PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMA NEGERI-4 PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 TENTANG TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK SKRIPSI OLEH ARPANI ACC 105 015 UNIVERSITAS PALANGKARAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA

PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP SISWA KELAS X SMA NEGERI-4 PALANGKA RAYA TAHUN
PELAJARAN 2009/2010 TENTANG TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK

SKRIPSI

OLEH
ARPANI
ACC 105 015

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
2010

1

BAB I
PENDAHULUAN


1.1

Latar Belakang
Pelajaran kimia merupakan bagian dari pengajaran IPA yang konsep-

konsepnya merupakan konsep yang berjenjang, berkembang dari konsep-konsep
yang sederhana menuju konsep-konsep yang lebih kompleks. Suatu konsep kimia
yang kompleks hanya dapat dikuasai jika konsep-konsep yang mendasar telah benarbenar dipahami. Dengan demikian untuk memahami konsep yang lebih tinggi
tingkatannya perlu pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang membangun
konsep tersebut.
Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana
gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat.
Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat
yang meliputi komposisi, struktur dan sifat yang melibatkan keterampilan dan
penalaran. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta,
teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Sehingga, dalam
penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia
sebagai produk dan proses.
Karakteristik konsep ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya. Kimia

berisi hitungan, fakta yang harus diingat, kosa kata khusus, hukum-hukum yang
mengaitkan satu ide dengan ide yang lain yang harus dipahami secara benar dan
tepat. Dengan keadaan demikian maka perlu dilakukan adanya evaluasi hasil

2

pembelajaran sebagai suatu acuan sejauh mana siswa telah memahami konsep suatu
materi pelajaran yang telah disampaikan. Sebagian besar konsep-konsep kimia masih
merupakan konsep yang abstrak bagi siswa dan bahkan meraka sendiri tidak
mengenali konsep-konsep kunci ataupun hubungan antar konsep yang diperlukan
untuk memahami konsep tersebut. Akibatnya siswa tidak membangun pemahaman
konsep-konsep kimia yang foundamental pada awal mereka belajar kimia.
Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling
penting dalam mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa
(pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus
dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausuble
belum menyediakan suatu alat atau cara yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengetahui konsep apa yang telah dimiliki siswa (Dahar, 1988). Berkenaan dengan
itu Novak dan Gowin dalam Dahar (1988) mengemukakan bahwa cara untuk
mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna

berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.
Materi tentang tata nama senyawa anorganik di SMA dipelajari di kelas X
semester 1 yaitu pada pokok bahasan tata nama senyawa kimia dan persamaan reaksi.
Dimana, pada pokok bahasan tersebut memuat beberapa subpokok bahasan yaitu:
tata nama senyawa biner, poliatom, asam dan basa. Kemudian di kelas XII pada
pokok bahasan ion komplek dengan subpokok bahasan tata nama senyawa/ion
kompleks. Dimana secara sepintas peneliti melihat bahwa pada materi pelajaran
tersebut masih berupa hafalan-hafalan untuk memahami konsep-konsepnya sehingga
diperlukan suatu cara yang dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep-

3

konsep tersebut. Salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan peta
konsep
Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan PPL (Praktek
Pengalaman Lapangan) di kelas X SMA Nusantara Palangka Raya. Sebagian siswa
sudah ada yang memahami tata nama senyawa kimia anorganik, namun sebagian
siswa yang lainnya masih mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut.
Mengenai tata nama senyawa anorganik, Rano (1999) dalam penelitiannya
melaporkan bahwa rerata skor siswa kelas III IPA SMA Negeri 1 Palangka Raya

dalam memahami konsep tata nama ion dan senyawa kompleks adalah 0,51 dan 0,38.
Susanti (2000) melaporkan bahwa rata-rata skor siswa kelas I SMA Negeri 1
Palangka Raya dalam menuliskan nama senyawa molekul 0,72; senyawa ion biner
0,43; senyawa ion terner sebesar 0,66. Kemudian dalam penelitian Eliyana (2003)
mengenai Kesulitan Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNPAR Angkatan
2002/2003 dalam Menuliskan Nama dan Rumus Kimia Senyawa Anorganik
melaporkan bahwa pada topik I (menentukan nama senyawa biner) sebesar 90,09 %;
topik II (menentukan senyawa terner) sebesar 86,03 %; topik III (menentukan
senyawa/ion kompleks) sebesar 94,85 %; topik IV (menentukan rumus kimia
senyawa biner) sebesar 67,00 %; topik V (menentukan rumus kimia senyawa terner)
sebesar 91,18 %; topik VI (menentukan rumus kimia senyawa/ion kompleks) sebesar
97,55 %.
Berkaitan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui penggunaan
peta konsep dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa SMA Negeri-4 Palangka
Raya terhadap tata nama senyawa biner, poliatom, asam dan basa.

4

1.2


Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah peningkatan pemahaman konsep siswa dengan

menggunakan peta konsep terhadap tata nama senyawa anorganik (senyawa biner,
poliatom, asam, dan basa).

1.3

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1.

Apakah pembelajaran

dengan menggunakan peta konsep untuk

meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan tata nama
senyawa anorganik (senyawa biner, poliatom, asam dan basa) dapat diikuti oleh
siswa dengan kemampuan yang berbeda?

2.

Bagaimanakah perubahan pemahaman konsep siswa tentang tata nama
senyawa anorganik (senyawa biner, poliatom, asam dan basa) setelah
pembelajaran dengan menggunakan peta konsep?

1.4

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep

siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda pada pembelajaran kimia tentang
konsep tata nama senyawa anorganik (senyawa biner, poliatom, asam dan basa)
dengan menggunakan peta konsep.

5

1.5

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1)

Untuk guru, dapat memberikan informasi tentang pemahaman siswa dalam
memahami konsep tata nama senyawa anorganik (senyawa biner, poliatom,
asam dan basa) dengan menggunakan peta konsep.

2)

Untuk siswa, dapat menggunakan peta konsep sebagai cara belajar alternatif
dalam memahami konsep materi pelajaran kimia atau pun pelajaran yang
lainnya.

3)

Sebagai bahan informasi atau masukan yang dapat dijadikan bahan acuan
untuk penelitian yang relevan dan lebih mendalam dalam penelitian
selanjutnya.


6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Konsep
Konsep dapat didefinisikan dengan berbagai macam rumusan. Salah satunya

adalah definisi yang dikemukakan oleh Carrol dalam Kardi (1997: 2) bahwa konsep
merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai
suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan
perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu,
serta mengabaikan elemen yang lain.
Tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari
konsep atau berbagai macam konsep-konsep yang diperoleh para siswa. Oleh karena
itu konsep-konsep merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus, konsepkonsep itu tidak dapat diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku. Dahar (1988)
menyatakan bahwa konsep merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturanaturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian konsep itu sangat
penting bagi manusia dalam berpikir dan belajar.


2.2

Pemahaman Konsep
Pemahaman adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan transformasi ilmu

pengetahuan. Pemahaman (understanding) dilandasi oleh pengetahuan pada level
yang lebih rendah dan merupakan dasar untuk menuju level yang lebih tinggi, seperti
penerapan, analisis, sintesis, evaluasi, wawasan, dan kebijakan (Sudyana, 2006).

7

Pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan
kompetensi, sehingga dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam
berbagai bidang kehidupan
Belajar atau mempelajari sesuatu, lebih diutamakan untuk lebih dahulu
mempelajari konsepnya. Menurut Dahar (1989) belajar konsep merupakan hasil
utama yang diperoleh dari suatu pendidikan. Karena konsep-konsep yang dipelajari
tersebut merupakan landasan dasar dalam berpikir dan dasar proses mental yang
lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasinya. Oleh sebab itu,

pemahaman konsep sangat penting bagi siswa yang sedang belajar, dan dapat
dikatakan bahwa pemahaman konsep merupakan tujuan akhir dari setiap proses
pembelajaran.

2.3

Peta Konsep
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara

konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua
atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit
semantik. Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri
atas dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk
suatu proposisi. Oleh karena itu belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila
konsep-konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep
harus disusun secara herarki. Ini berarti, bahwa konsep yang lebih inklusif harus ada
di puncak peta. Makin ke bawah konsep-konsep diurutkan makin menjadi lebih
khusus.

8


Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling
penting dalam mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa
(pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus
dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausuble
belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk
mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa (Dahar, 1988: 149). Berkenaan
dengan itu Novak dan Gowin dalam Dahar (1988: 149) mengemukakan bahwa cara
untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna
berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.

2.3.1

Ciri-Ciri Peta Konsep
Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-

ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut
dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, dan
kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab akibat. Agar pemahaman
terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1988: 153) mengemukakan ciri-ciri
peta konsep sebagai berikut:
1)

Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang
studi fisika, kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Dengan membuat sendiri
peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari
bidang studi itu lebih bermakna.

9

2)

Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi
atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubunganhubungan proposional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan
belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa
memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep.

3)

Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsepkonsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada
beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain.

4)

Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah
suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep
itu.
Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat

ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahanya. Peta
konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang
dimiliki siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan
disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa
untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru (Arends, 1997: 251).

2.3.2

Cara Menyusun Peta Konsep
Menurut Dahar (1988: 154) peta konsep memegang peranan penting dalam

belajar bermakna. Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep
untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini
dapat diikuti untuk menciptakan suatu peta konsep.

10

Langkah 1: mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah
konsep.
Langkah 2: mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang
ide utama
Langkah 3: menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
Langkah 4: mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara
visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun
peta konsep sebagai berikut:
1) Memilih suatu bahan bacaan
2) Menentukan konsep-konsep yang relevan
3) Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke
yang paling tidak inklusif
4) Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang
paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.
Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata
hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.

2.3.3

Jenis-Jenis Peta Konsep
Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003: 24) jenis peta konsep ada empat

macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta
konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).

11

1.

Pohon Jaringan
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain

dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan
hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan,
tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu.
Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu
susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari
konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu (Nur dalam Erman,
2003: 25).
Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
- Menunjukan informasi sebab-akibat
- Suatu hirarki
- Prosedur yang bercabang
2.

Rantai Kejadian
Nur dalam Erman (2003: 26) mengemukakan bahwa peta konsep rantai

kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah
dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam
melakukan eksperimen.
Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
 Memberikan tahap-tahap suatu proses
 Langkah-langkah dalam suatu prosedur
 Suatu urutan kejadian

12

3.

Peta Konsep Siklus
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil

akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal.
Seterusnya kejadian akhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu
berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok
diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian
berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.
1.

Peta Konsep Laba-laba
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam

melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat
memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut
berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain.
Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan istilahistilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih berguna dengan
menuliskannya di luar konsep utama.

2.4

Tes Merupakan Alat Penilaian Hasil Belajar Siswa
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada

siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam
bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada
umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran. Sungguhpun demikian, dalam batas tertentu tes

13

dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan
psikomotoris.
Tes sebagai alat penilaian hasil belajar terbagi menjadi dua jenis yaitu tes
uraian atau tes essay dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian
terbatas dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk,
yaitu bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya,
menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi. (Sudjana, 1989: 35)

2.5

Tata Nama Senyawa Kimia
Nama ilmiah suatu unsur mempunyai asal-usul bermacam-macam. Hal ini

mendasari ahli kimia untuk menentukan suatu sistem tata nama senyawa di bawah
naungan IUPAC (International Union Of Pure and Applied Chemistry). Sistem ini
bertujuan untuk menyeragamkan penamaan senyawa kimia secara internasional
sehingga mudah dipelajari oleh siapa pun. Sistem penamaan ini dibedakan menjadi
dua, yaitu penamaan untuk senyawa organik dan senyawa anorganik. Penamaan
senyawa-senyawa ini didasarkan pada rumus kimia dengan aturan-aturan tertentu.
Beberapa aturan penamaan senyawa anorganik dijelaskan sebagai berikut.

2.5.1

Tata Nama Senyawa Biner
Senyawa biner merupakan senyawa yang terdiri dari dua macam unsur yang

berbeda. Senyawa biner digolongkan menjadi dua sebagai berikut.

14

a.

Senyawa Biner yang Terdiri Atas Unsur Logam dan
Nonlogam

Aturan penamaan
1)

Unsur yang berada di depan (logam) diberi nama sesuai dengan
nama unsur tersebut.

2)

Unsur yang berada di belakang (nonlogam) diberi nama sesuai
dengan nama unsur tersebut dengan menambahkan akhiran –ida.

3)

Muatan kation ditulis menggunakan angka Romawi (jika
diperlukan). Unsur logam sebagai kation (ion positif) dan unsur nonlogam
sebagai anion (ion negatif). Penulisan angka Romawi berlaku apabila unsur
logam di dalamnya memiliki kation lebih dari satu macam.
Contoh:
Logam Fe memiliki kation Fe2+ dan Fe3+ sehingga penulisan nama senyawa
FeCl3: besi (III) klorida.

Rumus umum penggabungan kation dan anion pada senyawa biner:
Xa+ + Yb-

XbYa

Keterangan: Xa+ : kation
Yb- : anion
Perhatikan beberapa contoh berikut:
Mg2+ + Cl-

MgCl2

Ag+ + Br-

AgBr

Na+ + O2+

Na2O

15

b.

Senyawa Biner yang Terdiri Atas Unsur Nonlogam dan
Nonlogam

Aturan penamaannya ditandai dengan awalan angka Yunani yang menyatakan
jumlah atom nonlogam, diikuti dengan nama unsur dan diakhiri dengan akhiran –ida.
Awalan angka Yunani:
mono : 1

heksa : 6

di

:2

hepta : 7

tri

:3

okta

:8

tetra

:4

nona

:9

penta : 5

deka

: 10

Awalan ”mono” hanya dipakai pada unsur nonlogam yang kedua.
Contoh:
CO

= karbon monoksida

CO2

= karbon dioksida

N2O5 = dinitrogen pentaoksida

2.5.2

Tata Nama Senyawa Poliatom
Senyawa poliatom adalah senyawa yang terdiri lebih dari dua macam unsur

penyusun yang berbeda. Kebanyakan ion poliatom bermuatan negatif, kecuali ion
amonium (NH4+) yang bertindak sebagai kation. Penamaan senyawa poliatom sama
dengan aturan penamaan senyawa biner logam dan nonlogam. Namun terdapat
perbedaan pada penamaan ionnya yaitu sebagai berikut.

16

a.

Anion yang terdiri dari atom penyusun yang sama, untuk jumlah
oksigen yang lebih sedikit diberi akhiran –it, dan untuk jumlah oksigen yang
lebih banyak diberi akhiran –at.
Contoh:
SO32-

: sulfit

SO42-

: sulfat

b.

Khusus untuk CN- dan OH- mendapat akhiran –ida

c.

Anion yang mengandung unsur golongan VIIA (F, Cl, Br, dan I)
urutan penamaan anion dengan jumlah oksigen terkecil sampai terbesar, yaitu:
hipo + nama unsur + akhiran –it, nama unsur + akhiran –it, nama unsur +
akhiran –at, sampai per + nama unsur + akhiran –at.
Contoh:
ClO-

: hipoklorit

ClO2-

: klorit

ClO3-

: klorat

ClO4-

: perklorat

Rumus penggabungan kation dan anion pada senyawa poliatom:
Xa+ + YZb-

Xb(YZ)a

Contoh:
NH4+ + Cl

NH4Cl

: amonium klorida

K+ + CN-

KCN

: kalium sianida

Zn2+ + OH-

Zn(OH)2

: seng hidroksida

Fe3+ + SO42-

Fe2(SO4)3

: besi (III) sulfat

17

Mg2+ + SO42-

MgSO4

: magnesium sulfat

Tidak ditulis Mg2(SO4)2, karena rumus empirisnya MgSO4. Setelah menyebut nama
unsur depan, tidak diikuti angka Romawi karena magnesium hanya memiliki satu
macam kation saja.

2.5.3

Tata Nama Senyawa Asam
Asam adalah zat yang didalam air larut dan terurai menghasilkan ion

hidrogen (H+) dan ion negatif. Penamaan senyawa asam adalah dengan menyebutkan
kata ”asam” yang menggantikan kata ”hidrogen”, kemudian diikuti nama atom yang
berikatan dengan hidrogen dan diakhiri dengan kata –ida. Contohnya sebagai berikut.
HF = asam flourida
HCl = asam klorida
HBr = asam bromida
H2S = asam sulfida
Senyawa asam yang mengandung oksigen terbentuk dari reaksi oksida asam
dengan air. Oksida asam ialah molekul yang terdiri atas unsur nonlogam dan oksigen.
Contohnya sebagai berikut.
SO2 + H2O

H2SO3

SO3 + H2O

H2SO4

Penamaan senyawa asam yang mengandung oksigen sesuai dengan jumlah atom
oksigen yang terikat. Dimana penamaannya adalah sebagai berikut, diawali dengan
kata asam kemudian diikuiti nama unsur anionnya dan diberi akhiran- it jika jumlah
oksigen lebih sedikit, dan diberi akhiran –at jika oksigennya lebih banyak

18

2.5.4

Tata Nama Senyawa Basa
Basa ditandai dengan adanya ion hidroksida (OH-). Penamaan selalu diakhiri

dengan anion hidroksida. Aturan Penamaan Senyawa basa adalah dengan
menyebutkan nama unsur yang terikat pada ion OH- dan diikuti dengan kata
”hidroksida”
Contoh:
NaOH

: Natrium hidroksida

Ba(OH)2 : Barium hidroksida

19

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif berusaha
mengungkap gejala secara menyeluruh, dan sesuai dengan konteks melalui
pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen
kunci.

3.2 Pendekatan Penelitian dan Kedudukan Peneliti
Penelitian ini bersifat deskriptif. Kedudukan peneliti pada penelitian ini
adalah sebagai partisipan artinya peneliti terlibat dalam proses pembelajaran dan
berinteraksi langsung dengan siswa.

3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri-4 Palangka Raya pada kelas X-7 dan
X-8.

3.4 Tahap-Tahap Penelitian
Prosedur penelitian secara garis besar dilakukan melalui beberapa tahapan
antara lain tahap persiapan, tahap pelaksanaan, serta tahap analisis data dan
penarikan kesimpulan. Penjelasan setiap tahap penelitian tersebut adalah sebagai
berikut:

20

1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi perizinan, observasi sekolah dan penyusunan
instrumen penelitian. Perizinan kegiatan penelitian diawali dengan pengajuan kepada
Dekan FKIP UNPAR yang diketahui oleh Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
dan Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. Kemudian dilanjutkan ke Dinas Pendidikan
Kota Palangka Raya dan keluar surat izin tertanggal 10 November 2009. Surat izin
tersebut digunakan sebagai pengantar ke tempat penelitian yaitu SMA Negeri-4
Palangka Raya.
Tahapan berikutnya adalah observasi ke Sekolah tempat dilakukannya
penelitian. Observasi bertujuan untuk mengetahui keadaan sekolah, kurikulum yang
digunakan dan bagaimana proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah sasaran,
terutama kelas X yang akan dijadikan sampel penelitian.
Setelah melakukan observasi sekolah, tahap selanjutnya adalah penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
yang berlaku untuk pokok bahasan Tata Nama Senyawa Kimia di kelas X. Langkahlangkah pembelajaran disesuaikan dengan acuan atau karakteristik metode atau
strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Tahap selanjutnya adalah penyusunan instrumen penelitian. Instrumen
penelitian yang digunakan berupa soal tes pemahaman konsep, lembar pengamatan
pengelolaan pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa, angket respon siswa dan
angket respon guru terhadap pembelajaran. Semua instrumen penelitian tersebut
divalidasi oleh 2 orang rater yaitu dosen pendidikan kimia dan guru bidang studi
kimia yang mengajar di SMA NEGERI- 4 Palangka Raya yang ditunjuk oleh Ketua

21

Program Studi Pendidikan Kimia. Instrumen divalidasi dengan mengoreksi semua
lembar observasi dan angket respon yang telah disusun oleh peneliti, serta melakukan
validasi isi terhadap soal tes pemahaman konsep berdasarkan kriteria yang telah ada.
Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan bila semua intrumen telah dianggap layak
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan proses pembelajaran pada kelas X-7 dan
X-8 dengan menggunakan peta konsep. Kedua kelas tersebut dijadikan sebagai kelas
eksperimen tanpa adanya kelas kontrol atau kelas pembanding. Artinya, kedua kelas
tersebut mendapat perlakuan yang sama yaitu pembelajaran dengan menggunakan
peta konsep. Masing-masing kelas tersebut sebelum pembelajaran dimulai terlebih
dahulu diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki masingmasing siswa. Dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
 Guru mengajari siswa dalam membuat peta konsep.
 Siswa diberikan bahan bacaan dan mengaris bawahi konsep-konsep penting
yang ada dalam bahan bacaan tersebut.
 Siswa diminta membuat peta konsep tentang tata nama senyawa anorganik
dan mengumpulkanya.
 Siswa melengkapi peta konsep yang telah dibagikan oleh guru dengan teman
sebangkunya (Peta konsep yang dibagikan tersebut seperti pada lampiran 1)
 Jika peta konsep yang dibagikan oleh guru telah dilengkapi/diisi oleh siswa
maka siswa diminta untuk melengkapi peta konsep yang ada dipapan tulis
dengan cara menempelkan konsep-konsep yang belum terisi.

22

 Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan peta konsep
diselingi tanya jawab dengan siswa.
 Guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran
Kegiatan akhir yang dilakukan adalah pelaksanaan postes. Kegiatan ini
bertujuan untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa setelah diberikan
pembelajaran dengan menggunakan peta konsep. Soal yang digunakan pada saat pretest dan pos-test dalam penelitian ini adalah sama.
3) Tahap Analisis data
Setelah data-data terkumpul, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a)

Mengolah data pretes dan postes untuk mengetahui skor masing-masing siswa
kemudian mendeskripsikan data pretes dan postes tersebut.

b)

Mendeskripsikan peningkatan penguasaan konsep siswa pada setiap indikator
hasil belajar dengan membandingkan prosentase peningkatan penguasaan konsep
pretes dengan postes.

c)

Mendeskripsikan

hasil

respon

siswa

terhadap

pembelajaran

dengan

menggunakan peta konsep.
d)

Mendeskripsikan jawaban siswa pada saat pretes dan postes serta
membandingkan jawaban siswa tersebut agar dapat diketahui adanya peningkatan
pemahaman konsep siswa.

4) Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan dari hasil analisis data dan pada
saat pengamatan peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

23

3.5 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil tes pemahaman konsep yang
berupa hasil pre-test dan pos-test.

3.6 Prosedur Pengumpulan Data
Data terdiri dari hasil tes kemampuan siswa pada saat pre-test dan pos-test.
Tahapan penelitian dilaksanakan meliputi

tiga tahapan yaitu pre-test, kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan peta konsep dan terakhir pos-test. Jadi, data pretest diperoleh sebelum dilaksanakannya kegiatan pembelajaran dan data pos-test
diperoleh setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Berikut ini adalah penjabaran
dari pada alat pengumpulan data.
1)

Soal Tes Pemahaman Konsep
Tes Pemahaman Konsep diberikan pada siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes ini berupa test tertulis berbentuk essay
berjumlah 7 butir soal yang sudah divalidasi oleh 2 orang rater yaitu dosen program
studi pendidikan kimia dan guru bidang studi kimia yang mengajar di SMA Negeri-4
Palangka Raya (instrumen dapat dilihat pada Lampiran 8)..
Validasi soal yang dilakukan hanya berupa validasi isi soal tentang pemahaman
konsep. Kriteria pemberian skornya adalah sebagai berikut :
Skor “ 2 ” bila butir soal sudah komunikatif dan sesuai dengan tujuan yang hendak
diukur.

24

Skor “ 1 ” bila butir soal sudah komunikatif tetapi tidak sesuai dengan tujuan yang
hendak diukur, atau tidak komunikatif tetapi sesuai dengan tujuan yang hendak
diukur.
Skor “ 0 ” bila butir soal tidak komunikatif dan tidak sesuai dengan tujuan yang
hendak diukur.
2)

Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan
peta konsep. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan
pembelajaran dengan menggunakan peta konsep. Instrumen ini diisi oleh 2 orang
pengamat yang duduk di tempat yang memungkinkan untuk dapat mengikuti dan
mengamati pembelajaran (instrumen dapat dilihat pada Lampiran 9).

3)

Angket
Angket yaitu pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan yang disampaikan
kepada responden secara tertulis. Angket yang dipergunakan adalah angket
tertutup, artinya alternatif jawaban sudah disediakan dan responden hanya
memilih salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan pendapatnya.
Angket yang digunakan berupa angkat respon siswa dan angket respon guru
terhadap pembelajaran dengan menggunakan peta konsep (instrumen dapat
dilihat pada lampiran 11 dan 12).

3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data pretes dan data postes yang
berasal dari tes pemahaman konsep siswa. Pemeriksaan keabsahan data pretes dan
postes pada tes pemahaman konsep dilakukan dengan cara validasi isi soal oleh

25

validator. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas tentang kualitas
soal tes pemahaman konsep yang akan digunakan sebagai alat pengumpulan data.

3.7.1

Pengembangan Soal Tes Pemahaman Konsep.
Instrumen yang dipergunakan untuk mengumpulkan data pemahaman

konsep dalam penelitian ini adalah berupa tes essai berjumlah 7 soal. Masing-masing
soal memiliki skor maksimum sesuai dengan kriteria penilaian yang dibuat oleh
peneliti sendiri (kriteria penilaian dapat dilihat pada Lampiran 4). Soal nomor 1
memiliki skor maksimum 3, soal nomor 2 memiliki skor maksimum 3, soal nomor 3
memiliki skor maksimum 3, soal nomor 4 memiliki skor maksimum 4, soal nomor 5
memiliki skor maksimum 4, soal nomor 6 memiliki skor maksimum 3, soal nomor 7
memiliki skor maksimum 24 . Setelah disusun, instrumen ini kemudian divalidasi
oleh 2 orang penilai ahli (rater), yang meliputi penilaian terhadap keterbacaan soal
(validasi isi) dan cakupan pertanyaan terhadap materi yang diujikan (validasi
konstruk).

Instrumen

lain

yang

digunakan

berupa

angket

dan

lembar

pengamatan/observasi, lengkap dengan kriteria penilaiannya.
Validasi dilakukan oleh dua orang rater yaitu dosen kimia dan guru bidang
studi kimia SMA Negeri-4 Palangka Raya yang telah ditunjuk oleh Ketua Program
Studi Pendidikan Kimia. Hasil validasi soal dapat dilihat dalam Tabel 1.
Dari hasil validasi yang dilakukan oleh 2 validator di atas, diperoleh
beberapa masukan yaitu baik bahasa maupun maksud dari seluruh item. Sebagian
dari item tes yang awalnya kurang baik kemudian diperbaiki berdasarkan masukan
dari validator.

26

Tabel 1.
Data Hasil Validasi oleh 2 Validator
Butir Soal
1
2
3
4
5
6
7

Validator 1
2
2
2
2
2
2
2

Validator 2
2
2
2
2
2
2
2

Rata-rata
2
2
2
2
2
2
2

3.8 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data tes pemahaman
konsep yang berupa hasil pretes dan postes dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya data

yang diperoleh digunakan perhitungan sebagai berikut.
a.

Mean atau rata-rata ( x )
Dalam statistik, nilai rata-rata disebutnya dengan istilah rerata, rata-rata hitung,

atau mean. Dengan demikian dapat disimpulkan aturan berikut.
Rata-rata

=

Jumlah nilai data
Banyaknya nilai data

Atau dapat ditulis dengan rumus berikut.
X

=

∑ fi. xi
∑f

Keterangan:
X = mean rata-rata
fi = frekuensi data ke-i dengan i = 1, 2, 3,……….., n
xi = nilai data ke-i dengan i = 1, 2, 3, …….., n
b. Modus
Modus adalah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang frekuensinya

27

paling banyak
c.

Median
Median adalah nilai tengah setelah data diurutkan. Jika banyak data adalah

ganjil maka median adalah nilai data yang terletak tepat ditengah-tengah. Jika banyak
data adalah genap maka median adalah nilai rata-rata dari dua nilai data yang terletak
ditengah.
d.

Besar peningkatan kemampuan siswa
Besarnya peningkatan kemampuan siswa dari setiap soal dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan.
1.

Besar kemampuan siswa per indikator saat pretes atau postes (%)
% kemampuan siswa pada setiap soal

=

∑x
Skor tertinggi x jumlah siswa

Keterangan:
∑X = jumlah nilai yang dihasilkan seluruh siswa pada setiap soal
2.

Besar peningkatan kemampuan siswa (%)
∆X = ∑X2 - ∑X1
Keterangan:
∆X = besarnya peningkatan kemampuan siswa dalam persen
∑X1 = kemampuan siswa setiap soal pada saat pretes (%)
∑X2 = kemampuan siswa setiap soal pada saat postes (%)
Kemudian untuk kepentingan analisis data guna mengetahui perbedaan

pemahaman konsep siswa antara siswa yang relatif pintar dan yang kurang pintar
maka siswa dikelompokkan menjadi kelompok atas dan kelompok bawah dengan
penentuan sebagai berikut.

28

1.

Mengurutkan siswa berdasarkan nilai ulangan dari nilai siswa
yang paling tinggi sampai yang terendah

2.

Menetapkan 27,5% untuk siswa kelompok atas dan 27,5% untuk
siswa kelompok bawah berdasarkan urutan yang telah ditetapkan pada poin 1.
Sehingga didapatkan 12 orang siswa kelompok atas dan 12 orang siswa
kelompok bawah.

29

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25