STANDARDISASI NORMA TES ATLETIK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KECAMATAN SRAGEN TAHUN 2010

KELAS VIII SMP NEGERI SE-KECAMATAN SRAGEN

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh : PRASETYO NUGROHO NIM. K 4606049 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

KELAS VIII SMP NEGERI SE-KECAMATAN SRAGEN

TAHUN 2010

Oleh : PRASETYO NUGROHO NIM. K 4606049

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

commit to user

commit to user

Prasetyo Nugroho. STANDARDISASI NORMA TES ATLETIK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KECAMATAN SRAGEN TAHUN 2010, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen, (2) untuk menyusun standar / norma tes kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen.

Penelitian ini menggunakan metode survey normatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40% dari jumlah siswa putra kelas VIII di masing-masing sekolah dari 6 SMP Negeri se-Kecamatan Sragen yang berjumlah 230 siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan teknik tes dan pengukuran. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan atletik yang meliputi : (a) Lari 100 meter dengan test dan re-test, (b) Tolak peluru dengan tiga kali tolakan, (c) Lempar lembing dengan tiga kali lemparan, (d) lompat jauh dengan tiga kali lompatan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut : (1) Hasil kemampuan atletik : (a) Lari 100 meter nilai tertinggi 13,07 detik, sedangkan nilai terendah 19,41 detik. Norma: Kategori baik; < 66, cukup; 58-65, sedang; 46-57, kurang; 30-45, kurang sekali; > 29. (b) Tolak peluru nilai tertinggi 6,95 meter, nilai terendah 2,48 meter. Norma: Kategori baik; < 72, cukup; 56-71, sedang; 44-

55, kurang; 34-43, kurang sekali; > 33. (c) Lempar lembing nilai tertinggi 30.19 meter, nilai terendah 8,42 meter. Norma: Kategori baik; < 73, cukup; 56-72, sedang; 45-55, kurang; 34-44, kurang sekali; > 33. (d) Lompat Jauh nilai tertinggi 5,54 meter, nilai terendah 2,73 meter. Norma: Kategori baik; < 68, cukup; 58-67, sedang; 44-57, kurang; 32-43, kurang sekali; > 31. (2) Norma kemampuan atletik dengan 5 kategori yaitu: kategori baik dengan nilai > 249, kategori cukup dengan nilai 214-248, kategori Sedang dengan nilai 187-213, kategori kurang dengan nilai 155-186 ,kategori kurang sekali dengan nilai < 154.

commit to user

 Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah: 11)

 Jadikan pengetahuan sebagai modal, ilmu sebagai senjata, sabar sebagai

pakaian, zuhud sebagai kekuatan dan lemah lembut sebagai kebanggaan.

( Al-Hadist )

 Aku bukanlah orang yang pandai, tapi aku punya kemauan untuk bisa. (Penulis)

 Orang suskses bukanlah orang yang cerdas, melainkan orang yang bisa memanfaatkan peluang yang ada. (Penulis)

 Tetesan air mampu melubangi bongkahan batu, begitu pula jika orang punya kemauan.

(Penulis)

commit to user

Karya ini dipersembahkan Kepada:

Bapak dan Ibu Tercinta yang selalu mendo’akanku Adik Tersayang Adinda RSD Tercinta KMS Menwa 905 UNS Rekan Prodi Penjaskesrek ’06 SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Dan Almamater

commit to user

Dengan diucapakan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Aus Margono, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

3. Drs. H. Sunardi, M.Kes sebagai Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Sarwono, M.S. sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Waluyo, S.Pd., M.Or. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala SMP Negeri se-Kecamatan Sragen, yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011, yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

8. Rekan POK ”06 yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan

Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, Februari 2011

Penulis

commit to user

Tabel Halaman

1 Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Atletik ............................................. 44

2 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data .......................................................... 45

3 Tabel Range Katagori Reliabilitas ................................................................ 45

4 Tabel Norma Kemampuan Lari 100 meter ................................................... 46

5 Tabel Norma Kemampuan Tolak Peluru ...................................................... 46

6 Tabel Norma Kemampuan Lempar Lembing ............................................... 47

7 Tabel Norma Kemampuan Lompat Jauh ...................................................... 48

8 Tabel Norma Kemampuan Atletik ................................................................ 48

9 Tabel Profil Kemampuan Lari 100 meter, Tolak Peluru, Lempar Lembing, Lompat Jauh………………………………………………………….... ........ 50

commit to user

Halaman

Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanaan Tes Lari 100 M,Tolak Peluru, Lompat Jauh,

Lempar Lembing .....................................................................................

50

Lampiran 2 Tabulasi Data Hasil Penelitian ................................................................

56

Lampiran 3 Tabel Kerja Menghitung Reliabilitas ......................................................

61

Lampiran 4 Tabel Kerja Menghitung T-Score ...........................................................

89 Lampiran 5 Tabel Kerja Penyusunan Norma ............................................................. 114 Lampiran 6 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 125

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usia Sekolah Menengah Pertama merupakan masa-masa yang sangat menentukan di dalam kemungkinan pencapaian prestasi di kemudian hari, karena pada masa ini anak-anak masih mempunyai waktu yang cukup panjang. Pada usia ini para pendidik serta orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kematangan si anak didik. Namun kenyataannya di lapangan masih banyak para pendidik dan orang tua yang belum memperhatikan perkembangan prestasi yang dimiliki oleh anak. Indikatornya adalah belum adanya prestasi atletik yang diraih jika mengikuti POPDA misalkan, Sragen kurang maksimal dalam cabang atletik. Hal ini berdampak kurang baik bagi perkembangan olahraganya di kemudian hari.

Kurikulum yang semula dipandang sebagai sejumlah mata pelajaran, kemudian beralih makna menjadi semua kegiatan dan semua pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa dibawah tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan materi ajar, kegiatan

pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Untuk itu, banyak hal yang perlu

dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau silabusnya dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi dan Standar Kompentensi Lulusan yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23

Tahun 2006. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan: 1). Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang

sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca

commit to user

(Pasal 6 Ayat 6). 2). Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2).

3). Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20).

Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak yang seluas- luasnya untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi- variasi penyelengaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan di atas, perlu adanya panduan pengembangan silabus untuk setiap mata pelajaran, agar daerah atau sekolah tidak mengalami kesulitan. Adanya kebebasan sekolah untuk melaksanakan dan memodifikasi pembelajaran ini menjadikan perbedaan penilaian pembelajaran pendidikan jasmani. Penilaian ini dilakukan sebagai umpan balik untuk mengukur pencapaian program yang telah diajarkan, dan yang lebih penting adalah untuk dimanfaatkan bagi kepentingan anak, sekolah, guru dan orang tua untuk mendapatkan hasil yang optimal. Cara penilaian pada mata pelajaran pendidikan jasmani menggunakan acuan KTSP tahun 2006. Menurut Peraturan Menteri no 26 tahun 2006 bahwa cakupan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMP dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat, dengan standart kompetensi siswa mempraktikkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan kompetensi dasarnya siswa mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar atletik serta nilai toleransi, percaya diri, keberanian, menjaga keselamatan diri dan orang lain, bersedia berbagi tempat dan peralatan.

commit to user

satu mata pelajaran yang wajib diajarkan disekolah. Pendidikan jasmani terdiri dari atletik, permainan dan senam. Masing – masing terbagi dalam standart kompetensi dan kompetensi dasar yang berbeda. Disini hanya akan dikemukakan tentang nomor-nomor atletik yang diajarkan di kelas VIII SMP sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP yaitu: (1) Lari cepat, (2) Lompat jauh, (3). Tolak peluru, (4). Lempar lembing.

Proses penilaian pendidikan jasmani dalam menentukan nilai rapor di SMP adalah mengacu pada standar kompetensi yang tercantum dalam Peraturan Menteri no 23 tahun 2006 bahwa standart kelulusan bidang studi pendidikan jasmani di SMP meliputi 6 hal yaitu mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar permainan, olahraga serta atletik dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, mempraktekkan senam lantai dan irama dengan alat dan tanpa alat, mempraktekkan teknik renang dengan gaya dada, gaya bebas, dan gaya punggung, mempraktekkan teknik kebugaran dengan jenis latihan beban menggunakan alat sederhana, mempraktekkan kegiatan-kegiatan di luar kelas seperti melakukan perkemahan, penjelajahan alam sekitar dan piknik, memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti perawatan tubuh serta lingkungan, mengenal berbagai penyakit dan cara pencegahannya serta menjauhi narkoba.

Kendala yang dihadapi oleh guru di SMP Negeri se-Kecamatan Sragen dalam melakukan penilaian terhadap hasil pembelajaran atletik pada siswa disebabkan belum adanya standar norma penilaian antar sesama guru olahraga, dan belum adanya standardisasi penilaian. Hal ini berakibat nilai sama atara SMP satu dengan SMP yang lainnya belum tentu menunjukkan prestasi yang sama dalam aktivitas pendidikan jasmani.

Sehubungan dengan kendala tersebut maka perlu diadakan standardisasi norma penilaian terhadap kemampuan atletik siswa. Dengan diketahuinya tingkat kemampuan atletik siswa, maka akan memberikan petunjuk atau pedoman bagi para guru guru olahraga tentang kemampuan atletik siswa serta untuk mengambil langkah lebih lanjut dengan tepat. Untuk siswa yang berprestasi nantinya dapat dijadikan atlit di sekolahan apabila ada kejuaraan olahraga antar sekolah di cabang

commit to user

harus segera dilakukan perbaikan program pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan atletik. Dan jika ternyata kemampuan atletik yang dimiliki siswa cukup baik maka semestinya guru dapat mempertahankan program latihan atau pembelajaran yang diberikan untuk menjaga agar kemampuan atletik siswa tidak mengalami penurunan. Untuk itu penulis mengangkat judul “Standardisasi Norma Tes Atletik pada Siswa Putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen

Tahun 2010 .”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Belum adanya norma penilaian cabang Atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen.

2. Masih ada guru olahraga yang kurang memperhatikan perkembangan atletik.

3. Kurangnya pencapaian prestasi yang maksimal dari cabang atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang lebih dikemukakan diatas dan agar dalam penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Kemampuan Atletik siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen

2. Penyusunan norma Atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se- Kecamatan Sragen.

commit to user

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se- Kecamatan Sragen?

2. Bagaimana cara menyusun /norma tes kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se- Kecamatan Sragen.

2. Menyusun standar /norma tes kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru Pendidikan Jasmani di SMP Negeri se-Kecamatan Sragen adalah sebagai berikut :

a. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk menambah wawasan bagi para guru olahraga SMP Negeri se-Kecamatan Sragen tentang hasil belajar atletik guna siswa yang berprestasi.

b. Sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atletik siswa.

2. Bagi sekolah, dapat menjadi pedoman SMP Negeri se-Kecamatan Sragen

dalam memberikan penilaian tentang kemampuan atletik siswanya.

commit to user

Negeri se-Kecamatan Sragen.

commit to user

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistemik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan watak (Ateng, 1989 : 104).

Dengan demikian dapat dikatakan disini bahwa pendidikan jasmani sekolah bukan semata-mata ditekankan pada pencapaian kesegaran fisik, pengembangan keterampilan, kemampuan motorik saja, namun menanamkan gemar hidup sehat sejak anak-anak. Seseorang yang memiliki pemahaman sejak usia dini tentang perencanaan program kesegaran, perilaku hidup sehat yang pada gilirannya akan mampu berpartisipasi aktif dalam segala aktivitas, termasuk aktivitas olahraga dalam masyarakat luas. Utuk itu oendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama hendaknya mampu mengembangkan keterampilan motorik, fitnes dan karakter secara bersamaan.

2. Ruang Lingkup Penjasorkes

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) untuk jenjang SMP / MTs sesuai Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya

b. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya

c. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya

commit to user

aerobic serta aktivitas lainnya

e. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya

f. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung

g. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

3. Pengertian Atletik

Atletik berasal dari bahasa Yunani, yaitu athlon atau atlum yang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan. Sedangkan orang yang melakukan dinamakan athleta (atlit). Dengan demikian dapatlah dikemukakan, bahwa atletik adalah satu cabang olahraga yang dipertandingkan atau diperlombakan yang meliputi atas nomor jalan, lari, lompat, dan lempar. Di dalam perlombaan atletik, ada nomor-nomor yang dilakukan di lintasan (track) dan ada nomor-nomor yang dilakukan di lapangan (field). Oleh Karena itu atletik di Amerika dinamakan “Track and Field” (Aip Syarifuddin, 1992 : 2)

Nomor-nomor Atletik

Nomor-nomor yang terdapat dalam cabang atletik menurut Aip Syarifudin (1992:9) secara garis besar ada 3 bagian, yaitu: 1) Nomor jalan dan Lari, 2) Nomor Lompat, 3) Nomor Lempar.Nomor tersebut dapat diperinci sebagai berikut:

1) Nomor Jalan dan Lari

a) Nomor Jalan

Untuk Putri nomor yang diperlombakan adalah 5 km dan 10 km, sedangkan untuk putra 10 km dan 20 km.

b) Nomor Lari (1) Lari Jarak Pendek (100 m,200 m dan 400 m) (2) Jarak Menengah ( 800 m, 1500 m, 3000 m) (3) Jarak Jauh (5.000 m,10.000 m dan maraton 42,195 km)

commit to user

a) Lompat Jauh (Long Jump atau Broad Jump)

b) Lompat Tinggi (HighJump)

c) Lompat Jangkit atau Lompat Tiga (Hop Step and Jump)

d) Lompat Tinggi Galah (Pole vault)

3) Nomor Lempar

a) Tolak Peluru (Shot Put)

b) Lempar Lembing (Javelin Throw)

c) Lempar Cakram (Discus Throw)

d) Lempar Martil (Hammer Throw)

4. Ruang Lingkup Penilaian Atletik di SMP/MTs

Dalam pembelajaran Penjasorkes untuk jenjang SMP / MTs sesuai Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Tahun 2006 salah satunya adalah Permainan dan olahraga yang meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

Penelitian ini hanya di cabang olahraga atletik dikarenakan kemampuan biaya serta waktu penelitian. Selain itu juga belum adanya standar penilaian yang baku di cabang olahraga atletik, karena KTSP guru diberikan keleluasaan dalam menentukan materi ajar maupun dalam penilaianya berdasar pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan BSNP. Untuk kelas VIII SMP/MTs cabang olahraga atletik didalamnya terdapat beberapa item, diantaranya tolak peluru, lari 100 meter, lempar lembing dan lompat jauh. Penelitian ini digunakan untuk membantu guru penjasorkes di SMP Negeri se- Kecamatan sragen guna memberikan penilaian dalam pembelajaran atletik.

a. Tolak Peluru

Tolak peluru merupakan salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik. Berdasarkan peraturan yang berlaku, peluru harus didorong atau ditolak dari bahu dengan satu tangan. Dalam hal ini Aip Syarifudin (1992: 144)

mengemukakan “Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam

commit to user

sejauh jauhnya”. Berat peluru yang digunakan atlet putra dengan atlet wanita adalah

berbeda. Menurut Soegito ( 1992: 22 ) bahwa : Berat peluru yang digunakan dalam perlombaan- perlombaan resmi yang

diselengarakan PASI atau cabang- cabangnya bagi peserta pria digunakan peluruseberat 7,25 kg dan bagi pesrta wanita 4 kg. Disekolah- sekolah menengah, bagi anak laki laki digunakan peluru seberat 5 kg dan untuk anak perempuan seberat 3 kg.

Tolak peluru dilakukan dalam lapangan tertentu yang sesuai dengan ukuran- ukuran sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ukuran tolak peluru menurut Soegito ( 1992: 23 ) sebagai berikut :

1) Lapangan tolak peluru berbentuk lingkaran dengan garis tengah 2,13 m.

Peserta tolak peluru boleh mengambil awalan hanya seluas lingakran, tidak boleh menyaentuh garis lingkaran.

2) Sektor tolakan Sudut sektor tolakan : 40° Peluru yang ditolak harus jatuh didalam dua garis sektor. Bila saat peluru jatuh ditanah menyinggung garis sektor atau diluarnya, tolakan diangap gagal atau tidak sah.

3) Balok tolakan (stopboard) Dibusur bagian depan terdapat baluk tolakan, dengan ukuran : panjang 1,22 m, Lebar 115 mm, tebal 100 mm. Gunanya untuk menahan kaki si penolak.

4) Di samping kiri dan kanan lingkaran ada garis sepanjang 0,75 m, untuk tanda separuh lapangan. Gunanya : setiap peserta yang melakukan tolakan harus meninggalkan lingkaran lewat separoh bagian belakang (tidak boleh ke muka atau ke samping )

1) Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tolak Peluru.

Untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam tolak peluru dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut U. Jonath, E. Haag & R. Krepel ( 1987: 44-45 ) faktor- faktor terpenting yang mempengaruhi tolak peluru ialah:

a) Lintasan percepatan pelurunya.

b) Tinggi berangkat dan sudut berangkat peluru.

c) Putaran antara poros bahu dan poros pinggang.

d) Percepatan peluru pada waktu mulai ditolak.

e) Pengakhiran tolakan tenaga bagian secara bersama dan pada saat yang tepat,

dan terutama koordinasi antara gerak lengan kaki.

commit to user

Sedangkan persyaratan untuk menjadi seorang atlet tolak peluruyang baik menurut Aip Syarifudin ( 1992: 145 ) harus memiliki beberapa syarat antara lain :

a) Harus memiliki pemahaman dan penguasaan terhadap prosedur gerakan untuk melakukan tolak peluruserta konsep untuk melakukanya.

b) Harus memiliki kekuatan, daya ledak, kecepatan, daya tahan kelenturan dan

koordinasi gerakan.

c) Harus memiliki badan yang tinggi besar, serta lincah dalam melakukan

gerakan.

d) Harus memiliki semangat yang besar untuk selalu selalu melakukan latihan

secara teratur dan terus menerus.

Berdasarkan dua pendapat diatas dapat disimpulkan, seorang atlet tolak peluru harus dapat memertimbangkan dan memprhitungkan hukum- hukum biomokanika. Selain itu juga harus memiliki bentuk tubuh yang ideal dan memiliki otot – otot yang kuat.

2) Gaya Tolak Peluru

Gaya dalam tolak peluru merupakan rangkaian gerakan yang bertujuan untuk mendorong atau menolakkan peluru agar pelurur dapat terlontar sejauh – jauhnya. Menurut Tamsir Riyadi (1985 : 126 ) gaya dalam tolak peluru dibedakan menjadi empat macam yaitu : a). Gaya depan b). Gaya samping c). Gaya belakang d). Gaya putaran cakram.

Dari keempat gaya tersebut diatas, gaya tolak peluru yang sering digunakan oleh atlet – atlet tolak peluru yaitu gaya samping dan gaya belakang. Untuk anak sekolah gaya tolak peluru yang sering digunakan yaitu gaya menyamping. Hal ini dikarenakan gaya menyamping lebih sederhana dibandingkan gaya membelakang.

3) Teknik Tolak Peluru Gaya Menyamping. Untuk dapat menolakkan peluru sejauh- jauhnya,seorang atlet harus dapat mengguasai teknik tolak peluru yang benar. Dalam hal ini Tamsir Riyadi (

1985 : 121 ) menyatakan “bagaimana menolak peluru yang benar, hal ini perlu meninjau beberapa segi yang menyangkut masalah teknik menolak peluru secara

commit to user

cara memegang peluru, (2) sikap badan pada waktu akan menolak peluru, (3) cara menolak peluru, (4) sikap badan setelah menolak peluru”.

Berdasarkan pendapat diatas menunjukan, teknik tolak peluru ada empat bagian. Dari keempat teknik tersebut dalam pelaksanan gerakanya harus dirangkai secara baik dan harmonis untuk memperoleh tolakan yang semaksimal mungkin. Untuk lebih jelasnya teknik tolak peluru gaya menyamping diuraikan sebagai berikut :

a) Cara Memegang Peluru

Peluru diletakkan pada telapak bagian atas atau pada ujung telapak tangan, yang dekat dengan jari- jari tangan. Jari- jari tangan diregangakan atau dibuka, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk untuk menahan dan memegang peluru bagian belakang. Sedangakan jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk memegang atau menahan peluru bagian samping, yaitu agar tidak tergelincir ke dalam atau ke luar. Ke dalam ditahan dengan ibu jari dan keluar deitahan dengan jari kelingking.

Setelah peluru itu dipegang dengan baik, kemudian letakkan pada bahu (melekat) di leher. Siku diangkat kesamping agar tidak serong ke depan. Pada waktu memegang dan meletakkan pada bahu, usahakan agar keadaan seleruh badan dan tangan agar tidak kaku, tetapi harus dalam keadaan rileks. Tangan dan lengan yang lain membantu keseimbangan.

b) Sikap Badan Pada Waktu Menolak

Berdiri tegak menyamping kearah tolakan, kedua kaki dibuka lebar atau kangkang, kaki kiri lurus kedepan, kaki kanan dan lutut dibelokkan ke depan sedikit agar seromg kesamping kanan. Berat badan pada kaki kanan, badan agak condong kesamping kanan. Tangan kanan memegang peluru pada bahu atau pundak, tangan kiri dengan sedikit dibengkokkan berada di depan sedikit agak serong ke atas rileks. Tangan kiri berfungsi untuk membantu dan menjaga keseimbangan. Pandangan diarahkan ke arah tolakan.

commit to user

Bersamaan dengan memutar ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas ke belakang (ke arah samping kiri),pinggul dan pinggan serta perut didorong ke depan agak ke atas sehingga dada terbuka menghadap ke depan serong ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat atau agak ditengadahkan, pandangan ke arah tolakan.

Pada saat seluruh badan (dada) menghadap tolakan, secepatnya peluru itu ditolakkan sekuat- kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan (parabola) bersamaan bantuan menolakkan kaki kanan dan melonjakkan seluruh badan ke atas serong ke depan (kalau menolak dengan tangan kanan, sedangkan jika dengan tangan kiri sebaliknya).

d) Sikap Akhir Setelah Menolak Peluru

Sikap akhir menolak peluru merupakan salah satu faktor yang menentukan syah tidaknya tolakan yang dilakukan. Menurut Aip Syarifiddin (1992: 150) cara melakukan gerakan dan sikap akhir setelah menolak sebagai berikut :

(1) Setelah peluru ditolakkan atau di dorong itu lepas dari tangan, secepatnya kaki yang digunakan untuk menolak itu diturunkan atau mendarat (kaki kanan) dengan lutut agak dibengkokkan.

(2) Kaki kiri (kaki depan)diangakat kebelakang lurus dan rileks untuk membantu keseimbangan. (3) Badan condong ke depan, dagu diangkat, badan agak miring kesamping kiri,pandangan kearah jatuhnya peluru. (4) Tangan kanan dan siku agak dibengkokkan berada di depan sedikit agak kebawah badan, tangan atau lengan kiri rileks lurus kebelakang untuk membantu menjaga keseimbangan.

b. Lari 100 Meter

Lari cepat 100 M merupakan lari cepat yakni lari yang dilakukan mulai dari garis start hingga garis finish dengan kecepatan maksimal, proses Kegiatan pembelajaran olahraga yang di selenggarakan di SMP Negeri se-Kecamatan Sragen, yang dilaksanakan satu kali tatap muka dengan siswa dalam satu minggu memang sangat menarik perhatian siswa di antara kegiatan – kegiatan yang lain, namun yang lebih menyenangkan adalah proses kegiatan pembelajaran olahraga Atletik khususnya lari cepat 100 M, merupakan salah satu nomor yang di

commit to user

mengambil awalan start bersama-sama kemudian lari secepat-cepatnya dengan tujuan untuk memperoleh kecepatan yang paling cepat sampai garis finish, selanjutnya dikatakan pencapaian hasil kecepatan yang baik dapat di capai melalui pemantapan koordinasi gerakan dan teknik langkah serta ayunan tangan saat berlari, yang meliputi mulai dari awalan atau start, teknik saat berlari serta teknik saat memasuki garis finish.

Selanjutnya untuk mencapai hasil yang baik dalam lari cepat 100 M, dapat dilalui dari berbagai pemantapan koordinasi gerak, teknik awalan / start, teknik saat berlari serta teknik memasuki garis finish, yang masing-masing dari teknik tersebut memiliki cara-cara tersendiri. Adapun teknik lari cepat 100 M ini memiliki tiga macam faktor pembelajaran antara lain 1. Start, 2. Teknik lari, 3. Teknik memasuki garis finis.

1) Langkah – langkah Pelaksanaan Lari 100 Meter

a) Teknik start Tehnik start lari cepat 100 M, menggunakan start jongkok, dimana siswa

pada saat melakukan tehnik stard untuk stard ada 4 fase yang harus dilakukan oleh siswa antara lain : posisi bersedia, posisi siap, gerak dorong lepas dari balok start dan gerak percepatan langkah dengan tubuh badan naik ke atas lebih sedikit. Posisi start yang standar, letak balok depan adalah dua panjang telapak kaki dibelakang garis – start, letak balok belakang 1,5 panjang telapak kaki dibelakang balok depan, atur balok depan lebih datar dari yang belakang letakkan kedua tangan di tanah selebar bahu kedua lengan menopang berat badan. Letakkan lutut belakang di tanah kedua lengan menopang berat badan, bahu diatas dan sedikit ke

depan dari kedua tangan. Angkat pantat sampai lutut depan membentuk sudut 90 0 .

(1) dan pantat diangkat sedikit lebih tinggi dari bahu (2). Gerak dorong depan dari kaki depan, angkat tangan dari tanah pada saat serentak, tariklah kaki kiri kedepan dengan cepat luruskan pinggang dan lutut sepenuhnya pada saat gerak dorong berakhir, dorong kedepan dengan cepat dan penuh kekuatan, dari tanah. Pertahankan posisi badan tegakkan togog badan dari sedikit ( IAAF ).

commit to user

gambar dibawah ini.

Bersedia siap gerak dorong gerak percepatan

Gambar 1. pelaksanaan start jongkok lari cepat 100 M (sumber IAAF Pedidikan Pelatihan, 1993)

Perlu diketahui dari posisi start siswa diharapkan selalu dapat menempatkan posisi start dengan baik pandangan kedepan kira-kira berjarak 1 meter dari garis start sehingga pada saat bersedia badan condong kedepan berat badan berada di kedua tangan sehingga dapat melaksanakan gerakan untuk berlari dan saat itu perlu adanya power yang sangat besar untuk daya ledak pertama kali untuk menghasilakan awalan saat lari.

b) Tehnik dasar lari cepat (1) gerakan kaki (a) Kaki melangkah selebar dan secepat mungkin (b) Kaki belakang saat menolak dari tanah harus tertendang

lurus dengan cepat serta lutut ditekuk secara wajar agar paha mudah terayun kedepan

(c) Pendaratan kaki pada tanah menggunakan ujung telapak

kaki dengan lutut agak menekuk

(2) gerakan ayunan lengan

(a) Lengan diayun kedepan atas sebatas hidung

(b) Sikut ditekuk kurang lebih membentuk sudut 90 0 (3) sikap badan (a) Saat lari rileks dengan kepala segaris punggung (b) Pandangan kedepan (c) Badan condong kedepan

commit to user

Gambar 2. Teknik dasar

(Sumber Roji. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. 2006:64.65)

c) Teknik dasar masuk finish Perlu diketahui seorang pelari pada saat memasuki finish, ada beberapa teknik untuk menuju garis finish maka harus pandai-pandai untuk menjulurkan anggota badannya ke garis finish, anggota badan tersebut antara lain bisa kepala, dada dan pundak dengan cara menyamping,

Gambar 3. Cara masuk garis finish (Sumber Roji. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. 2006:64.65)

c. Lempar Lembing

1) Pengertian Lempar Lembing

Melempar merupakan proses gerak seseorang melakukan gerakan terhadap suatu benda agar benda tersebut dapat dipindahkan sejauh mungkin, sedangkan lembing merupakan suatu benda yang terdiri dari mata lembing, badan lembing, dan tali pegangan lembing. Mata lembing terbuat dari metal, badan lembing terbuat dari kayu atau metal atau bambu. Badan lembing yang terbuat

commit to user

perlombaan resmi, sedang untuk pelajaran atau pendidikan digunakan dari bambu. Tali lembing terletak melilit pada titik pusat lembing. Unsur gerak dan tujuan dari proses gerakan menjadi bagian dari kegiatan melempar. Kedua hal tersebut merupakan kesatuan utuh dan berupa gerakan yang sering disebut teknik melemparkan lembing.

Adapun ukuran lembing yang sesuai aturan dalam perlombaan menurut Aip Syarifuddin (1992: 159) adalah : a). Untuk Putra

Beratnya 600 gram (atau dengan variasi berat antara 605 sampai 620 gram) dan panjangnya antara 2.20 sampai 2.30 meter.

b). Untuk Putra Beratnya 800 gram(atau dengan variasi berat antara 805 sampai 825 gram) dan panjangnya antara 2.60 sampai 2.70 meter.

Sedangkan teknik yang terdapat dalam lempar lembing, seperti yang dikemukakan oleh Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati (1991 : 204 – 209) adalah, “cara memegang lembing, cara membawa lembing, lempar lembing tanpa awalan dan lempar lembing dengan awalan.”

2) Cara Memegang Lembing

Teknik memegang lembing menurut cara menempatkan jari-jari pada lembing, cara memegang lembing dibedakan menjadi tiga cara, yaitu : cara Amerika disebut juga pegangan telunjuk-ibu jari, karena ibu jari dan telunjuk dibelakang lilitan sedangkan jari tengah, jari manis dan kelingking terletak tepat pada lilitan. Cara Finlandia disebut juga pegangan jari tengah ibu jari. Jari manis dan kelingking tepat pada lilitan lembing dan cara menjepit atau disebut juga

“pegangan Tang”, karena lembing diantara telunjuk dan jari tengah dan terletak dibelakang lilitan.

Yang dimaksud dengan cara membawa lembing, adalah cara membawa lembing pada saat melakukan lari mengambil awalan. Setiap atlet di sampig harus menguasai cara memegang lembing, juga harus menguasai teknik atau cara membawa lembing sewaktu melakukan awalan.m Ada tiga cara membawa

commit to user

lembing lurus kebelakang serong ke bawah. Lembing dipegang di samping badan segaris dan menempel pada lengan, ujung lembing disamping dada. Cara

membawa lembing diatas bahu, tangan yang membawa lembing dilipat 90 0

lembing dipegang setinggi telinga dan tepat diatas bahu. Posisi lembing dapat menuju serong atas atau serong bawah dan dapat pula lurus mendatar dan cara membawa lembing diatas kepala,seperti yang kedua, tetapi sikap tangan yang membawa lembing diangkat lebih tinggi lagi. Posisi lembing diatas kepala.

3) Lempar Lembing Tanpa Awalan

Teknik melakukan lempar lembing tanpa awalan dijelaskan oleh Soegito dan A. Hamidsyah Noer (1994 : 67) sebagai berikut :

a) Lembing siap dipegang dan dibawa dengan cara yang benar.

b) Langkahkan kaki kanan ke belakang cukup lebar, disertai dengan memutar

badan kekanan. Luruskan tangan kanan kebelakang serong bawah. Tekuk lutut kaki kanan sehingga berat badan pada kaki kanan , kaki kiri lurus telapak kaki menghadap serong kanan. Saat lembing akan lepas telapak kaki kiri menghadap serong kiri. Pandangan sebentar ke arah tangan kanan kemudian melihat kearah samping kiri serong atas. Tangan kiri di angkat setinggi bahu. Sikap ini dinamakan sikap lempar.

c) Gerakan lempar Setelah mendapat sikap lempar dilanjutkan dengan gerakan melempar, sebagai berikut : (1). Tangan kanan yang lurus tadi segera ditekuk dengan disertai memutar

badan kekiri sehingga sikap badan menghadap kedepan. Meskipun demikian posisi tangan tetap diangkat dan arah lembing menuju serong ke atas depan, serta lewat di atas bidang bahu. Pandangan tertuju ke arah sasaran.

(2). Gerakan berikutnya adalah meluruskan kaki belakang (kanan) dan diteruskan meluruskan kaki kiri. Pada saat itu sikap tangan kanan sudah mulai lurus dan sat itu pula lembing segera dilepas dari genggaman.

(3). Setelah lembing lepas dari genggaman, kaki kanan dilangkahkan kedepan menggantikan posisi kaki kiri yang berada di belakang.

4) Lempar Lembing Dengan Awalan.

Dalam lempar lembing dengan awalan, ada dua macam gaya yang sangat efisien, yaitu : gaya Finlandia atau gaya langkah silang, gaya hop step atau gaya langkah jingkat.

commit to user

dengan awalan menggunakan gaya jingkat (hop step). Aip Syarifudin (1992 : 96 ) menjelaskan sebagai berikut :

Cara melakukan awalan dengan gaya jingkat dan langkah dari tanda pertama sampai tanda yang kedua sama seperti pada gaya langkah silang di depan. Hanya sekarang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Pada waktu kaki kanan menginjak atau sampai tanda yang kedua, kaki kanan tersebut langsung melakukan gerakan jingkat kedepan. Pada saat kaki kanan mendarat, lembing diturunkan di bawah ke belakang.

b) Sambil melangkahkan kaki kiri jauh kedepan lurus, badan diputar kekanan, lutut kaki kanan dibengkokkan, kaki diputar keluar dan lengan semakin diluruskan kencang kebelakang, hingga badan miring ke samping kanan dan rendah.

c) Bersamaan dengan kaki kiri menginjak tanah, badan diputar ke arah lemparan (ke kiri), tangan kanan (pergelangan tangan) diputar kedalam dan dengan membengkokkan siku lembing dibawa ke atas kepala. Pinggul, pinggang dan perut didorong ke depan serong keatas, siku kiri ditarik kebelakang hingga dada terbuka menghadap kearah lemparan. Pada saat itu pulalah lembing dilemparkan sekuat-kuatnya ke atas ke depan, pandangan mengikuti arah jalannya lembing.

d. Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan rangkaian gerakan yang diawali dengan lari cepat, menolak, melayang dan mendarat. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus pelaksanaannya agar diperoleh lompatan sejauh-jauhnya. Seperti dikemukakan Aip Syarifuddin ( 19 92 : 90 ) bahwa, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang dudara) yang dilakukn dengan cepat dan dengan jalan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh- jauhnya”.

Lompat jauh gaya jongkok disebut juga gaya duduk di udara (sit down in thi air) . Dikatakan gaya jongkok karena gerakan yang dilakukan pada saat melayang di udara membentuk sikap seperti orang jongkok atau duduk. Gerakan jongkok atau duduk ini terlihat saat membungkuk badan dan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada saat mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, mendarat dengan bagian tumit lebih dahulu dan kedua tangan ke depan. Untuk

commit to user

ke depan. Lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya yang paling mudah dilakukan terutama pada anak-anak sekolah dan gaya yang paling mudah untuk dipelajari. Lompat jauh gaya jongkok dianggap mudah karena tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada saat melayang di udara, jika dibandingkan dengan gaya lainnya.

1) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Lompat Jauh

Keberhasilan untuk melopat sejauh-jauhnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Tamsir Riyadi ( 19 85 : 95 ) menyatakan, “Unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi gaya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan keseimbangan”. Sedangkan Jonath U, Haag E, dan Krempel R. ( 1987 : 196 ) persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu: “Faktor kondisi fisik yaitu, kecepatan, tenaga loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama. Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan pendaratan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, untuk mencapai prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik. Ditinjau dari faktor kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh antara lain: daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat meliputi awalan, tolakan, melayang diudara dan pendaratan. Prestasi yang tinggi dapat dicapai, jika unsur-unsur kondisi fisik yang terlibat dikerahkan dengan teknik yang benar.

2) Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok

Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan. pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga, atau dengan kata

commit to user

memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latiahan atau perlombaan.

Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri beberapa bagian yang dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan benar. Berkaitan dengan teknik lopmat jauh Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan, “Tinjauan

secara teknis pada lompat jauh meliputi empat masalah yaitu, cara melakukan awalan, tumpuan, melayang diudara dan cara melakukan pendaratan”. Menurut Jonath et al. ( 1987 : 197 ) bahwa, “Lompat jauh dapat dibagi ke dalam ancang- ancang, tumpuan, melayang dan mendarat”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, teknik lompat jauh terdiri dari empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat. Kempat tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk lebih jelasnya keempat teknik lompat jauh gaya jongkok dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

a) Awalan

Awalan merupakan tahap pertama dalam lompat jauh. Tujuan awalan adalah untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan yang benar merupakan prasyarat yang harus dipenuhi, untuk menghasilkan jarak lompatan yang sejauh-jauhnya.

Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan. Jes Jerver ( 1999 : 34 )

menyatakan “Maksut berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu

take of “. Jarak awalan tidak perlu terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari mendapatkan kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan tersebut antara 30-35 meter. Berkaitan dengan awalan lompat jauh Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan:

commit to user

dalam jarak relatif pendek sudah mampu mencapai kecepatan maksimal (full speed) maka jarak awalan cukup dekat/pendek saja (sekitar 30-35 meter atau kurang dari itu). Sedangkan bagi atlet lain dalam jarak relatif jauh baru mencapai maksimal, maka jarak awalan harus lebih jauh sekitar 40-45 meter atau lebih jauh dari itu. Bagi pemula sudah barang tentu jarak awalan lebih pendek dari ancer-ancer tersebut.

Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat individual tergantung dari masing-masing pelompat. Kecepatan awalan harus sudah dicapai tiga atau empat langkah sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat langkah terakhir sebelum menumpu tersebut dimaksudkan untuk mengontrol saat menolak dibalok tumpuan.

Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah yang diperkecil atau diperlebar untuk memperoleh ketepatan bertumpu pada balok tumpuan. Menurut Aip Syarifuddin ( 1992 : 91 ) bahwa, “Untuk menjaga kumingkinan pada waktu melakukan awalan itu tidak cocok, atau ketidak tepatan antara awalan dan tolakan, biasanya pelompat membuat dua buah tanda (cherkmark) antara permulaan akan memulai melakukan awalan dengan papan tolakan”. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pemberian tanda untuk membuat cherkmark untuk ketepatan tumpuan sebagai berikut :

Bak Pasir Tanda 30-35 m Tanda

pertama kedua Papan tolak

Gambar 4. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh (Aip Syarifuddin, 1992:91)

b) Tumpuan

Tumpuan merupakan perubahan gerak horisontal ke gerak vertikal yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk tolakan sekuat-kuatnya pada langkah

commit to user

dilakukan dengan menjejakan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke atas yang benar. Jes Jarver (

1999 : 35 ) menyatakan, “Maksud dari take off adalah merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus, sambil memperahankan kecepatan horisontal badan ke depan membuat sudut lebih

kurang

 45 dan sambil mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi horisontal.

Daya dorong ke depan dan ke atas dapat diperoleh secara maksimal dengan menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan melakukan tumpuan akan menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan menumpu ( melewati balok tumpuan ), lompatan dinyatakan gagal atau diskualifikasi. Sedangkan jika penempatan kaki tumpu jauh berada balok tumpuan akan sangat merugikan terhadap pencapaian lompatan. Menurut Tamsir Riyadi ( 1985 : 96 ) teknik menumpu pada lompat jauh sebagai berikut:

(1) Tolakan dilakukan dengan kaki yang terkuat. (2) Sesaat akan menumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan

berlebihan) untuk membantu timbulnya lambungan yang lebih baik (

sekitar  45 )

(3) Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan. (4) Saat bertumpu kedua lengan ikut serta di ayunkan ke depan atas.

Pandangan ke depan atas (jangan melihat ke bawah) (5) Pada kaki ayun (kanan) diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi lutut ditekuk.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai berikut:

Gambar 5. Tumpuan dalam Lompat Jauh

(Tamsir Riyadi, 1985 : 98 )

commit to user

Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan