Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi KPK dan FPB Melalui Model Quantum Teaching

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

  Menurut Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan Slameto, Darmadi (2010:186) memberikan penjelasan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan perubahan-perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam dirinya.

  Sabri (2007:19) menyatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat penagalaman dan pelatihan. Tujuan yang dicapai dari kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Seseorang dinyatakan belajar apabila ia mengalami sendiri proses usaha yang dilakukannya, tidak dapat digantikkan dengan orang lain. Usaha ini bersifat sadar, artinya seseorang tersebut tahu dan mengerti perbuatan yang dilakukannya.

  Berbeda dengan Ghufron (2012:23) bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang cenderung menetap dan merupakan hasil dari pengalaman, serta tidak termasuk perubahan fisiologis, namun perubahan psikologis yang berupa perilaku dan representasi atau asosiasi mental. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui pengetahuan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persiten pada dirinya sebagai hasil demikian pendapat Jhon Dewey dalam (Purwanto, 2013:12), salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO

  (Nurhadi,2003:62) , yaitu:

  1) Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang

  memungkinkan siswa mengenai teknik menemukan pengetahuan dan bukan semata-semata hanya memperoleh pengetahuan.

  2) Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan

  untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Design,

  Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang

  kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi konflik.

  3) Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk

  hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka.

  4) Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk

  mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa.

2.1.1.2 Hasil Belajar

  Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya (Alim dan Ratu, 2013:32) Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Belajar merujuk pada seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru sebagai pengajar. Dua kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru berpadu dalam satu kegiatan. Terjadinya interaksi antara guru dan siswa menghasilkan kemampuan yang disebut sebagai hasil belajar.

  Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

  Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Hasil belajar merupakan suatu tindakan penilaian oleh guru terhadap pembelajarannya kepada siswa, serta juga menjadi tolok ukur berhasil atau tidaknya pengajarannya yang dilakukannya di kelas (Walle 2008:81). Maksud dari penilaian adalah ; a.

  Memonitor kemajuan siswa b. Membuat keputusan pengajaran c. Mengevaluasi keberhasilan siswa d. Mengevaluasi program selanjutnya

2.1.2 Hakikat Belajar Matematika

2.1.2.1 Pengertian Matematika

  Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani,

  “mathein” yang berarti

  mempelajari. Kata Matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta,

medya atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.

Selanjutnya Johnson dan Myklebus dalam Abdurahman (2003:252), mengartikan Matematika sebagai bahasa simbol yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Tidak mudah untuk mencapai kata sepakat diantara ahli Matematika untuk mendefinisikan tentang Matematika, akan tetapi mereka semua sepakat bahwa sasaran dalam pembelajaran Matematika tidaklah konkret.

  Menurut Ruseffendi (Heruman 2007:1) definisi Matematika adalah ilmu logika tentang bentuk susunan besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya. Matematika dapat dibagi ke dalam tiga bidang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya Matematika untuk membantu masalah sosial, ekonomi, dan alam.

  Menurut Fathani (2008:75) Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai setiap manusia, terutama oleh siswa sekolah. Sebab, ternyata Matematika tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Matematika selalu mengalami perkembangan yang berbanding lurus dengan kemajuan sains dan teknologi. Disebut sebagai ilmu dasar, tentu setiap orang harus mampu memahami dan menguasainya, terutama untuk siswa sekolah. Dalam usia sekolah, siswa lebih mudah dan mampu untuk menyerap banyak ilmu. Penguasaan Matematika bukan saja sebagai tuntutan sekolah namun lebih. Matematika selalu perkembangan dan kemajuan yang sejalan dengan sains dan teknologi. Jika tak dapat menguasai Matematika maka akan tertinggal dengan sains dan teknologi tersebut.

  Dengan memperhatikan tentang definisi Matematika di atas, maka menurut Jihad (Prastiwi, 2011:33-34) dapat diidentifikasi bahwa Matematika jelas berbeda dengan mata pelajaran lain dalam beberapa hal berikut, yaitu ;

  a) Objek pembicaraannya abstrak, sekalipun dalam pengajaran di sekolah anak diajarkan benda kongkrit, siswa tetap dirorong untuk melakukan abstraksi;

  b) Pembahasan mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa pengetian dibuat seefisisen mungkin, pengertian lain harus dijelaskan kebenaranya dengan tata nalar yang logis;

  c) Pengertian/konsep atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehingga terjaga konsistensinya; d)

  Melibatkan perhitungan (operasi);

e) Dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.3 Model Quantum Teaching

  Quantum Teaching

2.1.3.1 Quantum dalam arti sebenanarnya adalah proses interaksi yang mengubah

  

Teaching adalah kemampuan dan bakat alamiah yang dimiliki siswa, sedangkan

  cahaya merupakan hasil yang dapat bermanfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain. Interaksi belajar efektif dapat memengaruhi kesuksesan belajar siswa.

  Menurut Kholid (2009:4) model pembelajaran Quantum Teaching merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat siswa dlam proses pembelajaran. Model ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. Qauntum Teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan memengaruhi kehidupan murid, guru seolah- olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.

  DePorter,dkk (2003:6) Adapun asas Quantum Teaching adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Memasuki terlebih dahulu dunia mereka berarti akan memberi izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang didapatkan dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah dunia siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar. Guru akan memberikan pemahaman tentang isi dunia itu kepada siswa.

  Ada beberapa prinsip Quantum Teaching menurut DePorter (2010:36) dalam bukunya yang berjudul Quantum Teaching yaitu: 1)

  Segalanya berbicara segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar. 2)

  Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam pengubahan kita, mempunyai tujuan. Oleh karena itu, katty Wagnoe membuat istilah yang memotivasi “Tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”.

  3) Pengalaman sebelum pemberian nama. Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses yang paling baik terjadi ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari,

  4) Akui setiap usaha. Belajar mengandung resiko, belajar berarti keluar dari pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle

  C. Nelson bahwa pujian atau penghargaan kepada seseorang atas karyanya memunculkan suatu energi yang membangkitkan emosi positif. 5)

  Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Perayaan adalah sarapan para pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk merayakan setiap keberhasilan.

  Aplikasi Quantum Teaching dapat dinamakan dengan TANDUR. Aplikasi dari TANDUR sangat jelas manfaatnya ketika diterapkan dalam kelas yang memiliki siswa dengan siswa tingkat antusiasme belajar yang rendah. TANDUR ditujukan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga proses penyampaian materi dapat berjalan dengan baik. (DePorter 2010:127) TANDUR merupakan singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan.

2.1.3.2 Kerangka Perancangan Quantum Teaching

  Konsep dari pembelajaran dengan Model

  Quantum Teaching

  (DePorter,2010:127) adalah: T (Tumbuhkan). Tumbuhkan dalam hal ini mengacu pada fase menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah manfaatnya bagiku”

  (AMBAK), dan manfaatnya dalam kehidupan mereka dengan proses yang menarik mungkin. (Huda, 2013:193) Tumbuhkan di sini berperan sangat penting karena fase inilah siswa diajak pergi dari dunianya menuju dunia kita sebagai pengajar, dan kita antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka, tanpa ada rasa keterpaksaan. Kita sebagai pengajar pada fase ini dituntut untuk bisa menyiapkan mata mereka dan menyerahkan segenap perhatian mereka kepada kita. Perhatian inilah yang menjadi target pada fase Tumbuhkan, ketika perhatian sudah berhasil direbut maka itulah letak kemenangan kita. Sebab, ketika hal itu terjadi, penyampaian materi akan sangat mudah dilakukan.

  A (Alami) dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa. Pengalaman belajar ini haruslah dapat mencakup segenap gaya belajar siswa, baik itu yang memiliki gaya belajar Auditori, Visual, ataupun Kinestetik. Ketika siswa diberi pengalaman belajar secara langsung mereka akan terus dapat mengingatnya karena sistem belajar seperti inilah yang dapat masuk ke dalam sistem Long Tern Memori siswa.

  N (Namai) disini dimaksud untuk menyediakan kata kunci, kosep, model, rumus, dan strategi sebagai penanda. Kadang, ketika siswa hanya diberikan penjelasan materi secara intengible tanpa dijelaskan dan diterangkan materi apa yang mereka dapat, mereka menjadi bingung dan merasa tidak belajar.

  D (Demonstrasikan) adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka tahu. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan mereka kesempatan untuk mempraktikkan apa yang telah mereka terima. Fase ini memiliki peranan yang dominan dan penting dalam pembelajaran. Semakin banyak guru memberikan kesempatan melakukan demonstrasi kepada siswa, semakin paham pula siswa terhadap materi yang guru berikan.

  U (Ulangi) dilakukan dengan cara me-review secara umum terhadap proses belajar di kelas. Tidak ada salahnya mengulang kembali secara umum apa yang telah guru terangkan. Sebab, bisa jadi ada beberapa hal dari materi yang tidak atau masih belum dipahami oleh siswa. Setelah semua siswa mendapat giliran untuk mempaktikkan materi, tiba gilirannya bagi guru untuk menutup pelajaran. Sebelum menutup pelajaran yakinlah bahwa semua siswa bisa dan paham terhadap materi yang baru saja diajarkan, yaitu dengan melakukan review materi.

  R (Rayakan) adalah pengakuan terhadap hasil kerja siswa di kelas dalam hal perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Rayakan dapat dilakukan dalam bentuk pujian, memberikan tepuk tangan, jentikkan jari, pengakuan kekuatan, dan kejutan (DePorter, 2010:64).

2.1.3.3 Sintaks Model Quantum Teaching dalam Pembelajaran

  Marisa (2010:10) menyatakan sintaks yang dilakukan dalam pembelajaran dengan model Quantum Teaching adalah 1)

  Guru memberitahukan kepada siswa apa saja manfaat secara jelas dan detail dari pembelajaran yang akan disampaikan. Sehingga siswa menyadari pentingnya materi tersebut utuk dipelajari,

  2) Berikan contoh kepada siswa yang berkaitan dengan mereka. Di dalam pemberian contoh ini guru ataupun siswa dapat melakukannya dengan bercerita. Sehingga siswa akan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran,

  3) Apabila sudah menemukan apa yang telah diinginkan, berilah nama dengan menggunakan kata kunci sehingga siswa mudah mengingat dan memahami,

  4) Berikanlah waktu untuk siswa mendemonstrasikan apa saja yang sudah mereka ketahui. Dengan cara seperti ini siswa akan merasa dihargai yang dapat menimbulkan semangat belajar,

  5) Mengulang kembali apa yang telah diterima siswa dengan cara pengerjaan lembar soal maupun rangkuman materi yang telah diajarkan,

  6) Janganlah segan-segan untuk memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi, dan berikan motivasi kepada siswa yang belum mengerti.

2.1.4 Model Quantum Teaching

  Adapun model Quantum terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama disebut konteks dan tahap kedua adalah isi (DePorter 2012:38) .

  1) Tahap Pertama (Konteks)

  Tahap pertama atau konteks yaitu tahap persiapan sebelum terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan konteks, ada empat aspek yang harus dipersiapkan sebagai berikut.

  a) Suasana, termasuk di dalamnya keadaan kelas, bahasa yang di pilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap terhadap sekolah dan belajar.

  b) Landasan, yaitu kerangka kerja ; tujuan, keyakinan, kesepakatan, prosedur, dan aturan bersama yang menjadi pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.

  c) Lingkungan, yaitu cara menata ruang kelas, pencahayaan, warna, pengaturan meja, kursi, tanaman, dan semua hal yang mendukung proses belajar.

  d) Rancangan, yaitu penciptaan terarah unsur-unsur penting yang menimbulkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi.

  2) Tahap Kedua (Isi)

  Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar yang meliputi hal-hal berikut.

  a) Presentasi, yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan prinsip- prinsip Quantum Teaching sehingga siswa mereka dapat mengetahui banyak hal dari apa yang dipelajari. Tahap ini juga diistilahkan tahap pemberian petunjuk, yang bermodalkan penampilan, bunyi, dan rasa berbeda.

  b) Fasilitas, yaitu proses untuk memadukan setiap bakat-bakat siswa dengan kurikulum yang dipelajari. Dengan kata lain, bagian ini menekankan bagaimana keahlian seorang pengajar sebagai pemberi petunjuk, langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk mengakomodasi karakter siswa.

  c) Keterampilan belajar, yaitu bagian yang mengajarkan bagaimana trik-

  Quantum Teaching sehingga siswa memahami banyak hal, meskipun dalam waktu yang singkat.

  d) Keterampilan hidup, bagian ini mengajarkan bagaimana berkomunikasi dengan efektif dengan orang lain sehingga terbina kebersamaan dalam hidup. Keterampilan hidup diistilahkan juga keterampilan sosial.

  Berdasarkan sintaks yang telah diuraikan, maka sintaks yang dapat dilakukan dengan model pembelajaran Quantum Teaching adalah : 1)

  Guru menjelaskan kepada siswa materi yang akan dipelajari serta manfaat yang akan diperoleh dengan mempelajari materi tersebut yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa,

2) Guru menunjukkan kepada siswa contoh-contoh secara konkret.

  Guru menunjukkan contoh asli atau siswa dapat membuatnya sendiri, 3)

  Siswa menemukan sendiri kesimpulan materi yang diharapkan guru dengan mengikuti kata kunci, konsep, model, rumus, strategi yang telah disediakan,

  4) Siswa mendemonstrasikan hasil penemuannya di depan kelas,

  5) Siswa mengulang materi yang telah diperoleh dengan cara mengerjakan soal evaluasi agar lebih memantapkan pengetahuannya,

  6) Guru memberikan penghargaan kepada siswa berupa pujian, tepuk tangan, pengakuan kekuatan, dan kejutan.

2.1.4.1 Kelebihan dan Kelemahan Model Quantum Teaching Setiap model pembelajaran tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan.

  Begitu pula dengan model pembelajaran Quantum Teaching yaitu: 1)

  Dapat membimbing siswa kearah berpikir yang sama dalam satu saluran berpikir yang sama. 2)

  Karena dalam Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. 3)

  Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak. 4) Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. 5)

  Siswa dirancang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukan sendiri. 6)

  Karena model pembelajaran Quantum Teaching membutuhkan kreatifitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berpikir kreatif setiap harinya. 7)

  Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa. Selain memiliki keunggulan yang telah dipaparkan di atas, model pembelajaran Quantum Teaching juga memiliki kelemahan (Hadi, 2013:5), yaitu:

  1) Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

  2) Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya tidak selalu tersedia dengan baik.

  3) Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha seorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian dll, maka dapat mengganggu kelas lain.

  4) Banyak memakan waktu dalam hal persiapan. 5)

  Model ini memerlukan keterampilan guru. Karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif. 6)

  Agar belajar dengan model ini mendapatkan hal yang baik, diperlukan kesabaran dan ketelitian. Namun kadang-kadang kesabaran dan ketelitian itu diabaikan. Sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.

2.2 Penelitian Yang Relevan

  Ibnu Chabib (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi KPK dan FPB Melalui Model Pembelajaran Quantum

  

Teaching Teknik TANDUR pada Siswa Kelas IV Semester 1 SDN 2 Kedumulyo

  Pati ”, menemukan bahwa siswa kurang memahami pelajaran yang disampaikan guru, jika dianalisis penyebabnya karena pembelajaran yang monoton, sarana dan prasarana kurang memadai yang akan menyebabkan kurang berhasilnya tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan rata-rata nilai hasil belajar Matematika siswa yang cukup signifikan antara prasiklus (54,82), siklus I (63,57), dan siklus II (70,35). Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar Matematika karena melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga tercipta susasana belajar yang menyenangkan.

  Parasdya Pramudhita (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Perbedaan

  Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Menggunakan Model Pembelajaran

  

Quantum Teaching dengan model mekanistik di SD Negeri Kesongo 01 Semester

  2 Tahun Pelajaran 2013/2014 ”, masalahnya adalah guru di dalam memberikan materi terlalu sering memberikan soal kepada siswa tanpa diimbangi dengan kegiatan yang menarik dan bermanfaat bagi siswa. Tentu pembelajaran akan monoton dan kurang menyenangkan, sehingga hasil belajar Matematika siswa rendah. Dibutuhkan sebuah inovasi dalam pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Quantum Teaching. Penelitian dari Parasdya Pramudhita bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan model pembelajaran mekanistik . Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas Eksperimen dan kelas Kontrol. Hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Mekanistik. Nilai rata-rata yang dihasilkan untuk kelas tersebut karena model Quantum Teaching menerapkan suasana dan ruang kelas yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang dilakukannya.

  Handiyani Dwi Shakti (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan

  Metode Quantum Teaching Berbantuan Media Roda Bilangan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD Negeri Buluroto Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

  ”, masalahnya adalah pembelajaran guru kelas yang masih konvensional, kurang memperhatikan karakteristik siswanya dalam pembelajaran khususnya Matematika yang seharusnya dibawa dengan keadaan menyenangkan tetapi bermakna yang mampu mengkonkretkan objek-objek Matematika. Simpulan dari penelitian tersebut adalah Penerapan metode Quantum Teaching Berbantuan media roda bilangan pada pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD Negeri Buluroto Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dibuktikan dengan pemberian tindakan metode Quantum Teaching Berbantuan media roda bilangan dalam pembelajaran Matematika, hasil belajar siklus I terjadi peningkatan ketuntasan belajar yang ditandai dengan 17 siswa (62,96 %) yang tuntas belajarnya dari 13 siswa (48,15 %). Sedangkan hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik lagi menjadi 25 siswa (92,6 %) yang tuntas belajarnya dari keseluruhan 27 siswa. Metode Quantum Teaching Berbantuan media roda bilangan menyediakan media sebagai alat bantu pembelajaran sehingga transfer pembelajaran lebih mudah terserap oleh siswa.

  Siti Kharirokh (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Model

  

Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Operasi

  Hitung Campuran Kelas II SD Negeri 2 Tambakagung Tahun ajaran 2012/2013 ”, masalahnya ada pada rendahnya nilai Matematika hal itu dapat disebabkan dari faktor guru dalam membimbing anak didik mereka. Misalnya kemampuan guru dalam bidang Matematika sangat rendah, alokasi waktu yang disediakan masih menggunakan media, metode atau model yang digunakan untuk mengajar kurang sesuai dengan kondisi anak, dan juga motivasi anak. Penggunaan model Quantum

  

Teaching berhasil diterapkan, hal tersebut dapat dilihat dari ketuntasan hasil

  belajar siswa mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Siklus I (58,33%), siklus II (75%), dan siklus III 100%. Dengan demikian penerapan model Quantum

  

Teaching dapat meningkatkan penilaian proses pada siswa dan berpegaruh

terhadap evaluasi atau hasil belajar yang dicapai siswa.

  Dari berbagai hasil penelitian di atas menunjukkan hubungan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam skripsi ini. Pembelajaran Matematika di SD N Salatiga 09 memerlukan alternatif perbaikan dengan menerapkan model Quantum Teaching teknik TANDUR. Kelebihan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian terdahulu yaitu dengan memberikan permainan sebagai alternatif perbaikan dan menggunakan benda yang berada disekitar siswa untuk keperluan pembelajaran, sehingga hal tersebut membuat siswa tertarik mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Diharapkan dengan menggunakan model Quantum

  

Teaching dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi FPB dan KPK

  pada siswa kelas IV Semester II SD Negeri Salatiga 09 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017.

2.3 Kerangka Berpikir

  Pembelajaran Matematika harus dikaitkan dengan realita karena Matematika dipergunakan dalam aktivitas manusia. Ini berarti Matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Selanjutnya, Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan bimbingan orang dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan- persoalan ‘realistik’.

  Melihat kenyataan tersebut peneliti mencoba menerapkan langkah pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Teaching dalam pembelajaran Persekutuan Kecil. Dalam penerapan model Quantum Teaching siswa dipastikan akan menerima pelajaran dengan senang karena pembelajaran dibuat semenarik mungkin. Disamping itu guru harus memiliki kreatifitas tinggi untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, khususnya untuk memahami materi KPK dan FPB untuk mencapai ketuntasan belajar yang maksimal. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

  2.1 Skema kerangka berpikir Pembelajaran Matematika

  Kondisi Awal

  “Hasil belajar siswa matematika masih rendah dibawah KKM ≥ 65 sebanyak 36% dari jumlah 44 siswa siswa

  ”

  Tindakan

   Diterapkan model Quantum Teaching dengan langkah- langkah :  Tumbuhkan (Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang dipelajari)  Alami (Mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman-pengalaman siswa)  Namai (Memberikan kata kunci atau rumus supaya siswa mudah mengingat dan memahaminya)  Demonstrasikan (Berikan waktu untuk siswa mendemonstrasikan hal-hal yang diketahui)  Ulangi (Mengulang dengan cara pemberian lembar soal)  Rayakan (Berikan penguatan, penghargaan dan motivasi kepada siswa)

  

Kondisi Akhir

2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dirumuskan suatu hipotesis.

  Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Dengan menggunakan model Quantum Teaching pada mata pelajaran Matematika materi KPK dan FPB dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 09 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester II Tahun Ajaran 2016/2017.

Dokumen yang terkait

Lampiran 1 RPP beserta Lembar Observasi Guru dan Siswa pada Siklus I dan Siklus II

7 61 157

Lampiran 2 Soal Evaluasi Siklus I dan Siklus II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Kelas IV SD Negeri Plumbon 01 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Kelas IV SD Negeri Plumbon 01 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Kelas IV SD Negeri Plumbon 01 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Kelas IV SD Negeri Plumbon 01 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Kelas IV SD Negeri Plumbon 01 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017

0 0 133

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture di Kelas 5 SD Negeri Mangunsari 03 Salatiga

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Game Bubble Match sebagai Media Pembelajaran Pembagian dalam Bentuk Pengurangan Berulang untuk Siswa Kelas 2 SD

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Efektivitas antara Penerapan Model Pembelajaran Discovery dan Inquiry Ditinjau dari Hasil Belajar IPA Siswa

0 0 16