppet (wayang yang dibuat dari
kaos kaki), dan ada pula Paper Plate Puppet (wayang yang terbuat dari
kertas bekas bungkus sereal, puding, outmeal yang berbentuk seperti
piring).
Wayang Bertangkai (Stick or Rod Puppet)
Yakni wayang yang memiliki tangkai tunggal untuk dipegang dan
dimainkan. Tangkai ini dapat dibuat dari paku kayu, kertas yang
digulung membentuk tongkat, alat pembersih lidah, dan stik es krim.
Untuk membuatnya cukup mudah. Tempelkan gambar yang akan
dijadikan karakter wayang pada tongkat tersebut. Ada dua contoh
wayang jenis ini, yaitu stick people puppet dan people mask puppet.
Marionet
Merupakan wayang yang berwujud tiga dimensi, yang digerakan
dengan memasang tali pada kepala, tangan, badan, dan kakinya
dengan kayu yang disilangkan di atasnya. Untuk memainkan wayang
jenis ini, kita perlu berlatih agar terampil.
Wayang jenis lainnya yang mudah untuk kita buat adalah wayang dari
bayangan. Biasanya dengan menyorotkan cahaya ke tangan, kita dapat
membentuk bayangan seperti kelinci, burung, atau kambing.
E. Cara Menempatkan dan Menyimpan Wayang
Penempatan wayang dalam sentra wayang atau wayang di setiap
sentra memungkinkan bagi anak untuk memilih dan berinteraksi dengan
wayang
manapun
memainkannya.
bebasnya
yang
mereka
Anak-anak
dalam
membawa
harus
suka.
Baik
diberikan
wayang
ke
membuat
kesempatan
lokasi
ataupun
sebebas-
manapun,
untuk
memperoleh lokasi terbaik yang mereka butuhkan. Anak akan lebih
senang menggunakan wayang jika terdapat petunjuk yang jelas, atau
wayang yang ditata dan dipajang secara baik dan mudah dijangkau.
10
Pertama, beberapa anak dipersilahkan mengamati wayang dan
kita lihat bagaimana perasaan mereka. Sedangkan anak yang lain dapat
menikmati proses pembuatan wayang dan yang lainnya dapat memainkan
wayang yang sudah jadi. Biarkan mereka menikmati secara individu dan
sesuai perkembangannya.
Dalam kaitannya kreativitas dan spontanitas penggunaan wayang,
panggung merupakan hal yang tidak terlalu penting. Seperti yang telah
dijelaskan di awal, bahwa kita sebagai seorang guru tidak membutuhkan
panggung, begitu pula dengan anak-anak. Jika kita merasa kita butuh
sebuah tambahan kreativitas., Hunt and Renfro (1982) menyarankan
‘cerita celemek’.
Ini merupakan kostum yang ideal bagi seorang dalang. Hal
tersebut menunjukkan bahwa waktu mendongeng adalah tentang
memulai. Hal tersebut memberikan nuansa latar bagi cerita yang kita
bawakan, puisi atau lagu dan dapat pula menyembunyikan wayangnya
sampai kita siap untuk menggunakannya. Celemek ini dapat dibuat
dengan menambahkan semacam dompet atau membuatnya sendiri
dengan kain pilihan.
Jika anak-anak memang memerlukan kain panggung untuk
wayang mereka. Berikut ini ada beberapa langkah mudah untuk
membuatnya :
Dapat dibuat dengan menggunakan kardus besar. Buat lubang
ditengahnya, sehingga terbentuk penggung yang terbuka;
Tambahkan kain sebagai tirainya;
Gunakan meja yang kuat dan memungkinkan anak untuk bersembunyi
ketika memainkan wayang;
Jangan lupa gunakan tangkai atau sesuatu yang memudahkan untuk
membuka tutup tirai yang dipasang;
11
Tempatkan dua kursi (yang biasa digunakan orang dewasa) untuk
menyangga pemasangan tirai di depan panggung buatan;
Gunakan strategi ‘Musnahkan televisi’, pindahkan televisi dari area
bermain wayang, agar fokus anak tidak terganggu.
Berikut ini saran-saran yang dapat digunakan dalam menyimpan
wayang yang telah dilakukan oleh beberapa guru dan disarankan juga
oleh Hunt dan Refro (1982), Raines dan Isabel (1994) dan Hilda L
Jackman.
Kita dapat menggantung jemuran baju, sepanjang dinding yang dapat
dilihat dan dicapai anak. Dan gunakan penjepit jemuran untuk menjepit
wayang sepanjang gantungan tersebut;
Tempatkan wayang di dalam gantungan rak baju;
Jepit wayang pada gantungan bersusun;
Simpan wayang jari dan wayang bertongkat pada kardus bekas tempat
telur dan kantong plastik;
Simpan wayang dalam keranjang-kerangjang bertingkat;
Dapat pula menggunakan tas sepatu atau rak sepatu untuk menyimpan
wayang;
Tempatkan kotak sepatu atau kotak plastik yang bening di rak yang
rendah;
Simpan wayang dalam kotak mainan atau peti.
F. Menghubungkan Wayang dengan Kurikulum PAUD
Akan sangat membantu jika ada diskusi dan pertukaran ide
dengan kolega dan teman seprofesi dalam membahas hal ini. Namun di
bawah ini ada beberapa strategi yang dapat merangsang kreativitas kita,
yaitu :
Wayang dapat berbicara dalam berbagai bahasa. Hal ini menunjukkan
bahwa bahasa adalah hal yang sangat berharga. Sebagai contohnya
12
‘Mister Number’ merupakan wayang yang dapat berhitung dari satu
sampai dua puluh dalam berbagai bahasa. Wayang lainnya hanya
berbicara ‘ya dan tidak’ atau ‘halo dan selamat tinggal’, tetapi juga
diucapkan dalam sepuluh bahasa yang berbeda. Wayang sebaiknya
berbicara hanya dengan bahasa yang akrab dengan anak atau bahasa
yang anak dapat mengikutinya. Wayang multikultural dapat digunakan
untuk memperkenalkan berbagai kebudayaan.
Mengembangkan sentra seni bahasa dengan menambahkan wayang
dan
propertinya.
Wayang
dengan
mikrofon
dapat
mendorong
permainan yang kreatif. Wayang, bahkan dapat melakukan wawancara
dengan wayang lainnya. Karena karakter wayang dapat berupa
manusia, binatang, atau tuan dan nyonya, pertanyaannya dapat berupa
pertanyaan seputar keluarga, perasaan, makanan favorit, dan tempat
tinggal. Untuk anak dengan usia yang lebih tua, pertanyaan dapat
berpusat tentang kegiatan tertentu, makanan, matematika, sains atau
lingkungan hidup.
Mendongeng dengan kaos kaki seperti yang telah dipopulerkan oleh M
Brown dengan ‘Billy Goats Gruff’, P Goldone dengan ‘ The Little Red
Hen’, dan A.A. Milne dengan ‘Winnie The Pooh’. Menghubungkan
wayang dengan cerita yang akrab dengan kita akan memperkuat
kemampuan cerita kita,
Dapat pula kita tambahkan mainan telefon untuk sentra permainan
drama. Hal tersebut akan menghadirkan nuansa tambahan yakni
wayang yang bertelfon.
Wayang dengan peran ‘Pembantu’ akan memberikan kontribusi unik
dalam menciptakan kerja sama, peran pencerahan dan pemecah
masalah. Wayang ini akan menanyai anak-anak, dan memandu anakanak untuk menyelesaikan masalah. Karakter wayang ini dapat
membantu meredakan perselisihan dan kesulitan-kesulitan yang terjadi
dalam kehidupan anak usia dini.
13
Perkenalkan wayang ‘pendengar’ yakni wayang dengan ukuran telinga
yang besar, dapat membantu kita dalam menekankan pentingnya
mendengarkan orang lain. Wayang ini dapat berbicara dan menjawab
anak-anak melalui lagu atau syair. Mungkin juga wayang lain hanya
menari-nari. Wayang yang sangat pemalu yang tidak mau berbicara
dapat belajar melakukannya juga dengan bantuan dari anak-anak.
Ciptakan beberapa wayang untuk kegiatan luar ruangan. Siapkan
beberapa pakaian untuk memberikan variasi karakter. Dan anak-anak
dapat memilih pakaian yang sesuai dengan cuacanya.
G. Wayang dan Televisi
Sejak munculnya televisi, wayang telah telah menjadi bagian
dalam acara harian. Stasiun televisi lokal biasanya mengawali siaran
hariannnya dengan program yang berisi wayang.
Di Amerika, delapan dalang memperkenalkan kreasi wayang yang
belum pernah ada sebelumnya kepada anak-anak. Mereka adalah
Edgar Bergen (1903-1978), seorang ventriloquist yang menghibur
anak-anak dan orang tuanya dengan boneka kayunya,
Bil Baird (1904-1987), dalang Marionet lebih dari 60 tahun dan
menciptakan lebih 3000 wayang yang ditampilkan di panggung, televisi
dan film,
‘Buffalo Bob’ Smith (1917-1998), menhibur ribuan anak-anak di awal
program
televisi
dengan
acara
Howdy
Doody,
Clarabel
dan
Marionetnya,
Burr Tilstrom (1917-1985), puncak ketenarannya selama tahun 1950,
dengan wayang tangannya, Kukla dan Ollie.
Jim Henson (1937-1990), menciptakan The Muppet dan sampai hari ini
menginspirasi anak-anak dan keluarga di seluruh dunia untuk tertawa
dan belajar bersama sambil menikmati Sesame Street.
14
Shari Lewis (1934-1998), seorang ventriloquis dan dalang dengan
karakter-karakternya seperti Lamb Chop, Charlie Horse, dan Hush
Puppy.
Fred Rogers (1928-2003), Mister Roger percaya bahwa setiap orang
adalah spesial. Memiliki tokoh wayangnya King Friday and his friends.
Bob Keshan (1927-2004), terkenal dalam kalangan anak-anak dan
orang dewasa di seluruh dunia dengan Captain Kangaroo-nya.
H. Strategi Memperkenalkan Wayang Kepada Keluarga
Mengusahakan orang tua agar terlibat dan antusias dengan
wayang memang akan membutuhkan waktu dan kesabaran kita. Berikut
ini ada beberapa saran yang mungkin membantu :
Kirimkan informasi kepada orang tua berupa presentasi wayang yang
ada dalam komunitas kita. Hal ini penting karena memungkinkan anak
untuk melihat secara langsung pertunjukan wayang,
Kirimkan
surat
kepada
orang
tua.
Libatkan
anak-anak
untuk
membubuhkan ilustarsi dalam surat tersebut.
Selenggarakan pertemuan-pertemuan informal dengan orang tua.
Seperti dengan makan malam bersama. Setelah kegiatan tersebut
adakan kegiatan membuat karya bersama, salah satunya karya
wayang.
Berikan pinjaman wayang kepada anak dan keluarganya. Dorong orang
tua untuk menikmati wayang bersama anak-anak. Sediakan pula
kantong untuk memudahkan membawa dan mengembalikan wayang.
I. Tips untuk orang tua
Wayang dapat dibuat oleh dalang sendiri atau annk-anak. Wayang
akan menjadi teman terbaik bagi anak. Menjadi sesuatu yang sangat lucu
menggemaskan, seperti badut, menjadi sesuatu yang nakal, melakukan
berbagai tingkah yang kurang tepat namun tidak pernah menyakiti.
15
Wayang dapat mengatakan apa yang dipikirkan anak-anak, merasakan
apa yang dirasakan anak-anak, dan berbagi kesedihan dengan anakanak. Wayang pun dapat menunjukkan bahwa anak yang kekurangan,
kelaparan, dalam konflik, dan kehilangan, bisa begembira bersama dan
berbagi cinta serta menggapai kebahagiaan.
Wayang dapat menyampaikan sesuatu yang jarang sekali
didengar oleh anak-anak, yakni bahwa mereka amat dicintai. Wayang juga
dapat menunjukkan pada anak-anak bahwa terkadang ayah dan ibunya
pun bisa juga mengalami kesedihan, dan wayang akan menunjukkan
betapa berharganya cinta, kesia—iaan dari sebuah pertengkaran, dan
indahnya kerjasama dan saling mendukung. (UNICEF,2007).
Kreasi wayang akan menjadi alat yang sangat berharga untuk kita
dalam mengajar. Wayang akan mendorong kita untuk menyesuaikan diri
baik secara perilaku maupun kemampuan berbicara pada saat mengajar.
Sekali kita sendiri merasa nyaman dalam membuat dan menggunakan
wayang, kita akan mengalami dalam kenyamanan tersebut bahwa
karakter wayang yang hebat tersebut dapa membantu kita sepanjang kita
mengajar. Semakin sering kita menggunakan wayang maka kita akan
melihat anak-anak semakin tertarik dan mencintai wayang. Namun
demikian, kita perlu memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk :
Memperoleh waktu yang cukup untuk membuat wayang;
Membuat wayang dengan kreasi mereka sendiri;
Membebaskan kreativitas dan imajinasinya;
Bersabar, menunggu kita siap;
Bereksplorasi, mencoba, dan berkreasi.
J. Kompetensi yang Diharapkan
Melalui penggunaan wayang anak-anak mampu :
1. Membangun citra-dirinya;
16
2. Mengembangkan kemandiriannya;
3. Mempelajari perilaku yang diterima;
4. Meningkatkan keterampilan mendengar;
5. Mempelajari cara baru untuk mengekspresikan perasaan;
6. Belajar berbagi;
7. Belajar membuat pilhan-pilihan;
8. Mengembangkan otot besar maupun kecil;
9. Mempraktikan keterampilan berbicara;
10. Menggunakan cara berpikir kreatif dan imajinatif;
11. Memperkuat
keterampilan
penyelasaian
masalah
abstract;
12. Membuka pikiran dan sikap melalui percakapan.
dan
berpikir
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, dari penerapan
wayang dalam kegiatan bermain pada Pendidikan Anak Usia Dini. Maka
guru dan orang tua sekurang-kurangnya memahami tentang :
1. Perencanakan Penggunaan Wayang dalam Pendidikan Anak Usia Dini;
2. Strategi
Mempersiapkan
Lingkungan
Belajar
yang
Baik
dalam
Penggunaan Wayang;
3. Jenis-Jenis Wayang yang Mudah Dibuat;
4. Cara menempatkan dan Menyimpan Wayang;
5. Menghubungkan Wayang dengan Kurikulum PAUD;
6. Strategi Memperkenalkan Wayang Kepada Keluarga;
7. Tips untuk Orang Tua.
B. Saran
Demi
mendukung
keberhasilan
penerapan
wayang
dan
kompetensi yang dicapai peserta didik maka perlu adanya upaya untuk :
1. Membina kerjasama yang baik antara guru dan orang tua dalam
implementasi penggunaan wayang ini;
2. Memasukkan karakter atau tokoh yang sesuai dengan kebudayaan
Indonesi, demi membangun kecintaan dan kebanggaan anak pada
budaya sendiri.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hilda L Jackman. Early Childhood Curriculum (A Child’s Connection to the
World) Fourth Edition. United Stated of America : Delmar,2009.
18
PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA DINI
“WAYANG”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
Anak Usia Dini
Dosen Pengampu: Dr. Sofia Hartati, M.Si.
Disusun Oleh :
Jumiatmoko
7516130361
M Hery Yuli S
7516130370
MAGISTER PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JAKARTA
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan izinnya makalah
Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini dengan topik wayang dapat
diselesaikan dengan baik. Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari
dukungan dan saran dari berbagai pihak, oleh karenannya penyusun ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulustulusnya kepada :
1. Ibu Dr. Sofia Hartati, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
pengembangan
kurikulum
anak
usia
dini
yang
senantiasa
memberikan dukungan dan motivasinya.
2. Rekan satu kelompok, yang saling membantu dan menyemangati,
3. Serta rekan-rekan PAUD B Solid Selalu yang senantiasa
menyisipkan kegembiraan dalam setiap kegiatan perkuliahan.
Penyusun pun menyadari bahwa karya yang sederhana ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran
perbaikan sangat penyusun harapkan dari pembaca yang budiman.
Akhirnya, semoga tulisan ini dapat ikut serta memberikan
sumbangsih bagi kemajuan pendidikan anak usia dini di Indonesia.
Jayalah PAUD Indonesia.
Jakarta, Nopember 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...............................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Sejarah Munculnya Wayang.............................................................3
B. Perencanakan Penggunaan Wayang dalam Pendidikan Anak Usia
Dini.....................................................................................................4
C. Strategi Mempersiapkan Lingkungan Belajar yang Baik dalam
Penggunaan Wayang........................................................................7
D. Jenis-Jenis Wayang yang Mudah Dibuat..........................................8
E. Cara menempatkan dan Menyimpan Wayang..................................9
F. Menghubungkan Wayang dengan Kurikulum PAUD......................11
G. Wayang dan Televisi.......................................................................13
H. Strategi Memperkenalkan Wayang Kepada Keluarga....................14
I. Tips untuk Orang Tua......................................................................14
J. Kompetensi yang Diharapkan.........................................................15
BAB III Penutup
A. Kesimpulan......................................................................................17
B. Saran...............................................................................................17
Daftar Pustaka
18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wayang merupakan suatu boneka tiruan makhluk hidup dua atau
tiga dimensi yang mampu memberikan daya tarik luar biasa bagi anak
maupun orang dewasa. Wayang dapat mengajar, menghibur dan
memberikan kesenangan bagi anak dan orang dewasa. Berdasarkan
sejarah perwayangan dideskripsikan sebagai kesenian rakyat yang
dihasilkan dari dan untuk masyarakat. Wayang telah ada sejak ribuan
tahun dan ditemukan secara virtual dimanapun di seluruh dunia yang
tertanam disetiap benua dan kebudayaan.
Raines dan isbell (1994) menyatakan bahwa dongeng dan
pewayangan adalah bentuk kuno dari expresi lisan yang di kembangkan
secara historis dengan cara yang sama cerita dinyatakan dari generasi
kegenerasi dan menjadi ikatan untuk berbagai keluarga dan berbagai
budaya, pendongen sering menambahkan dalam kegiatan mendalangnya
dengan visualisasi dan bagian – bagian yang mengejutkan dalam
penyajian ceritnya.
Wayang memberikan kesenangan pada anak dan mampu
menyentuh hati orang dewasa lebih jauh lagi hal tersebut menunjukan
bahwa wayang merupakan hal yang unik dan cara yang inovatif yang
menjangkau semua orang dan semua usia.
Wayang dapat menghibur memberikan informasi dan memberikan
daya tarik. Wayang adalah bagian dari sejarah dunia kuno dan selain itu
wayang merupakan dari imajinasi dunia modern.
1
2
Hal ini mendorong pentingnya penggunaan wayang dalam
pendidikan anak usia dini. Sebuah kesemapatan bagi para pendidik dan
praktisi PAUD untuk turut serta memperhatikan pentingnya keberdaan
wayang dalam PAUD. Wayang membawa harapan besar untuk turut serta
mendukung
pendidikan
khususnya
bagi
anak
usia
dini
untuk
mengembangkan kemampuan bahasanya, kognitifnya, sosial emosinya,
bahkan termasuk fisik motoriknya. Melalui bingkai kegiatan yang
menyenangkan ini, anak diharapkan pula memiliki perkembangan yang
baik khususnya dalam menyelesaikan setiap permasalahan dengan
kreatif, imajinatif, dan mandiri.
B. Tujuan
Dalam makalah ini penyusun berusaha memaparkan beberapa
aspek yang menjadi pembahasan dalam Bab II, diantaranya akan
membahas :
1.
Sejarah Munculnya Wayang;
2.
Perencanakan Penggunaan Wayang dalam Pendidikan Anak Usia
Dini;
3.
Strategi Mempersiapkan Lingkungan Belajar yang Baik dalam
Penggunaan Wayang;
4.
Jenis-Jenis Wayang yang Mudah Dibuat;
5.
Cara menempatkan dan Menyimpan Wayang;
6.
Menghubungkan Wayang dengan Kurikulum PAUD;
7.
Wayang dan Televisi;
8.
Strategi Memperkenalkan Wayang Kepada Keluarga;
9.
Tips untuk Orang Tua;
10. Kompetensi yang Diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Wayang
Tidak satu orang pun yang mampu memastikan atau yang tau
kapan pewayangan itu muncul. Apakah dalang-dalang orang primitif
menuangkan bayangan-bayangan dalam dinding yang gelap. Atau apakah
dalang yang pertama itu orang-orang yang berprofesi pendeta dan dukun
yang menggunakan wayang untuk menggambarkan siklus penting
kehidupan. Atau apakah orang-orang mesir yang menemukan wayang
pertama seperti yang di kemukakan oleh ahli-ahli sejarah. Berdasarkan
pusat pewayangan di Atlanta Georgia. Tertulis
dalam sebuah catatan
pewayangan bahwa permulaan pewayangan dapat di telusuri dari asia,
disana dikembangkan secara simultan di India dan di cina pada abad 19
sebelum masehi. Di Indonesia, datar , wayang kulit dan wayang kayu tiga
dimensi, diperkenalkan beberapa abad yang lalu dan sampai sekarang
masih digunakan.
Vietnam terkenal dengan kebudayaan uniknya yang berupa
wayang air. Merupakan wayang yang dimainkan melalui kombinasi
tangkai dan tali, di atas danau. Dalangnya berada di dalam sebuah rumah
tiruan yang menyerupai rumah adat Vietnam di tengah danau. Wayang
ditempatkan pada tiang bambu yang panjang disertai tali pengikatnya.
Ketika para penonton menyaksikan pertunjukan ini, mereka melihat
wayang beraksi di panggung air dengan rumah dalang sebagai latar
belakangnya. (Pusat Seni Pewayangan,1994).
Conteras, mengutip dari Jalongo (2003) menambahkan bahwa
“Dalam hal ini pertunjukan wayang air Vietnam merupakan wujud ekspresi
dari nilai-nilai tradisional, sumber kebanggaan nasional dan sebagai
bagian sarana promosi antar kebudayaan.”
3
4
Wayang juga pernah ada di Afrika, sekitar abad kelima sebelum
masehi. Wayang ditampilkan dalam sebuah pertunjukan untuk seluruh
penduduk dalam perayaan kegiatan-kegiatan penting. Seperti ketika
memasuki masa tanam dan masa panen.
Di Jepang, muncul Bunraku pada abad keenam belas. Merupakan
wayang bertangkai dengan bentuk yang sangat bagus. Diperlukan tiga
dalang untuk memainkan satu karakter wayang. Satu dalang berperan
memainkan kepala dan satu lengan, satu dalang memainkan lengan
lainnya dan dalang ketiga memainkan kakinya. Dalang-dalang tersebut
biasanya berpakaian hitam. Mereka terlihat berada di belakang wayang,
dan tentunya mereka memiliki keterampilan memainkan dan koordinasi
yang hebat.(Pusat Seni Pewayangan,1994; Henson,1994).
Wayang tangan mulai muncul di Eropa dan negara-negara koloni
Amerika pada pertengahan tahun 1700. Di Inggris, Punch dan Judy
merupakan wayang yang paling populer, wayang tersebut masih
keturunan dari wayang Italia yang bernama Pulcinella. Punch dan Judy
tampil di toko-toko, pameran, jalan-jalan, sirkus, dan sekolah-sekolah.
Wayang yang sama, dengan nama yang berbeda juga ditampilkan di
Jerman, Prancis, Rusia, dan Turki.
Tradisi pewayangan Mamulengo dapat ditemukan di Afrika
Selatan. Para dalang memadukan tradisi masyarakat asli dan tradisi orang
berkulit hitam, seperti yang terjadi antara Koloni Hispanic dan pengaruh
Portugis ketika mereka menampilkan teater wayang jalanan. (Pusat Seni
Pewayangan, 1994).
B. Perencanaan Penggunaan Wayang dalam Pendidikan Anak
Usia Dini
Anak memiliki hubungan dengan wayang, pada masa paling awal
usia mereka. Sebab mereka digunakan untuk membuat karakter mati
menjadi hidup. Anak-anak adalah para dalang itu sendiri, dari pertama kali
5
mereka memakai sepatu, memeras buah jeruk, atau sisir dan membuat
semua itu bergerak dan berbicara. Mainan dan boneka memiliki peran
aktif dalam permainan anak-anak. Mereka tertawa dan berbicara bahkan
berdebat. Mereka memberi berbagai tipe kepribadian dan menlepaskan
kepribadian itu lagi.
Apa senebarnya wayang itu? Cheryl Henson (1994) putri terakhir
Jim Henson (Seorang dalang yang menciptakan
The Muppets),
menerangkan bahwa, “wayang dalah sebuah objek yang dapat ‘hidup’
ketika Ia dimainkan oleh tangan manusia”. Beberapa wayang berwujud
seperti boneka, ada juga yang berbentuk boneka binatang. Adapula yang
lainnya berwujud seperti patung atau bahkan ada yang berwujud seperti
tumpukan sampah.
Untuk anak dalam pendidikan anak usia dini, wayang adalah
‘apapun bisa jadi wayang’ untuk anak-anak, pengalamannya sebagai
seorang dalang menjadi sebuah pengalaman yang sangat mengesankan .
kegembiraan, antusias, dan imajinasi mereka dalam membuat dan
memainkan wayang dapat menular kepada yang lainnya, orang dewasa,
dan sesama anak.
“Isenberg dan Jalongo mendorong penggunaan wayang sebagai
sebuah alat yang tidak akan menghalangi untuk terbangunnya improvisasi
dan kolaborasi atau bahkan sebagai alat menbangun harga diri dan
manajemen
risiko”(Esch
&
Long,
2002).
Anak-anak
juga
dapat
mengeksplorasi nilai-nilai kebudayaan lain dengan cerita legenda, cerita
rakyat, atau mitos dari seluruh penjuru dunia, dengan wayang sebagai
penceritanya.
Guru dan anak-anak bersama merencanakan dan memutuskan
kapan dan bagaimana menggunakan wayang dalam kelas. Berikut ada
beberapa saran yang dapat digunakan untuk memulai :
6
Bagi guru, pilihlah wayang yang akan digunakan. Wayang dapat dibuat
sendiri atau dapat pula membeli yang sudah ada toko. Namun yang
perlu diperhatikan bahwa wayang tersebut harus menjadi teman paling
spesial bagi kita. Biasanya wayang tangan adalah wayang yang paling
nyaman digunakan . semakin sering kita menggunakannya, akan
semakin pas dan nyaman, seperti sarung tangan kesayangan.
Langkah selanjutnya adalah mengindentifikasi, mengapa wayang
tersebut
sangat
menarik
bagi
kita.
Apakah
wayang
tersebut
mengingatkan kita pada mainan, boneka, atau wayang yang pernah
kita miliki ketika masa anak-anak? Pengalaman ini akan membantu kita
untuk
memutusakan
nama
wayang,
kepribadian,
dan
karakter
suaranya. Ingat, kita tidak harus menjadi seorang Ventriloquist.
Praktikan penggunaan wayang Kita. Praktik di depan cermin, bisa jadi
sangat bermanfaat untuk memutuskan bagaimana cara atau gaya
terbaik dalam memainkan wayang kita.
Kita tidak perlu menggunakan panggung wayang. Hal ini dikarenakan
interaksi dengan anak atau kelompok adalah jauh lebih penting.
Tingkatkan selalu kreativitas dan kenyamanan kita dalam mengajar.
Biarkan wayang melakukannya untuk kita dan kita lihat apa yang akan
dilakukan
wayang
kepada
anak-anak.
Biarkan
imajinasi
kita
berkembang, biarkan kreativitas dalam bermain wayang mengalir
bebas dan biarkan munculnya pemikiran, perasaan,dan bahasa yang
unik.
Gunakan wayang dengan biasa. Seperti ketika kita membawa sesuatu
yang baru ke dalam kelas. Dan hal yang tidak boleh dilupakan adalah
menggunakan wayang sebagai mana mestinya.
Perhatikan usia anak didik yang akan kita ajar. Selanjutnya tentukan
frekuensi dan kuantitas penggunaan wayang. Untuk anak yang lebih
muda usianya sediakan waktu yang lebih agar anak merasa nyaman
dan munculnya kepercayaan pada wayang yang digunakan. Seperti
7
mainan atau aktivitas biasa, dan perlu diperhatikan gunakan bahanbahan yang aman.
Untuk Infant (Bayi), gunakan mainan-mainan dan boneka binatang
yang akrab dengan mereka dan ‘bicaralah pada mereka’ merupakan
salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperkenalkan wayang.
Cara lainnya adalah dengan ‘berjalan’ dengan menggunakan dua jari
pada lengan anak. Gunakan ritme, nyanyian, dan katakan ‘Datang
seorang yang amat kecil, berjalan di lengan (nama anak). Sekarang, di
bahumu, sekarang di lehermu, itik-itik.
Sediakan waktu yang cukup bagi toddler. Mulai dengan permainan jari
dan wayang tangan. Sediakan pula ruangan yang cukup antara anak
dengan wayang, akan sangat membantu anak pada usia ini agar
merasa lebih nyaman.
Mainkan wayang dengan permainan jari, puisi, lagu, buku, dan papan
flanel yang paling favorit. Saat berkumpul merupakan waktu yang tepat
untuk memperkenalkan wayang. Ketika menyamapaikan cerita yang
akrab dengan anak-anak, biarkan anak-anak mendengar cerita tersebut
beberapa kali. Pengulangan sebuah cerita memungkinkan kita dan
anak-anak untuk memasukkan wayang ke dalam latar yang lebih akrab.
Anak akan secepatnya mampu bercerita secara spontan dan
mengembangkannya sendiri dengan wayangnya.
C. Strategi Mempersiapkan Lingkungan Belajar yang Baik
dalam Penggunaan Wayang
Dengan memperkenalkan pada anak jenis wayang yang berbeda
kita dapat menarkan alternatif pengalaman belajar yang berbeda. Kreasi
yang hebat ini dapat menceritakan sebuah cerita, berdialog, menjadi
pendengar
yang
baik,
dan
menghibur.
Ketika
memilih
bahan,
memanipulasinya, dan mengorganisasikannya, fokus utama adalah
prosesnya.
8
Ketika para orang dewasa sadar bahwa aspek terpenting dari
sebuah kreativitas adalah proses, bukan hasinya, maka mereka akan
mendukung keinginan anak-anak untuk mencoba dan berkreasi dengan
cara mereka sendiri. Mereka akan memahami bahwa proses terjadinya
sesuatu jauh lebih penting dari sekadar hasil. (Fortson & Reiff, 1995).
Anak dapat mengeksplorasi dan memperkuat kemampuan mereka
dalam seluruh aspek perkembangan melalui proses membuat dan
memainkan wayang mereka. Mereka akan :
Mengalami kegembiraan yang mendalam dari bermain dan berfantasi;
Membangun citra diri positif dan kemandirian;
Menggunakan cara yang aman dan diterima untuk mengekspresikan
diri mereka;
Mengembangkan kosakata dan keterampilan berbicara;
Meningkatkan keterampilan bersosialisasi dengan berbagi dan bekerja
sama dan dalam menyampaikan ide-ide mereka;
Belajar untuk memecahkan masalah dan berfikir abstrak;
Menggunakan keterampilan motorik dengan baik;
Mempraktikan koordinasi mata-tangan, tangan-tangan, dan kontrol otot
tubuh.
D. Jenis-Jenis Wayang yang Mudah Dibuat
Terdapat tiga (3) jenis utama wayang yaitu Wayang Tangan
(Hand Puppets), Wayang Bertangkai (Stick or Rod Puppet), dan Marionet.
Hand Puppet, sesuai dengan namanya, wayang jenis ini dapat dengan
mudah dimainkan. Karena wayang langsung melekat pada tangan atau
tangan pemain langsung masuk ke dalam wayang. Ada beberapa jenis
wayang dari Hand Puppet yaitu Finger Puppet (wayang yang
menggunakan jari sebagai media atau bagian dari wayang tersebut) ,
Completed Hand Puppet (Wayang yang seluruh tubuhnya masuk ke
9
dalam lima Jari), Glove Puppet (wayang yang dibuat atau dikreasi dari
sarung tangan), selanjutnya Sock Puppet (wayang yang dibuat dari
kaos kaki), dan ada pula Paper Plate Puppet (wayang yang terbuat dari
kertas bekas bungkus sereal, puding, outmeal yang berbentuk seperti
piring).
Wayang Bertangkai (Stick or Rod Puppet)
Yakni wayang yang memiliki tangkai tunggal untuk dipegang dan
dimainkan. Tangkai ini dapat dibuat dari paku kayu, kertas yang
digulung membentuk tongkat, alat pembersih lidah, dan stik es krim.
Untuk membuatnya cukup mudah. Tempelkan gambar yang akan
dijadikan karakter wayang pada tongkat tersebut. Ada dua contoh
wayang jenis ini, yaitu stick people puppet dan people mask puppet.
Marionet
Merupakan wayang yang berwujud tiga dimensi, yang digerakan
dengan memasang tali pada kepala, tangan, badan, dan kakinya
dengan kayu yang disilangkan di atasnya. Untuk memainkan wayang
jenis ini, kita perlu berlatih agar terampil.
Wayang jenis lainnya yang mudah untuk kita buat adalah wayang dari
bayangan. Biasanya dengan menyorotkan cahaya ke tangan, kita dapat
membentuk bayangan seperti kelinci, burung, atau kambing.
E. Cara Menempatkan dan Menyimpan Wayang
Penempatan wayang dalam sentra wayang atau wayang di setiap
sentra memungkinkan bagi anak untuk memilih dan berinteraksi dengan
wayang
manapun
memainkannya.
bebasnya
yang
mereka
Anak-anak
dalam
membawa
harus
suka.
Baik
diberikan
wayang
ke
membuat
kesempatan
lokasi
ataupun
sebebas-
manapun,
untuk
memperoleh lokasi terbaik yang mereka butuhkan. Anak akan lebih
senang menggunakan wayang jika terdapat petunjuk yang jelas, atau
wayang yang ditata dan dipajang secara baik dan mudah dijangkau.
10
Pertama, beberapa anak dipersilahkan mengamati wayang dan
kita lihat bagaimana perasaan mereka. Sedangkan anak yang lain dapat
menikmati proses pembuatan wayang dan yang lainnya dapat memainkan
wayang yang sudah jadi. Biarkan mereka menikmati secara individu dan
sesuai perkembangannya.
Dalam kaitannya kreativitas dan spontanitas penggunaan wayang,
panggung merupakan hal yang tidak terlalu penting. Seperti yang telah
dijelaskan di awal, bahwa kita sebagai seorang guru tidak membutuhkan
panggung, begitu pula dengan anak-anak. Jika kita merasa kita butuh
sebuah tambahan kreativitas., Hunt and Renfro (1982) menyarankan
‘cerita celemek’.
Ini merupakan kostum yang ideal bagi seorang dalang. Hal
tersebut menunjukkan bahwa waktu mendongeng adalah tentang
memulai. Hal tersebut memberikan nuansa latar bagi cerita yang kita
bawakan, puisi atau lagu dan dapat pula menyembunyikan wayangnya
sampai kita siap untuk menggunakannya. Celemek ini dapat dibuat
dengan menambahkan semacam dompet atau membuatnya sendiri
dengan kain pilihan.
Jika anak-anak memang memerlukan kain panggung untuk
wayang mereka. Berikut ini ada beberapa langkah mudah untuk
membuatnya :
Dapat dibuat dengan menggunakan kardus besar. Buat lubang
ditengahnya, sehingga terbentuk penggung yang terbuka;
Tambahkan kain sebagai tirainya;
Gunakan meja yang kuat dan memungkinkan anak untuk bersembunyi
ketika memainkan wayang;
Jangan lupa gunakan tangkai atau sesuatu yang memudahkan untuk
membuka tutup tirai yang dipasang;
11
Tempatkan dua kursi (yang biasa digunakan orang dewasa) untuk
menyangga pemasangan tirai di depan panggung buatan;
Gunakan strategi ‘Musnahkan televisi’, pindahkan televisi dari area
bermain wayang, agar fokus anak tidak terganggu.
Berikut ini saran-saran yang dapat digunakan dalam menyimpan
wayang yang telah dilakukan oleh beberapa guru dan disarankan juga
oleh Hunt dan Refro (1982), Raines dan Isabel (1994) dan Hilda L
Jackman.
Kita dapat menggantung jemuran baju, sepanjang dinding yang dapat
dilihat dan dicapai anak. Dan gunakan penjepit jemuran untuk menjepit
wayang sepanjang gantungan tersebut;
Tempatkan wayang di dalam gantungan rak baju;
Jepit wayang pada gantungan bersusun;
Simpan wayang jari dan wayang bertongkat pada kardus bekas tempat
telur dan kantong plastik;
Simpan wayang dalam keranjang-kerangjang bertingkat;
Dapat pula menggunakan tas sepatu atau rak sepatu untuk menyimpan
wayang;
Tempatkan kotak sepatu atau kotak plastik yang bening di rak yang
rendah;
Simpan wayang dalam kotak mainan atau peti.
F. Menghubungkan Wayang dengan Kurikulum PAUD
Akan sangat membantu jika ada diskusi dan pertukaran ide
dengan kolega dan teman seprofesi dalam membahas hal ini. Namun di
bawah ini ada beberapa strategi yang dapat merangsang kreativitas kita,
yaitu :
Wayang dapat berbicara dalam berbagai bahasa. Hal ini menunjukkan
bahwa bahasa adalah hal yang sangat berharga. Sebagai contohnya
12
‘Mister Number’ merupakan wayang yang dapat berhitung dari satu
sampai dua puluh dalam berbagai bahasa. Wayang lainnya hanya
berbicara ‘ya dan tidak’ atau ‘halo dan selamat tinggal’, tetapi juga
diucapkan dalam sepuluh bahasa yang berbeda. Wayang sebaiknya
berbicara hanya dengan bahasa yang akrab dengan anak atau bahasa
yang anak dapat mengikutinya. Wayang multikultural dapat digunakan
untuk memperkenalkan berbagai kebudayaan.
Mengembangkan sentra seni bahasa dengan menambahkan wayang
dan
propertinya.
Wayang
dengan
mikrofon
dapat
mendorong
permainan yang kreatif. Wayang, bahkan dapat melakukan wawancara
dengan wayang lainnya. Karena karakter wayang dapat berupa
manusia, binatang, atau tuan dan nyonya, pertanyaannya dapat berupa
pertanyaan seputar keluarga, perasaan, makanan favorit, dan tempat
tinggal. Untuk anak dengan usia yang lebih tua, pertanyaan dapat
berpusat tentang kegiatan tertentu, makanan, matematika, sains atau
lingkungan hidup.
Mendongeng dengan kaos kaki seperti yang telah dipopulerkan oleh M
Brown dengan ‘Billy Goats Gruff’, P Goldone dengan ‘ The Little Red
Hen’, dan A.A. Milne dengan ‘Winnie The Pooh’. Menghubungkan
wayang dengan cerita yang akrab dengan kita akan memperkuat
kemampuan cerita kita,
Dapat pula kita tambahkan mainan telefon untuk sentra permainan
drama. Hal tersebut akan menghadirkan nuansa tambahan yakni
wayang yang bertelfon.
Wayang dengan peran ‘Pembantu’ akan memberikan kontribusi unik
dalam menciptakan kerja sama, peran pencerahan dan pemecah
masalah. Wayang ini akan menanyai anak-anak, dan memandu anakanak untuk menyelesaikan masalah. Karakter wayang ini dapat
membantu meredakan perselisihan dan kesulitan-kesulitan yang terjadi
dalam kehidupan anak usia dini.
13
Perkenalkan wayang ‘pendengar’ yakni wayang dengan ukuran telinga
yang besar, dapat membantu kita dalam menekankan pentingnya
mendengarkan orang lain. Wayang ini dapat berbicara dan menjawab
anak-anak melalui lagu atau syair. Mungkin juga wayang lain hanya
menari-nari. Wayang yang sangat pemalu yang tidak mau berbicara
dapat belajar melakukannya juga dengan bantuan dari anak-anak.
Ciptakan beberapa wayang untuk kegiatan luar ruangan. Siapkan
beberapa pakaian untuk memberikan variasi karakter. Dan anak-anak
dapat memilih pakaian yang sesuai dengan cuacanya.
G. Wayang dan Televisi
Sejak munculnya televisi, wayang telah telah menjadi bagian
dalam acara harian. Stasiun televisi lokal biasanya mengawali siaran
hariannnya dengan program yang berisi wayang.
Di Amerika, delapan dalang memperkenalkan kreasi wayang yang
belum pernah ada sebelumnya kepada anak-anak. Mereka adalah
Edgar Bergen (1903-1978), seorang ventriloquist yang menghibur
anak-anak dan orang tuanya dengan boneka kayunya,
Bil Baird (1904-1987), dalang Marionet lebih dari 60 tahun dan
menciptakan lebih 3000 wayang yang ditampilkan di panggung, televisi
dan film,
‘Buffalo Bob’ Smith (1917-1998), menhibur ribuan anak-anak di awal
program
televisi
dengan
acara
Howdy
Doody,
Clarabel
dan
Marionetnya,
Burr Tilstrom (1917-1985), puncak ketenarannya selama tahun 1950,
dengan wayang tangannya, Kukla dan Ollie.
Jim Henson (1937-1990), menciptakan The Muppet dan sampai hari ini
menginspirasi anak-anak dan keluarga di seluruh dunia untuk tertawa
dan belajar bersama sambil menikmati Sesame Street.
14
Shari Lewis (1934-1998), seorang ventriloquis dan dalang dengan
karakter-karakternya seperti Lamb Chop, Charlie Horse, dan Hush
Puppy.
Fred Rogers (1928-2003), Mister Roger percaya bahwa setiap orang
adalah spesial. Memiliki tokoh wayangnya King Friday and his friends.
Bob Keshan (1927-2004), terkenal dalam kalangan anak-anak dan
orang dewasa di seluruh dunia dengan Captain Kangaroo-nya.
H. Strategi Memperkenalkan Wayang Kepada Keluarga
Mengusahakan orang tua agar terlibat dan antusias dengan
wayang memang akan membutuhkan waktu dan kesabaran kita. Berikut
ini ada beberapa saran yang mungkin membantu :
Kirimkan informasi kepada orang tua berupa presentasi wayang yang
ada dalam komunitas kita. Hal ini penting karena memungkinkan anak
untuk melihat secara langsung pertunjukan wayang,
Kirimkan
surat
kepada
orang
tua.
Libatkan
anak-anak
untuk
membubuhkan ilustarsi dalam surat tersebut.
Selenggarakan pertemuan-pertemuan informal dengan orang tua.
Seperti dengan makan malam bersama. Setelah kegiatan tersebut
adakan kegiatan membuat karya bersama, salah satunya karya
wayang.
Berikan pinjaman wayang kepada anak dan keluarganya. Dorong orang
tua untuk menikmati wayang bersama anak-anak. Sediakan pula
kantong untuk memudahkan membawa dan mengembalikan wayang.
I. Tips untuk orang tua
Wayang dapat dibuat oleh dalang sendiri atau annk-anak. Wayang
akan menjadi teman terbaik bagi anak. Menjadi sesuatu yang sangat lucu
menggemaskan, seperti badut, menjadi sesuatu yang nakal, melakukan
berbagai tingkah yang kurang tepat namun tidak pernah menyakiti.
15
Wayang dapat mengatakan apa yang dipikirkan anak-anak, merasakan
apa yang dirasakan anak-anak, dan berbagi kesedihan dengan anakanak. Wayang pun dapat menunjukkan bahwa anak yang kekurangan,
kelaparan, dalam konflik, dan kehilangan, bisa begembira bersama dan
berbagi cinta serta menggapai kebahagiaan.
Wayang dapat menyampaikan sesuatu yang jarang sekali
didengar oleh anak-anak, yakni bahwa mereka amat dicintai. Wayang juga
dapat menunjukkan pada anak-anak bahwa terkadang ayah dan ibunya
pun bisa juga mengalami kesedihan, dan wayang akan menunjukkan
betapa berharganya cinta, kesia—iaan dari sebuah pertengkaran, dan
indahnya kerjasama dan saling mendukung. (UNICEF,2007).
Kreasi wayang akan menjadi alat yang sangat berharga untuk kita
dalam mengajar. Wayang akan mendorong kita untuk menyesuaikan diri
baik secara perilaku maupun kemampuan berbicara pada saat mengajar.
Sekali kita sendiri merasa nyaman dalam membuat dan menggunakan
wayang, kita akan mengalami dalam kenyamanan tersebut bahwa
karakter wayang yang hebat tersebut dapa membantu kita sepanjang kita
mengajar. Semakin sering kita menggunakan wayang maka kita akan
melihat anak-anak semakin tertarik dan mencintai wayang. Namun
demikian, kita perlu memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk :
Memperoleh waktu yang cukup untuk membuat wayang;
Membuat wayang dengan kreasi mereka sendiri;
Membebaskan kreativitas dan imajinasinya;
Bersabar, menunggu kita siap;
Bereksplorasi, mencoba, dan berkreasi.
J. Kompetensi yang Diharapkan
Melalui penggunaan wayang anak-anak mampu :
1. Membangun citra-dirinya;
16
2. Mengembangkan kemandiriannya;
3. Mempelajari perilaku yang diterima;
4. Meningkatkan keterampilan mendengar;
5. Mempelajari cara baru untuk mengekspresikan perasaan;
6. Belajar berbagi;
7. Belajar membuat pilhan-pilihan;
8. Mengembangkan otot besar maupun kecil;
9. Mempraktikan keterampilan berbicara;
10. Menggunakan cara berpikir kreatif dan imajinatif;
11. Memperkuat
keterampilan
penyelasaian
masalah
abstract;
12. Membuka pikiran dan sikap melalui percakapan.
dan
berpikir
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, dari penerapan
wayang dalam kegiatan bermain pada Pendidikan Anak Usia Dini. Maka
guru dan orang tua sekurang-kurangnya memahami tentang :
1. Perencanakan Penggunaan Wayang dalam Pendidikan Anak Usia Dini;
2. Strategi
Mempersiapkan
Lingkungan
Belajar
yang
Baik
dalam
Penggunaan Wayang;
3. Jenis-Jenis Wayang yang Mudah Dibuat;
4. Cara menempatkan dan Menyimpan Wayang;
5. Menghubungkan Wayang dengan Kurikulum PAUD;
6. Strategi Memperkenalkan Wayang Kepada Keluarga;
7. Tips untuk Orang Tua.
B. Saran
Demi
mendukung
keberhasilan
penerapan
wayang
dan
kompetensi yang dicapai peserta didik maka perlu adanya upaya untuk :
1. Membina kerjasama yang baik antara guru dan orang tua dalam
implementasi penggunaan wayang ini;
2. Memasukkan karakter atau tokoh yang sesuai dengan kebudayaan
Indonesi, demi membangun kecintaan dan kebanggaan anak pada
budaya sendiri.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hilda L Jackman. Early Childhood Curriculum (A Child’s Connection to the
World) Fourth Edition. United Stated of America : Delmar,2009.
18