Isi makalah perkembangan islam di indone

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut terbesar di dunia.
Selain itu, penganutnya juga terus-menerus mengalami peningkatan dan
perkembangan yang sangat signifikan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut
terjadi di seluruh dunia, tanpa terikat oleh geografis, etnis, kasta dan lain
sebagainya. Kemudian kalau kita cermati, agama Islam memiliki keunikan
tersendiri. Keunikan tersebut dapat kita lihat dari aspek sejarah turunnya Islam
dan respon masyarakat terhadapnya. Sekilas, Islam diturunkan oleh Allah SWT
kepada Muhammad Ibnu Abdullah dari golongan kaum Quraisy. Padahal, agamaagama sebelumnya banyak diturunkan kepada bangsa Israil, bukan kaum Quraisy
yang tidak memiliki akar sejarah yang kuat ketimbang bangsa Israil. Sedangkan
keunikan Islam jika dilihat dari respon masyarakat, sangat menakjubkan sekali.
Sebab Islam yang tergolong agama baru dibandingkan agama lainnya, bisa
mendapat respon positif dari masyarakt yang mengitarinya, bahkan memiliki
penganut yang besar hingga saat ini.Entah dari mana antusiasme mereka dapatkan
terhadap Islam –rahmatan lil alamin-.
Nah oleh sebab itu, menarik saya rasa untuk menjelajah dan menelaah lebih
konprehensif tanpa mengenyampingkan sifat kritis terhadap agama yang satu ini,
khususnya di Negara Indonesia yang memiliki penganut Islam terbesar di jagad
raya ini. Dalam hal ini, lagi-lagi kita dihadapkan dengan keunikan Islam. Apabila

kita merefleksi sejarah Islam, bukankah Islam pertama kali turun dan berkembang
di Jazirah Arab, bukan di Indonesia. Lantas, mengapa yang memiliki penganut
Islam terbesar di dunia adalah bangsa Indonesia? Tidakkah terlalu jauh antara
Arab-Indonesia? Kenapa tidak Negara tetangganya saja yang memiliki mayoritas
penganut agama Islam, misalnya Tajikistan, Palestina, Turki, Uzbekistan, dll? Dan
bagaimana perkembangan Islam pada awal masuknya ke Nusantara?
Mengenai sejarah asal mula masuknya Islam di nusantara sepertinya sedikit
mengalami kerancuan (ikhtilaf) antara beberapa pakar. Hal itu terjadi karena tidak
adanya satu bukti yang lebih kuat diantara bukti kuat lainnya. Sehingga antara
1

satu sama lain tidak bisa menafikan sehingga kemudian keluarlah satu-satunya
pendapat atau teori yang mutlak kebenarannya dan diterima oleh para ahli sejarah.
B. Rumusan Masalah
Perumusan Masalahnya meliputi :
1) Bagaimana proses awal masuknya Islam ke Indonesia ?
2) Bagaimana cara Islam masuk ke Indonesia ?
3) Bagaimanakah perkembangan Islam diberbagai wilayah di Indonesia ?
4) Siapa sajakah Tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia ?
5) Apa saja peranan umat Islam di Indonesia ?

6) Apa saja hikmah Perkembangan Islam di Indonesia ?

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses awal Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti
animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa
Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaankerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan
sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima
dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian,
persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang
paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan
membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan
seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di
Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke
tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai

ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan
Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib),
disebarkan langsung dari Madinah.
B. Cara Islam Masuk ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang
bertepatan dengan abad ke-1 atau ke-2 H. Rute yang dilewati adalah jalur
Utara dan Selatan.
Jalur Utara, dengan rute :Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ;
Damaskus – Bagdad – Gujarat – Srilangka – Indonesia
Jalur Selatan, dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ;
Yaman – Gujarat – Srilangka – Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun
penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara
3

damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para
ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
‫غو ة‬
‫ت ووي عرؤةمن ةباللةه وفوقةد ارستورموسوك ةبال رععررووةة‬
‫ل وةإك روراوه ةفي الةطديةن وقد تط وبوي طوون ال طعررشعد ةمون ال روغةطي وفومن ي وك رعفرر ةبال ط وطا ع‬

‫ال رعوث روقى ل و ان رةفوصاوم ل ووها وواللعه وسةميمع و‬
‫عةليمم‬
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut danberimankepada Allah, maka sesungguhnya dia telah
berpegang kepada buhultali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Mah aMendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara, yaitu
melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang
kesemuanya mendukung meluasnya ajaran agama Islam.
1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari
Arab, Persia, dan India. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan
di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang
antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang,
sebagai seorang muslim juga mempunyai kewaajiban berdakwah maka para
pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan
Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia
memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agama Islam dan budaya
Islam yang baru dianutnya kepada orang lain. Dengan demikian, secara bertahap

agama dan budaya Islam tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa
Indonesia. Proses penyebaran Islam melalui perdagangan sangat menguntungkan
dan lebih efektif dibanding cara lainnya.
2. Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin
membaik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak
dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi gadis – gadis setempat
4

dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak mengalami kesulitan.
Misalnya, perkawinan Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dengan Nyai Gede Manila,
putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan antara Raja Brawijaya dengan putri
Jeumpa yang beragama Islam kemudian berputra Raden Patah yang pada akhirnya
menjadi Raja Demak.
3. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan
memegang peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan
memeluk agama Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk
agama Islam. Karea, masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi dan
raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan rakyat memeluk agama Islam,

pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya perluasan wilayah
kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.
4. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau
mubalig yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok
– pondok pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi
menuntut ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Yang jika para pelajar
tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai agama Islam, mereka mempunyai
kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya kepada
masyarakat sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama
Islam. Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara
lain Pesantren Sunan Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan
Ampel ) dan Pesantren Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku
( daerah Hitu ), dls.
5. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan
(masjid), seni pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak
dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara
5


mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran Islam yang disusupkan
ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat mungkin memanfaatkan
tradisi lokal, misalnya:
a. Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending
Dharma, Suluk Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
b. Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Tokoh – tokoh simbolis dalam
wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan
ajaran Islam. Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.
c. Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm
pengingat. Sebab insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebai
pemanggil untuk acara keramaian.
d. Menggeser tradisi klenik dengan doa – doa pengusir jin sekalugus doa ngirim
leluhur. Diantaranya yang disebut Tahlil.
6. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka
selalu menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah –
tengah masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu
masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya
Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.
Dengan melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan

diterima masyarakat dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor – faktor
yang menyebabkan Islam cepat bekembang di Indonesia antara lain :
a. Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat
syahadat
b. Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana
c. Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan
Indonesia
d. Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.

6

C. Perkembangan Islam di berbagai wilayah di Indonesia
1. Sumatera
Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam
adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh
utara . Hal ini mudah diterima akal, karena wilayah Sumatera bagian Utara
letaknya di tepi Selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dagang dari India ke
Cina.
Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab, Persi dan Gujarat, yang juga
para mubalig Islam, banyak yang menetap di bandar-bandar sepanjang Sumatera

Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi yang sebelumnya telah diIslamkan, sehingga terbentuklah keluarga-keluarga muslim. Selanjutnya mereka
mensyiarkan Islam dengan cara yang bijaksana, baik dengan lisan maupun sikap
dan perbuatan, terhadap sanak famili, para tetangga, dan masyarakat sekitarnya.
Sikap dan perbuatan mereka yang baik, kepandaian yang lebih tinggi, kebersihan
jasmani dan rohani, sifat kedermawanan serta sifat-sifat terpuji lainnya yang
mereka miliki menyebabkan para penduduk hormat dan tertarik pada Islam, dan
tertarik masuk Islam.
Hingga akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama, yaitu Samudra Pasai.
Kerajaan ni berdiri pada tahun 1261 M, di pesisir timur Laut Aceh Lhokseumawe
(Aceh Utara), rajanya bernama Marah Silu, bergelar Sultan Al-Malik As-Saleh.
Seiring dengan kemajuan kerajaan Samudra Pasai yang sangat pesat,
pengembangan agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh. Para
ulama dan mubalignya menyebar ke seluruh Nusantara, ke pedalaman Sumatera,
peisir barat dan utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore, dan pulaupulau lain di kepulauan Maluku. Itulah sebabnya di kemudian hari Samudra Pasai
terkenal dengan sebutan Serambi Mekah.
2. Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai
pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr.
Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M
sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di

7

tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi
Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan
oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu
lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa
dipihak lain sudah begitu pesat.
Namun, penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah
Leran/Gresik yang wafat tahun 1101 M dapatlah dijadikan tonggak awal
kedatangan Islam di Jawa.
Hingga pertengahan abad ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita
asing tentang masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru sejak akhir abad ke13 M hingga abad-abad berikutnya, terutama sejak Majapahit mencapai puncak
kejayaannya, bukti-bukti proses pengembangan Islam ditemukan lebih banyak
lagi.
Dan untuk masa-masa selanjutnya pengembangan Islam di tanah Jawa dilakukan
oleh para ulama dan mubalig yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali
Sanga (sembilan wali).
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh
para Wali Sanga, yaitu :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik

Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor
penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai
perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan
di Gapura Wetan Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang
Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan
budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri,
mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat
di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :

8

1. Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir
para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan
Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat)
dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah
Blambangan.
2. Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada
tahun 1479 M.
3. Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden
Patah sebagai Sultan pertama.
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan
menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya
sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika
Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
e. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai
bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau
wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia
membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri
sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar
manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang
kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di
bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang).
Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i
yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
9

Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan
dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di
Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat
sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan
Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan
ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri
dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam
sekaligus kontrol politik para wali.
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan
wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus
dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan
merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan
Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan,
wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria,
disebelah utara kota Kudus.\
Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa
tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan
Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan
pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta
animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan
perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam.
“Salokantara” dan “Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang
berlandaskan syari’at Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu,
semua manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. SultanSultan Demak sadar dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali.
10

Para Ulama itu berperan sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan
penasehat Sultan.
Dalam versi lain dewan wali sanga dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden Rahmat
(Sunan Ampel), membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim (Sunan
Drajat) Usman Haji (ayah Sunan Kudus, Raden Ainul Yakin (Sunan Gresik),
Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah, dan Raden Mahmud. Beberapa tahun
kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan
Kalijaga dipercaya para wali sebagai muballig keliling. Disamping wali-wali
tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu kordinasi dengan Sunan
Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal selama ini
memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya.
1.

Sulawesi
Pulau Sulawesi sejak abad ke-15 M sudah didatangi oleh para pedagang

muslim dari Sumatera, Malaka dan Jawa. Menurut berita Tom Pires, pada awal
abad ke-16 di Sulawesi banyak terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang sebagian
penduduknya masih memeluk kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Di antara
kerajaan-kerajaan itu yang paling besar dan terkenal adalah kerajaan Gowa Tallo,
Bone, Wajo, dan Sopang.
Pada tahun 1562 – 1565 M, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi
Kolama, Kerajaan Gowa Tallo berhasil menaklukkan daerah Selayar, Bulukumba,
Maros, Mandar dan Luwu.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate
dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu Pada
masa itu, di Gowa Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat muslim
dalam jumlah yang cukup besar. Kemudian atas jasa Dato Ribandang dan Dato
Sulaemana, penyebaran dan pengembangan Islam menjadi lebih intensif dan
mendapat kemajuan yang pesat. Pada tanggal 22 September 1605 Raja Gowa
yang bernama Karaeng Tonigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan
Alaudin. dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.

11

Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan
perluasan kekuasaannya. Daerah Wajo dan Sopeng berhasil ditaklukan dan diIslamkan. Demikian juga Bone, berhasil ditaklukan pada tahun 1611 M.
2. Kalimantan
Sebelum Islam masuk ke Kalimantan, di Kalimantan Selatan terdapat
kerajaan-kerajaan Hindu yang berpusat di Negara Dipa, Daha, dan Kahuripan
yang terletak di hulu sungai Nagara dan Amuntai Kimi. Kerajaan-kerajaan ini
sudah menjalin hubungan dengan Majapahit, bahkan salah seorang raja Majapahit
menikah dengan Putri Tunjung Buih. Hal tersebut tercatat dalam Kitab “Negara
Kertagama” karya Empu Prapanca.
Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo
melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan
Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat
dakwah semakin menyebar sebab para muballig dan komunitas muslim
kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa.
Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak
berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut
berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka
lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal
saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
a.

Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan
adanya krisis kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan
Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk sebagai putra mahkota
oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan kepada kerajaan Demak di
Jawa dalam peperangan melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung
Sultan Demak (Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra
kelak bersedia masuk Islam. Dalam peperangan itu Raden Samudra
12

mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan janjinya ia masuk Islam
beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun (1526 M)
berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden Samudra
dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah. Raja-raja Banjar
berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan
Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau
Sultan Musta’in Billah. Wilayah yang dikuasainya meliputi daerah
Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan
Sambangan.
b.

Kalimantan Timur
Berdasarkan hikayat Kutai, pada masa pemerintahan Raja
Mahkota, datanglah dua orang ulama besar bernama Dato Ribandang dan
Tuanku Tunggang Parangan. sehingga raja Kutai (raja Mahkota) tunduk
kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima dan
hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.
Kedua ulama itu datang ke Kutai setelah orang-orang Makasar
masuk Islam. Proses penyebaran Islam di Kutai dan sekitarnya
diperkirakan terjadi pada tahun 1575 M. raja Mahkota berusaha
menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke pedalaman Kalimantan
Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di
Langgar dan para penggantinya.

3.

Maluku.
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah,

sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang
muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini
menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.Islam
masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa
oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang
dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate
masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja
Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah
13

itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara
sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu
Ternate dan Tidore.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar
jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke
Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.\
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian
yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig
yang juga berasal dari Maluku. Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam
adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi.
D. Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepas dari
peran aktif para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik
dikalangan masyarakat. Di antara Ulama tersebut adalah sebagai berikut:
a.

Hamzah Fansuri
Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar
tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh,
tetapi juga ke India, Persia, Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan
itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra Arab.

b.

Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari
Beliau lahir di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada
tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari
banyak guru, di antaranya yaitu; Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘allaham
(orang Arab yang menetap di Bontoala), Syaikh Nuruddin Ar-Raniri
(Aceh), Muhammad bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani (Yaman), Ayub bin

14

Ahmad bin Ayub Ad-Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain
sebagainya.
c.

Syaikh Abdussamad Al-Palimbani
Ia merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari
Sumatra Selatan. Ayahnya adalah seorang Sayid dari San’a, Yaman. Ia
dikirim ayahnya ke Timur Tengah untuk belajar. Di antara ulama sezaman
yang sempat bertemu dengan beliau adalah; Syaikh Muhammad Arsyad
Al-Banjari, Abdul Wahab Bugis, Abdurrahman Bugis Al-Batawi dan Daud
Al-Tatani.

d.

Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani
Beliau lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua
saudaranya, Tamim dan Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang
agama; ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Selain itu ia juga belajar dari Haji
Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta
Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji
dan menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid
Abmad bi Sayid Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan
Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah ia berguru kepada
Syaikh Muhammad Khatib Sambas Al-Hambali. Selain itu ia juga
mempunyai guru utama dari Mesir.
Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal
pengetahuan agamanya ia banyak terlibat proses belajar mengajar dengan
para pemuda di wilayahnya yang tertarik denga kepandaiannya.. tetapi
ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung halamannya. Karena itu
pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap disana hingga
beliau wafat pada tahun 1897 M/1314 H.

e.

Wali Songo
Dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di pulau
Jawa terdapat sembilan orang ulama yang memiliki peran sangat besar.
Mereka dikenal dengan sebutan wali songo.
Para wali ini umumnya tinggal di pantai utara Jawa sejak dari abad
ke-15 hingga pertengahan abad ke-16. Para wali menyebarkan Islam di
15

Jawa di tiga wilayah penting, yaitu; Surabaya, Gresik dan Lamongan
(Jawa Timur), Demak, Kudus dan Muria (Jawa Tengah), serta di Cirebon
Jawa Barat. Wali Songo adalah para ulama yang menjadi pembaru
masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk
peradaban baru seperti, kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan,
kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Adapun wali-wali tersebut yaitu; Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati,
Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria
E. Peranan Umat Islam di Indonesia
1. Masa Penjajahan
a.

Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan
Sebelum kaum penjajah, yakni Portugis, Belanda, dan Jepang, masuk ke

Indonesia, mayoritas masyarakat Indonesia telah menganut agama Islam. Dengan
dianutnya agama Islam tersebut, ajaran Islam telah banyak mendatangkan
perubahan. Perubahan-perubahan itu antara lain:
Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan
raja-raja serta dibimbing agar menghambakan diri hanya kepada Allah SWT.
·

Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan Islam, mampu
mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta dan
diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap anggotanya mempunyai kedudukan,
harkat, martabat, dan hak-hak yang sama.

·

Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam
dengan semboyan “Hubbul-Watan Minal-Iman” (cinta tanah air sebagian dari
iman) mampu mengubah cara berpikir masyarakat Indonesia, khususnya para
pemuda, yang dulunya bersifat sekratin (lebih mementingkan sukunya dan
daerahnya) menjadi bersifat nasionalis (lebih mengutamakan kepentingan bangsa
dan negaranya)

·

Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang
cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong

16

masyarakat Indonesia untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan
bangsanya dengan berbagai cara.
b.

Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan
1.Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
2.Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
2. Masa Perang Kemerdekaan
a. Peranan Ulama Islam Pada Masa Perang Kemerdekaan
Peranan ulama Islam Indonesia pada masa perang kemerdekaan ada
dua macam:
o Membina kader umat Islam, melalui pesantren dan aktif dalam
pembinaan masyarakat
o Turut berjuang secara fisik sebagai pemimpin perang.
b. Peranan Organisasi dan Pondok Pesantren Pada Masa Perang

Kemerdekaan
Organisasi-organisasi yang dimaksud antara lain:
1. Serikat Dagang Islam/Serikat Islam
Serikat Dagang Islam didirikan oeh Haji Samanhudi dan Mas Tirta
Adisuryo pada tahun 1905 di Kota Solo. Tujuan organisasi ini pada awalnya
adalah menggalang kekuatan para pedagang Islam melawan monopoli pedagang
Cina dan memajukan agama Islam.
2. Muhammadiyah
Organisasi Islam Muhammadiyah didirikan di kota Yogyakarta oleh
K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912. Peranan Muhammadiyah
pada masa penjajahan Belanda lebih dititikberatkan pada usaha-usaha
mencerdaskan rakyat Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan mereka, yakni
dengan mendirikan sekolah-sekolah, baik sekolah umum maupun sekolah agama,
rumah sakit, panti asuhan, rumah-rumah penampungan bagi warga miskin dan
perpustakaan-perpustakaan.
3. Nahdlatul Ulama (NU)

17

NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Dua tokoh
penting dalam upaya pembentukan NU adalah K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H.
Wahab Hasbullah.
Pada masa penjajahan Belanda, NU senantiasa berjuang menentang
pejajahan dan pernah mengeluarkan pernyataan politik yang isinya:
o Menolak kerja rodi yang dibebankan oleh penjajah kepada rakyat.
o Menolak

rencana

ordonansi

(peraturan

pemerintah)

tentang

perkawinan tercatat.
o Menolak diadakannya Milisi (wajib militer)
o Menyokong GAPI dalam menuntut Indonesia yang memiliki parlemen
kepada pemerintah kolonial Belanda.
4.

Organisasi-organisasi Islam lainnya yang didirikan pada masa penjajahan

Organisasi Islam lainnya yang didirikan pada masa penjajahan Belanda di
antaranya adalah Al Irsyad, Persatuan Islam (PERSIS), Persatuan Umat Islam
(PUI), PERTI (Persatuan Tarbiyah Islam), dan PUSA (Persatuan Ulama Seluruh
Aceh)
Pada masa penjajahan Jepang, semua organisasi Islam tersebut
berkumpul dalam suatu wadah partai yang bernama Majelis Islam Tinggi, yang
telah mengeluarkan pernyataan politiknya sebagai berikut:
o Membentuk barisan fi sabilillah, untuk berjuang di garis depan
menentang penjajah.
o Akan berjuang mengusir penjajah, karena hukumnya adalah fardu ain.
o Menyatakan bahwa seorang yang mati dalam melawan penjajahan
adalah mati syahid.
o Membentuk barisan palang merah wanita, sesuai dengan ajaran Islam.
5. Pondok Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertus di Indonesia,
yang penyelenggaraan pendidikannya bersifat tradisional dan sederhana. Mata
pelajaran yang diajarkan di pesantren adalah: Ilmu Tauhid, Fikih Islam, Akhlak,
Ushul Fikih, Nahwu, Saraf, dan Ilmu Mantik. Sumber pelajarannya, biasanya,

18

kitab-kitab berbahasa arab yang tidak berharakat atau gundul, yang biasa disebut
dengan “Kitab Kuning”.
3. Masa Pembangunan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia,
umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk, tampil di barisan terdepan
dalam perjuangan, baik perjuangan fisik (berperang) mauapun perjuangan
diplomasi.
Di tahun-tahun awal kelahirannya sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat, bangsa Indonesia harus menghadapi Jepang, negara Sekutu, dan
Belanda.
Selain itu, kemerdekaan negara Republik Indonesia dipertahankan
melalui usaha-usaha diplomatik, yaitu perundingan antara Indonesia dan
Belanda, misalnya: perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian
Roem Royen, dan Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
Dalam usaha mengisi kemerdekaan, pemerintah dan segenap bangsa
Indonesia melakukan usaha-usaha pembangunan dalam berbagai bidang demi
tercapainya tujuan nasional yang diamanatkan oleh UUD 1945. Usaha-usaha
pembangunan yang berencana dan terarah dimulai semenjak Repelita I, dst.
b. Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan
Organisasi Islam yang ada pada masa pembangunan ini cukup banyak,
antara lain: Muhammadiyah; Nahdlatul Ulama (NU); Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Majelis
Ulama Indonesia (MUI).
Peranan Muhammadiyah dalam masa pembangunan antara lain:
o Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuan
tinggi, berbudi luhur dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
o Melakukan usaha-usaha di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,
antara lain mendirikan Rumah Sakit, Poliklinik, BKIA (Balai Kesehatan
Ibu dan Anak), Panti Asuhan dan Pos Santunan Sosial.
19

Peranan NU pada masa pembangunan adalah:
o Mendirikan madrasah-madrasah, seperti Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah,
Aliyah dan Perguruan Tinggi.
o Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren .
o Membantu dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin.
Adapun peranan MUI pada masa pembangunan adalah:
o Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosial
kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam Indonesia pada
umumnya, sebagai amar ma’ruf nahi mungkar dalam usaha meningkatkan
ketahanan nasional.
o Memperkuat Ukhuwah Islamiah dan melaksanakan kerukunan antar umat
beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.
o MUI adalah penghubung antara Ulama dan Umara serta menjadi
penerjemah timbal-balik antara pemerintah dan umat Islam Indonesia guna
menyukseskan pembangunna nasional.
c. Peranan Lembaga Pendidikan Islam dalam Pembangunan
Adapun peranan-peranan kelembagaan Islam dalam pembangunan antara lain:
o Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia bertakwa pada
Tuhan Yang Maha Esa.
o Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
o Memupuk persatuan dan kesatuan umat.
o Mencerdaskan bangsa Indonesia.
o Mengadakan pembinaan mentel spiritual.

BAB III
20

PENUTUP
A. Kesimpulan
 Masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan,
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh
masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai
ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan
Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
 Perkembangan Islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah
diantaranya yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku
 Para ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia di antaranya yaitu;
Hamzah Fansuri, Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari, Syaikh Abdussamad
Al-Palimbani, Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani dan wali
songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang,
Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan
Muria).
 Sedangkan masuknya islam di Indonesia menurut uka tjandrasasmita
dilakukan dengan enam saluran yaitu: Saluran perdagangan, Saluran
perkawinan, Saluran tasawuf, Saluran pendidikan, Saluran kesenian, dan
Saluran politik. Dari keenam saluran di ataslah islam bisa menjangkau hampir
ke seluruh pelosok Indonesia yang salah satu pengaruhnya diakui sebagai
kebudayaan Indonesia sendiri sampai sekarang seperti Pengaruh bahasa dan
nama, Pengaruh adat-istiadat, Pengaruh kesenian.
B. Saran
Islam adalah agama yang damai. Islam masuk ke Indonesia, bukan
dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di
Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama.
Maka dari itu melalui makalah ini kita di ajarkan untuk dapat berdamai
dengan orang-orang disekitar kita. Hindarilah segala pertengkaran yang dapat
merusak hubungan silaturrahmi kita.
DAFTAR PUSTAKA
21

o http://kafeilmu.com/tema/hikmah-perkembangan-islam-diindonesia.html
o nurilblog.blogspot.com/.../sejarah-masuknya-islam-di indonesia
o www.slideshare.net/.../perkembangan-islam-di-indonesia
o amifta45.blogspot.com/.../proses-penyebaran-islam-di-indonesia
o sejarah11-jt.blogspot.com/.../proses-awal-penyebaran-islam-diindonesia
o eljannahraheem.blogspot.com/.../peranan-umat-islam-indonesia

22