Citra Dwi Novi Arti 4354 2010

Tingkat Pengetahuan Umum Mengenai Ragam Dan Tempat Kuliner Di Kalangan Siswa-Siswi SMK Sahid Surakarta Jurusan Usaha Perjalanan Wisata Angkatan 2007-2009)

Disusun Oleh Citra Dwi Novi Arti D1208535

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ABSTRAK

Citra Dwi Novi Arti, D1208535, TAYANGAN WISATA KULINER DAN TINGKAT PEMAHAMAN PENGETAHUAN ( Studi Korelasi Antara Terpaan Tayangan Wisata Kuliner TransTV Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Ragam dan Tempat Kuliner di Kalangan Siswa-Siswi SMK Sahid, Surakarta Angkatan 2007-2009)

Siswa-siswi SMK Sahid Jurusan Usaha Perjalanan Wisata memiliki tuntutan lebih untuk memiliki pengetahuan tentang ragam dan tempat kuliner dibandingkan siswa sekolah tingkat menengah atas pada umumnya. Selain dari kurikulum sekolah, informasi bisa di dapatkan melalui tayangan bertemakan kuliner melalui media televisi salah satunya tayangan Wisata Kuliner di Trans TV.

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan mengenai bagaimana media massa membantu khalayak mempelajari informasi yang bermanfaat, penulis lebih memfokuskan pada efek kognitif media massa. Efek kognitif akan membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat. Adapun efek kognitif dalam penelitian ini adalah berupa penambahan tingkat pengetahuan mengenai ragam dan tempat kuliner

Berdasarkan pemikiran tersebut peneliti ingin melihat apakah ada hubungan Antara Terpaan Tayangan Wisata Kuliner TransTV (X) dengan Tingkat Pengetahuan ragam dan tempat kuliner(Y) di kalanganSiswa-Siswi SMK Sahid, Surakarta Angkatan 2007-2009, dengan variabel control jenis kelamin : laki-laki dan Perempuan.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanatory dan metode yang digunakan adalah metode survei. Sebagai alat pengumpulan data digunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Sahid Surakarta Jurusan Usaha perjalanan Wisata angkatan 2007-2009 yang berjumlah 99 responden

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunkan rumus pearson. Untuk menganalisis hubungan dua variabel menggunakan rumus korelasi Rank Kendall, sedangakan untuk menganalisis hubungan tiga variabel menggunakan rumus korelasi Parsial Rank Kendall dengan taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%.

Setelah melalui perhitungan atas jawaban-jawaban yang diberikan responden melalui kuesioner, hasil koefisien korelasi antara variabel X dan Y = 0,384 dengan nilai t hitung 4,096 dan t tabel nya adalah 1,658 dan 1,671. Dari hasil tersebut jelas bahwa harga t hitung lebih besar dari t tabel (4,096 1,6711,658). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara terpaan acara Wisata Kuliner (X) dengan tingkat pemahaman Pengetahuan mengenai ragam dan tempat kuliner(Y). Sedangakan berdasarkan asumsi bahwa perempuan lebih aware terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kuliner didapatkan hasil bahwa harga t hitung lebih kecil dari t tabel (1,5801  1,706). Hal tersebut menunjukan bahwa berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki mempunyai nilai signifikan yang rendah antara terpaan acara Wisata Kuliner (X) dengan tingkat pemahaman Pengetahuan mengenai ragam dan tempat kuliner(Y). Untuk jenis kelamin Perempuan harga koefisien nya adalah 0,484 dan didapat nilai t tabel nya adalah antara 1,671 dan 1,658 . Dari hasil tersebut jelas bahwa harga t hitung lebih besar dari t tabel (4,594  1,658  1,671). Hal tersebut dapt menjelaskan bahwa asumsi mengenai perempuan lebih aware dengan masalah yang berkaitan dengan kuliner benar.

DAFTAR ISI

JUDUL i PERSETUJUAN

ii PENGESAHAN

iii MOTTO

iv PERSEMBAHAN

v KATA PENGANTAR

vi DAFTAR ISI

vii DAFTAR TABEL

viii DAFTAR LAMPIRAN

ix ABSTRAK

x ABSTRACT

xi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kerangka Pemikiran dan Teori

E. Hipotesa

F. Definisi Konseptual dan Operasional

1. Definisi Konseptual

2. Definisi Operasional

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian

2. Metode Penelitian

3. Lokasi Penelitian

4. Populasi dan Sampel

5. Jenis Data

6. Cara Pengumpulan Data

7. Teknik Analisis Data

F. Manfaat penelitian

BAB II DESKRIPSI LOKASI

A. Deskripsi SMK Sahid Surakarta

1. Sejarah Singkat

2. Visi, Misi, Tujuan dan Falsafah Sekolah

3. Sasaran Program

4. Badan Pengurus

5. Struktur Organisasi Sekolah

6. Program Keahlian

7. Staff Pengajar

8. Data Siswa

9. Kerjasama

10. Kontak

B. Deskripsi Stasiun Televisi TransTV

1. Over View

2. Struktur Organisasi

4. Coverage Area

BAB III PENYAJIAN DATA

A. Variabel Kontrol Jenis Kelamin

B. Variabel Independen Terpaan Tayangan Wisata Kuliner

1. Frekuensi Menonton

2. Intensitas Perhatian Responden

3. Distribusi Terpaan Acara

C. Variabel Dependen Tingkat Pemahaman Pengetahuan

1. Pemahaman Isi Pesan

2. Mendapat Informasi

3. Tingkat Pemahaman Pengetahuan

4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pemahaman Pengetahuan

BAB IV ANALISIS DATA

A. Uji Reliabilitas

B. Analisis Data

1. Hubungan Variabel X Dengan Y

2. Hubungan X Dengan Y Berdasarkan Variabel Kontrol

C. Pembuktian Hipotesa

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Upaya televisi dalam menata format acara membutuhkan kecermatan mengamati khalayak sasaran. Untuk itu, stasiun televisi sebaiknya mengutamakan dan melihat realita bahwa tidak semua masyarakat menonton televisi berselera sama. Mereka terbagi menurut beberapa segmen dan bersifat selektif. Artinya mereka bisa menjadi penonton marjinal yang hanya memencet remote control secara acak untuk mendapatkan program apa saja sesuai dengan kebutuhannya atau bahkan penonton setia atas format suatu acara. Seperti yang dikatakan oleh Paul Lazarsfeld, “ khalayak juga bukan lagi tumbuh pasif yang menerima apa saja yang disuntikkan ke dalamnya. Khalayak menjaring informasi melalui proses yang disebut terpaan selektif (selective

exposure 1 ) dan persepsi selektif (selective perception)” . Adanya kenyatanaan yang selektif tersebut maka minat, kebutuhan dan

kepuasan khalayak menjadi salah satu faktor pertimbangan yang sangat penting untuk menyusun program acara, agar efektivitas program acara televisi dapat tercapai.

Sebagai media komunikasi massa, TransTV memiliki khalayak dari berbagai usia yang berbeda (target audience TransTV). TransTV dengan tema menyajikan TV keluarga Indonesia memiliki misi untuk mencerdakan penontonnya. Jika media televisi hanya sebagai media yang menghomogenitaskan pluralitas dan tidak peduli dengan stratifikasi dan kemajemukan pemirsanya, maka yang terjadi adalah televisi

hanya berperan sebagai “tontonan” belaka tanpa menghiraukan “tuntunan”nya 2 .

1 Jalaluddin Rahmat, Psikologi komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung.1996, hal. 198 2 Deddy Mulyana, Bercinta dengan Televisi. Remaja Rosdakarya, Bandung. 1997, hal. 204

Indonesia sebagai Negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau memiliki keanekaragaman kekayaan alam. Keanekaragaman tersebut menyebabkan banyaknya perbedaan budaya, termasuk budaya kuliner yang ada di setiap daerah. Hal inlah yang memberi kontribusi ide atau gagasan, untuk mengangkat wisata alam dan kuliner sebagai suatu topik yang menarik dalam penayangan sebuah program acara televisi. Melihat potensi tersebut, maka media menangkap bahwa hal tersebut perlu diangkat sebagai program yang menjual, dimana pesan yang disampaikan dalam program tersebut terdapat informasi yang dapat menambah ilmu pengetahuan, menghibur dan berbeda dengan program televisi lainnya.

Adanya kenyataan itulah dalam memanjakan dan mencerdaskan para pemirsanya, TransTV menyajikan acara-acara yang bermanfaat yang memberikan hiburan sekaligus pengetahuan bagi pemirsanya salah satunya terdapat dalam acara Wisata Kuliner.

Acara yang berhubungan dengan acara masakan atau kuliner pertama kali ditayangkan oleh tv swasta dengan format masak-memasak yaitu acara di RCTI bertajuk Wok with Yan. Acara itu memang bukan kunjungan ke rumah makan dan mencicipi lezatnya masakan yang disajikan, tapi acara memasak.

Program impor yang menampilkan koki asal China itu menarik, karena gampang diikuti. Lalu dari Indonesia muncul nama, Rudy Choirudin, tampil dalam acara bertajuk Selera Nusantara. Cukup lama dia bertahan mengasuh acara itu, sebelum berganti menjadi Resep Oke Rudy. Acara itu disukai penonton, karena resepnya praktis dan mudah dipraktikkan.

Acara kuliner dengan menampilkan koki sekarang ini masih ada di televisi, seperti Santapan Nusantara di TPI yang diasuh Ida Kusumah dan Nindy Ellys. Acara ini cukup bertahan lama, sementara Rudy sudah tak lagi tampil di RCTI.

Ada juga acara baru di stasiun televisi yang menampilkan para koki yang langsung memasak, seperti Sendok Garpu di JakTV, Koki Keren dengan Tora Sudiro di Trans7, Gula-gula di TransTV menampilkan aneka resep kue, juga ada selingan Chef Tatang di acara Ceriwis. Sementara itu di Indosiar agak lain, dengan menampilkan pertarungan dua koki untuk mencari yang terhebat. Acara Iron Chef yang dipandu aktor Derry Drajat cukup menarik, karena langsung ditonton banyak

orang di studio 3 . Seiring perkembangan acara kuliner, TransTV mempelopori acara kuliner

dengan format yang berbeda dari TV swasta lainnya. Acara dengan tema kuliner disajikan TransTV dengan format acara makan-makan bukan lagi masak-memasak. Dalam acara Wisata Kuliner TransTV, pembawa acaranya, yang biasa dipanggil pak Bondan, akan mencicipi menu istimewa tempat kuliner yang dikunjunginya dan mencoba menggambarkan apa yang menjadi rasa dari makanan tersebut dengan ungkapan “Pokoknya mak nyuss!" itu artinya masakannya pasti enak. Informasi seperti yang dilakukan Bondan dinilai praktis. Mana tempat makan yang enak dan apa masakan khasnya. Penonton tinggal mendatangi tempat tersebut. Apalagi informasinya biasanya lengkap dengan harga yang dipatok.

Selain tema acara yang berbeda seperti tema acara kuliner sebelumnya, yang menarik dari acara “Wisata Kuliner” TransTV adalah figure pembawa acaranya. Pada umumnya public figure seperti artis film/sinetron, penyanyi, pelawak dan tokoh-

3 WawasanDigital - Era wisata kuliner.htm 3 WawasanDigital - Era wisata kuliner.htm

Kata-kata seperti “Pokoke mak nyuss dan top markotop pun sangat dikenal sebagai ucapan pak Bondan jika mengungkapakan tentang rasa kuliner yang dicicipinya. Kepiawaiannya membawakan acara juga tidak kalah fasih seperti pembawa acara ternama. Pak bondan mungkin terkenal dengan wisata kulinernya yang menggemparkan jagad dunia “pergosipan” dengan jargonnya maknyus. selain itu dengan penampilannya yang friendly mampu menaikan rating dari acara wisata kuliner sendiri. Jadilah Bondan satu nama di jajaran artis selebritis dan banyak di kenal di segala kelas sosial. dan acara ini terus bertahan hingga sekarang dengan rating yang terus menanjak.

Acara wisata kuliner selain mengibur juga menberikan pengetahuan kepada penontonnya. Penonton bisa tahu tempat-tempat makanan unik dan berbeda melalui tayangan tersebut. Acara Wisata Kuliner di TransTV ditayangkan setiap hari Sabtu, pukul 07.30 hingga pukul 08.00 wib. Tayangan berdurasi 30 menit ini Acara wisata kuliner selain mengibur juga menberikan pengetahuan kepada penontonnya. Penonton bisa tahu tempat-tempat makanan unik dan berbeda melalui tayangan tersebut. Acara Wisata Kuliner di TransTV ditayangkan setiap hari Sabtu, pukul 07.30 hingga pukul 08.00 wib. Tayangan berdurasi 30 menit ini

Acara wisata kuliner di TransTV memiliki keunikan dibanding acara sejenisnya. Keunikan dari program televisi “Wisata Kuliner” ini dibanding dengan program televisi lainnya adalah penggabungan informasi mengenai tempat-tempat menarik di dalam maupun yang ada di luar negeri dan tentang kelezatan makanan di daerah tersebut. Dalam program ini juga menceritakan keunikan sebuah kota, mulai dari sejarah, arsitektur hingga budayanya. Selain itu “Wisata Kuliner” akan mengajak pemirsa mencari warung atau restoran yang khas di kota tersebut untuk sarapan pagi, makan siang, atau ,makan malam. Pada akhir acara, program ini juga akan berkeliling ke berbagai toko ataupun kedai mencari makanan kecil khas kota yang dikunjungi untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Selain itu, penjelajah makanan di tiap daerah tersebut khususnya yang disajikan oleh warung-warung pinggir jalan dan berharga murah serta dipenuhi oleh pelanggan. Istimewanya, tempat-tempat yang dikunjungi tersebar diseluruh pojok kota, kabupaten, kota, provinsi atau ibukota di seliruh Indonesia

di luar negeri.(http://www.transtv.co.id/tendean/default/hotbox.asp?id=50).

dan

yang

ada

Program televisi “Wisata Kuliner” mampu menyedot perhatian besar terbukti dengan television Rating & Share rata-rata tiap bulan pada tahun 2008 dimana program televisi “Wisata Kuliner” ini termasuk dalam 20 besar dan menduduki peringkat ke enam dalam program yang memiliki rating dan share rata-rata tinggi(www.frankwbaker.com/ratingshare.htm). Dari sini pula dapat terlihat bahwa program televisi “Wisata Kuliner” lebih diminati oleh para penonton disbanding program televisi lainnya yang hanya menayangkan tentang wisata alam saja atau hanya menayangkan sajian kuliner semata.

Berbeda dengan acara hiburan atau acara documenter lainnya, acara wisata kuliner juga dapat menguntungkan tempat-tempat yang dikunjunginya yaitu secara tidak langsung wisata kuliner menjadi ajang promosi tempat-tempat tersebut. Tanpa beriklan melalui media massa seperti televisi, acara wisata kuliner juga merupakan media beriklan bagi tempat-tempat kuliner.

Salah satu dampak dari acara televisi yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan oleh televisi yang kemudian melahirkan pengetahuan bagi pemirsanya (Kuswandi, 1996). Mengingat program televisi “Wisata kuliner” merupakan acara yang bersifat informatif yakni memberikan infomasi kepada pemirsa yang menonton mengenai beberapa hal yang dapat menambah pengetahuan khususnya informasi mengenai kuliner , maka penulis ingin meneliti tentang terpaan tayangan “Wisata Kuliner” di TransTV terhadap tingkat pemahaman pengetahuan mengenai ragam dan tempat kuliner yang ada. Disini peneliti mengambil objek penelitian mahasiswa jurusan Pariwisata sekolah tinggi pariwisata Sahid, Surakarta dengan alasan mahasiswa pariwisata selain sebagai Salah satu dampak dari acara televisi yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan oleh televisi yang kemudian melahirkan pengetahuan bagi pemirsanya (Kuswandi, 1996). Mengingat program televisi “Wisata kuliner” merupakan acara yang bersifat informatif yakni memberikan infomasi kepada pemirsa yang menonton mengenai beberapa hal yang dapat menambah pengetahuan khususnya informasi mengenai kuliner , maka penulis ingin meneliti tentang terpaan tayangan “Wisata Kuliner” di TransTV terhadap tingkat pemahaman pengetahuan mengenai ragam dan tempat kuliner yang ada. Disini peneliti mengambil objek penelitian mahasiswa jurusan Pariwisata sekolah tinggi pariwisata Sahid, Surakarta dengan alasan mahasiswa pariwisata selain sebagai

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui apakah setelah terkena terpaan acara “Wisata Kuliner” maka tingkat pengetahuan mengenai ragam dan tempat kuliner responden akan bertambah atau tidak

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakan masalah diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara terpaan acara “Wisata Kuliner” di TransTV dengan tingkat pengetahuan mengenai ragam dan tempat kuliner bagi mahasiswa jurusan Pariwisata Universitas Sahid, Surakarta angkatan 2008-2009?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara terpaan acara “Wisata Kuliner” di TransTV dengan tingkat pengetahuan mengenai ragam dan Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara terpaan acara “Wisata Kuliner” di TransTV dengan tingkat pengetahuan mengenai ragam dan

D. KERANGKA PEMIKIRAN DAN TEORI

Suatu kegiatan penelitian, mulai dari perencanaan hingga penyelesaian harus merupakan suatu kerangka pemikiran yang utuh untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memberi jawaban atas pertanyaan dalam perumusan masalah.

Untuk menjelaskan hubungan antara terpaan acara wisata kuliner di TransTV dengan penambahan pengetahuan, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan teori yang ada hubungannya dengan komunikasi, karena dalam hidupnya manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan untuk saling berkomunikasi dengan manusia lainnya.

a. Komunikasi Seperti yang dikatakan oleh Drs Darwanto : “dari semua kegiatan yang dilakukan manusia, kegiatan berkomunikasi mengambil waktu terbanyak. Jadi, tidak berlebihan jika dikatakan komunikasi merupakan kegiatan pokok dalam

kehidupan sehari-hari” 4 . Lebih lanjut Drs Darwanto mengatakan, komunikasi merupakan peristiwa

sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lainnya dan dapat terjadi dimana-mana tanpa mengenal tempat dan waktu, atau dengan kata lain, komunikasi dapat dilaksanakan “kapan saja dan dimana saja”. Dengan demikian, komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan dapat

dikatakan komunikasi merupakan manifestasi dari kehidupan itu sendiri 5 .

4 Darwanto,Televisi Sebagai Media Pendidikan. Pustaka Pelajar, Jogjakarta,2005, hal. 2 5 Ibid, hal. 1

Istilah komunikasi dalam bahasa inggris Communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Yang dimaksud sama disini adalah sama kata. Komunikasi akan terus berlangsung selama ada kesamaan makna akan apa yang dipercakapkan.

Paradigama baru menurut Lasswel cara yang terbaik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut : “ who- say what- in

which channel- to whom- with what effect?” 6 Komponen-komponen komunikasi tersebut antara lain :

1. who. Merupkan sumber atau komunikator. Sumber bisa berupa individu maupun kelompok atau organisasi yang bertanggung jawab dalam penyampaian pesan.

2. say what. Merupakan pesan yang disampaikan. Pesan adalah ide atau gagasan yang disampaikan dengan bentuk simbl-simbol yang memunyai arti tertentu.

3. to whom. Merupakan kepada siapa sumber menyampaikan pesan dalam hal ini dapat dikatakan adalah komunikan.

4. in which chanel. Merupakan salur nyang digunakan dalam menyampaikan pesan.

5. with what effect. Efek adalah hal yang dialami penerima, yaitu perubahan perilaku sebagai reaksi atas penyampaian pesan yang dilakukan oleh sumber. Berdasarkan teori Lasswel, komunikasi dapat diterjemahkan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dan menimbulkan efek tertentu juga.

6 Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A,” televisi siaran Teori dan Praktek”, Mandar Maju, Bandung. 1993, hal 3

Komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain. Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator dan orang yang menerima pesan disebut komunikan. Tujuan dari komunikasi itu sendiri adalah terciptanya pengertian yang sama antara kedua

belah pihak yang melakukan komunikasi 7 . Sedangkan dalam proses komunikasinya oleh Hovland diartikan : “ the

process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbol) to modify the behaviour of other individuals (communicates)” (Hovland 1953;188). Artinya, “Suatu proses dimana seseorang menyampaikan lambang-lambang dalam bentuk kata-kata, dengan maksud untuk mengubah

tingkah laku orang lain” 8 . Proses komunikasi menurut Hovland diatas menunjukan bahwa

komunikasi tidak sekedar penyampaian pesan atau informasi agar orang lain mengerti atau mendapatkan kesamaan pengertian, melainkan yang lebih penting dari hal itu adalah orang lain diharapkan terjadi perubahan sikap, tingkah laku dan

pola pikir 9 . Komunikasi menurut Mc. Quail mempunyai tingkatan dari yang paling

umum dilakukan hingga dari yang paling jarang dilakukan yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi antar kelompok, komunikasi institusi dan komunikasi massa.

7 Onong Uchjana Effendy(i), 1994. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,Rosda Karya, Bandung, hal. 9 8 Darwanto, Op.Cit,. hal. 5 9 Ibid

Dalam piramida komunikasi, Laswell menggambarkanya sebagai berikut : 10

Komunikasi massa

Komunikasi Organisasi

Komunikasi antar kelompok

Komunikasi interpersonal

Komunikasi intrapersonal Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada komunikasi massa yang

akan di jelaskan pada sub bab berikutnya.

b. Komunikasi Massa Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan manusia adalah komunikasi massa. Secara sederhana komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yaitu majalah, radio, televisi dan film. Menurut Elisabeth-Noelle Neumar, ada 4 ciri pokok komunikasi massa, yaitu : (1) sifat tidak langsung, artinya melalui media; (2) tidak ada interaksi antara komunikan; (3) bersifat terbuka; (4)

mempunyai publik yang tersebar diberbagai wilayah 11 . Beragam jenis dan isi media massa yang ditawarkan khalayak,

menyebabkan khalayak bersifat aktif untuk memilih sesuai dengan kebutuhan sosial dan psikologinya. Seperti yang diungkapkan oleh Allo Liliweri : “

10 Denis Mc. Quail. “ teori Komunikasi Massa” Erlangga, Jakarta, 1996. hal 6 11 Jalaluddin Rahmat, Op. Cit., hal 189

Penggunaan media massa pada akhirnya untuk mencapai tujuan. Khalayak memilih jenis dan isi media massa untuk memenuhi kebutuhannya 12 .

Lebih lanjut Liliweri menambahkan : “ Sifat-sifat media massa dan ciri- ciri ssituasi terpaan media massa juga menjadi pertimbangan khalayak dalam

memilih media massa untuk memenuhi kebutuhannya 13 . Dalam hal fungsinya, menurut Astrid Susanto media massa memiliki

beberapa fungsi yaitu menberikan informasi kepada audiens, mempengaruhi atau persuasive, dan mengisi waktu senggang atau hiburan 14 .

Dalam kerangka behaviourisme, media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman

operan, atau proses imitasi (belajar sosial) 15 Sedangkan seorang ahli komunikasi Dr. Harold D. Laswell, melihat fungsi

media massa sebagai berikut :

a. The Surveillance of the Enviroment. Artinya, media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan, atau dalam bahasa sederhana sebagai pemberi infrmasi tentang hal-hal diluar jangkauan penglihatan kepada masyarakat luas

b. The Correlation of the part of society in responding to the environment. Artinya media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan intepretasi dari informasi. Dalam hal ini peranan media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan pantas untuk disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, reporter, redaktur yang mengelola media massa.

c. The transmission of the sosial heritage from one generation to the next. Artinya, media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai dan warisan sosial budaya dari satu generasi ke generasi lain. (Harold, D. Laswell, 1948 :

12 All Liliweri, Memahami Peran Komunikasi dalam Masyarakat, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal. 8

13 Ibid 14 Astrid S Susanto, Filsafat komunikasi, Bina Cipta, Bandung. 1987, hal 113 15 Rakhmat., Jalaudin., 2001, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosda Karya, Bandung. Hal 202 16 Darwanto . Op.Cit., hal32

Sependapat dengan Dr. Jack Lyle, Mc Luhan mengungkapkan “media massa adalah perpanjangan alat indera. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak kita alami secara

langsung.” 17 Media massa terdiri dari media cetak dan elektronik. Penelitian ini adalah

untuk meneliti terpaan tayangan media massa melalui media elektronik yaitu televisi. Penjelasan mengenai televisi akan di bahas pada sub bab berikutnya.

c. Televisi Berdasarkan beberapa media massa yang ada, tampaknya televisi merupakan pilihan pertama bagi sebagian besar audiens untuk memenuhi kebutuhannya seperti kebutuhan akan informasi dan hiburan. Hal itu tidak mengherankan sebab menurut Onong Uchjana Effendy, terdapat daya tarik yang kuat dalam unsur-unsur kata, musik dan juga media visual berupa gambar hidup

yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam bagi penontonya. 18 Secara teknis televisi dapat dapat diartikan sebuah alat penangkap siaran

bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-msing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televise berarti tampak atau

bisa dilihat dari jarak jauh 19 Berawal dari modal audio visual yang dimiliki, siaran televisi menjadi

sangat komunikatif dalam memberikan pesan-pesannya. Selain dalam keefektivitasannya dalam menjalankan fungsi media massa, televisi mampu

17 Jalaludin Rahmat, Op.Cit., hal.224 18 Onong Uchjana Effendy (ii),Dimensi-dimensi Komunikasi,Alumni, Bandung. 1986, hal.12 19 http://id.wikipedia.org/wiki/televisi 17 Jalaludin Rahmat, Op.Cit., hal.224 18 Onong Uchjana Effendy (ii),Dimensi-dimensi Komunikasi,Alumni, Bandung. 1986, hal.12 19 http://id.wikipedia.org/wiki/televisi

Television provides us with a “Window on the world”. What we see through that window helps create what Walter Lippman many year ago called ‘the picture in our mind”, and it these picture which constitute an importance portion of an individual’s learning, particulary with regard t people, places, situation with the individual has never personally met visited or experienced”(Lyle,1980:13)

Bahwa televisi bagi kita adalah sebuah “jendela dunia”, apa yang kita lihat melalui jendela ini, sangat membantu mengembangkan daya kreasi kita, hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Walter Lippman beberapa tahun yang lalu, bahwa dalam pikiran kita terdapat ilustrasi gambar, dan gambar-gambar ini merupakan sesuatu yang penting dalam hubungannya dengan proses belajar, terutama sekali berkenaan dengan orang, tempat dan situasi yang tidak setiap orang pernah

bertemu, mengunjungi atau telah mempunyai pengalaman 20 . Televisi merupakan media komunikasi massa. Seperti yang kita ketahui

dalam komunikasi terdapat unsur efek komunikasi atau efek suatu pesan. Untuk menjelaskan tentang kajian penelitian mengenai efek serta teori yang berkaitan dengan efek, di jelaskan pada sub bab berikut

d. Kajian Penelitian efek dan teori efek Penyampaian acara televisi memang mempunyai pengaruh yang tidak kecil pada diri pemirsanya, namun demikian tidak semua pesan itu mempunyai pengaruh yang sama tergantung dari kepentingan dan kebutuhan masing-masing pemirsa. Mengenai peran aktif pemirsa, seorang pakar psikologi, Robert K. Avery, berpendapat bahwa setiap individu dalam menerima isi pesan dari media massa akan melakukan 3 bentuk seleksi, yaitu :

20 Alex Sobur, Psikologi Umum, Pustaka Setia, 2003, hal. 244 20 Alex Sobur, Psikologi Umum, Pustaka Setia, 2003, hal. 244

b. Selective selection adalah khalayak akan mengartikan isi pesan sesuai dengan kemampuannya

c. Selective retention adalah khalayak mempunyai kebebasan memilih, disamping kebebasan untuk mengingat sesuatu yang berhubungan dengan

kepentingan mereka. 21 Khalayak mempunyai kebutuhan yang berkaitan dengan media, yaitu

kebutuhan kognitif (kebutuhan berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian tentang lingkungan sekitar), kebutuhan afektif (kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat pengalaman-pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan dan emosional), kebutuhan behavioural(kebutuhan yang berkaitan dengan usaha untuk melakukan aktivitas tertentu setelah mendapatkan penambahan informasi), integrative personal (kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman dan alam sekelilingnya), kebutuhan akan pelarian (kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat untuk melarikan diri dari kenyataan,

melepaskan ketegangan dan kebutuhan akan hiburan) 22 Dalam kaitan dengan penelitian ini, khalayak, yang dalam penelitian ini

adalah mahasiswa jurusan pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, Surakarta mempunyai motif menggunkan media karena adanya keinginan mereka untuk memenuhi kebutuhan akan informasi (motif kognitif), terutama informasi tentang ragam dan tempat kuliner.

teoritis, efek yang ditimbulkan oleh pesan media massa menurut Mann Steven M. Chafee dapat

Secara

21 J.B Wahyudi, Op.Cit., hal. 3 22 Alo lyliweri, Op. Cit., hal 137 21 J.B Wahyudi, Op.Cit., hal. 3 22 Alo lyliweri, Op. Cit., hal 137

dengan istilah lain perubahan kognitif, afektif dan behavioral. 23 Sependapat dengan Mann diatas, menurut Jalaluddun Rahmat, efek yang

menyertai suatu proses komunikasi massa adalah efek kognitif (penambahan pengetahuan), efek afektif (pembentukan dan perubahan sikap), dan efek behavioral (tindakan/action tertentu). Efek kognitif terjadi jika setelah khalayak yang menggunakan suatu media dapat memperoleh tambahan pengetahuan dari media tersebut. Efek afektif terjadi bila setelah mendapatkan pengetahuan dari suatu media menyebabkan perubahan sikap pada diri khalayak. Pada akhirnya dapat terjadi efek behavioral bila khalayak setelah menggunakan suatu media

akan melakukan suatu tindakan (action) tertentu. 24 This effect is magnified by the ubiquity of mass media, practically no one,

not even thos scorn them, can altogether escape their influence 25 Untuk menjelaskan efek yang ditimbulkan oleh pesan media massa ini,

lebih jauh diterangakan dengan menggunakan teori Stimulus-Organism-Respons (S-O-R) yang digambarkan sebagai berikut :

Pesan Tunggal Penerima Individu Reaksi

BAGAN 1 MODEL TEORI STIMULUS – ORGANISM-RESPONS

23 Jalaluddin Rahmat, Op.Cit., Hal. 218 24 Ibid, hal. 219

25 International Journal of Communication 3 (2009) Mass Society, Mass Culture, and Mass Communication 999

Efek yang ditimbulkan oleh model ini adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. 26 . Unsur-unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O)

c. Efek (Respons, R) Bertolak dari S-O-R faktor yang menjadi stimulus dalam penelitian ini adalah terpaan acara “Wisata Kuliner” yang di tayangkan di TransTV. Sedangkan Organism diartikan sebagai mahasiswa Jurusan pariwisata

Sekolah Tinggi Pariwisata dan Perhotelan Sahid Surakarta angkatan 2008. Yang dimaksud dengan respon adalah efek yang ditimbulkan dari rangsangan yang diberikan kepada audiens. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, efek komunikasi yang muncul sehubungan dengan pesan ada tiga tingkatan yaitu efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral. Dalam penelitian ini akan lebih banyak memfokuskan pada efek kognitif yaitu efek yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Efek kognitif akan membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat. Adapun efek kognitif dalam penelitian ini adalah berupa penambahan tingkat pengetahuan mengenai ragam dan tempat kuliner.

26 Onong Uchjana Effendi (iii), Op.Cit, hal. 254

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan mengenai bagaimana media massa membantu khalayak mempelajari informasi yang bermanfaat, penulis lebih memfokuskan pada efek prososial kognitif media massa yang merupakan bagian dari efek kognitif media massa.

e. Fokus kajian Efek prososial merupakan efek yang membahas bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki audiens. Menurut Jalaluddin Rahmat bila televisi menyebabkan seseorang lebih mengerti bahasa Indonesia dengan baik dan

benar, maka televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. 27 Pada teori psikologi, teori yang dapat menjelaskan tentang efek prososial

kognitif adalah teori belajar sosial dari albert Bandura. Teori belajar sosial mengkaji proses belajar melalui media massa. Albert bandura menyatakan bahwa teori belajar sosial menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama

di samping keluarga, guru di sekolah dan sahabat karib. 28 Lebih lanjut bandura menjelaskan perilaku merupakan hasil dari faktor-

faktor yang kognitif dari lingkungan. Artinya, seseorang mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang diamati

dengan karakter diri sendiri. 29 Namun sebelum sampai pada tahap itu, pastilah seseorang menyimpan pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil dari pengamatan

terhadap suatu peristiwa kedalam memorinya terlebih dahulu, hal ini sesuai dengan 4 tahapan proses belajar sosial milik Bandura.

27 Jalaluddin Rahmat, Op.Cit., hal.230 28 Onong Uchjana Effendi (iii), Op.Cit, hal. 281-282 29 Ibid

Pada tahap awal proses belajar terdapat proses perhatian kepada suatu peristiwa. Jelas bahwa seseorang tidak dapat belajar dari suatu peristiwa kecuali menaruh perhatian kepadanya dan secara saksama mencerna hal-hal penting yang dicakupnya. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu atau gambaran pola pemikiran yang disebut Bandura sebagai :Abstract modeling”. Misalnya sikap,

nilai atau persepsi realitas sosial. 30 Pada proses kedua yaitu pengingatan (retention). Peristiwa yang menarik

perhatian dimasukan kedalam lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan. Hal ini disebabkan perhatian terhadap suatu peristiwa saja tidak

cukup untuk menghasilkan efek prososial. 31 Pada langkah ketiga yaitu proses reproduksi artinya menghasilkan

kembali tindakan-tindakan yang telah diamati. Pada tahap ini kemampuan kognitif dan kemampuan motorik berperan penting. 32

Pada langkah terakhir adalah proses motivasional dimana menunjukan bahwa perilaku akan brwujud apabila terdapat nilai peneguhan. Peneguhan dalam

bentuk ganharan internal, seperti rasa puas diri. 33 (Bandura, 1977 : 209-210)

Melihat tahapan proses diatas, efek prososial kognitif dalam penelitian ini sampai pada tahap kedua, yaitu proses perhatian dan pengingatan. Menurut Prof. Dr. Suharnan, ingatan atau memori menunjukan pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu. Oleh sebab itu, ingatan menjadi sesuatu

30 Ibid, hal. 283 31 Ibid 32 Ibid 33 Ibid 30 Ibid, hal. 283 31 Ibid 32 Ibid 33 Ibid

Lebih lanjut Prof Dr Suharnan menjelaskan mengenai model ingatan menurut tahapan pemrosesan informasi milik Atkinson dan Shiffrin. Model ini menekankan pada ingatan jangka pendek dan jangka panjang di dalam system

ingatan manusia. 35

MASUKAN INFORMASI Pencatatan Indera (PI)

Hilang dari PI Ingatan Jangka Pendek

(IJPD)

Hilang dari IJPD Ingatan Jangka Panjang

Rusak, terhalang

(IJPJ)

atau hilang di IKPJ BAGAN 2

MODEL INGATAN ATKINSON DAN SHIFFRIN Menurut pendapat Atkinson dan Shiffrin, informasi yang diterima kemudian diproses melalui pencatatan indera menuju pada ingatan jangka pendek dan akhirnya sampai pada penyimpanan yang lebih permanent di dalam ingatan jangka panjang. Pemindahan (transfer) informasi dari ingatan indera menuju pada ingatan jangka pendek akan dikendalikan pada perhatian. Jika proses informasi dalam ingatan jangka pendek sudah dikendalikan, maka informasi itu akan melakukan fungsi ingatan. Misalnya, proses pengendalian yang paling penting

34 Suharman, Psikologi Kognitif, Srikandi, Surabaya, 2005, hal.67 35 Ibid, hal. 68 34 Suharman, Psikologi Kognitif, Srikandi, Surabaya, 2005, hal.67 35 Ibid, hal. 68

Pengulangan informasi di dalam ingatan atau dapat juga disebut aktivitas mengingat kembali apa yang baru saja diterima oleh pikiran, memiliki dua fungsi, yaitu

1. Untuk memelihara atau mempertahankan informasi di dalam ingatan jangka pendek

2. Untuk memindahkan informasi dari ingatan jangka pendek ke dalam ingatan jangka panjang. 37

Berdasarkan model diatas, penulis menyimpulkan sebuah pemikiran bahwa semakin informasi diterima, mendapat perhatian lebih, hingga tersimpan dalam memori khalayak, maka semakn bertambah pula pemahaman kebutuhan informasi yang dimiliki khalayak. Jadi semakin sering terkena terpaan tayangan “Wisata Kuliner” di TransTV maka semakin bertambah pula tingkat pengetahuan ragam dan tempat kuliner di kalangan mahasiswa jurusan pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta.

36 Ibid, hal 69 37 Ibid

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang penelitian ini, maka hubungan-hubungan antar variabel yang akan diteliti dapat dijabarkan sebagai berikut :

Variable Independent Variable Dependen Terpaan Wisata Kuliner

Tingkat Pengetahuan di TransTV

ragam dan tempat kuliner

Variabel kontrol Jenis kelamin :

1. laki-laki

2. perempuan BAGAN 3

SKEMA HUBUNGAN ANTARA VARIABEL X, Y, Z

E. HIPOTESA

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan dengan : “Ada hubungan signifikan antara terpaan acara “Wisata Kuliner” di

TransTV dengan tingkat pengetahuan mengenai ragam dan tempat kuliner di kalangan mahasiswa jurusan Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, Surakarta angkatan 2008-2009”.

F. DEFINISI KONSEPTUAL DAN DEFINIS OPERASIONAL

Definisi Konseptual Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang dirumuskan dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan, kelompok, individu tertentu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial. 38 Dalam penelitian ini ditetapkan definisi konseptual sebagai berikut :

A. Variabel Independen : Terpaan acara “Wisata Kuliner”

a. Terpaan adalah kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesan-pesan melalui media massa ataupun memiliki pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut. Onong U Effendy menyatakan terpaan adalah keadaan terkena

pada khalayak oleh pesan-pesan yang disebarkan oleh media 39 . Terpaan media (media exposure) adalah keadaan terkena pada khalyak akan pesan-

pesan yang disebarkan oleh media massa 40 .

b. Acara atau siaran dapat didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk 41 . Acara di media radio umumnya

mempunyai jangka waktu tertentu dan bersifat terus-menerus. Terpaan acara disini adalah berarti khalayak secara sengaja maupun tidak menerima sejumlah pesan yang antara lain berupa program acara, dalam hal ini Wisata Kuliner di TransTV

B. Variabel Dependen : Tingkat Pemahaman Pengetahuan ragam dan tempat kuliner

38 Masri Singarimbun dan Sofian Effendy, 1993, Metodologi Penelitian Survei. LP3S, Jakarta 39 Onong U Effendy, Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. 1989. hal.124 40 Jalaludin Rakhmat, Psikologi komunikasi, Remaja Rosda karya, Bandung: 19992, hal.217 41 Morissan, M.A, Manajemen Media Penyiaran Strstegi Mengelola Radio & televisi. Kencana : Jakarata,

2008 hal 200 2008 hal 200

b. Ragam : pembagian suatu bentuk seni atau tutur tertentu menurut kriteria yang sesuai untuk bentuk tersebut 43

c. Kuliner : hasil olahan berupa masakan 44

Definisi Operasional Adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya suatu variabel

diukur. 45 Dalam penelitian ini ditetapkan definnisi operasional sebagai berikut:

A. Variabel independent ( Terpaaan Acara Wisata Kuliner) Adalah kegiatan mengamati acara Wisata Kuliner melalui media televisi TransTV. Pengkategorian berdasarkan lama siaran acara Wisata Kuliner di TransTV dalam sekali tayang, yaitu sebanyak 4 kali dalam sebulan selama 30 menit per tayang sehingga dapat diklasifikasi sedemikian rupa. . Terpaan media diukur dengan melihat:

1) ferkuensi menonton acara Wisata Kuliner di TransTV,diukur dari a.tingkat keseringan menonton acara Wisata Kuliner di TransTV, diklarifikasikan dalam kategori :  tinggi, apabila responden lebih dari 4 kali dalam sebulan menonton acara

Wisata Kuliner di TransTV

42 W. Poespoprodjo. Logika Scientifika. Pusataka Grafika : Bandung, 1999 Hal 28 43 Wikipedia.com 44 Kamus online 45 Masri Singarimbun dan Sofian Effendy, 1989, Metodologi Penelitian Survei. LP3S, Jakarta. Hal. 46

 sedang, apabila responden antara 2-3 kali dalam sebulan menonton acara Wisata Kuliner di TransTV  rendah, apabila responden kurang dari 1 kali dalam sebulan menonton acara Wisata Kuliner di TransTV, b.Jumlah waktu yang digunakan rsponden untuk menonton acara Wisata Kuliner di TransTV, diklarifikasikan dalam kategori:  tinggi, apabila responden menonton acara Wisata Kuliner di TransTV

antara 21-30 menit,  sedang, apabila responden menonton acara Wisata Kuliner di TransTV antara 11-20 menit,  rendah, apabila responden menonton acara Wisata Kuliner di TransTV antara 1-10 menit.

2) Intensitas perhatian responden, yaitu tingkat kedalaman responden menyaksikan acara Wisata Kuliner di TransTV, diukur dari:

a. Perencanaan waktu menonton acara Wisata Kuliner di TransTV, klasifikasi dalam kategori  Tinggi, bila responden menyediakan waktu khusus untuk menonton  Sedang, bila responden kadang-kadang menyediakan waktu khusus

untuk menonton  Rendah, bila responden tidak pernah menyediakan waktu khusus untuk

menonton

b. Konsentrasi dalam menonton acara Wisata Kuliner di TransTV, di klasifkasi dalam kategori

 tinggi, apabila responden menonton acara Wisata Kuliner di TransTV tanpa melakukan aktivitas lain  sedang, apabila responden menonton acara Wisata Kuliner di TransTV, namun kadang-kadang melakukan aktivitas lain  rendah, apabila responden kurang menonton acara Wisata Kuliner di TransTV dan selalu melakukan aktivitas lain

c. Keantusiasan responen dalam mengikuti acara Wisata Kuliner di TransTV, diklasifikasi dalm kategori  Tinggi, apabila responden selalu menonton acara Wisata Kuliner dengan

menyiapkan peralatan khusus seperti alat tulis untuk mencatat hal-hal yang menarik.

 Sedang, apabila responden kadang-kadang menonton acara Wisata Kuliner di TransTV dengan menyiapkan peralatan khusus seperti alat tulis untuk mencatat hal-hal yang menarik.

 Rendah, apabila responden tidak pernah menyiapkan peralatan khusus seperti alat tulis untuk mencatat hal-hal yang menarik ketika menonton

acara Wisata Kuliner di TransTV. Untuk setiap jawaban kuesioner akan diberi nilai sesuai dengan klasifikasi sebagai berikut :

 Tinggi, nilai 3  Sedang, nilai 2  Rendah, nilai 1

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya pengaruh terpaan acara Wisata Kuliner Trans TV, maka nilai pertanyaan no 1 sampai dengan no 5 tersebut dirangking untuk kemudian di cari interval kelasnya. Untuk mencari interval kelas di gunakan rumus sebagai berikut :

= R n R= nilai tertinggi – nilai terendah

Keterangan  : Interval, jarak antar kelas R : Range n : Jumlah Kelas

Nilai Tertinggi = 10 Nilai Terendah = 0 N=3

Jadi = 15 – 5 ÷ 3 = 3,3 Tinggi apabila interval jawaban mulai dari skala 11 – 15 Sedang apabila interval jawaban mulai dari skala 8,4 – 11,7

Rendah apabila interval jawaban mulai dari skala 5 – 8,3

B. Variabel Dependent : tingkat pengetahuan mengenai ragam dan tempat

kuliner

Adalah sejauh mana responden dapat mengetahui hal yang sebelumnya belum diketahui menjadi tahu atau hal yang sebelumnya sudah tahu menjadi lebih tahu dan dapat menjelaskan kembali hal-hal yang dilihat atau dipelajari Adalah sejauh mana responden dapat mengetahui hal yang sebelumnya belum diketahui menjadi tahu atau hal yang sebelumnya sudah tahu menjadi lebih tahu dan dapat menjelaskan kembali hal-hal yang dilihat atau dipelajari

1. selalu dapat menjelaskan Pemahaman isi pesan pada acara Wisata Kuliner, diklasifikasikan dalam kategori :  Tinggi, apabila responden dapat menjelaskan kembali isi pesan pada

acara Wisata Kuliner di TransTV.  Sedang, apabila responden kadang-kadang dapat menjelaskan kembali isi pesan pada acara Wisata Kuliner di TransTV.  Rendah, apabila responden tidak dapat menjelaskan kembali isi pesan pada acara Wisata Kuliner di TransTV.

2. Tingkat kemampuan mengingat isi pesan diklasifikasikan dalam kategori :

 Tinggi, apabila responden selalu dapat mengingat isi pesan pada acara Wisata Kuliner di TransTV.  Sedang, apabila responden kadang-kadang dapat mengingat isi pesan pada acara Wisata Kuliner di TransTV.  Rendah, apabila responden tidak pernah dapat mengingat isi pesan pada acara Wisata Kuliner di TransTV. Untuk setiap jawaban kuesioner akan diberi nilai sesuai dengan klasifikasi sebagai berikut :

 Tinggi, nilai 3  Sedang, nilai 2

 Rendah, nilai 1

3. Tingkat pengetahuan mengenai ragam dan tempat kuliner responden, diukur dari 10 pertanyaan tentang pengetahuan mengenai ragam dan tempat kuliner yang pernah ditayangakan dalam acara Wisata Kuliner di TransTV, periode bulan Februari 2010, cara pengukurannya adalah :  Untuk setiap jawaban yang benar mendapatkan nilai 1 dan untuk

jawaban yang salah mendapatkan nilai 0, kemudian dari seluruh sampel dicari nilai terendah sampai dengan nilai tertinggi lalu dibuat pengklasifikasian dengan kategori tinggi, sedang dan rendah.

Rumus yang digunakan : = R

n R= nilai tertinggi – nilai terendah

Keterangan  : Interval, jarak antar kelas R : Range n : Jumlah Kelas

Nilai Tertinggi = 10 Nilai Terendah = 0 N=3

Jadi = 10 – 0 ÷ 3 = 3,3 Tinggi apabila interval jawaban mulai dari skala 10 – 6,8

Sedang apabila interval jawaban mulai dari skala 5,7 – 3,4 Rendah apabila interval jawaban mulai dari skala 2,3 - 0

G. METODOLOGI PENELITIAN

1) Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan (exsplanatory research). Penelitian ini menggunakan metode korelasi, yaitu suatu penelitian untuk mengukur sejauh mana hubungan yang terjadi diantara

variable-variabel yang telah ditentukan sebelumnya. 46

2) Metode Penelitian Metode penelitian yan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan metode survai. Informasi dikumpulkan dari responden menggunakan kuesioner, dilengkapi dengan studi kepustakaan untuk melengkapi data dan menyusun teori-teori yang sesuai. Menurut Burhan Bungin “ Metode angket merupakan serangakaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan kepada

petugas atau peneliti” 47

3) Lokasi penelitian Lokasi penelitian di tentukan di Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata Sahid Surakarta. Hal ini karena mahsiswa yang menjadi objek penelitian lebih mempunyai kepentingan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan dunia

46 Masri Singarimbun dan Sofian Effendy, 1993, Metodologi Penelitian Survei. LP3S, Jakarta hal4 47 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hal

4) Populasi dan Sampel

a. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit yang ciri-cirinya akan

diduga 48 . Dalam kegiatan penelitian ini yang dijadikan populasi adalah 60 orang mahasisiwa Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta Angkatan

b. Sampel Sampel adalah wujud kongkret yang terjadi pada suatu populasi atau individu yang merupakan sebagian dari keseluruhan yang menjadi bagian dari penelitian. Dari keseluruhan populasi dari penelitian ini akan dijadikan sampel. Hal ini sesuai dengan Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa : apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya