Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Kelas IV SD Negeri Plumbon 01 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017

2.1 Kajian Teori

  Dalam melaksanakan suatu penelitian perlu mengkaji pendapat para ahli mengenai masalah yang diteliti. Penulis akan melakukan kajian teori, berdasarkan pendapat dari para ahli untuk mendukung penelitian:

2.1.1 Hakekat Pembelajaran IPA SD

  Pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen dasar yakni produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA juga dipandang sebagai proses, produk dan prosedur. Sri Sulistyorini (2007:8) menyatakan bahwa pembelajaran

  IPA harus. melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang di butuhkan.

  Trianto (2010:137) menyatakan bahwa IPA, sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan tentang alam maupun pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan untuk penyebaran atau disminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk memenuhi sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut model ilmiah (scientific method).

  Menurut Amalia Sapriati (2008:23) Pendidikan IPA di sekolah dasar adalah pendidikan yang berujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah, yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitarnya. Filosofi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam berdasarkan observasi. Dengan demikian pengetahuan IPA merupakan hasil dari obserservasi atau eksperimen terhadap sesuatu. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajaii diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

  De Vito et al. Tahun 1993 (dalam Samatowa, 2011:104) menyatakan bahwa pembelajaran IPA yang baik yaitu harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan pendapat dari De Vito tersebut maka pembelajaran dengan mengaitkan lingkungan kehidupan belajar siswa sangat diperlukan untuk membangun rasa ingin tahu siswa tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya dan menimbulkan kesadaran tentang perlunya belajar IPA menjadi sangat diperlukan. Pembelajaran IPA merupakan salah satu dari lima pelajaran wajib di sekolah dasar yang masuk pada kriteria mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Tentunya upaya yang dilakukan bukan hanya sekedar mempelajari IPA atau sains itu sendiri secara teoritis namun juga lebih pada aplikasi dan kebermaknaan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan fenomena nyata. Berdasarkan pengertian dari berbagai pakar ilmu maka IPA atau sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk dan prosedur, dalam mempelajari fenomena-fenomena alam yang kaitannya erat dengan kehidupan sehari-hari.

  IPA perlu diajarkan di Sekolah Dasar karena beberapa alasan, seperti yang dikemukakan oleh Samatowa (2011:6) yang menggolongkan menjadi empat mengapa IPA dimasukkan dalam kurikulum sekolah, antara lain: a.

  Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa.

  b.

  Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu matapelajaran yang melatih atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

  c.

  Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.

  d.

  Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

  Berdasarkan beberapa alasan diatas maka dengan belajar IPA para siswa diharapkan mengembangkan siswa dalam beberapa aspek diantaranya mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mengembangkan sikap ilmiah yang membentuk insan Indonesia memiliki kepribadian luhur. Pembelajaran IPA bukanlah mata pelajaran hafalan namun IPA memberikan dukungan kemajuan tidak akan maju tanpa pengetahuan dasar sains.

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA

  2.1.2.1 Fungsi Pembelajaran IPA

  Pembelajaran IPA didefinisikan sesuai dengan fungsinya. Ada dua fungsi

  IPA yang sangat penting menurut Bernal, yaitu dapat meningkatkan produksi dan mengubah sikap juga pandangan manusia terhadap alam. IPA dapat dipandang sebagai faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi karena IPA menggunakan pendekatan eksperimentasi, dengan uji coba terlebih dahulu supaya dapat diketahui dengan jelas faktor-faktor penghambat untuk mencapai tujuan, sedangkan IPA berfungsi untuk merubah sikap manusia terhadap alam semesta, dapat digambarkan sebagai berikut:

  a) Orang percaya bahwa pelangi adalah selendang bidadari, sedangkan orang

  IPA mengerti bahwa bahwa pelangi merupakan suatu pembiasan cahaya oleh bintik-bintik diudara.

  b) Orang percaya gerhana bulan terjadi karena ditelan oleh raksasa sakti, sedangkan orang IPA mengerti bahwa gerhana bulan terjadi karena tertutup bayangan bumi.

  Berdasarkan beberapa fungsi pembelajaran IPA menurut Bernal diatas maka Ilmu Pengetahuan Alam sangat penting karena IPA dapat meningkatkan produksi dan dapat mengubah sikap pada pandangan manusia terhadap alam. Sehingga IPA dipandang sebagai faktor peningkatan terhadap IPA melalui pendekatan eksperimentasi bukan dengan pendekatan konvensional. Dan dengan penggunaan pendekatan eksperimentasi dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa.

  2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA

  Bagi siswa pembelajaran IPA memiliki beberapa tujuan dalam pembelajaran. Tujuan tersebut sesuai dengan Kurikulum Tingkat Saruan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 1.

  Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

  2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

  4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

  6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala kateraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

  Berdasarkan beberapa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diatas maka tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sekolah dasar yaitu tidak hanya memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam namun tujuan tersebut dapat dijadikan bekal pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang yang SMP atau MTs, tetapi juga bertujuan untuk menumbuhkan sesadaran siswa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan YME yang dapat dilakukan dengan cara memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. Artinya, tujuan mata pelajaran IPA tidak hanya menyentuh sisi akademik namun dapat menyentuh sisi religius yang diwujudkan dengan diperolehnya keyakinan para siswa terhadap Tuhan YME.

2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD

  Ruang lingkup pembelajaran IPA SD menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: 1.

  Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;

  2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya yaitu meliputi: cair, padat, dan gas;

  3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana;

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

  Berdasarkan ruang lingkup menurut Depdiknas 2006 maka IPA SD sangat benda/materi, energi dan perubahannya dan bumi dan alam semesta. Selain itu

  IPA juga merupakan ilmu yang empirik dan membahas tentang fakta dan gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajara IPA tidak hanya verba tetapi faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, pembelajaran IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan factual. Ruang lingkup IPA disini sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana produk sains ditemukan.

  Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minium yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan untuk siswa kelas IV SD semester II disajikan melalui tabel 1 berikut ini (KTSP, 2006).

  Dilihat dari ruang lingkup IPA tersebut maka dapat diambil kompentensi yang akan dicapai. “Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah serta landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian” (KTSP, 2006). Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dapat digunakan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Selain itu standar kompetensi dan kompetensi dasar juga dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap mata pelajaran tertentu.

  Berikut ini tabel Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA pokok semester 2.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA kelas 4 Sekolah Dasar

  

Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 Kurikulum KTSP

Standar

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari.

  Kompetensi

  8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaanya.

  Kompetensi

  8.3 Membuat suatu karya/model untuk

  Dasar menunjukkan perubahan energi gerak akibat

  pengaruh udara, misal roket/baling-baling pesawat kertas/parasut. SK dan KD merupakan salah satu syarat penting dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam penelitian ini proses pembelajaran dilakukan di kelas IV matapelajaran IPA semester II SK kelas IV yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan KD yang digunakan dalam penelitian ini 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaanya dan KD 8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misal roket/baling-baling pesawat kertas/parasut.

2.2 Belajar

  Permendiknas No 41 tahun 2007 menyatakan bahwa “belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperoleh dan praktik yang dilakukan. Racmawati dan Daryanto (2015:36) menyatakan, belajar adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan ketrampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Slameto (2010:2) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses usahan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hamdani Belajar tidak hanya memelajari mata pelajaran, tetapi juga penyesuaian, kebiasaan, presepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian social, bermacam- macam keterampilan lain, dan cita-cita. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan, pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

  Dari definisi yang dikemukakan para ahli diatas bahwa belajar adalah ada modifikasi tingkah laku. Belajar dapat membawa seseorang mengalami perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi seseorang yang tahu. Belajar dalam hal ini mampu merubah segala pola pikir yang ditransfer dari proses belajar. Belajar memberikan efek terhadap objek si pebelajar. Belajar merupakan hal terpenting dalam membawa dan memberikan perubahan tingkah laku dan pemikiran dari si pebelajar. Belajar bukan hanya apa yang diajarkan melainkan juga pengalaman hidup masing-masing orang.

  Dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, adapun faktor dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa, faktor dari dalam seperti jasmani, psikologis, dan kelelahan. Sedangkan dari luar diri siswa seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat (Slameto 2010:54-72). Beberapa faktor tersebut dapat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar memiliki beberapa ciri umum antara lain; menunjukan aktivitas yang disadari, merupakan interaksi individu dengan lingkungannya, dan hasil belajar ditandai dengan tingkah laku (Aunurrahman 2011:36-37). Selain itu, Baharuddin dan Wahyuni (2007:15), mengungkapkan ciri-ciri belajar sebagai berikut: 1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. 2) Perubahan tingkah laku bersifat permanen. 3)

  Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan tersebut bersifat potensial. 4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengamatan. 5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Baharuddin dan Wahyuni (2007:16) mengungkapkan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: 1) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.

  Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif. 2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. 3)

  Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar. 4)

  Penguatan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar. 5)

  Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

  Dari apa yang diungkapkan oleh Baharuddin dan Wahyuni (2007:15-16) dapat dikatakan bahwa dengan adanya kemauan dari diri sendiri dalam diri siswa maka mampu meningkatkan semangat belajar siswa sehingga siswa tidak memiliki rasa enggan atau berat hati dalam mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya, dengan adanya penguatan dan motivasi yang baik dalam diri siswa maka mampu meningkatkan semangat belajar, siswa dapat melakukan suatu pembelajaran secara aktif dan lebih memaknai apa yang dia pelajari sehingga akan lebih tersimpan lama didalam ingatan siswa. Selain itu, prinsip belajar tantangan juga mampu meningkatkan rasa ingin tahu yang terdapat dalam diri siswa sehingga siswa akan mengabaikan aktivitas lain yang menggangu kegiatan pembelajaran. Sedangkan untuk prinsip pengulangan, prinsip balikan dan penguatan, prinsip perbedaan individu akan sangat dipengaruhi oleh guru. dari pengulangan siswa nantinya akan diajarkan dengan menggunakan beberapa latihan yang mungkin memerlukan kesabaran lebih bagi guru. prinsip balikan dan penguatan yang akan memberikan kekuatan untuk siswa dalam pembelajaran selanjutnya, maka dari itu guru harus menempatkan bagaimana penguatan yang tepat pada setiap siswa. Selanjutnya adalah prinsip perbedaan individu, dimana perlu adanya kesadaran dari seorang guru bahwa setiap siswa tidak memiliki karakter yang sama, keahlian, dan pola asuh yang berbeda-beda sehingga dalam penangananya juga perlu untuk dibedakan didalam kegiatan belajar mengajar.

  Agus Suprijono (2012:5) mengungkapkan bahwa “tujuan belajar untuk mencapai intruksional yang berbentuk pengetahuan dan ketrampilan dan sebagai hasil yang menyertai tujuan instruksional yaitu berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratif, menerima orang lain, dan sebagainya”. Definisi dari siswa setelah proses pembelajaran selesai (Oemar Hamalik 2008:73).

  Berdasarkan beberapa pendapat pakar diatas dapat dikatakan bahwa tujuan belajar merupakan suatu harapan yang ingin dicapai berupa adanya perubahan tingkah laku setelah selesainya proses pembelajaran. Bentuk dari hasil belajar tersebut dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan dan ketrampilan inilah yang akan diarahkan kepada siswa untuk berfikir kritis, terbuka, kreatif, demokratif dan sebagainya. Sehingga dalam suatu proses pembelajaran akan memiliki hasil yang diharapkan dan mampu mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

2.3 Pembelajaran

  Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Hal yang begitu juga diungkapkan oleh Racmawati dan Daryanto (2015:141) bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dalam suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya, Suyono dan Hariyanto (2015:183) mengungkapkan bahwa pembelajaran memiliki kesamaan dengan pengajaran dimana guru mengajar atau mengarahkan siswa menuju proses pendewasaan diri.

  Dari definisi pembelajaran yang dikemukakan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Racmawati dan Daryanto (2015:141), dan Suyono dan Hariyanto (2015:183), dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang menghubungkan antara guru sebagai pengajar dengan siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang salah satunya adalah mengarahkan siswa menuju proses pendewasaan. Dalam pembelajaran guru memberikan bantuan dan fasilitas agar siswa mampu belajar (Suyono dan Hariyanto, 2015:184). Sehingga diharapkan siswa mampu membentuk pengetahuannya sendiri (Suyono dan Hariyanto, 2015:184). Hamdani (2011:23) menyatakan hakikat dari pembelajaran menurut aliran diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus, dan berdasar aliran kognitif pembelajaran adalah sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Humanistik mengartikan pembelajaran adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

  Hamdani (2011:47) mengungkapkan bahwa pembelajaran memiliki ciri- ciri sebagai berikut: 1) Pembelajaran terjadi secara sadar dan dilakukan secara sistematis. 2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi dalam belajar. 3)

  Pembelajaran dapat menyediakan bahan ajar yang menarik perhatian dan menantang siswa. 4)

  Pembelajaran dapat menciptakan suasana yang aman dan menyenangkan bagi siswa. 5)

  Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis. 6) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. 7) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

  Rachmawati dan Daryanto (2015:141) menyatakan bahwa dalam pembelajaran terdapat suatu proses yang mengaitkannya dengan komponen- komponen yang saling terhubung. Komponen tersebut terdiri dari tujuan pembelajaran, guru, siswa, kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Dimana kesemuanya itu akan dikaitkan dan terbentuklah sebuah kegiatan yang disebut proses pembelajaran.

  Dalam proses pembelajaran terdapat tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini diungkapkan oleh Rachmawati dan Daryanto (2015:39) bahwa tujuan pembelajaran merupakan tercapainya perubahan tingkah laku atau kompetensi pada siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran. Sedangkan Hamdani (2011:47) berpendapat bahwa tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memeroleh berbagai pengalaman, dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kualitas maupun kuantitasnya.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan proses guna mencapai tujuan pembelajaran serta memberikan bekal dan pengalaman sehingga memberikan pembentukan kepribadian yang lebih baik. Oleh karena itu tujuan dari pembelajaran yaitu untuk membantu siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman, dan dapat merubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik dalam mengendalikan pola hidup pada dirinya.

2.4 Project Based Learning

  Pembelajaran berbasis proyek merupakan pendekatan yang berfokus pada suatu konsep dan mempunyai prinsip displin, melibatkan siswa dalam mencari pemecahan masalah dan tugas bermakna lainnya, memungkinkan siswa untuk bekerja mandiri untuk membangun belajar mereka sendiri, dan meningkat dengan hasil produk nyata (Buck Institute for Education 2001). Dalam model pembelajaran Project Based Learning siswa lebih fokus pada pembuatan suatu proyek yang sebelumnya merupakan hasil pemecahan masalah baik individu dan kelompok. Project Based Learning berpusat pada siswa, kekreatifan siswa lebih diutamakan sehingga siswa diajarkan pada keadaan nyata atau realistic sesuai dengan lingkungan sekitar siswa.

2.4.1 Pengertian Project Based Learning

  Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning (PJBL)) adalah suatu model pembelajaran inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (CORD, 2007). Fokus pembelajaran terletak pada konsep dan prinsip inti suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna, memberi kesempatan siswa bekerja secara mandiri mengkonstruk pengetahuan, dan menghasilkan produk nyata (Thomas, 2000). Pelaksanaan PJBL menggunakan proyek sebagai model pembelajaran. Proyek-proyek meletakkan siswa dalam sebuah peran aktif sebagai pemecah masalah, pengambil keputusan, peneliti, dan pembuat dokumen. PJBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya. menarik dan bermakna (Gaer, 1998). PJBL mendorong siswa aktif dalam belajar, dan siswa berinisiatif, instruktur memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penerapan PJBL guru tidak aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi menjadi pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran siswa.

  Dari pengertian Project Based Learning diatas maka model pembelajaran

  

Project Based Learning merupakan sebuah alternative model yang memfokuskan

  pada pembelajaran aktif yang menarik dan menyenangkan. Supaya tercipta pembelajaran yang demikian maka prosedur serta alasan yang dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan pembelajaran Project Based Learning yaitu membagi siswa kedalam kelompok-kelompok, jika dilihat dari aspek sosial hal tersebut akan mendorong siswa aktif dalam belajar, dan siswa berinisiatif, instruktur memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan sehari-hari. Dengan waktu yang ditentukan secara singkat maka akan melatih tanggung jawab siswa dalam membuat pertanyaan ketika mereka berdikusi, tentunya penanaman karakter yang dikembangkan melalui model ini sangatlah baik untuk menunjang tumbuh kembang siswa.

  Karakter yang akan terbentuk dengan menggunakan metode pembelajaran

  

Project Based Learning ini antara lain, sebagai pusat pembelajaran, siswa

  diarahkan untuk mencari solusi, siswa dapat membangun pengetahuannya dengan melalukan investigasi secara mandiri, dan dengan dibuatnya kelompok siswa mampu bekerjasama dalam bertukar pikiran dan pendapat dengan teman sebaya, juga belajar menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Project Based Learning ini pada hakekatnya dapat memperlancar stimulus dan memperkuat respons siswa dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran yang berlangsung akan menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

   Karakteristik Metode Project Based Learning

  Metode Pembelajaran Project Based Learning memiliki karakteristik khususnya karakteristik ini menurut Global SchoolNet, 2000) yaitu sebagai berikut: 1.

  Siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.

  2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa.

  3. Siswa memdesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.

  4. Siswa secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.

  5. Proses evaluasi dijalankan secara berkelanjutan.

  6. Siswa secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.

  7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.

  8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan (Global SchoolNet, 2000). Sedangkan Pembelajaran Berbasis Proyek menurut (Larmer & Mergendoller 2012:138), memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.

  Isi atau materi yang penting dimana tidak melupakan pengajaran, pengetahuan dan kemampuan dari standar konsep dari matapelajaran.

  2. Kemampuan abad yaitu berpikir kritis, penyelesaian masalah, komunikasi serta kerjasama yang diajarkan dan dinilai.

  3. Rasa ingin tahu yaitu dimana siswa akan bertanya, mengumpulkan data serta mengembangkan jawaban.

  4. Memunculkan pertanyaan.

  5. Kebutuhan untuk mengetahuai sesuatu yaitu dimana siswa menjadi haus akan ilmu pengetahuan sampai mereka paham dan mengerti konsep serta bertindak sesuai kemampuannya dalam menjawab pertanyaan dan menciptakan proyek sebagai keingintahuan dan ketertarikannya.

  6. Bersuara dan menentukan pilihannya.

  7. Merevisi dan melakukan refleksi pembelajaran.

  8. Adanya penoton yaitu dimana saat siswa melakukan presentasi dalam hal itu guru serta teman sebaya.

  Dari beberapa karakteristik metode pembelajaran Project Based Learning maka siswa dapat mengembangkan khasanah ilmu pembelajaran, dapat membuat keputusan pada suatu kerangka kerja permasalahan atau tantangan dan dengan permasalahan tersebut siswa dapat menentukan solusinya sehingga siswa dapat bertanggung jawab dalam memecahkan suatu permasalahan. Dari pembelajaran

  

Project Based Learning tersebut siswa mengevaluasi dan melakukan refleksi dalam aktivitas belajar sehingga pembelajaran dapat toleran pada kesalahan dan belajar siswa.

2.4.3 Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning

  Langkah-langkah dalam pembelajaran Project Baased Learning yang dikembangkan oleh (The George Lucas Education Foundation, 2005:72-79) sebagai berikut:

  a) Starts With the Essential Question

  Pembelajaran ini dimulai dengan pertanyaan essensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk.

  b) Design a Plan for the Project

  Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.

  Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan essensial, dengan cara mengintregasikan dari berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat serta bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

  c) Creates a Schedule

  Dalam pembelajaran pengajar dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini yaitu sebagai berikut:

  1) Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek. 2) Membuat deadline penyelesaikan proyek. 3) Membawa siswa merencanakan cara yang baru. 4)

  Membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan 5)

  Meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara

  d) Monitor the Student and the Progress of the Project

  Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

  e) Acces the Outcome

  Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevalusi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

  f) Evaluate the Experiences

  Pada akhir proses pembelajaran pengajar dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

  Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning maka dapat ditarik kesimpulah bahwa dengan langkah-langkah tersebut pembelajaran

  IPA akan membuat siswa lebih kritis dalam pembelajaran, karena siswa dituntut untuk mandiri dalam menyelesaikan proyek sehingga pembelajaran IPA akan menjadi menyenangkan dan pembelajaran ini akan memperbaiki kinerja siswa selama proses pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan suatu temuan baru dalam pembelajaran.

  Sedangkan menurut Stix & Hrbek (2007) berikut ini sintaks pelaksanaan metode Project Based Learning yaitu: 1) Guru mengkondisikan siswa dengan memberi contoh konkret atau nyata. 2) Para siswa berperan sebagai perancang proyek yang membentuk kelompok. 3)

  Siswa mendiskusikan dan mengakumulasi latar belakang informasi bagi proyek mereka. 4) Guru dan siswa bernegosiasi tentang kriteria penilaian untuk evaluasi proyek. 5)

  Para siswa mengumpulkan material dapat berupa data maupun peralatan yang dibutuhkan dalam proyek. 6) Menyusun proyek. 7) Menyiapkan presentasi proyek. 8)

  Presentasi proyek 9) Mengevaluasi proyek sesuai dengan hasil negosiasi pada poin 4.

  Berdasarkan langkah diatas, peneliti sejalan dengan langkah yang dikemukakan Stix & Hrbek (2007) yaitu langkah Project Based Learning dimulai dari guru mengkondisikan siswa dengan cara memberi contoh konkret atau nyata, lalu para siswa berperan sebagai perancang proyek dengan membentuk kelompok, selanjutkan siswa mendiskusikan dengan teman sebaya pada proyek mereka, guru dan siswa bernegosiasi tentang kriteria penilaian dalam evaluasi proyek, lalu para siswa mengumpulkan data maupun peralatan yang dibutuhkan dalam proyek, siswa juga menyusun proyek, kelompok menyiapkan presentasi proyek, lalu secara bergantian kelompok mempresentasikan proyek, terakhir siswa dan guru selama proses pembelajaran dan siswa dapat menemukan suatu temuan baru dalam pembelajaran.

2.4.4 Penerapan Project Based Learning

  Karakter utama dari metode Project Based Learning yaitu hasil akhir pembelajaran. Guru mampu dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk menentukan proyek apa yang siswa buat agar siswa tertarik mengerjakan proyek tersebut sehingga siswa tidak merasa bosan. Selain itu, proyek juga harus memenuhi tujuan pmbelajaran dan tentunya sesuai dengan kompetensi dasar, materi dan hasil belajar yang ingin dicapai oleh siswa.

  Penerapan pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah metode Project Based Learning dalam pembelajaran IPA sesuai dengan standar proses (Permendiknas No. 41 Tahun 2007) sebagai berikut:

  1) Pendahuluan

  Merupakan kegiatan awal untuk meningkatkan gairah siswa dengan tujuan agar siswa dapat aktif dan bertambah motivasi dalam proses pembelajaran. 2)

  Inti Merupakan inti dari suatu proses pembelajaran tersebut. Dari kegiatan inilah kompetensi dasar akan diwujudkan. Dari kegiatan inti ini, akan ditambahkan metode yang menarik siswa agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik. Dalam kegiatan inti terdapat tahapan materi yang meliputi ekspolrasi, elaborasi, dan konfirmasi. 3)

  Penutup Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang menandai akan berakhirnya proses pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini terdapat kegiatan seperti memberikan kesimpulan, refleksi, umpan balik, penilaian, dan tindak lanjut.

  Sesuai dengan langkah-langkah yang dijelaskan diatas maka standar proses pelaksanaan pembelajaran yang terdapat dalam Permendiknas No 41 tahun 2007, maka peneliti akan melakukan pelaksanaan pembelajaran IPA dengan langkah- langkah yang diperlihatkan pada tabel 1.

  

Kegiatan pembelajaran IPA dengan penerapan Project Based Learning

Langkah-langkah Deskripsi Langkah -1 Mengkondisikan siswa dengan memberi contoh konkret atau nyata.

  Guru mengkondisikan kelas dengan cara memberikan contoh nyata. Langkah -2 Para siswa berperan sebagai perancang proyek yang membentuk kelompok.

  Guru memfasilitasi Peserta didik untuk merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek dalam membentuk kelompok. Langkah -3 Siswa mendiskusikan latar belakang informasi bagi proyek mereka.

  Peserta didik melakukan diskusi dalam informasi proyek mereka. Langkah -4 Guru dan siswa bernegosiasi tentang kriteria penilaian untuk evaluasi proyek.

  Guru dan siswa bernegosiasi dalam melaksanakan rancangan penilaian evaluasi proyek. Langkah -5 Para siswa mengumpulkan material yang berupa data dan alat yang dibutuhkan dalam proyek.

  Para siswa secara berkelompok mengumpulkan material dapat berupa data maupun peralatan yang dibutuhkan dalam proyek. Langkah -6 Menyusun Proyek

  Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyusun

proyek.

Langkah -7 Menyiapkan Proyek

  Guru memfasilitasi tiap anggota kelompok untuk menyiapkan proyek yang telah dibuat. Langkah -8 Presentasi Proyek

  Tiap anggota kelompok secara bergilir mempresentasikan hasil diskusi proyek yang dikerjakan. Langkah -9 Evaluasi ps dan hasil projek

  Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek.

2.5 Hasil Belajar

  Hasil belajar yaitu kegiatan akhir dalam pembelajaran pada proses evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang telah diperoleh siswa (Sulihawati dkk, 2014:7). Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana 2011:22). Sedangkan Hamalik (2004:28) menyatakan hasil belajar yang utama adalah perubahan tingkah laku yang bulat. Selanjutnya Supratiknya (2012:5) mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses belajar-mengajar Hasil belajar yang utama yaitu perubahan pada tingkah laku. Hasil belajar didapat setelah siswa mengalami pengalaman belajar dan evaluasi dari guru. Beberapa pendapat mengenai Hasil belajar dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar di atas adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan-kemampuan setelah menerima pengalaman belajarnya. Perubahan dalam hal ini maksudnya adalah perubahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Tiga aspek seperti yang dikemukaan Bloom dan Krath Wohl dalam (Hamzah, 2006: 14) yaitu:

  1. Kognitif Kognitif terdiri 6 kata yaitu ; a.

  Pengetahuan (mengingat, menghafal) b. Pemahaman (menginterpretasikan) c. Aplikasi (menggunakan konsep, memecahkan masalah) d. Analisis (menjabarkan suatu konsep) e. Sintesis (menggabungkan nilai, metode, ide dll) f. Evaluasi (membagikan nilai, ide, metode dll)

  2. Afektif Afektif terdiri dari 5 tingkatan ; a.

  Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) b. Merespon (aktif berpartisipasi) c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai) d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai) e. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)

  3. Psikomotorik a.

  Psikomotorik terdri dari 5 tingkatan ; b. Peniruan (menirukan gerak) c. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) Ketepatan

  (melakukan gerak dengan benar) d. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar) e.

  Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar) Ranah yang dijadikan dasar penilaian dalam penelitian ini yaitu ranah kognitif pada aspek pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension) yang diberikan oleh guru dalam bentuk soal pilihan ganda kepada siswa. Ranah kognitif ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) seperti mensintesa, dan kemampuan mengevaluasi (Nurbudiyani, 2013:16). Ranah ini merupakan kemampuan siswa yang berorientasi kepada kemampuan berpikir. Pada ranah kognitif terdapat beberapa tingkatan kemampuan berpikir salah satunya yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah aspek pengetahuan

  

(knowledge) . Aspek pengetahuan merupakan suatu tingkatan, yang mengacu pada

  kemampuan siswa untuk mengingat atau menghafal. Mengingat atau menghafal merupakan hal wajib dilakukan oleh siswa, karena tanpa mengingat maupun menghafal siswa tidak akan bisa memahami. Selanjutnya, aspek yang digunakan dasar dalam penelitian ini yang terdapat dalam ranah kognitif adalah aspek pemahaman (comprehension). Aspek pemahaman (comprehension) merupakan tingkatan setelah aspek pengetahuan

  

(knowledge). Aspek ini mengacu pada kemampuan siswa dalam hal memahami

  materi yang disampaikan oleh guru, yang dimaksud memahami adalah siswa dapat memahami makna materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa yang memahami materi sudah pasti dapat mengingat maupun menghafal apa yang diajarkan oleh guru, sebaliknya siswa yang dapat mengingat atau menghafal belum tentu bisa memaknai apa yang diajarkan oleh guru. Aspek kognitif digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilaksanakan pembelajaran.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-faktor intern, meliputi:

a) Faktor Jasmani yaitu Faktor Kesehatan dan Cacat Tubuh.

  b) Faktor Psikologi yaitu :

  1) Inteligensi

  Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar 2)

  Perhatian Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya

  3) Minat

  Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya

  4) Bakat

  Bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik 5)

  Motif Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik 6)

  Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang

  7) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.

  a) Faktor Kelelahan

  Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan. Sedangkan faktor-faktor ekstern meliputi : 1)

  Faktor Keluarga 2)

  Faktor Sekolah

3) Faktor Masyarakat.

  Keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, keluarga yang morat marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik (Susanto, 2013: 13). Sekolah juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar siswa (Wasliman, 2007: 159). Kemudian faktor selanjutnya adalah masyarakat, pengaruh pembelajaran Project Based Learning menuntut pembelajaran yang tidak terbatas terhadap masyarakat karena Project Based Learning dengan lingkungan di sekitar sangat berpengaruh. Dalam suatu lingkugan terdapat beberapa factor pendukung untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Faktor pendukung yang berupa tenaga pendidik diharapkan mampu menunjang kegiatan siswa di luar sekolah atau dalam lingkungan tempat tinggal mereka. Selain itu komunikasi yang terbangun dengan teman sebaya yang suatu hal yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

2.7 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Terdapat beberapa penelitian dengan metode sejenis yang telah dilakukan.

  Penelitian tersebut juga menggunakan model Project Based Learning.

  Berikut ini peneliti mencantumkan empat penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: Penelitian yang dilakukan Anjarsari, A, 2016. Penerapan Model Project

  Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Struktur Tumbuhan Pada Siswa Kelas IV SD 2 Bulungcangkring Jekulo Kudus. Hasil penelitian Anjasari menunjukkan bahwa hasil belajar dengan model Project Based Learning terdapat perbedaan dengan pembelajaran konvensional yaitu menunjukkan hasil yang berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar daya ingat siswa pada tes evalusi. Hasil belajar daya ingat siswa dapat dilihat dari presentase siklus II yaitu meningkatnya skor rata-rata siswa sebesar 74,31 dengan presentase 56% meningkat menjadi 77,09 dengan presentase 75%.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Model Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) terhadap Hasil Belajar Siswa

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Model Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) terhadap Hasil Belajar Siswa

0 0 47

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN PERMAINAN ULAR TANGGA PADA SISWA KELAS 2 SD KANISIUS LODOYONG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20162017 LAPORAN TUGAS AKHIR - Institutional

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pendekatan Scientific dengan Menggunakan Media Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SD

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pendekatan Scientific dengan Menggunakan Media Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SD

0 0 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pendekatan Scientific dengan Menggunakan Media Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ma

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pendekatan Scientific dengan Menggunakan Media Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SD

0 0 17

Lampiran 1 RPP beserta Lembar Observasi Guru dan Siswa pada Siklus I dan Siklus II

7 61 157

Lampiran 2 Soal Evaluasi Siklus I dan Siklus II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Kelas IV SD Negeri Plumbon 01 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017

0 0 8